Upload
haryadi-dwi-putra
View
37
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tension
Citation preview
BAB I
STATUS PASIEN
I. Identitas Pasien
a. Nama/Jenis Kelamin/Umur : Nn. W/ Perempuan/ 24tahun
b. Alamat : RT. 06 Buluran
c. Pekerjaan : Pegawai swasta
II. Latar Belakang Sosio-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga
a. Status Perkawinan : belum menikah
b. Jumlah anak/saudara : 1 saudara
c. Status ekonomi keluarga : Mampu
d. Kondisi Rumah dan keseharian pasien :
Rumah pasien terbuat dari bahan permanen (tembok) dengan ketinggian
± 4 meter sampai langit – langit rumah dan lantai rumahnya berupa
lantai keramik. Rumah pasien terdiri atas 4 kamar tidur. Ruang tamu dan
ruang keluarga terpisah. Ruang makan dan dapur berdekatan. Terdapat 1
kamar mandi yang berada di dalam rumah. Untuk keperluan mandi, cuci
piring, cuci baju, masak dan air minum pasien menggunakan air sumur.
Ventilasi rumah baik dan pencahayaan cukup.
e. Kondisi Lingkungan Keluarga dan kebiasaan :
Pasien tinggal bersama kedua orangtuanya, 1 orang adik nya dan 2 orang
sepupunya. Pasien bekerja di sebuah perusahaan dari pagi hingga
malam. Pasien sudah bekerja disana lebih kurang dua tahun. Penghasilan
keluarga didapat dari pekerjaan ayahnya dan pendapatan pasien sebagai
pegawai.
III. Aspek Psikologis di Keluarga : baik
IV. Riwayat Penyakit Dahulu/keluarga :
- Riwayat dengan keluhan yang sama diakui sejak 1 tahun yang lalu
- Riwayat hipertensi disangkal.
1
- Riwayat trauma kepala disangkal.
- Riwayat penyakit yang sama dalam keluarga disangkal
V. Keluhan Utama :
Sakit kepala sejak lebih kurang 5 hari yang lalu.
VI. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Puskesmas dengan keluhan sakit kepala sejak 5 hari yang
lalu. Sakit kepala dirasakan seperti ditekan-tekan terutama pada bagian
tengkuk dan dahi serta kepala terasa berat. Sakit dirasakan pada kedua sisi
kepala. Keluhan ini timbul terus menerus dan berkurang dengan obat sakit
kepala yang dibeli pasien di warung. Pasien mengaku sakit kepala sering
muncul ketika pasien sedang bekerja, walaupun mengganggu tetapi pasien
masih dapat melanjutkan pekerjaannya. Keluhan mual (-), pusing berputar
(-), gangguan penglihatan (-).
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan Umum
1. Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : compos mentis
2. Tanda vital
Suhu : 36,5°C
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Pernafasan
- Frekuensi : 18 x/menit
- Irama : reguler
- Tipe : thorakoabdominal
3. Kulit
- Turgor : baik
- Lembab / kering : lembab
- Lapisan lemak : ada
2
Status Generalis
1. Kepala : Normocephale, rambut tidak mudah dicabut
Mata : Edema palpebra (-/-), ca (-/-), sklera ikterik (-/-).
Telinga : Bentuk normal, sekret (-/-)
Hidung : sekret (-/-)
Mulut : Bibir sianosis (-), Lidah kotor (-)
Tenggorokan: Radang (-)
2. Leher : Deviasi trakea (-), pembesaran kelenjar limfe (-). JVP (5-2
cmH2O)
3. Thoraks
Inspeksi : Simetris, retraksi (-)Palpasi : Krepitasi (-), stem fremitus sama ka/kiPerkusi : SonorAuskultasi : Vesikuler +/+, Rhonki -/-, wheezing -/-
BJI dan II regular, gallop (-), bising jantung (-)
1. AbdomenInspeksi : Datar, venektasi (-)Palpasi : soepel, nyeri tekan (-), hepar lien tidak terabaPerkusi : Timpani (+) Auskultasi : Bising usus (+) normal, metallic sound (-)
2. Ekstremitas : Akral hangat +/+, edema -/-
VII. Pemeriksaan Anjuran
- CT Scan kepala
- MRI kepala
VIII.Diagnosa :
Tension Headache
3
IX. Diagnosa Banding
- Migrain
- Cluster Headache
X. Manajemen
a. Promotif :
- Edukasi kepada pasien mengenai penyakit yang dialaminya,
mekanismenya dan pengobatannya.
