Upload
rahma-yasmina
View
2.084
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
Sumber: http://teatroholic.blogspot.com/2006/12/workshop.html diakses tanggal 26 Mei 2009
Teater Dasar: Materi Lapang
BEBERAPA PENGERTIAN
Kata drama berasal dari bahasa Yunani Draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak. Jadi
drama bisa berarti perbuatan atau tindakan.
ARTI DRAMA
Arti pertama dari Drama adalah kualitas komunikasi, situasi, actiom (segala yang terlihat di
pentas) yang menimbulkan perhatian, kehebatan (axciting), dan ketegangan pada para
pendengar.
Arti kedua, menurut Moulton Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak (life presented
in action). Menurut Ferdinand Brunetierre : Drama haruslah melahirkan kehendak dengan
action. Menurut Balthazar Vallhagen : Drama adalah kesenian melukiskan sifat dan sifat
manusia dengan gerak. Arti ketiga drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog
yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan action dihadapan
penonton (audience).
ARTI TEATER
Ada yang mengartikan sebagai “gedung pertunjukan”, ada yang mengartikan sebagai
“panggung” (stage). Secara Etimologi (asal kata), Teater Adalah Gedung Pertunjukan
(auditorium).
Dalam arti luas Teater adalah kisah hidup dah kehidupan manusia yang dipertunjukan di depan
orang banyak. Misalnya Wayang Orang, Ludruk, Lenong, Reog, Sulapan.
Dalam arti sempit Teater adalah kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan dalam
pentas, disaksikan oleh orang banyak, dengan media, gerak, percakapan dan laku, dengan atau
tanpa dekor (layer); Didasarkan pada naskah yang tertulis (hasil seni sastra) dengan atau tanpa
musik.
APA PERBEDAAN DRAMA DENGAN TEATER
Teater dan drama, memiliki arti yang sama, tapi berbeda uangkapannya.Teater berasal dari
kata yunanikuno "theatron" yang secara harfiah berarti gedung/tempat pertunjukan. Dengan
demikian maka kata teater selalu mengandung arti pertunjukan/tontonan. Drama juga dari kata
yunanai 'dran' yang berarti berbuat, berlaku atau beracting. Drama cenderung memiliki
pengertian ke seni sastra. Didalam seni sastra, drama setaraf denagn jenis puisi, prosa/esai.
Drama juga berarti suatu kejadian atau peristiwa tentang manusia. Apalagi peristiwa atau cerita
tentang manusia kemudian diangkat kesuatu pentas sebagai suatau bentuk pertunjukan maka
menjadi suatu peristiwa Teater. Kesimpulan teater tercipta karena adanya drama.
TEATER SEBAGAI ORGANISASI
Proses Teater merupakan sebuah proses organisasi (bentuk kerja kolektif; dimana segala
macam orang dengan segala macam fungsinya tergabung dalam suatu koordinasi yang
rapih,dan juga mencakup juga pengertian sampai batas-batas yang sentimentil), seperti hal nya
diri manusia itu sendiri, atau layaknya seperti sebuah negara. Keberhasilan suatu pertunjukan
Teater dapat juga sebagai keberhasilan suatu seni organisasi; baik organisasi
penyelenggaraannya (Panitia Produksi) maupun segi seni-seninya (Penyutradaraan, Penataan
set, Permainan, Musik dan unsur-unsur lain).
Berikut ini contoh Elemen dari sebuah Group Teater dalam mengadakan sebuah Produksi.
Pimpinan Produksi
Sekretaris Produksi
Keungan Produksi / Bendahara
Urusan Dokumentasi
Urusan Publikasi
Urusan Pendanaan
Urusan Ticketing atau karcis
Urusan Kesejahteraan
Urusan Perlengkapan
Sutradara
Art Director / Pimpinan Artistik
Stage Manager
Property Master
Penata Cahaya
Penata Kostum
Penata setting
Perias / Make Uper
Penata Cahaya
Penata Musik
Setiap Elemen memiliki tugas sendiri-sendiri dan sudah seharusnya untuk bertanggungjawab
penuh atas tugas itu (secara profesional). Sebagai Contoh seorang Urusan Pendanaan, ia harus
memikirkan seberapa besar dana yang dibuhtuhkan? Dari mana dana itu didapatkan.
Begitupula seorang Sutradara yang bertanggungjawab atas pola permainan panggung; (akting
pemain, cahaya, bunyi-bunyian, set, property dan lain-lain).
Jikalau kita memandang Elemen dalam Group Teater, ada kesamaan dengan elemen dalam
tubuh kita sendiri; setiap organ tubuh memiliki fungsi sendiri, tetapi saling berhubungan dan
tergabung dalam fungsi yang sempurna. Teater ibarat laboratorium kehidupan itu sendiri,
seperti yang diungkapkan Peter Brook “Teater akan menjadi tempat yang indah bagi orang-
orang yang mabuk dan kesepian, Teater merupakan sebuah tindak budaya, Teater bukanlah
tempat untuk melarikan diri ataupun untuk mencari perlindungan”.
RUMUSAN TEATER
Teater adalah salah satu bentuk kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan tubuhnya
sebagai unsur utama untuk menyatakan dirinya yang diwujutkan dalam suatu karya seni suara,
bunyi dan rupa yang dijalin dalam cerita pergulatan kehidupan manusia.
Dari rumusan diatas dapt ditarik kesimpulan bahwa unsur-unsur teater menurut urutannya
adalah sebabagai berikut :
1. Tubuh, manusia sebagai unsur utama (pemeran/pelaku/pemain)
2. Gerak, sebagai unsur penunjang.
3. Suara, sebagai unsur penunjang (kata/untuk acuan pemeran)
4. Bunyi, sebagai unsur penunjang (bunyi benda,efek dan musik).
5. Rupa sebagai unsur penunjang (cahaya, rias dan kostum.).
6. Lakon sebagai unsur penjalin (cerita,non cerita,fiksi dan narasi).
WORKSHOP KEAKTORAN
A. TUBUH
1. Relaksasi
Realaksasi adalah hal pertama yang haru dilakukan dengan cara menerima keberadaan dirinya.
Relaksasi bukan berarti berada dalam keadaan pasif (santai) tetapi keadaan dimana semua
kekangan yang ada di tubuh terlepas.
Salah satu masalah yang sering dihadapi oleh aktor adalah kebutuhan untuk relaksasi. Baik itu
di dalam kelas, dalam latihan, di atas panggung, maupun paska produksi. Relaksasi adalah hal
yang sangat penting bagi semua performer. Relaksasi bukanlah keadaan menta dan fisik yang
tidak aktif, melainkan keadaan yang cukup aktif dan positif. Ini memungkinkan seorang aktor
untuk mengekspresikan dirinya saat masih didalam kontrol faktor-faktor lain yang bekerja
melawan cara pemeranan karakter yang baik. Jadi, relaksasi adalah hal yang penting dalam
upaya mencapai tujuan utama dari seorang performer.
Segala sesuatu yang mengalihkan perhatian ataupun yang mencampuri konsentrasi seorang
aktor atas sebuah karakter, cenderung dapat merusak relaksasi. Aktor pemula biasanya tidak
dapat dengan mudah merespon sebuah perintah untuk relak, hal ini disebabkan berkaitan
dengan aspek-aspek fisik kepekaan dan emosi akting ketika berada dihadapan penonton.
Dengan kata lain, dalam keadaan rileks, aktor akan menunggu dengan tenang dan sadar dalam
mengambil tempat dan melakukan akting. Untuk mencapai relaksasi atau mencapai kondisi
kontrol mental maupun fisik diatas panggung, konsentrasi adalah tujuan utama. Ada korelasi
yang sangat dekat antara pikiran dan tubuh. Seorang aktor harus dapat mengontrol tubuhnya
setiap saat dengan pengertian atas tubuh dan alasan bagi perilakunya. Langkah awal untuk
menjadi seorang aktor yang cakap adalah sadar dan mampu menggunakan tubuhnya dengan
efisien.
2. Ekspresi
Kemampuan Ekspresi merupakan pelajaran pertama untuk seorang aktor, dimana ia berusaha
untuk mengenal dirinya sendiri. Si aktor akan berusaha meraih ke dalam dirinya dan
menciptakan perasaan-perasaan yang dimilikinya, agar mencapai kepekaan respon terhadap
segala sesuatu. Kemampuan Ekspresi menuntut teknik-teknik penguasaan tubuh seperti
relaksasi, konsentrasi, kepekaan, kreativitas dan kepunahan diri (pikiran-perasaan-tubuh yang
seimbang) seorang aktor harus terpusat pada pikirannya.
Kita menggunakan cara-cara non linguistik ini untuk mengekspresikan ide-ide sebagai
pendukung berbicara. Tangisan, infleksi nada, gesture, adalah cara-cara berkomunikasi yang
lebih universal dari pada bahasa yang kita mengerti. Bahkan cukup universal untuk disampaikan
kepada binatang sekalipun.
3. Gesture
Gesture adalah impuls (rangsangan), perasaan atau reaksi yang menimbulkan energi dari dalam
diri yang selanjutnya mengalir keluar, mencapai dunia luar dalam bentuk yang bermacam-
macam; ketetapan tubuh, gerak, postur dan infleksi (perubahan nada suara, bisa mungkin
keluar dalam bentuk kata-kata atau bunyi).
4. Gestikulasi
Bahasa tubuh adalah media komunikasi antar manusia yang menggunakan isyarat tubuh,
postur, posisi dan perangkat inderanya. Dalam media ini, kita akan memahami bahasa universal
tubuh manusia dalam aksi maupun reaksi di kehidupan sehari-hari.
5. Olah Mimik
Perangkat wajah dan sekitarnya, menjadi titik sentral yang akan dilatih. Dalam olah mimik ini,
kita akan memaksimalkan delikan mata, kerutan dahi, gerakan mulut, pipi, rahang, leher kepala,
secara berkesinambungan.
Mimik merupakan sebuah ekspresi, dan mata merupakan pusat ekspresi. Perasaan marah,
cinta, dan lain-lain akan terpancar lewat mata. Ekspresi sangatlah menentukan permainan
seorang aktor. Meskipun bermacam gerakan sudah bagus, suara telah jadi jaminan, dan diksi
pun kena, akan kurang meyakinkan ketika ekspresi matanya kosong dan berimbas pada dialog
yang akan kurang meyakinkan penonton, sehingga permainannya akan terasa hambar.
6. Olah Tubuh
Warming-Up atau pemanasan sebaiknya menjadi dasar dalam pelajaran acting. Melatih
kelenturan tubuh, memulai dari organ yang paling atas, hingga yang paling bawah. Latihan ini
ditempuh untuk mencapai kesiapan secara fisik, sebelum menghadapi latihan-latihan lainnya.
