Click here to load reader
Upload
destya-purnawita
View
620
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ilmu komuikasi
Citation preview
Teori Agenda SettingDiajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Teori Komunikasi
Jurusan Ilmu Komunikasi.
Dosen Pembimbing Drs. A.M. Moefad, SH., M.Si.
Disusun Oleh :
Anifatul Jannah B06211045
Faizatin Nia B06211053
Hidayati Kusuma Pertiwi B06211058
FAKULTAS DAKWAH
IAIN SUNAN AMPEL SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2011-2012
1
BAB I
Pembahasan
TEORI AGENDA SETTING
Konsep Teori
Agenda asli tidak hanya apa yang harus dipikirkan, tapi bagaimana memikirkan tentang
sesuatu. Jurnalisme profesor Maxwell McCombs dan Donald Shaw menjadikan Watergate sebagai
contoh sempurna dari fungsi agenda-setting seperti pada media massa. McCombs dan Shaw percaya
bahwa “ Media massa memiliki kemampuan untuk mentransfer arti penting suatu item pada agenda
berita mereka dengan agenda publik.”, Mereka tidak menyarankan bahwa usaha membuat siaran dan
cetak pribadi yang disengaja untuk mempengaruhi pendengar, pemirsa, atau pembaca pendapat atas
isu. Wartawan di dunia yang bebas memiliki reputasi untuk kemerdekaan dan keadilan. Tapi
McCombs dan Shaw berkata bahwa professional berita untuk isyarat di mana harus fokus perhatian
kita.” Kita cenderung menilai sesuatu itu penting sebagaimana media massa menganggap hal tersebut
penting ". Sebaliknya, jika isu tersebut tidak dianggap penting oleh media massa, maka isu tersebut
juga menjadi tidak penting bagi diri kita, bahkan menjadi tidak terlihat sama sekali.
McCombs dan Shaw pertama menyebut fungsi agenda-setting pada tahun 1972, gagasan
bahwa orang menginginkan bantuan media dalam menentukan realitas politik yang sudah disuarakan
oleh sejumlah analis peristiwa saat ini. Walter Lipmann pernah mengutarakan pernyataan bahwa
media berperan sebagai mediator antara “The world outside and the pictures in our heads”. McCombs
dan Shaw juga sependapat dengan Lipmann. Menurut mereka, ada korelasi yang kuat dan signifikan
antara apa-apa yang diagendakan oleh media massa dan apa-apa yang menjadi agenda publik.
Awalnya teori ini bermula dari penelitian mereka tentang pemilihan presiden di Amerika Serikat
tahun 1968. Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa ada hubungan sebab-akibat antara isi media
dengan persepsi pemilih.
McCombo dan Shaw juga ilmuwan politik dari Quot Universitas Wiconsisn Bernard Cohen
tentang fungsi spesifik media yang melayani. “Media massa memiliki kekuatan untuk mempengaruhi
agenda media kepada agenda publik. Teori Agenda. Setting didasari oleh asumsi demikian. Teori ini
sendiri dicetuskan oleh Profesor Jurnalisme Maxwell McCombs dan Donald Shaw”. News doesn’t
select itself. Berita tidak bisa memilih dirinya sendiri untuk menjadi berita. Artinya ada pihak-pihak
tertentu yang menentukan mana yang menjadi berita dan mana yang bukan berita. Mereka ini yang
biasa disebut sebagai “ Gatekeepers.” Di dalamnya termasuk pemimpin redaksi, redaktur, editor,
hingga jurnalis itu sendiri.
