48
Novianty Syahfitri : Pengaruh Berat Dan W aktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, 2009. USU Repository © 2009 PENGARUH BERAT DAN WAKTU PENYEDUHAN TERHADAP KADAR KAFEIN DARI BUBUK TEH SKRIPSI NOVIANTY SYAH FITRI 040802047 DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008

tanin

Embed Size (px)

Citation preview

  • Novianty Syahfitri : Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, 2009. USU Repository 2009

    PENGARUH BERAT DAN WAKTU PENYEDUHAN TERHADAP KADAR

    KAFEIN DARI BUBUK TEH

    SKRIPSI

    NOVIANTY SYAH FITRI

    040802047

    DEPARTEMEN KIMIA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    MEDAN

    2008

  • Novianty Syahfitri : Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, 2009. USU Repository 2009

    PENGARUH BERAT DAN WAKTU PENYEDUHAN TERHADAP KADAR

    KAFEIN DARI BUBUK TEH

    Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

    SKRIPSI

    NOVIANTY SYAH FITRI

    040802047

    DEPARTEMEN KIMIA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    MEDAN

    2009

  • Novianty Syahfitri : Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, 2009. USU Repository 2009

    PERSETUJUAN

    Judul : PENGARUH BERAT DAN WAKTU

    PENYEDUHAN TERHADAP KADAR KAFEIN DARI BUBUK TEH

    Kategori : SKRIPSI Nama : NOVIANTY SYAH FITRI Nomor Induk Mahasiswa : 040802047 Program Studi : SARJANA (S1) KIMIA Departemen : KIMIA Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

    ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    Disetujui di Medan, Maret 2009

    Komisi Pembimbing : Pembimbing II Pembimbing I

    (DR. Pina Barus, MS) (Drs. Chairuddin, MSc) NIP 130 872 292 NIP 131 653 992

    Diketahui Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,

    (DR.Rumondang Bulan,MS) NIP 131 459 466

  • Novianty Syahfitri : Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, 2009. USU Repository 2009

    PERNYATAAN

    PENGARUH BERAT DAN WAKTU PENYEDUHAN TERHADAP KADAR KAFEIN DARI BUBUK TEH

    SKRIPSI

    Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya. Medan, Maret 2009 NOVIANTY SYAH FITRI

  • Novianty Syahfitri : Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, 2009. USU Repository 2009

    PENGHARGAAN

    Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

    rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

    penelitian dan penulisan skripsi ini yang berjudul : PENGARUH BERAT DAN

    WAKTU PENYEDUHAN TERHADAP KADAR KAFEIN DARI BUBUK TEH.

    Penulis mengucapkan terima kasih sedalam dalamnya kepada kedua orang

    tua penulis yang sangat penulis sayangi, ayahanda Syahduar dan ibunda Yurisma

    yang telah mengayomi, memberikan kasih sayang yang terhingga, dukungan moral

    dan material, serta kakak penulis Eka Diliana.

    Dengan segala kerendahan hati penulis juga mengucapkan terima kasih

    kepada:

    1. Bapak Drs. Chairuddin, M.Sc selaku dosen pembimbing I dan Bapak DR. Pina

    Barus, MS selaku dosen pembimbing II yang telah mengarahkan penulis

    selama penelitian hingga selesainya penulisan skripsi ini.

    2. Ibu DR. Rumondang Bulan Nst, MS dan Bapak Drs. Firman Sebayang, MS

    sebagai ketua dan sekretaris Departemen Kimia FMIPA USU yang turut

    memberikan pengarahan dan mensahkan skripsi ini.

    3. Ibu Dra. Yugia Muis, M.Si selaku dosen wali, Dekan Dan Pembantu Dekan

    serta selutuh dosen dan staff Departemen Kimia FMIPA USU.

    4. Sahabat sahabatku : Mona, Atun, Ina, Tarra, Rina, Sari, Kiki, Yeni, Iva,

    Wilda, Sri, Ridwan dan juga my best friend di kos : Mala dan Neni.

    5. Seluruh asisten LIDA yang telah membantu : Via, Novrida, Dina, Rivan, Soni,

    Ando, Fatma, Yani, Afrima, Widya, Hendi, Eko, Yuki, Reni, Deasy, dan Ani.

    6. Seluruh temen teman stambuk 2004 dan selruh adik adik stambuk 2005,

    2006, khususnya 2007.

    7. Seluruh laboran : kak Via, Kak Mas, mas Gun, Ayu, bang Edi yang telah

    membantu dalam penelitian.

    8. Dan semua pihak yang telah membantu penulis.

  • Novianty Syahfitri : Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, 2009. USU Repository 2009

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu

    penulis mangharapkan masukan dan saran untuk kesempurnaan skripsi agar dapat

    bermanfaat bagi siapa saja yang membaca skripsi ini.

    Medan, April 2009

    Penulis

    Novianty Syah Fitri

  • Novianty Syahfitri : Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, 2009. USU Repository 2009

    ABSTRAK

    Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh berat dan waktu penyeduhan terhadap kadar kafein dari bubuk teh. Kafein dipisahkan dari bubuk teh dengan variasi berat 1, 2, dan 3 gram dengan cara menyeduhnya di dalam air panas selama 2, 4, dan 6 menit, kemudian kafein yang terlarut di dalam air diekstraksi dengan kloroform dan ekstraksnya diuapkan untuk memperoleh kafein. Penentuan kadar kafein secara spektrofotometri UV di ukur pada panjang gelombang 273,5 nm. Dari hasil penelitian, dapat diketahui bahwa semakin banyak bubuk teh yang digunakan dan semakin lama waktu penyeduhan akan meningkatkan kadar kafein. Kadar kafein optimum dari penelitian ini adalah 20,2955 mg (1,01%) yang terdapat pada bubuk teh Bendera dengan berat 2 gram dan waktu penyeduhan selama 6 menit.

