9
4. PEMERIKSAAN SEJAWAT MELALUI DISKUSI Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat. Teknik ini mengandung beberapa maksud sebagai salah satu teknik pemeriksaan keabsahan data. Pertama, untuk membuat agar peneliti tetap memoertahankan sikap terbuka dan kejujuran. Dalam diskusi analitik tersebut kemencengan peneliti disingkap dan pengertian mendalam ditelaah yang nantinya menjadi dasar bagi klarifikasi penafsiran. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan agar disusun sehingga dapat diklasifikasikan menurut persoalan-persoalan yang berkaitan dengan teori substansi, metodologi, hokum dan peraturan,etika atau lain-lain yang relevan. Kedua, diskusi yang sejawat ini memberikan suatu kesempatan awal yang baik untuk mulai menjajaki dan menguji hipotesis yang muncul dari pemikiran peneliti. Ada kemungkinan hipotesis yang muncul dalam benak peneliti sudah dapat dikonfirmasikan, tetapi dalam diskusi analitik ini mungkin sekali dapat terungkap segi- segi lainnya yang justru membongkar pemikiran peneliti. Ssekiranya peneliti tidak dapat mempertahankan kembali arah hipotesisnya itu. Diskusi analitik ini pun dapat memberikan kesempatan kepada peneliti untuk ikut merasakan keterharuan para peserta diskusi sehingga memungkinkanya membersihkan emosi dan perasaannya guna pakai untuk sesuatu yang tepat.

teori keabsahan data dalam penelitian kuantitatif (bagian2)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: teori keabsahan data dalam penelitian kuantitatif (bagian2)

4. PEMERIKSAAN SEJAWAT MELALUI DISKUSI

Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang

diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat. Teknik ini mengandung

beberapa maksud sebagai salah satu teknik pemeriksaan keabsahan data.

Pertama, untuk membuat agar peneliti tetap memoertahankan sikap terbuka dan

kejujuran. Dalam diskusi analitik tersebut kemencengan peneliti disingkap dan pengertian

mendalam ditelaah yang nantinya menjadi dasar bagi klarifikasi penafsiran. Pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan agar disusun sehingga dapat diklasifikasikan menurut persoalan-

persoalan yang berkaitan dengan teori substansi, metodologi, hokum dan peraturan,etika atau

lain-lain yang relevan.

Kedua, diskusi yang sejawat ini memberikan suatu kesempatan awal yang baik untuk

mulai menjajaki dan menguji hipotesis yang muncul dari pemikiran peneliti. Ada kemungkinan

hipotesis yang muncul dalam benak peneliti sudah dapat dikonfirmasikan, tetapi dalam diskusi

analitik ini mungkin sekali dapat terungkap segi-segi lainnya yang justru membongkar pemikiran

peneliti. Ssekiranya peneliti tidak dapat mempertahankan kembali arah hipotesisnya itu.

Diskusi analitik ini pun dapat memberikan kesempatan kepada peneliti untuk ikut

merasakan keterharuan para peserta diskusi sehingga memungkinkanya membersihkan emosi

dan perasaannya guna pakai untuk sesuatu yang tepat.

5. ANALISIS KASUS NEGATIF

Teknik analisis negative dilakukan dengan jalan mengumpulkan contoh dan kasus yang

tidak sesuai dengan pola den kecenderungan informasi yang telah dikumpulkan dan digunakan

sebagai bahan pembanding. Dalam suatu latihan kepemim[inan perusaahan, sebagian peserta

berhasil dengan baik dan telah menduduki kedudukan yang baik. Peserta yang tidak

menyelesaikan program dan mengalkan latihan sebelum waktunya diambil sebagai kasus untuk

meneliti kekurangan program latihan tersebut. Kasus negatif demikian digunakan sebagai upaya

meningkatkan argumentasi penemuan.