Agenda-setting diperkenalkan oleh McCombs dan DL Shaw dalam Public Opinion Quarterly
tahun 1972, berjudul The Agenda-Setting Function of Mass Media. Asumsi dasar teori agenda-setting
adalah bahwa jika media memberi tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan memngaruhi
2
khalayak untuk menganggapnya penting. Jadi, apa yang di anggap penting bagi media, maka penting
juga bagi masyarakat. Oleh karena itu, apabila media masa memberi perhatian pada isu tertentu dan
mengabaikan yang lainnya, akan memiliki pengaruhh terhadap pendapat umum. Asumsi ini berasal
dari asumsi lain bahwa media massa memiliki efek yang sangat kuat, terutama karena asumsi ini
berkaitan dengan proses belajar dan bukan dengan perubahan sikap dan pendapat. Teori agenda-
setting menganggap bahwa masyarakat akan belajar mengenai isu-isu apa, dan bagaimanan isu-isu
tersebut di susun bedasarkan tingkat kepentingannya (Effendy, 2000:287)
McCombs dan Donald Shaw mengatakan pula, bahwa audience tidak hanya mempelajari
berita-berita dan hal-hal lainnya melalui media massa, tetapi juga mempelajari seberapa besar arti
penting diberitakan pada suatu isu atau topik dari cara media massa memberikan penekanan terhadap
topik tersebut. Misalnya, dalam merefleksikan apa yang dikatakan oleh para kandidat dalam suatu
kampanye pemilu, media massa terlihat menentukan mana topik yang penting. Dengan kata lain,
media massa menetapkan “ agenda” kampanye tersebut dan kemampuan untuk memengaruhi
perubahan kognitif individu ini merupakan aspek terpenting dari kekuatan komunikasi massa
(Effendi, 2000:288)
Pada tahun 1976, McCombs dan Shaw mengambil kasus Watergate sebagai ilustrasi dari
fungsi agenda-setting. Mereka menunjukkann bahwa sebenarnya bukanlah suatu yang baru dalam
mengungkap kasus politik yang korup, tetapi pemberitaan surat kabar yang sangat sensitive dan di
ikuti oleh penayangan dengan pendapat di Dewan Perwakilan melalui televisi, telah membuat kasus
Watergate menjadi “topic of the year”. (Sendjaja,2002:5.26)
Teori utama agenda-setting adalah Maxwell McCombs dan Donald Shaw. Mereka menuliskan
bahwa audience tidak hanya mempelajari berita-berita dan hal-hal lainnya melalui media massa,
tetapi juga mempelajari seberapa besar arti arti penting yang diberikan pada suatu isu atau topik dari
cara media massa memberikan penekanan terhadap topik tersebut. (Sendjaja, 2002:199)
Teori Agenda Setting
Hipotesis penentuan agenda telah menjadi salah satu konsep yang dominan dalam teori
komunikasi sejak awal 1970-an. Hipotesis tersebut penting karena menunukkan cara yang dapat
dimiliki media agar mempunyai dampak pada masyarakat yaitu alternatif untuk perbahan sikap.
Selanjutnya, ada indikasi bahwa dampak tersebut mungkin adalah dampak yang signifikan.
Karya aktual pada penentuan agenda tidak hanya brfungsi pada tingkat isu tetapi juga pada
tingkat atribut-atribut isu, atau sub isu. Arah baru dalam penentuan agenda ini menunjukkan
pernyataan lama bahwa “media berita mungkin tidak hanya memberi tahu kita apa yag harus
dipikirkan. Tetapi media berita juga memberi tahu kita apa yang harus dipertimbangkan (perlu
direvisi). Versi yang lebih baru mengatakan bahwa “media berita tidak hanya memberi tahu kita apa
yang harus dipikirkan, juga memberi tahu kita bagaimana kita mempertimbangkan hal itu”
(McCombs, p.820).
3
Untuk jurnalis yang bekerja,konsep penentuan agenda menyebabkan pertanyaan penting
mengenai tanggung jawab. Label yang diberikan jurnalis pada berbagai peristiwa dapat mempunyai
pengaruh penting pada apakah publik memberikan perhatian atau tidak pada isu-isu yang
berhubungan dengan peristiwa tersebut, seperti yang ditunjukkan oleh analisis Wetergate. Dalam
kampanye pemilihan, isu-isu media yang oleh media dibuat tampak lebih penting dapat mmpunyai
dampak yang lebih menguntungkan satu orang calon dari pada calon lainya dengan proses priming.
Media juga dapat membantu menciptakan citra tertentu untuk seorang calon dengan membuat
sebagian karasteritik pribadi tampak lebih penting dan dengan mengabaikan karasteristik yang lain.
Bagi reporter yang giat penemuan-penemuan riset penentuan agenda juga menunjukkan
peluang-peluang. Jika pers pada umumnya tidak meliput kejadian-kejadiansignifikan sesuai dengan
proporsi kepentinganya, ini berarti bahwa kemungkinan besar ada berita-berita besar untuk diliput.
Bagi pekerja hubungan masyarakat, penentuan agenda menunjukkan pentingnya pembingkaian
sebuah kejadian dalam cara yang untuk menangkap perhatian publik.
