36
TATALAKSANA KESEHATAN PETERNAKAN SAPI PERAH RAKYAT DI KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR (Studi Kasus KTTSP Baru Sireum) FARAH NURUL MAULIDA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

TATALAKSANA KESEHATAN PETERNAKAN SAPI PERAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/61245/2/B13fnm.pdf · tatalaksana kesehatan peternakan sapi perah rakyat di kecamatan

  • Upload
    vannhi

  • View
    284

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: TATALAKSANA KESEHATAN PETERNAKAN SAPI PERAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/61245/2/B13fnm.pdf · tatalaksana kesehatan peternakan sapi perah rakyat di kecamatan

TATALAKSANA KESEHATAN PETERNAKAN SAPI PERAH

RAKYAT DI KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR

(Studi Kasus KTTSP Baru Sireum)

FARAH NURUL MAULIDA

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 2: TATALAKSANA KESEHATAN PETERNAKAN SAPI PERAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/61245/2/B13fnm.pdf · tatalaksana kesehatan peternakan sapi perah rakyat di kecamatan
Page 3: TATALAKSANA KESEHATAN PETERNAKAN SAPI PERAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/61245/2/B13fnm.pdf · tatalaksana kesehatan peternakan sapi perah rakyat di kecamatan

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Tatalaksana Kesehatan

Peternakan Sapi Perah Rakyat di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor (Studi

Kasus KTTSP Baru Sireum) adalah benar karya Saya dengan arahan dari Dosen

Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi

mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan

maupun tidak diterbitkan dari Penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis Saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2013

Farah Nurul Maulida

NIM B04080077

Page 4: TATALAKSANA KESEHATAN PETERNAKAN SAPI PERAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/61245/2/B13fnm.pdf · tatalaksana kesehatan peternakan sapi perah rakyat di kecamatan

ABSTRAK

FARAH NURUL MAULIDA. Tatalaksana Kesehatan Peternakan Sapi Perah

Rakyat di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor (Studi Kasus KTTSP Baru

Sireum). Dibimbing oleh ABDUL ZAHID ILYAS dan CHAERUL BASRI.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran manajemen

paternakan sapi perah rakyat di Cisarua, Bogor. Penelitian ini dilakukan sejak

bulan Januari sampai Juli 2012. Responden terdiri dari 13 peternak rakyat dari

KTTSP Baru Sireum. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara

menggunakan kuesioner dan checklist tentang karakteristik peternak, manajemen

pemeliharaan ternak, manajemen kesehatan dan reproduksi, dan manajemen

sanitasi. Data dianalisis menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil penelitian

menunjukkan tidak adanya hubungan yang nyata antara karakteristik peternak

dengan tatalaksana peternakan. Sebagian besar peternak di daerah tersebut

termasuk ke dalam kategori baik dalam mengelola peternakan sapi perah rakyat,

kecuali dalam pengelolaan manajemen kesehatan dan reproduksi dan manajemen

penanganan limbah.

Kata kunci: peternakan sapi perah rakyat, manajemen, sapi perah, kesehatan

ABSTRACT

FARAH NURUL MAULIDA. Health Management of Smallholder Dairy

Farming in Cisarua, Bogor. (Case Study in KTTSP Baru Sireum). Supervised by

ABDUL ZAHID ILYAS and CHAERUL BASRI.

The aim of this study was to describe the smallholder dairy farming’s

management at Cisarua, Bogor. This study was conducted during January until

July 2012. Respondent were consisting of 13 smallholder dairy farmer from

KTTSP Baru Sireum. The data were collected by interview used questionnaires

and checklist about farmers characteristic, management practices of farmers,

health and reproduction management, and sanitation. Data were analyzed by using

rank Spearman correlation test. The research showed that characteristics of

farmers has not significantly correlation with farm management. Majority of

farmers in those area were included in good category in managing their

smallholder dairy farm, except in health and reproduction management and waste

management.

Keywords: smallholder dairy farming, management, dairy cattle, health

Page 5: TATALAKSANA KESEHATAN PETERNAKAN SAPI PERAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/61245/2/B13fnm.pdf · tatalaksana kesehatan peternakan sapi perah rakyat di kecamatan

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan pada

Fakultas Kedokteran Hewan

TATALAKSANA KESEHATAN PETERNAKAN SAPI

PERAH RAKYAT DI KECAMATAN CISARUA KABUPATEN

BOGOR (Studi Kasus KTTSP Baru Sireum)

FARAH NURUL MAULIDA

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2013

Page 6: TATALAKSANA KESEHATAN PETERNAKAN SAPI PERAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/61245/2/B13fnm.pdf · tatalaksana kesehatan peternakan sapi perah rakyat di kecamatan
Page 7: TATALAKSANA KESEHATAN PETERNAKAN SAPI PERAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/61245/2/B13fnm.pdf · tatalaksana kesehatan peternakan sapi perah rakyat di kecamatan

Judul Skripsi : Tatalaksana Kesehatan Peternakan Sapi Perah Rakyat di

Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor (Studi Kasus KTTSP Baru

Sireum)

Nama : Farah Nurul Maulida

NIM : B04080077

Disetujui oleh

Drh. Abdul Zahid Ilyas, MSi

Pembimbing I

Drh. Chaerul Basri, M. Epid

Pembimbing II

Diketahui oleh

Drh. Agus Setiyono, MS. PhD. APVet

Wakil Dekan

Tanggal Lulus:

Page 8: TATALAKSANA KESEHATAN PETERNAKAN SAPI PERAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/61245/2/B13fnm.pdf · tatalaksana kesehatan peternakan sapi perah rakyat di kecamatan

PRAKATA

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang

dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2012 ini ialah

peternakan sapi perah, dengan judul Tatalaksana Kesehatan Peternakan Sapi

Perah Rakyat di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor (Studi Kasus KTTSP Baru

Sireum).

Terima kasih Penulis ucapkan kepada Bapak drh. Abdul Zahid Ilyas, M.Si

dan Bapak drh. Chaerul Basri, M.Epid selaku Pembimbing, serta Ibu Dr. Ir. Etih

Sudarnika, M.Si yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan

Penulis sampaikan kepada Bapak H. Erif Kemal Syarif dan drh. M. Dwi Satrio

dari KTTSP Baru Sireum, Arpha yang telah membantu selama pengumpulan data,

dan drh. Indra Dwi Rasmana yang selalu setia mendampingi Penulis. Ungkapan

terima kasih juga disampaikan kepada Mamah, Apa, Aa, Teteh, keluarga, teman-

teman Paguyuban, serta Avenzoar atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2013

Farah Nurul Maulida

Page 9: TATALAKSANA KESEHATAN PETERNAKAN SAPI PERAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/61245/2/B13fnm.pdf · tatalaksana kesehatan peternakan sapi perah rakyat di kecamatan

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

METODE 2

Waktu dan Tempat Penelitian 2

Instrumen Penelitian 2

Persiapan 2

Perizinan 2

Penentuan responden dan teknik sampling 2

Pengembangan kuesioner dan checklist 2

Pengumpulan Data 2

Analisis Data 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 3

Karakteristik Responden 3

Manajemen Pemeliharaan 5

Manajemen Kesehatan 7

Manajemen Reproduksi 9

Manajemen Sanitasi 10

Penilaian Tatalaksana Peternakan 11

Aspek lokasi, bangunan dan fasilitas kandang 11

Aspek higiene dan sanitasi 13

Aspek manajemen kesehatan dan reproduksi 14

Aspek penanganan limbah 15

Aspek Tatalaksana Peternakan 16

Hubungan antara Karakteristik Peternak dengan Tatalaksana Peternakan 16

SIMPULAN DAN SARAN 17

Simpulan 17

Saran 17

Page 10: TATALAKSANA KESEHATAN PETERNAKAN SAPI PERAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/61245/2/B13fnm.pdf · tatalaksana kesehatan peternakan sapi perah rakyat di kecamatan

DAFTAR PUSTAKA 17

LAMPIRAN 19

RIWAYAT HIDUP 26

DAFTAR TABEL

1 Karakteristik peternak sapi perah KTTSP Baru Sireum 4 2 Manajemen perkandangan di KTTSP Baru Sireum 5 3 Manajemen pakan, sumber air dan limbah di KTTSP Baru Sireum 6 4 Manajemen kesehatan ternak di KTTSP Baru Sireum 8 5 Manajemen reproduksi di KTTSP Baru Sireum 9

6 Manajemen sanitasi di KTTSP Baru Sireum 10 7 Penilaian aspek lokasi, bangunan dan fasilitas kandang secara umum 11 8 Penilaian aspek lokasi, bangunan dan fasilitas kandang secara spesifik 12 9 Penilaian aspek higiene dan sanitasi secara umum 13

10 Penilaian aspek higiene dan sanitasi secara spesifik 13 11 Penilaian aspek manajemen kesehatan dan reproduksi secara umum 14 12 Penilaian aspek manajemen kesehatan dan reproduksi secara spesifik 14 13 Penilaian aspek penanganan limbah secara umum 15 14 Penilaian aspek penanganan limbah secara spesifik 15 15 Penilaian tatalaksana peternakan 16 16 Hubungan karakteristik peternak dengan tingkat tatalaksana peternakan 16

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuesioner Tatalaksana Kesehatan Peternakan Sapi Perah Rakyat di KTTSP

“Baru Sireum” Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor 19

2 Checklist Tatalaksana Kesehatan Peternakan Sapi Perah 24

Page 11: TATALAKSANA KESEHATAN PETERNAKAN SAPI PERAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/61245/2/B13fnm.pdf · tatalaksana kesehatan peternakan sapi perah rakyat di kecamatan

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sapi perah merupakan salah satu penghasil protein hewani yang sangat

penting. Produk utama dari usaha ternak sapi perah adalah susu. Susu sapi

mengandung semua bahan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan anak sapi yang

dilahirkan. Susu mengandung zat gizi bernilai tinggi yang dibutuhkan bagi

kehidupan masyarakat dari segala lapisan umur untuk menjaga kesehatan,

pertumbuhan, dan kecerdasan berpikir (Rusdiana dan Sejati 2009).

