Click here to load reader
Upload
zieraf-arek-oblo
View
73
Download
23
Embed Size (px)
DESCRIPTION
teori penurunan
Citation preview
Program Studi Teknik SipilFakultas Teknik Sipil dan PerencanaanUniversitas Mercu Buana
14MODUL 14
PENURUNAN (lanjutan)
1 PENURUNAN – SEGERA DARI HASIL PENGUJIAN DI LAPANGAN
(a) Penurunan – segera dari hasil uji beban pelat
Terzaghi dan Peck (1967) menyarankan persamaan penurunan fondasi dengan
intensitas beban q dan lebar B yang terletak pada pasir, sebagai berikut :
(1)
dengan
SB = penurunan fondasi
Sb = penurunan pada uji beban pelat
b = lebar pelat uji
(b) Penurunan – segera dari hasil uji SPT
Penurunan pada tanah pasir dapat diestimasi dengan menggunakann hasil uji
SPT (Standard Penetrasi Test ) . Untuk hal ini, Meyerhof (1965) menyarankan
persamaan sebagai berikut :
; untuk B ≤ 1,2 m (2a)
; untuk B > 1,2 m (2b)
dengan :
q = intensitas beban dalam k/ft2 (1 k/ft2 = 48,07 kN/m2)
B = lebar fondasi dalam ft (1ft = 30,48 cm )
Si = penurunan dalam inci ( 1inci = 2,54cm )
N = jumlah pukulan dalam uji SPT
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Desiana Vidayanti MTREKAYASA FUNDASI
Pengamatan menunjukkan bahwa hasil penurunan dari hitungan Persamaan
(2) memberikan hasil penurunan yang terlalu aman, karena hasilnya terlalu tinggi.
Bowles (1977) menyarankan penyesuain Persamaan (2) untuk nilai penurunan yang
dianggap lebih mendekati kenyataan, sebagai berikut :
; untuk B ≤ 1,2 m (3a)
; untuk B > 1,2 m (3b)
dengan :
B = lebar fondasi dalam ft
qn = tekanan fondasi neto (k/ft2 )
Si = penurunan segera (inci)
Berdasarkan data lapangan dari Schultze dan Sherief (1973), Meyerhof (1974)
mengusulkan hubungan empiris untuk penurunan pada fondasi dangkal sebagai berikut
:
(untuk pasir dan kerikil ) (4a)
(untuk pasir berlanau ) (4b)
Si = penurunan (inci)
q = intensitas beban yang diterapkan (t/ft2 )(1 t/ft2 ≈ kg/cm2)
B = lebar fondasi dalam(inci)
(b) Penurunan –segera dari hasil uji penetrasi kerucut statis (sondir)
Penurunan fondasi pada tanah granuler dapat dihitung dari hasil uji kerucut
statis. De Beer dan Marten mengusulkan persamaan angka kompresi (C) yang
dikaitkan dengan persamaan Buismann, sebagai berikut :
(5)
dengan :
C = angka pemampatan (angka kompresibilitas )
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Desiana Vidayanti MTREKAYASA FUNDASI
qc = tahanan kerucut statis dan tahanan konus sondir
po’ = tekanan overburden efektif rata-rata atau tegnagan efktif di tengah-tengah
lapisan yang ditinjau.
Satuan qc dan po’ harus sama. Nilai C ini, disubstitusikan kedalam persamaan
Terzaghi untuk penurunan lapisan tanah yang ditinjau, yaitu :
(6)
dengan
Si = penurunan akhir (m) dari lapisan setebal H (m)
po’ = tekanan overburden efektif rata-rata atau tegangan efktif sebelum
penerapan beban, di tengah-tengah lapisan yang ditinjau.
Δp = Δσz = tambahan tegangan vertikal di tengah-tengah lapisan yang ditinjau
terhadap tekanan fondasi neto.
Dalam menentukan angka pemampatan (C), diperlukan nilai qc rata-rata.