Banyak riset pada penentuan agenga menunjukkan bahwa pers bukan cermin yang
merefleksikan realitas masyarakat yang sebenarnya (Shoemarker dan Mayfield, 1984). Bertahun-
tahun yang lalu pers lebih mirip lampu sorot, dan di mana lampu sorot menyala dapat dipengaruhi
oleh kelompok-kelompok dengan kepentingan kusuh, dengan pseudoevent yang diciptakan untuk
mendapatkan perhatian, dan dengan kebiasaan dan adat jurnalis.
Priming
Priming adalah proses dimana media terfokus pada sebagian isu dan tidak pada isu lainya dan
dengan demikian mengubah standar yng digunakan orang untuk mengevaluasi para calon pemikiran.
Waktu Yang Diperlukan Untuk Menentukan Agenda
Winter dan Eyal 1980 menemukan bahwa korelasi yang paling kuat antara agenda media dan
agenda publik adalah selama rentng waktu 4-6 minggu, sedangkan Stone dan McCombs (1989) untuk
trjadinya agenda antara 1-2 bulan dan 4-5 bulan.
Tetapi terdapat juga suatu bukti dampak penentuan agenda yang muncul dalam periode waktu yang
lebih singkat seperti Wanta dan Roy (1995) menemukan bahwa dampak penentuan agenda pada
televisi lokal muncul setelah 6 hari dn lenyap setelah 11 hari, sedangkan pada surat kabar lokal
muncul setelah 8 hari namun berlangsung lebih lama, dan lenyap setelah 85 hari.
Peran Exposure
Wanta dan Wu(1992) menguji hipotesis bahwa sekmakin banyak individu terekpos pada
media berita, semakin tnggi tingkat keutamaan isu media. Mereka melakukan surve dimana 341
responden ditanya seberapa serng minggu lalu mereka membaca surat kabar, menyaksikan tayangan
berita nasional atau lokal, mereka juga diminta me-ratting nilai penting sejumlah isu sebagian
mendapatkan liputan yang gencar,dan setengahnya kurang gencar sehigga dapat disimpulkan semakin
4
banyak individu terbuka pada media berita, semakin besar kecenderungan merea untuk peduli dengan
isu yang mendapatkan liputan media yang gencar.
Pembentukan Agenda
Eneliti Gladys Engel Lang dan Kurt Lang (1983) menganjurkan agar konsep penentuan agenda
diperluas menjadi pembentukan agenda (agenda building) proses kolektif dimana
media,pemerintah,dan publik saling mempengaruhi satu sama lain dalam isu-isu apa yang dianggap
penting. Mereka merinci proses tersebut dalam 6 langkah :
1. Pers menyoroti beberapa kejadian atau aktivitas dan membuatnya menjadi menonjol
2. Jenis-jenis isu yang berbeda membutuhkan jumlah dan jenis liputan berita yang berbeda untuk
mendapatkan perhatian dengan cara meliput secara komperhensif untuk mendapatkan perhatian
publik.
3. Peristiwa-perstiwa dan aktivitas dalam fokus perhatian harus di bingkai atau diberi bidang makna
dimana didalamnya peristiwa dan aktifitas tersebut dapat dipahami.
4. Bahasa yang digunakan media dapat mempengaruhi persepsi akan pentingnya sebuah isu.
5. Media mengubungkan aktivitas dan kejadian yang tlah menjadi fokus perhatian dengan simbol-
simbol sekunder yang lokasinya pada landskap politik mudah diketahui.
6. Pembentukan agenda dipercepat ketika individu-individu yang terkenal dan dapat diprcaya mulai
berbicara tentng isu.
kebutuhan akan orientasi
Mccomb dan weaver (Weaver 1977) menyatakan bahwa setiap individu mempunyai kebutuhan
orientasi yang berbeda-beda, hal ini bisa menentukan apakah penentuan agenda terjadi atau tidak.
Kebutuhan orientasi didasarkan pada dua faktor: relevansi informasi(bagi individu) dan tingkat
ketidak pastian berkenaan dengan subjek pesan. Semakin besar relevansi informasi dan ketidak
pastian berkenaan dengan subjek, maka semakn besar keperluan akan informasi.
Teori Penentuan Agenda
(bahasa Inggris: Agenda Setting Theory) adalah teori yang menyatakan bahwa media massa
berlaku merupakan pusat penentuan kebenaran dengan kemampuan media massa untuk mentransfer
dua elemen yaitu kesadaran dan informasi ke dalam agenda publik dengan mengarahkan kesadaran
publik serta perhatiannya kepada isu-isu yang dianggap penting oleh media massa. Dua asumsi dasar
yang paling mendasari penelitian tentang penentuan agenda adalah:
(1) masyarakat pers dan mass media tidak mencerminkan kenyataan; mereka menyaring dan
membentuk isu.
