View
1.400
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
4. PEMERIKSAAN SEJAWAT MELALUI DISKUSI
Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang
diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat. Teknik ini mengandung
beberapa maksud sebagai salah satu teknik pemeriksaan keabsahan data.
Pertama, untuk membuat agar peneliti tetap memoertahankan sikap terbuka dan
kejujuran. Dalam diskusi analitik tersebut kemencengan peneliti disingkap dan pengertian
mendalam ditelaah yang nantinya menjadi dasar bagi klarifikasi penafsiran. Pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan agar disusun sehingga dapat diklasifikasikan menurut persoalan-
persoalan yang berkaitan dengan teori substansi, metodologi, hokum dan peraturan,etika atau
lain-lain yang relevan.
Kedua, diskusi yang sejawat ini memberikan suatu kesempatan awal yang baik untuk
mulai menjajaki dan menguji hipotesis yang muncul dari pemikiran peneliti. Ada kemungkinan
hipotesis yang muncul dalam benak peneliti sudah dapat dikonfirmasikan, tetapi dalam diskusi
analitik ini mungkin sekali dapat terungkap segi-segi lainnya yang justru membongkar pemikiran
peneliti. Ssekiranya peneliti tidak dapat mempertahankan kembali arah hipotesisnya itu.
Diskusi analitik ini pun dapat memberikan kesempatan kepada peneliti untuk ikut
merasakan keterharuan para peserta diskusi sehingga memungkinkanya membersihkan emosi
dan perasaannya guna pakai untuk sesuatu yang tepat.
5. ANALISIS KASUS NEGATIF
Teknik analisis negative dilakukan dengan jalan mengumpulkan contoh dan kasus yang
tidak sesuai dengan pola den kecenderungan informasi yang telah dikumpulkan dan digunakan
sebagai bahan pembanding. Dalam suatu latihan kepemim[inan perusaahan, sebagian peserta
berhasil dengan baik dan telah menduduki kedudukan yang baik. Peserta yang tidak
menyelesaikan program dan mengalkan latihan sebelum waktunya diambil sebagai kasus untuk
meneliti kekurangan program latihan tersebut. Kasus negatif demikian digunakan sebagai upaya
meningkatkan argumentasi penemuan.
6. KECUKUPAN REFERENSI
Konsep kecukupan referensial ini mula-mula diusulkan oleh Eisner (1975, dalam Lincoln
dan guba, 1981 : 313 ) sebagai alat untuk menampung dan menyesuaikan dengan kritik tertulis
untuk keprluan evaluasi. Film atau video-tape misalnya, dapat digunakan sebagai alat perekama
yang pada saat senggang dapat dimanfaatkan untuk membandingkan hasil yang diperoleh dengan
kritik yang telah terkumpul. Jadi bahan-bahan yang tercatat atau terekam dapat
digunakansebagai patokan untuk menguji sewaktu diadakan analisis dan penafsiran data. Jika
alat elektronik itu tidak tersedia, cara lain sebagai pembanding kritik masih dapat digunakan.
Misalnya ada informs yang tidak derencanakan, kemudian disimpan; sewaktu mengadakan
pengujian, informasidemikian lalu dimanfaatkan untuk keperluan itu.
7. PENGECEKAN ANGGOTA
Pengececekan dengan anggota yang terlibat dalam proses pengumpulan data sangat
penting dalam pemeriksaan derajat kepercayaan. 6yang dicek dengan anggota yang terlibat
meliputi data, ketegorianalitik, penafsiran dan kesimpulan.
Pengecekkan anggota dapat dilakukan baik secara formal maupun secara tidak formal.
Pengecekan secara informal demikian dapat bermanfaat dal hal-hal sebagai berikut :
- Menyediakan kesempatan untuk mempelajari secara sengaja apa yang dimaksudkan oleh
responden dengan jalan bertindak dan berlaku secara tertentu atau memberikan informasi
tertentu.
- Memberi kesempatan kepada responden untuk segera memperbaiki kesalahan dari data
dan menantang suatu penafsiran yang barangkali salah.
- Memberi kesempatan bagi respoden agar dapat memberikan data tambahan karena
dengan memberikan “ konsep “ tulisan peneliti, responden barang kali akan mengingat
lagi hal-hal yang belum terpikirkan pada waktu yang lalu.
- Memberi kesempatan bagi peneliti untuk mencatat persetujuan atau keberatan responden
sehingga , jika terjadi persoalan , misalnya keberatan dari pihak responden , dikemudian
hari dijadikan bukti tulis yang dapat diandalkan.
- Memberi kesempatan bagi peneliti untuk mengikhtisarkan hasil perolehan sementaranya
yang memudahkanya untuk melangkah kepada analisis data.