Keberhasilan usaha peternakan sapi perah sangat tergantung dari

keterpaduan langkah terutama di bidang pembibitan (breeding), pakan (feeding),

dan tatalaksana (management). Ketiga bidang tersebut kelihatannya belum dapat

dilaksanakan dengan baik. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan dan

keterampilan peternak serta masih melekatnya budaya pola berfikir jangka pendek

tanpa memperhatikan kelangsungan usaha sapi perah jangka panjang. Oleh karena

itu, dibutuhkan peningkatan pengetahuan dan pemahaman peternak tentang

manajemen sapi perah yang baik sehingga akan meningkatkan produksi susu yang

dihasilkan dan berdampak positif terhadap peningkatan ekonomi peternak.

Beberapa permasalahan penting yang menyebabkan pengembangan sapi

perah di Indonesia mengalami kelambanan menurut Siregar (1992), yaitu:

1. Permintaan akan komoditi susu segar tidak menunjukkan peningkatan yang

pesat.

2. Kurangnya tenaga inseminator pada daerah yang memiliki populasi sapi

perah yang tinggi.

3. Terbatasnya ketersediaan hijauan makanan ternak pada daerah yang

memiliki populasi sapi perah yang tinggi.

4. Masalah penyakit yang dapat menyerang ternak sapi perah.

5. Tidak semua peternak dapat memasarkan hasil produksinya dengan baik dan

lancar.

Kecamatan Cisarua merupakan kecamatan di Kabupaten Bogor yang

memiliki populasi sapi perah yang tinggi disamping kecamatan sentra sapi perah

lainnya yaitu Cibungbulang, Pamijahan, dan Cijeruk (Zandos 2011). Dilihat dari

segi lokasi, daerah ini cocok untuk peternakan sapi perah karena memiliki

ketinggian 955 m di atas permukaan laut (dpl) dengan suhu lingkungan berkisar

antara 18 – 22 oC. Selain itu ketersediaan sumber daya alam (rumput) yang cukup

dan baik juga membuat usaha ini dapat berjalan dengan lancar (Hertika 2008).

Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Mengetahui karakteristik peternak, manajemen pemeliharaan, manajemen

kesehatan, manajemen reproduksi, dan sanitasi.

2. Menilai tatalaksana peternakan secara umum yang meliputi aspek lokasi,

bangunan, dan fasilitas kandang; aspek higiene dan sanitasi; aspek

manajemen kesehatan dan reproduksi, dan; aspek penanganan limbah.

3. Mengetahui faktor-faktor yang berkorelasi dengan tatalaksana peternakan.

Page 12: TATALAKSANA KESEHATAN PETERNAKAN SAPI PERAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/61245/2/B13fnm.pdf · tatalaksana kesehatan peternakan sapi perah rakyat di kecamatan

2

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Kelompok Tani Ternak Sapi Perah (KTTSP)

Baru Sireum, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor. Waktu penelitian dilakukan

pada bulan Januari - Juli 2012.

Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan mencakup kuesioner untuk

mewawancarai peternak dan checklist untuk penilaian (assesment) tatalaksana

kesehatan dan reproduksi. Selain itu, juga digunakan alat tulis untuk mencatat

data-data hasil observasi.

Persiapan

Perizinan. Sebelum pelaksanaan penelitian, terlebih dahulu dilakukan

pengurusan perizinan dengan Ketua KTTSP Baru Sireum untuk kelancaran dalam

melakukan studi.

Penentuan responden dan teknik sampling. Responden adalah seluruh

peternak yang terdaftar di KTTSP Baru Sireum, Kecamatan Cicarua, Kabupaten

Bogor. Teknik yang digunakan adalah metode sensus.

Pengembangan kuesioner dan checklist. Kuesioner yang digunakan

terdiri atas pertanyaan yang meliputi karakteristik peternak, manajemen

pemeliharaan, kesehatan ternak, reproduksi, dan sanitasi. Checklist tatalaksana

kesehatan dan reproduksi terdiri dari aspek lokasi, bangunan, dan fasilitas

kandang; aspek higiene dan sanitasi; aspek kesehatan dan reproduksi, dan;

penanganan limbah. Penilaian dalam checklist menggunakan kalimat negatif dan

penyimpangannya dikategorikan sebagai baik, cukup, dan buruk.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara mewawancarai peternak

responden dengan menggunakan kuesioner yang telah disusun secara terstruktur.

Penilaian menggunakan checklist dilakukan dengan cara pengamatan dan

pencatatan langsung oleh peneliti di lokasi peternakan. Keseluruhan checklist

terdiri dari 32 pernyataan, jika terjadi penyimpangan diberi nilai 0 dan apabila

tidak terjadi penyimpangan atau baik diberi nilai 1.

Kriteria aspek lokasi, bangunan, dan fasilitas kandang ditentukan melalui

penilaian berdasarkan 15 pernyataan. Total nilai aspek ini berjumlah 15. Penilaian

mengenai aspek lokasi, bangunan, dan fasilitas kandang yaitu:

Aspek dinilai buruk jika nilai < 6

Aspek dinilai cukup jika nilainya antara 6 – 10

Aspek dinilai baik jika nilai > 10

Page 13: TATALAKSANA KESEHATAN PETERNAKAN SAPI PERAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/61245/2/B13fnm.pdf · tatalaksana kesehatan peternakan sapi perah rakyat di kecamatan

3

Kriteria aspek higiene dan sanitasi terdiri dari 7 pernyataan. Total nilai

aspek ini berjumlah 7. Penilaian mengenai aspek higiene dan sanitasi yaitu:

Aspek dinilai buruk jika nilai < 3

Aspek dinilai cukup jika nilainya 3 - 5

Aspek dinilai baik jika nilai > 5

Kriteria aspek kesehatan dan reproduksi ditentukan melalui penilaian

berdasarkan 8 pernyataan. Total nilai aspek ini berjumlah 8. Penilaian mengenai

aspek kesehatan dan reproduksi yaitu:

Aspek dinilai buruk jika nilai < 4

Aspek dinilai cukup jika nilainya antara 4 – 6

Aspek dinilai baik jika nilai > 6

Kriteria aspek penanganan limbah ditentukan melalui penilaian berdasarkan 2

pernyataan. Total nilai aspek ini berjumlah 2. Penilaian mengenai penanganan

limbah yaitu:

Aspek dinilai buruk jika nilai 0

Aspek dinilai cukup jika nilainya 1

Aspek dinilai baik jika nilai 2

Tatalaksana peternakan ditentukan berdasarkan penilaian keseluruhan

aspek (aspek lokasi, bangunan, dan fasilitas kandang; aspek higiene dan sanitasi;

aspek manajemen kesehatan dan reproduksi, dan; aspek penanganan limbah).

Total nilai berjumlah 32. Penilaian mengenai tatalaksana peternakan yaitu:

Peternakan dinilai buruk jika nilai < 11

Peternakan dinilai cukup jika nilai antara 11 – 22

Peternakan dinilai baik jika nilai > 22

Analisis Data

Data yang diperoleh dan dikumpulkan dianalisis secara deskriptif

menggunakan program Microsoft Excell 2007 dan SPSS 16.0. Data yang telah

dikumpulkan diolah dalam tabel beserta variabelnya. Hubungan antar variabel

ditentukan dengan menggunakan uji korelasi Spearman. Variabel yang diuji yaitu

karakteristik peternak terhadap tatalaksana peternakan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Karakteristik responden yang diamati dalam penelitian ini meliputi jenis

kelamin, umur, pendidikan terakhir, penyuluhan atau pelatihan bidang peternakan,

lama beternak, status pekerjaan, pendapatan per bulan, dan total populasi.

Karakteristik responden dapat dilihat pada Tabel 1.

