Upload
yapan-kause
View
214
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
fgfgfgfgfgf
Citation preview
MENGAPA TENTARA TERLIBAT MEMBANGUN PERTANIAN?
Oleh Leta Rafael Levis/Dosen Fakultas Pertanian Universitas Nusa cendana
Pada Akhir 2014, ketika mendengar berita bahwa pemerintah melibatkan tentara (baca: TNI) ke
dalam pembangunan pertanian, saya sempat ragu-ragu dan cemas. Alasannya, karena
membangun pertanian bukan tupoksi tentara serta pengaruh kekuasaan orde baru yang identik
dengan manajemen tentara yang terkesan otoriter dan berlangsung begitu lama dalam
pembangunan di Indonesia telah membekas dalam mindset rakyat. Bahkan saat itu ada sebagian
masyarakat yang mendengar kata ‘serdadu” (istilah tentara bagi etnis Lio Ende) ada ketakutan.
Entah apa alasannya, ya mungkin karena tentara selalu memegang ‘mbedi’ (istilah senjata bagi
etnis Lio).
Tetapi cerita ketakutan di atas telah berlalu. Itu adalah kenangan masa lalu. Tentara
masa kini tidak seperti tentara masa lalu. Tetap berteguh pada sumpah prajurit, filosofi
mengayomi masyarakat yang diemban tentara saat ini sangat kental terasa dalam kehidupan
bermasyarakat. Filosofi tersebut dalam banyak hal dikemas dalam berbagai bentuk, termasuk
dalam penataan kantor tentara baik Korem maupun Kodam. Misalnya, Korem Kupang, yang
sebelumnya terkesan seram namun saat ini kantor tersebut ditata rapih sehingga menjadi sebuah
‘taman’ yang indah dan menyenangkan untuk dinikmati. Bukti lain, banyak wanita muda dan
cantik yang direkrut menjadi tentara sehingga daya tarik terhadap tentara saat ini jauh sangat
berbeda dengan tentara masa lalu. Contoh tersebut adalah bagian dari usaha TNI untuk
menyatu dan memberikan rasa nyaman kepada masyarakat.
Namun ada hal yang lebih menarik yang dilakukan tentara saat ini yakni kebijakan
pemerintah melibatkan tentara dalam membangun pertanian. Kebijakan ini awalnya
menimbulkan sedikit pertentangan di kalangan masyarakat. Pertentangan ini muncul sebagai
bagian dari pengujian kebenaran kebijakan tersebut. Jika dianalogikan pertentangan dua aliran
filsafat yang saling mengkritik untuk mencari landasan kebenaran ilmu pengetahuan dalam
kebijakan tersebut, yakni Plato&Descartes dan kawan-kawan berada pada aliran rasionalisme
dan Aristotelles dengan kawan-kawan pada aliran emprisme. Pemerintah berpikir rasional
bahwa kalau tentara dilibatkan maka pembangunan pertanian akan berjalan lebih baik . Di lain
sisi (dalam konteks kebijakan ini), banyak yang meragukan karena tentara belum memberikan
bukti. Karena itu, tentara harus menunjukkan bukti (emprisme) sebab bukti tersebut akan
1
berpadu dengan rasionalisme pemerintah yang mensahkan kebenaran secara utuh. Sebab kalau
tidak maka rasionalisme pemerintah hanya mengandung setengah kebenaran. Oleh karena itu
dibutuhkan bukti empiris dari tentara yang juga mengandung setengah kebenaran sehingga
kalau keduanya dipadukan maka kebenarannya menjadi utuh. Dengan kata lain, kebenaran
keduanya harus disatukan sehingga menjadi suatu kebenaran yang utuh sesuai aliran filsafat
yang diprakarsai oleh Emanuel Kant. Kant mengatakan bahwa suatu kebenaran akan menjadi
utuh jika keduanya dipadukan yakni emprisme dinalar oleh akal budi (rasio) menemukan
kebenaran ilmu pengetahuan yang utuh. Ketika tentara membuktikan kebenaran kebijakan
pemerintah melalui bukti nyata dilakukan tentara di lapangan maka pada saat yang sama tentara
telah melengkapi kebenaran kebijakan pemerintah sesuai pandangan filsof Emanuel Kant.