  • Novianty Syahfitri : Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, 2009. USU Repository 2009

    THE INFLUENCE OF WEIGHT AND SOAKING TIME TO THE CAFFEINE OF TEA POWDER

    ABSTRACT

    The influence of weight and soaking time to the caffeine of tea powder has been studied. Caffeine was separated from tea powder with variation of weight about 2, 4, and 6 gram by soaking it in the hot water for duration 2, 4, and 6 minutes, then the soluble caffeine in the water was extracted with chloroform and the extract was evaporated to obtain caffeine. The concentration of the caffeine was measured spectrophotometricaly at wave lenght 273.5 nm. The results of the study show that more tea powder that used and more soaking time would increase the content of caffeine. The optimum content of caffeine in this research are 20.2955 mg (1.01%) in Bendera tea powder with 2 gram and 6 minutes of soaking time.

  • Novianty Syahfitri : Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, 2009. USU Repository 2009

    DAFTAR ISI

    Halaman

    Persetujuan ii

    Pernyataan iii

    Penghargaan iv

    Abstrak vi

    Abstract vii

    Daftar Isi viii

    Daftar Tabel xi

    Daftar Gambar xii

    Bab 1 Pendahuluan

    1.1. Latar Belakang 1

    1.2. Permasalahan 3

    1.3. Pembatasan Masalah 3

    1.4. Tujuan Penelitian 3

    1.5. Manfaat Penelitian 4

    1.6. Lokasi penelitian 4

    1.7. Metodologi Penelitian 4

    Bab 2 Tinjauan Pustaka

    2.1. Sejarah Teh 5

    2.1.1. Nama Teh 6

    2.1.2. Perkembangan Teh di Indonesia 6

    2.2. Taksonomi Teh 6

    2.2.1. Tanaman Teh 7

    2.3. Jenis dan Pengolahan Teh 7

    2.4. Komposisi Kimia Teh 9

    2.4.1. Senyawa Alkaloid 10

    2.4.2. Sifat Kafein 10

  • Novianty Syahfitri : Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, 2009. USU Repository 2009

    2.5. Farmakologi Kafein 11

    2.6. Ekstraksi 12

    2.7. Spektrofotometri 13

    2.7.1. Instrumentasi Spektrofotometer UV-Visibel 13

    2.7.2. Analisa Secara Spektrofotometri 14

    2.7.3. Hukum Lambert-Beer 15

    Bab 3 Bahan dan Metodologi Penelitian

    3.1. Alat alat 16

    3.2. Bahan bahan 16

    3.3. Prosedur Penelitian 17

    3.3.1. Pembuatan Larutan 17

    3.3.1.1. Larutan Standar Kafein 1000 mg/L 17

    3.3.1.2. Larutan Standar Kafein 100 mg/L 17

    3.3.1.3. Larutan Standar Kafein 10 mg/L 17

    3.3.2. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Larutan Kafein 17

    3.3.3. Pembuatan Kurva Kalibrasi 18

    3.3.4. Pemisahan Kafein Secara Ekstraksi dari Bubuk Teh 18

    3.4 Bagan Penelitian 19

    3.4.1. Pemisahan Kafein Secara Ekstraksi dari Bubuk Teh 19

    Bab 4 Hasil dan Pembahasan

    4.1. Hasil dan Pengolahan Data 20

    4.1.1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum 20

    4.1.2. Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Kafein 21

    4.1.3. Penurunan Persamaan Garis Regresi 22

    4.1.4. Perhitungan Koefisien Korelasi 23

    4.1.5. Perhitungan Standar Deviasi 24

    4.1.6. Penentuan Batas Deteksi 25

    4.1.7. Penentuan Konsentrasi Kafein Pada Bubuk Teh 27

    4.2. Pembahasan 29

  • Novianty Syahfitri : Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, 2009. USU Repository 2009

    Bab 5 Kesimpulan dan Saran

    5.1 Kesimpulan 30

    5.2 Saran 30

    Daftar Pustaka 31

    Lampiran 33

  • Novianty Syahfitri : Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, 2009. USU Repository 2009

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1. Kandungan Kimia Dalam 100 gram Teh 9

    Tabel 4.1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Larutan Standar Kafein

    4 mg/L 20

    Tabel 4.2. Data Absorbansi Larutan Standar Kafein Berbagai Konsentrasi

    Pada Panjang Gelombang 273,5 nm 22

    Tabel 4.3. Absorbansi Larutan Sampel Bubuk Teh 27

    Tabel 4.4. Kadar Kafein Dari Bubuk Teh Dengan Variasi Berat Dan Waktu

    Penyeduhan 28

  • Novianty Syahfitri : Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, 2009. USU Repository 2009

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1. Struktur Kafein 10

    Gambar 1. Kurva Absorbansi Vs Panjang Gelombang 34

    Gambar 2. Kurva Absorbansi Vs Konsentrasi Kafein 35

  • Novianty Syahfitri : Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, 2009. USU Repository 2009

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Teh merupakan minuman yang paling banyak dikonsumsi setelah air. Diperkirakan

    tidak kurang dari 120 mL setiap harinya, teh dikonsumsi setiap orang. Pada dasarnya,

    teh diproses menjadi tiga jenis, yaitu teh hijau, teh hitam, dan teh oolong. Lebih dari

    tiga perempat teh di dunia atau 75% diolah menjadi teh hitam dan menjadi salah satu

    jenis yang paling digemari di Amerika, Eropa, dan Indonesia. Sisanya sebanyak 23%

    diolah menjadi teh hijau dan 2% diolah menjadi teh oolong.