Page 14: TATALAKSANA KESEHATAN PETERNAKAN SAPI PERAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/61245/2/B13fnm.pdf · tatalaksana kesehatan peternakan sapi perah rakyat di kecamatan

4

Tabel 1 Karakteristik peternak sapi perah KTTSP Baru Sireum

No. Karakteristik responden Jumlah

responden % dari total responden

1. Jenis kelamin Laki-laki 13 100.0 Perempuan 0 0.0

2. Umur ≤ 50 tahun 8 61.5 > 50 tahun 5 38.5

3. Pendidikan terakhir

SD 9 69.2 SMP 0 0.0

SMA 4 30.8

4. Lama beternak < 5 tahun 1 7.7 5 – 10 tahun 2 15.4 >10 tahun 10 77.0

5. Penyuluhan (dalam 1 tahun terakhir)

Ya 9 69.2 Tidak 4 30.8

6. Status pekerjaan Pemilik 12 92.3 Pekerja 1 7.7

7. Pendapatan bersih per bulan dari hasil peternakan

< 2.5 juta 6 46.2

2.5 – 5 juta 3 23.1 >5 juta 2 15.4

Tidak tentu 2 15.4

8. Total populasi ternak

1 – 10 ekor 5 38.5 > 10 ekor 8 61.5

Responden yang berada di KTTSP Baru Sireum seluruhnya berjenis

kelamin laki-laki, berkisar antara umur 30-80 tahun. Umur responden terbagi atas

dua kategori, yaitu peternak yang berumur kurang dari atau sama dengan 50 tahun

dan peternak yang berumur lebih dari 50 tahun. Komposisi umur tersebut

mengindikasikan bahwa sebagian besar responden dalam umur produktif.

Semakin muda usia responden (usia produktif) rasa keingintahuan terhadap

sesuatu semakin tinggi dan semakin tinggi pula minat untuk mengadopsi

kemajuan teknologi. Sebagian besar responden telah beternak sapi perah lebih dari

sepuluh tahun. Menurut Lestariningsih dan Basuki (2008) pengalaman beternak

berpengaruh terhadap keterampilan dan tingkat pengetahuan peternak mengenai

ternaknya. Selain itu pengalaman beternak dapat dijadikan suatu pedoman dan

penyesuaian terhadap suatu permasalahan yang dihadapi peternak pada masa yang

akan datang.

Secara umum tingkat pendidikan responden memiliki pendidikan terakhir

SD (69.2%) dan SMA (30.8%). Namun banyak peternak yang memiliki

pengetahuan serta keterampilan dalam mengelola usaha ternak berasal dari orang

Page 15: TATALAKSANA KESEHATAN PETERNAKAN SAPI PERAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/61245/2/B13fnm.pdf · tatalaksana kesehatan peternakan sapi perah rakyat di kecamatan

5

tua atau melalui pelatihan dan penyuluhan yang dilakukan oleh kelompok tani

atau dinas peternakan setempat. Sebanyak 69.2% responden menyatakan pernah

mendapatkan pelatihan atau penyuluhan bidang peternakan. KTTSP Baru Sireum

telah aktif melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan pendidikan para

peternak melalui kegiatan penyuluhan, pelatihan dan pertemuan-pertemuan.

Kegiatan penyuluhan akan mengubah perilaku peternak ke arah yang diharapkan

sehingga pengetahuannya akan lebih meningkat, sikapnya akan lebih positif

terhadap perubahan dan penerimaan inovasi, dan akan lebih terampil di dalam

melaksanakan usaha ternaknya (Yunasaf dan Tasripin 2011).

Pada Tabel 1 dapat dilihat hampir seluruh responden berstatus sebagai

pemilik peternakan. Hal ini mengindikasikan tingkat perhatian dan kualitas kerja

yang baik karena beternak sapi adalah mata pencaharian utama bagi para

responden. Pendapatan bersih peternak adalah hasil pengurangan dari penerimaan

yang diperoleh dengan jumlah biaya yang dikeluarkan selama proses produksi

(Saefullah et al. 2012). Peternak yang menerima penghasilan bersih per bulan

kurang dari 2.5 juta rupiah (46.2%), 2.5 – 5 juta rupiah (23.1%), tidak tentu dan di

atas 5 juta rupiah per bulan masing-masing sebesar 15.4%. Jumlah kepemilikan

ternak sapi perah pada penelitian ini berada pada dua kelompok, yaitu 1 – 10 ekor

(38.5%) dan di atas 10 ekor (61.5%). Dapat dilihat bahwa masih cukup banyak

peternak yang memiliki sapinya kurang dari 10 ekor, hal tersebut dapat

mempengaruhi tingkat pendapatan bagi peternak itu sendiri. Jumlah kepemilikan

sapi perah yang ideal agar usaha ini menguntungkan dan dapat menjamin

pendapatan peternak adalah minimal 10 ekor (Sudono 1999).

Manajemen Pemeliharaan

Manajemen pemeliharaan sapi perah mencakup manajemen perkandangan,

serta manajemen pakan dan sumber air. Tabel 2 menunjukkan manajemen

perkandangan di KTTSP Baru Sireum.

Tabel 2 Manajemen perkandangan di KTTSP Baru Sireum

No. Perkandangan Jumlah

responden

% dari total

responden

1. Lantai kandang

Semen/paving 13 100.0

Kayu/papan 0 0.0

2. Atap kandang

Genteng 1 7.7

Seng 2 15.4

Asbes 10 76.9

3. Kandang pedet

Ada 12 92.3

Tidak ada 1 7.7

4. Kandang pejantan

Ada 2 15.4

Tidak ada 11 84.6

Page 16: TATALAKSANA KESEHATAN PETERNAKAN SAPI PERAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/61245/2/B13fnm.pdf · tatalaksana kesehatan peternakan sapi perah rakyat di kecamatan

6

Keseluruhan responden menggunakan lantai kandang padat yang terbuat

dari semen. Lantai kandang dibuat dengan posisi sedikit miring agar mudah

dibersihkan dan selalu kering. Selain itu juga dibuat selokan atau parit agar tidak

terjadi genangan air. Dengan adanya parit ini maka air pembersih lantai, air untuk

memandikan sapi, urin, dan kotoran sapi dapat mudah terkumpul, yang

selanjutnya dapat disalurkan ke penampungan biogas atau langsung ke selokan.

Sebagian besar responden menggunakan asbes sebagai atap kandang. Pada

daerah-daerah yang banyak angin tidak dianjurkan memakai bahan atap dari

genteng. Sedangkan pada daerah-daerah yang berhawa dingin, bahan atap dapat

dari asbes ataupun seng (Siregar 1996). Menurut Soetarno (2003) ditinjau dari

fungsinya kandang sapi perah dapat dibedakan menjadi kandang induk, kandang

pedet, kandang pejantan, dan kandang isolasi. Masing-masing kandang tersebut

memiliki ukuran dan konstruksi yang berbeda.

Manajemen pakan dan sumber air merupakan salah satu aspek yang dinilai

dalam pemeliharaan sapi perah. Secara rinci manajemen pakan dan sumber air

dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Manajemen pakan dan sumber air di KTTSP Baru Sireum

No. Pakan dan sumber air Jumlah

responden % dari total responden

1. Pemberian pakan dalam satu hari

1 kali 0 0.0

2 kali 10 76.9

> 2 kali 3 23.1

2. Waktu pemberian hijauan

Sebelum pemerahan 1 7.7

Setelah pemerahan 11 84.6

Ad libitum 1 7.7

3. Jumlah pemberian hijauan

1 - 30 kg/ekor/hari 6 46.2

30 - 40 kg/ekor/hari 5 38.5

> 40 kg/ekor/hari 2 15.4

4. Pemberian konsentrat

Sebelum pemerahan 9 69.2

Setelah pemerahan 3 23.1

Ad libitum 1 7.7

5. Jumlah pemberian konsentrat

1- 6 kg/ekor/hari 0 0.0

≥ 7 kg/ekor/hari 10 76.9

Tidak tentu/seadanya 3 23.1

6. Sumber air peternakan

Sungai 5 38.5

Mata air gunung 8 61.5

Page 17: TATALAKSANA KESEHATAN PETERNAKAN SAPI PERAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/61245/2/B13fnm.pdf · tatalaksana kesehatan peternakan sapi perah rakyat di kecamatan

7

Pemberian hijauan dan konsentrat sebagai komponen ransum sapi perah

perlu diperhatikan jumlah, kandungan dan kualitasnya karena ransum tidak hanya

mempengaruhi produksi tetapi juga mempengaruhi kualitas bahan padat susu

(Pangestu et al. 2003). Seluruh responden memberikan hijauan dan konsentrat

dalam ransum ternaknya. Pakan hijauan dapat berupa rumput gajah maupun

rumput lapang. Pakan konsentrat yang digunakan responden merupakan

konsentrat siap pakai yang disediakan oleh KUD. Umumnya responden

memberikan pakan dua kali sehari. Pakan hijauan yang diberikan responden untuk

sapi dewasa sebanyak kurang dari 30 kg/ekor/hari (46.2%), 30-40 kg/ekor/hari

(38.5%), dan lebih dari 50 kg/ekor/hari (15.4%). Pemberian pakan pada sapi perah

dilakukan dua kali sehari rata-rata sebanyak 35-40 kg per ekor per hari untuk sapi

yang diperah (Siregar 2007). Semua responden mendapatkan hijauan dengan cara

mencari sendiri di lahan pegunungan yang berada di kawasan Cisarua.

