13
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persepsi 2.1.1 Definisi Persepsi Dalam Kamus Lengkap Psikologi, memaparkan bahwa persepsi adalah: (1) proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera; (2) kesadaran dari proses-proses organis; (3) (titchener) satu kelompok penginderaan dengan penambahan arti-arti yang berasal dari pengalaman di masa lalu; (4) variabel yang menghalangi atau ikut campur tangan, berasal dari kemampuan organisasi untuk melakukan pembedaan diantara perangsang-perangsang; (5) kesadaran intuitif mengenai kebenaran langsung atau keyakinan yang serta merta mengenai sesuatu (Chaplin, 2006). Shaleh (2009) turut memaparkan definisi mengenai persepsi yang sejatinya cenderung lebih bersifat psikologis daripada hanya merupakan proses penginderaan saja, maka ada beberapa faktor yang mempengaruhi, seperti: (a) perhatian yang selektif, individu memusatkan perhatiannya pada rangsang-rangsang tertentu saja; (b) ciri-ciri rangsang, rangsang yang bergerak di antara rangsang yang diam akan lebih menarik perhatian; (c) nilai dan kebutuhan individu; (d) pengalaman dahulu, pengalaman terdahulu sangat mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsi dunianya. Sebagai tambahan, Morgan (1987) menjelaskan bahwa persepsi sejatinya mengacu pada cara kerja, suara, rasa, selera, atau bau. Dengan kata lain, persepsi dapat didefinisikan apa pun yang dialami oleh seseorang. Feldman (1999) mengartikan persepsi adalah proses konstruktif yang mana kita menerima stimulus yang ada dan berusaha memahami situasi.

teori persepsi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ok

Citation preview

Page 1: teori persepsi

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Persepsi

2.1.1 Definisi Persepsi

Dalam Kamus Lengkap Psikologi, memaparkan bahwa persepsi adalah: (1)

proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera;

(2) kesadaran dari proses-proses organis; (3) (titchener) satu kelompok penginderaan

dengan penambahan arti-arti yang berasal dari pengalaman di masa lalu; (4) variabel

yang menghalangi atau ikut campur tangan, berasal dari kemampuan organisasi untuk

melakukan pembedaan diantara perangsang-perangsang; (5) kesadaran intuitif mengenai

kebenaran langsung atau keyakinan yang serta merta mengenai sesuatu (Chaplin, 2006).

Shaleh (2009) turut memaparkan definisi mengenai persepsi yang sejatinya cenderung

lebih bersifat psikologis daripada hanya merupakan proses penginderaan saja, maka ada

beberapa faktor yang mempengaruhi, seperti: (a) perhatian yang selektif, individu

memusatkan perhatiannya pada rangsang-rangsang tertentu saja; (b) ciri-ciri rangsang,

rangsang yang bergerak di antara rangsang yang diam akan lebih menarik perhatian; (c)

nilai dan kebutuhan individu; (d) pengalaman dahulu, pengalaman terdahulu sangat

mempengaruhi bagaimana seseorang mempersepsi dunianya.

Sebagai tambahan, Morgan (1987) menjelaskan bahwa persepsi sejatinya

mengacu pada cara kerja, suara, rasa, selera, atau bau. Dengan kata lain, persepsi dapat

didefinisikan apa pun yang dialami oleh seseorang. Feldman (1999) mengartikan

persepsi adalah proses konstruktif yang mana kita menerima stimulus yang ada dan

berusaha memahami situasi.

Page 2: teori persepsi

2.1.2 Komponen-Komponen Proses Pembentukan Persepsi

Terdapat tiga komponen utama proses pembentukan persepsi menurut (Sobur,

2003), yaitu:

a. Seleksi, yaitu penyampaian oleh indera terhadap rangsangan dari luar, intensitas

dan jenisnya dapat banyak atau sedikit. Setelah diterima, rangsangan atau data

diseleksi.

b. Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti

bagi seseorang. Interpretasi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti

pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi, kepribadian, dan

kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk

mengadakan pengkategorian informasi yang di terimanya, yaitu proses

mereduksi informasi yang komplek menjadi sederhana.

