8
Vol. 26 No.2 August 2013 MEDICINUS 39 Inhalasi Serbuk Kering sebagai Sistem Penghantaran Obat Pulmonar Alasen Sembiring Milala Nephrology & Hypertension Division, Department of Internal Medicine, FacLaboratorium Farmasetika Fakultas Farmasi Universitas Surabaya Technology Abstrak Pulmonary drug delivery system memiliki keung- gulan yaitu bekerja cepat pada saluran perna- pasan. Ada tiga jenis sistem penghantaran obat secara inhalasi yaitu Nebulizer, MDI (metered dose inhaler) dan DPI (dry powder inhaler). Dari ketiganya DPI yang paling disukai dengan ke- unggulan dalam penggunaannya tidak dibutuh- kan koordinasi antara penekanan alat DPI den- gan pernapasan, formulasinya lebih stabil yang kemasannya kecil sehingga mudah dibawa, penggunaannya cepat dan ramah lingkungan. Untuk meningkatkan kinerja DPI dilakukan dengan memformulasi serbuk yang lebih baik dan mengembangkan alat DPI yang lebih baik. Tujuan formulasi DPI adalah untuk mencapai distribusi partikel serbuk yang seragam, variasi dosis yang kecil, sifat alir yang bagus dan stabili- tas fisika serbuk dalam alat DPI yang memadai. Saat ini sedang dikembangkan alat DPI baru. Alat ini menggunakan energi tersimpan untuk aerosolisasi serbuk yang memudahkan peng- gunaannya. Kata Kunci : inhalasi, nebulizer, metered dose in- haler, dry powder inhaler, alat DPI, formulasi Abstract Pulmonary drug delivery system has several ad- vantages that working quickly in the respiratory tract. There are three types of pulmonary deliv- ery systems including Nebulizer, MDI (metered dose inhaler) and DPI (dry powder inhaler). DPI is most preferred because of its superiority that is not required coordination of actuation with breathing, the formulations is more stable with small packaging that is easy to carry, fast and environmentally-friendly used. To improve the performance of DPI the better powder formula- tion and better DPI device development is need- ed. The aim of DPI formulations is to achieve a uniform distribution of the powder particles, a small dose variation, good flow properties and physical stability of the powder in the appropri- ate device. Currently the new DPI device is being developed. This device uses the stored energy to aerosolization of powder to improve its ease for use. Key words: inhalation, nebulizer, metered dose inhaler, dry powder inhaler, DPI device, formula- tion PENDAHULUAN Penghantaran obat melalui paru-paru merupa- kan rute yang potensial untuk menghantarkan obat secara lokal ke paru-paru dan juga secara sistemik. Obat-obat yang dihantarkan men- cakup rentang terapi yang sangat luas meliputi antibiotik, antibodi, peptida, protein, dan oligo- nukleida .1 Inhalasi adalah proses pengobatan dengan cara menghirup obat agar dapat lang- sung masuk menuju paru-paru sebagai organ sasaran. Sementara itu, nebulisasi adalah suatu cara yang dilakukan untuk mengubah larutan atau suspensi obat menjadi uap agar dapat di- hirup melalui hidung dengan cara bernapas sebagaimana lazimnya. Pengubahan bentuk ini dilakukan dengan menggunakan alat nebulizer. Awalnya, terapi inhalasi diterapkan di India pada 4000 tahun yang lalu, dimana penderita batuk menghirup daun Atropa belladona. Pada awal abad 19 ditemukan metode nebulisasi cairan,

TECHNOLOGY_Inhalasi_Serbuk_Kering_sebagai_Sistem_Penghantaran_Obat_Pulmonar.pdf

Embed Size (px)

Citation preview

  • Vol. 26 No.2 August 2013 MEDICINUS 39

    Inhalasi Serbuk Kering sebagai Sistem Penghantaran Obat Pulmonar

    Alasen Sembiring MilalaNephrology & Hypertension Division, Department of Internal Medicine, FacLaboratorium Farmasetika Fakultas Farmasi Universitas Surabaya

    Technology

    Abstrak

    Pulmonary drug delivery system memiliki keung-gulan yaitu bekerja cepat pada saluran perna-pasan. Ada tiga jenis sistem penghantaran obat secara inhalasi yaitu Nebulizer, MDI (metered dose inhaler) dan DPI (dry powder inhaler). Dari ketiganya DPI yang paling disukai dengan ke-unggulan dalam penggunaannya tidak dibutuh-kan koordinasi antara penekanan alat DPI den-gan pernapasan, formulasinya lebih stabil yang kemasannya kecil sehingga mudah dibawa, penggunaannya cepat dan ramah lingkungan. Untuk meningkatkan kinerja DPI dilakukan dengan memformulasi serbuk yang lebih baik dan mengembangkan alat DPI yang lebih baik. Tujuan formulasi DPI adalah untuk mencapai distribusi partikel serbuk yang seragam, variasi dosis yang kecil, sifat alir yang bagus dan stabili-tas fisika serbuk dalam alat DPI yang memadai. Saat ini sedang dikembangkan alat DPI baru. Alat ini menggunakan energi tersimpan untuk aerosolisasi serbuk yang memudahkan peng-gunaannya.

