tdgtbtbthb

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/22/2019 tdgtbtbthb

    1/7

    Aplikasi Klinis

    1. Penyakit paru obstruktif kronika. Asma

    Merupakan serangan berulang dispnea paroksimal, dengan radang jalan nafas dan

    mengakibatkan kontraksi spasmodic bronkus. (Dorland, 2002)

    Patofisiologi asma dapat dijelaskan dengan bagan di bawah ini.

    Alergen

    Terbentuk Antibodi dalam tubuh (IgE)

    Alergen dan IgE berikatan

    Menyebabkan Sel mast melepaskan mediator primer (Histamin)

    dan mediator sekunder (Leukotrien/SRSA)

    Efek segera (dalam 5-10 menit); Kontriksi bronkiolus,

    Hipersekresi dan Edema dinding bronkiolus

    Penyempitan lumen bronkiolus

    Udara sulit keluar dari bronkiolus

    Udara terperangkap pada bagian distal

    Hiperinflasi progresif paru (timbul mengi ekspirasi memanjang), mengalami sesak;

    Asma

    (Halim, 2006 ; Silbernagl dan Lang, 2006)

  • 7/22/2019 tdgtbtbthb

    2/7

    b. Bronkhitis KronisPenyakit ini mempunyai berbagai definisi tergantung dari penulis yang

    mengemukakannya. Brinkman mendefinisikan penyakit ini sebagai suatu gangguan

    batuk berdahak yang terjadi tiap hari selama paling kurang enam bulan dan jumlah

    dahak minimal satu sendok teh. (Yunus, 1999)

    Definisi yang banyak dipakai adalah definisi dari American Thoracic Society,

    yaitu penyakit dengan gangguan batuk kronik dengan dahak yang banyak terjadi

    hampir tiap hari minimal tiga bulan dalam setahun selama dua tahun berturut-turut.

    (American Thoracic Society, 1987)

    Produksi dahak yang berlebihan ini tidak disebabkan oleh penyakit

    tuberkulosis atau bronkiektasis. Penyakit bronkitis kronik sering terdapat bersama-

    sama emfisema dan dikenal dengan nama bronchitis emfisema. (Yunus, 1999)

    Iritasi bronkus (Asap rokok, polusi)

    Bronkos asmeHipertrofi

    Hperplasi

    Kelen ar Mukus

    Paralisis silia

    Statis mukus

    Obstruksi saluran napas

    yang reversibel

    Produksi mucus

    bertambahInfeksi kuman

    (sekunder)

    Erosi epitel, pembentukan jaringan parut, metaplasi skuamosa serta penebalan

    lapisan mukosa

    Obstruksi saluran napas yang irreversible (stenosis)

  • 7/22/2019 tdgtbtbthb

    3/7

    c. EmfisemaTerkumpulnya udara secara patologik dalam jaringan atau organ, sehingga

    menyebabkan paru-paru menjadi membesar, penampakan di dalam foto rontgen

    Nampak paru hiperluchen dengan pembesaran kea rah lateral dan menurunkan

    diafragma.

    Patofisiologi emfisema dijelaskan melalui bagan di bawah ini.

    Infeksi dan Alergi

    Terjadi Inflamasi & pelepasan Histamin dan Leukotrien (SARS)

    Sekresi mukus Edema mukosa Kontraksi otot

    Peningkatan resistensi pernafasan

    Ekspirasi memerlukan peningkatan tekanan

    Penekanan bronkus

    Ekspirasi menjadi sulit

    Pengembangan paru berlebihan

    Emfisema

    (Halim, 2006, Silbernagl dan Lang, 2006)

  • 7/22/2019 tdgtbtbthb

    4/7

    2. Penyakit restriktifa. Pneumonia

    Peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang

    mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi

    jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat.

    Patofisilogi penyakit ini dapat dijelaskan melalui bagan di bawah ini:

    Kuman patogen masuk

    Terjadi infeksi

    Alveolus-alveolus mulai terisi sekrit

    Sel-sel leukosit terutama PMN sampai alveolus

    menjadi penuh dan padat

    Lobus yang terserang ikut menjadi padat (tidak bedanya dengan hati)

    Lobus tidak dapat lagi menjalankan fungsi pernapasan

    Peradangan juga mengenai Pleura visceralis (pembungkus lobus)

    Timbul rasa nyeri dada

    Menyebabkan sesak nafas (Halim, 2006)

