21
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setelah kita melakukan kegiatan tes terhadap siswa, kegiatan berikutnya adalah memberikan skor pada setiap lembar jawaban siswa. Kegiatan ini harus dilakukan dengan cermat karena menjadi dasar bagi kegiatan pengolahan hasil tes sampai menjadi nilai prestasi. Sebelum melakukan tes, sebaiknya Anda sudah menyusun teknik pemberian skor (penskoran). Bahkan sebaiknya Anda sudah berpikir strategi pemberian skor sejak perumusan kalimat pada setiap butir soal. Pada kegiatan belajar ini akan disajikan pemberian skor pada tes domain kognitif, afektif, dan psikomotor sesuai dengan pedoman yang telah dikeluarkan oleh Diknas (2004) yang telah dimodifikasi. Membuat pedoman penskoran sangat diperlukan, terutama untuk soal bentuk uraian dalam tes domain kognitif supaya subjektivitas Anda dalam memberikan skor dapat diperkecil. Pedoman menyusun skor juga akan sangat penting ketika Anda melakukan tes domain afektif dan psikomotor peserta didik. Karena sejak tes belum dimulai, Anda harus dapat menentukan ukuran-ukuran sikap dan pilihan tindakan dari peserta didik dalam menguasai kompetensi yang dipersyaratkan. Pada makalah ini, kita akan mempelajari teknik pemberian skor (penskoran) dan prosedur mengubah skor

Teknik Penskoran Hasil Evaluasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Untuk Guru dalam melakukan evaluasi hasil pembelajaran

Citation preview

Page 1: Teknik Penskoran Hasil Evaluasi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setelah kita melakukan kegiatan tes terhadap siswa, kegiatan berikutnya

adalah memberikan skor pada setiap lembar jawaban siswa. Kegiatan ini harus

dilakukan dengan cermat karena menjadi dasar bagi kegiatan pengolahan hasil tes

sampai menjadi nilai prestasi. Sebelum melakukan tes, sebaiknya Anda sudah

menyusun teknik pemberian skor (penskoran). Bahkan sebaiknya Anda sudah

berpikir strategi pemberian skor sejak perumusan kalimat pada setiap butir soal.

Pada kegiatan belajar ini akan disajikan pemberian skor pada tes domain kognitif,

afektif, dan psikomotor sesuai dengan pedoman yang telah dikeluarkan oleh

Diknas (2004) yang telah dimodifikasi. Membuat pedoman penskoran sangat

diperlukan, terutama untuk soal bentuk uraian dalam tes domain kognitif supaya

subjektivitas Anda dalam memberikan skor dapat diperkecil. Pedoman menyusun

skor juga akan sangat penting ketika Anda melakukan tes domain afektif dan

psikomotor peserta didik. Karena sejak tes belum dimulai, Anda harus dapat

menentukan ukuran-ukuran sikap dan pilihan tindakan dari peserta didik dalam

menguasai kompetensi yang dipersyaratkan.

Pada makalah ini, kita akan mempelajari teknik pemberian skor

(penskoran) dan prosedur mengubah skor ke dalam nilai standar pada metode tes.

Adapun kompetensi yang harus Anda kuasai setelah mempelajari tehnik

penskoran ini adalah sebagai mahasiswa mampu membuat pedoman penskoran

dan melakukan analisis hasil penilaian proses dan hasil pembelajaran dengan

metode tes. Oleh sebab itu, setelah mempelajari modul ini diharapkan kita

memiliki kemampuan untuk Memberi skor pada berbagai soal metode tes.

1.2 Tujuan dan Manfaat

Adapun Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui apa

itu skor, cara penggunaannya dalam bentuk tes objektif dan Manfaatnya adalah

dapat mengetahui bagaimana cara menentukan skor dalam berbagai jenis bentuk

soal.

Page 2: Teknik Penskoran Hasil Evaluasi

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Skoring

Pada hakikatnya pemberian skor (scoring) adalah proses pengubahan

jawaban instrumen menjadi angka-angka yang merupakan nilai kuantitatif dari

suatu jawaban terhadap item dalam instrumen. Angka-angka hasil penilaian

selanjutnya diproses menjadi nilai-nilai (grade).