    Kata Kunci : inhalasi, nebulizer, metered dose in-haler, dry powder inhaler, alat DPI, formulasi

    Abstract

    Pulmonary drug delivery system has several ad-vantages that working quickly in the respiratory tract. There are three types of pulmonary deliv-ery systems including Nebulizer, MDI (metered dose inhaler) and DPI (dry powder inhaler). DPI is most preferred because of its superiority that is not required coordination of actuation with breathing, the formulations is more stable with small packaging that is easy to carry, fast and environmentally-friendly used. To improve the performance of DPI the better powder formula-tion and better DPI device development is need-ed. The aim of DPI formulations is to achieve a uniform distribution of the powder particles, a small dose variation, good flow properties and physical stability of the powder in the appropri-ate device. Currently the new DPI device is being developed. This device uses the stored energy to aerosolization of powder to improve its ease for use.

    Key words: inhalation, nebulizer, metered dose inhaler, dry powder inhaler, DPI device, formula-tion

    PENDAHULUAN

    Penghantaran obat melalui paru-paru merupa-kan rute yang potensial untuk menghantarkan obat secara lokal ke paru-paru dan juga secara sistemik. Obat-obat yang dihantarkan men-cakup rentang terapi yang sangat luas meliputi antibiotik, antibodi, peptida, protein, dan oligo-nukleida.1 Inhalasi adalah proses pengobatan dengan cara menghirup obat agar dapat lang-sung masuk menuju paru-paru sebagai organ

    sasaran. Sementara itu, nebulisasi adalah suatu cara yang dilakukan untuk mengubah larutan atau suspensi obat menjadi uap agar dapat di-hirup melalui hidung dengan cara bernapas sebagaimana lazimnya. Pengubahan bentuk ini dilakukan dengan menggunakan alat nebulizer.

    Awalnya, terapi inhalasi diterapkan di India pada 4000 tahun yang lalu, dimana penderita batuk menghirup daun Atropa belladona. Pada awal abad 19 ditemukan metode nebulisasi cairan,

  • Vol. 26 No.2 August 2013 MEDICINUS40

    TEchnology

    suatu pengembangan metode baru dalam farmakoterapi. Pada tahun 1920-an adrenalin diperkenalkan sebagai larutan nebulisasi. Tahun 1925 nebulisasi insulin diteliti untuk penanganan penyakit diabetes, dilanjutkan tahun 1945 peng-gunaan penisilin untuk infeksi paru-paru.2 Kemu-dian pada tahun 1950-an diperkenalkan penggu-naan steroid untuk pengobatan asma sehingga digunakan secara luas.3

    Pulmonary drug delivery system atau sistem penghantaran obat pulmonar (melalui paru-paru) memiliki keunggulan yaitu bekerja cepat dan langsung pada saluran pernapasan. Metode ini biasanya digunakan dalam proses perawatan penyakit saluran pernafasan yang akut mau-pun kronis, misalnya pada penyakit asma. Pada dasarnya permukaan paru-paru dapat dicapai dengan mudah dalam satu kali pernapasan. Dalam penghantaran obat secara inhalasi, depo-sisi (proses turunnya partikel obat ke paru-paru bagian bawah) partikel obat bergantung pada sifat partikel dan cara pasien bernapas.

    Aplikasi terkini pulmonary drug delivery system adalah sebagai berikut: 1) Penerapan sistem penghantaran obat ke dalam paru-paru untuk penyakit asma dan PPOK 2) Penghantaran obat pada paru-paru untuk penyakit sistik fibrosis 3) Penghantaran melalui paru-paru obat antidiabe-tes 4) Migrain 5) Angina pektoris 6) Penghanta-ran vaksin ke paru-paru 7) Emfisema 8) Penghan-taran ke paru-paru untuk pasien transplantasi 9) Penghantaran melalui paru-paru untuk hi-pertensi 10) Luka paru-paru akut. 11) Penerapan penghantaran obat ke paru-paru sebagai aero-sol surfaktan 12) Terapi gen lewat rute paru-paru 13) Penggunaan sistem penghantaran obat ke paru-paru dalam terapi kanker 14) Penghantaran pentamidin lewat paru-paru 15) Penghantaran amfoterisin lewat rute paru-paru 16) Penghan-taran gentamisin lewat rute paru-paru 17) Diag-nosis lewat paru-paru 18) Aerosol nikotin untuk terapi berhenti merokok 19) Inhalasi obat dalam terapi tuberkolosis 20) Penghantaran paru-paru untuk heparin berat molekul yang rendah 21) Penghantaran paru-paru untuk gangguan tu-lang 22) Penghantaran paru-paru obat opioid untuk terapi nyeri.

