Upload
hoangmien
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
TATA CARA PELAKSANAAN PEMUNGUTAN PAJAK REKLAME
DENGAN MEDIA VIDEOTRON DI KOTA SURAKARTA
TUGAS AKHIR
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Ahli Madya Program Studi Diploma III Perpajakan
Oleh:
Pinastiti Agustina Suciwidati
NIM F3409051
PROGRAM DIPLOMA ΙΙI PERPAJAKAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Seseorang harus punya mimpi dan cita-cita yang tinggi untuk mencapai
kesuksesan.
Penulis mempersembahkan kepada :
- Bapak Ibu RMP Denantyo Tarpinadi tercinta, dan
- Almamaterku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
KATA PENGATAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkanRahmat dan Karunia-Nya sehingga laporan Tugas Akhirdengan
judul Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan Pajak Reklame dengan Media
Videotron di Kota Surakarta ini dapat diselesaikandengan baik.
Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar
Ahli Madya pada Program Diploma 3 Program Studi Perpajakan Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
Dalam kesempatan ini penulissampaikan ucapan terima kasih kepada
pihak-pihak yang membantu penyusunan laporan tugas akhir ini:
1. Dr. Wisnu Untoro, M.S. selaku Dekan Faklutas Ekonomi Universitas Sebelas
Maret.
2. Drs. Hanung Triatmoko, M.Si., Ak selaku Ketua Program Studi Diploma 3
Perpajakan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.
3. Arum Kusumaningdyah, S.E., M.M., Ak. selaku Pembimbing Tugas Akhir
yang telah memberikan pengarahan selama penyusunan tugas akhir.
4. Drs. AG. Agung Hendratno, M.Si selaku Kepala DPPKA Bagian Dafda
Surakarta yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melakukan magang kerja dan penelitian.
5. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian Laporan Tugas Akhir ini
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya atas kekurangan dalam penulisan tugas
akhir ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Namun demikian, karya sederhana ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-
pihak yang membutuhkan.
Surakarta, Juni 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................ i
ABSTRACT......................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN....................................................... v
KATA PENGANTAR......................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR........................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1
A. Gambaran Umum Perusahaan .................................................. 1
B. Latar Belakang Masalah........................................................... 14
C. Perumusan Masalah.................................................................. 17
D. Tujuan Penelitian...................................................................... 18
E. Manfaat Penelitian .................................................................... 19
F. Metodologi Penelitian............................................................... 20
BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN........................... 25
A. Tinjauan Pustaka.......................................................................
B. Analisis Data dan Pembahasan.................................................
25
45
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
BAB III TEMUAN .............................................................................. 73
A. Kelebihan.................................................................................. 73
B. Kelemahan................................................................................ 74
BAB IV PENUTUP ............................................................................. 76
A. Simpulan ................................................................................... 76
B. Rekomendasi............................................................................. 78
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
2.1 Running teks (petunjuk arah) yang berada di depan
Poltabes Jebres..............................................................
47
2.2 Visualisasi Bentuk Videotron yang Terletak di
Manahan Solo...............................................................
48
2.3 Kesemrawutan reklame di jalan protokol Brig. Jend.
Slamet Riyadi...............................................................
69
2.4 Penempatan videotron di sudut jalan dan halaman mol
di Jogyakarta.................................................................
72
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
DAFTAR LAMPIRAN
1 Sistem perizinan pemasangan reklame
2 Sistem Lanjutan perizinan pemasangan reklame
3 Sistem Lanjutan perizinan pemasangan reklame
4 Sistem lanjutan pembayaran pajak reklame
5 Sistem Lanjutan perizinan pemasangan reklame
6 Sistem lanjutan perizinan pemasangan reklame
7 Sistem lanjutan perizinan pemasangan reklame
8 Sistem Penetapan Pajak Reklame
9 Sistem lanjutan pembayaran pajak reklame
10 Sistem pembayaran pajak reklame
11 Sistem Pembukuan
12 Surat Pernyataan Tugas Akhir
13 Surat Perizinan Magang dari DPPKA Surakarta
14 Surat Selesai Magang
15 Form Penilaian Magang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
ABSTRACT
TAX COLLECTION PROCEDURES FOR ADVERTISING BY VIDEOTRON MEDIA IN SURAKARTA
Pinastiti Agustina Suciwidati
NIM F3409051
The issue of overlapping installation advertising clutter handling solution in Surakarta is by installation facilities for promotion through Videotron. Videotron is a form of video advertising prepared as a replacement billboard-advertising that is currently installed in Surakarta. Advertising Tax is significant potential to increase regional revenue.
The purposes of this research are: 1) Forms of visualization and structuring advertising in the form of Videotron; 2) Procedures for the auction; 3) Method of calculating the amount of tax advertisement; 4) Procedure for tax collection billboard; 5) Videotron mounting opinion on the way the protocol Brig. Jend. Slamet Riyadi of the taxpayer and the Government of Surakarta by such plan.
Final assignment research object is a billboard tax in the protocol of Brig. Jend Slamet Riyadi Surakarta. Research Location is in the Department of Finance and Asset Management Revenue Surakarta Regional. Data sources are the primary data and secondary data. Data collection techniques in research of this final project will be done using several methods, which are: Direct Interview, Observation, and Documentation. Technical Analysis of data using an interactive model analysis.
Based on this research can be concluded, that: 1) Videotron is a large television-sized 2 x 4 meter. Setup and Procedure for collection of ad / advertisement on Videotron arranged in Surakarta Mayor Decision No. 4 of 2001; 2) Implementation procedures in the form of advertisement in two stages i.e. Videotron through the auction process and publicity standpoint licensing procedures; 3) Method of calculating the amount of tax in the form of billboard advertising by media Videotron with the formula rate = Cost + Maintenance Costs per year.
Based on the results of the research, the researcher give some suggestion: 1) Needs to be improved coordination among employees to avoid mistakes of data archiving; 2) DPPKA Surakarta more assertive in giving sanction to taxpayers who are late paying taxes / already exceeded due to the issuing Regional Tax Collection (STPD) and Letter of reprimand to the bookkeeping and tax reporting can be on time; 3) Improve the quality of tax collection, tax collection process so that the advertisement can obtain maximum results. For example by providing training in taxation as well as foster an honest and responsible attitude starts from the head.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian
1. Sejarah dan Perkembang DPPKA Surakarta
Setelah Proklamasi Kemerdekan RI, sampai dengan tahun 1946 di
Surakarta terjadi konflik sehubungan dengan adanya pertentangan pendapat
antara pro dan kontra Daerah Istimewa. Hal ini dapat diredam untuk
sementara waktu oleh pemerintah dengan mengeluarkan Surat Penetapan
Pemerintah tanggal 15 Juli 1946 Nomor 16/S-D yang menetapkan Daerah
Surakarta untuk sementara sebagai daerah karesidenan dan dibentuk baru
dengan nama Kota Surakarta. Peraturan yang telah ada tersebut kemudian
disempurnakan dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 16 Tahun
1947 yang menetapkan Kota Surakarta menjadi Haminte Kota Surakarta.
Kota Surakarta pada waktu itu terdiri dari 5 wilayah kecamatan dan 44
kelurahan di Surakarta, karena 9 kelurahan diwilayah Karanganyar belum
diserahkan. Kepada Bupati Karanganyar pelaksanaan penyerahan 9 kelurahan
dari itu baru terlaksana pada tanggal 9 September 1950 tersebut. Pelaksana
teknis pemerintah Hamite Kota Surakarta terdiri atas jawatan. Jawatan
tersebut antara lain jawatan sekertariat Umum, Keuangan, Pekerjaan Umum,
Sosial, Kesehatan, Perusahaan P.D & K, Pamong Praja, dan jawatan
Perekonomian Penerimaan Pendapatan Daerah pada waktu itu diurusi oleh
Jawatan Keuangan. Dengan dikeluarkannya keputusan DPRDS Kota Besar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Surakarta Nomor 4 Tahun 1956 tentang Perubahan Struktur Pemerintahan,
maka Jawatan Umum diganti menjadi Dinas Pemerintahan Umum yang
terbagi dalam urusan-urusan dan setiap urusan-urusan tersebut terbagi lagi
dalam bagian-bagian. Dengan adanya perubahaan tersebut disimpulkan
bahwa untuk penanganan pajak sebagai pendapatan daerah yang sebelumnya
ditangani oleh Jawatan Keuangan kini ditangani lebih khusus oleh urusan
pajak.
Berdasar surat keputusan Walikota Kepala Daerah Kota Surakarta
tanggal 23 Febuari 1970 No.259/X.10/Kp.70 tentang Struktur Organisasi
Kotamadya Surakata termasuk Dinas Kepentingan Umum diganti menjadi
bagian dan bagian itu membawahi urusan-urusan sehingga dalam Dinas
Pemerintahan Umum, Urusan pajak diganti menjadi Bagian Pajak.
Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Kepala Daerah Kotamadya Surakarta
tanggal 30 Juni 1972 No.162/Kep/Kdh.IV/Kp.72 tentang Penghapusan
Bagian Pajak dari Dinas Baru. Dinas Baru tersebut adalah dinas Pendapatan
Daerah yang kemudian sering disebut DIPENDA.
Dinas Pendapatan Daerah (DIPENDA) dipimpin oleh Kepala Dinas
yang berkedudukan langsung dan bertanggung jawab kepada Walikota. Pada
saat itu Dinas Pendapatan Daerah dibagi menjadi empat seksi, yaitu Seksi
Umum, Seksi Pajak Daerah, Seksi Pajak Pusat/Provinsi yang diserahkan
kepada Daerah dan Seksi Doleansi/P3 serta Retribusi dan Leges. Masing-
masing seksi dipimpin oleh Kepala Seksi yang dalam menjalankan tugasnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
langsung dibawah pimpinan dan bertanggung jawab kepada Kepala Dinas
Pendapatan Daerah.
Tugas pokok Dinas Pendapatan Daerah (DIPENDA) waktu itu
sebagai pelaksana walikota dibidang perencanaan, penyelenggaraan, dan
kegiatan bidang pengelolaan sektor-sektor yang merupakan sumber
pendapatan daerah. Berdasarkan Undang-undang Darurat No.11 Tahun 1957
tentang Pajak Daerah, terdapat 13 macam Pajak Daerah di Kota Surakarta
yang wewenag pemungutan dan pengelolaanya ada pada DIPENDA. Tetapi
saat itu baru 4 macam Pajak Daerah yang dijalankan dan telah ditetapkan
dengan Peraturan Daerah, yaitu: a) Pajak Pertunjukan yang diatur dalam
Peraturan Daerah No.1 tahun 1992; b) Pajak Reklame yang diatur dalam
Peraturan Daerah No.11 tahun 1971; c)Pajak Anjing yang diatur dalam
Peraturan daerah No. 54 tahun 1953; d)Pajak Penjualan Minuman Keras yang
diatur dalam Peraturan Daerah No.12 Tahun 1971.
DIPENDA juga bertugas mengelola Pajak Negara yang diserahkan
kepada daerah, yaitu: a) Pajak Potong Burung yang diatur dalam Peraturan
Daerah No.6 Tahun 1959; b)Pajak Pembangunan 1 yang diatur dalam
Peraturan Daerah No.8 Tahun 1960; c)Pajak Bangsa Asing yang diatur dalam
Peraturan Derah No.1 Tahun 1970; d)Pajak Radio yang diatur dalam
Peraturan Daerah No.5 Tahun 1957.
Terbitnya Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri No. KUPD
7/12/41-101 Tahun 1978 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Pendapatan Daerah (DIPENDA) Kabupaten/Kotamadya Daerah Tingkat II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
makin memperjelas keberadaan Dinas Pendapatan Daerah disesuaikan dengan
Keputusan Menteri Dalam Negeri tanggal 26 Mei 1988 No.473-442 tentang
Sistem dan Prosedur Perpajakan, Retribusi Daerah, dan Pendapatan Daerah
lainnya telah mengakibatkan pembagian tugas dan fungsi dilakukan
berdasarkan tahapan kegiatan pemungutan pendapatan daerah yaitu
pendapatan, penetapan, pembukuan dan seterusnya. Sistem dan prosedur
tersebut terkenal dengan MAPADA (Manual Pendapatan Daerah). Sistem ini
diterapkan di Kotamadya Surakarta dengan terbitnya Peraturan Daerah No.6
Tahun 1990 tentang susunan Organisasi dan Tata kerja Dinas Pendapatan
Daerah Tingkat II.
Penataan pemerintahan Kota Surakarta kembali mengalami perbaikan,
dengan pertimbangan yang matang Peraturan Daerah No.6 Tahun 1990
tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pendapatan Daerah Tingkat
II dirubah menjadi Peraturan Daerah Kota Surakarta. Dalam peraturan Daerah
No.6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota
Surakarta. Dalam peraturan baru ini nama Dinas Pendapatan Daerah
(DIPENDA) berubah menjadi Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan
Aset atau yang sering disebut dengan DPPKA. Peraturan Daerah No.6 Tahun
2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta ini
berlaku mulai 1 Januari 2009.
Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) dalam
melaksanakan tugas kepemimpinan oleh seorang Kepala Dinas yang
berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Sekertariat Dinas. Saat ini Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset
(DPPKA) dibagi dalam bidang-bidang yang dipimpin langsung oleh Kepala
Bagian atau biasa disebut Kabag yang dalam menjalankan tugasnya langsung
di bawah pimpinan dan langsung bertanggung jawab kepada Kepala Dinas
Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA).