Mayoritas responden memberikan konsentrat pada sapi dewasa sebanyak

lebih dari atau sama dengan 7 kg per ekor per hari. Jumlah pemberian konsentrat

tersebut telah sesuai dengan pemberian konsentrat ideal menurut Siregar (2007)

yaitu 7 kg per ekor per hari. Sebagian besar responden memberikan konsentrat

sebelum dilakukan pemerahan dan memberikan pakan hijauan setelah pemerahan.

Pemberian konsentrat dilakukan setiap setengah jam sebelum pemerahan, sering

pula pemberian konsentrat dilakukan pada waktu pemerahan. Pemberiannya

sedikit saja agar sapi yang sedang diperah lebih tenang, sedangkan pemberian

hijauan sesudah selesai pemerahan (Siregar 1996). Pemberian konsentrat dan

hijauan yang hampir bersamaan waktunya dapat menurunkan kecernaan hijauan.

Hal ini terjadi karena mikroorganisme dalam rumen mempunyai preferensi untuk

mencerna konsentrat lebih dahulu karena konsentrat lebih mudah dicerna dari

pada rumput (Siregar 1992).

Untuk pemenuhan kebutuhan air minum ternak, air untuk kandang dan

peralatan, responden memperolehnya dari mata air gunung dan air sungai yang

mengalir di dekat peternakan. Letak desa Cibeureum yang berada di daerah

pegunungan memungkinkan peternak untuk mendapatkan sumber air yang sangat

melimpah, baik dari mata air maupun aliran sungai yang belum banyak tercemar

limbah. Namun kualitas air yang berasal dari mata air tentunya lebih baik daripada

air yang diperoleh dari sungai.

Manajemen Kesehatan

Aspek penting dalam peternakan adalah kesehatan ternak. Guna

meminimalisir kerugian yang diakibatkan oleh turunnya produktifitas, biaya

pengobatan, dan risiko kematian ternak maka diterapkan upaya pencegahan sejak

dini. Upaya pencegahan tersebut meliputi pemeriksaan kesehatan dan vaksinasi.

Manajemen kesehatan ternak di KTTSP Baru Sireum dapat dilihat pada Tabel 4.

Page 18: TATALAKSANA KESEHATAN PETERNAKAN SAPI PERAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/61245/2/B13fnm.pdf · tatalaksana kesehatan peternakan sapi perah rakyat di kecamatan

8

Tabel 4 Manajemen kesehatan ternak di KTTSP Baru Sireum

No. Aspek kesehatan Jumlah responden % dari total responden

1. Pemeriksaan kesehatan

Ya 13 100.0

Tidak 0 0.0

2. Pemeriksa kesehatan

Dokter hewan 9 69.2

Mantri/Paramedis 4 30.8

3. Frekuensi pemeriksaan

1 kali/tahun 3 23.1

2 kali/tahun 1 7.7

tidak teratur 9 69.2

4. Tindakan yang dilakukan bila ada ternak sakit

Diobati sendiri 5 38.5

Diobati dokter hewan/mantri 8 61.5

5. Pelaporan ternak sakit/mati

Dilaporkan 11 84.6

Tidak dilaporkan 2 15.4

6. Vaksinasi rutin ternak

Ya 12 92.3

Tidak 1 7.7

Seluruh responden menyatakan bahwa mereka melakukan pemeriksaan

kesehatan terhadap ternaknya. Pemeriksaan kesehatan dilakukan oleh dokter

hewan dan mantri/paramedis. Frekuensi pemeriksaan kesehatan hewan dilakukan

oleh sebagian besar responden secara tidak tentu atau tidak teratur. Bila terdapat

ternak yang sakit sebanyak 38.5% responden mengobati ternaknya sendiri,

sedangkan 61.5% responden lainnya menyatakan ternaknya diobati oleh doker

hewan. Pengetahuan tata cara dan dosis pemberian obat-obatan terutama

antibiotik sangat penting agar tidak meninggalkan residu pada produk asal hewan

(Gustiani 2009). Oleh karena itu pemberian obat-obatan sebaiknya diberikan oleh

dokter hewan. Mayoritas responden melaporkan ternak yang sakit atau mati

kepada kelompok tani atau pihak terkait.

Hampir seluruh responden melakukan vaksinasi ternak secara rutin oleh

dokter hewan atau mantri. Vaksinasi dilakukan untuk meningkatkan kekebalan

tubuh sapi terhadap penyakit yang disebabkan oleh virus. Vaksinasi yang

dilakukan oleh kelompok tani Baru Sireum adalah Brucellosis dan Antraks.

Vaksin diberikan pada sapi perah yang berumur lebih dari 3 bulan atau lepas sapih

dalam keadaan sehat dan cukup makan. Vaksin brucellosis dilakukan sekali

seumur hidup (Sudibyo 1995), sedangkan vaksinasi antraks rutin dilakukan setiap

tahun.

Page 19: TATALAKSANA KESEHATAN PETERNAKAN SAPI PERAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/61245/2/B13fnm.pdf · tatalaksana kesehatan peternakan sapi perah rakyat di kecamatan

9

Manajemen Reproduksi

Manajemen reproduksi yang diamati dalam penelitian ini meliputi cara

mengawinkan ternak, faktor inseminator, pemeriksa kebuntingan, proses kelahiran,

pemberian kolostrum, dan penyapihan pedet. Manajemen reproduksi di KTTSP

Baru Sireum dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Manajemen reproduksi di KTTSP Baru Sireum

No. Manajemen reproduksi Jumlah responden % dari total responden

1. Cara mengawinkan ternak

IB 13 100.0

Kawin alami 0 0.0

2. Inseminator

Dokter hewan 8 61.5

Paramedis/mantri 5 38.5

3. Pemeriksa kebuntingan

Dokter hewan 7 53.8

Paramedis/mantri 6 46.2

4. Pembantu proses kelahiran

Dokter hewan 1 7.7

Pekerja 7 53.8

Peternak bersama dokter hewan 5 38.5

5. Pemberian kolostrum

Ya 13 100.0

Tidak 0 0.0

6. Penyapihan pedet

< 6 bulan 13 100.0

≥ 6 bulan 0 0.0

Menurut Sudono et al. (2003), metode perkawinan sapi perah yang umum

dilakukan oleh peternak dibagi menjadi dua macam yaitu kawin alam dan

Inseminasi Buatan (IB). Dapat dilihat pada Tabel 5 seluruh responden

mengawinkan ternaknya dengan cara IB. Sistem IB dinilai lebih menguntungkan

karena praktis, hemat waktu, hemat tenaga, hemat biaya, serta menekan tingkat

penyebaran penyakit. Setelah 2-3 bulan dilakukan IB selanjutnya dilakukan

pemeriksaan kebuntingan. Jika sapi tidak menunjukkan tanda-tanda kebuntingan

maka inseminator akan melakukan IB setelah sapi tersebut birahi kembali.

Inseminasi dan pemeriksaan kebuntingan dilakukan oleh dokter hewan atau

mantri. Dalam menangani proses kelahiran sebagian besar responden (53.8%)

mempercayakan kepada para pekerjanya, dan 38.5% menangani kelahiran

bersama dengan dokter hewan.

Seluruh responden memberikan kolostrum kepada pedetnya segera setelah

dilahirkan. Kolostrum merupakan susu pancaran pertama yang berwarna kuning

agak kental dan berubah menjadi susu biasa sesudah 4-5 hari. Kolostrum

Page 20: TATALAKSANA KESEHATAN PETERNAKAN SAPI PERAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/61245/2/B13fnm.pdf · tatalaksana kesehatan peternakan sapi perah rakyat di kecamatan

10

mengandung vitamin dan mineral jauh lebih besar dari susu biasa, bersifat

pencahar, dan membantu membersihkan intenstinum pada sapi muda dari kotoran

yang bergumpal (Williamson dan Payne 1993). Disamping itu kolostrum juga

mengandung antibodi yang baik untuk pertumbuhan anak sapi. Anak sapi dapat

dipisahkan dari induknya segera sesudah lahir, tetapi harus diberikan kolostrum

untuk beberapa hari pertama dan sesudah itu dapat diberi minum susu atau

makanan pengganti lain susu. Cara lain, pedet dapat dipelihara penuh bersama

induknya dan kemudian biasanya disapih pada umur 6-8 bulan (Mangkoewidjojo

1988).

Manajemen Sanitasi

Menurut Siregar (1996) pencegahan penyakit pada sapi perah dapat

dilakukan dengan menjaga kebersihan sapi perah, kandang, peralatan yang

digunakan, dan orang yang memelihara atau merawatnya. Gambaran manajemen

sanitasi tersaji pada Tabel 6.