    Teh sudah dikenal sejak lama sebagai minuman dengan seribu khasiat yang

    menakjubkan. Seiring dengan perkembangan penelitian modern, teh terbukti bisa

    menyembuhkan berbagai penyakit dan sebagai penyebab penyakit (Noni Soraya,

    2007). Pada masyarakat pedesaan, seduhan teh yang kental biasa digunakan dalam

    usaha pertolongan awal pada penderita diare. Bahkan di daerah tertentu, seduhan teh

    diyakini bermanfaat sebagai obat kuat dan membuat awet muda (Arif Hartoyo, 2003).

    Hasil penelitian menunjukkan, teh jika dikonsumsi secara teratur dapat mencegah

    kanker, kolesterol, dan darah tinggi.

    Sekalipun memiliki banyak manfaat, perlu diingat bahwa teh juga

    mengandung kafein. Jika dikonsumsi secara berlebihan, ia dapat menyebabkan

    beberapa gangguan, seperti insomnia, kecemasan, dan ketidakteraturan detak jantung.

  • Novianty Syahfitri : Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, 2009. USU Repository 2009

    Kafein mudah larut dalam air panas, hampir semua sifat kafein yang

    terkandung di dalam daun teh mudah larut, maka ketika teh diseduh selama 1-2 menit

    pertama semua kafein akan larut tanpa tannin. Akibat dari pembuatan teh yang singkat

    ini adalah, karena minuman yang telah dibuat tersebut memiliki tingkat kafein tinggi

    yang tidak lagi bertalian dengan tannin, maka dengan cepat kafein tersebut diserap

    tubuh saat teh tersebut dikonsumsi. Kafein juga memiliki rangsangan pada sistem

    saraf dan fungsi otak. (Stephen Fulder, 2004). Semakin lama teh direndam, maka

    kafein dalam teh akan semakin terekstrak sehingga terjadi oksidasi. Untuk

    mendapatkan teh yang lebih pekat dilakukan dengan menambahkan takaran daun teh,

    bukan dengan memperlama waktu penyeduhan (Sri Kumalaningsih, 2007)

    Konsumsi kafein sebaiknya tidak melebihi 300 mg sehari (Hardinsyah,

    2008). Para ahli menyarankan 200-300 miligram konsumsi kafein dalam sehari

    merupakan jumlah yang cukup untuk orang dewasa. Tapi, mengonsumsi kafein

    sebanyak 100 miligram tiap hari dapat menyebabkan individu tersebut tergantung

    pada kafein. Maksudnya, seseorang dapat mengalami gejala seperti rasa lelah,

    perasaan terganggu atau sakit kepala jika ia tiba-tiba berhenti mengonsumsi kafein

    (Siswono, 2008).

    Keracunan kafein kronis, bila minum 5 cangkir teh setiap hari yang setara

    dengan 600 mg kafein, lama kelamaan akan memperlihatkan tanda dan gejala seperti

    gangguan pencernaan makanan (dispepsia), rasa lemah, gelisah, sukar tidur, tidak

    nafsu makan, sakit kepala, pusing (vertigo), bingung, berdebar, sesak napas, dan

    kadang sukar buang air besar (Setiawan Dalimartha, 2002).

    Berdasarkan latar belakang ini penulis merasa tertarik untuk melakukan

    penelitian tentang kandungan kafein dalam teh, dengan harapan dapat memperoleh

    informasi tentang kadar kafein yang terdapat dalam teh dari cara menyeduh teh yang

    biasa dilakukan masyarakat.

  • Novianty Syahfitri : Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, 2009. USU Repository 2009

    1.2. Permasalahan

    Dari uraian yang telah dijelaskan di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan

    adalah :

    1. Bagaimana pengaruh massa dan waktu penyeduhan teh terhadap perolehan kadar

    kafein dari bubuk teh dengan cara ekstraksi pelarut.

    2. Berapa massa optimum dan waktu penyeduhan optimum terhadap perolehan kadar

    kafein dari bubuk teh.

    1.3. Pembatasan Masalah

    Penelitian ini hanya terbatas pada masalah-masalah yang berhubungan dengan

    penelitian ini saja, yaitu :

    1. Penentuan kadar kafein dari bubuk teh dengan memvariasikan massa dari bubuk

    teh yaitu 1, 2, dan 3 gram serta waktu penyeduhan yaitu 2, 4, dan 6 menit.

    2. Banyaknya air yang digunakan untuk menyeduh bubuk teh yaitu 150 mL setara

    dengan satu cangkir teh.

    3. Bubuk teh yang digunakan adalah bubuk teh hitam yang biasa digunakan sehari-

    hari oleh masyarakat dengan membandingkan dua merk dagang yaitu teh sariwangi

    dan teh bendera.

    4. Pengukuran kadar kafein dilakukan dengan metode spektrofotometri UV-Visibel.

    1.4. Tujuan Penelitian

    Penelitian ini bertujuan :

    1. Untuk mengetahui pengaruh massa dan waktu penyeduhan terhadap perolehan

    kadar kafein dari bubuk teh.

    2. Untuk mengetahui massa optimum dan waktu penyeduhan optimum terhadap

    perolehan kadar kafein dari bubuk teh.