Penurunan di setiap lapisan yang tertekan oleh beban fondasi dihitung terpisah, dan
hasilnya ditambahkan bersama-sama. Hasil ini merupakan penurunan total dari
seluruh lapisan tanah.
Schmertmann (1970), juga memberikan cara untuk menghitung penurunan
fondasipada tanah granuler ( tanah berbutir kasar) dengan berdasarkan hasil uji
penetrasi kerucut statis (sondir). Besarnya penurunan segera (S i), dinyatakan sebagai
berikut:
( 7)
dengan :
C1 = faktor koreksi kedalaman
C2 = faktor rangkak (creep)
qn = tekanan fondasi neto
B = lebar fondasi
Iz = faktor pengaruh regangan lateral (Gambar 1)
E = modulus elastis tanah
Δz = ketebalan lapisan
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Desiana Vidayanti MTREKAYASA FUNDASI
Faktor koreksi kedalaman dihitung dengan persamaan:
C1 = 1 – 0,5 (dengan C1≥0,5) (8a)
Dengan po’ adalah tekanan overburden efektif pada dasar pondasi.
Gambar 1. Hitungan penurunan segera cara Schmertmann (1970)
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Desiana Vidayanti MTREKAYASA FUNDASI
Walupun penurunan tak kohesif dipertimbangkan sebagai penurunan segera,
pengamatan menunjukan bahwa penurunannya masih dipengruhi oleh rangkak
(Schmertmann,1970).
Faktor koreksi akibat rangkak , dihitung dengan :
(8b)
dengan t adalah waktu yang dinjau, dinyatakan dalam tahun.
Hitungan penurunan dilakukan dengan memperhatikan tahanan kerucut qc
sampai pada kedalaman 2B dari dasar pondasi, dengan B adalah lebar fondasi. Faktor
pengaruh regangan vertikal (Iz) maksimum adalah 0,6. Nilai Iz maksimum ini, dianggap
terdapat pada kedalaman z = 0,5B, dan Iz minimum terdapat pada z = 2B.
Schmertmann menyebutkan dengan kurva distruibusi (2B-0,6) (Gambar 1a).
Dalam mengestimasi penurunan–segera dengan mengunakan Persamaan
pada bab yang lalu, dibutuhkan nilai modulus elastis (E) tanah pasir dengan qc yang
diperoleh dari uji kerucut statis, sebagai berikut :
E = 2 qc (8c)
Schmertmann (1970) menyarankan hubungan N dan qc menurut jenis tanah
sebagai berikut :
1. Lanau, lanau berpasir, dan pasir berlanau sedikit kohesif, N= 2qc
2. Pasir bersih halus sampai sedang, pasir sedikit berlanau, N = 3,5 qc
3. Pasir kasar dan pasir dengan sedikit kerikil, N= 5qc
4. Kerikil berpasir dan kerikil, N= 6qc
Hitungan penurunan–segera fondasi pada tanah pasir dilakukan dengan
membagi diagram tahanan kerucut kedalam lapisan-lapisan yang mempunyai tahanan
kerucut (qc) yang dapat dianggap mendekati sama (Gambar 1c). Garis (2B-0,6)
diletakan dibawah dasar fondasi dan digambar dengan skala tertentu (Gambar 1b).
Penurunan akibat beban dihitung dari hitungan E dan Iz yang sesuai untuk tiap
lapisannya. Jumlah penurunan setiap lapisannya, kemudian dikoreksi terhadap faktor
kedalaman (C1) dan faktor rangkak (C2).
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Desiana Vidayanti MTREKAYASA FUNDASI
Contoh soal :
Fondasi telapak berbentuk bujur sangkar 1,5 m x 1,5 m terletak pada tanah pasir
berlanau yang sangat tebal. Fondasi pada kedalaman 1m dan tekanan fondasi kotor
pada dasar pondasi 300 kN/m2. Muka air tanah terletak pada kedalaman 1m dari
permukaan. Tanah pasir mempunyai berat volume γb = 18,5 kN/m3 dan γ’= 1o kN/m3 .