    Ada tiga jenis sistem penghantaran obat secara

    inhalasi yaitu Nebulizer, MDI (metered dose in-haler) dan DPI (dry powder inhaler). Nebulizer berupa obat yang dilarutkan atau disuspensikan ke dalam pelarut yang polar, umumnya air dan diubah menjadi bentuk gas atau aerosol. Aero-sol adalah dispersi suatu obat berupa cairan atau zat padat dalam suatu gas. Nebulizer mengaero-solisasi larutan obat dalam air atau suspensi obat dalam air. Alat yang digunakan dapat berupa jet nebulizer atau ultrasonic nebulizer. Nebulizer bukanlah produk yang portable, tidak dapat dijinjing dan pemberian obatnya membutuh-kan waktu yang lama, minimal 15 menit. Nebu-lisasi terutama ditujukan untuk anak-anak dan lansia penderita asma yang kesulitan menggu-nakan MDI atau DPI. Biasanya digunakan di ru-mah sakit dan saat ini penggunaannya semakin berkurang.4

    MDI adalah alat terapi inhalasi dengan dosis yang terukur yang disemprotkan dalam ben-tuk gas ke dalam mulut dan dihirup. Dalam menyemprotkannya didorong menggunakan propelan. MDI mulai diperkenalkan pada tahun 1956. Obat dalam MDI dapat berupa larutan atau suspensi dalam propelan. Dapat ditambahkan eksipien khusus untuk meningkatkan stabilitas fisika atau untuk meningkatkan kelarutan obat. Penggunaan MDI memerlukan teknik tersendiri, dimana diperlukan koordinasi yang tepat antara tangan menekan alat MDI (aktuasi) dan mulut menghirup obat.5 Cara penggunaan yang keliru dapat menyebabkan hasil klinis yang tidak op-timal.6 Teknik ini masih sering digunakan secara tidak tepat oleh penderita asma sehingga perlu dilatih. Namun hal ini dapat dikoreksi dengan penggunan spacer.

    Spacer merupakan sebuah tube berukuran pan-jang antara 10 sampai 20 cm yang disambung-kan ke inhaler MDI. Spacer ini bertindak sebagai wadah pemegang yang menjaga agar obat tidak terbang ke udara. Pada spacer, di bagian ujung yang berdekatan dengan mulut terdapat katup yang menjaga agar obat tidak keluar dari spacer kecuali bila dihisap. Katup tersebut akan ter-buka bila pasien menghisap spacer. Melepaskan obat ke wadah tersebut memungkinkan pend-erita asma untuk menghirupnya lebih perlahan. Spacer juga akan memperbaiki penghantaran partikel halus obat ke paru-paru hingga 22%,

  • Vol. 26 No.2 August 2013 MEDICINUS 41

    Multiple unit-dose adalah DPI yang mengan-dung 4 atau 8 delapan dosis serbuk dalam satu disk. Dosis dijaga secara terpisah dalam blister aluminium sampai sebelum dihirup.7 Salah satu contoh multiple unit-dose DPI adalah Diskhaler. Digunakan untuk menghantarkan zanamivir untuk terapi infeksi yang disebabkan oleh virus, yaitu wadah berbentuk melingkar yang men-gandung empat atau delapan obat. Masing-masing blister mempunyai mekanisme sendiri, memungkinkan obat dapat dihisap melalui mu-lut. Ketika menggunakan Diskhaler, alur perna-pasan puncak pasien harus lebih besar dari 30 liter/menit agar obat dapat mencapai paru-paru.

    Multiple-dose DPI, mengukur dosis obat dari reservoir. Contoh yang paling umum adalah Twisthaler, Flexhaler dan Diskus. Twisthaler mengandung bahan aktif mometason furoat, sedangkan Flexhaler mengandung bahan aktif budesonid, keduanya anti inflamasi, digunakan sebagai preventer pada penderita asma. Dis-kus menghantarkan salmeterol, flutikason atau kombinasi keduanya. Diskus mengandung 60 dosis dalam pengemas berupa strip.8

    Berdasarkan desain alat maka DPI dapat diklasi-fikasikan menjadi tiga generasi.9 Yang termasuk dalam generasi pertama adalah single dose DPI yang diaktivasi oleh pernapasan pasien seperti Spinhaler10 yang menghantarkan sodium kro-moglikat sebagai pengontrol asma (Gambar 1) dan Rotahaler. Penghantaran obatnya terkait dengan ukuran partikel dan deaglomerasi obat dengan pembawa (carrier) atau campuran obat-carrier yang dihantarkan oleh aliran inspirasi. Kekurangan generasi pertama ini termasuk do-sis tunggal, sehingga penggunaannya membu-tuhkan waktu yang lama.