c. Pembulatan, yaitu penarikan kesimpulan dan tanggapan terhadap informasi yang

diterima. Persepsi yang diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi

yaitu bertindak sehubungan dengan apa yang telah di serap yang terdiri dari

reaksi tersembunyi sebagai pendapat/sikap dan reaksi terbuka sebagai tindakan

yang nyata sehubungan dengan tindakan yang tersembunyi (pembentukan kesan)

(Sobur, 2009).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa komponen-komponen

persepsi, yaitu seleksi terhadap informasi berdasarkan stimulus yang diterima oleh alat

indera, kemudian stimulus yang diterima akan diseleksi untuk kemudian

diinterpretasikan agar dapat memberikan penarikan kesimpulan terhadap objek yang

diinderakan.

Berdasarkan komponen persepsi seperti yang dipaparkan oleh Sobur (2003) di

atas, dan turut terdapat hal yang sama perihal komponen persepsi menurut Kenneth dan

Edward (dalam Mulyana, 2002) yang juga membagi aspek persepsi menjadi tiga

komponen, yaitu seleksi, organisasi/atensi dalam menginterpretasikan dan interpretasi

dalam pembulatan atau penarikan kesimpulan. Ketiga komponen persepsi tersebut

dirangkai dan dirunut berdasarkan aspek komponen persepsi oleh Sobur (2003) yang

bersumber dari berbagai macam teori yang dipaparkan oleh para ahlinya, yang adalah

sebagai berikut:

Page 3: teori persepsi

1. Dalam aspek pertama pada komponen utama proses pembentukan persepsi

menurut Sobur (2003) yaitu seleksi.

Dalam ranah psikologi menurut Sarwono (2002) persepsi adalah proses

pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi

tersebut adalah penginderaan (penglihatan, pendengaran, peraba dan

sebagainya). Sebaliknya, alat untuk memahaminya adalah kesadaran atau

kognisi. Stimulus dapat mendukung penginderaan yang dapat menimbulkan

persepsi, maka stimulus harus cukup kuat, stimulus harus melampaui ambang

batas stimulus, yaitu kekuatan stimulus yang minimal tetapi sudah dapat

menimbulkan kesadaran, sudah dapat dipersepsikan oleh yang mempersepsikan

(Walgito, 2003). Secara garis besar, menurut Kenneth dan Edward (dalam

Mulyana, 2002) seleksi sendiri mencakup sensasi, sensasi pada dasarnya

merujuk pada pesan yang dikirimkan ke otak lewat penglihatan, pendengaran

sentuhan, penciuman dan pengecapan. Segala macam rangsangan yang

diterima kemudian dikirimkan ke otak. Sensasi, merupakan tahap awal dari

penerimaan informasi yang berhubungan dengan alat penginderaan.

2. Pada aspek kedua berdasarkan komponen utama proses pembentukan

persepsi menurut Sobur (2003), yaitu interpretasi.

Keterkaitan dengan aspek ini memiliki pemahaman dari para ahli yang

ternyata sangat beragam, seperti yang dikemukakan berikut ini. Persepsi adalah

seperangkat proses yang dengannya kita dapat mengenali, mengorganisasikan

dan memahami cerapan-cerapan inderawi yang kita terima dari stimuli

lingkungan Epstein & Rogers (dalam Stenberg, 2008). Persepsi merupakan

bagian dari proses dimana kita mengorganisasikan dan menafsirkan pola

stimulus dalam lingkungan kita (Robbins, 1998). Persepsi juga merupakan

sebagai suatu proses organisasi atau mengorganisasikan dengan menggabungkan

data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan sedemikian rupa

sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita

sendiri (Shaleh, 2009). Organisasi/atensi sendiri dalam pengertiannya adalah

bagian suatu proses dalam menginterpretasikan yaitu dengan merespon atau

menafsirkan kejadian atau rangsangan yang didapat dari apa yang diperhatikan

Page 4: teori persepsi

dari kejadian atau rangsangan dengan mensyaratkan kehadiran suatu objek untuk

dipersepsikan, kemudian terbentuknya penginterpretasian (Kenneth dan Edward,

dalam Mulyana, 2002). Individu mengorganisasikan dan menginterpretasikan

stimulus yang mempunyai arti bagi diri individu tersebut yang bersangkutan,

dimana stimulus merupakan salah satu faktor yang berperan dalam persepsi

sehingga terbentuknya persepsi seseorang (Walgito, 2002). Walgito (2002)