  • Novianty Syahfitri : Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, 2009. USU Repository 2009

    1.5. Manfaat Penelitian

    Untuk dapat memperoleh dan memberikan informasi ilmiah tentang kadar kafein yang

    terdapat dalam secangkir teh dari cara menyeduh teh yang biasa dilakukan

    masyarakat, sehingga masyarakat dapat mengetahui takaran dalam menyeduh teh dan

    efek rangsangan yang dirasakan.

    1.6. Lokasi Penelitian

    Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu Dasar (LIDA), Laboratorium Kimia

    Polimer Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dan

    Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

    (USU) Medan.

    1.7. Metodologi Penelitian

    1. Penelitian ini merupakan eksperimen laboratorium

    2. Pengambilan sampel bubuk teh dilakukan secara acak di pasaran daerah Padang

    Bulan.

    3. Perolehan kafein dari bubuk teh dipisahkan dengan cara ekstraksi dimana sampel

    diseduh dalam air panas. Kemudian disaring dan diekstraksi dengan kloroform,

    tiap-tiap perolehan kafein ditentukan kadarnya dengan spektrofotometer UV

    Visibel.

    4. Data pengukuran panjang gelombang maksimum dari kafein standard dan

    perolehan kadar masing-masing sampel bubuk teh setiap perlakuan disajikan dalam

    tabel.

  • Novianty Syahfitri : Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, 2009. USU Repository 2009

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Sejarah Teh

    Tanaman teh pertama kali ditemukan di daratan China. Diperkirakan di propinsi

    Szechwan. Daerah tersebut berbatasan dengan wilayah China bagian Barat Daya

    bagian Timur Laut India, Birma, Siam dan Indocina.

    Ada beberapa versi dalam cerita legenda tentang pertama kali ditemukannya

    tanaman teh. Dalam salah satu legenda diceritakan bahawa dalam suatu perjalanannya

    ke hutan, seorang raja China menyempatkan diri untuk beristirahat melepas lelah.

    Sambil beristirahat mereka menjerang air untuk minuman, secara tidak terduga

    terbanglah sehelai daun dan masuk dalam air mendidih itu. Pada saat raja menghirup

    minuman itu dirasakan sebagai suatu minuman yang cukup menyegarkan. Maka sejak

    itulah dikenal minuman teh di China. Masa itu bertepatan dengan masa sesudah

    pemerintahan dinasti Han, atau kira-kira tahun 221-265 sesudah masehi (Djiman dkk,

    1996). Telah didokumentasikan bahwa di bawah kepemimpinan kaisar Han (202SM-

    1M), pohon teh ditanam secara independen oleh para biarawan.

    Pasokan pertama yang mencapai Inggris terjadi pada tahun 1652 hingga 1654.

    Seperti halnya rempah-rempah tropis, teh yang awalnya merupakan barang dagangan

    yang sangat mahal, merupakan produk eksklusif yang hanya bisa dijangkau oleh para

    aristokrat dan para saudagar kaya. Ketika Inggris terlibat dalam perdagangan teh,

    volume perdagangan yang menjangkau Eropa dan Amerika juga meningkat, seiring

  • Novianty Syahfitri : Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, 2009. USU Repository 2009

    dengan ketatnya persaingan antar berbagai dermaga. Secara berangsur-angsur teh

    menjadi bisa terjangkau oleh masyarakat kelas menengah. Meskipun demikian Inggris

    mengalami demam teh lebih besar dibanding negara-negara lain.

    2.1.1. Nama Teh

    Nama asli teh di Asia semuanya hampir sama satu sama lain. Di Cina namanya cha,

    di India tsch, di Jepang cha dan di Rusia caj, dalam bahasa Inggris tea dan

    dalam bahasa Jerman tee. Pada fase awal sejarah Eropa, minuman teh juga disebut

    cha di Inggris, Belanda, dan Portugal. Pada akhir abad ke 17, kata cha menjadi

    tay dan tidak lama kemudian menjadi tee dan tea (Stephen Fulder, 2004).

    2.1.2. Perkembangan Teh di Indonesia

    Munculnya teh di Indonesia berawal ketika Dr. Andreas Cleyer, seorang

    berkebangsaan Belanda, yang membawa bibit tanaman teh untuk dijadikan tanaman

    hias pada tahun 1686. Mulai tahun 1728, bibit teh dari Cina mulai dibudidayakan di

    Pulau Jawa. Usaha tersebut baru berhasil pada tahun 1824, saat Dr. Van Siebold, yang

    meneliti teh di Jepang, mempromosikan bibit teh asal Jepang. Sementara perkebunan

    teh di Indonesia baru dimulai tahun 1828 dan dipelopori oleh Jacobson.

    Teh kemudian menjadi komoditas yang menguntungkan. Dengan demikian,

    pada masa pemerintahan Gubernur Van Den Bosch, rakyat dipaksa untuk menanam

    teh melalui politik tanam paksa. Setelah Indonesia merdeka, usaha perkebunan dan

    perdagangan teh diambil pemerintah (Noni Soraya, 2007).

    2.2. Taksonomi Teh

    Kingdom : Plantae

    Divisio : Spermatophyta

    Sub divisio : Angiospermae

    Kelas : Dicotyledoneae

    Ordo : Trantroemiaccae

    Family : Theaceae

  • Novianty Syahfitri : Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, 2009. USU Repository 2009

    Genus : Camellia

    Spesies : Camellia sinensis (L)

    (Djiman dkk, 1996)

    2.2.1. Tanaman Teh

    Tanaman teh umumnya ditanam di perkebunan, dipanen secara manual, dan dapat

    tumbuh pada ketinggian 200 2.300 m dpl. Teh berasal dari kawasan India bagian

    Utara dan Cina Selatan. Ada dua kelompok varietas teh yang terkenal, yaitu Camellia

    sinensis var. Assamica yang berasal dari Assam dan Camellia sinensis var. Sinensis

    yang berasal dari cina. Varietas assamica daunnya agak besar dengan ujung yang

    runcing, sedangkan varietas Sinensis daunnya lebih kecil dan ujungnya agak tumpul.