2. Kedudukan, Tugas Pokok, dan Fungsi DPPKA.
Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA) adalah unsur
pelaksana Pemerintah Daerah di bidang pendapatan, pengelolaan keuangan,
dan aset daerah yang dipimpin langsung oleh Kepala Dinas yang berada di
bawah dan bertanggungjawab kepada Walikota Surakarta.
DPPKA Surakarta mempunyai tugas pokok seperti yang tercantum
dalam Peraturan Daerah No.6 Tahun 2008 pada Pasal 34 ayat (2) yaitu
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendapatan, pengelolaan
keuangan dan aset daerah. Fungsi DPPKA, antara lain: a) Penyelenggaraan
kesekretariatan dinas; b) Penyusunan rencana program,pengendalian,evaluasi
,dan pelaporan; c) Penyelengaraan pendaftaran dan pendataan wajib pajak
dan wajib retribusi; d) Pelaksanaan perhitungan, penetapan angsuran pajak
dan retribusi; e) Pengelolaan dan pembukuan penerimaan pajak dan retribusi
serta pendapatan lain; f) Pelaksanaan penagihan atas keterlambatan pajak,
retribusi dan pendaptan lain; g) Penyelanggaraan pengelolaan anggaran,
perbendaharaan dan akuntansi; h) Pengelolaan aset barang daerah; i)
Penyimpanan penyusanan, perubahan, dan perhitungan anggaran pendaptan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
dan belanja daerah; j) Penyelangaraan administrasi keuangan daerah; k)
Penyelenggaraan sosialisasi; l) Pembinaaan jabatan fungsional; m)
Pengelolanaan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD).
3. Struktur Organisasi DPPKA Surakarta
Struktur organisasi yang baik perlu diterapkan untuk mempermudah
dalam pengawasan manajemen agar pelaksanaan sesuatu kegiatan dapat
berjalan dengan lancar. Penetapan struktur organisasi yang jelas sangat
diperlukan sesuai dengan masing-masing. Adapun tujuan disusunnya struktur
organisasi adalah: a) Mempermudah dalam pelaksanaan tugas dan pekerjaan;
b) Mempermudah pimpinan dalam mengawasi pekerjaan bawahan; c)
Mengkoordinasi kegiatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan; d)
Menentukan kedudukan seseorang dalam fungsi dan kegiatan sehingga
mampu menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya.
Susunan organisasi DPPKA Surakarta sesuai dengan Perda Kota
Surakarta Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perangkat
Daerah Kota Surakarta Bagian Keempatbelas Pasal 35, Susunan Organisasi
Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset adalah sebagai berikut :
a. Kepala.
b. Sekretariat, membawahi: 1. SubbagianPerencanaan, Evaluasi dan
Pelaporan, 2. Subbagian Keuangan, 3. SubbagianUmum dan
Kepegawaian.
c. Bidang Pendaftaran, Pendataan dan Dokumentasi, membawahi : 1. Seksi
Pendaftaran dan Pendataan, 2. SeksiDokumentasi dan Pengolahan Data.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
d. Bidang Penetapan, membawahi:1. Seksi Perhitungan, 2. Seksi Penerbitan
Surat Ketetapan.
e. Bidang Penagihan, membawahi: 1. Seksi Penagihan dan Keberatan, 2
SeksiPengelolaan Penerimaan Sumber Pendapatan Lain
f. Bidang Anggaran, membawahi: 1. Seksi Anggaran I, 2. SeksiAnggaran II.
g. Bidang Perbendaharaan, membawahi:1. Seksi Pembendaharaan I, 2.
SeksiPerbendaharaan II.
h. Bidang Akuntansi, membawahi: 1. Seksi Akuntansi I, 2. SeksiAkuntansi
II.
i. Bidang Aset, membawahi:1. Seksi PerencanaanAset, 2. SeksiPengelolaan
Aset.
j. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD).
k. Kelompok Jabatan Fungsional, membawahi: 1. Sekretariat; 2) Bidang
pendaftaran, Pendataan dan Dokumentasi; 3) Bidang Penetapan; 4)
Bidang Penagihan; 5) Bidang Anggaran; 6) Bidang Perbendaharaan; 7)
Bidang Akuntansi; 8) Bidang Aset; 9) Bidang UPTD; 10) Kelompok
Jabatan Fungsional.
Dalam struktur organisasi yang baru ini Sekertariat dipimpin oleh
seorang Sekertaris yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala Dinas. Sedangkan Kelompok Jabatan Fungsional dipimpin oleh
seorang Tenaga Fungsional Senior sebagai Ketua Kelompok dan bertanggung
jawab kepada Kepala Dinas. Subbagian masing-masing dipimpin oleh
seorang Kepala Subbagian yang berada di bawah dan bertanggung jawab
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
kepada Kepala Dinas yang bersangkutan. Untuk bidang masing-masing
dipimpin oleh seorang Kepala Bidang atau Kabid yang berada dibawah dan
bertanggug jawab kepada Kepala Dinas yang bersangkutan.
4. Diskripsi Tugas Jabatan Struktural
a. Kepala Dinas
Kepala Dinas mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintah
di bidang pendapatan daerah,yaitu: 1) Menyusun rencana strategis dan
program kerja tahunan dinas sesuai dengan Program Pembangunan
Daerah; 2) Membagi tugas kepada bawahan sesuai bidang tugas agar
tercipta pemerataan tugas; 3) Memberi petunjuk dan arahan kepada
bawahan guna kejelasan pelaksanaan tugas.
b. Sekertariat
Posisi Sekertariat dibawah langsung Kepala Dinas mempunyai
tugas melaksanakan administrasi umum, perijinan, kepegawaian, dan
keuangan sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala
Dinas. Sekertariat juga bertugas untuk melaksanakan penyusunan
rencana strategis dan program kerja tahunan Dinas, mengadakan
monitoring dan pengendalian secara evaluasi, dan pelaporan sesuai
dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas.
c. Bidang Pendaftaran, Pendataan dan Dokumentasi
Bidang Pendaftaran, Pendataan, dan Dokumentasi mempunyai
tugas yang penting yaitu menyelengarakan pembinaan dan
pembimbingan dibidang pendaftaran dan pendataan serta dokumentasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
dan pengelolaan data sesuai dengan kebijakan teknis yang ditetapkan
oleh Kepala Dinas.Bidang Pendaftaran, Pendataan, dan Dokumentasi
membawahi:
1) Seksi Pendaftaran dan Pendataan
Seksi ini mempunyai tugas melaksanakan pendaftaran,
pendataan dan pemerikasaan di lapangan terhadap Wajib Pajak
Daerah (WPD) dan Wajib Pajak Retribusi Daerah (WRD).
2) Seksi Dokumentasi dan Pengolahan Data
Tugas dari Seksi Dokumentasi dan Pengolahan Data adalah
menghimpun, mendokumentasi, menganalisa dan mengolah data
Wajib Pajak Daerah dan Wajib Pajak Retribusi Daerah.
d. Bidang Penetapan
Bidang Penetapan bertugas menyelenggarakan pembinaan dan
bimbingan dibidang perhitungan, penerbitan Surat Penetapan Pajak dan
Retribusi secara perhitungan besarnya angsuran bagi pemohon sesuai
dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas. Bidang
Penetapan membawahi seksi-seksi sebagai berikut:
1) Seksi Perhitungan
Seksi Perhitungan mempunyai tugas melaksanakan
perhitungan dan penetapan besarnya pajak dan retribusi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
2) Seksi Penertiban Surat Ketetapan
Seksi Penertiban Surat Ketetapan mempunyai tugas
menetapkan Surat Ketetapan Pajak (SKP), Surat Ketetapan Retribusi
(SKR), dan surat-surat ketetapan pajak lainnya.
e. Bidang Penagihan
Bidang Penagiahan mempunyai tugas menyelengaakan
pembinaan dan bimbingan dibidang sumber pendapatan lain sesuai
dengan kebijakan teknis yang ditetapkan oleh Kepala Dinas. Bidang
Penagihan membawahi seksi-seksi sebagai berikut:
1) Seksi Penagihan dan Keberatan
Tugas yang dipikul adalah melaksanakan penagihan
tunggakan pajak daerah, retribusi daerah dan sumber pendapatan
lainnya serta melayani permohonan keberatan dan penyelesainnya.
2) Seksi Pengelolaan Penerimaan Sumber Pendapatan Lainnya
Seksi ini bertugas mengumpulkan data sumber-sumber
penerimaan lain diluar pajak daerah dan retribusi daerah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
f. Bidang Anggaran
Bidang anggaran ini bertugas untuk membuat rencana anggaran
penerimaan pajak,retribusi, dan rencana pembelanjaan keperluaan
instansi penerimaan serta mengatur pengeluaran-pengeluaran dana yang
telah dianggarkan atau direncanakan. Bidang Anggaran terdiri dari dua
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
seksi yang merupakan satu kesatuan tim kerja, yaitu: 1) Seksi Anggaran
I; 2) Seksi Anggaran II.
g. Bidang Perbendaharaan
Bidang Perbendaharaan memegang peranan sebagai pemegang
dana dalam instansi, bidang perbendaharaan dibantu oleh dua kelompok
seksi, yaitu: 1) Seksi Perbendaharaan I; 2) Seksi Perbendaharaan II.
h. Bidang Akuntansi
Bidang Akuntansi mempunyai tugas sebagai pencatat segala
bentuk kegiatan pendanaan, yang kemudian dibuat laporan sebagai
pertanggung jawaban kepada Kepala Dinas. Bidang Akuntansi
membawahi seksi-seksi sebagai berikut: 1) Seksi Akuntansi I; 2) Seksi
Akuntansi II.
i. Bidang Aset
Bidang Aset bertugas untuk mecatat dan mengelola semua aset
yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah Kota Surakarta, membawahi:
1) Seksi Perncanaan Aset ini mempunyai tugas merncanakan dan
mengembangkan semua aset yang dimiliki Pemerintah Daerah Kota
Surakarta sehingga dapat berguna bagi masyarakat dan pemerintah.
2) Seksi Pengelolaan Asetbertugas sebagai pelaksana rencana yang
telah dibuat oleh Seksi Perencanaan Aset dan juga sebagai
pengelolaan aset-aset tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
j. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD)
UPTD bertugas untuk memungut dan mengelola Pajak Retribusi
Daerah Kota Surakarta.
k. Kelompok Jabatan Fungsional.
Tugas Kelompok Jabatan Fungsional melaksanakan sebagian
tugas Kepala Dinas pada Cabang Dinas di Kecamatan.
5. Tata Kerja DPPKA
Dalam melaksakan tugasnya DPPKA Kotamadya II Surakarta
mendapatkan pembinaan teknis fungsional dan DPPKA Tingkat I Jawa
Tengah. Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Dinas menerapkan prinsip-
prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplikasi baik dalam
lingkungan DPPKA sesuai dengan bidang tugasnya. Kepala Sekertariat,
Kepala Seksi, Kepala Unit Penyuluhan, dan Kepala Unit Pelaksanaan Teknis
Dinas harus menerapkan prinsip-prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi,
dan simplikasi sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing. Kepala
Sekertariat, para Kepala Seksi, dan Kepala Unit Penyuluhan bertanggung
jawab memberikan bimbingan/pembinaan kepada bawahannya serta
melaporkan hasil-hasil pelaksanaan tugasnya menurut herarkis jabatan
masing-masing. Kepala Sekertariat, Kepala Seksi, Kepala Unit Penyuluhan,
dan Kepala Unit Pelaksanaan Teknis Dinas Bertanggung jawab kepada
Kepala Dinas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Para Kepala Seksi pada DPPKA bertanggung jawab kepada Kepala
Bagian Sekertariat/Kepala Bagian yang membidanginya. Kepala Dinas,
Kepala Sekertaria, dan Kepala Seksi dilingkungan DPPKA Kotamadya Dati
II Surakarta diangkat dan diberhentikan oleh Gubenur Kepala Daerah Tingkat
II Surakarta. Kepala Urusan, Kepala Seksi, dan Kepala Unit Penyuluhan di
lingkungan DPPKA Kotamadya Daerah Tinggkat II Surakarta Diangkat dan
diberhentikan oleh Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II Surakarta.
6. Visi dan Misi DPPKA
Visi DPPKA adalah menwujudkan peningkatan pendapatan daerah,
pengelolaan keuangan dan aset daerah yang optimal, efektif, efisien,
transparan serta akuntable, menuju kemandirian keuangan daerah untuk
mendukung penyelenggaraan Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II
Surakarata. Sedangkan Misi DPPKA adalah: 1) Meningkatkan dan
mengintensifkan pendapatan daerah secara optimal; 2) Meningkatkan
kelancaran dan ketertiban pengelolaan keuangan dan aset daerah sesuai
dengan peraturan yang berlaku; 3) Mewujudkan pengelolaan keuangan
daerah yang efektif efisien serta akuntable dengan memperhatikan azas
kepatutan dan keadilan; 4) Meningkatkan pemberdayaan aset daerah secara
efektif dan efisien.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
B. Latar Belakang Masalah
Salah satu sumber penerimaan daerah diperoleh melalui Pendapatan
Asli Daerah (PAD) yaitu pendapatan yang diperoleh daerah dan dipungut
berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Salah satu Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah Pajak Daerah yang
diperoleh melalui pungutan-pungutan yang dikumpulkan dan dikelola oleh
Pemerintah Daerah sendiri. Jenis-jenis pajak yang dapat dipungut oleh
Pemerintah Daerah, salah satunya adalah Pajak Reklame.
Pajak Reklame ini sangat potensial untuk meningkatkan Penerimaan
Daerah. Sehingga dalam penyelenggaraan pajak reklame, Pemerintah Daerah
harus melaksanakan sesuai dengan Peraturan Daerah yang telah ditetapkan.