Tabel 6 Manajemen sanitasi di KTTSP Baru Sireum

No. Aspek Sanitasi Jumlah responden % dari total responden

1. Membersihkan kandang

1 kali sehari 1 7.7

2 kali sehari 5 38.5

3 kali sehari 7 53.8

2. Membersihkan peralatan kandang

Setelah digunakan 7 53.8

Sebelum dan setelah digunakan 6 46.2

3. Frekuensi memandikan ternak

2 kali sehari 12 92.3

3 kali sehari 1 7.7

4. Mencuci tangan sebelum/sesudah kontak dengan ternak

Selalu 13 100.0

Kadang-kadang 0 0.0

5. Cara mencuci tangan

Dengan air dan sabun 13 100.0

Hanya air 0 0.0

Semua responden menjaga kebersihan lingkungan sekitar kandang dengan

membersihkannya setiap hari. Rata-rata pembersihan kandang dilakukan dua atau

tiga kali sehari. Responden yang mencuci peralatan kandangnya sebelum dan

setelah digunakan sebanyak 46.2% dan yang membersihkannya setelah digunakan

saja sebanyak 53.8%. Sebenarnya peralatan kandang yang hanya dicuci setelah

digunakan sudah mencukupi dalam upaya menjaga kebersihan peralatan, namun

lebih baik peralatan tersebut dibersihkan sebelum dan setelah digunakan, karena

tidak menutup kemungkinan peralatan tersebut terkena kontaminan saat disimpan.

Page 21: TATALAKSANA KESEHATAN PETERNAKAN SAPI PERAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/61245/2/B13fnm.pdf · tatalaksana kesehatan peternakan sapi perah rakyat di kecamatan

11

Mayoritas reponden memandikan ternaknya dua kali sehari. Sapi-sapi

mudah menjadi kotor terutama akibat kotoran mereka sendiri yang menempel

pada kulit atau rambut ketika mereka berbaring, ditambah dengan kotoran debu

yang bercampur dengan keringat sapi. Kotoran mengandung parasit sehingga

menimbulkan rasa gatal dan merupakan sumber penyakit. Selain itu tubuh sapi

yang kotor dan rambut yang rontok akan mencemari susu yang dihasilkan. Oleh

karena itu sapi dimandikan secara rutin dua kali sehari sebelum dilakukan

pemerahan.

Seluruh reponden selalu mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum dan

sesudah kontak langsung dengan ternak. Dengan demikian risiko serangan

penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan parasit dapat dikurangi

Kebersihan pekerja yang merawat sapi harus selalu terjaga dengan baik, jangan

sampai sapi-sapi perah tertular penyakit tertentu dari tangan para pekerja (Siregar

1996).

Penilaian Tatalaksana Peternakan

Penilaian mengenai tatalaksana peternakan terdiri dari aspek lokasi,

bangunan, dan fasilitas kandang, praktik higiene dan sanitasi, aspek kesehatan dan

reproduksi, serta praktik penanganan limbah.

Aspek lokasi, bangunan dan fasilitas kandang

Secara keseluruhan (100%) penilaian aspek lokasi, bangunan dan fasilitas

kandang masuk ke dalam kategori baik. Sebagian besar peternakan dinilai baik

pada seluruh aspek, seperti yang dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Penilaian aspek lokasi, bangunan, dan fasilitas kandang secara umum

Lokasi, bangunan, dan fasilitas

kandang

Total

n %

Baik 13 100.0

Cukup 0 0

Buruk 0 0

Total 13 100.0

Beberapa aspek yang dinilai memiliki persentase penyimpangan cukup

tinggi yaitu lokasi kandang yang berada tidak jauh dari tempat tinggal atau

pemukiman (76.9%) dan tidak disediakannya kandang khusus untuk

beranak/melahirkan (38.5%). Aspek lokasi, bangunan, dan fasilitas kandang

secara detail dapat dilihat pada Tabel 8.

Page 22: TATALAKSANA KESEHATAN PETERNAKAN SAPI PERAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/61245/2/B13fnm.pdf · tatalaksana kesehatan peternakan sapi perah rakyat di kecamatan

12

Tabel 8 Penilaian aspek lokasi, bangunan, dan fasilitas kandang secara spesifik

No Penyimpangan Tidak Ya

n % n %

1 Lokasi kandang berada tidak jauh dari tempat tinggal (<10m)

3 23.1 10 76.9

2 Lokasi kandang tidak memiliki pagar pembatas dengan lingkungan sekitar

13 100.0 0 0.00

3 Bangunan kandang terbuat dari bahan yang tidak permanen

13 100.0 0 0.00

4 Lantai terbuat dari bahan yang tidak mudah dibersihkan

12 92.3 1 7.7

5 Atap terbuat dari bahan yang tidak mudah dibersihkan

13 100.0 0 0.00

6 Atap tidak melindungi ternak dari panas maupun hujan

13 100.0 0 0.00

7 Tidak memiliki sistem drainase yang baik 13 100.0 0 0.00

8 Tidak memiliki ventilasi yang cukup 12 92.3 1 7.7

9 Tidak memiliki penerangan yang baik 11 84.6 2 15.4

10 Situasi di dalam kandang padat 12 92.3 1 7.7

11 Tidak terdapat sumber air bersih yang memadai

13 100.0 0 0.00

12 Tidak ada kandang khusus beranak 8 61.5 5 38.5

13 Tidak ada kandang khusus pedet 13 100.0 0 0.00

14 Tidak terdapat tempat sampah 10 76.9 3 23.1

15 Tempat pakan dan minum tidak terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan

12 92.3 1 7.7

Lokasi yang ideal untuk membangun kandang adalah daerah yang letaknya

cukup jauh dari pemukiman penduduk tetapi mudah dicapai oleh kendaraan.

Kandang harus terpisah dari rumah tinggal dengan jarak minimal 10 meter dan

sinar matahari harus dapat menembus pelataran kandang (Kemenristek 2005).

Pada umumnya kandang sapi perah yang berada di desa Cibeureum terletak sangat

rapat dengan rumah-rumah penduduk, bahkan berada di tengah-tengah

pemukiman. Letak kandang seharusnya tidak dekat dengan rumah penduduk dan

fasilitas umum, karena akan mengganggu kenyamanan seperti terciumnya bau

tidak sedap dan beresiko terjadinya penyebaran penyakit. Namun letak kandang

yang berdekatan mempunyai keuntungan tersendiri, seperti memudahkan

pengawasan terhadap ternak, mudah menyiapkan pakan untuk ternak, serta dapat

mengetahui gejala-gejala birahi, melahirkan dan serangan penyakit dengan cepat.

Sapi perah yang akan melahirkan sebaiknya ditempatkan di kandang khusus.

Kegunaan kandang khusus beranak tersebut dimaksudkan untuk memudahkan

pergerakan induk sapi sebelum dan ketika proses melahirkan berlangsung.

Page 23: TATALAKSANA KESEHATAN PETERNAKAN SAPI PERAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/61245/2/B13fnm.pdf · tatalaksana kesehatan peternakan sapi perah rakyat di kecamatan

13

Keberadaan tempat sampah merupakan aspek penting yang harus tersedia di

peternakan agar sampah tidak berserakan dan menjadi sumber penyakit.

Aspek higiene dan sanitasi

Dalam hal aspek higiene dan sanitasi, sebagian besar peternakan (76.9%)

dapat dimasukkan ke dalam kategori baik, sedangkan 23.1% peternakan masuk ke

dalam kategori cukup. Tabel 9 memperlihatkan penilaian aspek higiene dan

sanitasi secara umum.

Tabel 9 Penilaian aspek higiene dan sanitasi secara umum

Higiene dan Sanitasi Total

n %

Baik 10 76.9

Cukup 3 23.1

Buruk 0 0

Total 13 100.0

Penyimpangan yang paling jelas terlihat adalah lingkungan sekitar

kandang kotor serta tidak bebasnya kandang dari rodentia dan hewan lain dengan

persentase masing-masing penyimpangan sebesar 23.1% (Tabel 10).

Tabel 10 Penilaian aspek higiene dan sanitasi secara spesifik

No Penyimpangan Tidak Ya

n % n %

1 Pekerja yang menangani ternak tidak menggunakan sepatu boot

12 92.3 1 7.7

2 Kebersihan pekerja yang kontak dengan ternak tidak terjaga dengan baik

13 100.0 0 0.0

3 Pekerja tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan ternak

13 100.0 0 0.0

4 Lingkungan sekitar kandang kotor 10 76.9 3 23.1

5 Tidak dilakukan pembersihan kandang setiap hari

13 100.0 0 0.0

6 Peralatan kandang tidak dijaga kebersihannya

13 100.0 0 0.0

7 Kandang tidak bebas dari serangga, rodentia dan hewan lain dan tidak dilakukan usaha pengendaliannya

10 76.9 3 23.1

Menurut OIE (2006) sanitasi dan higiene personal harus dilakukan oleh

setiap pekerja. Standar sanitasi yang harus dilakukan setiap pekerja yaitu dengan

memakai pakaian yang bersih, memakai sepatu boot yang dibersihkan secara

teratur, tidak memiliki luka terbuka dan selalu mencuci tangan sebelum dan

sesudah bekerja. Keberadaan serangga, rodentia dan hewan lain merupakan

Page 24: TATALAKSANA KESEHATAN PETERNAKAN SAPI PERAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/61245/2/B13fnm.pdf · tatalaksana kesehatan peternakan sapi perah rakyat di kecamatan

14

sumber penyebaran penyakit yang perlu diperhatikan, oleh karena itu perlu

diadakan pengawasan dan pengendalian agar hewan-hewan tersebut tidak dapat

masuk ke dalam peternakan.