    Gambar 1. Spinhaler, DPI generasi pertama(sumber: http://www.mikesouth.org.au/Asthma_devices/MDIs/)

    TEchnology

    serta mengurangi jumlah obat yang tertinggal di bagian belakang tenggorokan dan lidah.5

    Sementara DPI atau inhalasi serbuk kering yang diperkenalkan pada awal tahun 1970-an ada-lah alat dengan obat dalam bentuk serbuk di-hantarkan secara lokal atau sistemik melalui rute paru-paru. Perkembangan DPI dimotivasi dengan adanya keinginan besar mencari alter-natif pengganti MDI yang terkenal tidak ramah lingkungan karena mengandung propelan CFC. Berbeda dengan MDI, DPI dirancang dalam ber-bagai macam tipe. Semuanya bervariasi bergan-tung pada tipe formulasi dan bentuk sediaan. DPI mengatasi kesulitan dalam penggunaan MDI yang seringkali sukar menyelaraskan antara aktuasi alat inhalasi dan pernapasan. Namun pada DPI diperlukan energi untuk menggerak-kan serbuk mengikuti aliran udara pernapasan dan memecah formula serbuk menjadi partikel kecil. Pada penggunaan DPI diperlukan hirupan yang cukup kuat agar obat masuk ke saluran per-napasan. Kinerja DPI tergantung dari teknik dan kemampuan pasien dalam menghirup udara dan kecepatannnya.4

    DPI digolongkan berdasarkan disain dosis dan disain alat. Berdasarkan disain dosis dibagi men-jadi tiga kategori. Yang pertama single-dose DPI, secara individual berisi kapsul yang mengan-dung satu dosis pengobatan. Kedua, multiple unit-dose DPI mendispersikan dosis tunggal yang telah diukur dosisnya dalam blister obat yang sudah diatur dari pabriknya. Yang ketiga, multiple-dose DPI, dengan pengukuran dosis dari blister atau strip dari pabrik obat untuk meng-hantarkan dosis ulangan.

    Single-dose DPI dioperasikan dengan mengger-akkan serbuk obat dari suatu kapsul. Contoh-nya adalah Aerolizer dan Handihaler, keduanya untuk terapi asma. Aerolizer digunakan untuk menghantarkan formoterol dan Handihaler un-tuk menghantarkan tiotropium bromid Walau-pun keduanya berbeda konfigurasi, prinsip ker-janya sama. Dalam penggunaan single-dose DPI, setiap kali digunakan pasien memasukkan kap-sul dalam drug holder. Kemudian pasien meng-hirup obat dari alat ini. Kekurangan single-dose DPI adalah pemakaiannya membutuhkan waktu yang lama.

  • Vol. 26 No.2 August 2013 MEDICINUS42

    DPI generasi kedua menggunakan teknologi yang lebih baik, mencakup multi-unit dose (pendispersian dosis individu yang sudah terukur di dalam blister, disk, dimple, tube, dan strip dari pabriknya) dan multi-dose DPI (pengukuran dosis dari reservoir serbuk). Semuanya mempunyai komponen esensial yang terdapat pada alat tersebut seperti drug holder, air inlet, kompartemen deaglomerasi, dan mouthpiece. DPI didesain sedemiki-an rupa agar dapat menginduksi turbulensi dan tabrakan antar partikel yang mampu untuk menghasilkan pelepasan partikel obat dari permukaan carrier atau deaglomerasi partikel bahan aktif dari partikel pembawa besar yang teraglomerasi. Contoh generasi kedua ini adalah Diskhaler (Gambar 2).

    DPI generasi ketiga dikenal juga sebagai alat DPI aktif, yang menggunakan gas bertekanan atau impeller yang digerakkan oleh motor untuk mendispersikan obat. Alat ini lebih rumit dalam perancangannya namun user-friendly. Karena adanya sumber energi, presisi dosis dan produksi aerosol pada alat DPI aktif tidak ber-gantung pada kekuatan pernapasan pasien.9 Contohnya Diskus (Gambar 3) dan Accuhaler. Diskus mengan-dung 60 dosis dan penggunaan serta pengaturan dosisnya lebih mudah daripada Rotahaler dan Diskhaler.