Penyelenggaraan pajak reklame tersebut, meliputi: pemberian izin reklame,
perhitungan besarnya pajak, sampai pemungutan terhadap pajak reklame
tersebut. Dalam pelaksanaan pajak reklame di daerah tentunya terdapat
permasalahan-permasalahan, demikian pula di Kota Surakarta terutama dalam
hal penataan reklame. Berbicara permasalahan penataan reklame di Kota
Surakarata memegang tidak pernah selesai. Meski kasus tersebut sudah sejak
dulu mencuat, namun hingga saat ini belum ditemukan titik terang. Bahkan
yang lebih negrinya lagi penataan reklame sudah tidak sesuai dengan
Peraturan Daerah (PERDA) No. 5 tahun 1999 dan Surat Keputusan (SK)
Walikota Nomor 4 tahun 2001. Banyak kerancuan di antaranya di dalam
SK Walikota, pasal 22 ayat dua (2) yaitu izin reklame berlaku untuk waktu
tertentu selama-lamanya satu tahun, namun yang terjadi di lapangan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
proses lelang berlaku hingga tiga tahun. Hingga saat ini perda reklame belum
berjalan secara maksimal. Akibatnya penataan reklame di Kota Solo masih
semrawut. Karena masih banyaknya reklame yang dipasang saling tumpang
tindih tanpa mengacu pada aturan yang ada. Pemda mencatat banyak reklame
dan baliho menjamur tanpa proses lelang. Saat ada titik reklame yang
dilelangkan, tiba-tiba banyak reklame-reklame disekitar lokasi tersebut yang
dibangun dengan bebas. Biro iklan yang telah memenangkan lelang titik
reklame jadi tidak bisa menjual lokasi tersebut. Sehingga perlu ada ketegasan
dalam aturan yang ada, termasuk penetapan angka pokok lelang yang saat ini
sudah dirasakan terlampau tinggi.
Isu solusi penangangan kesemrawutan pemasangan reklame yang
saling tumpang tindih di Surakarta adalah dengan pemasangan sarana
promosi melalui videotron. Videotron adalah reklame yang berbentuk video
yang disiapkan sebagai pengganti reklame-reklame yang saat ini terpasang di
Surakarta. Hal ini dilakukan untuk meringkas reklame-reklame besar yang
penataannya masih semrawut. Penataan titik-titik reklame di Surakarta
nantinya akan dibagi menjadi tiga zona atau kawasan, yaitu kawasan reklame,
kawasan reklame terbatas, dan kawasan bebas reklame. Disamping itu ada
zona atau kawasan yang nanti akan steril dari reklame yaitu di Jalan
Sudirman. Sedangkan kawasan reklame terbatas adalah sepanjang jalan
protokol Brig. Jend. Slamet Riyadi dan kedepan untuk penataan reklame di
jalan protokol Brig. Jend. Slamet Riyadi akan dibangun Videotron. Media ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
dibangun untuk menggantikan reklame-reklame besar yang penataannya saat
ini masih terkesan semrawut.
Videotron merupakan benda raksasa atau perangkat keras teknologi
elektronika yang berfungsi sebagai media informasi yang mampu mendukung
percepatan dan meningkatkan kualitas informasi. Dalam era sekarang ini
informasi menjadi semacam kebutuhan hakiki bagi manusia. Videotron
sebagai media audio visual sangat efektif untuk penyebarluasan informasi.
Karena kelebihan inilah maka videotron dapat dimanfaatkan oleh pemerintah
atau pihak swasta untuk menunjang program-program pembangunan maupun
pengembangan usaha bagi masyarakat pengunanya atau produsen. Videotron
merupakan media yang cocok untuk produk komsumsi masal. Saat ini media
videotron di Surakarta sebagai media audio visual untuk penyebarluasan
informasi sudah terpasang di kawasan Manahan (jalan Adi Sucipto). Terkait
dengan pemungutan pajak reklame dengan media videotron, maka pertanyaan
mendasar adalah mekanisme bagaimana tata cara pelaksanaan lelang titik
reklame dalam bentuk videotron di Kota Surakarta; dan bagaimana cara
perhitungan besarnya pajak reklame dalam bentuk videotron di Kota
Surakarta; bagaimana tata cara pemungutan pajak reklame dengan media
videotron di Kota Surakarta; serta Bagaimana opini pemasangan videotron di
jalan protokol Brig. Jend. Slamet Riyadi terhadap Wajib Pajak dan
Pemerintah Daerah Surakarta dengan adanya rencana tersebut. Berdasarkan
latar belakang masalah tersebut penulis tertarik untuk memilih judul tugas
akhir, sebagai berikut: “TATA CARA PELAKSANAAN PEMUNGUTAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
PAJAK REKLAME dengan MEDIA VIDEOTRON di KOTA
SURAKARTA ”.
C. Perumusan Masalah
Salah satu Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah Pajak Daerah yang
diperoleh melalui pungutan-pungutan yang dikumpulkan dan dikelola oleh
Pemerintah Daerah sendiri, salah satunya adalah Pajak Reklame. Pemda
mencatat banyak reklame dan baliho menjamur tanpa proses lelang.
Sehingga perlu ada ketegasan dalam aturan yang ada, termasuk penetapan
angka pokok lelang yang saat ini sudah dirasakan terlampau tinggi. Serta
kesemrawutan pemasangan reklame yang saling tumpang tindih. Sehingga
perlu disiapkan solusi pengganti yaitu dengan pemasangan sarana promosi
dengan videotron. Hal ini dilakukan untuk meringkas reklame-reklame besar
yang penataannya masih semrawut di Surakarta. Penataan titik-titik reklame
di Surakarta nantinya akan dibagi menjadi tiga zona atau kawasan, yaitu
kawasan reklame, kawasan reklame terbatas, dan kawasan bebas reklame.
Disamping itu ada zona atau kawasan yang nanti akan steril dari reklame
yaitu di Jalan Sudirman. Sedangkan kawasan reklame terbatas adalah
sepanjang jalan protokol Brig. Jend. Slamet Riyadi dan kedepan untuk
penataan reklame di jalan protokol Brig. Jend. Slamet Riyadi akan dibangun
Videotron. Media ini dibangun untuk menggantikan reklame-reklame besar
yang penataannya saat ini masih terkesan semrawut. Saat ini media videotron
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
di Surakarta sebagai media audio visual untuk penyebarluasan informasi
sudah terpasang di kawasan Manahan (jalan Adi Sucipto).
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana bentuk visualisasi dan penataan reklame sebagai sarana
promosi dalam bentuk videotron?
2. Bagaimana tata cara pelaksanaan lelang titik reklame dalam bentuk
videotron di Kota Surakarta?
3. Bagaimana cara perhitungan besarnya pajak reklame dalam bentuk
videotron di Kota Surakarta?
4. Bagaimana tata cara pemungutan pajak reklame dengan media videotron
di Kota Surakarta?
5. Bagaimana opini pemasangan videotron di jalan protokol Brig. Jend.
Slamet Riyadi terhadap Wajib Pajak dan Pemerintah Daerah Surakarta
dengan adanya rencana tersebut?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui dan
mendeskripsikan, sebagai berikut:
1. Bentuk visualisasi dan penataan reklame sebagai sarana promosi dalam
bentuk videotron.
2. Tata cara pelaksanaan lelang titik reklame dalam bentuk videotron di Kota
Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
3. Cara perhitungan besarnya pajak reklame dalam bentuk videotron di Kota
Surakarta.
4. Tata cara pemungutan pajak reklame dengan media videotron di Kota
Surakarta.
5. Opini pemasangan videotron di jalan protokol Brig. Jend. Slamet Riyadi
terhadap Wajib Pajak dan Pemerintah Daerah Surakarta dengan adanya
rencana tersebut.
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Bagi Dinas Pendapatan Kota Surakarta
Dapat mengetahui kelemahan sistem yang telah ada sebagai
bahan masukan dan dapat memberikan ide-ide baru guna membantu dan
menciptakan efisiensi dalam penataan reklame yang lebih baik.
2. Bagi Penulis
Sebagai tambahan wawasan serta pengetahuan tentang
pengelolaan Pajak Reklame dan perbandingan terapan ilmu di bidang
perpajakan yang telah di peroleh selama dalam proses perkuliahan
dengan keadaan yang sesungguhnya terjadi di lapangan mengenai Pajak
Reklame.
3. Bagi Pihak Lain
Penulisan tugas akhir ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai
tambahan ilmu pengetahuan dan dapat digunakan sebagai sumber
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
informasi dan referensi, serta dapat dijadikan bahan pertimbangan dan
menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya.
F. Metodologi Penelitian
1. Obyek penelitian
Obyek penelitian Tugas Akhir adalah pajak reklame di jalan
protokol Brig. Jend Slamet Riyadi Surakarta. Sesuai dengan Keputusan
Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2001 tentang pedoman pelaksanaan
reklame BAB I Ketentuan Umum Pasal 1.b (h: 58), pajak reklame
dikenakan atas semua penyelenggaraan reklame. Reklame adalah benda,
alat, perbuatan atau media yang menurut bentuk susunan dan corak
ragamnya untuk tujuan komersial, dipergunakan untuk memperkenalkan,
menganjurkan dan memujikan suatu barang, jasa ataupun untuk menarik
perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan
atau yang dapat dilihat, dibaca, dan atau didengar dari suatu tempat
umum, kecuali yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah. Sesuai dengan
Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4 Tahun 2001 tentang pedoman
pelaksanaan reklame pasal 22 ayat dua (2) yaitu izin reklame berlaku
untuk waktu tertentu selama-lamanya satu tahun.
2. Lokasi penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah (DPPKA) Kota Surakarta yang terletak di
jalan Jenderal Sudirman no 2 Surakarta Telp. 642020 (408), 648089,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
666911, Fax. (0271) 646631, 642038 Kode Pos 57111. Pemilihan lokasi
penelitian Tugas Akhir ini berdasarkan pada alasan, sebagai berikut:
a. Titik lokasi pajak reklame di jalan Brig. Jend. Slamet Riyadi
memiliki potensi yang tinggi bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD)
yang dikelola oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan.
b. Titik lokasi pajak reklame di jalan Brig. Jend. Slamet Riyadi
merupakan aset Pendapatan Asli Daerah (PAD) Surakarta.
c. Titik lokasi pajak reklame di jalan Brig. Jend. Slamet Riyadi ini
merupakan daerah pusat perekonomian yang memiliki tingkat
kemajuan cukup pesat dalam hal penerimaan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Surakarta.
d. Terkait dengan akan dibangunnya videotron di jalan protokol Brig.
Jend. Slamet Riyadi sebagai zona atau kawasan reklame terbatas
merupakan permasalahan pokok dalam pengambilan Tugas akhir.
3. Sumber Data
a. Data Primer yang digunakan adalah data yang diperoleh langsung
dari obyek yang diteliti berupa data-data tentang permasalahan-
permasalahan penangangan kesemrawutan pemasangan reklame
yang saling tumpang tindih di jalan protokol Brig. Jend. Slamet
Riyadi. Pemasangan sarana promosi dengan videotron. Videotron
adalah reklame yang berbentuk video yang disiapkan sebagai
pengganti reklame-reklame yang saat ini terpasang di jalan protokol
Brig. Jend. Slamet Riyadi hal ini dilakukan untuk meringkas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
reklame-reklame yang besar yang penataannya masih semrawut
dijalan slamet riyadi karena jalan protokol tersebut akan ditetapkan
sebagai zona atau kawasan reklame terbatas.
b. Data Sekunder yang digunakan berupa data dokumentasi yaitu data
yang diperoleh dari buku-buku, literatur, makalah-makalah, majalah,
undang-undang pajak, surat keputusan, dan data lain yang terkait
dengan permasalahan dalam penelitian ini. Data sekunder ini bersifat
melengkapi data primer dan juga digunakan sebagai landasan teori
untuk memecahkan masalah dalam penelitian Tugas Akhir yang
akan dilakukan.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian Tugas Akhir yang
akan dilakukan ini menggunakan beberapa metode, sebagai berikut:
a. Metode Wawancara
Metode pengumpulan data yang dilakukan melalui
wawancara secara langsung dengan informan untuk memperoleh
data yang diperlukan mengenai Pajak Reklame. Informan dalam
penelitian yang akan dilakukan ini yaitu Drs. AG. Agung Hendratno,
M.Si selakuKepala Bidang Pendaftaran, Pendataan dan
Dokumentasi; Puguhno Mersiyanto, SE., MM selaku Kasi
Pendaftaran dan Pendataan; Sumitro,S.SOS selaku Staf seksi
Pendaftaran dan Pendataan di Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Kota Surakarta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
b. Metode Observasi
Observasi adalah kegiatan mengumpulkan dan mencari data
secara langsung terjun ke lapangan untuk mengamati bagaimana
pelaksanaan pemungutan Pajak Reklame di Dinas Pendapatan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta serta pengamatan di
titik-titik lokasi penataan reklame di jalan protokol Brid Jend Slamet
Riyadi Surakarta.
c. Metode Dokumentasi
Dokumentasi yaitu suatu cara pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara mengumpulkan data yang bersumber dari
buku-buku, majalah, surat kabar, Undang-undang Peraturan
Pemerintah, Peraturan Pemerintah dan sumber-sumber lain yang
dianggap penting dan berkaitan dengan penulisan tugas akhir ini.