Dari hasil uji SPT diperoleh variasi nilai N rata-rata yang telah dikoreksi seperti Gambar
C.8. Tentukan penurunan pada pusat pondasi dengan cara-cara
(a) De Beer dan Marten, (b) Schmertmann
Gambar C.8
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Desiana Vidayanti MTREKAYASA FUNDASI
2. PENURUNAN KONSOLIDASI PRIMER
Bila tanah lempung jenuh terendam air dibebani mendadak, tekanan akibat
beban tersebut ke tanah selain menyebabkan kompresi elastis yang menyebabkan
penurunan-segera, juga menyebabkan kelebihan tekanan air pori. Pengurangan
kelebihan tekanan air pori, hanya dapat terjadi jika air meninggalkan rongga pori
lapisan tanah tertekan. Pengurangan volume air didalam rongga pori, menyebabkan
pengurangan volume tanah. Karena permeabilitas lempung rendah, perubahan volume
lempung tersebut berlangsung lama dan merupakan fungsi dari waktu. Tanah yang
sedang mengalami proses demikian disebut sedang berkonsolidasi, dan pengurangan
volume vertikalnya disebut penurunan konsolidasi primer. Proses konsolidasi primer
terjadi sampai tekanan air pori dalam keseimbangan dengan tekanan hidrostatis air
tanah di sekitarnya. Dalam kenyataannya, walaupun kelebihan tekanan air pori telah
nol, penurunan akibat rangkak (creep) terjadi pada tekanan efektif yang telah konstan.
Penurunan pada periode ini disebut penurunan konsolidasi sekunder.
Besarnya penurunan konsolidasi lempung sangat tergantung pada sejarah
geologi lapisanya, yaitu apakah lempung terkonsolidasi normal (normally consolidated)
atau terkonsolidasi berlebi (everconsolidated). Cara pendekatan untuk membedakan
kedua jenis tanah lempung tersebut dapat dilakukan sebagai berikut :
1) Dari mengetahui sejarah geologi tanah, yaitu dengan meneliti apakah tebal
lapisan tanah waktu lampau pernah terkurangi, atau dengan mengetahui
apakah kedudukan muka air tanah sekarang lebih tinggi dari waktu yang
lampau.
2) Dengan cara yang diberikan oleh Casgrande (1963), yaitu seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2. Jika pc’ > po’ lempung termasuk terkonsolidasi
berlebih (overconsolidated). Jika, po’, lempung termasuk terkonsolidasi normal
(normally consolidated).
3) Dengan membandingkan kuat geser undrained (tak terdrainasi)(su = sc) yang
sesuai dengan karakteristik lempung terkonsolidasi normal sehubungan dengan
hubungan kuat geser tak terdrainasi dan nilai indeks plastisnya (PI) (Gambar 3).
Jika kuat geser yanag lebih tinggi dari lempung terkonsolidasi normal,
diperkirakan lempung tersebut termasuk terkonsolidasi berlebihan.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Desiana Vidayanti MTREKAYASA FUNDASI
4) Dengan membandingkan angka kompresibilitas Cc, akibat tekanan overburden
evektif (po’) dengan perkiraan Cc untuk lempung terkonsolidasi normal, yaitu Cc =
0,009(LL-10). Jika Cc pada tekanan po’ kurang dari nilai yang diharapkan untuk
lempung terkonsolidasi normal, lempung dapat diharapkan termasuk
terkonsolidasi berlebihan.