- Menjelaskan pada pasien untuk segera berobat ke dokter bila keluhan
dirasakan semakin berat.
b. Preventif :
- Mencegah puncak stress dengan relaksasi
- Melakukan olahraga yang teratur
- Menghindari makanan yang dapat memicu sakit kepala seperti coklat
dan keju.
- Jangan bekerja terlalu lama, selingi dengan istirahat dan peregangan
otot.
c. Kuratif :
Non Farmakologi
Pijat bahu leher dan punggung.
Istirahat yang tenang pada ruangan agak gelap hingga sakit
berkurang dan hilang.
Farmakologi
Ibuprofen tab 400 mg 3x1 tab selama 3 hari
Vit B comp 3x1 tab selama 3 hari
Pengobatan tradisional
- Rimpang Jahe, ambil serbuk rimpang yang telah dikeringkan. Untuk
orang dewasa dan anak-anak di atas enam tahun, gunakan dosis serbuk
0,5 g untuk sekali minum. Agar lekas sembuh, ramuan sebaiknya
diminum 2 - 4 kali sehari.
4
Dinas kesehatan Kota JambiPuskesmas Simpang IV Sipin
Dr. Haryadi Dwi PutraSIP. 12062007STR : 10082015Telanaipura Tanggal R/
Resep tidak boleh ditukar tanpa sepengetahuan dokter
Dinas kesehatan Kota JambiPuskesmas Simpang IV Sipin
Dr. Haryadi Dwi PutraSIP. 12062007STR : 10082015Telanaipura Tanggal R/
Resep tidak boleh ditukar tanpa sepengetahuan dokter
Dinas kesehatan Kota JambiPuskesmas Simpang IV Sipin
Dr. Haryadi Dwi PutraSIP. 12062007STR : 10082015Telanaipura Tanggal R/
Resep tidak boleh ditukar tanpa sepengetahuan dokter
d. Rehabilitatif: pada pasien ini belum diperlukan tindakan rehabilitatif
Resep:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Tension Type Headache (TTH) adalah nyeri kepala yang
disebabkan oleh tegangnya otot pada wajah, leher atau kulit kepala.
Disebut juga muscle-contraction headache. TTH merupakan sakit kepala yang
paling sering terjadi.
TTH ini timbul karena adanya kontraksi yang terus menerus dari otot-
otot kepala, wajah, kuduk dan bahu. Kontraksi yang terus menerus ini akan
menimbulkan nyeri otot yang di “referred” ke kepala (“muscle contraction
headache”). “Muscle contraction” ini timbul oleh karena adanya ketegangan
jiwa anxietas, tension, atau depresi).
Nyeri kepala itu akan dirasakan oleh si penderita sebagai suatu ikat
kepala yang terlalu menekan. Kepalanya dirasakan berat oleh si penderita,
terutama di waktu pagi hari. Bila penderita dipijat oleh istri atau suaminya,
maka nyeri kepala itu dirasakannya berkurang.
2.2 Etiologi
Otot wajah, leher dan kulit kepala menjadi tegang karena:
Anxietas atau stress
Bertahan pada satu posisi dalam waktu lama
Injury, seperti kecelakaan mobil
Depresi
Nyeri kepala juga dapat dipicu oleh:
Tidur yang terlalu sedikt atau terlalu banyak
Makan yang terlalu sedikt atau terlalu banyak
Minum alkohol berlebihan
Bekerja keras indoor atau outdoor
Kondisi medis tertentu
6
2.3 Epidemiologi
Frekuensi : Di Amerika Serikat, TTH merupakan sindrom nyeri
kepala primer yang paling sering
Internasional : Rasmussen et al melaporkan prevalensi seumur hidup
TTH 69% laki-laki dan 88% perempuan pada populasi Danish. Pasien
memiliki pengalaman lebih dari satu sindrom nyeri kepala primer. Pada satu
studi oleh Ulrich et al, prevalensi 1 tahun TTH adalah sama diantara individu
dengan dan tanpa migraine.
Jenis Kelamin : Perempuan lebih sering daripada laki-laki. Ratio TTH
perempuan dan laki-laki sekitar 1,4:1. Pada Chronic type tension headache
1,9:1.
Usia : TTH dapat terjadi pada semua usia, tetapi onset remaja
hingga dewasa muda lebih sering.