- Memberi kesempatan bagi responden untuk mengadakan penilaian terhadap keseluruhan
kecukupan data secara menyeluruh dan mengecek nya dengan data pihak dirinya sendiri.
Di pihak lain , pengecekan secara formal tentu saja diperlukan pula. Pengecekan anggota
demikian dilakukan dalam bentuk diskusi dengan anggota yang terlibat yang cukup
berpengetahuan dan ber penggalaman yang diambil dari mereka yang mewakili kelompok –
kelompok tertentu.
Teknik ini, bagaimana pun , ada kelemahan nya. Misalnya, anggota yang terlibat itu
berasal dari satu kubu yang sengaja mau mengghacurkan hasil penemuan , atau sengaja
membelokkan penemuan karena tidak sesuai dengan kebijaksanaan yang selama ini berlangsung.
Hal demikian harus disadari oleh peneliti. Jika memang ada gelagat yang demikian peneliti
secepat nya mencari dan menemukan strategi untuk mengatasinya.
Terakhir perlu dikemukakan bahwa tampak nya teknik pengecekan anggota ini sama
dengan triangulasi dengan sumber. “ tampaknya “ bukan berarti sama, dan memang keduanya
berbeda. Triangulasi mempersoalkan data , sedangkan pengecekan anggota mempersoalkan
Sesuatu yang telah dibangun dalam bangunan setengah jadi yang berupa kategori, hipotesis atau
laporan penelitian. Cara melaksanakan pun berbeda. Pengecekan anggota dilakukan pada mereka
yang terlibat,sedangkan triangulasi kepada mereka yang bukan anggota yang terlibat.
8. URAIAN RINCI
Teknik ini menurut peneliti agar melaporkan hasil penelitian nya sehingga uraian nya itu
dilakukan seteliti dan secermat mungkin yang menggambarkan konteks tempat penelitian
diselenggarakan. Jelas laporan itu harus mengacu pada focus pelitian. Uraianya harus
mengungkapkan secara khusus sekali segala sesuatu yang dibutuhkan oleh pembaca agar ia dapat
memahami penemuan-penemuan yang diperoleh. Penemuan itu sendiri tentunya bukan bagian
dari uraian rinci, melainkan penefsiran yang dilakukan dalam bentuk uraian rinci dengan segala
macam petanggungjawaban berdasarkan kejadian-kejadian nyata.
Jadi. Jelas disini bahwa untuk mencapai kriterium keteralihan sutu penemuan hendaknya pihak
peneliti debekali dengan konteks pengirim dan penerima. Dengan kata lain, peneliti tidak dapat
membahas keteralihan jika ia hanya mempunyai sekeing data dari penelitian nya saja.
9. AUDITING
Auditing adalah konsep bisnis, khususnya dibidang fiscal yang dimanfaatkan untuk memeriksa
kebergantungandan kepastian data. Hal itu dilakukan baik terhadap proses maupun terhadap hasil
atau keluaran.
Penelusuran audit ( audit trail ) tidak dapat dilaksanakan apabila tidak dilengkapi dengan
catatan-catatan pelaksanaan keseluruhan proses dan hasil studi. Pencatatan pelaksanaan itu perlu
diklasifikasikan terlebih dahulu sebelum auditing itu dilakukan sebagaimana yang dilakukan
pada auditing fiscal.
Proses auditing dapat mengikuti langkah-langkah seperti yang disarankan oleh harpen (1993,
dalam lincholn dan guba, 1985:319-320) sebagai berikut :
1. Data mentah, termasuk bahan yang direkam secara elaktronik, catatan lapangan tertulis,
dokumen, foto, dan semacam nya, serta hasil survai ;
2. Data yang direduksi dan hasil kajian, termasuk didalam nya penulisan secara lengkap
catatan lapangan, ikhtisar catatan, informasi yang dibuat satu per satu seperti
kartu,ikhtisar data kuantittatif, dan catatan teori seperti hipotesis kerja, konsep, dan
semacam nya;
3. Rekontruksi data dan hasil sintesis termasuk didalam nya struktur kategori: tema, definisi
dan hubungan-hubungan nya ; penemuan dan kesimpulan ; dan laporan akhir dan
hubungan nya dengan kepustakaan mutakhir, integrasi konsep, hubungan dan penafsiran ;
4. Catatan tentang proses penyelenggaraan, termasuk di dalam nya catatan metodologi:
prosedur, desain, strategi, rasional ; catatan tentang keabsahan data : berkaitan derajat
kepercayaan, kebergantungan dan kepastian ; dan penelusuran audit ;
5. Bahan yang berkaitan dengan maksud dank e inginan, termasuk usulan penelitian,
catatan pribadi : catatan reflektif dan motivasi ; dan harapan ; harapan dan peramalan ;
6. Informasi tentang penggembangan instrument, termasuk berbagai formulir yang di
gunakan untuk penjajakan, jadwal pendahuluan, format pengamat, dan survai.