Skor adalah hasil pekerjaan menyekor (memberikan angka) yang diperoleh

dari angka-angka dari setiap butir soal yang telah di jawab dengan benar, dengan

mempertimbangkan bobot jawaban betulnya. ( Mali El-Bustani)

Maka Penskoring adalah suatu proses pengubahan jawaban-jawaban tes

menjadi angka-angka. Skor adalah hasil pekerjaan menskor yang diperoleh

dengan menjumlahkan angka-angka bagi setiap soal tes yang dijawab betul oleh

siswa. Skor maksimum tidak selalu tetap, karena ditentukan berdasarkan atas

banyak serta bobot soal-soal tesnya. Seorang siswa yang memperoleh skor 40 bagi

tes yang menghendaki skor maksimum 40, mempunyai arti bahwa siswa tersebut

sudah menguasai 100% dari tujuan instruksional khusus yang dirancang oleh

guru. Akan tetapi jika skor 40 tersebut diperoleh dari pengerjaan soal tes yang

menghendaki skor maksimum 100, maka skor 40 mencerminkan 40% penguasaan

tujuan saja. Dengan demikian maka angka 40 yang diperoleh oleh seorang siswa

setelah ia selesai mengikuti sebuah tes, belum berbicara apa-apa sebelum

diketahui berapa skor maksimum yang diharapkan jika siswa tersebut dapat

mengerjakannya dengan sempurna. Angka 40 ini disebut skor mentah.

Skor sebenarnya (true score) seringkali juga disebut dengan istilah skor

universe – skor alam (universe score), adalah nilai hipotesis yang sangat

tergantung dari perbedaan individu berkenaan dengan pengetahuan yang dimiliki

secara tetap. Sebagai contoh, apabila seseorang diminta untuk mengerjakan

sebuah tes berulangulang, maka rata-rata dari hasil tersebut menggambarkan

resultan dari variasi hasil yang tidak ajek. Inilah gambaran mengenai skor

sebenarnya. Akan tetapi, di dalam praktek tentu tidak mungkin bahwa penilai

minta kepada peserta tes untuk mengerjakan sebuah tes secara berulang-ulang.

Gambaran ini hanya untuk menunjukkan contoh saja dalam menjelaskan

Page 3: Teknik Penskoran Hasil Evaluasi

pengertian skor sebenarnya. Perbedaan antara skor yang diperoleh dengan skor

sebenarnya, disebut dengan istilah kesalahan dalam pengukuran atau kesalahan

skor, atau dibalik skor kesalahan. Hubungan antara ketiga macam skor tersebut

adalah sebagai berikut:

Skor yang diperoleh = skor sebenarnya + skor kesalahan

Dalam menskor atau menentukan angka, dapat digunakan 3 macam alat

bantu yaitu :

Pembantu menentukan jawaban yang benar, disebut kunci jawaban

Pembantu menyeleksi jawaban yang benar dan yang salah, disebut kunci

skoring

Pembantu menentukan angka, disebut pedoman penilaian

Adapun pada umumnya, pengolahan data hasil tes menggunakan bantuan

statistik. Menurut Zainal Arifin (2006) dalam pengolahan data hasil test

menggunakan empat langkah pokok yang harus di tempuh.

Menskor, yaitu memperoleh skor mentah dari tiga jenis alat bantu, yaitu

kunci jawaban kunci scoring dan pedoman konversi.

Mengubah skor mentah menjadi skor standar

Menkonversikan skor standar kedalam nilai

Melakukan analisis soal (jika diperlukan) untuk mengetahui derajat

validitas dan realibilitas soal, tingkat kesukaran soal (difficulty index) dan

daya pembeda.

2.2 Teknik Penskoran Hasil Evaluasi

2.2.1) Teknik Penskoran Tes Kognitif

Pedoman penskoran ini merupakan petunjuk yang menjelaskan tentang

batasan atau kata – kata kunci untuk melakukan penskoran terhadap soal bentuk

uraian, dan kriteria jawaban yang digunakan untuk melakukan penskoran pada

soal bentuk uraian bentuk non-objektif.