2.4 Patofisiologi Tension Type Headache
Pada penderita TTH didapati gejala yang menonjol yaitu nyeri tekan
yang bertambah pada palpasi jaringan miofascial perikranial. Impuls nosiseptif
dari otot perikranial yang menjalar ke kepala mengakibatkan timbulnya nyeri
kepala dan nyeri yang bertambah pada daerah otot maupun tendon tempat
insersinya.
TTH adalah kondisi stress mental, non-physiological motor stress, dan
miofasial lokal yang melepaskan zat iritatif ataupun kombinasi dari ke tiganya
yang menstimuli perifer kemudian berlanjut mengaktivasi struktur persepsi
supraspinal pain, kemudian berlanjut lagi ke sentral modulasi yang masing-
masing individu mempunyai sifat self limiting yang berbeda-beda dalam hal
intensitas nyeri kepalanya.
Pengukuran tekanan palpasi terhadap otot perikranial dilakukan dengan
alat palporneter (yang diketemukan oleh Atkins, 1992) sehingga dapat
mendapatkan skor nyeri tekan terhadap otot tersebut.
Langemark & Olesen tahun 1987 (yang dikutip oleh Bendtsen) telah
menemukan metode palpasi manual untuk penelitian nyeri kepala dengan cara
palpasi secara cepat bilateral dengan cara memutar jari ke 2 dan ke 3 ke otot yang
diperiksa, nyeri tekan yang terinduksi dinilai dengan skor Total Tenderness
7
Scoring system. Yaitu suatu sistem skor dengan 4 point penilaian kombinasi
antara reaksibehaviour dengan reaksi verbal dari penderita.
Pada penelitian Bendtsen tahun 1996 terhadap penderita chronic tension
type headache (yang dikutip oleh Bendtsen) ternyata otot yang mempunyai nilai
Local tenderness score tertinggi adalah otot Trapezeus, insersi otot leher dan otot
sternocleidomastoid. Nyeri tekan otot perikranial secara signifikan berkorelasi
dengan intensitas maupun frekwensi serangan tension type headache kronik.
Belum diketahui secara jelas apakah nyeri tekan otot tersebut mendahului atau
sebab akibat daripada nyeri kepala, atau nyeri kepala yang timbul dahulu baru
timbul nyeri tekan otot. Pada migren dapat juga terjadi nyeri tekan otot, akan
tetapi tidak selalu berkorelasi dengan intensitas maupun frekwensi serangan
migren.
Nyeri miofascial adalah suatu nyeri pada otot bergaris termasuk juga
struktur fascia dan tendonnya. Dalam keadaan normal nyeri miofascial di mediasi
oleh serabut kecil bermyelin (Aoc) dan serabut tak bermyelin (C), sedangkan
serabut tebal yang bermyelin (Aα dan Aβ) dalam keadaan normal mengantarkan
sensasi yang ringan / tidak merusak (inocuous). Pada rangsang noxious dan
inocuous event, seperti misalnya proses iskemik, stimuli mekanik, maka mediator
kimiawi terangsang dan timbul proses sensitisasi serabut Aα dan serabut C yang
berperan menambah rasa nyeri tekan pada tension type headache.
Pada zaman dekade sebelum ini dianggap bahwa kontraksi dari otot
kepala dan leher yang dapat menimbulkan iskemik otot sangatlah berperan
penting dalam tension type headache sehingga pada masa itu sering juga disebut
muscle contraction headache. Akan tetapi pada akhir-akhir ini pada beberapa
penelitian yang menggunakan EMG (elektromiografi) pada penderita tension type
headache ternyata hanya menunjukkan sedikit sekali terjadi aktifitas otot, yang
tidak mengakibatkan iskemik otot, jika meskipun terjadi kenaikan aktifitas otot
maka akan terjadi pula adaptasi protektif terhadap nyeri. Peninggian aktifitas otot
itupun bisa juga terjadi tanpa adanya nyeri kepala.
Nyeri myofascial dapat di dideteksi dengan EMG jarum pada miofascial
trigger point yang berukuran kecil beberapa milimeter saja (tidak terdapat pada
8
semua otot) Mediator kimiawi substansi endogen seperti serotonin (dilepas dari
platelet), bradikinin (dilepas dari belahan precursor plasma molekul kallin) dan
Kalium (yang dilepas dari sel otot), SP dan CGRP dari aferens otot berperan
sebagai stimulant sensitisasi terhadap nosiseptor otot skelet. Jadi dianggap yang
lebih sahih pada saat ini adalah peran miofascial terhadap timbulnya tension type
headache.