merunut hal-hal yang terkait dengan mengorganisasikan atau

menginterpretasikan yang berperan di dalam persepsi, yaitu: (1) adanya objek

yang diamati, objek yang dapat menimbulkan stimulus yang mengenai alat

indera atau reseptor stimulus dapat datang dari luar langsung mengenai alat

indera (reseptor), dan dapat datang dari dalam yang langsung mengenai syaraf

penerima (sensori) yang bekerja sebagai reseptor; (2) alat indera atau reseptor,

yang merupakan alat untuk menerima stimulus, dengan harus adanya syaraf

sensori sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor ke pusat

syaraf yaitu otak sebagai pusat kesadaran, dan sebagai alat untuk mengadakan

respon diperlukan syaraf sensori. (3) adanya perhatian yang merupakan langkah

pertama sebagai suatu persiapan dalam suatu persepsi. Tanpa adanya

perhatian tidak akan terbentuk persepsi. Secara garis besar, persepsi

merupakan bagian dari proses yang integrated dari individu terhadap

stimulus yang diterimanya dengan adanya berupa proses pengorganisasian,

penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh organisme atau

individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan menjadi aktivitas

terintergrasi di dalam diri individu. Pada dasarnya menurut Wittig (1977)

persepsi adalah bagian dari proses bagaimana menginterpretasikan stimulus

oleh seseorang

3. Pada aspek ketiga atau aspek yang terakhir berdasarkan komponen utama

proses pembentukan persepsi menurut Sobur (2003) yaitu pembulatan atau

penarikan kesimpulan.

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-

hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan

pesan Desiderato (dalam Rakhmat, 1996). Persepsi adalah bagaimana

Page 5: teori persepsi

seseorang mengartikan sesuatu dengan melakukan pembulatan atau

penarikan suatu kesimpulan, dalam bagaimana cara seseorang melihat atau

memahami sesuatu berdasarkan Leavit (dalam Sobur, 2003). Dalam

pembulatan atau penarikan kesimpulan berdasarkan interpretasi sebelumnya

atas informasi yang telah kita peroleh melalui salah satu atau lebih dari indera

kita, tetapi tidak bisa untuk memaknai setiap objek secara langsung, melainkan

dengan memaknai informasi yang kita peroleh dan kita percayai yang sekiranya

dapat mewakili objek yang dipersepsikan (Kenneth dan Edward, dalam Mulyana,

2002). Secara garis besar, persepsi berarti menarik atau melakukan penarikan

suatu kesimpulan (Sarwano, 1983).

Dari runutan di atas terlihat bahwa pengetahuan yang diperoleh melalui

persepsi bukanlah pengetahuan mengenai objek yang sebenarnya, melainkan

pengetahuan mengenai bagaimana tampaknya objek tersebut sesuai dengan yang

disimpulkan.

Secara umum persepsi adalah suatu pandangan, pendapat dan penilaian

responden dalam menafsirkan, mengartikan, pengetahuan tentang sesuatu yang

dihasilkan melalui proses menginterpretasikan informasi yang diterima dan

kemudian mengelompokkannya kedalam ruang lingkup pengetahuan yang kita

punya sehingga hasil pengamatan tersebut bisa mempunyai makna dan dapat

dimengerti (Arifin, 2011). Persepsi pada dasarnya juga merupakan hasil interaksi

antara dunia luar individu (lingkungan) dengan pengalaman individu yang sudah

diinternalisasi dengan sistem sensorik alat indera sebagai penghubung, dan

dinterpretasikan oleh sistem syaraf di otak.