Page 4: Teknik Penskoran Hasil Evaluasi

a. Penskoran Soal Bentuk Pilihan Ganda

Cara penskoran tes bentuk pilihan ada dua, yaitu: pertama tanpa ada

koreksi terhadap jawaban tebakan, dan yang kedua adalah dengan koreksi

terhadap jawaban tebakan

1. Penskoran tanpa koreksi jawaban tebakan adalah satu untuk tiap butir

yanga dijawab benar, sehingga jumlah skor yang diproleh siswa adalah

banyaknya butir yang dijawab benar.

Skor= BN

x100

Keterangan :

B adalah banyaknya butir yang dijawab benar

N adalah banyaknya butir soal

Contoh : Banyak soal tes ada 40 butir. Banyaknya jawaban yang benar ada 20.

Jadi skor yang dicapai seseorang adalah

Skor= BN

x100

¿2040

x 100 = 50

2. Penskoran dengan koreksi terhadap jawaban tebakan adalah sebagai

berikut:

skor=[(B− SP−1

)/N ]x 100

Keterangan :

B adalah banyaknya butir soal yang dijawab benar

S adalah banyaknya butir yang dijawab salah

Page 5: Teknik Penskoran Hasil Evaluasi

P adalah banyaknya pilihan jawaban tiap butir

N adalah banyaknya butir soal

Butir soal yang tidak dijawab diberi skor 0.

Contoh: Soal bentuk pilihan ganda yang terdiri dari 40 butir soal dengan 4 pilihan

tiap butir. Bila banyaknya butir yang dijawab benar ada 20, yang dijawab salah

ada 12, dan tidak dijawab ada 8, maka skor yang diperoleh adalah :

skor=[(20− 124−1

)/40 ]x 100=40

b. Penskoran Soal Uraian

Rumus :

SBS=ab

×100

Keterangan :

SBS = Skor Butir Soal

a = Skor perolehan tiap butir soal

b = Skor maksimum tiap butir soal

Uraian Objektif

Butir soal : Sebuah bak mandi bentuk balok berukuran panjang 50 cm, lebar 80

cm, dan tinggi 75 cm. Berapa literkah isi bak mandi tersebut? (untuk

menjawabnya, tulislah langkah – langkahnya !)

Langkah Kunci Jawaban Skor

1

2

Isi bak mandi ¿ p x l x t

¿150 cm x 80 cm x75 cm

1

1

Page 6: Teknik Penskoran Hasil Evaluasi

3

4

5

¿900.000 cm3

Isi bak mandi dalam liter

¿900.000

1.000liter

¿900 liter

1

1

1

Total maksimum 5

Misalkan seorang siswa memperoleh skor 4 dari soal tersebut, maka :

SBS=45

×100=80

Jadi skor yang diperoleh untuk butir soal tersebut adalah 80

Uraian Non-Objektif

Butir soal : Tuliskan alasan – alasan yang membuat Anda berbangga sebagai

bangsa Indonesia !

Jawaban boleh bermacam – macam namun pada pokok jawaban dapat

dikelompokkan sebagai berikut.

Kriteria jawaban Rentang skor

Page 7: Teknik Penskoran Hasil Evaluasi

Kebanggaan yang berkaitan dengan kekayaan

alam Indonesia

Kebanggaan yang berkaitan dengan keindahan

tanah air Indonesia

Kebanggaan yang berkaitan dengan

keanekaragaman budaya, suku, adat istiadat tetapi

dapat bersatu.