Olah tubuh bisa dilakukan dengan berbagai pendekatan pada balet, namun kalau di Indonesia
sangat mungkin berangkat dari pencak silat atau tari daerahnya masing-masing seperti
kebanyakan actor cirebon dengan masres (sejenis teater tradisional cirebon) yang banyak
menguasai tari topengnya, juga tentu di Bali, Sunda dan banyak tempat yang berangkat dari
tradisinya dan kemudian dikembangkan pada tujuan pemeranan,.
Bowskill daalam bukunya menyatakan “Stage and Stage Craft”, yang katanya Apa yang kau
lakukan dengan kedua tanganku. Pertanyaan tersebut dilanjutkannya pula dengan Apa yang
harus aku lakukan dengan kedua kakiku. Banyak aktor pemula selalu gagal dalam menampilkan
segi kesempurnaan Artistik, karena pada waktu puncak klimaks selalu diserang oleh kekakuan,
mengalami ketegangan urat.
Kekejangan ini memberikan pengaruh buruk pada Emosi bagi pemeran yang sedang
menghayati perannya, apabila hal ini menimpa Organ suara maka se-orang yang mampunyai
suara baik menjadi parau bahkan bisa kehilangan suara, jika kekejangan itu menyerang kaki
maka orang itu berjalan seakan lumpuh, jika menimpa tangannya akan menjadi kaku.
Untuk mengendurkan ketegangan urat ada bermacam cara latihan, dengan melalui latihan
gerak, senam, tari-tari. Hingga gerakkan dapat tercipta dengan gerakan artistic, dan dapat lahir
dari Inter Akting (Gerakan Dalam).
Olah tubuh sebaiknya dilakukan sau jam setengah setiap hari, dalam dua tahun terus menerus,
untuk memeroleh actor yang enak dipandang mata, subjeknya: Senam irama; Tari Klasik, Main
anggar, Berbagai jenis latihan bernapas, latihan menempatkan suara diksi, bernyanyi,
pantomime, Tata Rias.
B. SUARA
Penguasaan suara dalam seni acting pada dasarnya adalah penguasaan diri secara utuh, karena
kedudukan suara dalam hal ini hanyalah merupakan salah satu alat ekspresi dan totalitas diri
kita sebagai seorang pemain (actor). Pengertian ‘penguasaan diti secara utuh’ menuntut suatu
keseimbangan seluruh aspek serta alat-alatnya, baik yang menyangkut kegiatan indrawi,
perasaan, pikiran atau yang bisa disebut segi-segi dalam dari seni acting, maupun yang
menyangkut segi-segi luarnya seperti tubuh dan suara. Ketimpangan akan menghasilkan
ketimpangan.
Pernafasan Diafragma
Otot-otot akan berkembang dan menegang ketika kita menghisap nafas, hanya bagian inilah
yang tegang. Kemudian otot-otot samping bagian punggung pun ikut pula mengembang lalu
mengempis saat nafas dihembuskan kembali.
Posisi diaphragma adalah diantara rongga dada dan rongga perut. Pernafasan melalui
diaphragma inilah yang dirasakan paling menguntukan dalam berolah vocal, sebab tidak
mengakibatkan ketegangan pada peralatan pernafasandan peralatan suara dan juga memunyai
cukup daya untuk pembentukan volume suara. Keuntungan lain yang diperoleh adalah pada
saat ita menahan nafas otot-otot diaphragma tersebut tegang, ketegangan otot ini justru
melindungi bagian lemah badan kita yakni ulu hati. Pernafasan ini sangat baik dalam usaha
menghimpun “tanaga dalam” yang mengolah vibrasi, karena pernafasan diaphragma akan
memudahkan kita dalam mengendalikan dan mengatur penggunaan pernapasan.
Berlatih pernapasan banyak ragam dan caranya. Latihan pernafasan bisa dilakukan dengan
berbagai cara, dari cabang-cabang beladiri seperti pencak silat, karate, atau berenang
sekalipun. Namun ada beberapa catatan penting yang harus dilakukan untuk tujuan pernafasan
dalam pemeranan (acting), yaitu:
Latihan 1.
Berbaring rata di lantai dan bernapaslah pada posisi tersebut, rasakan tubuh betul-betul
rileks.
Berbaring dilantai, rasakan daya beratnya, pusatkan pikiran kea rah telapak kaki kita, ke
ujung-ujung jari, rasakan seluruh pergelangan kaki terlepas. Bayangkan seluruh nadi
terisi udara, engsel-engsel lututpun terisi udara biarkanlah tulang paha kita rileks
sehingga daging dan otot-otot menjadi satu dengan tulang-tulang. Bayangkan sendi-
sendi pinggang dan tuang paha berisi udara sehingga seluruh tubuh tidak lagi
memberatkan kaki. Biarkan otot punggung dan perut kita meleleh seperti air, biarkan
punggung rileks dan tidak usah memaksakan tulang punggung menjadi rata, biarkan
otot-otot seluruh tubuh dan kepala sampai rahang disamping telinga kita rileks hingga
gigi kita tidak terkunci juga lidah tidaklah lengket pada bagian atas mulut, rahang
menjadi seperti jatuh demikian juga dengan lidah yang tidak saling menyentuh. Biarkan
wajah kita terasa berat pada tulang tulang wajah, biarkan pipi, bibir, pelupuk mata
seluruhnya rileks.
Rasakan tubuh kita di lantai melorot rileks tariklah nafas secara penuh untuk merasakan
sensasi-sensasi yang terjadi pada tubuh kita saat di lantai akibat pernapasan yang alami
itu. Ulangi itu terus menerus dengan intens.
Latihan 2
Waspadai bahwa ditengah kediaman tubuh kita yang rileks itu akan tidak terelakan
sebuah kondisi yang mudah untuk jatuh apabila nafas keluar dan masuk dari tubuh,
rileks bukan berarti tidak ada control terhadap tubuh namun control sering kali
membuat kita justru menjadi tegang, jadi pernafasan yang berlangsung alami adalah
citra dari rileks itu sendiri.
Tariklah nafas secara mendalam tanpa paksaan, simpanlah tangan di pundak untuk
merasakan dorongan nafas pada diaphragma.
Pada saat udara masuk ke dalam tubuh dan terhisap oleh mulut atau hidung, masuk ke
pusat dan keluar kembali, senantiasa merasakan kehangatan udara di dalam tubuh dan
dinginnya udara yang kita hisap tersebut.
Pada saat merasakan udara yang masuk kedalam tubuh ksenantiasa melakukan
penghayatan pada udara tersebut, rasakan rasa lega yang mendalam di dalam tubuh
lalu hayatilah udara turun keperut dengan emosi yang selalu terjaga (konsentrasi).
Ulangi dorongan kausalitas tersebut dengan latihan yang intensif, emosi terjaga, selalu
merasakan bahwa saat latihan kita adalah bagian alam semesta ini.
Hal yang paling penting adalah menghindari ketegangan-ketegangan, biarkan
seluruhnya bergerak secara alami dan teratur
Olah Vokal
Vokal (Suara) dan Spech (ucapan) amatlah penting di dalam sebuah pementasan sebuah drama,
menurut MAURIZE ZOLOTOV merupakan bagian dari isyarat ataupun symbol, menurutnya ada
kalimat Emosional untuk menyatakan perasaan dan ada pula kata-kata yang dapat digunakan
sebagai senjata mencapai kekuatan.
Menurut Henning Nelms tentang Spech ada lima :
1. Menyalurkan kata-kata Drama kepada penonton.
2. Memberi arti-arti khusus pada kata-kata tertentu melalui odulasi suara.
3. Memuat informasi tentang sifat dan perasaaan – pemeranan missal : Tentang umur,
kedudukan social, jabatan, kegembiraan, putus asa, kemarahan.
4. Mengendalikan perasaan penonton.
5. Melengkapi variasi.
Tahap Pertama
Pada tahap pertama pada latihan olah vokal , hisap lah udara sebanyak-banyaknya lalu tahan,
kemudian hembuskan sambil mengeluarkan suara. Ini dilakukan berulang-berulang.
Tahap Kedua.
Hisap udara melalui melalui dada salurkan ke Rongga dada hisap udara melalui perut, lalu tahan
salurkan ke rongga Dada, keluarkan melalui mulut. Sebaliknya dapat dilakukan dengan
sebaliknya, apabila tahap sudah dapat dilakukan bisa dilakukan dengan memainkan variasi
pernapasan.
Tahap ketiga
Pada tahap ini lakukan laatihan dengan menahan napas sambil berjalan, berlari ini dilakukan
berulang kali.
Tahap keempat.
Bernapas di dalam air, dengan menahan beberapa saat lalu di hembuskan dengan melalui
teriakan.
Latihan Olah Vokal melalui latihan Spech (ucapan)
1. Diksi
Ucapan, lafal, menentukan suara yang harus dipergunakan. Diksi, lagu (gaya) berata, memberi
kualitas kejelasan suara dari sebuah kata yang diucapkan. Latih aga dapat membedakan dengan
jelas membedakan antara huruf-huruf p dengan b, t dengan d, k dengan g.
Cobalah :
1. p----- p----- p------
pp---- pp---- pp-----
ppp-- ppp-- ppp----
pppp- pppp- pppp—
ppppp bbbbb ppppp
2. b----- b----- b------
bb---- bb---- bb-----
bbb-- bbb-- bbb----
bbbb- bbbb- bbbb—
bbbbb ppppp bbbbb
(tanda garis hubung merupakan ketukan jarak)
Ulang-ulangilah latihan ini. Akan sangat efektif bila dilakukan secara rutin tiap pagi atau sore.
Tidak usah lama. Cukup barang sepuluh atau lima belas menit saja.
Coba pula pada huruf-huruf yang lain dengan cara yang sama, hingga semua dapat jelas
terbedakan. Gerakan bibir merupakan sesuatu yang amat penting bagi pengucapan yang jelas.
Untuk memeroleh hal itu maka gerazkan bibir sebanyak mungkin. Aktifkan gerakan bibir.
2. Tekanan
Tekanan dicapai dengan kontras. Suatu kata dapat diberi tekanan dengan mengubah tempo
dan volumenya. Tempo sangatlah penting artinya. Tempo yang terlalu cepat hanya memberi
kesan suara ribut. Saja. Kehilangan kandungan makna yang akan disampaikan Kebiasaan bicara
cepat itu bisa dihilangkan dengan berlatih membiasakan ucapan-ucapan lambat. Mula–mula
mengucapkan serentetan kata atau atau kalimat hanya dengan gerakan bibir saja, lambat tanpa
bersuara. Sesudah itu dengan bersuara. Demikian berulang-ulang dilakukan.
Kata dapat diberi tekanan dengan merendahkan volume. Misalnya mengucapkan kata dengan
lemah dalam saaatu kalimat yang nyaring. Belajarlah memberi tekanan pada suatu kata dengan
memberi sedikit jeda sebelum dan sesudahnya.