Aspek manajemen kesehatan dan reproduksi

Dari penilaian aspek manajemen kesehatan dan reproduksi dapat

disimpulkan bahwa 53.8% peternakan masuk dalam kategori baik dan 46.2%

masuk dalam kategori cukup. Penilaian aspek manajemen kesehatan dan

reproduksi secara umum tersaji pada Tabel 11.

Tabel 11 Penilaian aspek manajemen kesehatan dan reproduksi secara umum

Kesehatan dan Reproduksi Total

n %

Baik 7 53.8

Cukup 6 46.2

Buruk 0 0

Total 13 100.0

Penilaian aspek praktik manajemen kesehatan dan reproduksi meliputi

delapan butir penilaian seperti yang tercantum pada Tabel 12. Penyimpangan yang

paling banyak terjadi adalah tidak adanya pemisahan antara ternak yang sakit

(61.5%) dan proses kelahiran yang tidak dibantu oleh dokter hewan atau

paramedis (23.1%).

Tabel 12 Penilaian aspek manajemen kesehatan dan reproduksi secara spesifik

No Penyimpangan Tidak Ya

n % n %

1 Kesehatan ternak tidak diperiksakan secara rutin oleh petugas kesehatan

12 92.3 1 7.7

2 Tidak dilakukan tindakan apapun bila ada ternak sakit

13 100.0 0 0.0

3 Ternak yang sakit tidak dipisahkan 5 38.5 8 61.5

4 Tidak melapor bila ada ternak sakit atau mati

12 92.3 1 7.7

5 Ternak tidak divaksinasi 12 92.3 1 7.7

6 Tidak dilakukan pemeriksaan kebuntingan oleh petugas kesehatan

13 100.0 0 0.00

7 Proses kelahiran tidak dibantu dokter hewan atau paramedik

10 76.9 3 23.1

8 Pedet tidak diberikan kolostrum 13 100.0 0 0.0

Ternak yang sakit harus diisolasi agar tidak menularkan penyakitnya pada

ternak lain dalam kandang (OIE 2006). Selain untuk mencegah penularan

penyakit, tindakan isolasi akan memudahkan dalam pengawasan, pengobatan, dan

Page 25: TATALAKSANA KESEHATAN PETERNAKAN SAPI PERAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/61245/2/B13fnm.pdf · tatalaksana kesehatan peternakan sapi perah rakyat di kecamatan

15

pemeliharaan ternak yang sakit. Keberadaan dokter hewan atau paramedis pada

saat ternak melahirkan cukup penting untuk menghindari terjadinya kasus

reproduksi yang bisa terjadi pada saat partus/melahirkan akibat penanganan yang

tidak baik oleh peternak atau pekerja, atau bila terjadi kasus reproduksi dapat

langsung ditangani.

Aspek penanganan limbah

Aspek penanganan limbah yang dinilai difokuskan pada penanganan

limbah cair dan limbah padat. Limbah cair dapat berupa urin sapi, sisa air mandi,

air pembersihan kandang, dan ceceran air minum, sedangkan limbah padat dapat

berupa kotoran sapi dan ceceran sisa pakan. Tabel 13 menunjukkan penilaian

penanganan aspek limbah secara umum.

Tabel 13 Penilaian aspek penanganan limbah secara umum

Penanganan Limbah Total

n %

Baik 4 30.8

Cukup 5 38.5

Buruk 4 30.8

Total 13 100.0

Secara umum peternakan yang termasuk ke dalam kategori baik sebesar

30.8 %, kategori cukup 38.5%, dan kategori buruk 30.8%. Gambaran spesifik

penilaian aspek penanganan limbah dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 Penilaian aspek penanganan limbah secara spesifik

No Penyimpangan Tidak Ya

n % n %

1 Limbah cair langsung dialirkan pada selokan umum

4 30.8 9 69.2

2 Limbah padat tidak ditangani dengan baik 9 69.2 4 30.8

Sebagian besar responden membuang limbah cair langsung ke selokan

umum (69.2%), dan tidak menangani limbah padat dengan baik (30.8%). Menurut

Soehadji (1992) limbah peternakan umumnya meliputi semua kotoran yang

dihasilkan dari suatu kegiatan usaha peternakan, baik berupa limbah padat dan

cairan, gas, ataupun sisa pakan. Limbah dapat berupa kotoran ternak, ternak yang

mati atau isi perut dari pemotongan ternak. Limbah cair adalah air seni atau urin,

air pencucian alat-alat. Sedangkan limbah gas adalah semua limbah yang berada

dalam fase gas. Umumnya setiap kilogram susu yang dihasilkan ternak perah

menghasilkan 2 kg limbah padat/feses (Sihombing 2000). Manajemen

pembuangan atau pengolahan limbah peternakan yang tidak baik dapat

menimbulkan pencemaran lingkungan sekitar peternakan.

Page 26: TATALAKSANA KESEHATAN PETERNAKAN SAPI PERAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/61245/2/B13fnm.pdf · tatalaksana kesehatan peternakan sapi perah rakyat di kecamatan

16

Aspek Tatalaksana Peternakan

Berdasarkan penilaian terhadap keempat aspek tersebut diatas, dapat

disimpulkan bahwa aspek tatalaksana peternakan di KTTSP Baru Sireum secara

umum (92.3%) termasuk ke dalam kategori baik, sedangkan sebagian kecil

lainnya (7.7%) termasuk ke dalam kategori cukup. Penilaian tatalaksana

peternakan dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Penilaian tatalaksana peternakan

Kategori peternakan Total

n %

Baik 12 92.3

Cukup 1 7.7

Buruk 0 0

Total 13 100.0

Hubungan antara Karakteristik Peternak dengan Tatalaksana Peternakan

Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat tatalaksana peternakan dapat

ditinjau dari karakteristik peternak. Berdasarkan hasil pengujian dengan

menggunakan uji korelasi Spearman, keseluruhan karakteristik yaitu umur,

tingkat pendidikan, status kepemilikan, pengalaman, penyuluhan, tingkat

pendapatan, dan jumlah ternak tidak memperlihatkan hubungan yang nyata

dengan tatalaksana peternakan (Tabel 16).

Tabel 16 Hubungan antara karakteristik peternak dan tatalaksana peternakan

Karakteristik peternak Tatalaksana peternakan

P r

Umur 0.653 0.138

Tingkat pendidikan 0.326 0.296

Status kepemilikan 0.798 0.079

Pengalaman 0.484 0.214

Penyuluhan 0.767 0.091

Tingkat pendapatan 0.545 0.185

Jumlah ternak 0.099 0.477

Keterangan:

P : Nilai korelasi antara dua variabel yang diuji, p < 0.05 menunjukkan hubungan dua arah

r : Koefisien korelasi

Hal ini kemungkinan dapat terjadi akibat jumlah peternak dalam

kelompok terlalu sedikit, dan penerapan tatalaksana yang homogen. Selain itu

perlu dilakukan pengkajian terhadap faktor-faktor lain di luar faktor yang diteliti

dalam hubungannya dengan tatalaksana peternakan. Menurut Luanmase et al.

(2011) faktor-faktor tersebut meliputi keberanian mengambil risiko, curahan

waktu kerja, dan luas lahan yang dimiliki.

Page 27: TATALAKSANA KESEHATAN PETERNAKAN SAPI PERAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/61245/2/B13fnm.pdf · tatalaksana kesehatan peternakan sapi perah rakyat di kecamatan

17

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Penilaian tatalaksana peternakan secara umum di KTTSP Baru Sireum

menunjukkan bahwa sebagian besar (92.3%) masuk ke dalam kategori baik. Pada

umumnya seluruh peternak telah melaksanakan manajemen peternakan dengan

baik, kecuali dalam aspek manajemen kesehatan dan reproduksi serta manajemen

penanganan limbah. Dalam penelitian ini tidak memperlihatkan adanya hubungan

nyata antara karakteristik peternak dengan tatalaksana peternakan.

Saran

1. Diharapkan KTTSP Baru Sireum lebih menggiatkan lagi kegiatan penyuluhan

dan pelatihan manajemen peternakan terutama dalam bidang kesehatan dan

reproduksi serta penanganan limbah terhadap peternak anggotanya.

2. Perlu dilakukan perbaikan manajemen penanganan limbah, misalnya dengan

cara pembuatan biogas maupun kompos agar tidak mencemari lingkungan

sekitar peternakan sekaligus memberikan nilai tambah bagi peternak.