Untuk jenis TTH episodik biasanya terjadi sensitisasi perifer terhadap
nosiseptor, sedang yang jenis kronik berlaku sensitisasi sentral. Proses kontraksi
otot sefalik secara involunter, berkurangnya supraspinal descending pain
inhibitory activity, dan hipersensitivitas supraspinal terhadap stimuli nosiseptif
amat berperan terhadap timbulnya nyeri pada Tension type Headache. Semua nilai
ambang pressure pain detection, thermal & electrical detection stimuli akan
menurun di sefalik maupun ekstrasefalik.
Stress dan depresi pada umumnya berperan sebagai faktor pencetus
(87%), exacerbasi maupun mempertahankan lamanya nyeri kepala. Prevalensi life
time depresi pada penduduk adalah sekitar 17%. Pada penderita depresi dijumpai
adanya defisit kadar serotonin dan noradrenalin di otaknya.
Pada suatu penelitian dengan PET Scan, ternyata membuktikan bahwa
kecepatan biosintesa serotonin pada pria jauh lebih cepat 52% dibandingkan
dengan wanita. Dengan bukti tersebut di asumsikan bahwa memang terbukti
bahwa angka kejadian depresi pada wanita lebih tinggi 2- 3 kali dari pria.
2.5 Gambaran Klinis
Anamnesa
Onset nyeri dari TTH dapat memberikan gambaran seperti berdenyut dan
terkadang seperti gambaran klinis dari migren. Kombinasi dari migren dan TTH
dapat memberikan durasi nyeri yang lebih lama, menetap dan lebih berat.
HIS (The International Headache Society) kriteria diagnostik dari TTH adalah
2 dari 4 point di bawah ini :
o Ditekan atau seperti di ikat
o Lokasi Frontal-occipital
o Bilateral – intensitas yang ringan atau sedang
9
o Tidak bertambah berat dengan aktivitas fisik
Anamnesa pada TTH sering ditemukan:
o Durasi 30 menit sampai 7 hari
o Tidak ada mual muntah (kadang terjadi anorexia)
o Photophobia dan phonophobia
o Minimal 10 kali muncul sakit kepala dalam sekali serangan; dan serangan
sakit kepala terjadi lebih dari 180 kali per tahun
o Bilateral dan occipitonuchal atau nyeri bifrontal
o Dengan gambaran nyeri seperti "fullness," "tightness/squeezing,"
"pressure," or "bandlike/viselike"
o Kadang disertai stress emosional dan rasa cemas berlebihan
o Insomnia
o Setelah serangan kadang perasaan seperti keatas ataupun ke bawah
o Otot tegang dan seperti terikat pada region leher, occipital serta frontal
o Terdapat pada 75% pasien yang mengalami nyeri kepala kronis selama 5
tahun
o Sulit berkonsentrasi
o Tidak ada gejala prodormal
Onset nyeri kepala yang baru pada pasien usia muda dapat dipikirkan
penyebabnya adalah TTH
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik sulit ditemukan penyebab dari nyeri kepala dari TTH.
Vital sign normal
Pemeriksaan neurologis normal
Otot tegang dan nyeri pada daerah perikranial atau leher (tidak selalu)
Nyeri pada penekanan arteri temporalis dan daerah trigger zone (tidak selalu)
Nyeri bertambah dengan fleksi leher dan pergangan dari otot leher
2.6 Diagnosis
Diagnosis Primer
10
Dua dari point di bawah ini :
o Nyeri bilateral
o nyeri seperti di tekan
o nyeri ringan atau sedang
o nyeri tidak berhubungan dengan aktivitas fisik
Satu atau lebih dari gejala di bawah ini :
o Sensitif terhadap cahaya
o Sensitif terhadap suara
Terkadang tidak disertai gejala :
o Nausea
o Vomitus
Durasi nyeri 30 menit – 7 hari
Diagnosis Subdivisi
Episodic (<15 hari/bulan) atau kronis (>15 hari/bulan selama > 6 bulan)
Dalam menegakan diagnosis tidak semua gejala dan pemeriksaan fisik di
dapatkan kelainan, yang penting adalah keriteria dari IHS. Kadang nyeri kepala
TTH ini tidak berdiri sendiri, tapi juga sering disertai dengan nyeri kepala tipe
yang lain (migren).
2.7 Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Diagnosis tension headache adalah dari klinis. Seperti nyeri kepala
primer lainnya, tidak ada test diagnostik spesifik untuk tension
headache.