    Pohon kecil, karena seringnya pemangkasan maka tampak seperti perdu. Bila

    tidak dipangkas, akan tumbuh kecil ramping setinggi 5 10 m, dengan bentuk tajuk

    seperti kerucut. Batang tegak, berkayu, bercabang cabang, ujung ranting dan daun

    muda berambut halus. Daun tunggal, bertangkai pendek, letak berseling, helai daun

    kaku seperti kulit tipis, bentuknya elips memanjang, ujung dan pangkal runcing, tepi

    bergerigi halus, pertulangan menyirip, panjang 6 18 cm, lebar 2 6 cm, warnanya

    hijau,permukaannya mengilap. Bunga di ketiak daun, tunggal atau beberapa bunga

    bergabung menjadi satu, berkelamin dua, garis tengah 3 -4 cm, warnanya putih cerah

    dengan kepala sari berwarna kuning, harum. Buahnya buah kotak, berdinding tebal,

    pecah menurut ruang, masih muda hijau, setelah tua cokelat kehitaman. Biji keras, 1-

    3. Pucuk dan daun muda yang digunakan untuk pembuatan minuman teh.

    Perbanyakan dengan biji, setek, sambungan atau cangkokan (Setiawan Dalimartha,

    2002).

    2.3. Jenis dan Pengolahan Teh

    Komoditas teh dihasilkan dari pucuk daun tanaman teh (Camellia sinensis) melalui

    proses pengolahan tertentu. Secara umum berdasarkan cara atau proses

    pengolahannya, teh dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu teh hijau, teh

    oolong dan teh hitam. Teh hijau dibuat dengan cara menginaktifasi enzim oksidase

    atau fenolase yang ada dalam pucuk daun teh segar, dengan cara pemanasan atau

  • Novianty Syahfitri : Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, 2009. USU Repository 2009

    penguapan menggunakan uap panas, sehingga oksidasi enzimatik terhadap katekin

    dapat dicegah. Teh hitam dibuat dengan cara memanfaatkan terjadinya oksidasi

    enzimatis terhadap kandungan katekin teh. Sementara, teh oolong dihasilkan melalui

    proses pemanasan yang dilakukan segera setelah proses rolling atau penggulungan

    daun, dengan tujuan untuk menghentikan proses fermentasi, yang memiliki

    karakteristik khusus dibandingkan teh hitam dan teh hijau (Arif Hartoyo, 2003)

    2.3.1. Pengolahan Teh Hitam

    Teh hitam terbaik di dunia dihasilkan di India (Assam, Darjeeling, dan Nilgiri), Sri

    Lanka (Ceylon), serta Cina. Di negara-negara barat, konsumsi tehnya lebih dari 80%

    menggunakan teh hitam. Khusus di Amerika, konsumsi teh jenis ini mencapai lebih

    dari 90%.

    Cara pengolahannya, daun dirajang dan dijemur di bawah panas matahari

    sehingga mengalami perubahan kimiawi sebelum dikeringkan. Perlakuan tersebut

    akan menyebabkan warna daun menjadi cokelat dan memberikan cita rasa teh hitam

    yang khas. Tahap-tahap pengolahan teh hitam sebagai berikut :

    a. Pelayuan dalam ruangan

    Pelayuan dalam ruangan dilakukan selama 12 18 jam. Selama proses

    pelayuan yang lama ini, kadar air daun berkurang dan menjadi lembut

    sehingga daun-daun mudah digiling.

    b. Penggilingan

    Penggilingan bertujuan agar membran daun hancur sehingga

    mengeluarkan minyak atsiri yang menimbulkan aroma yang khas.

    c. Fermentasi penuh

    Selama proses fermentasi, warna daun menjadi gelap dan sarinya menjadi

    kurang pahit. Proses fermentasi dihentikan saat aroma dan rasanya sudah

    maksimal.

    d. Pengeringan

    Proses pengeringan untuk mengurangi kadar air sebanyak 2-5%.. sarinya

    mengering pada permukaan daun dan bertahan relatif tetap sampai

    dilepaskan oleh air panas selama penyeduhan.

  • Novianty Syahfitri : Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, 2009. USU Repository 2009

    e. Sortasi

    Selama proses produksi, banyak daun teh robek atau remuk sehingga

    produk teh akhir terdiri atas daun utuh, daun robek, dan partikel-partikel

    yang lebih kecil (Noni Soraya, 2007).

    2.4. Komposisi Kimia Teh

    Teh mengandung sejenis antioksidan yang bernama katekin. Pada daun teh segar,

    kadar katekin bisa mencapai 30% dari berat kering. Teh hijau dan teh putih

    mengandung katekin yang tinggi, sedangkan teh hitam mengandung lebih sedikit

    katekin karena katekin hilang dalam proses oksidasi. Teh juga mengandung kafein

    (sekitar 3% dari berat kering atau sekitar 40 mg per cangkir), teofilin dan teobromin

    dalam jumlah sedikit (http://id.wikipedia.org/wiki/Teh).

    Daun mengandung kafein (2 3%), theobromin, theofilin, tannin, xanthine,

    adenine, minyak atsiri, kuersetin, naringenin, dan natural fluoride.