    Gambar 2. Diskhaler, DPI generasi kedua dan bagian-bagiannya (sumber kiri: http://www.asthma.ca/adults/treatment/diskhaler.phpkanan: http://medguides.medicines.org.uk/ai/ai1008/diskhaler.htm)

    Gambar 3. Diskus, DPI generasi ketiga dan cara menggunakannya (sumber: http://www.asthmameds.ca/diskus.php)

    TEchnology

  • Vol. 26 No.2 August 2013 MEDICINUS 43

    Inhalasi pasif lazim digunakan pada terapi lokal (penghantaran obat ke dalam saluran pernafasan), sedangkan mekanisme dispersi aktif digunakan un-tuk obat yang ditujukan memberikan efek sistemik yang harus berpenetrasi lebih jauh ke dalam paru-paru. Efisiensi dari alat DPI yang diaktivasi oleh na-fas bergantung pada kekuatan pernapasan pasien, sedangkan dispersi serbuk pada DPI aktif terbatas pada mekanisme fisik atau elektrik (getaran, gas bertekanan, kekuatan tabrakan, dan impeller yang ada pada alat). DPI aktif sangat berguna terhadap lansia.9 Contohnya Exubera dengan udara terkom-presi untuk mengaerosolisasi serbuk yang me-ngandung insulin.1

    PEMBAHASAN

    DPI dikenal sebagai alat yang user-friendly. Dari ketiga tipe pulmonary drug delivery system, DPI yang paling disukai. DPI telah menjadi pilihan utama di negara-negara Eropa.7 DPI memiliki beberapa keunggulan dibandingkan MDI dan Nebulizer. Ke-unggulan DPI antara lain penggunaannya layaknya bernapas biasa sehingga tidak dibutuhkan koordi-nasi antara penekanan alat dengan pernapasan, formulanya lebih stabil11 daripada MDI dan Nebu-lizer, kemasannya kecil12 sehingga mudah dibawa, penggunaannya cepat dan ramah lingkungan.13 Na-mun memiliki kekurangan yaitu stabilitasnya dipe-ngaruhi kelembaban, rentang dosisnya terbatas dan efisiensinya bergantung pada aliran pernapasan pasien.

    Karakteristik DPI yang ideal sangat penting untuk reliabilitas alat, efektivitas klinis, dan penerimaan pasien. Karakter yang diharapkan meliputi 9 poin berikut. 1) Alat yang mudah digunakan, mudah un-tuk dibawa, memiliki dosis ganda, melindungi obat dari kelembaban dan mempunyai indikator dosis yang tersisa secara audiovisual. 2) Penghantaran dosis yang akurat dan seragam meskipun dengan laju pernapasan yang berbeda. 3) Penghantaran dosis yang konsisten selama masa pakai inhaler. 4) Mempunyai ukuran partikel yang optimal untuk penghantaran obat ke paru-paru. 5) Cocok untuk berbagai macam bahan aktif dan berbagai macam dosis. 6) Adesi yang minimum antara formulasi obat dan alat DPI. 7) Kestabilan produk di dalam alat DPI. 8) Hemat (Cost effectiveness). 9) Memiliki mekanisme feedback untuk menyampaikan informasi kepada pasien mengenai pemberian dosis.9 Sayangnya,

    hingga saat ini belum satu pun DPI memenuhi karakteristik ideal tersebut.

    Untuk semua sediaan inhalasi dosis yang diterima oleh pasien bergantung pada empat faktor yang saling berkaitan, yaitu profil dari formulasi obat, ter-utama sifat alir serbuk, ukuran partikel, dan interaksi obat-carrier; kinerja alat inhaler, termasuk pemben-tukan aerosol dan penghantarannya; teknik inhalasi yang benar untuk deposisi obat di paru-paru; dan laju pernapasan.9

    Ada dua pendekatan untuk meningkatkan kinerja DPI yaitu membuat serbuk yang lebih baik dan mengembangkan alat DPI yang lebih baik.9,14,15 Ser-buk DPIk yang baik memiliki ukuran partikel serbuk yang seragam, variasi dosis yang kecil, sifat alir yang bagus dan stabilitas fisika serbuk dalam alat DPI yang memadai. Dengan rekayasa partikel diharap-kan terjadi penurunan diameter aerodinamik, pe-nurunan densitas partikel, perubahan bentuk yang semakin bulat dan terbentuknya permukaan yang kasar.14

    Dispersi dari serbuk aerosol juga dipengaruhi oleh diameter geometris partikel yang pada umumnya berkaitan dengan efisiensi deposisi di paru. Sejum-lah teknik alternatif dapat digunakan meliputi spray drying yang terspesialisasi, kristalisasi dengan ultra-sound, dan teknologi fluid superkritis. Kini tersedia teknik partikel terbaru yang dapat meningkatkan dispersi serbuk, yaitu dengan membuat partikel yang sangat porous dengan diameter geometris yang besar namun dengan diameter aerodinamik yang kecil.9