(2) konsentrasi media massa hanya pada beberapa masalah masyarakat untuk ditayangkan sebagai
isu-isu yang lebih penting daripada isu-isu lain.
5
Salah satu aspek yang paling penting dalam konsep penentuan agenda adalah peran fenomena
komunikasi massa, berbagai media massa memiliki penentuan agenda yang potensial berbeda
termasuk intervensi dari pemodal
"Pers mungkin tidak berhasil banyak waktu dalam menceritakan orang-orang yang berpikir, tetapi
berhasil mengalihkan para pemirsa dalam berpikir tentang apa" - Bernard C. Cohen, 1963.
Siapa yang menentukan agenda media?
Banyak penelitian telah dilaksanakan berkenaan dengan agenda media dan kemungkinan
dampaknya pada agenda public, tetapi para peneliti kadang-kadang mengabaikan sebuah pertanyaan
penting. Siapa yang menentukan agenda media? Atau seperti yang ditanyakan Bruce Westley
berkeneen dengan agenda media, “Siapa yang membuatnya berubah?” (Westly, 1976)
Sebagian jawabannya terletak pada realitas yang terjadi pada realitas, hingga tingkat tertentu,
media hanya meneruskan isu dan peristiwa yang terjadi dalam masyarakat. Fungsi ini hanya
merupakan alat saja, sebab penelitian Funkhouser (1973-an) dan Zucker (1978) menunjukkan bahwa
liputan media sering kali tidak begitu sesuai dengan kejadian-kejadian dalam realitas. Banyak peneliti
lain menyatakn kesimpulan yang sama. Jika demikian, apakah yang menentukan agenda media?
Westly (1976) sendiri telah memberikan sebagaian dari jawaban itu. Dia menyatakan bahwa dalam
beberapa hal tekanan kelompok atau kelompok kepentingan khusus bias menaikkan sebuah isu ke
agenda media. Contoh-contoh dari hal ini adalah student nonviolent coordinating committee (SNCC)
yang mengambil bagian dalam menempatkan diskriminasi rasial pada agenda public pada tahun
1960-an dan National Organization for Women (NOW) dan kelompok-kelompok perempuan lain
yang menempatkan isu-isu perempuan pada agenda public pada tahun (1970an)
Salah satu pengaruh yang sangat penting pada agenda yang dinyatakan oleh riset akhir-akhir
ini adalah isi media lain. Khususnya; media elit, seperti new York times, tampaknya dapat
menentukan agenda untuk media lain. Danielian dan Reese (1989) menyebut proses ini sebagai
penentuan agenda intermedia (intermedia agenda seting)
Agenda Kepresidenan
Satu pilihan yang sangat menjanjikan pada pengaruh agenda media adalah presiden amerika
serikat. Dia adalah pembuat berita nomor satu di negara tersebut dan mempunyai kemampuan
menyampaikan pesan-pesannya ke komunikasi massa yang tidak bisa diperoleh banyak orang lain.
salah satu tempat di mana presiden menghadirkan agenda isu-isu dengan agak eksplisit , menurutnya
adalah pidato kenegaraan (State Of the Union Addres) apabila presiden mempunyai kemampuan
mempengaruhi agenda media, makah salah satu contoh di mana pengaruh ini mungkin muncul
6
dengan jelas adalah dalam pidato tahunannya. Meskipun tampaknya untuk kepentingan kongres,
nama pidato tersebut juga disiarkan melalui radio dan televise ke seluruh negeri.
Untuk menyelediki pengaruh pidato kenegaraan pada agenda media, Gilberg, Eyel, McCombs
dan Nicholas (1980) melaksanakan penelitian mengenai piadato kenegaraan presiden Carter yang
kedua. Mereka melaksanakan analisis isi pidato untuk mengidentifikasi isu-isu yang disebutkan dan
kemudian membuat peringkat delapan isu tersebut berdasarkaaan lama waktu pidato yang dihabiskan
berkenaan dengan masing-masing isu itu. Mereka selama empat minggu sebelum dan sesudah pidato
kenegaraan. Empat minggu sebelumnya dimasukkan sebagai control – periode itu dapat membantu
mengintetpretasikan korelasi antara agenda presiden dengan agenda pers berikutnya.