    Tabel 2.1. Kandungan Kimia dalam 100 gram Teh

    No Komponen Jumlah

    1 Kalori 17 kJ

    2 Air 75

    80%

    3 Polifenol 25%

    4 Karbohidrat 4%

    5 Serat 27%

    6 Pektin 6%

    7 Kafein 2,5

    4,5%

    8 Protein 20%

  • Novianty Syahfitri : Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, 2009. USU Repository 2009

    (Setiawan Dalimartha, 2002).

    2.4.1. Senyawa alkaloid

    Di alam terdapat beberapa senyawa alkaloid santin, antara lain 1,3-dimetilsantin

    (theophillin), 3,7-dimetilsantin (theobromine) yang banyak terdapat dalam biji coklat

    dan 1,3,7-trimetilsantin (kafein) dalam kopi dan teh.

    Kafein (1,3,7-trimetilsantin)

    Gambar 2.1. Struktur kafein

    Kafein adalah basa sangat lemah dalam larutan air atau alkohol tidak terbentuk

    garam yang stabil. Kafein terdapat sebagai serbuk putih, atau sebagai jarum mengkilat

    putih, tidak berbau dan rasanya pahit. Kafein larut dalam air (1:50), alkohol (1:75)

    atau kloroform (1:6) tetapi kurang larut dalam eter. Kelarutan naik dalam air panas

    (1:6 pada 80oC) atau alkohol panas (1:25 pada 60oC) (Wilson and Gisvold, 1982).

    Kafein merupakan alkaloid yang terdapat dalam teh, kopi, cokelat, kola dan

    beberapa minuman penyegar lainnya. Kafein dapat berfungsi sebagai stimulan dan

    beberapa aktifitas biologis lainnya. Kandungan kafein dalam teh relatif lebih besar

    daripada yang terdapat dalam kopi, tetapi pemakaian teh dalam minuman lebih encer

    dibandingkan dengan kopi (Sudarmi, 1997).

    2.4.2. Sifat Kafein

  • Novianty Syahfitri : Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, 2009. USU Repository 2009

    Kafein berbentuk anhidrat. Mengandung tidak kurang dari 98,5% dan tidak lebih dari

    101,0% C8H10N4O2.

    Serbuk putih atau bentuk jarum mengkilat putih, biasanya menggumpal, tidak berbau,

    rasa pahit. Larutan bersifat netral terhadap kertas lakmus. Bentuk hidratnya mekar di

    udara.

    Kelarutan agak sukar larut dalam air, dalam etanol, mudah larut dalam

    kloroform, sukar larut dalam eter (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995).

    2.5. Farmakologi Kafein

    Kafein merupakan perangsang susunan saraf pusat dapat menimbulkan diuresis,

    merangsang otot jantung dan melemaskan otot polos bronchus. Secara klinis biasanya

    digunakan berdasarkan khasiat sentralnya, meransang semua susunan sarafpusat mula-

    mula korteks kemudian batang otak, sedangkan medula spinalis hanya dirangsang

    dengan dosis besar (Sudarmi, 1997).

    Dalam dosis standar antara 50 200 mg, kafein utamanya mempengaruhi

    lapisan luar otak. Pengaruh ini bisa mengurangi kelelahan. Dalam dosis yang lebih

    besar, pusat vasomotor dan pernafasan terpengaruh. Fakta menunjukkan hal ini pun

    tidak mempengaruhi tekanan darah karena pembuluh darah jantung dan pembuluh-

    pembuluh darah yang ada di kulit dan ginjal terbuka secara simultan.

    Tekanan darah tinggi hanya disebabkan oleh konsumsi kafein dengan dosis

    yang sangat tinggi. Dosis yang berlebihan menyebabkan rasa gelisah, pikiran tidak

    tenang dan detak jantung yang tidak normal. Keracunan yang semata-mata disebabkan

    oleh kafein sangat jarang terjadi. Tetapi, rangkaian medis telah membenarkan bahwa

    dosis konsumsi kafein yang sangat membahayakan jiwa manusia sekitar 10 g. Ini

    berarti bahwa mengkonsumsi sekitar 80 cangkir kopi atau 140 cangkir teh dalam

    waktu yang sangat singkat (seketika) dapat menyebabkan kematian.

  • Novianty Syahfitri : Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, 2009. USU Repository 2009

    Selama masa hamil, jika terlalu sering overdosis kafein, lebih dari 600 mg per

    hari, bisa berakibat gugurnya kandungan. Tetapi, jumlah kafein yang setara dengan

    angka di atas, maka harus mengkonsumsi teh sedikitnya 14 cangkir setiap hari dengan

    kanndungan kafein setinggi mungkin (Stephen Fulder, 2004

    2.6. Ekstraksi

    Ekstraksi merupakan suatu metode pemisahan kimia yang paling lama. Penyediaan

    secangkir kopi atau teh termasuk termasuk rasa dari ekstraksi dan komponen bau dari

    dari masalah sayuran kering dengan air panas. Demikian juga dengan bahan-bahan

    wewangian dan banyak obat diisolasi secara ekstraksi dengan menggunakan pelarut

    organik.

    Pelarut yang digunakan untuk ekstraksi sebaiknya memiliki banyak sifat

    pengekstrakksian yang memuaskan. Pelarut yang digunakan sebaiknya tidak memecah

    substansi yang akan diekstraksi, memiliki titik didih yang rendah sehingga mudah

    dihilangkan, tidak bereaksi dengan pelarut, tidak mudah terbakar dan berbahaya, dan

    relatif tidak mahal (Fieser Williamson, 1983).