Bukti Empiris Dilakukan Tentara
Bukti yang saya sajikan dalam tulisan berikut ini belum mewakili seluruh aktivitas tentara di
seluruh Indonesia. Namun bukti ini, menurut saya, sudah cukup untuk melengkapi landasan
kebenaran ilmu pengetahuan dari kebijakan pemerintah tersebut.
Di Nusa Tenggara Timur (NTT), dalam membangun pertanian, masalah yang selalu
dikeluhkan adalah soal data. Tidak ada akurasi data dan keterlambatan data ini tidak saja untuk
tanaman tetapi juga tentang kelompok tani, infrastruktur, serta sentra-sentra produksi.
Misalnya, tahun 2009, laporan Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (BKPP) NTT
menunjukkan ada surplus produksi jagung. Tetapi, data bulan Juli 2009 (PK, 6 Juli 2009)
menyatakan bahwa produksi jagung di NTT menurun. Ini hanya contoh kecil ketidak-akuratan
data yang kita miliki. Selain data yanag tidak akurat, ketepatan penyerahan data dari kabupaten
ke provinsi untuk dijadikan landasan perencanaan program kerja pembangunan pertanian di
NTT, selalu tersendat bahkan ada kabupaten yang tidak mau menyerahkan data. Istilah
umumnya ”kepala batu”. Keterlambatan data pertanian ini telah berkurang sejak tentara terlibat
dalam program pembangunan ketahanan pangan di NTT. Seperti diakui oleh Ir. Robertus Ongo
Roga, MM (Kasubdin Produksi Distanbun NTT). Ia mengatakan bahwa ada perbedaan besar
soal data sebelum dan sesudah tentara terlibat. Sebelumnya, pihaknya kewalahan menghadapi
kabupaten yang malas sekali mengirim data ke provinsi. Tetapi, saat ini data selalu tepat waktu.
Karena tentara dari Korem-Kodim-Koramil-Babinsa bekerja satu garis dalam usaha
memperoleh data di lapangan. Untuk data desa, Babinsa bersama camat mengelilingi desa
untuk meminta data dan lancar (Wawancara 3 Maret 2015).
2
Tentara juga berperan dalam mengamankan pupuk yang sering menjadi masalah bagi
petani. Misalnya, Kodim Sidoarjo Jawa Timur menggrebek usaha pengoplosan pupuk (Sumber
TV Metro, 13 Maret 2015, jam 20 wib). Selanjutnya, Kodim Ngawi Jawa Timur, tanggal 9
Maret 2015 pada malam hari telah mengamankan 11,5 ton pupuk ZA dan urea Phonska SP 36
masing-masing seberat 4 ton di Desa Semen dan 7,5 ton di Desa Teguhan Kecamatan Paron
Kabupaten Ngawi. Reaksi tentara ini muncul setelah ada keluhan dari masyarakat sulit
mendapatkan pupuk (Jawa Pos 11 Maret 2015), hasilnya Kodam V Brawijaya telah
menggagalkan pencurian pupuk puluhan ton (Damma TV Batu, 31 Maret 2015). Dari Korem
Kupang, tentara telah mulai melakukan kelorisasi dan telah tersedia kapsul daun kelor yang
banyak manfaatnya bagi pemenuhan gizi masyarakat (Timex 9 Maret 2015). Selain itu, di Batu
ada kerjasama tentara, pemerintah dan petani memberantas hama tikus (Jawa Pos, 27 Maret
2015).
Jika mencermati uraian ini maka kita boleh berkata bahwa walaupun tidak mungkin
menyelesaikan seluruh masalah yang dihadapi dunia pertanian tetapi keterlibatan tentara telah
memberikan energi baru untuk membantu memperlancar pembangunan pertanian. Semoga
Tentara Nasional Indonesia tetap maju dan jaya dan terus terlibat dalam membangun pertanian
di tanah air.
3