  • 7/22/2019 tdgtbtbthb

    5/7

    b. AtelektasisTerminologi atelektasis berasal dari bahasa Yunani ateles dan ektasis yang berarti

    pengembangan yang tidak sempurna. Atelektasis sendiri adalah istilah yang berarti

    pengembangan paru yang tidak sempurna dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada

    bagian paru yang terserang tidak mengandung udara dan kolaps. Terdapat dua

    penyebab utama kolaps yaitu atelektasis absorpsi sekunder dari obstruksi bronkus

    atau bronkiolis, dan atelektasis yang disebabkan oleh penekanan. (Maddapa, 2009)

    Secara fisiologi atelektasis dapat dibedakan menjadi dua, atelektasis obstruktif dan

    atelektasis non obstruktif. Obstruktif atelektasis adalah tipe yang paling sering

    dijumpai. Merupakan hasil dari reabsorpsi gas dari alveoli ketika hubungan antara

    alveoli dan trachea terhambat atau tersumbat. Sedangkan atelektasis non obstruktif

    disebabkan dari hilangnya kontak antara pleura parietalis dan pleura visceralis,

    kompresi, penurunan kadar surfaktan, dan jaringan parenkim yang digantukan oleh

    penyakit yang menimbulkan luka atau yang bersifat infiltrative. (Maddapa, 2009)

    c. Penyakit-penyakit pleuraPleura seringkali mengalami patogenesis seperti terjadinya efusi cairan, misalnya

    hidrotoraks dan pleuritis eksudativa karena infeksi, hemotoraks bila rongga pleura

    terisi darah, kilotoraks (cairan limfe), piotoraks, atau emphiema thoracis bila berisi

    nanah, pneumotoraks bila berisi udara. (Rubin, 2009)

    Dalam keadaan normal, rongga pleura berisi kurang lebih 1mL cairan, yang

    merepresentasikan keseimbangan antara;

    1) Tekanan hidrostatik dan tekanan osmotic pada pembuluh pleura visceralis danpleura parietalis

    2) Dan, aliran pembuluh limfe (Rubin, 2009)Efusi pleura adalah keadaan dimana terjadi kekacauan atau gangguan pada

    keseimbangan tersebut. (Rubin, 2009)

    Dipsneu adalah gejala utama yang berhubungan dengan efusi pleura, yang juga

    behubungan dengan distorsi dari diafragma dan dindin thorax selama respirasi. Pada

    kebanyakan kasus, drainase dari cairan pleura mengurangi gejala dan memperbaiki

    pertukaran gas yang terhambat. (Rubin, 2009, Halim, 2006)

  • 7/22/2019 tdgtbtbthb

    6/7

    Gejala-gejala lain yang terjadi dapat berupa batuk non produktif yang ringan atau

    nyeri dada. Sedangkan gejala lainnya menunjukkan etiologi dari efusi pleura yang

    terjadi. Batuk produktif yang berat dan purulen atay batuk darah menunjukkan

    kemungkinan pneumonia atau adanya lesi endobronchial. Nyeri dinding dada yang

    konstan merefleksikan adanya invasi pada dinding dada akibat karsinoma

    bronkogenik atau mesothelioma maligna. Nyeri dada pleuritis bisa diakibatkan karena

    emboli paru atau bisa juga disebabkan adanya proses inflamasi pada pleura. Sedankan

    toksisitas sitemik yang ditunjukkan dengan demam, penurunan berat badan mengarah

    pada kemungkinan empyema (Halim, 2006)

    Dari pemeriksaan fisik, biasanya ditemukan pada efusi pleura yang telah mencapai

    300mL, patologis dapat berupa:

    1) Penurunan suara nafas2) Perkusi redup3) Penurunan fremitius taktil4) Egofoni (perubahan suara E menjadi A) (Halim, 2006)

  • 7/22/2019 tdgtbtbthb

    7/7

    Daftar Pustaka

    American Thoracic Society. Medical section of the American Lung Association. Standards for

    the diagnosis and care of patients with chronic obstructive pulmonary disease (COPD)

    and asthma. Am Rev Respir Dis 1987; 136: 22543.

    Dorland, W. A Newman. 2002.Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta: EGC.

    Halim, Hadi. 2006. Penyakit-penyakit Pleura. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II.

    Edisi IV. Jakarta: FKUI.

    Maddapa, Tarun. 2009.Atelectasis. Available at: http://emedicine.medscape.com/article/296468-

    overview (11 Maret 2014).

    Rubins, Jeffrey. 2009. Pleural Effusion. Available at:

    http://emedicine.medscape.com/article/299959-overview (11 Maret 2014).

    Silbernagl, Stefan and Lang, Florian. 2006. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta: EGC.

    Yunus, Faisal. 1999. Penatalaksanaan Bronkhitis Khronik. Bagian Pulmonologi Kedokteran

    Universitas Indonesia Unit Paru RSUP Persahabatan: Jakarta.