    Suatu produk DPI yang baik memiliki FPF (fine par-ticle fraction) dan ED yang tinggi, konsistensi dosis dan keseragaman dosis yang tinggi.10 FPF merupa-kan fraksi partikel halus dan dosis yang dihasilkan dari DPI. Distribusi ukuran partikel sebaiknya yang relatif sempit dan siap untuk diaerosolisasi oleh gaya dispersi aerodinamik yang relatif rendah.14 Ser-buk kering untuk inhalasi diformulasi dalam bentuk aglomerat longgar dari partikel obat yang sudah termikronisasi dengan ukuran partikel aerodinamik kurang dari 5 m, atau dalam bentuk campuran interaktif dengan partikel obat termikronisasi yang menempel pada permukaan pembawa yang uku-rannya lebih besar.16 Penghantaran obat untuk salu-ran pernafasan dengan partikel yang berukuran 2-5

    TEchnology

  • Vol. 26 No.2 August 2013 MEDICINUS44

    m menghasilkan manfaat yang optimal, sedang-kan untuk menghasilkan efek sistemik, dibutuhkan partikel yang berukuran kurang dari 2 m.9 Meng-hirup sejumlah besar serbuk dapat menyebabkan batuk, sehingga dosis diatur kurang dari 10-20 mg. Untuk memastikan bahan aktif mencapai area paru-paru yang lebih dalam ada dua hal yang dapat di-lakukan. Pertama dengan menggabungkan antara partikel obat yang kecil dengan suatu pembawa yang lebih besar, sehingga efisiensi inhalasi me-ningkat.6 Bahan pembawa yang digunakan adalah laktosa,17,18 glukosa dan manitol. Ukuran partikel pembawa dengan diameter antara 50 dan 200 m memastikan serbuk dapat memiliki sifat alir yang baik. Untuk mencapai bagian paru-paru yang lebih dalam, partikel obat yang kecil harus mampu me-lepaskan diri dari pembawa. Agar dapat melepaskan diri dari pembawa dengan optimal dibutuhkan ke-seimbangan gaya adesi dan kohesi yang seimbang dalam formula DPI.19,20

    Kemungkinan kedua membentuk agglomerat par-tikel obat yang lebih besar yang sering disebut de-ngan soft pellet, yang bertujuan untuk mengatasi masalah sifat alir. Soft pellet ini akan terdispersi keti-ka dikeluarkan dari inhaler untuk memastikan obat mencapai paru-paru yang lebih dalam.21

    Semua DPI dipengaruhi kelembaban yang dapat menyebabkan serbuk menggumpal dan mengu-rangi deagregasi partikel. Oleh karena itu serbuk harus dijaga tetap kering. Kapsul dan blister melin-dungi serbuk kering DPI lebih baik daripada wadah yang mengandung DPI multiple dose. Kelembaban memiliki pengaruh yang kuat terhadap konduk-tivitas muatan listrik pada permukaan partikel.22

    Kelembaban pada udara meningkatkan konduk-tivitas sehingga memaksa terjadinya pelepasan gas. Muatan elektrostatik dan kelembaban berpengaruh pada FPF. Peningkatan kelembaban pada awalnya menyebabkan penurunan gaya adesi, tetapi ke-mudian meningkat dengan naiknya kelembaban. Pada kelembaban rendah, penurunan gaya adesi kemungkinan disebabkan oleh berkurangnya gaya elektrostatik.21

    Menurut Zhou et al., faktor yang sangat penting dalam kinerja DPI adalah sifat alir dan deaglome-rasi serbuk yang baik.19 Morton et al. meneliti fak-tor terkait pengubahan formulasi serbuk. Gaya

    yang terlibat dalam proses produksi menyebabkan interaksi antar partikel dalam aglomerat dan juga mendorong bermainnya suatu aturan dalam proses deaglomerasi.23 Teknologi superkritikal diterapkan untuk meningkatkan sifat permukaan bahan aktif. Partikel dengan pori-pori yang besar mengurangi gaya interpartikulat karena densitas mereka yang rendah, struktur permukaan yang tidak teratur dan atau energi bebas permukaan yang diperkecil. Dalam pendekatan yang berbeda, partikel porous yang lebih kecil telah digunakan untuk meningkat-kan deaglomerasi dan deposisi paru-paru.23

    Untuk optimasi ukuran partikel diperlukan teknik analisis permukaan partikel yang juga sangat pent-ing dalam formulasi DPI. Ada beberapa metode analisis yang dapat digunakan, yaitu atomic force microscopy (AFM), micro and nanothermal analysis (MTA), IGC (inverse gas chromatography) dan XPS (X-ray photoelectron spectroscopy).