    Metode dasar pada ekstraksi cair cair adalah ekstraksi bertahap (batch),

    ekstraksi kontinyu. Ekstraksi bertahap merupakan cara yang paling sederhana.

    Caranya cukup dengan menambahkan pelarut pengekstraksi yang tidak bercampur

    dengan pelarut semula kemudian dilakukan pengocokan sehingga terjadi

    kesetimbangan konsentrasi zat yang akan diekstraksi pada dua lapisan, setelah ini

    tercapai lapisan didiamkan dan dipisahkan.

    Metode ini digunakan untuk pemisahan analitik. Kesempurnaan ekstraksi

    tergantung pada banyaknya ekstraksi yang dilakukan. Hasil yang baik diperoleh jika

    jumlah ekstraksi yang dilakukan berulang kali dengan jumlah pelarut sedikit-sedikit.

    Ekstraksi ini merupakan metode yang baik dan populer, alasan utamanya adalah

    bahwa pemisahan ini dapat dilakukan dalam tingkat makro maupun mikro dan tidak

    memerlukan alat yang khusus atau canggih kecuali corong pisah (Khopkar, S.M,

    2002).

  • Novianty Syahfitri : Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, 2009. USU Repository 2009

    Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan

    tertentu antara dua pelarut yang tidak saling bercampur seperti benzen, karbon

    tetraklorida atau kloroform. Batasannya, adalah zat terlarut yang dapat ditransfer pada

    jumlah yang berbeda dalam kedua fase pelarut (Underwood, 1992).

    2.7. Spektrofotometri

    Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer

    dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang

    gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang

    ditransmisikan atau diabsorbsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur

    energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan atau direfleksikan sebagai

    fungsi dari panjang gelombang.

    Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu,

    monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat

    untuk mengukur perbedaan absorbsi antara sampel dan blanko ataupun pembanding

    (Khopkar, S.M, 2002).

    2.7.1. Instrumentasi Spektrofotometer UV-Visibel

    SR M SK D A VD

    Keterangan :

    SR = Sumber Radiasi D = Detektor

    M = Monokromator A = Amplifier atau penguat

    SK = Sampel Kompartemen VD = Visual Display atau meter

    Spektrofotometri merupakan salah satu metode yang sangat penting dalam

    analisis kimia kuantitatif. Banyak kelebihan yang dimilikinya, antara lain :

    1. Menentukan jenis kromofor, ikatan rangkap yang terkonjugasi, dan auksokrom

    dari suatu senyawa organik.

  • Novianty Syahfitri : Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, 2009. USU Repository 2009

    2. Menjelaskan informasi dari struktur berdasarkan panjang gelombang

    maksimum suatu senyawa.

    3. Mampu menganalisa senyawa organik secara kuantitatif dengan menggunakan

    hukum Lambert-Beer.

    4. Metode ini memberikan cara sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang

    sangat kecil (Basset et al, 1994).

    2.7.2. Analisa secara Spektrofotometri

    Spektrofotometer yang sesuai untuk pengukuran di daerah spektrum ultraviolet dan

    sinar tampak terdiri atas suatu sistem optik dengan kemampuan menghasilkan sinar

    monokromatis dalam jangkauan panjang gelombang 200-800nm (Abdul Rohman,

    2007).

    Suatu energi yang dikenakan terhadap suatu zat akan dapat diabsorbsi,

    ditransmisikan, dipantulkan ataupun dibiaskan oleh zat tersebut. Energi yang

    diabsorbsi suatu zat adalah sebanding dengan energi yang dibutuhkan untuk

    memungkinkan suatu perubahan dalam atom ataupun molekul zat tersebut, sehingga

    mengakibatkan hanya satu panjang gelombang dari energi tertentu yang dapat

    diabsorsi, sedangkan panjang gelombang yang tidak.

    Apabila sinar polikromatik (sinar yang terdiri dari beberapa spektrum)

    dilewatkan melalui suatu larutan maka spektrum yang monokromatis diabsorbsi,

    sementara spektrum yang lain dilewatkan dari larutan. Besarnya absorbsi tergantung

    pada jarak yang dijalani oleh radiasi dan tabiat jenis zat molekul dalam larutan

    (Underwood, 1992).

    2.7.3. Hukum Lambert-Beer

    Hukum Lambert-Beer menyatakan bahwa intensitas yang diteruskan oleh larutan zat

    penyerap berbanding lurus dengan tebal dan konsentrasi larutan. Dalam hukum

    Lambert-Beer tersebut ada beberapa batasan yaitu :

  • Novianty Syahfitri : Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, 2009. USU Repository 2009

    Sinar yang digunakan dianggap monokromatis

    Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang luas

    yang sama

    Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung terhadap

    yang lain dalam larutan tersebut.

    Tidak terjadi peristiwa fluoresensi atau fosforisensi Indeks bias tidak tergantung

    pada konsentrasi larutan (Abdul Rohman ,2007).