Berlawanan denagan hipotesa mereka, korelasi antara agenda presiden dengan agenda media
berikutnya lebih lemah dari pada korelasi antara agenda presiden dan agenda media sebelumnya.
Dengan kata lain, bukti dari penelitian ini menyatakan buka presiden carter yang menentukan agenda
pers, tetapi pers yang menentukan agenda presiden carter.
Tingkat Kedua Penentuan Agenda
Perkembangan terbaru dalam riset penentuan agenda adalah focus pada sebuah tingkatan baru
penentuan agenda, tingkat yang oleh McCombs dan rekan-rekannya disebut tingkat kedua penentuan
agenda. Sebuah Agenda pada dasarnya adalah sebuah daftar hal-hal yang disusun berdasarkan urutan
kepentingannya, dengan yang paling penting berada di tempat paling atas.
Misalnya dalam kampanye pemilihan nasional, kita dapat mengambil sebuah isu seperti
ekonomi dan mengidentifikasi sebuah sub isu, atau kategori-katrgori di bwah judul itu. Sub-isu ini
mungkin meliputi mengimbangkan anggaran belanja, mengurangi untung nasional, reformasi pajak
penghasilan, peraturan perbankan federal, dan tingkat suku bangsa. Penentuan agenda juga dapat
trjadi pada tingkat ini. Jika ini tejadi, maka sub-isu yang menerima penekanan paling besar dalam
media berita mestinyajuga adalah sub-isu yang diindikasikan sebagai yang paling penting oleh public.
Aplikasi Penentuan Agenda
Sebagai pemeliti melangkah melampaui penelitian pembentuk agenda oleh pers untuk
mempertimbangkan bagaimana gagasan-gagasan penentuan agenda mungkin diterapakan dalam cara-
cara untuk membuat masyarakat bertindak dengan lebih baik. Gurevitch dan Blumler (1990)
menyatakan bahwa demokrasi menuntut media masa terlibat dalam “ penentuan agenda yang
bermakna, dengan mengidentifikasi isu-isu kunci sekarang ini, termasuk kekuatan-kekuatan yang
telah membentuk dan mungkin menjelaskan isu-isu itu.
7
Shaw dan martin (1992) menyatahan bahwa media, melalui penentuan agenda, berfungsi untuk
member kesepakatan yang cukup memadai pada isu-isu public untuk memungkinkan sebuah dialog
di antara kelompok-kelompok yang mempunyai pandangan yang berbeda. Dalam hal ini penentuan
agenda berfungsi sebagai sebuah peranti pembentuk konsensus yang memngkinkan demokrasi
bekerja.
Beberapa surat kabar telah munbgubah liputan pemilihan mereka sesuai dengan yang
direkomendasiakn oleh Broder. Wichita Eagle memilih sepuluh isu yang dianggap paling penting
pada pemilihan tingkata Negara bagian tahun 1990 dan berfokus untuk melanjutkan liputan pada isu-
isu tersebut (Rose, 1993) maksudnya adalah untuk mengikat minat pembaca dan memaksa para calon
untuk menghadapi isu-isu tersebut. Dalam upaya yang sama, Charlotte Observer menggunakan
wawancara dengan pembaca untuk mengidentifikasi “agenda pemilih” untuk pemilihan tahun 1992
(Rose, 1993). Surat kabar tersebut kemudian menggunakan survei-survei dan perteman-pertemuan
dengan warga agar tetap berfokus pada kepentingan-kepentingan public.
Denis McQuail (2000: 426) mengutip definisi Agenda Setting sebagai “ Process by which the
relative attention given to items or issues in news coverage infulences the rank order of public
awareness of issues and attribution of significance. As an extension, effects on public policy may
occur.” Yaitu proses dimana perhatian relatif yang diberikan ke item atau masalah dalam liputan
berita infulences urutan peringkat dari kesadaran masyarakat tentang masalah dan atribusi
signifikansi. Sebagai perpanjangan, efek pada kebijakan publik dapat terjadi.
Walter Lipmann pernah mengutarakan pernyataan bahwa media berperan sebagai mediator
antara “the world outside and the pictures in our heads”. Yaitu dunia luar dan gambar-gambar yang
ada di dalam kepala kita. McCombs dan Shaw juga sependapat dengan Lipmann. Menurut mereka,
ada korelasi yang kuat dan signifikan antara apa-apa yang diagendakan oleh media massa dan apa-
apa yang menjadi agenda publik.