Perubahan dalam pikiran dapat diperlihatkan dengan jeda atau dengan perubahan tiba-tia pada
nada serta volumenya.
3. Bentuk Ucapan
Suatu ucapan Panjang atau pendek umumnya membangun klimaks, maka dari permulaan
dibangunlah : (1) volume, (2) intensitas emosi, (3) variasi, (4) jarak, kecepatan.
Membangun satu unsure dari keempat unsure di atas secara teknis amatlah sulit. Biasanya baik
membangun dengan satu unsure, lalu beralih pada yang lain, atau membangun dalam dua atau
tiga unsure sekaligus.
4. Memuncak
Bila dua pemain atau lebih harus bersama-sama membangun satu reka-rekaan yang disebut
topping, memuncak, dipergunakan, maka tiap pemain berkata pada saatu titik tinggi dalam
volume, jarak, dan sebagainya dari kata terakhir pemain sebelumnya. Ini mungkin efektif. Tapi
menuntut latihan, sebab pembangunan cenderung untuk meninggi begitu cepat hingga ucapan
ketiga. Maka satu penanjakan agi sudah tidak mungkin.
Olah Vokal
Sebagai media ucap dalam berakting, melatih organ suara merupakan hal yang paling pokok.
Bagaimana produksi suara kita, dilokalisir dengan baik sesuai dengan kebutuhan peran. Jika
actor tekun melatih perangkat suaranya lewat latihan yang benar dan teratur, dia akan lebih
mudah dalam memainkan perannya. (Eka Gandra, Bagi Masa Depan Teater)
Kemampuan Vokal bagi seorang actor adalah syarat utama agar bisa memainkan peran dengan
baik. Dengan laku vocal, pemeran dituntut untuk dapat menjadi perwujudan watak-watak yang
nyata.
Vokal sebagai salah satu media pengungkapan ekspresi actor, merupakan media penyampai
informasi melalui dialog. Informasi tentang alur cerita, setting peristiwa, karakter tokoh, emosi,
kondisi, usia tokoh dan lainnya. Dan hendaknya tersampaikan secara jelas melalui keterampilan
pemeran dalam menyampaikan dialog.
Pencapaian dalam materi ini adalah menciptakan actor dengan perangkat vokalnya yang efektif
dan elastis sehingga mampu menyesuaikan takaran volume suaranya dengan kondisi apapun. Ia
juga mampu menampilkan variasi-variasi suara dengan baik seolah berbicara seperti kebiasaan
sehari-hari, tetapi tanpa kehilangan kesan teaterikal.
Melalui vocal seorang actor harus mampu menggali kedalaman karakter tokoh dan nuansa
dramatic shingga mampu menggugah imajinasi dan empatik penonton.
Dalam olah vocal, teknik pernapasan adalah sesuatu yang penting karena merupakan sumber
tenaga penggerak atau penggetar pita suara kita. Latihan pernafasan kita menjadi stabil dan
efektif dalam menunjang pembentukan suara. (Eka Gandra, Bagi Masa Depan Teater)
Dilakukan dengan sikap berdiri, duduk atau tidur terlentang. Lemaskan badan selemas-
lemasnya, setelah betul-betul lemas aturlah nafas seenak mungkin. Tarik nafas perlahan sekali
(lima detik) lalu tahan => himpun nafas pada diaphragma dalam tempo yang sama dengan
waktu menarik nafas => hembuskan perlahan sama seperti menarik nafas, kemudian tahan
kembali dalam tempo yang sama dengan menarik nafas, kemudian tahan kembali dalam tempo
yang tetap sama => kemudian tarik dan seterusnya berulang-ulang. Latihan ini hendaknya
dilakukan setiap hari, semakin lama tempo hitungan diperlambat sesuai dengan kemampuan
yang dicapai.
Berlatih dengan menyuarakan a, i, u, e, o pada saat menghembuskan nafas. Pada latihan
pertama biarlah dulu pada nada yang tetap kemudian coba dalam nada-nada yang lain, yang
lebih rendah atau lebih tinggi. Usahakan agar setiap nafas yang keluar benar –benar
memproduksi suara sehingga tidak “over”. Agar ada variasi dan tidak membosankan, gerakan
tubuh anda seperti seorang pesilat dengan gerakan dasar yang mudah saja.
Pengucapan
Untuk dapat berartikulasi dengan baik, dibutuhkan kelenturan alat-alat pengucapan. Artikulasi
yang baik, akan dapat dicapai dengan menempatkan posisi yang wajar tetapi dengan
penggunaan tenaga efektif dan terkontrol.
Alat-alat tersebut antara lain:
Ø Bibir
Sangat berperan dalam membentuk huruf-huruf hiduo dan huruf M-B-P. Latihan dengan
membentuk mulut dengan ruang gerak yang maksimal, otot bibir berulang membentuk bunyi
U-A-U-I-U-A-O-E. Pada saat menyuarakan huruf u bibir dibentuk mengkerucut tarik semaksimal
mungkin kedepan. Pada bentuk O, bibir membuat bulatan dan jangan lupa tarik bibir kearah
depan tetap diperhatikan. Pada bunyi A, bibir seolah pada posisi menguap membentuk lonjong
maksimal. Pada bentuk bunyi I, bibir seolah ditarik pipi ke samping sehingga mulut nampak
pipih. Lakukan latihan ini berulang-ulang mulai dengan tempo membentuk lambing-lambang
bunyi, percepatan temponya semakin cepat dan cepat lagi. Lakukan latihan dengan
menyuarakan gabungan huruf mati dengan huruf diatas, menjadi MU-BA-PU-MI-BU-PA-MO-BE
berulang-ulang dari lambat ke sedang dan cepat. Lakukan dengan diiringi latihan dan
pernapasan.
Ø Lidah
Lidah sangat berperan dalam membentuk bunyi huruf-huruf mati seperti C-D-L-N-R-S-T dan
lainnya. Lidah yang lincah akan dapat menentukan pembentukan lafal yang baik, tepat dan
jelas. Latihan-latihan dimaksud untuk mencapai tingkat kelenturan sehingga lidah tidak saja
lemas dan lincah tetapi juga memunyai kemampuan seseorang yang mengalami kesulitan
dalam membentuk bunyi R dan T. Latihan lidah:
Menjulurkan dan menaril lidah berulang-ulang
Menjulurkan dan menarik ke atas => bawah, samping kanan => kiri dan kemudian
menjulurkannya untuk membuat gerakan berupa lingkaran.
Tempelkan ujung pada gigi seriates lalu dorong lidah keluar, tempelkan ujung lidah pada
gigi serri bawah lalu doronglah lidah keluar, lakukan berulang-ulang.
Tutup mulut lalu bunyikan Bberrrrrrrrrrrrrrr, Trerrrrrrrrrrrr.
Ø Rahang
Membantu pembentukan rongga mulut.
Lakukan latihan-latihan seperti ini:
Tutup dan buka mulut selebar mungkin, berulang-ulang.
Doronglah rahang bawah ke muka lalu buka ke bawah lalu tarik kea rah dalam/ leher
lalu tutup mulut, rahang rapat, dorong ke muka kembali dan lakukan seterusnya
berulang-ulang semakin cepat.
Gerakan rahang bawah ke kanan dan kiri.
Buat lingkaran dengan rahang arah bergantian ke kanan dan ke kiri.
Ucapkan dalam satu helaan nafas hitung berapa pengulangan bunyi:
wawawawawawawawa, yayayayayayayayayaya
Ø Langit-langit
Terdiri dari langit-langit keras dan langit-langit lunak, merupakan bagian penting dalam
pembentukan suara maupun pengucapan. Selain itu, langit-langit berperan juga sebagai dinding
resonator pada rongga mulut. Latihan:
Tutup mulut berbuatlah seakan-akan anda sedang berkumur, buka rahang bawah tetapi
bibir tetap rapat, tekan langit-langit ke atas dank ke bawah pula.
Tutup mulut dalam keadaan rapat, kemudian lakukan seolah anda mengucapkan bunyi
M, B, K, N, NG, D, dan lainnya. Saat melakukan ini dapat dirasakan langit-langit bergerak
ke atas dan ke bawah.Setelah seluruhnya peralatan pernapasan dan peralatan
pengucapan kita latih dengan baik, barulah kita mencoba dengan membaca dialog.
Bacalah dengan volume yang sedang dan rasakann pula dorongan nafas diaphragma,
arahkan pembentukan suara ke resonator yang dirasakan paling tepat. Misalnya ke
rongga resonator dada, mulut atau hidung.
Pembentukan Suara
Nafas yang keluar melalui Trachea sesampainya pada larynx akan menggetarkan pita suara,
dank arena getaran itu timbulah suara. Namun demikian suara tersebut baru akan terdengar
baik bilamana terlah beresonansi pada salah satu resonator, baik rongga mulut, rongga hidung
atau rongga dada. Misalnya, kalau bentuk rongga mulut bulat maka suara yang diproduksinya
akan bulat pula, tetapi kalau rongga mulut ditarik melebar kesamping maka suara yang
diproduksi akan terdengar ‘cempreng’. Seorang actor harus lebih menekankan pemberian
karakter pada suaranya. Mengolah texture dan warna suara yang sesuai dengan peran yang
dimainkannya.
Seorang actor juga harus bisa mengolah beberapa warna vocal sesuai tuntutan scenario,
seperti:
Menaikkan dan menurunkan volume suara.
Meninggikan dan merendahkan frekwensi nada bicara.
Mengatur atau mengolah tempo pengucapan.
Mengatur atau mengolah warna dan texture suara.
Latihan 1:
Tariklah nafas dan keluarkan seperti angina.
Tariklah nafas dan keluarkan seperti suara angina itu sendiri, rasakan efek nafas
tersebut pada langit-langit atas mulut, lidah dan pembentukannya.
Tariklah nafas dan keluarkan dengan suara seperti seolah sedang berbisik, rasakan
bagaimana kandungan nafas dan suara yang keluar.
Tariklah nafas dan keluarkan dengan teks dan seolah suara itu menyerupai angina.
Seluruh latihan ini dilakukan secara alami dan intens.
Latihan 2 :
- Tariklah napas dan keluarkan seperti suara binatang berkaki empat (bayangkan
harimau, ajah, anjing, kucing dan lain sebainya).
- Tariklah nafas dan keluarkan seperti suara jenis unggas (bayangkan menjadi burung,
ayam, bebek, dan lain sebagainya).
- Seluruh latihan ini dilakukan secara alami dan intens.
Latihan 3 :
- Cobalah kata-kata apa saja dari mulut.
- Cobalah berdialog improvisasi aa saja keluar dari mulut.
- Cobalah baca beberapa teks lakukan dengan alami dan bertahap lewat vibrasi yang
volumenya di tambah.