Page 2: teori keabsahan data dalam penelitian kuantitatif (bagian2)

6. KECUKUPAN REFERENSI

Konsep kecukupan referensial ini mula-mula diusulkan oleh Eisner (1975, dalam Lincoln

dan guba, 1981 : 313 ) sebagai alat untuk menampung dan menyesuaikan dengan kritik tertulis

untuk keprluan evaluasi. Film atau video-tape misalnya, dapat digunakan sebagai alat perekama

yang pada saat senggang dapat dimanfaatkan untuk membandingkan hasil yang diperoleh dengan

kritik yang telah terkumpul. Jadi bahan-bahan yang tercatat atau terekam dapat

digunakansebagai patokan untuk menguji sewaktu diadakan analisis dan penafsiran data. Jika

alat elektronik itu tidak tersedia, cara lain sebagai pembanding kritik masih dapat digunakan.

Misalnya ada informs yang tidak derencanakan, kemudian disimpan; sewaktu mengadakan

pengujian, informasidemikian lalu dimanfaatkan untuk keperluan itu.

7. PENGECEKAN ANGGOTA

Pengececekan dengan anggota yang terlibat dalam proses pengumpulan data sangat

penting dalam pemeriksaan derajat kepercayaan. 6yang dicek dengan anggota yang terlibat

meliputi data, ketegorianalitik, penafsiran dan kesimpulan.

Pengecekkan anggota dapat dilakukan baik secara formal maupun secara tidak formal.

Pengecekan secara informal demikian dapat bermanfaat dal hal-hal sebagai berikut :

- Menyediakan kesempatan untuk mempelajari secara sengaja apa yang dimaksudkan oleh

responden dengan jalan bertindak dan berlaku secara tertentu atau memberikan informasi

tertentu.

- Memberi kesempatan kepada responden untuk segera memperbaiki kesalahan dari data

dan menantang suatu penafsiran yang barangkali salah.

- Memberi kesempatan bagi respoden agar dapat memberikan data tambahan karena

dengan memberikan “ konsep “ tulisan peneliti, responden barang kali akan mengingat

lagi hal-hal yang belum terpikirkan pada waktu yang lalu.

- Memberi kesempatan bagi peneliti untuk mencatat persetujuan atau keberatan responden

sehingga , jika terjadi persoalan , misalnya keberatan dari pihak responden , dikemudian

hari dijadikan bukti tulis yang dapat diandalkan.

Page 3: teori keabsahan data dalam penelitian kuantitatif (bagian2)

- Memberi kesempatan bagi peneliti untuk mengikhtisarkan hasil perolehan sementaranya

yang memudahkanya untuk melangkah kepada analisis data.

- Memberi kesempatan bagi responden untuk mengadakan penilaian terhadap keseluruhan

kecukupan data secara menyeluruh dan mengecek nya dengan data pihak dirinya sendiri.

Di pihak lain , pengecekan secara formal tentu saja diperlukan pula. Pengecekan anggota

demikian dilakukan dalam bentuk diskusi dengan anggota yang terlibat yang cukup

berpengetahuan dan ber penggalaman yang diambil dari mereka yang mewakili kelompok –

kelompok tertentu.

Teknik ini, bagaimana pun , ada kelemahan nya. Misalnya, anggota yang terlibat itu

berasal dari satu kubu yang sengaja mau mengghacurkan hasil penemuan , atau sengaja

membelokkan penemuan karena tidak sesuai dengan kebijaksanaan yang selama ini berlangsung.

Hal demikian harus disadari oleh peneliti. Jika memang ada gelagat yang demikian peneliti

secepat nya mencari dan menemukan strategi untuk mengatasinya.

Terakhir perlu dikemukakan bahwa tampak nya teknik pengecekan anggota ini sama

dengan triangulasi dengan sumber. “ tampaknya “ bukan berarti sama, dan memang keduanya

berbeda. Triangulasi mempersoalkan data , sedangkan pengecekan anggota mempersoalkan

Sesuatu yang telah dibangun dalam bangunan setengah jadi yang berupa kategori, hipotesis atau

laporan penelitian. Cara melaksanakan pun berbeda. Pengecekan anggota dilakukan pada mereka

yang terlibat,sedangkan triangulasi kepada mereka yang bukan anggota yang terlibat.