Studi Imaging
Studi neuroimaging penting untuk mengesampingkan penyebab
sekunder nyeri kepala, termasuk neoplasma dan cerebral hemorrhage.
MRI imaging menunjukkan struktur cerebral yang detail dan
khususnya dalam mengevaluasi fossa posterior
CT scan dengan kontras merupakan alternatif lain tetapi lebih rendah
daripada MRI dalam memperlihatkan struktur fosa posterior.
11
Indikasi neuroimaging jika nyeri kepala atipikal atau berhubungan
dengan abnormalitas pada pemeriksaan neurologis.
2.8 Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan adalah pedekatan psiklogik (psikoterapi), fisiologik
(relaksasi) dan farmakologik (analgesik, sedativa dan minor transquilizers).
Dalam praktek, diperlukan penjelasan yang cukup mengenai latar belakang
munculnya nyeri agar penderita mengerti tentang permasalahan yang selama ini
kurang atau tidak disadarinya. Penjelasan tentang berbagai macam pemeriksaan
tambahan yang perlu dan yang tidak perlu akan sangat bermanfaat bagi penderita.
Analgesik seperti aspirin atau acetaminophen atau NSAID lain yang
sangat membantu, tetapi hanya untuk waktu yang singkat. Tension headache
memberi respon terbaik terhadap penggunaan hati-hati salah satu dari beberapa
obat yang mengurangi kecemasan atau depresi, ketika gejala terakhir timbul.
Beberapa pasien memberi respon terhadap ancillary measure seperti
massase, meditasi dan teknik biofeedback. Pengobatan analgesik yang lebih kuat
sebaiknya dihindari. Raski melaporkan berhasilnya terapi dengan calcium channel
blocker, phenelzine atau cyproheptadine. Ergotamin dan propanolol tidak efektif
kecuali jika terdapat gejala migren dan tension headache. Teknik relaksasi sangat
menolong pasien bagaimana cara menghadapi anxietas dan stress.
Penanganan :
Istirahat dengan tenang, ruangan gelap hingga gejala berkurang dan hilang.
Konsumsi obat nyeri seperti aspirin, acetaminophen, ibuprofen.
Pijat leher, bahu dan punggung. Letakkan heat, an ice pack, or a cold
washcloth pada area yang nyeri.
Segera ke dokter bila:
o Sakit kepala yang lebih sakit dari biasanya
o Muntah berulang.
o Numbness or tingling wajah, lengan atau kaki.
o Lengan dan kaki lemah.
o Perubahan visual yang tidak segera hilang
Terapi Farmakologik:
12
Drugs effective in the treatment of tension type headache
Drug Trade name Dosage
Nonsteroidal Anti Inflammatory Agents
Acetaminophen
Aspirin
Diclofenac
Ibuprofen
Naproxen sodium
Tylenol, generic
Generic
Cataflam, generic
Advil, Motrin, Nuprin,
generic
Aleve, Anaprox, generic
650 mg PO q4-6h
650 mg PO q4-6h
50-100 mg q4-6h (max
200mg/dl)
400 mg PO q3-4h
220-550 mg bid
Combination Analgesics
Acetaminophen, 325 mg, plus butalbital,
50 mg
Acetaminophen, 650 mg, plus butalbital,
50 mg
Acetaminophen, 325 mg, plus butalbital,
50 mg, plus caffeine, 40 mg
Acetaminophen, 500 mg, plus butalbital,
50 mg, plus caffeine, 40 mg
Acetaminophen, 325 mg, plus butalbital,
50 mg, plus caffeine, 40 mg
Acetaminophen, 650 mg, plus butalbital,
50 mg
Phrenilin, generic
Phrenilin Forte
Fiocert; Esgic, generic
Esgic-plus
Fiorinal
Axotal
1-2 tablets; max 6 per day
1 tablet; max 6 per day
1-2 tablets; max 6 per day
1-2 tablets; max 6 per day
1-2 tablets; max 6 per day
1 tablet q4h; max 6 per day
Prophylactic Medications
Amitriptyline
Doxepin
Nortriptyline
Elavil, generic
Sinequan, generic
Pamelor, generic
10-50 mg at bedtime
10-75 mg at bedtime
25-75 mg at bedtime
Terapi non-farmakologik
Regulasi lifestyle
13
o mengatur dan tidur yang cukup
o makan terapi dan diet yang baik
o mengetahui dan menghindari makanan yang dapat memicu nyeri kepala
berolahraga teratur (seperti aerobik)
Hindari Stres
o Menghindari lingkungan sosial yang dapat menyebabkan stress
o Meditasi
o melakukan hobi, rekreasi
o relaksasi otot (dengan latihan-latihan)
o psikoterapi
Fisioterapi
o panas, dingin, ultrasound, transcutaneous electrical nerve stimulation
(tens)
o Pijat dan traksi leher
o peregangan otot-otot leher
Manipulasi osteopathic atau chiropractic
Terapi alternatif
o Akupuntur
o Acupressure
o Therapeutic touch
o Aromatherapy (contoh : peppermint, green apple)
salep topikal (contoh : salicylic acid, piroxicam [Feldene], ketoprofen
[Orudis, Oruvail])
e. Prognosis
TTH merupakan nyeri kepala yang selalu kambuh, akan tetapi nyeri
kepala ini tidak berbahaya. Terapinya hanya bersifat simptomatis tetapi kadang
juga dapat hilang total. TTH dapat sembuh sempurna bila penyebabnya di
hilangkan. Pengunaan obat TTH yang lama dapat menyebabkan nyeri kepala
bertambah berat atau rebound headache.