5. Teknik Analisis Data
Teknis Analisis Data adalah suatu teknik menyeleksi,
mengorganisasikan dan menganalisis data sehingga menghasilkan data
yang obyektif. Dalam penarikan kesimpulan atau verifikasi dari hasil
penelitian setelah memandang data yang tersaji cukup memungkinkan
untuk ditarik kesimpulan. Proses analisis model interaktif dimulai dari
pengumpulan data dan penyajian data, pada saat pengumpulan data
berakhir maka untuk menarik kesimpulan dilakukan penarikan direduksi
dan dilakukan penarikan kesimpulan. Jika kesimpulannya kurang tepat,
maka data-data yang ada di feildnote, dapat digali kembali, bila data-data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
kurang mendukung maka pengumpulan data harus dilakukan kembali
hingga mendapatkan data yang diperlukan dan terjamin validitasnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
BAB II
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Pendapatan Daerah
Pendapatan Asli Daerah menurut Undang-undang Republik
Indonesia No. 25 Tahun 1999 yaitu sumber keuangan daerah yang digali
dari dalam wilayah daerah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak
daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan dan lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah. Dalam rangka
kelancaran pembangunan daerah maka dibentuk daerah otonomi di
tingkat kabupaten dan kota agar dapat dilaksanakan pembangunan sesuai
kemampuan dan pemberdayaan daerah. Pembiayaan belanja
pembangunan juga tergantung pada sumber Pendapatan Asli Daerah.
Berdasarkan Undang-Undang No.25 Tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
dijelaskan bahwa untuk membiayai pembangunan di daerah,
penerimaannya bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (pajak, retribusi,
hasil perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah). Pemerintah daerah
melakukan upaya maksimal dalam pengumpulan pajak dan retribusi
daerah. Besarnya penerimaan daerah dari sektor Pendapatan Asli Daerah
(PAD) akan sangat membantu pemerintah dalam melaksanakan kegiatan
pembangunan di daerah serta dapat mengurangi ketergantungan
25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
pemerintah daerah terhadap pemerintah pusat sesuai dengan harapan yang
di inginkan dalam otonomi daerah.
2. Pajak
2.1 Pengertian Pajak
Pengertian pajakmenurut pendapat beberapa ahli, antara lain:1)
Usman dan K. Subroto(Usman dan Subroto, 1980 : 46), “Pajak diartikan
sebagai pungutan yang dilakukan oleh pemerintah berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang hasilnya digunakan untuk pembiayaan
pengeluaran umum pemerintah yang balas jasanya tidak secara langsung
diberikan pada pembayaran sedangkan pelaksanaannya dimana perlu
dapat dipaksakan”; 2) Rochmad Soemitro(Soemitro dalam Mardiasmo,
2003:1), menyatakan: “Pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan
undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat cara
timbal (kontra prestasi), yang langsung dapat ditujukan dan digunakan
untuk membayar pengeluaran umum”.
Menurut Undang–undang No. 18 Tahun 1987, sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 tentang pajak
daerah dan retribusi daerah. Maka yang dimaksud dengan pajak daerah
adalah “Pajak daerah yang selanjutnya disebut pajak adalah iuran wajib
yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa
imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku yang digunakan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan daerah”. Bentuk
pajak daerah antara lain: Pajak Reklame, Pajak Hotel, Pajak Restauran,
Pajak Penerangan Jalan, Pajak Hiburan, Pajak Pengambilan Galian
Golongan C.
Berdasarkan pendapat para ahli dan Undang-undang tersebut
diatas dapat disimpulkan, bahwa pajak adalah iuran atau pungutan yang
digunakan oleh suatu badan yang bersifat umum (negara) untuk
memasukkan uang ke dalam kas negara dalam menutupi segala
pengeluaran yang telah dilakukan di mana pemungutannya dapat
dipaksakan oleh kekuatan publik.
2.2 Fungsi pajak
Dalam pembuatan peraturan pajak daerah, harus didasarkan pada
pemungutan pajak secara umum yaitu demi meningkatkan kesejahteraan
umum. Untuk meningkatkan kesejahtaraan umum tidak hanya
memasukkan uang sebanyak-banyaknya ke kas negara saja, tetapi juga
harus mempunyai sifat mengatur untuk meningkatkan taraf kehidupan
masyarakat. Pemasukan uang demi meningkatkan kesejahtaraan umum
perlu ditingkatkan lagi serta pemungutannya harus berasaskan dan
dilaksanakan menurut norma-norma yang berlaku. Fungsi pajak menurut
Mardiasmo (2003:1) dibagi menjadi dua yaitu 1) Fungsi budgetair, dalam
fungsi budgetair ini pemungutan pajak bertujuan untuk memasukkan
uang sebanyak-banyaknya ke dalam kas negara yang pada waktunya
akan digunakan oleh pemerintah untuk membiayai pengeluaran negara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
baik untuk pengeluaran rutin dalam melaksanakan mekanisme
pemerintahan maupun pengeluaran untuk membiayai pembangunan; dan
2) Fungsi mengatur, pada lapangan perekonomian, pengaturan pajak
memberikan dorongan kepada pengusahan untuk memperbesar
produksinya, dapat juga memberikan keringanan atau pembesaran pajak
pada para penabung dengan maksud menarik uang dari masyarakat dan
menyalurkannya, antara lain ke sektor produktif. Dengan adanya industri
baru maka dapat menampung tenaga kerja yang lebih bayak, sehingga
pengangguran berkurang dan pemerataan pendapatan akan dapat
terlaksana untuk mencapai keadilan sosial ekonomi dalam masyarakat.
2.3 Sistem Pemungutan Pajak
Waluyo (2007:17) mengemukakan bahwa ada beberapa sistem
pemungutan pajak, yaitu: a) Official Assessment System. Wewenang
pemungutan pajak ada pada fiskus. Fiskus berhak menentukan besarnya
utang pajak orang pribadi maupun badan dengan mengeluarkan Surat
Ketetapan Pajak (SKP), yang merupakan bukti timbulnya suatu utang
pajak. Wajib Pajak pasif menunggu ketetapan fiskal mengenai utang
pajaknya; b) SemiSelf Assessment System.Suatu sistem pemungutan pajak
dimana wewenang untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh
seseorang berada pada kedua belah pihak, yaitu Wajib Pajak dan fiskus.
Mekanisme pelaksanaan dalam system ini berdasarkan suatu anggapan
bahwa Wajib Pajak pada awal tahun menaksir sendiri besarnya pajak
terutang yang sesungguhnya ditetapkan oleh fiscal; c). Witholding
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
System. Suatu sistem pemungutan pajak dimana wewenang untuk
menentukan besarnya pajak yang terutang oleh seseorang berada pada
pihak ketiga, dan bukan oleh fiskus maupun oleh Wajib Pajak itu sendiri.
2.4 Syarat Pemungutan Pajak
Agar pemungutan pajak tidak menimbulkan hambatan, maka
pemungutan pajak harus memenuhi beberapa persyaratan. Persyaratan-
persyaratan sebagai berikut:
a. Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan), bahwa dalam
mengenakan pajak secara umum dan merata, serta disesuaikan
dengan kemampuan masing-masing wajib pajak.
b. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang (syarat
yuridis), hal ini memberikan jaminan hukum untuk menyatakan
keadilan, baik bagi negara maupun warganya.
c. Tidak menggangu perekonomian (syarat ekonomi), pemungutan
pajak tidak boleh menggangu kelancaran kegiatan produksi maupun
perdagangan, sehingga tidak menimbulkan kelesuan perekonomian
masyarakat.
d. Pemungutan pajak harus efesien (syarat financial), sesuai dengan
fungsi budgetair, biaya pemungutan pajak harus dapat ditekan
sehingga lebih rendah dari hasil pungutan.
e. Sistem pemungutan pajak harus sederhana, dengan adanya
penyederhanaan prosedur-prosedur akan memudahkan dan
mendorong masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
2.5 Pengelompokan Pajak
Ilyas (2001:17) menggolongkan jenis-jenis pajak menjadi 3 (tiga)
golongan, yaitu:
a. Pengelompokan pajak menurut sifatnya terdiri dari:
1) Pajak Langsung yaitu pajak yang dipikul sendiri oleh Wajib
Pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada
orang lain, contoh: Pajak Penghasilan.
2) Pajak Tidak Langsung yaitu pajak yang pada akhirnya dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain, contoh: Pajak
Pertambahan Nilai.
b. Pengelompokan pajak menurut sasaran/objeknya terdiri dari:
1) Pajak Subjektif, yaitu pajak yang
berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti
memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak, contoh: Pajak
Penghasilan.
2) Pajak Objektif, yaitu pajak yang
berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri
Wajib Pajak, contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah.
c. Pengelompokan Pajak menurut lembaga pemungut terdiri dari:
1) Pajak Pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat
dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara,
contoh: Pajak Penghasilan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
2) Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh Pemerintah
Daerah dan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak
Daerah terdiri atas: a) Pajak Propinsi, contoh: Pajak Kendaraan
Bermotor, dan b) Pajak Kabupaten/Kota, contoh: Pajak Hotel,
Pajak Reklame, Pajak Restoran, Pajak Parkir.
2.6 Hambatan Pemungutan Pajak
Hambatan Pemungutan Pajak menurut terdiri dari dua
perlawanan, yaitu: a). Perlawanan Pasif, masyarakat enggan (pasif)
membayar pajak disebabkan antara lain: 1. Perkembangan intelektuel dan
moral masyarakat, 2. Sistem Perpajakan yang mungkin sulit dipahami
masyarakat; 3. Sistem kontrol tidak dapat dilakukan atau dilaksanakan
dengan baik; b). Perlawanan aktif, meliputi semua usaha dan perbuatan
yang secara secara langsung ditujukan kepada fiskus dengan tujuan untuk
menghindari pajak.
2.7 Tarif Pajak
Tarif pajak ada empat macam yang terdiri dari: a) Tarif
Sebanding atau Proporsional, yaitu tarif yang berupa presentase yang
tetap, terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya
pajak yang terutang proporsional terhadap besarnya nilai yang dikenai
pajak. Contoh: Pajak Reklame sebesar 25% dari NJOP; b) Tarif Tetap,
yaitu tarif yang berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapa jumlah
yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang tetap. Contoh:
Besarnya tariff bea materai untuk cek dan bilyet giro dengan nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
nomiunal berapapun adalah Rp 6000,00; c) Tarif Progresif, yaitu
presentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai
pajak semakin besar. Contoh: Pasal 17 Undang-Undang Pajak
Penghasilan; d) Tarif Degresif, yaitu presentase tarif yang digunakan
semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar.
3. Pajak Daerah
Pajak Daerah merupakan salah satu andalan Pendapatan Asli
Daerah disamping Retribusi Daerah. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Lainnya yang dipisahkan. Menurut
Undang-Undang nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 34 Tahun 2000, Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan
oleh orang pribadi atau badan kepada Pemerintah Daerah tanpa imbalan
langsung yang seimbang. Pajak Daerah dapat dipaksakan berdasarkan
Peraturan Perundang-undangan yang berlaku, yang hasilnya digunakan
untuk membiayai penyelenggaraan Pemerintah Daerah dan pembangunan
daerah. Berdasarkan kriteria di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian
Pajak Daerah adalah pajak yang ditetapkan dan dipungut di wilayah
daerah dan ada bagi hasil antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Daerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
3.1 Ciri-Ciri Pajak Daerah.
Untuk mempertahankan prinsip-prinsip Pajak Daerah maka
perpajakan daerah harus memiliki ciri-ciri tertentu. Adapun ciri-ciri yang
dimaksud sebagai berikut: a) Pajak Daerah secara ekonomis dapat
dipungut, berarti perbandingan antara penerimaan pajak harus lebih besar
dibandingkan ongkos pemungutannya; b) Relatif stabil, artinya
penerimaan pajaknya tidak berfluktuatif terlalu besar, kadang-kadang
meningkat secara drastis dan adakalanya menurun secara tajam; c) Tax
base-nya harus merupakan perpaduan antara prinsip keuntungan (benefit)
dan kemampuan untuk membayar (ability to pay).
3.2 Ketentuan Pungutan Pajak daerah dan Retribusi Daerah
Pengaturan kewenangan pengenaan pemungutan Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah di Indonesia telah diatur sejak lama, terutama sejak
tahun 1997 dengan dikeluarkannya UU No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah. Namun dalam perkembangannya UU No.
18 Tahun 1997 dianggap kurang memberikan peluang kepada Daerah
untuk mengadakan pungutan baru. Walaupun dalam UU tersebut
sebenarnya memberikan kewenangan kepada daerah, namun harus
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah (PP). Pada waktu UU No. 18
Tahun 1997 berlaku belum ada satupun daerah yang mengusulkan
pungutan baru karena dianggap hal tersebut sulit dilakukan.
Selain itu, pengaturan agar Peraturan Daerah (Perda) tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah harus mendapat pengesahan dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
pusat juga dianggap telah mengurangi Otonomi Daerah. Seiring dengan
keluarnya UU No. 22/1999 dan UU No. 25/1999, maka UU No. 18
Tahun 1997 menjadi UU No. 34 Tahun 2000, diharapkan Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah akan menjadi salah satu Pendapatan Asli Daerah
yang penting guna membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan daerah. Dalam UU No. 34 Tahun 2000 pasal 2 ayat 2 dan
Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi daerah menjelaskan jenis-jenis Pajak Daerah yang dapat
dipungut oleh Pemerintah Daerah Kabupaten atau Kota.