DAFTAR PUSTAKA

Gustiani E. 2009. Pengendalian cemaran mikroba pada bahan pangan asal ternak

(daging dan susu) mulai dari peternakan sampai dihidangkan. J Litbang

Pertanian 28(3): 96 – 100.

Hertika S. 2008. Analisis pendapatan usaha ternak sapi perah (studi kasus di

perusahaan x, Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor [skripsi].

Bogor: Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Lestariningsih M, Basuki EY. 2008. Peran serta wanita peternak sapi perah dalam

meningkatkan taraf hidup keluarga. Ekuitas 12(1): 117 -137.

Luanmase CM, Nurtini S, Haryadi FT. 2011. Analisis motivasi beternak sapi

potong bagi peternak lokal dan transmigran serta pengaruhnya terhadap

pendapatan di Kecamatan Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat. Buletin

Peternakan 35(2): 113 -123.

Mangkoewidjodjo. 1998. Pemeliharaan Pembiakan dan Percobaan di Daerah

Tropis. Jakarta: Universitas Indonesia Press.

[Kemenristek] Kementerian Negara Riset dan Teknologi. 2005. Teknologi tepat

guna, tentang budidaya peternakan, budidaya ternak sapi perah [internet].

[diacu 2012 Oktober 15]. Tersedia dari:

http://www.iptek.net.id/ind/warintek/?mnu=6&ttg=4&doc=4a13

[OIE] Office International des Epizooties. 2006. Guide to good farming practices

for animal production food safety. Paris: Animal Production Food Safety

Working Group World Organization for Animal Health.

Page 28: TATALAKSANA KESEHATAN PETERNAKAN SAPI PERAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/61245/2/B13fnm.pdf · tatalaksana kesehatan peternakan sapi perah rakyat di kecamatan

18

Pangestu E, Toharmat T, Tanuwiria UH. 2003. Nutritive value of agriculture

byproduct based diets in lactating dairy cows. J Indo Trop Anim Agri 28(3):

166 – 171.

Rusdiana S, Sejati WK. 2009. Upaya pengembangan agribisnis sapi perah dan

peningkatan produksi susu melalui pemberdayaan koperasi susu. Forum

Penelitian Agro Ekonomi 27(1): 43–51.

Sihombing DTH. 2000. Teknik Pengelolaan Limbah Kegiatan/Usaha Peternakan.

Bogor: Pusat Penelitian Lingkungan Hidup, Institut Pertanian Bogor.

Saefullah R, Marzuki S, Handayani M. 2012. Komparasi biaya pendapatan usaha

peternakan sapi perah rakyat anggota koperasi unit desa dan non anggota

koperasi unit desa di Kabupaten Banyumas. Anim Agri J 1(1): 845 -858.

Siregar SB. 1992. Jenis dan Teknik Pemeliharaan Sapi Perah. Jakarta: Penebar

Swadaya.

Siregar SB. 1996. Sapi Perah, Jenis Teknik Pemeliharaan, dan Analisa Usaha.

Jakarta: Penebar Swadaya.

Siregar SB. 2007. Manajemen Agribisnis Sapi Perah yang Ekonomis dan Kiat

Melipatgandakan Keuntungan. Jakarta: Penebar Swadaya.

Soehadji. 1992. Kebijakan Pemerintah dalam Industri Peternakan dan

Penanganan Limbah Peternakan. Jakarta: Direktorat Jenderal Peternakan,

Departemen Pertanian.

Soetarno T. 2003. Manajemen Budidaya Sapi Perah. Yogyakarta: Laboratorium

Ternak Perah, Fakultas Peternakan UGM.

Sudibyo A. 1995. The difference of serological responses between naturally

infected, experimentally infected, and vaccinated cattlle with Brucella abortus

strain 19 vaccine. J Ilmu Ternak 1(2): 117 – 122.

Sudono A. 1999. Ilmu Produksi Ternak Perah. Bogor: Jurusan Ilmu Produksi

Ternak, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor.

Sudono A, RF Rosdiana, BS Setiawan. 2003. Beternak Sapi Perah Secara

Intensif. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Williamson G, WJA Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis.

Yogyakarta: UGM Press.

Yunasaf U, Tasripin DS. 2011. Peran penyuluh dalam proses pembelajaran

peternak sapi perah di KSU Tandangsari Sumedang. J Ilmu Ternak 11(2): 98 –

103.

Zandos F. 2011. Strategi pengembangan peternakan sapi perah rakyat di

Kecamatan Cisarua, Bogor [tesis]. Bogor: Sekolah Pasca Sarjana, Institut

Pertanian Bogor.

Page 29: TATALAKSANA KESEHATAN PETERNAKAN SAPI PERAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/61245/2/B13fnm.pdf · tatalaksana kesehatan peternakan sapi perah rakyat di kecamatan

19

Lampiran 1 Kuesioner Tatalaksana Kesehatan Peternakan Sapi Perah Rakyat di

KTTSP “Baru Sireum” Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor

No. Kuesioner : Enumerator :

Tanggal : Waktu :

PERNYATAAN PERSETUJUAN Nama saya Farah Nurul Maulida dari Fakultas Kedokteran Hewan IPB. Saya akan

mengadakan survei tatalaksana reproduksi dan kesehatan hewan sapi perah di KTTSP Baru Sireum. Saya mengharapkan partisipasi Bapak/Ibu dalam survei ini. Survei ini kira-kira membutuhkan waktu 30 menit. Informasi yang Bapak/Ibu berikan dalam survei ini akan dijaga kerahasiaannya, nama dan nomor telepon Bapak/Ibu yang dicatat pada kuesioner hanya sebagai tindakan jika kami butuh untuk menghubungi Bapak/Ibu dikemudian hari.

Partisipasi dalam survei ini bersifat sukarela, namun kami sangat mengharapkan Bapak/Ibu berpartisipasi karena informasi bapak/Ibu berikan akan sangat berharga bagi keberhasilan survei ini.

Apakah Bapak/Ibu bersedia diwawancarai? Ya Tidak Jika tidak, mohon berikan alasan mengapa Bapak/Ibu tidak bersedia diwawancara. ....................................................................................................................................

....................................................................

A. DATA DASAR RESPONDEN

Nama : ................................................................................. Alamat lengkap :

.................................................................................

Dusun/Kampung :...................................................................................

A.1 Nomor telepon rumah/hp Bapak/Ibu Silangilah jawaban yang dianggap paling sesuai B. KARAKTERISTIK PETERNAK

B.1 Jenis kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan B.2 Umur : ....................... tahun B.3 Tingkat pendidikan formal terakhir yang pernah Bapak/Ibu ikuti :

a. Tidak Sekolah

b. SD/sederajat

c. SMP/sederajat

d. SMA/sederajat

e. Perguruan Tinggi

Page 30: TATALAKSANA KESEHATAN PETERNAKAN SAPI PERAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/61245/2/B13fnm.pdf · tatalaksana kesehatan peternakan sapi perah rakyat di kecamatan

20

B.4 Tingkat pendidikan informal (penyuluhan/pelatihan) bidang peternakan dalam 1 tahun terakhir

a. Ya b. Tidak

B.5 Berapa lama Bapak/Ibu beternak sapi? ..........................................tahun B.6 Sebagai apakah Bapak/Ibu di peternakan ini?

a. Pemilik

b. Pekerja

c. Lain-lain, sebutkan......................

B.7 Berapa pendapatan bersih per bulan yang Bapak/Ibu dapatkan dari peternakan?

a. < 1 juta

b. 1 – 2,5 juta

c. 2,5 – 5 juta

d. > 5 juta

e. Tidak tentu

B.8 Berapa jumlah ternak yang dipelihara Bapak/Ibu?..........................ekor

C. PEMELIHARAAN

C.1. Perkandangan C.1.1 Terbuat dari bahan apa lantai kandangnya?

a. Lantai padat (semen/paving)

b. Lantai panggung (kayu/papan)

c. Lain-lain...................................

C.1.2 Terbuat dari bahan apa atap kandangnya? (jawaban boleh lebih dari satu)

a. Genteng

b. Seng

c. Asbes

d. Rumbia/Alang-alang

e. Lain-lain..................................

C.1.3 Apakah Bapak/Ibu menyediakan kandang khusus untuk pedet?

a. Ya b. Tidak

C.1.4 Apakah Bapak/Ibu menyediakan kandang untuk pejantan?

a. Ya b. Tidak

C.2. Pakan dan Sumber Air C.2.1 Pakan yang diberikan? (jawaban boleh lebih dari satu)

a. Hijauan b. Konsentrat c. Supplement d. Lain-lain....................

C.2.2 Berapa kali pakan dibeikan dalam satu hari?

a. 1 kali

Page 31: TATALAKSANA KESEHATAN PETERNAKAN SAPI PERAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/61245/2/B13fnm.pdf · tatalaksana kesehatan peternakan sapi perah rakyat di kecamatan

21

b. 2 kali

c. > 2 kali

d. Tidak tentu

C.2.3 Kapan waktu pemberian pakan hijauan?

a. Sebelum dilakukan pemerahan

b. Setelah dilakukan pemerahan

c. Selalu tersedia di tempat pakan

d. Lain-lain..................................