    AFM diaplikasikan dalam teknik analisis mikroskopik, karakteristik struktur permukaan, morfologi, kekua-tan adesi, interaksi antar partikel obat serta interaksi obat dan pembawa.24-26 MTA digunakan untuk me-mastikan komposisi, morfologi, dan analisis termal. Selain itu untuk membedakan antara substansi obat dan eksipien dalam dispersi padat. Alat ini dapat juga untuk mengevaluasi multikomponen sistem dan informasi yang disajikan dalam tiga dimensi. IGC merupakan salah satu teknik analisis kromatografi. Elusidasi atau penentuan pada rentang fisikokimia yang besar termasuk energi permukaan, parameter kelarutan, profil energetik heterogenitas, koefisien difusi dan fungsi partikel pada permukaan padat materi dapat dilakukan dengan IGC. Sedangkan XPS berupa teknik spektroskopik kuantitas, memastikan komposisi dari aerosol serbuk kering untuk inhalasi, formula empirik, bentuk kimia dan elektronik.27

    Optimasi formula obat seringkali bergantung pada jenis alat yang digunakan. Oleh karena itu, kombi-nasi obat-inhaler pada umumnya dianggap sebagai sesuatu yang unik yang perlu didemonstrasikan kinerja dan efektivitasnya secara invitro dan invivo. Efektivitas klinis DPI juga dipengaruhi oleh faktor obat seperti potensi, farmakokinetik, keamanan dan efektivitas, faktor pasien (seperti keparahan penya-kit dan usia), teknik inhalasi, dan kepatuhan.

    Tiap kali aktualisasi, alat DPI menghasilkan dosis

    TEchnology

  • Vol. 26 No.2 August 2013 MEDICINUS 45

    tunggal.14 Dalam DPI yang pasif energi untuk memecah pengemas dosis dan energi untuk masuk ke aliran pernapasan hanya dengan mengandalkan aliran udara pernapasan. DPI yang aktif menggunakan tenaga ba-terai atau energi mekanis yang tersimpan untuk mendukung pecahnya pengemas agar melepaskan satu do-sis obat. Hancurnya pengemas obat dan penyerapan secara kolektif disebut fluidisasi serbuk dari DPI. Sekali serbuk difluidisasi, aliran pernapasan membawa keluar dari alat dan masuk ke paru-paru.14

    Saat ini sedang dikembangkan DPI baru. DPI aktif mengatasi ketergantungannya terhadap aliran inspirasi dengan menerapkan beberapa teknik seperti mengaktivasi alat dengan gas yang bertekanan, menggunakan vibrator frekuensi tinggi, dan motor bertenaga baterai. Alat ini menggunakan energi tersimpan untuk aero-solisasi serbuk dengan harapan dapat mengeliminasi ketergantungan pemencaran dosis obat dan distribusi ukuran partikel.4

    Kondisi yang ideal untuk suatu device inhaler adalah sebagai berikut. Penggunaannya sederhana terutama bagi pasien anak-anak dan lansia. Suatu unit inhalasi sebaiknya memiliki mekanisme kontrol. Baik mekan-isme pelepasan bahan aktif maupun deposisinya dalam saluran pernapasan cukup tinggi dan reprodusibel. Ada kebutuhan penghitungan baik untuk dosis maupun pernapasan yang tepat. Untuk alasan kompatibilitas dengan lingkungan, harus bebas propelan dan dapat diisi ulang (refillable). Selain itu harus sesuai pedoman GINA yang merepresentasikan persyaratan perawatan minimal.

    C. KESIMPULAN

    Dari tiga jenis pulmonary drug delivery system, DPI paling banyak dikembangkan karena memiliki banyak ke-unggulan dibandingkan MDI dan Nebulizer. Pengembangan DPI mengarah ke dua fokus yaitu memformulasi serbuk yang lebih baik dan mengembangkan alat DPI yang lebih baik. Perkembangan terbaru DPI adalah DPI aktif yang user friendly yang menggunakan energi tersimpan untuk aerosolisasi serbuk kering.

    daftar pustaka1. Islam, N, Rahman, S, Pulmonary Drug Delivery: Implication for new strategy for pharmacotherapy

    for neurogenerative disorders, Drug Discov. Ther, 2008, 2, 264-2762. Newhouse, MT, Encyclopedia of pharmaceutical technology, Dekker, New York, 2000,1279-12853. Ashish, K, Hiralal, C, Prajkata, U, Dheeraj, B, Dinesh, K, Pulmonary Drug Delivery System, Int J Pharm

    Tech Research, 2012, Vol. 4, No. 1, 293-3054. Agoes, G., Penghantaran obat pulmonari secara inhalasi, dalam Sistem penghantaran obat

    pelepasan terkendali, 2008, 354-359, Penerbit ITB Bandung5. Sunitha, R., Prabha, KS., Prasanna, PM, Drug delivery and its developments for pulmonary system,