- Lakukan observasi suara manusia dan tirulah laku perannya (how old I am: rasakan
sensasi-sensasi usia yang ditiru pada teknik suara).
- Cobalah acting dengan teks.
- Hindari ketegangan-ketegangan.
Berikut ini catatan-catatan yang dibuat oleh Frans Marajinen dari “Institut des Arts
Spectaculaires” (INSAS) di Brussell selama kursus yang diadakan oleh Jerzy Grotowsky dan
sahabatnya, Ryszard Cieslak, pada tahun 1966.
Dengan membandingkan latihan-latihan tahun 1959-1962, memang ada perubahan yang dapat
dicatat yakni dalam orientasi dan objek latihan yang merupakan hasil kerja beberapa tahun
sebelumnya.
Dalam pengantarnya, Grotowsky menjelaskan bahwa hubungan antar penonton dan actor
adalah penting. Dengan dasar pemikiran ini, dia memulai pelajaranya dengan semboyan: “Inti
teater adalah actor, perbuatan-perbuatannya, dan apa yang dapat ia capai”. Skema
pelajarannya dan pelbagai macam latihan adalah didasari atas pengalaman secara metodik
menuju kepada teknik-teknik actor dan kehadirannya secara fisik di atas panggung.
Latihan-latihan Vokal
Untuk memulainya, Grotowski membuat beberapa tanda tentang sikap yang disesuaikan
dengan kerja seseorang. Ia minta keterangan yang mutlak kepada siapa saja yang hadir dalam
ruangan, baik actor maupun penonton. Ketawa haruslah ditahan pada bagian permulaan
latihan nampak seperti permainan sirkus. Mereka yang tidak biasa dengan metode tersebut
hendaknya menerima impresi ini, tapi secepatnya orang akan memahami apabila ia telah
menghadiri beberapa latihan dan melihat hasil yang dicapai. Penonton dalam hal ini adalah
mereka yang tidak ambil bagian aktif dalam latihan, dan mereka harus “tidak terlihat dan tidak
terdengar” oleh murid-murid.
Stimulasi atas Suara
Setiap actor memilih teks dan ia bebas untuk membacanya, menyanyikannya atau bahkan
dengan teks itu ia boleh berteriak.
Latihan ini dilakukan secara serempak. Sementara itu Grotowski berjalan keliling diantara
mereka, sekali-sekali meraba dada, punggung, kepala atau perut si murid ketika ketika ia
sedang membaca. Tidak satu bagianpun yang terlewat dari perhatian Grotowski.
Setelah latihan ini selesai, dia menununjuk empat orang. Yang lain kembali ketempat duduknya
masing-masing untuk melihat perkembangan teman-temannya. Mereka tidak boleh bersuara.
Grotowski menempatkan satu orang di tengah-tengah. Aktor membaca semuanya dengan
suara yang secara berangsur-angsur ditambah volumenya. Kata-kata disuarakan kembali
dengan mantap, langit-langit seakan-akan tengkorak bagian depanlah yang sedang berbicara.
Kepala jangan terkulai kebelakang sehingga menyebabkan laring tertutup. Melalui echo langit-
langit menjadi kawann berdialog yang akan mengambil bentuk pertanyaan maupun jawaban
(selama latihan Grotowski memimpin murid-muridnya dengan aba-aba tangan, mengelilingi
ruangan). Selanjutnya, dimulailah percakapan dengan tembok, juga secara improvisasi. Di
sinilah bukti bahwa echo adalah jawaban. Seluruh badan merespon terhadap echo . Suara asli
masuk dan keluar melalui dada.
Kemudian suara ditempatkan di perut. Dalam acara ini percakapan dilangsungkan dengan
lantai. Kedudukan badan: “seperti seekor sapi gemuk”
Catatan: Grotowski menekankan bahwa selama latihan pikiran harus dikosongkan. Murid-murid
membaca teks tanpa berpikir dan tanpa pause. Grotowski akan menyetop setiap kali ia melihat
ada murid sedang berpikir dalam latihan.
Suara latihan diperlihatkan, secara berurutan:
1. Suara kepala (menghadap kelangit-langit).
2. Suara Mulut (seakan berbicara pada udara di hadapannya)
3. Suara occipital (menghadap langit-langit tepat di atas actor).
4. Suara dada (diproyeksi di depan actor)
5. Suara perut (menghadap kelantai)
Suara keluar dari kedua belah bahu(menghadap langit-langit tepat diatas actor); the small of
the back (menghadap ke dinding di samping actor); bagian lumbar (menghadap kelantai,
dinding dan ruang disampingnya)
Grotowski tidak membiarkan actor beristirahat sebentarpun. Ketika actor sedang membaca, ia
berkeliling membaca stimulasi dan “mremas” bagian tertentu badan murid, sehingga
melepaskan impuls-impuls yang terbawa oleh suara.
Ritme latihan sangan cepat. Seluruh tubuh harus diikutsertakan walau hanya untuk latihan
vocal saja. Suatu latihan relaxation terdiri dari improvisasi percakapan dengan tembok,
sepenuhnya bebas dari tensi. Murid harus secara tetap menyadari bahwa echo harus selalu
ditangkap.
Sungguh menakjubkan bagaimana Cieslak pemain utama dan teman dekat Grotowski selalu
memberikan contoh dan melihat banyak latihan serta mengikuti perkembangan murid-murid
dengan penuh latihan.
Latihan “Macan”
Latihan ini untuk membuat si actor secara penuh tampil dan dalam waktu yang bersamaan,
menyusun suara parau dalam acting.
Grotowski ikut serta dalam latihan ini. Ia memainkan seekor macan yang sedang menyerang
mangsanya. Murid-murid (mangsanya) bereaksi, meraung seperti macan.
Itu bukanlah sekedar meraung. Suaranya haruslah didasarkan pada teks, dan mempertahankan
terus seperti itu adalah penting sekali dalam latihan ini.
Grotowski : “Sini, lebih dekat …teks…teriak… saya adalah seekor macan, bukan kau…. Saya akan
menelan kau….”
Dalam hal ini ia mendorong murid-murid untuk memasuki permainan secara penuh. Sungguh
hebat bagaimana murid-muridnya kemudian mengikuti latihan ini. Sekarang semua perasaan
malu-malu menjadi lenyap. Kekurangannya hanyalah karena belum terbiasa dengan teks, dan
memang dalam improvisasi, kata-kata tidak timbul secara mudah.
Tiba-tiba Grotowski menginterupsilatihan (tidak disadari beberapa murid dalam hal ini
menunjukan bahwa mereka benar-benar secara total adalah jelas dimaksudkan untuk
“mengistirahatkan” organ-organ suara. Grotowski menganggap bahwa “vocal relaxation”
adalah sangat penting , terutama bagi mereka yang berlatih untuk pertama kalinya. Organ-
organ ini suara belum terbiasa digunakan dengan cara iin. Cara pendidikan Grotowski yang
keras nampak dalam kenyataannya bahwa murid-murid mengalami kesulitan menahan latihan.
Mereka tidak memperhatikan penonton yang mana hal itu merupakan suatu yang luar biasa
dalam keseluruhan proses latihan.
Latihan “King-Kong”
Inti dari latihan ini adalah mengulang-ulang ucapan kata “King” pada nada yang sangat tinggi
dan tempo yang sangt cepat, dengan seluruh rentetan variasi dari nada rendah ke nada tinggi.
Akhirnya suara ke luar dari occiput yang sementara adalah Grotowski memeroleh hasil yang
luar biasa dengan improvisasi kata ini pada nada yang lebih tinggi. Setelah kira-kira lima menit,
atas petunjuk Grotowski, murid-murid mencapai skala vocal yang tinggi dan nampak bagi
mereka sebagai sesuatu yang baru. Kami mendapatkan keadaan itu karena banyak wajah-wajah
murid yang nampak surprise.
Latihan “La-La”
Latihan dimulai dengan berjalan keliling serta menyanyikan “la-la” kemudian Grotowski
merebahkan diri, terlentang diri, terlentang di atas lantai. Lalu “la-la” di ulang dengan
menghadap ke langit-langit, dinding dan lantai sebagai alternatip suara kepala, perut dan dada.
Grotowski berpesan agar mereka melonggarkan perut dan mendorong resonator yang terletak
di perut.
Setelah latihan ini, murid-murid tetap terlentang di atas lantai untuk beberapa saat, istirahat
secara penuh.
(Catatan: Hasilnya sunggu luar biasa. Bahkan setelah pelajaran pertama suara murid-murid bisa
mencapai intonasi yang sebelumnya tidak pernah mereka sangka dapat mereka miliki).
Grotowski memulai lagi dengan serangkaian latihan-latihan sama seperti yang diberikan kepada
murid yang pertama.
1. Simulasi vocal keluar dari resonator-resonator yang berbeda
2. Suara kepala (menghadap kelangit-langit).
3. Suara Mulut (seakan berbicara pada udara di hadapannya)
4. Suara occipital (menghadap langit-langit tepat di atas actor).
5. Suara dada (diproyeksi di depan actor)
6. Suara perut (menghadap kelantai
Suara-suara yang keluar dari:
sepasang bahu (menghadap kelangit-langit di samping actor)
the small of the back (menghadap dinding disamping actor)
the lumber region (menghadap lantai, dinding dan ruangan di sampingnya)
Latihan Berikutnya
Meong kucing dengan daya penyampaian yang paling luas dari:
1. Intonasi
2. nuanasa-nuansa
3. pitch
Tiba – tiba grotowski kembali kepembicaraan teks secara normal/ biasa
Macan
Ekspresi suara dalam bentuk ruangan macan. Ada tanda-tanda kemajuan yang nampak kalau
dibandingkan dengan yang sebelumnya. Latihan vocal sekarang dibarengi dengan gerak
mengendap-endap, jumpalitan dan mencakar-cakar. Grotowski tidak ragu-ragu mempelajari
dari pengalaman tentang kebutuhan murid-murid sehingga memungkinkan penyerahan diri
mereka secara penuh dalam latihan.
C. JIWA
Jiwa
Proses pertama transformasi atau penjiwaan terhdap peran, adalah memberi focus kepada
energi yang sudah dimiliki oleh si actor. Dia harus mengendalikan dirinya menuju satu tujuan
tertentu. Usaha memfokuskan energi itu adalah usaha menyerahkan diri sepenuhnya kepada
aksi dramatis sesuai tuntutan naskah, dimana ia mampu menentukan pilihan-pilihan aksi
selaras dengan keyakinannya terhadap tokohnya.
Konsentrasi
Pengertian : konsentrasi secara harfiah berarti memfokus, sehingga dalam konsentrasi,
kepekaan si actor dapat mengalir bebas menuju satu titik atau bentuk tertentu.