Pada prinsipnya, menurut Suharnan (2005) persepsi pada turut

melibatkan dua proses yaitu bottom up processing dan top down prosessing yang

saling melengkapi dan bukan berjalan sendiri-sendiri. Hal ini berarti bahwa hasil

suatu persepsi atau interpretasi mengenai suatu stimulus akan ditentukan oleh

kombinasi antara sifat-sifat yang ada pada stimulus yang dipersepsi itu (bottom

up) dengan pengetahuan yang tersimpan didalam ingatan seseorang yang relevan

dengan stimulus itu (top down). Feldman (1999) lebih lanjut menjelaskan tentang

proses top down dan bottom up. Top down processing is guided by higher level

Page 6: teori persepsi

knowledge, experience, expectations, and motivation (proses top-down mengarah

pada tingkat pengetahuan, pengalaman, dugaan, dan motivasi). Sedangkan

bottom up processing, perception involves recognizing and processing

information about thee individual component of stimuli (proses bottom up,

persepsi yang melibatkan rekognisi dan proses informasi tentang karakteristik

stimulus individual).

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Persepsi

Persepsi seseorang tidak timbul dengan sendirinya, tetapi melalui proses dan

faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan persepsi seseorang. Hal inilah yang

menyebabkan setiap orang memiliki interpretasi berbeda, walaupun apa yang dilihatnya

sama. Menurut Robins (1998) terdapat 3 faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan

persepsi seseorang, yaitu :

1. Individu yang bersangkutan (Pemersepsi) atau perceiver

Apabila seseorang melihat menginderakan sesuatu maka akan berusaha untuk

memberikan interpretasi tentang apa yang diinderakan, yang dipengaruhi oleh

karakteristik individual yang dimilikinya seperti pengetahuan, pengalaman pemersepsi,

dll.

2. Sasaran dari persepsi atau perceived

Sasaran dari persepsi dapat berupa orang, benda, ataupun peristiwa. Sifat- sifat

itu biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang yang melihatnya. Persepsi terhadap

sasaran bukan merupakan sesuatu yang dilihat secara teori melainkan dalam kaitannya

dengan orang lain yang terlibat. Hal tersebut yang menyebabkan seseorang cenderung

mengelompokkan orang, benda, ataupun peristiwa sejenis dan memisahkannya dari

kelompok yang tidak serupa yang didasarkan atas sikap dari pemersepsi.

3. Situasi atau setting

Persepsi harus dilihat secara kontekstual yang berarti situasi dimana persepsi

tersebut timbul, harus mendapat perhatian, situasi merupakan bagian dari proses

pembentukan persepsi namun berdasarkan pada situasi yang menyebabkan persepsi itu

timbul.

Page 7: teori persepsi

Secara garis besar, dapat disimpulkan mengenai faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi pembentukan persepsi yaitu, pemersepsi atau aspek dari diri sendiri yang

sejatinya memiliki pilihan dalam men-seleksi yang membuat terjadinya proses selektif

dengan melakukan penginderaan terhadap stimuli yang dapat berupa objek atau subjek

yang dapat diseleksi berdasarkan hal seperti pengetahuan dan pengalaman diri terhadap

suatu hal, sasaran dari pemersepsi atau target yang berupa objek atau subjek yang di

interpretasikan atau diorganisasikan sebagai hasil dari kesan yang memberikan pengaruh

bagaimana cara pemersepsi bersikap atau memandang terhadap target yang

dipersepsikannya, dan selanjutnya adalah situasi yang didasarkan atas situasi itu sendiri

yang timbul seperti apa yang terjadi dan dapat membuat individu tertarik atau merespon

terhadap objek yang dihadapkannya.

2.2. Rasa Aman

2.2.1 Definisi Rasa Aman

Kebutuhan akan rasa aman harus dilihat dalam arti yang luas, tidak sebatas

dalam keamanan fisik, tetapi juga keamanan yang bersifat psikologis. Potter dan Perry

(2006) berpendapat bahwa rasa aman adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan

psikologis atau bisa juga keadaan aman dan tentram. Craven (2000) memaparkan bahwa

keamanan yang sejatinya tidak hanya mencegah rasa sakit dan cedera tetapi juga

membuat individu merasa aman dalam aktifitasnya.