Kebanggaan yang berkaitan dengan

keramahtamahan masyarakat Indonesia

0 – 2

0 – 2

0 – 2

0 – 2

Skor maksimum 8

Misalkan seorang siswa memperoleh skor 6 dari soal tersebut, maka :

SBS=68

×100=80

Jadi skor yang diperoleh untuk butir soal tersebut adalah 75

c. Penskoran Soal Fill-in and Completion (tes isian dan melengkapi)

Mengenai cara menilai tes bentuk ini dapat menggunakan rumus :

S=R

Keterangan :

S = Skor terakhir atau yang diharapkan

R = jumlah isian yang dijawab betul

Contoh :

Misalkan sebuah tes berbentuk isian mengandung 30 isian. Ani

mengerjakan tes tersebut 23 isian yang betul, 5 isian salah, 2 isian kosong (tidak

dijawab). Maka skor ani = 23 (tiap isian diberi nilai satu).

d. Penskoran Soal True-false (tes benar-salah)

Page 8: Teknik Penskoran Hasil Evaluasi

Setiap items tes bentuk true-false diberi skor maksimum 1 . jadi, apabila

suatu item di jawab betul (sesuai dengan kunci jawaban), maka skornya adalah 1.

Jika dijawab salah maka skornya 0. Untuk menghitung skor terakhir dari seluruh

item biasanya dipergunakan rumus :

S = R – W

Ket : S = skor terakhir atau yang diharapkan

R= Jumlah item yang dijawab betul

W= Jumlah item yang dijawab salah

Contoh :

Misal jumlah item true-false (B-S) =20 .Seorang siswa bernama Andi menjawab

betul 13 item, dan salah 7 item. Maka skor diperoleh Andi adalah:

S = 13 - 7 = 6 , Maka skor Andi adalah 6

e. Penskoran Soal Matching (tes menjodohkan)

Rumus yang digunakan :

S=R

Contoh :

Aldo dapat mengerjakan tes tersebut 7 item betul dan 3 item salah. Maka skor

yang diperoleh Aldo = 10-3 = 7 .

f. Penskoran Soal Bentuk Campuran

Dalam beberapa situasi bisa digunakan soal bentuk campuran, yaitu

pilihan dan uaraian. Pembobotan soal bagian soal bentuk pilihan ganda dan

bentuk uraian ditentukan oleh cakupan materi dan kompleksitas jawaban atau

tingkat berfikir yang terlibat dalam mengerjakan soal. Pada umumnya cakupan

materi soal bentuk pilihan ganda lebih banyak, sedang tingkat berfikir yang

Page 9: Teknik Penskoran Hasil Evaluasi

terlibat dalam mengerjakan soal bentuk uraian biasanya lebih banyak dan lebih

tinggi.

Suatu ulangan terdiri dari N1 soal pilihan ganda dan N2 soal uraian. Bobot

untuk soal pilihan ganda adalah w1 dan bobot untuk soal uraian adalah w2. Jika

seseorang siswa menjawab benar n1 pilihan ganda, dan n2 soal uraian, maka siswa

itu mendapat skor :

w1×( n1

N1

×100)+w2×( n2

N2

×100)Misalkan suatu ulangan terdiri dari 20 bentuk pilihan ganda dengan 4

pilihan, dan 4 buah bentuk soal uraian. Soal pilihan ganda bisa dijawab benar 15

dan dijawab salah 4, sedang bentuk uraian bisa dijawab benar 20 dari skor

maksimum 40. Apabila bobot pilihan ganda adalah 0,40 dan bentuk uraian 0,60.

Maka skor yang diperoleh dapat dihitung sebagai berikut:

a) Skor pilihan ganda tanpa koreksi jawaban dugaan : ( 1520 )×100=75

b) Skor bentuk uraian adalah : ( 2040 )× 100=50

c) Skor akhir adalah : 0 ,4 × (75 )+0 ,6 × (50 )=60

2.2.2) Teknik Penskoran Tes Afektif

Untuk mengukur sikap dan minat belajar siswa dapat menggunakan model

skala, yaitu skala sikap dan skala minat. Skala sikap dapat menggunakan 5 skala

yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Tahu (TT), Tidak Setuju (TS), Sangat

Tidak Setuju (STS). Begitu juga dengan skala minat.