Persiapan seorang actor
Seorang actor harus punya pusat perhatian (konsentrasi) dan bahwa pusat ini seyogyanya tidak
berada di tengah tempat latihan. Makin menarik pusat perhatian, makin sanggup ia
memusatkan perhatian.
Jelas sekali sebelum anda sanggup menetapkan titik perhatian yang sedang dan yang jauh,
terlebih dahulu anda harus belajar bagaimana caranya memandang dan melihat benda-benda
di area set.
Aktor yang berada di area set, menghayati suatu kehidupa yang sejati atau imajiner. Kehidupan
abstrak ini perhatian dalam diri kita. Tapi ia tidak mudah untuk dimanfaatkan, karena ia sangat
rapuh. Seorang actor harus juga seorang pengamat, bukan saja dalam memainkan peran di atas
pentas atau sebuah film, tapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Dengan keseluruhan dirinya ia
harus memusatkan pikirannya pada segala yang menarik perhatiannya . Ia harus memandang
sebuah objek, bukan lain, tapi betul-betul dengan mata yang tajam. Jika tidak, maka seluruh
metode kreatifnya akan ternyata mengembang dan tidak punya hubungan dengan kehidupan.
Umumnya orang tidak tahu bagaimana caranya mengamati tarikna wajah, sorotan mata
seseorang dan nada suara untuk dapat memahami pikiran lawan bicara mereka. Mereka tidak
bisa secara aktif memahami kebenaran kehidupan secara kompleks dan juga tidak sanggup
mendengar kan sedemikian rupa, hingga mereka dapat memahami apa yang mereka dengar.
Jika mereka dapat melakukan ini, kehidupan ini akan jauh lebih baik, lebih mudah dan kerja
kreatif mereka akan lebih kaya, lebih halus dan lebih dalam.
Tapi kita tidak bisa memaksakan pada seseorang sesuatu yang tidak dimilikinya, hanya daya
yang dimilikinya saja yang bisa ia kembangkan.
Bagaimana cara untuk mencapai ini?
Pertama, actor harus belajar melihat, menyimak dan mendengarkan sesuatu yang indah.
Kebiasaan itu akan mencerdaskan jiwa mereka dan melahirkan perasaan yang akan
meninggalkan jejak-jejak yang dalam pada ingatan emosi mereka.
Ambil sekuntum bunga kecil atau selembar kelopak bunga dan cobalah utarakan dengan
katapkata tentang seluk beluk, tekstur, warna dan sifat-sifatnya secara detail. Setelah melalui
proses kreatif ini, lalu anda mulai menelaah bahan emosional yang hidup yang paling diperlukan
dan dijadikan landasan bagi kreativitas selanjutnya.
Kesan-kesan yang diperoleh dari hubungan langsung dan pribadi dengan orang lainnya.
Hubungan ini dapat diperoleh hanya kontak batin. Begitu banyak pengalaman batin ini yang
tidak bisa dilihat secara inderawi oleh mata, hanya terbayang dalam tarikan wajah, mata, suara
dan cara kita bicara dan menggerakan tangan. Tapi sungguhpun begitu, bukanlah hal yang
mudah untuk menangkap apa yang terkandung dalam diri orang lain, Karena biasanya orang
tidak selalu membukakan pintu hatinya dan membiarkan kita melihat mereka dan baimana
mereka sebenarnya. Makna-makna seperti itu melekat pada pola perilaku yang mengenali dan
mampu memanfaatkan aspek perilaku ini secaraefektif. Seorang actor dituntut untuk dapat
memerankan setiap kegiatan disetiap situasi. Tiap karakterpun harus terindividualisasikan
dengan hal yang berkenaan pada perilaku. Sebagai tambahan, tiap karakter yang diperankan
seharusnya memunyai perilaku yang umum seperti yang ada di tengah masyarakat.
Perilaku luar sebuah rancangan harus ditempatkan semata-mata melalui bagian luar
karakternyasaja dari harus memiliki arti yang mendalam.
Terakhir, actor harus bisa mengontrol kecenderungan bahasa non–verbalnya yang mungkin saja
tidak cocok dengan karakter yang diperankannya.
Observasi dan Empati
Observasi atau mengamati berarti tanggap akan hal apa saja yang terjadi dalam kehidupan.
Tentang masyarakat, tempat, objek dan segala situasi yang menambah kedalaman tingkat
kepekaan seorang actor. Ketika mengamati orang-orang actor seharusnya membuat catatan-
catatan ini bisa menjadi dasar karakter yang akan ditemukannyadimasa dating. Ini dapat
membantu saat dibutuhkan untuk menciptakan sebuah karakter lengkap dalam sebuah struktur
permainan.
Sekali sebuah karakter mendarah daging dalam diri sang actor, hubungan langsunga dapat
terjadi antara actor dan penonton. Penonton merasakan apa yang diperankan oleh sang actor.
Sebagai contoh, saat seorang teman kehilangan seseorang yang dicintainya, respon empatinya
adalah kita ikut merasakan penderitaannya.
Kekuatan suskes dari pengamatan (observasi) adalah gabungan antara empati dan perhatian
intelektual. Ini artinya seorang actor harus mengembangkan sesitifitas pada indera: melihat,
menyentuh, mencium, mendengar, dan merasakan.
Mengenal dan mengingat suatu perasan dalam aktifitas keseharian adalah sangat penting.
Untuk mengamati secara benar seseorang harus dapat meraksan dan mengkatagorikan
inderanya. Jadi, indera (senses), perasaan (feelings), dan pengamatan (observation) bergabung
menjadi suatu mata rantai sebagai alat pembentuk sebuah karakter. Seorang actor harus
menggunakan kekuatan observasi untuk tujuan-tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mempelajari karakter manusia dalam berjalan, gesture, berbicara dan duduk yang
nantinya dapat ditiru saat berada di atas panggung.U
2. ntuk menstimulasi kreatifitas imajinasi.
3. Untuk menggabungkan beberapa kualita yang dapat dipelajari saat mengamati bintang.
Keanggunan seekor kucing adalah salah satu contoh dari karakter binatang.
Aksi dan Emosi
Pengertian: Emosi adalah segala aktivitas yang mengekspresikan kondisi disini dan sekarang
dari organisme manusia dan ditujukan ke arah duniannya di luar. “Emosi timbul secara
otomatis” dan terikat dengan aksi yang dihasilkan dari konfrontasi manusia dengan dunianya.
Aktor tidak menciptakan emosi karena emosi akan muncul dengan sendririnya lantaran
keterlibatannya dalam memainkan peran sesuai dengan naskah.
Motivasi
Pengertian :Peran apapun yang anda mainkan harus memiliki tujuan dan motivasi. Dalamus
keadaan bagaimanapun adalah mustahil untuk melakukan sesuatu yang secara langsung
diarahkan untuk mencetuskan suatu perasaan demi perasaan itu sendiri. Kalau hal ini tidak
diindahkan, maka anda tidk akan memeroleh apapun. Hanya kedangkalan saja. Jika kita
memilih suatu tindakan atau perbuatan jangan menggunakan perasaan dan bathin anda.
Jangan mencoba memperlihatkan aksi cemburu atau menyatakan cinta, semata hanya untuk
kepentingan perasaan itu aja. Semua perasaan itu adalah akibat dari sesuatu yang terjadi
sebelumnya. Cobalah ingat kejadian sebelumnya itu dalam-dalam dan hasilnya akan datang
sendiri. Penggambaran nafsu yang palsu, yang menggunakan gerakan-gerakan konvensional,
semuanya ini merupakan kesalahan-kesalahan yang kerap terjadi.
Tips:
Anda harus mampu bermain sesuai dengan pengkhayatan anda sendiri terhadap tokoh,
penggambaran artistic dari realita dunia actual kedalam dunia imajinasi. Untuk memeroleh
hubungan antara actor dan tokoh yang digambarkan, anda harus mendekatkan pada sumber-
sumber yang dekat dengan perasaan dan batin kita sendiri. Jika hal ini bisa dicapai, maka kita
akan merasakan dorongan dan rangsangan dari dalam.
Dorongan ini akan mengutarakan dirinya sendiri dalam aksi si tokoh imajiner yang telah
ditempatkan di tengah-tengah permainan lakon. Mainkanlah dan anda akan menciptakan
kehidupan baru. Kita akan dibawa kedunia bawah-sadar, menyadari hal-hal dalam
permainannya yang sebelumnya tidak disadari sama sekali. Ini merupakan rangsangan “dunia
bawah-sadar yang kreatif ”yang paling pokok adalah anda telah memainkan dunia bawah sadar
kreatif melalui tehnik yang disadari. Setelah ini bisa disatukan dalam pikiran dan imajinasi,
barulah anda bisa menciptakan dunia baru dan mulai memainkannya dengan penuh motivasi
dan rasa kebenaran artistic. Dibalik kata-kata, kita memasukan pikiran kita dalam karakter toloh
kehidupannya. Lalu kita filter melalui diri kita sediri seluruh bahan yang kita peroleh dari
pengarang dn sutradara. Bahan ini menjadi bagian dari diri kita, baik dalam pengertian spiritual
dan fisik, emosi kita jujur dan sebagai hasil kita memeroleh aktivitas yang betul-betul produktif,
semuanya berjalin dengan implikasi sebuah lakon.
Imajinasi:
Imajinasi adalah suatu cara bagi seorang actor untuk mendekati pikiran dan perasaan karakte
yang akan dimainkan sehingga dia dapat menempatkan dirinya dalam situasi si karakter.
Metode ini merupakan proses imajinasi dimana di actor melakukan identifikasi dengan karakter
tokohnya. Di setiap identifikasi dengan karakter tokohnya, si actor harus melihat pengalaman
hidupnya dan pengalaman hidup yang paling relevan untuk ditransver ke pengalaman hidup
yang dimiliki si karakter. Si actor harus mampu menyelidiki asal mula dirinya sendiri untuk
dapat tulus dan jujur pada realita eksistensi dirinya yang baru. Imajinasi menciptakan hal-hal
yang mungkin ada atau mungkin terjadi, sedangkan fantasi membuat hal-hal yang tidak ada,
yan tidak pernah ada. Tapi siapa tahu, suatu hari kesemuanya itu mungkin ada. Bagi seorang
actor, proses kreatif ini dipimpin oleh imajinasinya.
Pertama, anda memaksa imajinasi anda, padahal sebetulnya anda harus membujukny. Lalu,
anda coba merenung tanpa suatu objek yang menarik bagimu. Kesalahan yang ketiga adalah
pikiran anda pasif. Dalam imajinasi, aktifitas yang intens sangatlah penting. Awalnya datang
gerakan dari dalam, kemudian gerakan luar.
Sebelum sutradara memberikan pengarahan dan latihan, anda harus memiliki catatan
mengenai gambaran tokoh dan tempat yang akan dijadikan area latihan. Lalu anda harus
memiliki suatu gasi gambaran yang batin yang kuat. Imaji-imaji bain ini akan menciptakan
suasana yang sesuai dan mencetuskan emosi, sambil menjaga supaya kita tetap berada dalam
batas-batas lakon itu.