Besarnya tarif yang berlaku definitif untuk pajak ditetapkan
dengan Peraturan Daerah, namun tidak boleh lebih tinggi dari tarif
maksimum yang telah ditentukan dalam UU tersebut. Dasar pengenaan
tarif Pajak Daerah ada dalam UU No. 34/2000 Pasal 3 ayat (1). Berikut
jenis Pajak Daerah beserta tarif maksimal yang dapat dipungut oleh
Pemerintah Daerah :
1. Jenis Pajak Propinsi
Jenis pajak prosinsi terdiri atas, berikut: a) Pajak Kendaraan
Bermotor dan Kendaraan di Atas Air 5% (lima persen); b) Bea Balik
Nama Kendaraan Bermotor di Atas Air 10% (sepuluh persen); c)
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 5% (lima persen); d) Pajak
Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah 20% (dua puluh
persen).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Hasil penerimaan Pajak Provinsi sebagian diperuntukkan bagi
daerah Kabupaten atau Kota di Wilayah Provinsi yang bersangkutan
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Hasil penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di
Atas Air dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan
Kendaraan di Atas Air diserahkan kepada daerah Kabupaten
atau Kota paling sedikit 30% (tiga puluh persen);
b. Hasil penerimaan Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
diserahkan kepada daerah Kabupaten atau Kota peling sedikit
70% (tujuh puluh persen);
c. Hasil penerimaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air
Bawah Tanah dan Air Permukaan diserahkan kepada Kabupaten
atau Kota paling sedikit 70% (tujuh puluh persen).
2. Jenis Pajak Kabupaten atau Kota
Dalam pengelolaan pemungutan pajak daerah berpedoman pada
peraturan perundang-undangan. Menurut Undang-undang No. 34 Tahun
2000 tentang Pajak Daerah dan Restribusi Daerah, menyebutkan jenis-jenis
pajak daerah terdiri dari: a) Pajak Hotel 10% (sepuluh persen); b) Pajak
Restoran 10% (sepuluh persen); c) Pajak Hiburan 35% (tiga puluh lima
persen); d) Pajak Reklame 25% (dua puluh lima persen); e) Pajak
Penerangan Jalan 10% (sepuluh persen); f) Pajak Pengambilan Bahan
Galian Golongan C 20% (dua puluh persen).Pengertian dari masing-masing
pajak tersebut menurut penjelasan Undang-undang No. 34 Tahun 2000
adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
a. Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan Hotel. Hotel adalah
bangunan yang khusus disediakan bagi orang-orang untuk dapat
menginap atau istirahat, memperoleh pelayanan, dan atau
fasilitas lain dengan dipungut termasuk bangunan lainya yang
menyatu, dikelola dan dimiliki pihak yang sama, kecuali untuk
pertokoan dan perkantoran.
b. Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan makanan. Restoran
adalah tempat menyantap makanan dan atau minimal yang
disediakan dengan dipungut bayaran, tidak termasuk jasa boga
atau catering.
c. Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan
adalah semua jenis pertunjukan, permainan, ketangkasan, dan
atau keramaian dengan nama dan bentuk apapun yang ditonton
atau dinikmati oleh setiap orang dengan dipungut bayaran, tidak
termasuk penggunaan fasilitas untuk berolah raga.
d. Pajak Reklame ada dua pengenaan pajak reklame yaitu sebagai
beikut: 1) pajak atas penyenggaraan reklame. Reklame
merupakan benda, alat perbuatan, atau media yang menurut
bentuk dan corak ragamnya untuk tujuan komersial,
dipergunaan untuk memperkenalkan, menganjurkan atau
memuji suatu barang, jasa atau orang, ataupun untuk mencari
perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau orang yang
ditempatkan atau dapat dilihat, dibaca dan atau didengarkan dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
suatu tempat umum kecuali yang perlukan oleh pemerintah. 2)
Pajak Reklame tempat reklame adalah tempat reklame diluar
badan jalan yang disediakan oleh orang pribadi atau badan, baik
yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang
disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat
penitipan kendaran bermotor dan garasi kendaraan bermotor
yang memungut bayaran.
e. Pajak penerangan jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga
listrik, dengan ketentuan bahwa diwilayah daerah tersebut
tersedia penerangan jalan, yang rekeningnya dibayar oleh
pemerintah daerah.
f. Pajak Pengambilan dan pengolahan bahan galian Golongan C
sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Selain memungut pajak, Pemerintah daerah juga bisa memungut
retribusi. Adapun yang dimaksud retribusi menurut Undang-undang No.
34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah:
Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan
daerah sebagai pembayaran atas jasa atau diberikan oleh pemerintah
daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Seperti dengan
pajak, retribusi juga ditetapkan dengan peraturan daerah. Retribusi
dipungut dengan menggunakan surat keterangan retribusi daerah atau
dokumen lain yang dipersamakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Berdasarkan hal tersebut diatas maka seharusnya masyarakat
menyadari bahwa tujuan pemungutan pajak dan retribusi adalah untuk
pembangunan daerah dan untuk lebih menegakkan kemandirian dalam
pembiayaan pembangunan daerah, sebab kemungkinan pada dasarnya
akan lebih menjamin ketahanan daerah khususnya ketahanan dibidang
ekonomi.
Kesadaran yang tinggi dalam melakukan pembayaran pajak akan
menjadikan pembangunan dapat lebih digiatkan lagi, sebaliknya apabila
masyarakat menyadari maka penerimaan atau pemasukan uang akan
berkurang, dengan sedirinya pembangunan kurang lancar. Demikian pula
penerimaan pendapatan yang dikelola oleh pemerintah terutama pajak
daerah seluruhnya untuk kepentingan daerah sendiri dan untuk
melaksanakan pembangunan daerah.
4. Pajak Reklame
Pajak reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame.
Reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang menurut bentuk
dan corak ragamnya untuk tujuan komersial. Dipergunakan untuk
memperkenalkan, menganjurkan atau memujikan suatu barang, jasa atau
orang, ataupun untuk menarik perhatian umum kepada suatu barang, jasa
atau orang yang ditempatkan atau yang dapat dilihat, dibaca dan atau
didengar dari suatu tempat oleh umum, kecuali yang dilakukan oleh
pemerintah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
4.1 Pengertian Pajak Reklame
Sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 4 tahun
2001 tentang Pajak Daerah, Pajak Reklame adalah pungutan daerah atas
penyelenggaraan reklame. Sedangkan pengertian dari reklame adalah
benda, alat, perbuatan atau media yang menurut bentuk susunan dan
corak ragamnya untuk tujuan komersial, dipergunakan untuk
memperkenalkan, menganjurkan atau memujikan suatu barang, jasa atau
orang untuk menarik perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau
orang yang ditempatkan atau yang dapat dilihat, dibaca dan atau didengar
dari suatu tempat oleh umum, kecuali yang dilakukan oleh Pemerintah.
4.2 Objek dan subjek Pajak Reklame
Objek pajak reklame di sini adalah semua penyelenggaraan
reklame.Subjek Pajak Reklame adalah orang pribadi atau Badan yang
menyelenggarakan atau melakukan pemasangan Reklame.Sementara itu,
yang dimaksud Wajib Pajak Reklame adalah Orang Pribadi atau Badan
yang menyelenggarakan Reklame yang mempunyai kewajiban untuk
membayar pajak tersebut.
4.3 Jenis-Jenis Pajak Reklame
Sebagaimana dimaksud pada Peraturan daerah No.4 Tahun 2001
tentang pajak reklame, jenis-jenis pajak reklame terdiri atas sembilan
pajak yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
a. Reklame Papan atau Bilboard
Reklame papan atau billboard adalah reklame yang
diselenggarakan dengan menggunakan bahan kayu, plastik, fibre
glass, mika, plastik kaca, batu, logam, alat penyinar atau bahan lain
yang berbentuk lampu pijar atau antara lain yang bersinar yang
dipasang pada tempat yang disediakan berdiri sendiri atau dengan
cara digantungkan atau ditempelkan.
b. Reklame Kain
Reklame kain adalah reklame yang diselenggarakan dengan
menggunakan bahan kain, dan atau bahan lain yang sejenis dengan
itu. Reklame kain contohnya adalah umbul-umbul, reklame jenis ini
sering digunakan pada acara-acara insidentiil, atau acara-acara
tertentu saja.
c. Reklame Melekat atau Stiker
Reklame Melekat atau Stiker adalah reklame yang berbentuk
lembaran lepas, diselenggarakan dengan cara diberikan atau dapat
diminta untuk ditempelkan, dipasang, pada suatu benda milik pribadi
atau prasarana umum.
d. Reklame Selebaran
Reklame selebaran adalah reklame yang berbentuk selebaran
lepas diselenggarakan dengan cara diberikan atau dapat diminta
dengan ketentuan tidak untuk ditempelkan, dilekatkan, dipasang,
digantungkan, pada suatu benda lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
g. Reklame Berjalan
Reklame berjalan adalah reklame yang berpindah dari lokasi
satu atau ke lokasi lain dengan suara atau tidak dengan suara.
Reklame pada bis yang berjalan dengan iklan ban mobil, jamu
tradisional dan mie instans adalah contoh reklame berjalan.
f. Reklame Kendaraan
Reklame kendaraan adalah reklame yang ditempatkan atau
ditempelkan pada kendaraan yang digerakkan oleh tenaga mekanik,
tenaga lain yang perusahaan dan perwakilannya berdomosili di
wilayah daaerah. Reklame jenis ini hampir sama dengan reklame
berjalan bisa kita lihat pada mobil-mobil suatu perusahaan.
g. Reklame Udara
Reklame udara adalah reklame yang diselenggarakan dengan
menggunakan gas, pesawat, atau alat lain yang sejenis. Reklame ini
digunakan pada saat insidentiil saja misalnya launching produk.
h. Reklame Suara
Reklame suara adalah reklame yang diselenggarakan dengan
menggunakan kata-kata yang diucapkan dengan atau yang
ditimbulkan dari atau oleh penggunaan alat atau pesawat apapun,
reklame jenis ini jarang sekali digunakan tetapi bukan berarti tidak
pernah, karena dirasa kurang efektif untuk berpromosi menurut
pendapat para wajib pajak maupun biro reklame.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
i. Reklame peragaan
Reklame peragaan adalah reklame yang diselenggarakan
dengan cara memperagakan suatu barang dengan atau tanpa disertai
suara.
4.4 Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak Reklame
Dasar Pengenaan dan Tarif Pajak Reklamemenurut Peraturan
Daerah Kota Surakarta No 4 Tahun 2001 tentang Dasar Pengenaan dan
Tarif Pajak adalah sebagai berikut :
a. Memperhitungkan dengan memperhatikan kawasan/zona
penempatan, jenis, jangka waktu penyelenggaraan dan ukuran media
reklame.
b. Reklame yang diselenggarakan orang pribadi atau badan yang
memanfaatkan reklame untuk kepentingan sendiri, maka nilai sewa
reklame dihitung berdasarkan besarnya biaya pemasangan,
pemeliharaan, lama pemasangan, nilai strategis lokasi reklame, jenis
reklame, ketinggian pemasangan dan ukuran media.
c. Reklame yang diselenggarakan pihak ketiga, maka nilai sewa
reklame ditentukan berdasarkan jumlah pembayaran untuk suatu
masa penyelenggaraan reklame dengan memperhatikan biaya
pemasangan, pemeliharaan, waktu, nilai strategis lokasi reklame,
jenis reklame, ketinggian pemasangan dan ukuran media.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
4.5 TataPenetapan Pajak Reklame
Terdapat beberapa tahapan dalam Tata cara penetapan pajak
reklame, sebagai berikut :
1) Langkah pertama wajib pajak akan diberikan Surat Pemberitahuan
Terutang Pajak Daerah (SPTPD) setelah wajib pajak
menyelenggarakan/atau mendirikan reklame. Wajib pajak yang
belum membayar pajak reklame akan ditetapkan sebagai pajak
terutang. Kemudian Pemerintah Daerah akan menerbitkan Surat
Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) kepada wajib pajak tersebut. Surat
Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) adalah surat keputusan yang
menentukan besarnya jumlah pajak yang terutang;
2) Selanjutnya, apabila SKPD tidak dibayar atau kurang bayar setelah
lewat waktu paling lama 30 hari sejak SKPD diterima akan
dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan dan
ditagih dengan menggunakan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD).
STPD adalah surat untuk melakukan tagihan pajak atau sanksi
administrasi berupa bunga dan denda.
3) Jika surat-surat tersebut (pada nomor 1 dan 2) tidak dipenuhi atau
tidak dihiraukan oleh wajib pajak, maka Wali Kota dapat
menerbitkan:1)Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar
(SKPDKB). SKPDKB adalah surat keputusan yang menentukan
besarnya jumlah pajak yang terutang, jumlah kredit pajak, jumlah
kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
dan jumlah yang masih harus dibayar; 2)Surat Ketetapan Pajak
Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT). SKPDKBT adalah
surat keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang
ditetapkan; 3) Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil (SKPDN).
SKPDN adalah surat keputusan yang menentukan jumlah pajak yang
terutang sama besarnya dengan kredit pajak, atau pajak tidak
terutang dan tidak ada kredit pajak.
4.6 Tata Cara Pembayaran dan Penagihan Pajak Reklame
Tata cara pembayaran dan penagihan pajak reklame menurut
Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 4 Tahun 2001 Pasal 26 sampai
pasal 31 adalah :
1. Pembayaran Pajak Reklame ini dilakukan di kas daerah atau tempat
lain yang ditunjuk oleh Wali Kota sesuai waktu yang ditentukan
dalam SPTPD, SKPD, SKPDKB, SKPDKBT dan STPD.
Pembayaran pajak harus dilakukan sekaligus atau lunas. Wali Kota
dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk
mengangsur pajak terutang dalam kurun waktu tertentu, setelah
memenuhi persyaratan yang telah ditentukan. Angsuran pembayaran
pajak harus dilakukan secara teratur dan berturut-turut dengan
dikenakan bunga sebesar 2% sebulan dari jumlah pajak yang belum
dibayar atau kurang bayar.