Mario (dalam Darmawati, 2006) mendefinisikan aman (safe) dalam beberapa

pengertian, yaitu: bebas dari atau terkena bahaya; terhindari dari hal yang dapat

menyakiti, melukai, atau kerusakan; dan terhindar dari kejahatan. Sedangkan keamanan

(safety), menurut Mario (dalam Darmawati, 2006), memiliki pengertian sebagai suatu

kondisi yang aman terhindar dari bahaya atau luka-luka; suatu kondisi yang tidak

berakibat pada timbulnya bahaya; atau sarana yang dapat menjaga dari terjadinya suatu

peristiwa (yang menyebabkan tidak aman). Dari kedua definisi tersebut, maka rasa aman

dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi yang terbebas dari hal-hal yang mengandung

resiko, menyebabkan ketidaktenteraman, gangguan atau ancaman fisik dan kejahatan.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999), juga memaparkan aman yang memiliki

beberapa arti, yaitu: bebas dari bahaya; bebas dari gangguan; terlindung atau

Page 8: teori persepsi

tersembunyi: tidak dapat diambil orang; tidak mengandung resiko; tenteram: tidak

merasa takut atau khawatir.

2.2.2 Komponen Rasa Aman

Menurut Hall (dalam Zeisel, 1987) terdapat komponen rasa aman yang

mencakup dua dimensi, yaitu :

1 Psikis. Berupa terhindarnya dari rasa tidak tenteram, takut, dan khawatir.

2 Fisik. Terhindarnya dari ancaman kejahatan, baik terhadap fisik itu

sendiri, jiwa maupun terhadap harta benda.

2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rasa Aman

Kebutuhan rasa aman harus dilihat dalam arti yang luas, tidak sebatas dalam

keamanan fisik, tetapi juga bersifat psikologis. Kretch dkk (dalam Krochin, 1976)

memaparkan pandangannya mengenai kebutuhan rasa aman, yaitu Kretch menyatakan

bahwa timbulnya kebutuhan rasa aman dipengaruhi oleh faktor-faktor :

1.) Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan sehari-hari. Semua individu hidup dalam lingkungan baik

fisik maupun sosial.

2.) Faktor Hubungan Individu Dengan Orang Lain

Manusia merupakan makhluk sosial. Eksistensi dirinya sebagai

individu tentu tidak dapat lepas dari hubungannya dengan orang

lain, Adler (dalam Hall dan Lindzey, 1970). Hubungan individu

dengan orang lain akan dapat memberikan dampak terhadap

kebutuhan-kebutuhan psikologis, baik secara positif maupun secara

negatif. Karena manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial, yang

satu sama lain saling membutuhkan.

2.2.4 Rasa Aman Sebagai Sebuah Persepsi

Ketika seseorang merasa tidak aman, seseorang akan berpikir dengan datangnya

gangguan dan ancaman sehingga dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan pada

Page 9: teori persepsi

akhirnya dapat menimbulkan persepsi yang negatif. Jadi rasa aman atau tidaknya

seseorang tergantung pemikiran individu tersebut yang menghasilkan persepsi masing-

masing individu.

Seseorang menyadari keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya dengan proses

pengamatan yang dilakukan. Ancaman atau ketidaknyamanan tersebut terjadi karena

adanya proses pengamatan dari atau terhadap lingkungan sekitarnya.

Robins (1998) mengatakan bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

pembentukan persepsi seseorang berdasarkan yaitu: (a) individu yang bersangkutan

(pemersepsi) atau perceiver berdasarkan atas pengetahuan dan pengalaman pemersepsi;

(b) sasaran dari persepsi atau perceived berdasarkan atas sikap pemersepsi; dan (c)

situasi atau setting berdasarkan atas situasi yang menyebabkan persepsi itu timbul.

Selain itu, Hall (dalam Zeisel, 1987) menambahkan dua dimensi yang mewakili

komponen rasa aman yaitu, psikis dan fisik.