Mengembangkan imajinasinya
Pertama-tama coba ceritakan tentang kehidupan sehari-hari terhadap pengalaman yang paling
sensitive. Apa yang paling mudah untuk merangsang perasaanmu, rasa takut dan gembira anda.
Jika anda mengetahui betul seluk beluk sifat-sifat anda sendiri maka bagi anda tidak akan sulit
untuk mengadaptasikannya ke dalam keadaan imajiner. Karena itu, paparkan beberapa sifat
khas, kualitas, perhatian, yang khas yang anda miliki. Anda harus bisa menjawab (kapan,
dimana, kenapa, bagaimana) yang anda ajukan sendiri tatkala ia mendorong kesanggupannya
untuk menemukan sesuatu yang baru guna membuat gambaran yang lebih jelas dari sebuah
kehidupan pura-pura. Kadang-kadang ia tidak perlu melakukan semua usaha intelektual dan
disadari ini. Imajinasinya mungkin bekerja secara intuitif. Sebuah pendekatan secara sadar dan
dengan akal pada imajinasi seringkali menghasilkan suatu perasaan hidup palsu yang tak
berdarah. Seni acting menghendaki supaya seluruh harkat seorang actor terlibat secara aktif,
supaya ia menyerahkan dirinya, baik bathin maupun lahir, kepada peran yang ia mainkan. Anda
harus merasakan tantangan untuk berbuat, baik secara fisik maupun secara intelektual, karena
imajinasi yang tidak punya substansi.
………………vvv…………………
CIPTA TUNGGAL
(Referensi lain tentang olah sukma atau meditasi , sekedar intermezzo, cukup dibaca aja)
(diambildari www.jawapalace.org)
cipta bermakna: pengareping rasa, tunggal artinya satu atau difokuskan ke satu obyek. Jadi
Cipta Tunggal bisa diartikan sebagai konsentrasi cipta.
1. Cipta, karsa (kehendak) dan pakarti (tindakan) selalu aktif selama orang itu masih hidup.
Pakarti bisa berupa tindakan fisik maupun non fisik, pakarti non fisik misalnya seseorang
bisa membantu memecahkan atau menyelesaikan masalah orang lain dengan memberinya
nasehat, nasehat itu berasal dari cipta atau rasa yang muncul dari dalam. Sangatlah
diharapkan seseorang itu hanya menghasilkan cipta yang baik sehingga dia juga memunyai
karsa dan pakarti/tumindak yang baik, dan yang berguna untuk diri sendiri atau syukur -
syukur pada orang lain.
2. Untuk bisa memraktekkan tersebut diatas, orang itu harus selalu sabar, konsestrasikan cipta
untuk sabar, orang itu bisa makarti dengan baik apabila kehendak dari jiwa dan panca
indera serasi lahir dan batin. Ingatlah bahwa jiwa dan raga selalu dipengaruhi oleh kekuatan
api, angin, tanah dan air.
3. Untuk memelihara kesehatan raga, antara lain bisa dilakukan :
a. Minumlah segelas air dingin dipagi hari, siang dan malam sebelum tidur, air segar ini
bagus untuk syarat dan bagian-bagian tubuh yang lain yang telah melaksanakan makarti.
b. Jagalah tubuh selalu bersih dan sehat, mandilah secara teratur di negeri tropis sehari
dua kali.
c. Jangan merokok terlalu banyak.
d. Konsumsilah lebih banyak sayur-sayuran dan buah-buahan dan sedikit daging, perlu
diketahui daging yang berasal dari binatang yang disembilah dan memasuki raga itu bisa
berpengaruh kurang baik, maka itu menjadi vegetarian (tidak makan daging) adalah
langkah yang positif.
e. Kendalikanlah kehendak atau nafsu, bersikaplah sabar, narima dan eling. Janganlah
terlalu banyak bersenggama, seminggu sekali atau dua kali sudah cukup.
4. Berlatihlah supaya cipta menjadi lebih kuat, pusatkan cipta kontrol panca indera. Tenangkan
badan (heneng) dengan cipta yang jernih dan tentram (hening) Bila cipta bisa dipusatkan
dan difokuskan kearah satu sasaran itu bagus, artinya cipta mulai memunyai kekuatan
sehingga bisa dipakai untuk mengatur satu kehendak.
5. Buatlah satu titik atau biru ditembok atau dinding (.) duduklah bersila dilantai menghadap
ke tembok, pandanglah titik itu tanpa berkedip untuk beberapa saat, konsentrasikan cipta,
kontrol panca indera, cipta dan pikiran jernih ditujukan kepada titik tersebut. Jangan
memikirkan yang lain, jarak mata dari titik tersebut kira-kira tujuh puluh lima sentimeter,
letak titik tersebut sejajar dengan mata, lakukan itu dengan santai.
6. Lakukan latihan pernafasan dua kali sehari, pada pagi hari sebelum mandi demikian juga
pada sore hari sebelum mandi tarik nafas dengan tenang dalam posisi yang enak.
7. Lakuakan olah raga ringan (senam) secara teratur supaya badan tetap sehat, sehingga
mampu mendukung latihan olah nafas dan konsentrasi.
8. Hisaplah kedalam badan Sari Trimurti pada hari sebelum matahari terbit dimana udara
masih bersih, lakukan sebagai berikut :
Tarik Nafas Tahan Nafas Keluarkan Nafas Jumlah
10 detik 10 detik 10 detik 30 detik minggu I : 3 kali
15 detik 10 detik 15 detik 40 detik minggu II : 3 kali
20 detik 10 detik 20 detik 50 detik minggu III : 3 kali
26 detik 08 detik 26 detik 60 detik minggu IV : 3 kali
9. Untuk memperkuat otak tariklah nafas dengan lobang hidung sebelah kiri dengan cara
menutup hidung sebelah kiri dengan cara menutup lobang hidung sebelah kanan dengan
jari, lalu tahan nafas selanjutnya keluarkan nafas melalui lobang hidung sebelah kanan,
dengan menutup lobang hidung sebelah kiri dengan jari.
Tarik Nafas Tahan Nafas Keluarkan Nafas Jumlah
4 detik 8 detik 4 detik 16 detik minggu I : 7 kali
10 detik 7 detik 10 detik 27 detik minggu II : 7 kali
10 detik 10 detik 10 detik 30 detik minggu III & IV : 7 kali
20 detik 20 detik 20 detik 60 detik minggu V : 7 kali
10. Karsa akan terpenuhi apabila nasehat-nasehat diatas dituruti dengan benar, praktekkan
samadi pada waktu malam hari, paling bagus tengah malam ditempat atau kamar yang
bersih. Kontrol panca indera, tutuplah sembilan lobang dari raga, duduk bersila dengan
rilek, fokuskan pandangan kepada pucuk hidung. Tarik nafas, tahan nafas, dan keluarkan
nafas dengan tenang dan santai, konsentrasikan cipta lalu dengarkan suara nafas. Pertama-
tama akan dirasakan sesuatu yang damai dan apabila telah sampai saatnya orang akan bisa
berada berada dalam posisi hubungan harmonis antara kawula dan Gusti ALLAH
11. Cobalah lakukan sebagai berikut :
a. Lupakan segalanya selama dua belas detik
b. Dengan sadar memusatkan cipta kepada dzat yang agung selama seratus empat puluh
detik.
c. Jernihkan pikiran dan rasa selama satu, dua atau tiga jam (semampunya)
12. Tujuh macam tapa raga, yang perlu dilakukan
a. Tapa mata, mengurangi tidur artinya jangan mengejar pamrih.
b. Tapa telinga, mengurangi nafsu artinya jangan menuruti kehendak jelek.
c. Tapa hidung, mengurangi minum artinya jangan menyalahkan orang lain
d. Tapa bibir, mengurangi makan artinya jangan membicarakan kejelekan orang lain
e. Tapa tangan, jangan mencuri artinya jangan mudah memukul orang
f. Tapa alat seksual, mengurangi bercinta dan jangan berzinah
g. Tapa kaki, mengurangi jalan artinya jangan membuat kesalahan
13. Tujuh macam tapa jiwa yang perlu dilakukan
a. Tapa raga, rendah hati melaksanakan hanya hal yang baik
b. Tapa hati, bersyukur tidak mencurigai orang lain melakukan hal yang jahat
c. Tapa nafsu, tidak iri kepada sukses orang lain, tidak mengeluh dan sabar pada saat
menderita
d. Tapa jiwa, setia tidak bohong, tidak mencampuri urusan orang
e. Tapa rasa, tenang dan kuat dalam panalongso
f. Tapa cahaya, bersifat luhur berpikiran jernih
g. Tapa hidup, waspada dan eling
14. berketetapan hati
a. tidak ragu-ragu
b. selalu yakin orang yang kehilangan keyakinan atas kepercayaan diri adalah seperti
pusaka yang kehilangan yoninya atau kekuatannya
15. Menghormati orang lain tanpa memandang jenis kelamin, kedudukan, suku, bangsa,
kepercayaan dan agama, semua manusia itu sama : saya adalah kamu (tat twan asi). Artinya
kalau kamu berbuat baik kepada orang lain, itu juga baik buat kamu, kalau kamu melukai
orang lain itu juga melukai dirimu sendiri.
16. Sedulur papat kalimo pancer
Orang Jawa tradisional percaya eksistensi dari sedulur papat (saudara empat) yang selalu
menyertai seseorang dimana saja dan kapan saja, selama orang itu hidup didunia. Mereka
memang ditugaskan oleh kekausaan alam untuk selalu dengan setia membantu, mereka
tidak tidak punya badan jasmani, tetapi ada baik dan kamu juga harus memunyai hubungan
yang serasi dengan mereka yaitu :
a. Kakang kawah, saudara tua kawah, dia keluar dari gua garba ibu sebelum kamu,
tempatnya di timur warnanya putih.
b. Adi ari-ari, adik ari-ari, dia dikeluarkan dari gua garba ibu sesudah kamu, tempatnya di
barat warnanya kuning.
c. Getih, darah yang keluar dari gua garba ibu sewaktu melahirkan, tempatnya di selatan
warnanya merah
d. Puser, pusar yang dipotong sesudah kelahiranmu, tempatnya di utara warnanya hitam.