2. Apabila Wajib Pajak tidak memenuhi kewajiban untuk membayar
Pajak Reklame yang telah ditetapkan dalam penyelenggaraan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
reklame, maka petugas berhak melakukan penagihan. Adapun
langkah-langkah dalam penagihan adalah sebagai berikut:a) Wali
Kota akan menerbitkan Surat Teguran kepada wajib pajak yang tidak
memenuhi kewajibanya setelah 7 (tujuh) hari sejak tanggal jatuh
termpo pembayaran; b) Wali Kota akan menerbitkan Surat Paksa
kepada wajib pajak, apabila setelah 21 (dua puluh satu) hari setelah
tanggal Surat Teguran Wajib Pajak tidak melunasi pajak
terutanganya; c) Apabila pajak yang harus dibayar tidak dilunasi
dalam jangka waktu 2 x 24 jam sesudah tanggal pemberitahuan
Surat Paksa, pejabat segera menerbitkan Surat Perintah
melaksanakan penyitaan; d) Setelah dilakukan penyitaan, Wajib
Pajak belum juga melunasi hutang pajaknya setelah lewat 10
(sepuluh) hari sejak tanggal pelaksanaan Surat Perintah melakukan
penyitaan, Wali Kota mengajukan permintaan penetapan tanggal
pelelangan kepada Kantor Lelang Negara.
B. PEMBAHASAN
1. Bentuk Visualisasi dan Penataan Reklame sebagai Sarana Promosi
dalam Bentuk Videotron
a. Bentuk Visualisasi Videotron sebagai Sarana Promosi
Menurut Bedjo Sukarno (2011: 4) disebutkan bahwa, Videotron
adalah benda raksasa atau perangkat keras teknologi elektronika yang
berfungsi sebagai media informasi yang mampu mendukung percepatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
dan meningkatkan kualitas informasi. Pada era sekarang ini informasi
menjadi semacam kebutuhan hakiki bagi manusia dan mampu
menempatkan diri bagaikan primadona dan menjadi komoditas yang
sangat potensial untuk memperoleh keuntungan ideal maupun materil.
Informasi yang bersumber dari manusia dan atau peristiwa dapat diolah
atau diproduksi menjadi karya artistik, proses produksi menjadi
pendekatan artistik yang menguntungkan keindahan.
Menurut Dennis Mc Quail dalam bedjo Sukarno (2011:4)
Videotron sebagai media audio visual sangat efektif untuk penyebar
luasan informasi, karena kelebihannya inilah dimanfaatkan pemerintah
atau pihak swasta untuk menunjang program-program pembangunan
maupun pengembangan usaha bagi masyarakat pengguna produsen.
Videotron sering dikritik sebagai media yang sangat selektif dalam
menjangkau audiensinya sehingga sering dianggap juga sebagai media
lebih cocok untuk produk konsumsi masal.
Videotron merupakan model dari dunia advertising di Indonesia
yang sedang berkembang. Sebagai salah satu model atau bentuk iklan
outdoor yang cukup mahal dibandingkan dengan iklan outdoor yang
lain.Videotron adalah sebuah televisi besar yang berukuran 2 x 4 meter,
layar videotron tersebut dari sekian banyak susunan lampu LED atau
dalam bahasa Inggrisnya Light Emitting Diode dan memiliki warna yang
sangat banyak sehingga gambar yang dihasilkan seperti gambar yang
sering kita lihat di Televisi. Adapula yang hanya monocolor yaitu seperti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
yang ada di running teks atau petunjuk arah depan solo squaer atau
Poltabes jebres.
Gambar 2.1Running teks (petunjuk arah)yang berada di depan Poltabes Jebres (Dokumentasi Pinastiti, 2012)
Tayangan iklan dalam Videotron yang terletak di Manahan Solo
kebanyakan menampilkan segala macam produk rokok dari Djarum,
seperti: Djarum Black, Djarum Super, LA light dan Djarum 76, Djarum
Coklat. Iklan rokok ini menampilkan proses pembuatan rokok dari mulai
pemetikan cengkeh, tembakau, proses pengelolahan dan pembuatan.
Selain itu, Djarum juga mengiklankan kegiatan-kegiatan yang telah
dilakukan, seperti: perlombaan bulu tangkis, basket, musik, dan lain-lain.
Tak hanya itu, Djarum juga menampilkan proses pemberian beasiswa
bagi orang yang berprestasi. Tayangan-tayangan yang ditampilkan di
dalam Videotron tidak hanya untuk komersial saja tetapi juga
menampilkan tentang keanekaragaman kegiatan-kegiatan budaya yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
diselenggarakan di Solo walaupun hanya sekilas, seperti: event Sekaten,
Malem Suro, Solo Menari, Solo Batik Karnival.
Gambar 2.2 Visualisasi Bentuk Videotron yang Terletak di Manahan Solo (Dokumentasi Pinastiti, 2012)
Mungkin tayangan iklan dalam Videotron yang berada terletak di
Manahan yang menampilkan segala macam produk rokok boleh
dikatakan sebagai sebuah pendekatan produsen untuk lebih
memperkenalkan produknya kepada masyarakat. Masyarakat sebagai
konsumen akan lebih mengenal tentang produknya dan menjadi lebih
percaya karena mengetahui tentang produk tersebut secara detail. Apalagi
iklan rokok seperti yang kita semua tahu jam tayangnya di televisi sangat
dibatasi yaitu jam 22.00 WIB keatas. Sementara itu, produk rokok
merupakan produk yang memberikan kontribusi pajak terbesar pada
pemerintah. Industri rokok juga menciptakan lapangan kerja yang sangat
besar, baik secara langsung ataupun tidak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Cara beriklan seperti yang ditayangkan dalam videotron di atas
mempunyai kelebihan. Produsen bisa menampilkan beberapa produknya
hanya dalam satu tempat, tidak seperti billboard yang hanya satu produk.
Selain itu, juga lebih menarik karena merupakan sebuah model baru,
ditempatkan dalam posisi yang strategis di kawasan Manahan Surakarta
yang telah dikonsep sedemikian rupa sehingga menarik perhatian bagi
masyarakat yang melewati atau menggunakan jalan raya di sekitar
manahan tersebut. Metode promosi seperti ini diharapkan masyarakat
lebih terarah memperhatikan dan meluangkan waktunya sejenak untuk
menikmati pesan-pesan apa yang disajikan pada televisi raksasa
(videotron) tersebut sembari beristirahat.
b. Penataan Reklame sebagai Sarana Promosi dalam Videotron
Era sekarang ini kita diharapkan untuk mengetahui perkembangan
dan peristiwa yang terjadi di sekitar kita. Sehingga tidak mengherankan
bila informasi menjadi kebutuhan pokok. Untuk menunjang kebutuhan
masyarakat akan informasi yang baru dan tidak membosankan,
pemerintah daerah menyediakan tempat untuk menampilkan informasi
tersebut. Salah satu bentuk media untuk menampilkan informasi tersebut
adalah media iklan Videotron yang bisa menayangkan dan meringkas
iklan-iklan dalam satu tempat melalui media audio visual.
Pemerintah daerah Surakarta berkewajiban menata dan
menempatkan tayangan-tayangan iklan dalam videotron. Penataan
iklan/Reklame pada Videotron diatur dalam Keputusan Walikota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Surakarta Nomor 4 tahun 2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Reklame
dalam Bab III Tim Penataan dan Standarisasi reklame Pasal 3 sampai
Pasal 9, sebagai berikut:
1) Standart dan tempat pemasangan reklame diwilayah surakarta
ditetapkan oleh Tim Penataan Reklame yang disusun
keanggotaannya sebagai mana telah ditetapkan oleh tim pemasangan
reklame;
2) Tim penataan reklame bertugas untuk:
- Menentukan standart reklame yang meliputi bentuk,bahan dan
ukuran reklame. Standar reklame dalam hal ini berlaku untuk
pemasangan reklame jenis luar ruangan, baik yang disepanjang
prasarana kota maupun diluar prasarana kota. Apabila kondisi,
lokasi dan jenisnya tidak menggunakan standart reklame yang
ada, maka harus mendapatkan ijin khusus dari walikota
surakarta atau pejabat yang ditunjuk.
- Menentukan titik-titik lokasi pemasangan reklame sesuai dengan
standartisasi reklame yang ditentukan dengan pemancangan
patok reklame yang klasifikasinya diatur, sebagai berikut:
a. Patok merah: untuk board reklame dengan ukuran besar
(vedeotron).
b. Patok hijau: untuk board reklame dengan ukuran sedang.
c. Patok kuning: untuk board petunjuk arah dengan klasifikasi
sebagai berikut: 1) Single objek: pemasangan reklame
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
petunjuk arah dengan ukuran yang cukup besar dan /atau
untuk reklame yang menggunakan standarisasi logo yang
sudah dikenal; 2) Three in one : reklame petunjuk arah
dengan ukuran kecil yang pemasangannya Tiga Bojek atau
dijadikan satu.
- Menentukan besarnya kontribusi bagi reklame yang dipasang
difasilitasi umum, seperti jembatan penyeberangan, halte, pos
polisi, dan lain-lain.
- Menyusun daftar titik reklame yang berada dijalan wilayah
surakarta.
3) Titik-titik lokasi reklame dikelompokkan menjadi: 1) Jalan protokol/
utama, 2) jalan ekonomi, 3) jalan lingkungan.
2. Tata Cara Pelaksanaan Lelang Reklame dalam Bentuk Videotron di
Kota Surakarta
Langkah-langkah untuk melaksanakan pemasangan reklame yang
berbentuk Videotron harus melalui dua (2) tahapan, yaitu: 1) melalui proses
lelang, dan 2) melalui tata cara pemberian izin pemasangan reklame.
1) Proses Pelelangan
Proses pelelangan reklame dalam videotron terdiri atas:
Penjelasan Umum, Dokumen Pelelangan, Dokumen Pelelangan,
Pelaksanaan Lelang, Pelaksanaan Lelang, Penetapan Pemenang, Waktu
Pembayaran, Hak dan Kewajiban Pengelola.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
a. Penjelasan Umum
Penjelasan umum terdiri atas: Dasar Hukum, Ketentuan
Umum, Nama Pekerjaan, Pemberi Kerja, Harga Dasar, Ruang
Lingkup, Masa Kelola Titik Reklame, Calon Peserta Lelang Harus
Memenuhi Syarat-Syarat, Waktu Tempat Pendaftaran dan
Pengambilan RKS Lelang, Batas Akhir Pendaftaran dan
Pengambilan RKS Lelang, Verifikasi Data.
1) Dasar Hukum
Dasar Hukum pelaksanaan leleng terdiri dari 7 Peraturan
Daerah dan 1 Keputusan Walikota Surakarta, yaitu : 1)
Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta; 2) Peraturan
Daerah Kota Surakarta Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Pengelolaan Barang Milik Daerah; 3) Peraturan Daerah Kota
Surakarta Nomor 7 Tahun 2009 tentang Retribusi Pemakaian
Kekayaan Daerah; 4) Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 8
Tahun 2009 tentang Bangunan; 5) Peraturan Daerah Kota
Surakarta Nomor 14 Tahun 2010 tentang Anggaran Pendapatan
dan Belanja Tahun 2011; 6) Peraturan Daerah Kota Surakarta
Nomor 4 Tahun 2011 tentang pajak Daerah; 7) Peraturan
Walikota Surakarta Nomor 16 Tahun 2010 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 7 Tahun
2009 tentang retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah (Berita
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Daerah Kota Surakarta Tahun 2010 Nomor 20); dan 8)
Keputusan Walikota Surakarta Nomor 510.1/45/1/2011 tentang
Penetapan Harga Dasar Lelang Titik Lokasi Pemasangan
Reklame.
2) Ketentuan Umum
Ketentuan Umum dalam pelaksanaan lelang yang
termuat dalam RKS. Dalam peraturan RKS ini yang dimaksud
dengan: a) Reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media
yang bentuk dan corak ragamnya dirancangan untuk tujuan
komersial memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan
atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa,
orang atau badan yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan,
dan/atau dinikmati oleh umum; b) Pajak Reklame adalah pajak
atas penyelenggaraan reklame; c) Retribusi pemakaian
Kekayaan Daerah yang selanjutnya disingkat retribusi adalah
pungutan daerah atas pemakaian kekayaan daerah; d) Titik
Lokasi Reklame adalah tata letak tepatnya tempat pemasangan
reklame pada suatu lokasi penggalan jalan dan penentuan
standar reklame yang dipasang pada tempat itu; e) Dinas yang
menyelenggarakan pelelangan reklame adalah Dinas
Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta
(DPPKA). Jenis-jenis reklame yang dilelang oleh DPPKA
meliputi: 1) Reklame papan/ billboard/videotron/megatron dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
sejenisnya; 2) Reklame kain; 3) Reklame melekat atau stiker; 4)
Reklame selebaran; 5) Reklame berjalan, termasuk pada
kendaraan; 6) Reklame udara; 7) Reklame apung; 8) Reklame
suara; 9) Reklame film/slide; 10) Reklame peragan, dan 11)
Reklame lainnya.
3) Nama Pekerjaan
Nama proyek pekerjaan dalam pelaksanaan pelelangan
adalah Pengelolaan Titik Lokasi Pemasangan Reklame Kota
Surakarta.
4) Pemberi Kerja
Pemberi Kerja dalam pelaksanaan pelelangan reklame
adalah Kepala Dinas Pendaptan, Pengelolaan Keuangan dan
Aset Kota Surakarta.