Awalnya teori ini bermula dari penelitian mereka tentang pemilihan presiden di Amerika
Serikat tahun 1968. Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa ada hubungan sebab-akibat antara isi
media dengan persepsi pemilih.
McCombs dan Shaw pertama-tama melihat agenda media. Agenda media dapat terlihat dari
aspek apa saja yang coba ditonjolkan oleh pemberitaan media terebut. Mereka melihat posisi
pemberitaan dan panjangnya berita sebagai faktor yang ditonjolkan oleh redaksi. Untuk surat kabar,
headline pada halaman depan, tiga kolom di berita halaman dalam, serta editorial, dilihat sebagai
bukti yang cukup kuat bahwa hal tersebut menjadi fokus utama surat kabar tersebut. Dalam majalah,
fokus utama terlihat dari bahasan utama majalah tersebut. Sementara dalam berita televisi dapat
dilihat dari tayangan spot berita pertama hingga berita ketiga, dan biasanya disertai dengan sesi tanya
jawab atau dialog setelah sesi pemberitaan.
8
Sedangkan dalam mengukur agenda publik, McCombs dan Shaw melihat dari isu apa yang
didapatkan dari kampanye tersebut. Temuannya adalah, ternyata ada kesamaan antara isu yang
dibicarakan atau dianggap penting oleh publik atau pemilih tadi, dengan isu yang ditonjolkan oleh
pemberitaan media massa.
McCombs dan Shaw percaya bahwa fungsi agenda-setting media massa bertanggung jawab terhadap
hampir semua apa-apa yang dianggap penting oleh publik. Karena apa-apa yang dianggap prioritas
oleh media menjadi prioritas juga bagi publik atau masyarakat.
Akan tetapi, kritik juga dapat dilontarkan kepada teori ini, bahwa korelasi belum tentu juga
kausalitas. Mungkin saja pemberitaan media massa hanyalah sebagai cerminan terhadap apa-apa yang
memang sudah dianggap penting oleh masyarakat. Meskipun demikian, kritikan ini dapat dipatahkan
dengan asumsi bahwa pekerja media biasanya memang lebih dahulu mengetahui suatu isu
dibandingkan dengan masyarakat umum.
News doesn’t select itself. Berita tidak bisa memilih dirinya sendiri untuk menjadi berita.
Artinya ada pihak-pihak tertentu yang menentukan mana yang menjadi berita dan mana yang bukan
berita. Siapakah mereka? Mereka ini yang disebut sebagai “gatekeepers.” Di dalamnya termasuk
pemimpin redaksi, redaktur, editor, hingga jurnalis itu sendiri.
Setelah tahun 1990an, banyak penelitian yang menggunakan teori agenda-setting makin menegaskan
kekuatan media massa dalam mempengaruhi benak khalayaknya. Media massa mampu membuat
beberapa isu menjadi lebih penting dari yang lainnya. Media mampu mempengaruhi tentang apa saja
yang perlu kita pikirkan. Lebih dari itu, kini media massa juga dipercaya mampu mempengaruhi
bagaimana cara kita berpikir. Para ilmuwan menyebutnya sebagai framing.
McCombs dan Shaw kembali menegaskan kembali tentang teori agenda setting, bahwa “the
media may not only tell us what to think about, they also may tell us how and what to think about it,
and perhaps even what to do about it” (McCombs, 1997). (media tidak hanya memberitahu kita apa
yang harus dipikirkan, mereka juga dapat memberitahu kita bagaimana dan apa yang harus
memikirkannya, dan bahkan mungkin apa yang harus dilakukan tentang hal itu)
Aplikasi Teori
Aplikasi teori ini biasanya di pakai di dalam sebuah media publik. Dimana terdapat beberapa
perencanaan atau pengaturan sebelum menjalankan agenda tersebut atau menyajikan sebuah isu
kepada publik. Atau bisa jadi untuk menentukan agenda sebuah berita sebelum di konsumsi publik.
Dan hal ini banyak yang terjadi di dalam kepresidenan atau ranah politik.
9
Flowchart Teori/Bagan
10
Daftar Pustaka
Severin, Werner J. & James W. Tankard. Jr. Teori Komunikasi : Sejarah, Metode dan terapan di
dalam media massa, Jakarta,: Kencana, 2009.
Griffin, Em. A First Look at Communication Theory. Singapore. Mc Graw Hill Higher Education,
2003.
Burhan Bungin, Sosiologi Komunkasi, Jakarta:, Kencana, 2006.
11