Selain sedulur papat diatas, yang lain adalah Kalima Pancer, pancer kelima itulah badan
jasmani kamu. Merekalah yang disebut sedulur papat kalimo pancer, mereka ada karena
kamu ada. Sementara orang menyebut mereka keblat papat lima tengah, (empat jurusan
yang kelima ada ditengah). Mereka berlima itu dilahirkan melalui ibu, mereka itu adalah
Mar dan Marti, berbentuk udara. Mar adalah udara, yang dihasilkan karena perjuangan ibu
saat melahirkan bayi, sedangkan Marti adalah udara yang merupakan rasa ibu sesudah
selamat melahirkan si jabang bayi. Secara mistis Mar dan Marti ini warnanya putih dan
kuning, kamu bisa meminta bantuan Mar dan Marti hanya sesudah kamu melaksankan tapa
brata (laku spiritul yang sungguh-sungguh)
17. Tingkatkan sembah, menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa yang berarti juga
menghormati dan memujaNYA, istilah lainnya ialah Pujabrata. Ada guru laku yang
mengatakan bahwa seseorang itu tidak diperkenankan melakukan pujabrata, sebelum
melewati tapabrata.
a. Sembah raga
Ini adalah tapa dari badan jasmani, seperti diketahui badan hanyalah mengikuti perintah batin
dan kehendak. Badan itu maunya menyenang-nyenangkan diri, merasa gembira tanpa batas.
Mulai hari ini, usahakan supaya badan menuruti kehendak cipta yaitu dengan jalan: bangun
pagi hari, mandi, jangan malas lalau sebagai manusia normal bekerjalah. Makanlah makanan
yang tidak berlebihan dan tidur secukupnya saja: makan pada waktu lapar, minum pada waktu
haus, tidur pada waktu sudah mengantuk, pelajarilah ilmu luhur yang berguna untuk diri sendiri
dan orang lain.
b. Sembah cipta
1. Kamu harus melatih pikiranmu kepada kenyataan sejati kawula mengenal Gusti.
2. Kamu harus selalu mengerjakan hal-hal yang baik dan benar, kontrollah nafsumu dan
taklukan keserakahan. Dengan begitu rasa kamu akan menjadi tajam dan kamu akan
mulai melihat kenyataan.
Berlatih cipta sebagai berikut :
1. akukan dengan teratur ditengah, ditempat yang sesuai.
2. Konsentrasikan rasa kamu
3. Jangan memaksa ragamu, laksanakan dengan santai saja
4. Kehendahmu jernih, fokuskan kepada itu
5. Biasakanlah melakukan hal ini, sampai kamu merasa bahwa apa yang kamu kerjakan itu
adalah sesuatu yang memang harus kamu kerjakan, dan sama sekali tidak menjadi beban
Kini kamu berada di jalan yang menuju ke kenyataan sejati, kamu merasa seolah-olah sepi tidak
ingat apapun, seolah-olah badan astral dan mental tidak berfungsi, kamu lupa tetapi jiwa tetap
eling (sadar) itulah situasi heneng dan hening dan sekaligus eling kesadaran dari rasa sejati. Ini
hanya bisa dilaksanakan dengan keteguhan hati sehingga hasilnya akan terlihat.
c Sembah jiwa
Sembah jiwa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, dengan rasa yang mendalam menggunakan jiwa
suksma yang telah kamu temui pada waktu pada heneng, hening dan eling, ini adalah sembah
batin yang tidak melibatkan lahir. Apabila kamu melihat cahaya yang sangat tenang tetapi tidak
menyilaukan itu pertanda kamu sudah mulai membuka dunia kenyataan. Cahaya itu adalah
pramana kamu sendiri, kamu akan merasa yakin pada waktu bersamadi, kamu dan cahaya itu
saling melindungi.
d. Sembah rasa artinya sejati (rasa sejati)
1. Kita bisa mengerti dengan sempurna untuk apa kita diciptkan dan selanjutnya apakah
tujuan hidupmu.
2. Kita akan mengerti dengan sempurna atas kenyataan hidup dan keberadaan semua
mahluk melalui olah samadi atau memahami Sangkan Paraning Dumadi, hubungan
harmonis antara kawula dan Gusti layaknya seperti manisnya madu dan madunya, tidak
terpisahkan.
Nyinau ngilmu kedah ngertos ilmunipun
Ilmu bebukanipun sarana piker
Ngilmu lelabetan kalian laku
Olehipun sampurna kedah kekalih
Menawi sampun lajeng kagunaknya
Adamel uruping sasamya
Samodraning guna agesang
PENGANTAR AKTING DASAR
Teknik elementer
Teknik Muncul
Seorang aktor Pemeran Muncul pertama kali bahasa inggris di sebut dengan –TEKNIK OF
ENTRANCE - , yaitu teknik seorang pemain untuk pertama kalinya tampil di atas pentas dalam
satu sandiwara satu babak atau satu adegan. Barang kali kemunculannya tatkala pemain-
pemain yang lain sudah berada duluan di atas pentas dalam satu adegan, barang kali ia muncul
tepat waktu layar di buka, barang kali juga ia munculo pertama kali seorang diri diatas pentas
seorang iri seorang diri di atas pentas sebagai pembuka.
Tekinik muncul ini penting karena ia lakukan dalam keadaan kesan (Imprese) menerbitkan ke
inginan tahuan penonton kepada sang pemain, bagaiman ia melakukan aktifitas penonton akan
lebih dapat menikmati dalam bermain.
Ketika di dalam naskah “ PANEMBAHAN RESO “ (W.S Rendra). Ada adegan pesta pora di Istana,
jaga baya terburu-buru dating menghadap Raja membawa surat Panji- Tumbal.
Jagabaya : Yang mulia, hamba menghadap untuk mempersembahkan surat.
Raja Tua : Reso bawa dia kemari.
Reso : baik,yang mulia. Mari kamu ! bicara
Jagabaya : Hamba memimpin pasukan pengawal istana hari ini. Seorang pasukan menggebu
dengan kuda. Ia datang dari Tegal Wurung membawa surat panji tumbal untuk Sri
baginda, sedang ia sendiri selesai bicara langsung melompat ke punggung kuda, dan
setelah mohon maaf karena ia sendiri di buru oleh urusan maha gawat lalu melaju
di telan debu.
Raja Tua : bawa kemari surat itu.
Muncul Jagabaya membawa surat Panji Tumbal ayang diserahkan kepada raja tua, supaya l;ebih
memberi pendalaman watak permainan maka peranan tersebut harus dapat menyesuaikan alur
irama permainan yang sedang – brjalan.
Jagabaya : (Melangkah beberapa langkah menuju arah ke-arah Raja Tua, dengan tergesa-
gesa).
Jagabaya : yang mulia, hamba menghadap
Untuk mempersenbahklan surat
(menunggu beberapa saat reaksi Raja Tua) Di dalam naskah “ OIDIPUS REX “ (Sopholes) adanya
adegan Ratu Jocosta yang keluar dari istana denga tergesa-gesa untuk memisah pertengkaran
oidpus dengan creon sambil berseru :
Jocosta : Bencana ! Bencana ! kenapa para pangeran bersenketa, sedang negara dalam
bencana.
Akan lebih megesankan lagi apabila pemeran jocosta muncul, dengan setengah berlari sambil
berseru
Jocosta : Bencan ! Bencana !
(lalu berhenti sekejap dua kejap sambil memandang tajam pada oidipus dan creon sanbil maju
ke tengah-tengah di antara oidipus dan creon sambil mengucapkan sisa kalimat) klenapa para
pangeran bersengketa, sedang negara dalam bencan.
Teknik memberi isi
Sebuah kalimat akan tersa memunyai kesan apabila di beri isi atupun tekanan, dalam istilah
bahasa inggris di namakan:THE TECHNIQUE OF PHRASING.
Pada kalimat “ Gayanya itu “. Bisa mengandung bermacam-macam pengertian, jika di ucapkan
dengan cara tertentu, dapat menjadi dari orang yang mengucapkan.
Ada tiga macam cara memberikan tekanan pada isi kalimat.
Pertama dengan tekanan DINAMIK
Kedua dengan tekanan NADA
Ketiga dengan tekanan TEMPO.
Tekan Dinamik
Tekanan keras dalam pengucapan, dalam berbicara biasanya orang akan menekan kata-kata
yang di anggap penting.
“ saya akan pergi kekantor (bukan ke rumah)
“ siapa wanita tadi (bukan laki-laki)
“ saya yang mengatakan (bukan dia)
Tekanan Nada
Tekan tinggi rendahnya dalam pengucapan suatu kata. Pada sebuah kalimat:
“ Apa “.
(bisa merupakan arti pertanyaan dan bisa pula berupa teguran, bergantung dari ucapan).
“ Gila “
(bisa berarti makian, bisa sekaligus pujian).
Tekana nada lebih mencerminkan ISI PERASAAN – dari pada pikiran.
Tekanan Tempo
Tekan lambat dan cepat nya mengucapkan sebuah kata dalam kalimat, sepperti juga halnya
tekanaan tempo sangat berarti apabila ia di pergunakan untuk menjelaskan ISI PIKIRAN. Di
dalam suasan SEDIH tempo pengucapan akan LAMBAT. Pada suasana genbira tempo
pengucapan akan CEPAt.
“ saya muak sekali mendengar kata-katanya “.
(tempo di gunakan dengan lambat)
“ senang benar saya menerima suratnya “.
(tempo di gunakan dengan cepat)
teknik me,beri Isi yang lainnya dengan mempergunakan ANGGOUTA BADAN dan BADAN.
Pengguna angguta badan–dan badan ini bisa menjadi GERAK, AIR MUKA, dan SIKAP. Yang di
maksud Gerak; ialah gerakan anggouta badan, pernyataan perasaan dan oikiran melalui
gerakan JARI, GENGGAMAN TELAPAK TANGAN, LAMBAYAN TANGAN, BAHU dkk.
Dari kleseluruhan semua anggouta badan, telapakj tangan. Jari-jarilah yang piling pokok di
gunakan.
Teknik pengembangan
Teknik pengembangan dapat di capai dengan menggunakan melalui pengucapan dan jasmani.
Pengucapan :
1. Menaikkan volume suara.
2. Menaikkan tinggi suara.
3. Menaikkan kecepatan tempo suara.
4. mengurangi volume tinggi nada, kecepatan tempo suara.
Menaikkan tempo suara dalam berdialog, dari nada rendah terus naik ke nada tinggi. Tempo
kaliamat dapat di cepatkan.
Mengurangi volume tinggi kecepatan tempo suara, apabila terjadi anti klimak.
Jasmani :
1. Menaikkan tingkat posisi Posisi jasmani. Kepala menunduk menjadi tengadah. Tangan
terkulai menjadi teracung. Sikap berbaring menjadi duduk. Duduk menjadi jongkok, jongkok
menjadi berdiri.
2. Dengan cara berpaling. Memalingkan kepala, tubuh (torso) serta badan.
“Aku putramu creon. Jadi selama adil dan bijaksana, aku akan patuh dan setia. Tak mungkin
aku menganggap pekawinan pribadi lebih penting dari urusan kepemimpinan negara.”
Kalimat-kalimat tersebut dapat di sisi dengan tindakan-tindakan.