5) Harga Dasar
Harga Dasar titik lokasi reklame sebagaimana Keputusan
Walikota Surakarta Nomor 510.1/45/1/2011 tentang Penetapan
Harga Dasar Lelang Titik Lokasi Pemasangan Reklame.
6) Ruang Lingkup
Ruang Lingkup titik lokasi reklame meliputi pengelolaan
titik lokasi / lahan reklame sebagaimana media iklan luar ruang
yang terletak di atas tanah hak pakai /milik Negara.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
7) Masa Kelola Titik Reklame
Masa pengelolaan titik lokasi reklame oleh pemenang
selama 1 (satu) tahun, terhitung sejak dimulainya masa
pengelolaan yang ditetapkan dalam Surat Perjanjian Kerja.
8) Calon Peserta Lelang Harus Memenuhi Syarat-syarat.
Calon Peserta lelang harus memenuhi syarat-syarat: 1)
Peserta yang dapat mengikuti lelang adalah Perusahaan yang
memiliki Akta Pendirian dan /atau SIUP dan TDP di bidang
periklanan yang masih berlaku; 2) Persyaratan calon peserta
lelang meliputi: a. Data Perusahaan dengan melampirkan :
Fotocopy Akta Pendirian dan atau SIUP dan TDP yang masih
berlaku, Foto Copy KTP atas diri Pimpinan, Identitas Pribadi
pemilik/penanggung jawab Perusahaan; b. Surat Keterangan dari
DPPKA Kota Surakarta bahwa perusahaan tidak kena sanksi
untuk mengikuti lelang titik lokasi reklame; c. Perusahaan
menyampaikan surat pernyataan minat untuk mengikuti lelang
sesuai titik loksai yang dikehendaki dengan dibubuhi materai Rp
6.000,00; d. Peserta lelang menyerahkan uang jaminan
penawaran lelang (tunai) pada saat calon peserta lelang
mendaftarkan diri, dengan ketentuan : Jaminan sebesar Rp
5.000.000,00 (lima juta rupiah)per titik lokasi untuk pendaftaran
sampai dengan 5 (lima) titik lokasi, Jaminan sebesar Rp
4.000.000,00 (empat juta rupiah) per titik lokasi untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
pendaftaran 6 (enam) sampai dengan 10 (sepuluh) titik lokasi,
Jaminan sebesar Rp 3.000.000,00 (tiga juta rupiah) per titik
lokasi untuk pendaftaran lebih dari sepuluh titik loksi.
9) Waktu Tempat Pendaftaran dan Pengambilan RKS Lelang
Waktu pendaftaran dan pengambilan RKS bias diambil
di CSO (lantai dasar) DPPKA Kota Surakarta Jl. Jend. Sudirman
No.2 Surakarta dengan ketentuan waktu yang telah ditentukan.
10) Batas Akhir Pendaftaran dan Pengambilan RKS Lelang
Batas pendaftaran dan pengambilan RKS sesuai dengan
ketentuan yang telah ditentukan.
11) Verifikasi data perusahaan
Dokumen perusahaan akan diverifikasi oleh Panitia
Lelang.
b. Dokumen Pelelangan
Dokumen pelelangan terdiri atas: Penjelasan Pekerjaan, dan
Waktu Pemberian Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing).
1) Penjelasan Pekerjaan
Penjelasan Pekerjaan, antara lain: a) Pada saat
dilaksanakannya Aanwijzing Panitia Lelang akan menanggapi
setiap permohonan klarifikasi yang diajukan oleh calon peserta
lelang; b) Selain tanggapan dari Panitia Lelang akan dituangkan
dalam Berita Acara Aanwijzing dan merupakan Addendum
RKS; c) Setiap Addendum yang dikeluarkan merupakan bagian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
dari RKS Lelang titik lokasi reklame; d) Calon peserta lelang
yang tidak hadir dalam pelaksanaan aanwijzing dianggap
menerima keputusan aanwijzing.
2) Waktu Pemberian Penjelasan Pekerjaan (Aanwijzing)
Waktu Pemberian Penjelasan Pekerjaan
(Aanwijzing)akan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dari
panitia penyelenggara lelang.
c. Pelaksanaan Lelang
Pelaksanaan lelang terdiri dari: tata cara pelaksanaan lelang,
waktu pelaksanaan lelang, dan peserta lelang terlambat.
1) Tata cara pelaksanaan lelang
Tata cara pelaksanaan lelang antara lain : a) Lelang
setiap titik lokasi reklame akan dilaksanakan apabila diikuti
sekurang-kurangnya 1 (satu) peserta lelang yang ditentukan
melalui pendaftaran kepada penyelengara; b) Lelang
dilaksanakan dengan system penawaran terbuka dengan
ketentuan menambah nilai penawaran minimal kelipatan Rp
2.000.000,00 (dua juta rupiah dari harga dasar; c) Setiap peserta
lelang wajib melakukan penawaran terhadap titik lokasi yang
menikmati/diikuti; d) Penawaran pertama sebagimana
dimaksudkan pada ayat (2) bahwa setiap peserta lelang terhadap
titik lokasi yang diminati/diikuti dengan ketentuan maksimal 3
(tiga) point atau sebesar Rp 6.000.000,00 (enam juta rupiah) dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
harga penawaran terakhir; e) Bagi peserta lelang : Apabila tidak
melakukan penawaran, maka uang jaminan penawaran yang
telah disetor dinyatakan hangus dan masuk kekas daerah;
Mengundurkan diri pada waktu aanwijzing / tahapan lelang
selanjutnya uang jaminan penawaran yang telah disetor
dinyatakan hangus dan masuk kekas daerah; Mengundurkan diri
sebelum aanwijzing maka uang jaminan penawaran
dikembalikan; Peserta lelang yang mengundurkan diri harus
menyampaikan surat pernyataan pengunduran diri.
2) Waktu Pelaksanaan Lelang
Waktu pelaksanaan lelang akan diselenggarakan sesuai
yang telah ditetapkan oleh panitia lelang.
3) Peserta Lelang terlambat
Peserta lelang hadir pada waktu dimulainya pelaksanaan
lelang, apabila peserta lelang terlambat mengahadiri
pelaksanaan lelang terhadap titik lelang yang diikuti, dianggap
mengundurkan diri dan jaminan lelang dinyatakan hangus dan
disetor ke kas daerah.
d. Penetapan Pemenang
Penetapan pemenang sebagai berikut: Kriteria Pemenang,
Penetapan Pemenang, Penandatangan kontrak, Pelelangan gagal,
Penunjukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
1) Kriteria Pemenang
Panitia Lelang akan mengusulkan calon pemenang lelang
titik reklame dengan penawaran tertinggi sebagai pengelola titik
lokasi reklame.
2) Penetapan Pemenang
Panitia lelang menyampaikan usulan calon pemenang
lelang titik lokasi reklame kepada Kepala Dinas Pendaptan
Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta untuk
ditetapkan sebagai pengelolaan titik lokasi reklame baliho;
Kepala Dinas Pendaptan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota
Surakarta menetapkan pemenang lelang; Bagi pemenang lelang
Uang jaminan lelang akan ditempatkan sebagai dari pelunasan;
Bagi yang tidak memenangkan lelang, uang jaminan lelang
dapat diambil kembali setelah pelaksanaan lelang, pengambilan
terakhir paling lambat 5 hari kerja setelah lelang, di Dinas
Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta
pada jam kerja; Apabila uang jaminan tidak diambil dalam batas
waktu yang telah ditentukan maka uang jaminan dinyatakan
hangus dan masuk ke kas Daerah.
3) Penandatangan kontrak
Selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari kerja setelah
calon pengelolaan menerima Surat Ketetapan pengelolaan titik
lokasi reklame baliho, calon pengelola harus menandatangani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Surat Perjanjian Kontrak di Dinas Pendapatan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Kota Surakarta.
4) Pelelangan gagal
Pelelangan di suatu titik lokasi reklame dinyatakan gagal
apabila tidak ada peserta lelang yang mengikuti / berminat pada
titik lokasi tersebut.
5) Penunjukan
Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan
Aset Kota Surakarta atas nama Walikota Surakarta dapat
menunjuk langsung pengelola titik lokasi reklame apabila : a)
Titik lokasi yang dilelang minimal pada tahap pertama dan tahap
kedua tidak laku terjual; b) Pemenang lelang tahap kedua
mengundurkan diri; c) Penunjukan langsung sehubungan dengan
tersebut pada huruf a dan b, dilakukan melalui negosiasi diatas
harga dasar yang ditetapkan oleh Walikota.
e. Waktu Pembayaran
Waktu pembayaran pelunasan harga penawaran lelang terdiri
dari: a)Pemenang lelang diharuskan membayar lunas sesuai harga
penawaran dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah ditetapkan
sebagai pemenang lelang; b) Pemengang lelang sebagaimana
dimaksud pada huruf a sampai dengan batas waktu yang ditentukan
tidak membayar lunas maka Pemenang lelang dinyatakan
mengundurkan diri, dan akan dilakukan lelang ulang apabila titik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
lelang reklame hanya diikuti oleh satu orang peserta lelang.
Pemenang lelang dinyatakan mengundurkan diri, dan hak
pengelolaan titik lelang reklame akan dialihkan kepada pemenang
lelang kedua apabila titik lelang reklame diikuti lebih dari satu
peserta lelang; c) Apabila pemanang lelang tidak melaksanakan
sebagimana huruf a maka uang jamian penawaran dinyatakan hangus
dan disetorkan ke Kas Daerah serta tidak diperbolehkan untuk
mengikuti lelang titik lokasi reklame yang diselengarakan
Pemerintah Kota Surakarta sebanyak 3 (tiga) kali pelaksanaan
lelang.
f. Hak Dan Kewajiban Pengelola
Hak Pemenang Lelang, bagi pemenag lelang yang telah
membayar lunas harga penawaran lelang, uang jaminan
pembongkaran konstruksi dan kewajiban lain diberikan hak, sebagai
berikut: a) Menerima Surat Ketetapan sebagai Pemenang Lelang; b)
Hak pengelolaan titik lokasi reklame termasuk perijinan
penyelenggaraan reklame baliho selama waktu 1 (satu) tahun; dan c)
Mendapatkan perlindugan apabila terjadi permasalahan non teknis
berkaitan dengan pengelolaan titik lokasi.
Kewajiban Pemenang lelang/pengelola, terdiri atas:
1)Memelihara kebersihan dan keindahan lingkungan disekitar
tempat/lokasi reklame; 2) Memenuhi standard untuk
bangunan/konstruksi pemasangan reklame baliho; 3) Melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
pemeliharaan secara rutin agar konstruksi terjaga keamanannya; 4)
Melaporkan kepada Dinas Pendapatan, Pengelolaan keuangan dan
Aset, agar pada saat akan dimulainya kegiatan pemasangan Reklame
didampingi Tim Teknis/ Penertib Reklame yang dibentuk oleh Dinas
Pendaptan Pengelolaan Keuangan dan Aset Kota Surakarta; 5)
Membayar pajak reklame, Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah,
Retribusi Ijin Mendirikan Bangunan undangan yang berlaku; 6)
Mengasuransikan atas resiko pemasangan yang mengakibatkan
kerugian harta benda, jiwa maupun masyarakat; 7) Menutup
kerangka papan reklame yang kosong/belum laku terjual dengan
kain atau sejenisnya yang bertuliskan iklan layanan masyarakat,
diantaranya tema-tema: Solo The Spirit Of Java, Solo Kreatif Solo
Sejahtera, Solo Kota Budaya, Solo Berseri, dan Solo Kota Vokasi.
Pengalihan hak kelola, Pengelola titik lokasi reklame dapat
mengalihkan hak kelolanya kepada pihak ketiga dengan persetujuan
Kepala Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset.
Sanksi akan diberikan: a. Apabila terjadi pelanggaran
terhadap ketentuan sebagaimana 1)Memelihara kebersihan dan
keindahan lingkungan disekitar tempat/lokasi reklame; 2) Memenuhi
standard untuk bangunan/konstruksi pemasangan reklame; 3)
Melakukan pemeliharaan secara rutin agar konstruksi terjaga
keamanannya; 4) Melaporkan kepada Dinas Pendapatan,
Pengelolaan keuangan dan Aset , agar pada saat akan dimulainya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
kegiatan pemasangan Reklame didampingi Tim Teknis/Penertib
Reklame yang dibentuk oleh Dinas Pendaptan Pengelolaan
Keuangan dan Aset Kota Surakarta; 5) Membayar pajak reklame,
Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah, Retribusi Ijin Mendirikan
Bangunan undangan yang berlaku; 6) Mengasuransikan atas resiko
pemasangan reklame yang mengakibatkan kerugian harta benda,
jiwa maupun masyarakat; 7) Menutup kerangka papan reklame yang
kosong/belum laku terjual dengan kain atau sejenisnya yang
bertuliskan iklan layanan masyarakat, diantaranya tema-tema: Solo
The Spirit Of Java, Solo Kreatif Solo Sejahtera, Solo Kota Budaya,
Solo Berseri, dan Solo Kota Vokasi, maka kepada yang
bersangkutan dikenakan sanksi tidak diperbolehkan untuk mengikuti
lelang titik lokasi reklame yang diselenggarakan Pemerintah Kota
Surakarta sebanyak 3 (tiga) kali pelaksanaan lelang; b. Apabila
dalam masa pengelolaan terjadi pelanggaran-pelanggaran ketentuan-
ketentuan yang berlaku maka pengelola dikenakan sanksi hukum
yang berlaku.