2.3. Wanita

Definisi wanita (dalam kamus bahasa Indonesia, 1999) ialah perempuan dewasa:

kaum putri (dewasa) yang berada pada rentang umur 20-40 tahun yang notabene dalam

penjabarannya yang secara teoritis digolongkan atau tergolong masuk pada area rentang

umur di masa dewasa awal atau dewasa muda.

Istilah adult atau dewasa awal berasal dari bentuk lampau kata adultus yang

berarti telah tumbuh menjadi kekuatan atau ukuran yang sempurna atau telah menjadi

dewasa (Hurlock, 1999). Masa dewasa awal dimulai pada umur 20 tahun sampai dengan

umur 40 tahun, saat perubahan perubahan fisik dan psikologis yang menyertai

berkurangnya kemampuan reproduktif (Hurlock, 1999). Menurut seorang ahli psikologi

perkembangan Santrock (1999), orang dewasa muda rmasuk dalam masa transisi, baik

transisi secara fisik (physically trantition) transisi secara intelektual (cognitive

trantition), serta transisi peran sosial (social role trantition), yaitu secara umum, mereka

yang tergolong dewasa muda (young) ialah mereka yang berusia 20-40 tahun.

Sementara itu, Dariyo (2003) mengatakan bahwa secara umum mereka yang

tergolong dewasa muda (young adulthood) ialah mereka yang berusia 20-40 tahun

Sebagai seorang individu yang sudah tergolong dewasa, peran dan tanggung jawabnya

Page 10: teori persepsi

tentu semakin bertambah besar. Ia tak lagi harus bergantung secara ekonomis, sosiologis

maupun psikologis pada orangtuanya (Dariyo, 2003). Berdasarkan uraian di atas dapat

disimpulkan bahwa dewasa awal adalah individu yang berada pada rentang usia antara

20 hingga 40 tahun dimana terjadi perubahan fisik dan psikologis pada diri individu

yang disertai berkurangnya kemampuan reproduktif, merupakan masa dimana individu

tidak lagi harus bergantung secara ekonomis, sosiologis, maupun psikologis pada

orangtuanya, serta masa untuk bekerja, terlibat dalam hubungan masyarakat, dan

menjalin hubungan dengan lawan jenis. Secara garis besar, berdasarkan uraian diatas

perihal wanita yang tergolong dewasa muda yaitu yang berada pada kisaran rentang

umur 20-40 tahun.

2.4 Kerangka Pemikiran

Persepsi setiap individu sejatinya berbeda-beda, oleh karena adanya penilaian

subjektif terhadap sesuatu yang dipengaruhi oleh stimulus atau perangsang dari luar.

Persepsi adalah penilaian yang secara menyeluruh yang dapat berupa dorongan dari

dalam atau stimulus fisik dari lingkungan.

Dalam menilai persepsi rasa aman terhadap angkutan umum taksi oleh wanita

Jakarta, dapat dinilai secara langsung dengan terdapatnya beberapa macam pilihan yaitu

seperti ‘’sangat tidak aman, ‘’tidak aman, ‘’aman, atau ‘’sangat aman.

Pengukuran persepsi rasa aman wanita Jakarta terdapat keterlibatan indikator

yang didasarkan atas faktor-faktor yang dapat memberikan pengaruh terhadap

pembentukan persepsi, dan komponen rasa aman yang dapat mendasari terhadap

persepsi rasa aman itu sendiri.

Indikator pengetahuan mengenai fenomena terhadap tindak kriminalitas yang

terjadi di angkutan umum taksi terhadap penumpang wanita Jakarta dapat diketahui

melalui berbagai macam media informasi, fenomena tersebut menjadi stimulus yang

diterima oleh alat indera dan pada akhirnya menjadi pengetahuan personal yang dimiliki

jika diketahui dan tidak dimiliki jika tidak diketahui oleh wanita Jakarta terhadap

angkutan umum taksi.

Aspek indikator pengalaman yang dialami oleh kerabat atau orang lain sebagai

korban kejahatan dalam penggunaan angkutan umum taksi selama ini di Jakarta,

Page 11: teori persepsi

sejatinya dapat dijadikan sebagai referensi bagi diri individu wanita Jakarta dalam

mempersepsikan rasa aman terhadap angkutan umum taksi, dan pada akhirnya menjadi

pengalaman personal yang dimiliki jika dialami atau dirasakan dan tidak dimiliki jika

tidak dialami atau dirasakan wanita Jakarta terhadap angkutan umum taksi.