Prose auditing dapat mengikuti langkah-langkah seperti yang disarankan oleh halpern, yaitu
praentri, penetapan yang dapat di audit, kesepakatan formal, dan terakhir penentuan keabsahan
data.
Pada tahap praentri , sejumlah pertemuan diadakan oleh auditor dengan dengan auditi (dalam hal
ini peneliti) dan berakhir pada meneruskan, mengubah seperlunya, atau mengehentikan
pelaksanaan usulan auditing .
Pada tahap penetapan dapat nya diaudit, tugas auditi ialah menyediakan segala macam
pencatatan yang diperlukan dan bahan-bahan penelitian yang tersedia seperti yang sudah
dikemukakan klasifikan. Selain itu ia hendak nya menyediakan waktu secukupnya untuk
keperluan menggadakan konsultasi jika hal itu diperlukan.
Di pihak lain, tugas pertama auditor ialah mempelajari seluruh bahan yang tersedia. Sesudah itu
ia meminta penjelasan-penjelasan seperlunya tentang apa yang belum dipahami nya sebelum
mantap. Auditor perlu memahami bahan-bahan yang tersedia dengan keadaan yang sebenarnya.
Ia harus mengetahui benar bagaimana hubungan antara penelusuran audit dengan kejadian yang
sebenarnya atau dengan hasil yanh di temukan. Ia harus bisa menelusuri apa yang terdapat dalam
apa yang terdapat dalam penelusuran auditing dengan data yang dilaporkan melalui pengamatan,
wawancara, rekaman kaset atau video.
Pada tahap ini auditor harus pula membuat ketetapan tentang studi yang sedang atau telah selesai
dilaksanakan. Jika studi sedang berjalan, saran keputusan nya hendaknya menegaskan agar dapat
diteruskan, di berhentikan sementara, atau diberhentikan sama sekali. Keputusan itu dapat
didasar kan atas beberapa patokan seperti lengkap-tidaknya, yaitu seluruh bahan penelitian yang
disediakan dan telah digunakan ; tuntas-tidaknya, bahwa bahan itu dapat benar-benar dipahami
dan diikuti ; bemanfaat-tidaknya, telah disusun sehingga memunggkinkan penggecekan silang,
pengorganisasian, pembuatan indeks, dan semacam nya; bahan itu berkaitan secara sistematis
dengan pendekatan dan metodologi yang digunakan, baik pada waktu penggunaan mula-mula
ataupun kemudian dalam pengguna sebenarnya .
Tahap berikutnya dinamakan persetujuan resmi antara auditor dengan auditi. Pada tahap ini
auditor dengan mengandakan persetujuan tertulis tentang apa yang telah dicapai oleh auditor.
Tahap berikutnya ialah penentuan keabsahan. Tahap ini merupakan tahap terpenting.
Penelusuran auditing meliputi pemeriksaan terhadap kepastian maupun terhadap
kebergantungan. Pemeriksaan terhadap kriteria kepastian terdiri atas beberapa langkah kecil.
pertama-tama auditor perlu memastikan, apakah hasil penemuan itu benar-benar berasal dari
data. Hal ini tidak sukar melaksanakan nya sepanjang jejak audit itu telah ditetapkan dengan
baik.
Tahap terkhir rentetan auditing ini ialah mengakhiri auditing itu sendiri(closure). Pada tahap ini
ada dua hal yang harus perlu dikerjakan oleh auditor, yaitu memberikan umpan balik dan
Berunding dengan auditi, yaitu si peneliti sendiri, dan menuliskan laporan hasil pemeriksaan nya.
Sebelum seluruh penyusunan laporan diakhiri, sesuai dengan haknya, audit berhak mempelajari
isi laporan tersebut terlebih dahulu. Hasil penelaah auditi dibacarakan dan dibahas bersama-
sama. Maksudnya ialah agar auditing auditi dapat mengetahui bahwa langkah-langkah yang ada
dalam perjanjian telah dilakukan seluruh nya. Jika dari sisi auditi terlihat adanya kekeliruan, hal
itu dapat dibicarakan untuk kemudian diperbaiki. Dalam hal keduanya tidak terdapat kesesuaian
pendapat, auditor tetap berhak untuk menyajikan laporan nya, sedangkan auditi dapat
memberikan catatan khusus mengenai hal itu. Jika prose situ telah dilaksanakan, maka
perundingan tentang penemuan auditing dibicarakan, apa saja kekurangan dan bagaimana cara
mengatasinya.