5) Dengan menentukan indeks cair (LI) tanah lempung yaitu:
dengan:
LI = indeks cair
wN = kadar air asli dilapangan
PL = batas plastis
LL = batas cair
Gambar 2. Penentuan tekanan prakonsolidasi po’ (Casadrande,1957)
Lempung terkonsolidasi normal mempunyai indeks cair (LI) antara 0,6 sampai
1, dan lempung terkonsolidasi berlebihan mempunyai indeks cair 0 sampai 0,6. Nilai-
nilai tersebut, hanya sebagai petunjuk kasar.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Desiana Vidayanti MTREKAYASA FUNDASI
Gambar 3. Hubungan kuat geser undrained (cu) dengan indeks plasti (PI) lempung
terkonsolidasi normal (Skempton, 1957)
2.1 Hitungan Penurunan
Interval yang diperhatikan dalam amnalisi penurunan konsolidasi umumnya
diantara tekanan tanah vertikal efektif sebelum pembebanan ( po’) (yaitu tekanan
overburden efektif awal) sampai tekanan vertikal akibat beban tanah ( po’) tambahan
tekanan akibat beban pondasi pada kedalaman yang ditinjau (Δpi) . jadi untuk
perhitungan penurunan angka pori eo diambil pada kedudukan po’, sampai angka pori
menjadi e1, yaitu angka pori saat berakhirnya konsolidasi. Pada saat konsolidasi
berakhir, tekanan vertikal pada kedalaman tanah yang ditinjau pada kedudukan p1’ = po’
+ Δp. Titik eo diambil dari kurva e-log p’ dan dipilih titik pada kurva dengan tekanan po’.
Tekanan po’ ini adalah tekanan awal pada kedalaman contoh tanah yang diuji. Bila
contoh tanah jenuh tidak mengalami gangguan, maka eo = wGs , dengan w adalah
kadar air asli dilapangan dan G, adalah berat jenis tanah .Titik e1, dipilih titik pada kurva
yang telah terkoreksi akibat gangguan contoh tanah, pada tekanan po’.
Penurunan konsolidasi primer dihitung dengan menggunakan persamaan-
persamaan:
(9)
Dengan :
Δe = perubahan angka pori akibat pembebanan
eo = angka pori awal
e1 = angka pori saat berakhirnya konsolidasi
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Desiana Vidayanti MTREKAYASA FUNDASI
H = tebal lapisan tanah yang ditinjau
Jika penurunan konsolidasi dihitung berdasarkan indeks pemampatan (Cc) dan
indeks pemampatan kemabali (Cr), maka Cc dan Cr diperoleh dari grafik e-log p’
(Gambar 4), dengan :
; pada bagian linier kurva pembebanan (10)
dan
; pada kurva pelepasan beban (11)
Dengan e1 sampai e4 dan p1’sampai p4’ adalah titk-titik pada kurva yang ditunjukan pada
Gambar 4.
Gambar 4 kurva hubungan e-log p’
Untuk lempung terkonsolidasi normal (normally consolidated) yaitu jika p0’ = pc’
(Gambar 5), perubahan angka pori (Δe) akibat konsolidasi dinyatakan oleh
(12)
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Desiana Vidayanti MTREKAYASA FUNDASI
Gambar 5. Hitungan perubahan angka pori (e)
(a) Lempung normally consolidated
(b) dan (c) Lempung over consolidated
Untuk lempung terkonsolidasi berlebihan (overconsolidated) yaitu jika pc’ > po’
perubahan angka pori (Δe) dipertimbangkan dalam 2 kondisi, sebagai berikut :
1) Jika p1’ < pc’ (Gambar 5b)
(13)
Dengan p1’ = po’+Δp
2) Jika po’< pc’ < p1’ (Gambar 5c)
(14)
Dengan pc’ adalah tekanan prakonsolidasi.
Langkah-langkah hitungan konsolidasi dilakukan sebagai berikut:
1) Lapisan tanah yang berkonsolidasi dibagi menjadi n lapisan (Gambar 6)
2) Hitungan tegangan efektif awal ( po’), pada tiap tengah-tengah lapisan.
3) Hitungan tambahan tegangan pada tiap tengah-tengah lapisan.(Δp i) akibat
beban yang bekerja.
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Desiana Vidayanti MTREKAYASA FUNDASI
4) Hitungan (Δei) untuk tiap-tiap lapisan, dengan menggunakan Persamaan (12),
(13), dan (14) yang cocok dengan kondisi lapisannya.