“Aku putramu creon. Jadi selama anda adil dan bijaksana”.
(Memalingkan kepala kearah creon) aku akan patuh dan setia (sekejab memberikan jeda,
lalu memalingkan tubuh) Tak mungkin aku menganggap perkawinan pribadi lebih penting
dari urusan kepemimpinan negara.
3. Dengan cara berpindah tempat.
Berpindah dari kiri ke kanan, dari belakang ke depan, dari bawah ke atas.
4. Dengan melakukan gerakan anggauta badan. Tanpa melakukan perobahan tempat,
pemeranan dapat melakukan pegembangan dengan melalui melambaikan tangan,
mengembangkan jari, mengepal tinju, menghentakan kaki, mengagguk-anggukan kepala.
Dll.”Jangan lagi menyebut nama Indadid, saripah. Ia sudah sirna dari masa lajang u. Lima
purnama yang lalu di Bukit Selasih, dia mengguna-gunaai suntil iparku. Dan sudah berulang
egkau lupa. Lain kali janganlah lupa, kau adalah istriku (Kalimat ini walaupun oleh si pemeran
mengucapkan sambil duduk, dapat di lakukan dengan beberapa gerakan)
5. Dengan air muka. Perobahan-perobahan air muka dapat mencerminkan perkembangan
emosi si pemeran
TEKNIK MEMBERI PUNCAK
Puncak ialah ujung tanjakan pengembangan, perkembangan adegan-adegan yang memuncak
(klimak).
Dibawah ini 4 (empat) cara membina puncak.
1. Dengan menahan INTENSITAS EMOSI.
Emosi baru dapat di capai pada tingkat puncak dalam memainkan adegan kejengkelan dan
Kemarahan sang pemain harus dapat menahan, demikian pula dengan kegembiraannya
yang tidak terlalu tinggi
2. Dengan menahan reaksi terhadap perkembangan ALUR.
“Rang Garda seorang mucikari, dia tahu sedang dikejar-kejar oleh Matt Dilon. Dari kota-
kekota lain. Ia menyembunyikan diri, tetapi mat dilon selalu menguntitnya. Akhirnya dikota
lama Matt Dilon memergokinya di sebuah warung puja sera. Ia tidak bisa menghindar lagi,
sekarang ia menghadapi sangseng yang ia takuti, yang selama beberapa purnama selalu
merongrong hidupnya. Pemeranan yang memainkan! Rang Garda harus menahan
kegugupannyaa sebelum klimak di kota lama.
3. Dengan teknik bermain bersama
4. Dengan Penempatan pemain
TIMING
Yang dimaksud dengan timing adalah ketepatan hubungan gerakan jasmani yang berlangsung
sekejab dengan kata atau kalimat yang diucapkan.
TEKNIK PENONJOLAN
Upaya memilah bagian mana yang perlu ditonjolkan senjata teknisnya adalah SUARA
PENGUCAPAN dan JASMANI nya.
TAKARAN PERAN DALAM PEMERANAN
Sebagai seorang pemain haruslah memunyai kejelian dalam memillih atau menapsiran pada
warna naskah.
TEMPO PERMAINAN
Merupakan cepat atau lambatnya permainan.
IRAMA PERMAINAN
Merupakan gelombang yang naik turun, longgar kencangnya gerakan, atau suara-suara yang
terjadi dengan teratur.
MENCIPTAKAN PERAN
Melalui pendekatan imajinatif (spontan daan otomatis) dan terperinci (mengumpulkan
keterangan-keterangan)
Caranya adalah:
Pertama ; Kumpulkan tindakan-tindakan pokok yang harus di lakukan oleh peran yang
bersaangkutan.
Kedua : Kumpulkanlah watak sifat sang peran, lalu hubungkan dengan tindakan-tinddakan
pokok yang harus di kerjakan, lalu yang mana yang harus ditonjolkan
Ketiga : Carilah pada naskah Ucapan-ucapan yang meskipun tersirat dapat ditimbulkan
maksudnya.
Keempat : Carilah pada naskah hal-hal yang mana sifat sifat tersebut untuk dapat kesempatan
di tonjolkan.
Kelima : Ciptakanlah gerakan-gerakan air muka, sikap dan langkah yang bisa menyatkan
WATAK-WATAK yang termaksud di atas.
Keenam : CIPTAKANLAH TIMING yang tepat agar gerakan tersebut sinkron.
Ketujuh : Dimana diperhitungkan Teknik pengucapan untuk memberikan tekanan daaan
penonjolan pada watak tersebut.
Kedelapan : Rancangkanlah garis permainan yang sedemikian rupa, sehingga gambaran tiap
perincian watak dapat menurun sesuai dengan aturrannya dan pada tindakan yang terkuat
hubungan pula pada atak yang terkuat pula.
RESPON
Respon sangat penting (yang datangnya dr rasa spontan, yan lahir dari jiwa terdalam ier
ackting).
Pertama respon dengan tanggapan-tanggapan cerita
Kedua respon pada tanggapan lingkungan
Ketiga Tanggapan kepada teman-teman bermain.
DAFTAR PUSTAKA
Hamzah Adjib A., Pengantar Bermain Drama, CV Rosda, Bandung.
Noer C. Arifin, Teater Tanpa Masa Silam, DKJ, Jakarta, 2005.
Iman Sholeh & Rik Rik El Saptaria, Module Workshop Keaktoran Festamasio 3, TGM,
Yogyakarta, 2005.
DRAMATURGI BAGI AKTOR PEMULA
H.Wahyu Sulaiman Rendra (WS Rendra) mengatakan bahwa teknik bermain peran (akting)
merupakan unsur paling penting dalam seni drama bagi seorang aktor alam atau bukan. Aktor
mengetahui seluk beluk teknik bermain, meskipun cara mereka mendapatkan teknik itu
berbeda.
Keharusan mengetahui seluk-beluk tentang teknik bermain menjadi konsekuensinya, karena
seorang aktor tanpa adanya pengetahuan drama, miskinlah keaktorannya.
Tujuan dari mengetahui pengetahuan teknik bermain adalah setidaknya pemain (aktor) akan
bermain secara baik. Yg lebih penting lagi adalah aktor harus benar-benar mampu menghayati
pemeranan yg diserahkan padanya oleh sutradara.
Dengan begitu, sekarang kita sepakati bahwa seorang aktor haruslah memiliki pengetahuan
akan teknik main drama "Dramaturgi", yaitu suatu ajaran tentang masalah hukum dan konvensi
itu sendiri. Aktor akan lemah untuk melaksanakan ekspresinya diatas panggung, sehingga dapat
dikatakan, ketidakmampuan aktor diatas panggung dikarenakan kurangnya pengetahuan akan
dramaturgi. Saya kira memang itu salah satu penyebab yg vital
Dramaturgi yg dimaksudkan adalah ketentuan yg berlaku dalam bermain drama secara
konvensional. Maka, drama konvensional berjalan sesuai dengan teknik, tuntutan hukum
drama. Misalnya saja pemunculan motivasi dan perwatakan aktor di dalam pementasan yg
begitu serius tergarap, alurnya terbina, menggoda penonton untuk bertanya-tanya kelanjutan
cerita sebagai akibat yg sudah ada atau yg sedang terjadi.
Pembinaan alur perlu adanya kisah awal yg berkembang (development) menuju konflik-konflik.
Sehingga bisa menguasai perhatian dan minat. Kesimpulannya, konflik manusia merupakan
sumber pokok drama. Hal ini sesuai dengan pendapat Brander Mathews "konflik drama adalah
sumber utama drama, menyuguhkan kualitas manusia, situasi perhatian, ketegangan (exciting)
bagi pendengar/penonton."
Bahkan Ferdinand Brunetiere mengembangkan konsep dramaturgi tersebut menjadi hukum
drama yg berpokok pada : Pertama, lakon harus menghidupkan pernyataan kehendak manusia
menghadapi dua kekuatan yg saling beroposisi. Secara teknik tersebut "kisah dari protagonis yg
menginginkan sesuatu, dari antagonis yg menentang." Pengaktualan konflik itu, nampak jelas
pada naskah-naskah drama di Indonesia maupun dunia. Pembinaan alur misalnya ada dalam
perampok (WS Rendra), mega-mega (Arifin C. Nur), opera kecoa (N. Riantiarno), orang-orang
bernyanyi, bila malam bertambah malam (Putu Wijaya). Untuk drama dunia, Kematian seorang
saudagar (Arthur Miller), nona Julia dan para penghutang (August Strinberg), camar, paman
Vanya (anton Chekov), candida, man dan superman (G. Bernard Shaw), Dokter gadungan, Si
Bakhil (Moliere).
Sehingga sangatlah penting dalam sebuah drama jika konflik dibangun dalam menghadapi dua
kekuatan yg saling beroposisi. Yakni kekautan yg menginginkan kebenaran, pada sisi lain justru
menentang.
Untuk mencapai pengembangan konflik yg dibangun, tentunya seorang pemain drama,
haruslah melakukan proses latihan rutin, memahami seni peran itu sendiri, hukum-hukum
drama, masalah pemain dan sejarah drama, komposisi pentas, istilah akting (motivasi, over-
akting, gesture, ekspresi, dll)
Jika seorang aktor mampu membawakan pemeranannya secara detil, itulah yg dinamakan
penguasa teknik. Demikian ujar Usmar Ismail. Kemampuan dan keberhasilan inilah yg dicita-
citakan setiap aktor sebagai harapan diatas panggung. Namun, akan mendapat'balasan' atau
'pukulan' jika kebalikannya.
Dalam buku 'the first Six Lesson' Richard Bolelavski menulis ada enam unsur seorang mampu
berperan di atas panggung, yakni :
1. Konsentrasi
Adanya penguasaan diri akan pemusatan kekuatan rohani, pikiran dan emosi
2. Ingatan Emosi
Proses mengulang segala peristiwa masa lalu, kejadian yg terlewat. Pengalaman pribadi itu
dihadirkan untuk menunjang ransangan daya cipta.
3. Pembangunan Watak
Pembinaan emosi menuju klimaks untuk mengungkapkan susasana dramatis
4. Laku Dramatik
Diharapkan aktor dapat menumpahkan segenap kemampuannya.
5. Observasi atau pengamatan
Dapat dikatakan bhwa yg ada disekeliling kehidupan ini adalah suatu objek yg perlu diamati.
6. Irama
Adanya keteraturan yg dapat diukur oleh perubahan segala macam unsur yg terkandung
dalam seni peran. Perubahan-perubahan itu dapat memberikan ransangan estetik.
Akhirnya dapat disimpulkan, bahwa dramaturgi sangat penting sebagai upaya mematangkan
wawasan, inteletualitas, dan mematangkan emosi sebagai bekal di atas panggung.
(sumber:Shobier Poer Dosen Sekaligus Penyair buletin teater acting)