8. URAIAN RINCI

Teknik ini menurut peneliti agar melaporkan hasil penelitian nya sehingga uraian nya itu

dilakukan seteliti dan secermat mungkin yang menggambarkan konteks tempat penelitian

diselenggarakan. Jelas laporan itu harus mengacu pada focus pelitian. Uraianya harus

mengungkapkan secara khusus sekali segala sesuatu yang dibutuhkan oleh pembaca agar ia dapat

memahami penemuan-penemuan yang diperoleh. Penemuan itu sendiri tentunya bukan bagian

dari uraian rinci, melainkan penefsiran yang dilakukan dalam bentuk uraian rinci dengan segala

macam petanggungjawaban berdasarkan kejadian-kejadian nyata.

Page 4: teori keabsahan data dalam penelitian kuantitatif (bagian2)

Jadi. Jelas disini bahwa untuk mencapai kriterium keteralihan sutu penemuan hendaknya pihak

peneliti debekali dengan konteks pengirim dan penerima. Dengan kata lain, peneliti tidak dapat

membahas keteralihan jika ia hanya mempunyai sekeing data dari penelitian nya saja.

9. AUDITING

Auditing adalah konsep bisnis, khususnya dibidang fiscal yang dimanfaatkan untuk memeriksa

kebergantungandan kepastian data. Hal itu dilakukan baik terhadap proses maupun terhadap hasil

atau keluaran.

Penelusuran audit ( audit trail ) tidak dapat dilaksanakan apabila tidak dilengkapi dengan

catatan-catatan pelaksanaan keseluruhan proses dan hasil studi. Pencatatan pelaksanaan itu perlu

diklasifikasikan terlebih dahulu sebelum auditing itu dilakukan sebagaimana yang dilakukan

pada auditing fiscal.

Proses auditing dapat mengikuti langkah-langkah seperti yang disarankan oleh harpen (1993,

dalam lincholn dan guba, 1985:319-320) sebagai berikut :

1. Data mentah, termasuk bahan yang direkam secara elaktronik, catatan lapangan tertulis,

dokumen, foto, dan semacam nya, serta hasil survai ;

2. Data yang direduksi dan hasil kajian, termasuk didalam nya penulisan secara lengkap

catatan lapangan, ikhtisar catatan, informasi yang dibuat satu per satu seperti

kartu,ikhtisar data kuantittatif, dan catatan teori seperti hipotesis kerja, konsep, dan

semacam nya;

3. Rekontruksi data dan hasil sintesis termasuk didalam nya struktur kategori: tema, definisi

dan hubungan-hubungan nya ; penemuan dan kesimpulan ; dan laporan akhir dan

hubungan nya dengan kepustakaan mutakhir, integrasi konsep, hubungan dan penafsiran ;

4. Catatan tentang proses penyelenggaraan, termasuk di dalam nya catatan metodologi:

prosedur, desain, strategi, rasional ; catatan tentang keabsahan data : berkaitan derajat

kepercayaan, kebergantungan dan kepastian ; dan penelusuran audit ;

5. Bahan yang berkaitan dengan maksud dank e inginan, termasuk usulan penelitian,

catatan pribadi : catatan reflektif dan motivasi ; dan harapan ; harapan dan peramalan ;

6. Informasi tentang penggembangan instrument, termasuk berbagai formulir yang di

gunakan untuk penjajakan, jadwal pendahuluan, format pengamat, dan survai.

Page 5: teori keabsahan data dalam penelitian kuantitatif (bagian2)

Prose auditing dapat mengikuti langkah-langkah seperti yang disarankan oleh halpern, yaitu

praentri, penetapan yang dapat di audit, kesepakatan formal, dan terakhir penentuan keabsahan

data.

Pada tahap praentri , sejumlah pertemuan diadakan oleh auditor dengan dengan auditi (dalam hal

ini peneliti) dan berakhir pada meneruskan, mengubah seperlunya, atau mengehentikan

pelaksanaan usulan auditing .