5) Hitungan penurunan konsolidasi primer total pada seluruh lapisan dengan
menggunakan persamaan :
(15)
Dalam menggunakan Persamaan-persamaan (12), (13), dan (14) diatas Cc
yang digunakn harus sudah dikoreksi, akibat pengaruh gangguan contoh tanah (lihat
Mekanika Tanah II ,Hary Christady Hardiyatmo).
Untuk menggambarkan kurva terkoreksi dapat digunakan cara Schmertmann
(1955), yaitu garis kemiringan Cc hasil uji laboratorium dianggap memotong kurva Cc
asli dilapangan pada angka pori e = 0,42eo, dengan eo adalah angka pori awal sebelum
tanhya dibebani. Prosedur penggambaran kurva e-log p’ terkoreksi cara Schmertmann
untuk kedua jenis lempunng terkonsolidasi normal dan terkonsolidasi berlebihan,
diperlihatkan pada gambar 7 . Kurva yang telah dikoreksi, yang merupakan
pendekatan dari kurva asli di lapangan, adalah kurva yang digunakan dalam hitungan
kemiringan Cc dan Cr
Sebagai perkiraan awal, seperti yang telah dipelajari sebelumnya, angka
pemampatan (Cc) untuk lempung terkonsolidasi normal dapat didekati dengan
hubungan empiris yang disarankan oleh Terzaghi dan Peck (1967), sebagai berikut:
Cc = 0,009 (LL-10) (16)
Dengan LL adalah batas cair dalam persen. Persamaan tersebut sebaiknya tidak
digunakan untuk lempung dengan sensitivitas lebih besar dari 4.
Jika diketahui koefisien perubahan volume (mv) yaitu:
(17)
dengan Δe = perubahan angka pori, Δp = tambahan tekanan akibat beban, eo = angka
pori pada tekanan awal, maka penurunan konsolidasi dihitung dengan cara:
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Desiana Vidayanti MTREKAYASA FUNDASI
1) Lapisan tanah didalam bagian n lapisan dengan tebal masing-masing lapisan
ΔHi
2) Hitung tambahan tegangan (Δpi) di setiap tengah-tengah lapisan akibat beban
yang bekerja.
3) Penurunan konsolidasi dihitung dengan:
(18)
dengan mvi dan mv pada lapisan ke-i
Akibat beban fondasi, lapisan lempung akakn mengalami deformasi lateral, dan
kelebihan tekanan air ppori yamah timbul akan kurang dari tambahan tekanan vertikal
akibat bebannya. Pada kondisi ini, tekanan air pori akan bergantung kepada koefisien
tekanan pori A. Skempton dan Bjerrum (1957) menyarankan koreksi penurunan
konsolidasi yangdihitung berdasarkan hasil uji laboratorium dengan menggunakan
persamaan :
(19)
Dengan adalah penurunan yang dihitung dari uji konsolidasi di laboratorium.
Pada Persamaan (19), Sc adalah penurunan konsolidasi primer yang terjadi
dilapangan, β adalah koreksi dari Skempton dan Bjerrum dengan :
Β = A + (1-A)α (19)
Nilai α tergantung bentuk fondasi dan koefisien tekanan pori A. Variasi α yang
diberikan oleh Skempton dan Bjerrum untuk angka Poison tanah jenuh μ = 0,5,
ditunjukkan dalam Tabel 1. nilai koreksi β yang disajikan dalam bentuk grafik,
diperlihatkan dalam Gambar 8, dengan H adalah tebal lapisan lempung yang mampat
dan B adalah lebar atau diameter fondasi. Untuk maksud praktis, perkiraan nilai β pada
Tabel 2 dapat digunakan .
SUMBER :
Hardiyatmo, Hary Christady, Teknik Fondasi I, Edisi ke 2, PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta 2002
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Desiana Vidayanti MTREKAYASA FUNDASI
Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB Ir. Desiana Vidayanti MTREKAYASA FUNDASI