Misal dari instrumen (pernyataan) untuk mengukur minat siswa yang telah

berhasil dibuat ada 10 butir. Jika rentangan yang dipakai adalah 1 sampai 5, maka

skor terendah seorang siswa adalah 10, yakni dari 10 x 1 dan skor tertinggi

Page 10: Teknik Penskoran Hasil Evaluasi

sebesar 50, yakni dari 10 x 5. Dengan demikian, medianya adalah (10 + 50)/2 atau

sebesar 30. Jika dibagi 4 kategori, maka skala 10 – 20 termasuk tidak berminat, 21

sampai 30 kurang berminat, 31 – 40 berminat, dan skala 41 – 50 sangat berminat.

2.2.3) Teknik Penskoran Tes Psikomotor

Dalam melakukan penskoran tes psikomotor dapat dilakukan dengan

menggunakan daftar cek ataupun skala penilaian yang berfungsi sebagai lembar

penilaian. Perbuatan yang diukur menggunakan alat berupa skala penilaian

terentang dari sangat tidak sempurna sampai sangat sempurna. Jika dibuat skala 5,

maka skala 1 paling tidak sempurna dan skala 5 paling sempurna. Oleh karena itu

dalam menyusun daftar cek hendaknya :

Carilah indikator - indikator penguasaan keterampilan yang diujikan,

Susunlah indikator-indikator tersebut sesuai dengan urutan

penampilannya.

Kemudian dilakukan pengamatan terhadap subjek yang dinilai untuk

melihat pemunculan indikator-indikator yang dimaksud. Jika indikator tersebut

muncul, maka diberi tanda V atau ditulis kata “ya” pada tempat yang telah

disediakan.

Contoh : Misal akan melakukan pengukuran terhadap keterampilan siswa

menggunakan termometer badan. Untuk itu dicari indikator-indikator apa saja

yang menunjukkan siswa terampil menggunakan termometer tersebut.

Misal indikator penguasaan keterampilan yang akan dinilai adalah sebagai berikut

1) Mengeluarkan termometer dari tempatnya dengan memegang bagian ujung

yang tak berisi air raksa.

2) Menurunkan posisi air raksa dalam pipa kapiler termometer serendah-

rendahnya.

Page 11: Teknik Penskoran Hasil Evaluasi

3) Memasang termometer pada tubuh pasien (dimulut, diketiak atau dubur)

sehingga bagian yang berisi air raksa kontak dengan tubuh orang yang diukur

suhunya.

4) Menunggu beberapa menit termometer tinggal pada orang yang diukur.

5) Mengambil termometer dari tubuh orang yang diukur suhunya dengan

memegang bagian ujung yang tidak berisi air raksa.

6) Membaca tinggi air raksa dlam pipa kapiler termometer dengan posisi mata

tegak lurus.

Kemudian skala penilaiannya adalah sebagai berikut :.

5 = Sangat Tepat

4 = Tepat

3 = Kurang Tepat

2 = Tidak Tepat

1 = Sangat Tidak Tepat.

Maka akan diperoleh tabel sebagai berikut :

Skala Penilaian Indikator Penilaian

5 4 3 2 1

Mengeluarkan termometer dari tempatnya dengan

memegang bagian ujung yang tak berisi air raksa.

Menurunkan posisi air raksa dalam pipa kapiler

termometer serendah-rendahnya.

Memasang termometer pada tubuh pasien (dimulut,

diketiak atau dubur) sehingga bagian yang berisi air

raksa kontak dengan tubuh orang yang diukur

suhunya.

Menunggu beberapa menit termometer tinggal pada

orang yang diukur.

Page 12: Teknik Penskoran Hasil Evaluasi

Mengambil termometer dari tubuh orang yang diukur

suhunya dengan memegang bagian ujung yang tidak

berisi air raksa.

Membaca tinggi air raksa dlam pipa kapiler

termometer dengan posisi mata tegak lurus.

Beri tanda √ untuk setiap penampilan yang benar dari setiap tindakan yang

dilakukan siswa.