Pada tahap penetapan dapat nya diaudit, tugas auditi ialah menyediakan segala macam

pencatatan yang diperlukan dan bahan-bahan penelitian yang tersedia seperti yang sudah

dikemukakan klasifikan. Selain itu ia hendak nya menyediakan waktu secukupnya untuk

keperluan menggadakan konsultasi jika hal itu diperlukan.

Di pihak lain, tugas pertama auditor ialah mempelajari seluruh bahan yang tersedia. Sesudah itu

ia meminta penjelasan-penjelasan seperlunya tentang apa yang belum dipahami nya sebelum

mantap. Auditor perlu memahami bahan-bahan yang tersedia dengan keadaan yang sebenarnya.

Ia harus mengetahui benar bagaimana hubungan antara penelusuran audit dengan kejadian yang

sebenarnya atau dengan hasil yanh di temukan. Ia harus bisa menelusuri apa yang terdapat dalam

apa yang terdapat dalam penelusuran auditing dengan data yang dilaporkan melalui pengamatan,

wawancara, rekaman kaset atau video.

Pada tahap ini auditor harus pula membuat ketetapan tentang studi yang sedang atau telah selesai

dilaksanakan. Jika studi sedang berjalan, saran keputusan nya hendaknya menegaskan agar dapat

diteruskan, di berhentikan sementara, atau diberhentikan sama sekali. Keputusan itu dapat

didasar kan atas beberapa patokan seperti lengkap-tidaknya, yaitu seluruh bahan penelitian yang

disediakan dan telah digunakan ; tuntas-tidaknya, bahwa bahan itu dapat benar-benar dipahami

dan diikuti ; bemanfaat-tidaknya, telah disusun sehingga memunggkinkan penggecekan silang,

pengorganisasian, pembuatan indeks, dan semacam nya; bahan itu berkaitan secara sistematis

dengan pendekatan dan metodologi yang digunakan, baik pada waktu penggunaan mula-mula

ataupun kemudian dalam pengguna sebenarnya .

Tahap berikutnya dinamakan persetujuan resmi antara auditor dengan auditi. Pada tahap ini

auditor dengan mengandakan persetujuan tertulis tentang apa yang telah dicapai oleh auditor.

Page 6: teori keabsahan data dalam penelitian kuantitatif (bagian2)

Tahap berikutnya ialah penentuan keabsahan. Tahap ini merupakan tahap terpenting.

Penelusuran auditing meliputi pemeriksaan terhadap kepastian maupun terhadap

kebergantungan. Pemeriksaan terhadap kriteria kepastian terdiri atas beberapa langkah kecil.

pertama-tama auditor perlu memastikan, apakah hasil penemuan itu benar-benar berasal dari

data. Hal ini tidak sukar melaksanakan nya sepanjang jejak audit itu telah ditetapkan dengan

baik.

Tahap terkhir rentetan auditing ini ialah mengakhiri auditing itu sendiri(closure). Pada tahap ini

ada dua hal yang harus perlu dikerjakan oleh auditor, yaitu memberikan umpan balik dan

Berunding dengan auditi, yaitu si peneliti sendiri, dan menuliskan laporan hasil pemeriksaan nya.

Sebelum seluruh penyusunan laporan diakhiri, sesuai dengan haknya, audit berhak mempelajari

isi laporan tersebut terlebih dahulu. Hasil penelaah auditi dibacarakan dan dibahas bersama-

sama. Maksudnya ialah agar auditing auditi dapat mengetahui bahwa langkah-langkah yang ada

dalam perjanjian telah dilakukan seluruh nya. Jika dari sisi auditi terlihat adanya kekeliruan, hal

itu dapat dibicarakan untuk kemudian diperbaiki. Dalam hal keduanya tidak terdapat kesesuaian

pendapat, auditor tetap berhak untuk menyajikan laporan nya, sedangkan auditi dapat

memberikan catatan khusus mengenai hal itu. Jika prose situ telah dilaksanakan, maka

perundingan tentang penemuan auditing dibicarakan, apa saja kekurangan dan bagaimana cara

mengatasinya.