Indikator sikap wanita Jakarta dalam mempersepsikan rasa aman adalah

bagaimana cara mereka memandang sebagai bentuk penilaian terhadap moda angkutan

umum taksi, yang dapat akhirnya menentukan sikap yang dimiliki perihal yang

menunjang rasa aman atau sikap yang tidak dimiliki perihal yang menunjang rasa aman

yang berasal dari diri wanita Jakarta itu sendiri terhadap angkutan umum taksi.

Dalam melihat keterlibatan indikator-indikator dari rasa aman yang

dipersepsikan oleh wanita Jakarta dapat ditelaah melalui faktor-faktor yang dapat

memberikan pengaruh terhadap pembentukan persepsi tersebut, yaitu: (a) individu yang

bersangkutan (pemersepsi) atau perceiver yang didasarkan atas indikator pengetahuan

pemersepsi dan pengalaman pemersepsi; (b) sasaran dari persepsi atau perceived yang

didasarkan atas indikator sikap pemersepsi; sedangkan (c) situasi atau setting

berdasarkan situasi yang menyebabkan persepsi itu timbul, namun pada penelitian

persepsi rasa aman terhadap moda angkutan umum taksi ini yaitu pada dimensi situasi

atau setting itu sendiri sejatinya tidak diukur dalam penelitian ini, oleh karena subjek

yang dituju adalah siapa saja wanita dewasa muda yang terdapat di kisaran 5 wilayah

Jakarta (Barat, Pusat, Selatan, Timur, Utara) yang notabene subjek yang dituju tersebut

tidak diharuskan penah mengalami dari situasi yang timbul oleh karena fenomena aksi

kejahatan yang terjadi di moda angkutan umum taksi terhadap subjek wanita dewasa

muda Jakarta itu sendiri. Persepsi rasa aman dapat pula ditelaah terhadap hal-hal yang

mewakili dua dimensi berdasarkan komponen rasa aman yaitu, psikis dan fisik. Uraian-

uraian penelaahan tersebut dapat menjadi suatu bentuk bagian dari proses penilaian yang

merupakan gabungan dari persepsi rasa aman wanita Jakarta terhadap moda angkutan

umum taksi.

Page 12: teori persepsi

Gambar 2.2. Bagan Kerangka Berpikir Persepsi Rasa Aman

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan persepsi (Stephen P. Robins, 1998) :

Dua dimensi komponen rasa aman (Hall dalam Zeisel, 1987), yaitu:

1. PSIKIS

2. FISIK

’’ PENGUKURAN RASA AMAN YANG DIPERSEPSIKAN ’’

1. Dimensi individu yang bersangkutan (pemersepsi) atau perceiver, dengan indikator pengetahuan dan pengalaman pemersepsi

2. Dimensi sasaran dari persepsi atau perceived, dengan indikator sikap dari pemersepsi.

’’ PENILAIAN SECARA LANGSUNG PERSEPSI RASA AMAN TERHADAP

ANGKUTAN UMUM TAKSI ’’ 1. sangat tidak aman

2. tidak aman

3. aman

4. sangat aman WANITA DEWASA MUDA

JAKARTA TERHADAP

ANGKUTAN UMUM TAKSI,

DENGAN FENOMENA AKSI

KEJAHATAN YANG KERAP

TERJADI DI TAKSI TERHADAP

PENUMPANG WANITA

JAKARTA.

Dua dimensi komponen rasa aman (Hall dalam Zeisel, 1987), yaitu:

1. PSIKIS

Indikator Pengetahuan Pemersepsi

Indikator Pengalaman Pemersepsi

Sikap Tidak Menunjang Rasa Aman

Sikap Menunjang Rasa Aman

PENGUKURAN

PENGUKURAN

PENGUKURAN

Tidak Memiliki

Memiliki

Page 13: teori persepsi