BAB III
14
ANALISA KASUS
ANALISIS PASIEN SECARA HOLISTIK
a. Hubungan anamnesis, diagnosis dengan keadaan rumah :
Pasien datang ke Puskesmas dengan keluhan sakit kepala sejak lima hari
yang lalu. Sakit kepala seperti ditekan-tekan pada bagian tengkuk dan dahi
pada kedua sisi kepala, muncul saat bekerja dan berkurang dengan obat.
mual (-), pusing berputar (-), gangguan penglihatan. Pada pemeriksaan tidak
ditemukan kelainan
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik pasien didiagnosa dengan Tension
Headache.
Pasien tinggal disebuah rumah yang dengan ventilasi yang cukup dan
kebersihan dilingkungan tempat tinggalnya baik. Tidak ada hubungan antara
kondisi rumah dengan penyakit yang diderita oleh pasien.
b. Hubungan diagnosis dengan aspek psikologis, keadaan keluarga dan
hubungan keluarga
Penyakit ini berhubungan dengan aspek psikologis dimana stress dapat
menjadi pemicunya. Tetapi pada pasien tidak ditemukan adanya masalah
pada aspek psikologis dan tidak ada hubungan dengan keluarga pasien.
c. Hubungan kausal antara beberapa masalah dengan diagnosis
Timbulnya keluhan sakit kepala pada pasien dapat disebabkan oleh beban
pekerjaan pasien yang terlalu berat. Pasien bekerja dari pagi hingga malam
yang dapat menimbulkan kelelahan pada pasien sehingga memicu
timbulnya sakit yang diderita pasien saat ini.
d. analisa untuk mengurangi paparan/memutus rantai penularan pada
pasien ini.
15
Penyakit pada pasien tidak termasuk penyakit menular. Untuk mengurangi
tingkat kekambuhan pada pasien disarankan untuk istirahat yang cukup,
olaharaga yang teratur dan menghindari stress serta stimulus yang dapat
memicu terjadinya tension headache.
DAFTAR PUSTAKA
16
1. Harsono. Buku ajar Neurologi Klinis. Perhimpunan Dokter Spesialis
Saraf Indonesia. Jakarta: Gajah Mada University Press; 2005: pp. 285-8
2. World Health Organization. Headache Disorder. (Online) 2004.
Available from: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs277/en/
3. Adult Health Advisor. Tension Headache. University of Michigan Health
System. McKesson Corporation. (Online) 2005. Available from:
http://www.med umich edu
4. Friedman H. Problem Oriented Medical Diagosis. Sixth edition. USA:
Little, Brown and Company; 1996: pp. 398-9.
5. Ngoerah G. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Syaraf. Denpasar: Airlangga
University Press; 1990: pp. 203.
6. Singh MK. Muscle Contraction Tension Headache. Department of
Neurology, Pain Management, Medical College of Pennsylvania,
Hahnemann University. (Online) 2007. Available from:
http://www. emedicine.com
7. Gilroy J. Basic Neurology. Third edition. USA: McGraw Hill companies;
2000: pp. 124-138
8. Sjahrir H. Mekanisme Terjadinya Nyeri Kepala Primer dan Prospek
Pengobatannya. USU Digital Library. Medan : Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara; 2004.
9. Victor M, Ropper AH. Principles of Neurology seventh edition. USA:
McGraw-Hill; 2001: pp. 175-181
LAMPIRAN:
17
18