C.2.4 Berapa banyak pakan hijauan yang diberikan? (kg/ekor/hari)

a. 0

b. 1 – 30

c. 30 – 40

d. > 40

e. Lain-lain................................................

C.2.5 Kapan pakan konsentrat diberikan?

a. Sebelum dilakukan pemerahan

b. Setelah dilakukan pemerahan

c. Selalu tersedia di kandang

d. Lain-lain..................................

C.2.7 Berapa banyak pakan konsentrat yang diberikan? (kg/ekor/hari)

a. 0

b. 1 – 6

c. ≥ 7

d. Tidak tentu/seadanya

C.2.8 Apakah sumber air untuk peternakan? (jawaban boleh lebih dari satu)

a. Sumur/Sumur pompa

b. Sungai

c. PDAM

d.Lain-lain......................................

D. KESEHATAN

D.1 Apakah ada pemeriksaan kesehatan ternak

a. Ya b.Tidak

JIKA TIDAK, LANGSUNG KE PERTANYAAN D.3

D.2 Siapakah yang memeriksa kesehatan ternak Bapak/Ibu?

a. Dokter hewan

b. Mantri

Page 32: TATALAKSANA KESEHATAN PETERNAKAN SAPI PERAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/61245/2/B13fnm.pdf · tatalaksana kesehatan peternakan sapi perah rakyat di kecamatan

22

D.3 Dalam satu tahun berapa kali ternak diperiksakan?

a. < 1 x

b. 1 x

c. 2 x

d. > 3 x

e. Tidak tentu/tidak teratur

D.4 Apa yang Bapak/Ibu lakukan bila ada ternak sakit?

a. Diobati sendiri

b. Tunggu kedatangan dokter hewan/mantri hewan

D.5 Apakah Bapak/Ibu melaporkan bila ada ternak yang mati atau sakit?

a. Ya b. Tidak

D.6 Apakah Bapak/Ibu memberikan vaksinasi rutin terhadap ternak?

a. Ya b. Tidak

D. MANAJEMEN REPRODUKSI

E.1 Bagaimana cara Bapak/Ibu mengawinkan sapi?

a. Secara alami (dengan sapi pejantan sendiri)

b. Inseminasi Buatan

c. Lain-lain...................................................

JIKA JAWABAN SELAIN B LANGSUNG KE PERTANYAAN E.3

E.2 Siapakah yang memberikan layanan IB?

a. Dokter Hewan

b. Paramedik

c. Lain-lain.......................................

E.3 Siapakah yang melakukan pemeriksaan kebuntingan?

a. Dokter Hewan

b. Paramedik

c. Lain-lain.......................................

E.4 Siapakah yang membantu proses kelahiran?

a. Dokter Hewan

b. Paramedik

c. Lain-lain........................................

E.5 Apakah Bapak/Ibu memberi kolostrum/susu jolong untuk pedet?

a. Ya b. Tidak

JIKA TIDAK, LANGSUNG KE PERTANYAAN E . 7

E.6 Berapa lama kolostrum/susu jolong diberikan?

a. < 7 hari

b. 7 hari

Page 33: TATALAKSANA KESEHATAN PETERNAKAN SAPI PERAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/61245/2/B13fnm.pdf · tatalaksana kesehatan peternakan sapi perah rakyat di kecamatan

23

c. >7 hari

E.7 Pada umur berapa pedet disapih?

a. < 6 bulan

b. 6 – 8 bulan

c. > 8 bulan

F. SANITASI

F.1 Bagaimana Bapak/Ibu menjaga kebersihan kandang?

a. Dibersihkan 1x per hari

b. Dibersihkan 2x per hari

c. Tidak tentu

d. Lain-lain..................................

F.2 Bagaimana Bapak/Ibu menjaga kebersihan peralatan kandang?

a. Dibersihkan sebelum digunakan

b. Dibersihkan setelah digunakan

c. Dibersihkan setelah dan sebelum digunakan

d. Dibersihkan hanya pada saat terlihat kotor

e. lain-lain..................................................

F.3 Bagaimana cara yang Bapak/Ibu lakukan untuk menjaga kebersihan sapi?

a. Memandikan 1x per hari

b. Memandikan 2x per hari

c. memandikan 3x per hari

d. Lain-lain..................................

F.4 Apakah Bapak/Ibu mencuci tangan sebelum atau sesudah kontak dengan ternak?

a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang

d. Tidak pernah

F.5 Bagaimana cara mencuci tangannya?

a. Dengan air dan menggunakan sabun

b. Hanya menggunakan air

c. Lain-lain..................................

Page 34: TATALAKSANA KESEHATAN PETERNAKAN SAPI PERAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/61245/2/B13fnm.pdf · tatalaksana kesehatan peternakan sapi perah rakyat di kecamatan

24

Lampiran 2 Checklist Tatalaksana Kesehatan Peternakan Sapi Perah

Berikan tanda checklist ( kolom yang dianggap sesuai dengan pernyataan

di bawah ini.

No Penyimpangan Ya Tidak Keterangan

I Lokasi Kandang

1 Lokasi kandang berada tidak jauh dari pemukiman atau

tempat tinggal

2 Lokasi kandang tidak memiliki pagar pembatas dengan

lingkungan sekitar

II Bangunan dan Fasilitas Kandang

1 Bangunan kandang terbuat dari bahan yang tidak permanen

2 Lantai terbuat dari bahan yang tidak mudah dibersihkan

3 Atap terbuat dari bahan yang tidak mudah dibersihkan

4 Atap tidak melindungi ternak dari panas maupun hujan

5 Tidak memiliki sistem drainase yang baik

6 Tidak memiliki ventilasi yang cukup

7 Tidak memiliki penerangan yang baik

8 Situasi di dalam kandang padat

9 Tidak terdapat sumber air bersih yang memadai

10 Tidak terdapat kandang khusus untuk pedet

11 Tidak ada kandang khusus untuk beranak

12 Tidak terdapat tempat sampah yang memadai dan

(pembuangan limbah sementara)

13 Tempat pakan dan minum tidak terbuat dari bahan yang

mudah dibersihkan

III Higiene

1 Pekerja yang berhubungan langsung dengan ternak tidak

menggunakan sepatu boot

Page 35: TATALAKSANA KESEHATAN PETERNAKAN SAPI PERAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/61245/2/B13fnm.pdf · tatalaksana kesehatan peternakan sapi perah rakyat di kecamatan

25

2 Kebersihan pekerja yang kontak dengan ternak tidak terjaga

dengan baik

3 Pekerja tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak

dengan ternak

IV Sanitasi

1 Lingkungan sekitar kandang kotor

2 Tidak dilakukan pembersihan kandang secara rutin (tiap

hari)

3 Peralatan kandang tidak dijaga kebersihannya

4 Kandang tidak bebas dari serangga, rodentia dan hewan

lain dan tidak dilakukan usaha pengendaliannya

V Manajemen Kesehatan dan Reproduksi

1 Kesehatan ternak tidak diperiksakan secara rutin oleh

petugas kesehatan (dokter hewan/paramedik)

2 Tidak dilakukan tindakan apapun bila ada ternak sakit

3 Ternak yang sakit tidak dipisahkan

4 Tidak melaporkan ke petugas dinas bila ada ternak mati

atau sakit

5 Ternak tidak divaksinasi secara rutin mengikuti aturan

pemerintah

6 Tidak dilakukan pemeriksaan kebuntingan oleh petugas

kesehatan

7 Proses kelahiran tidak dibantu dokter hewan/paramedic

8 Pedet tidak diberikan kolostrum/susu jolong

VI Penanganan Limbah

1 Limbah cair langsung dialirkan pada selokan umun

2 Limbah padat tidak ditangani dengan baik

Page 36: TATALAKSANA KESEHATAN PETERNAKAN SAPI PERAH …repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/61245/2/B13fnm.pdf · tatalaksana kesehatan peternakan sapi perah rakyat di kecamatan

26

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Rangkasbitung, Kab. Lebak, Banten pada tanggal 30

September 1990 sebagai anak kedua dari dua bersaudara pasangan Bapak Adi

Supriyadi dan Ibu Yully Sofiati. Penulis menyelesaikan pendidikan di SD Negeri

Kejaksaan, Rangkasbitung pada tahun 2002. Penulis melanjutkan pendidikan di

SMPN 2 Rangkasbitung dan lulus pada tahun 2005. Tahun 2008 Penulis lulus dari

SMAN 1 Rangkasbitung dan pada tahun yang sama diterima sebagai mahasiswa

Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor (FKH IPB) melalui jalur

Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama mengikuti perkuliahan, Penulis mengikuti beberapa organisasi, yaitu

Himpro Hewan Kesayangan dan Satwa Akuatik (HKSA) dan Gita Klinika.