Dari contoh cara pengukuran suhu badan menggunakan skala penilaian,

ada 6 butir soal yang dipakai untuk mengukur kemampuan seseorang siswa. Jika

untuk butir 1 siswa yang bersangkutan memperoleh skor 5 berarti

sempurna/benar, butir 2 memperoleh skor 4 berarti benar tetapi kurang sempurna,

butir 3 memperoleh skor 4 berarti juga benar tetapi kurang sempurna, butir 2

memperoleh skor 3 berarti kurang benar, butir 5 memperoleh skor 3 berarti

kurang benar, butir 6 juga skor 3 berarti kurang benar, maka total skor yang

dicapai siswa tersebut adalah (5+4+4+3+3+3) = 22. Seorang sisa yang gagal akan

memperoleh skor 6, dan yang berhasil melakukan dengan sempurna memperoleh

skor 30; maka median skornya adalah (6+30)/2 = 18. Jika dibagi 4 kategori, maka

yang memperoleh skor 6 – 12 dinyatakan gagal, skor 13 – 18 berarti kurang

berhasil, skor 19 – 24 dinyatakan berhasil, dan skor 25 sampai 30 dinyatakan

sangat berhasil. Dengan demikian siswa dengan skor 21 dapat dinyatakan sudah

berhasil tetapi belum sempurna/belum sepenuhnya baik. Maka sifat

keterampilannya adalah absolut, maka setiap butir harus dicapai dengan sempurna

(skala5). Dengan demikian hanya siswa yang memperoleh skor total 30 yang

dinyatakan berhasil dan dengan kategori sempurna.

2.3 Konversi Skor

Page 13: Teknik Penskoran Hasil Evaluasi

Konversi skor adalah proses transformasi skor mentah yang dicapai

peserta didik ke dalam skor terjabar atau skor standar untuk menetapkan nilai

hasil belajar yang diperoleh. Secara tradisional, dalam menentukan nilai peserta

didik pada setiap mata pelajaran, guru menggunakan rumus sebagai berikut :

Nilai ¿∑ X

∑ S× 10 (skala 0 – 10)

Keterangan : ∑ S adalah jumlah soal

∑ Xadalah Jumlah skor mentah

Contoh :

Seorang peserta didik dites dengan menggunakan bentuk soal B – S

(Benar – Salah). Dari jumlah soal 30, peserta didik tersebut memperoleh jawaban

betul 25, dan jawaban salah 5. Dengan demikian, skor mentahnya adalah 25 – 5 =

20.

Nilai = 2030

×10 = 6, 67

Di samping cara tersebut di atas, Anda juga dapat langsung menentukan

nilai berdasarkan jumlah jawaban yang betul, tanpa mencari skor mentah terlebih

dahulu. Sesuai dengan contoh soal di atas, maka nilai peserta didik dapat

ditemukan seperti berikut :

Nilai = 2530

×10.= 8, 33

Page 14: Teknik Penskoran Hasil Evaluasi

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penskoring adalah suatu proses pengubahan jawaban-jawaban tes menjadi

angka-angka. Dalam menskor atau menentukan angka, dapat digunakan 3 macam

alat bantu yaitu :

Pembantu menentukan jawaban yang benar, disebut kunci jawaban

Pembantu menyeleksi jawaban yang benar dan yang salah, disebut kunci

skoring

Pembantu menentukan angka, disebut pedoman penilaian

Dalam pengolahan data hasil test menggunakan empat langkah pokok

yang harus di tempuh.

Menskor, yaitu memperoleh skor mentah dari tiga jenis alat bantu, yaitu

kunci jawaban kunci scoring dan pedoman konversi.

Mengubah skor mentah menjadi skor standar

Menkonversikan skor standar kedalam nilai

Page 15: Teknik Penskoran Hasil Evaluasi

Melakukan analisis soal (jika diperlukan) untuk mengetahui derajat

validitas dan realibilitas soal, tingkat kesukaran soal (difficulty index) dan

daya pembeda.

3.2 Saran

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan/penyusunan makalah ini masih

banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Penulis berharap

semoga makalah ini dapat memberi sumbangan positif untuk kita semua

DAFTAR PUSTAKA

Khilafah, Mujahidah. 2013. Makalah Pedoman Penskoran. (www.slideshare.net)

Diupload pada tanggal 27 desember 2013

Arifin, Zainal. Evaluasi Pembelajaran. (kemeneg.go.id/file/dokumen.pdf).

Diupload pada tahun 2012.