2. Tata Cara Pemberian Izin Pemasangan Reklame
Tata cara pemberian izin pemasangan reklame diatur dalam
Peraturan daerah No.4 Tahun 2001 tentang pajak reklame. Untuk
mendapatkan izin pemasangan reklame (Billboard, Videotron, reklame-
reklame yang ukuran, bentuk, dan jenisnya memenuhi standartisasi)
pemohon harus mengajukan permohonan kepada Walikota melalui
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Pemerintah Daerah (PEMDA). Pemohon harus mengisi formulir yang
telah disiapkan dengan melampirkan persyaratan administrasi, sebagai
berikut:
a. Izin pemasangan reklame baru:
1. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk (KTP)
2. Fotocopy Pajak Bumi dan Bangunan untuk pemasangan bukan
diatas tanah/bangunan milik pemerintah kota
3. Fotocopy Akta Pendirian perusahaan
4. Gambar rencana reklame dan perhitungan konstruksi
5. Rencana Anggaran Biaya (RAB) 1(satu) rangkap
6. Surat pernyataan bahwa lokasi/tanah tidak dalam keadaan
sengketa (untuk pemasangan di luar daerah milik jalan),
diketahui lurah dan camat setempat
7. Surat pernyataan bahwa lokasi tidak merusak jalan/tidak
menggangu arus lalu lintas jalan/tidak menggangu keindahan
kota (untuk pemasangan di daerah milik jalan), diketahui Ketua
Tim Penataan dan Penertiban Reklame Kota Surakarta.
b. Perpanjangan Izin Pemasangan reklame:
1. Fotocopy izin reklame (lama)
2. Fotocopy bukti pembayaran pajak dan retribusi.
Pemerintah Daerah melakukan penelitian berkas atau persyaratan
pemohon sebagimana dimaksud dan apabila telah memenuhi persyaratan,
maka Pemerintah Daerah paling lambat 2 (dua) hari setelah menerima
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
permohonan dilanjutkan dengan berkas permohonan kepada Tim
Penetaan dan Penertiban Reklame Kota untuk mendapatkan rekomendasi
dengan menggunakan format yang disediakan oleh Pemerintah Daerah.
Sebelum mengeluarkan rekomendasi Tim Penataan dan Penertiban
Reklame Kota melakukan peninjauan lapangan dengan memperhatikan
syarat-syarat teknis, antara lain: a) Situasi tata/letak rencana reklame; b)
Bentuk, ketinggian dan ukuran rencana reklame memenuhi syarat
struktur dan tata ruang kota; c) Bahan kontruksi dari baja,beton dan
sejenisnya; d) Instalasi listrik,instalsi penangkal petir dan
perlengkapannya; e) Mencegah gangguan pandangan lalu lintas,
keamanan dan keselamatan umum.
Hasil pelaksanaan peninjauan lapangan dituangkan dalam Berita
Acara Paninjauan Lapangan (BAPL) yang merupakan salah satu
lampiran rekomendasi. Tim Penataan dan Penertiban Reklame Kota
Surakarta mengeluarkan Rekomendasi selambat-lambatnya 4 (empat)
hari kerja disampaikan kepada Bidang Pendaftaran, Pendataan dan
Dokumentasi DPPKA Surakarta yang berisi mengenai terpenuhinya
syarat tehnis untuk diproses pemeberian pajak dan izinnya, dan
penetapan besarnya pungutan dan dasar pengenaan retribusi daerah.
Apabila dalam batas waktu yang telah ditentukan tidak juga
mengeluarkan rekomendasi maka Ketua Tim wajib menyampaikan
secara tertulis alasan-alasan sehingga rekomendasi tidak dikeluarkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Rekomendasi merupakan persyaratan penertiban Izin Pemasangan
Reklame yang berisi mengenai data dasar dan pengenaan pajak reklame
dan retribusi penggunaan tanah dan bangunan untuk pemasangan
reklame kepada yang bersangkutan (pemohon). Pemerintah Daerah atau
DPPKA menerima rekomendasi dari Penataan dan Penertiban Reklame
Kota dalam rangkap 3 (tiga) yang terdiri dari: a) Rekomendasi asli
sebagai arsip DPPKA Kota Surakarta; b) Masing-masing salinan
rekomendasi, untuk: 1) Salinan pertama disampaikan kepada pemohon;
2) Salinan kedua sebagai arsip pada unit tehnis bersangkutan.
Bidang Pendaftaran, Pendataan dan Dokumentasi DPPKA
Surakarta menyampaikan kepada pemohon melalui jasa Kantor Pos atau
melalui telpon bahwa berkas pemohon telah memenuhi syarat-syarat
untuk diterbitkan izinnya dan yang bersangkutan (pemohon) diundang
untuk memenuhi kewajibannya. Berdasar penyampaian tersebut
pemohon memenuhi kewajibannya dengan membayar pajak reklame
berserta retribusi penggunaan tanah dan bangunan untuk pemasangan
reklame kemudian menyetorkan ke Dinas Pendapatan Daerah Kota
Surakarta.
Setelah pemohon menyelesaikan kewajibannya dengan membayar
biaya izin, maka izin asli disampaikan kepada pemohon dalam tempo
1x24 jam (satu hari) dari tanggal penerimaan pelunasan pembayaran
kewajiban pemohon. Izin dimaksud berkepentingan untuk: a) Asli untuk
pemohon yang bersangkutan; b) Salinan satu untuk dinas tehnis yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
bersangkutan; c) Salinan dua untuk camat/lurah yang bersangkutan; d)
Salinan ketiga untuk arsip. Proses penyelesaian Izin Pemasangan reklame
adalah 6 (enam) hari kerja
3. Cara Perhitungan Besarnya Pajak Reklame dalam Bentuk Videotron di
Kota Surakarta
Cara perhitungan besarnya pajak reklame dalam bentuk videotron di
Kota Surakarta diatur dalam Peraturan Walikota Surakarta Nomor 10-A
Tahun 2009 tentang Perubahan ketiga atas keputusan walikotamadya daerah
tinggat II surakarta nomor 03/DRT/1999 tentang pedoman pelaksanaan
reklame. Keputusan Penetapan NJOP reklame, khusus untuk Reklame
Videotron Nilai NJOP Reklame dihitung berdasarkan tata cara perhitungan
sebagai berikut :
Biaya Pembuatan = Biaya Konstruksi + Biaya Mecanical Elektrical (ME)
Biaya Pemeliharaan per tahun = 2% x (biaya pembuatan)
4. Pemungutan Pajak Reklame dengan Media Vedeotron
Pengertian Pemungutan menurut Undang-undang Nomor 34 tahun
2000 adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari menghimpun data obyek
pajak dan subjek pajak, penentuan besarnya pajak terutang sampai kegiatan
penagihan pajak kepada Wajib Pajak serta pengawasan penyetoran. Dalam
Biaya Pembuatan + Biaya Pemeliharaan per tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
tugas akhir ini penulis ingin menjabarkan bagaimana tata cara pemungutan
pajak reklame dengan media videotron. Proses pemungutannya sama seperti
pajak reklame, yaitu atas dasar Keputusan Walikota Surakarta Nomor 4
Tahun 2001 Tentang Pedoman Pelaksanaan Reklame dalam Bab X tentang
tata cara pembayaran dan penagihan pasal 26-31, sebagai berikut:
Tata Cara Pembayaran
Setiap penyelenggara reklame akan diterbitkan Surat Keputusan oleh
Dinas Pendapatan Daerah atau pejabat yang ditunjuk yang meliputi SKPD
Reklame dan SKRD Reklame selain itu Wajib Pajak diharuskan membayar
Uang Jaminan Pembongkaran Reklame. Jika semua Surat Keputusan ini telah
dibayar lunas maka izin pemasangan reklame akan diterbitkan, pembayaran
ini dilaksanakan dimuka. Tanda bukti pembayaran pemasangan reklame
diberikan berupa Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD) dan bagi reklame yang
dipasang diatas tanah yang dikuasai Daerah tanda bukti Surat Setoran
Retribusi Daerah (SSRD). Pembayaran ini dilakukan dibendaharawan khusus
penerima daerah pada Dinas Pendapatan Daerah.
Tata Cara penagihan
Apabila wajib pajak tidak memenuhi kewajiban membayar pajak
reklame dan biaya-biaya lain yang telah ditetapkan maka petugas Dinas
Pendapatan Daerah melakukan penagihan. Penagihan dilakukan dengan
menyampaikan surat peringatan atau surat tegoran sampai dengan surat paksa
yang diterbitkan oleh Dinas Pendapatan Daerah. Jatuh tempo pembayaran
Surat Peringatan atau Surat Tegoran sampai dengan penerbitan Surat Pakasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
adalah 21 hari, apabila kewajiban yang harus dibayar tidak dilunasi dalam
jangka waktu 2 kali 24 jam sesudah tanggal surat paksa maka akan
diterbitkan surat perintah pembongkaran.
5. Opini Pemasangan Videotron di Jalan Protokol Brig. Jend. Slamet
Riyadi
Berbicara permasalahan penataan reklame di Kota Surakarata
memegang tidak pernah selesai. Meski kasus tersebut sudah sejak dulu
mencuat, namun hingga saat ini belum ditemukan titik terang. Pemerintah
Daerah mempunyai wacana yang termuat dalam kabar berita tentang akan
dibangunnya videotron di jalan Slamet Riyadi, disebabkan oleh banyaknya
titik-titik reklame di jalan protokol Brig. Jend. Slamet Riyadi yang
menggangu lalu lintas dan merusak pemandangan.
Gambar 2.3. Kesemrawutan reklame di jalan protokol Brig. Jend. Slamet Riyadi (Dokumentasi Pinastiti, 2012).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Sekilas kabar berita yang ada dimedia massa (koran) memberitakan
isu dibangunnya videotron di Jalan Brig. Jend Slamet Riyadi Surakarta,
antara lain:
“Surat kabar Sepanjang Jalan Slamet Riyadi Akan Dibangun
Videotron”, SOLO, tanggal 22 Februari 2012 | 17:00
WIB,suaramerdeka.com,diunduh tanggal 22 maret 2012
DPRD sepakat Jalan Slamet Riyadi dibangun videotron. Media ini
dibangun untuk menggantikan reklame-reklame yang ada. Wali Kota Joko
Widodo (Jokowi) pernah menyampaikan jalan yang menjadi ikon Kota
Bengawan itu dihiasi dengan videotron. Menurutnya, keberadaan videotron
akan meringkas semua reklame-reklame yang besar di Jalan Slamet Riyadi
dan diganti dengan videotron.Disinggung mengenai penataan reklame secara
luas di Surakarta, untuk menindaklanjuti hal itu pansus tengah menunggu
kajian dari tim bentukan Pemkot. Tim tersebut akan melakukan analisa dan
penentuan zona-zona reklame di Surakarta. ( Budi Sarmun S / CN31 /
JBSM ).
“Wow Empat Videotron Bakal Nangkring di Slamet Riyadi”Rabu,
22/02/2012 06:00 WIB, PT JOGLOSEMAR PRIMA MEDIA, diunduh
tanggal 22 maret 2012
KARANGASEM-Jalan Slamet Riyadi direncanakan dilengkapi tiga
hingga empat videotron. Media tersebut disampaikan sebagai pengganti
reklame-reklame yang saat ini terpasang di jalan tersebut. Pemkot dalam hal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
ini Walikota Surakarta, Joko Widodo (Jokowi) berencana melengkapi jalan
yang menjadi ikon Kota Bengawan itu dengan Videotron.”Dulu Pak Wali
sempat mengatakan akan meeringkas semua reklame-reklame yang besar di
jalan Slamet Riyadi dan diganti dengan Videotron. Kalau tidak salah tiga atau
empat buah,”kata Honda kepada Joglosemar, selasa (21/2).
Berikut tanggapan masyarakat (pelajar, pedangang, maupun
mahasiswa dan DPPKA) berdasarkan kabar berita yang ada di surat kabar
tentang isu dibangunnya videotron di Jalan Brig. Jend Slamet Riyadi
Surakarta tersebut di atas dan penempatan videotron di Manahan saat ini
(wawancara, 27 mei 2012).
1) Videotron di Manahan sudah tepat tetapi sebaiknya ditempatkan ditepi
jalan. Karena penempatan videotron di Manahan menggangu pandangan
masyarakat yang melewati jalan persimpangan dan tanyangannya
mengalihkan pandangan orang yang kebetulan melewati jalan tersebut.
2) Jika penempatan videotron diletakkan di jalan Brig. Jend Slamet Riyadi
akan lebih bagus, karena jalan tersebut lebih strategis dan lebih komersil.
3) Menurut DPPKA penempatan videotron di Manahan sudah tepat. Dari
jarak jauh masyarakat pengguna jalan sudah bisa melihat tanyangan iklan
di dalam videotron, dan durasi untuk menonton tayangan yang ada lebih
lama. Kalau dibandingkan di Jalan Brig. Jend Slamet Riyadi waktu untuk
melihat cuplikan tayangan iklan yang ada sangat singkat karena lampu
Traffic light durasinya sangat singkat. Dan jalan Brig. Jend Slamet
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Riyadi hanya satu arah sehingga masyarakat pengguna jalan tersebut
hanya bisa menikmati tayangan iklan sebentar.
Sebagai gambaran perbandingan dan referensi serta apresiasi tentang
videotron. Berikut penempatan videotron yang ada di kota Jogjakarta: 1)
Penempatan videotron selalu ada di setiap sudut jalan yang sering dilalui
masyarakat pengguna jalan di Yogyakarta; 2) Bahkan di pusat halaman mol
ada videotron walau berbentuk kecil sehingga orang bisa melihat tayangan-
tayangan iklan secara santai.
Gambar 2.4. Penempatan videotron di sudut jalan dan halaman mol di Jogyakarta (Dokumentasi Pinastiti, 2012)