    Intern J Pharm Chem and Bio Sci, 2011, 1, 66-826. Melani, SJ, Bonavia, M, Cilenti, V, et al, Inhaler mishandling remains common in real life and is as-

    sociated with reduced disease control, Repository Medicine, 2011, 105, 930-9387. Rahimpour, Y., Hamishehkar, H., Lactose engineering for better performance in dry powder inhal-

    ers, Advanced Pharmaceutical Bulletin, 2012, 2(2), 183-1878. Takazawa, H., Recent development of drug delivery systems for the treatment of asthma and re-

    lated disorders, Recent patents on inflammation & allergy drug discovery, 2009, 3, 232-2399. Islam, N., Gladki, E., Dry powder inhalers (DPIs)-A review of device reliability and innovation, Int J

    Pharmaceutics, 2008, 360, 1-11

    TEchnology

  • Vol. 26 No.2 August 2013 MEDICINUS46

    10. Virchow, JC, Crompton, GK, Dal Nego R, Importance of inhaler devices in the management of airway disease, Respir Med, 2008,102 (1): 10-19

    11. Ashurst, I.I., Malton, A., Prime, D, Sumby, B., Latest advances in the development of dry pow-der inhalers, Pharm Sci Technolo Today, 2000, 3, 246-256

    12. Kumaresan, C., Subramanian, N., Antoniraj, MG., Ruckmani, K., Dry powder inhaler-Formula-tion aspects, Pharma Times, 2012,Vol 44, No. 10, 14-18

    13. Chow, AHL, Tong, HHY, Chattopadhyay, P, Shekunov, BY, Particle engineering for pulmonary drug delivery, Pharmaceutical Research, 2007, Vol. 24, No. 3, 411-437

    14. Sunil, J., Venkatesh, G., Brahmaiah, B. Baburao, CH., Recent applications and potentially ad-minister future pharmacotherapy of pulmonary drug delivery system, IJRPC, 2012, 2, 641-646

    15. Zhou, QT., Armstrong, B., Larson, I., Stewart, PJ., Morton, DAV., Understanding the influence of powder flowability, fluidization and de-agglomaeration charactheristics on the aerosoliza-tion of pharmaceutical model powders, European J Pharm Sci, 2010, 40, 412-421

    16. Chougule, MB., Padhi, BK., Jinturkar, KA., Misra, A., Development of dry powder inhalers, Recent patent on drug delivery & Formulation, 2007, 1, 11-21

    17. Telko, MJ., Hickey, AJ., Dry powder inhaler formulation, Repiratory Care, 2005, Vol. 50 No. 9, 1209-1227

    18. Le, VNP., Thi, THH., Robins, E., Flament MP., Dry powder inhelers: Study of the parameters influencing adhesion and dispersion of fluticasone propionate, AAPS Pharm Sci Tech, 2012, 13, 477-484

    19. Begat, P., Morton, DAV., Staniforth, JN., Price, R., The cohesive-adhesive balances in dry pow-der inhalers formulation I: Direct quantification by atomic force microscopy, Pharm Res, 2004, Vol. 21, No. 9, 1591-1597

    20. Zhou, QT, Morton, DA, Drug lactose binding aspects in adhesive mixtures: Controlling per-formance in dry powder inhaler formulations by altering lactose carrier surfaces, Adv Drug Deliv Rev, 2012, 64, 275-284

    21. Begat, P., Price, R., The influenc of force control agents on the cohesive-adhesive balance in dry powders inhaler formulations, KONA, 2005, No. 23, 109-121

    22. Karner, S & Urbanetz, NA., The impact of electrostatic charge in pharmaceutical powders with specific focus on inhalation-powders, J Aerosol Sci, 2011, Vol. 42, 428-445

    23. Young, PM., Sung, A., Traini, D., Kwok, H., Chan, HK., Influence of humidity on the electrostatic charge and aerosol performance of dry powder inhaler carrier based systems, Pharm Res, 2007, Vol. 24, No. 5, 963-970

    24. Morton, DAV., Sou, T., Kaminskas, LM., McIntosh, MP, Orlando, L., The role and interaction effects of amino acids on the particle engineering of a mannitol-based powder formulation, The electronic conference on pharmaceutical sciences ECPS, 2011, 1-6

    25. Bunker, MJ, Davies, MC, Chen, X, Robert, CJ, Single particle friction on blister packaging ma-terials used in dry powder inhalers, Eur J Pharm Sci, 2006, 29, 405-413

    26. Eve, JK, Patel, N, Luk, SY, Ebbens, SJ, A study of single particle adhesion interactions usinf atomic force microscopy, Int J Pharm, 2002, 238, 17-27

    27. Berard, V, Lesniewska, E, Andres, C, Pertuy, D, Laroche, C, Pourcelot, Y, Affinity scale between carrier and a drug in DPI studied by atomic force microscopy, Int J Pharm, 2002, 247, 127-137

    28. Wu, X., Li, X., Mansour, H.M., Surface Analytical Techniques in Solid-State Particle Characteri-zation for Predicting Performance in Dry Powder Inhalers, KONA Powder and Particle Journal, 2010, No. 28, 3-18

    TEchnology