    Kombinasi hukum Lambert-Beer dapat dituiskan dengan persamaan :

    It = Io . 10 .b.c

    atau It log = A (absorbansi) Io

    Sehingga A = . b . c

    Atau dalam lain dapat dituliskan : A = a . b . c

    dimana A = absorbansi

    = koefisien ekstingsi molar

    a = absorbsivitas

    b = tebal medium pengabsorsi

    c = konsentrasi (Kenner dan Busch, 1991)

  • Novianty Syahfitri : Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, 2009. USU Repository 2009

    BAB III

    BAHAN DAN METODOLOGI PENELITIAN

    3.1. Alat-alat

    - Alat alat gelas Pyrex

    - Neraca Analitis Mettler Toledo

    - Rotarievaporator Heidolph

    - Spektrofotometer 1240 Shimadzu

    - Hot plate Bibby

    - Corong pisah

    - Bola Karet

    - Botol akuades

    - Pipet Volumetri

    3.2. Bahan-bahan

    - Bubuk teh sariwamgi

    - Bubuk teh bendera

    - CaCO3 p.a. (E.Merck)

    - Akuades

    - Kloroform p.a. (E.Merck)

    - Kafein p.a. (E.MercK)

  • Novianty Syahfitri : Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, 2009. USU Repository 2009

    3.3. Prosedur Penelitian

    3.3.1. Pembuatan Larutan

    3.3.1.1. Larutan Standar Kafein 1000 mg/L

    Ditimbang sebanyak 1,0000 gram kafein, dimasukkan ke dalam beaker glass,

    dilarutkan dengan akuades panas secukupnya, dimasukkan ke dalam labu takar 1000

    mL kemudian diencerkan dengan akuades hingga garis tanda, dan dihomogenkan.

    3.3.1.2. Larutan Standar Kafein 100 mg/L

    Dipipet larutan standar kafein 1000 mg/L sebanyak 10 mL, dimasukkan ke dalam labu

    takar 100 mL kemudian diencerkan dengan akuades hingga garis tanda, dan

    diomogenkan.

    3.3.1.3. Larutan Standar Kafein 10 mg/L

    Dipipet larutan alikuot standar kafein 100 mg/L sebanyak 25 mL, dimasukkan ke

    dalam labu takar 250 mL kemudian diencerkan dengan akuades hingga garis tanda,

    dan dihomogenkan.

    3.3.2. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Larutan Kafein

    Sebanyak 20 mL larutan standar kafein 10 mg/L dipipet, lalu dimasukkan ke dalam

    labu takar 50 mL, diencerkan dengan akuades hingga garis tanda, dihomogenkan,

    besarnya absorbansi yang diperoleh dari larutan diukur dengan spektrofotometer UV-

  • Novianty Syahfitri : Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, 2009. USU Repository 2009

    Visible pada panjang gelombang 266 280 nm. Sebagai uji blanko digunakan

    akuades.

    3.3.3. Pembuatan Kurva Kalibrasi

    Dari larutan standar kafein 10 mg/L dipipet dengan tepat masing-masing 10, 15, 20,

    25, 30, dan 35 mL kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 50 mL, diencerkan

    dengan akuades hingga garis tanda, dihomogenkan, besarnya absorbansi dari masing-

    masing larutan diukur dengan spektrofotometer UV-Visible dengan panjang

    gelombang 273,5 nm. Pengukuran dilakukan sebanyak 3 kali, sebagai uji blanko

    digunakan akuades.

    3.3.4. Pemisahan Kafein Secara Ekstraksi dari Bubuk Teh

    Sebanyak 1 gram bubuk teh dimasukkan ke dalam beaker glass kemudian

    ditambahkan 150 mL air panas kedalamnya, selanjutnya diseduh selama 2 menit

    sambil diaduk. Larutan teh panas disaring melalui corong dengan kertas saring ke

    dalam erlenmeyer, kemudian 1,5 gram CaCO3 dan larutan teh tadi dimasukkan ke

    dalam corong pisah lalu diekstraksi sebanyak 4 kali, masing-masing dengan

    penambahan 25 mL kloroform. Lapisan bawahnya diambil, kemudian ekstrak (fase

    kloroform) ini diuapkan dengan rotarievaporator hingga kloroform menguap

    seluruhnya. Ekstrak kafein bebas pelarut dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL,

    diencerkan dengan akuades hingga garis tanda dan dihomogenkan, kemudian

    ditentukan kadarnya dengan spektrofotometri UV-Visible pada panjang gelombang

    273,5 nm. Perlakuan yang sama dilakukan untuk tiap-tiap penyeduhan 2, 4, dan 6

    menit masing-masing dengan variasi berat 1, 2, dan 3 gram.

  • Novianty Syahfitri : Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, 2009. USU Repository 2009

    3.4. Bagan penelitian 3.4.1. Pemisahan Kafein Secara Ekstraksi dari Bubuk Teh

    Ditambahkan 150 mL air panas

    Diseduh selama 2 menit sambil diaduk

    Disaring

    Ditambahkan 1,5 gram CaCO3

    Diekstraksi masing masing dengan

    penambahan 25 mL kloroform

    sebanyak 4 kali

    Dipisahkan

    Diuapkan kloroform dengan

    rotarievaporator

    Dimasukkan kedalam labu

    takar 100 mL

    Diencerkan dengan akuades

    hingga garis tanda

    Dihomogenkan

    Diukur konsentrasi kafein

    dengan spektrofotometer

    1 gram bubuk

    Residu

    Filtrat

    Lapisan

    Lapisan

    Ekstrak kafein bebas

    Ekstrak kafein

  • Novianty Syahfitri : Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, 2009. USU Repository 2009

    UV-Vis pada = 273,5 nm

    Catatan : Dilakukan hal yang sama untuk berat sebanyak 1 gram dengan waktu

    penyeduhan selama 4 dan 6 menit serta berat sebanyak 2 dan 3 gram

    dengan waktu penyeduhan selama 2, 4, dan 6 menit.

    BAB 4

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Hasil dan Pengolahan Data

    4.1.1. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

    Penentuan panjang gelombang maksimum dari kafein dilakukan dengan menggunakan

    larutan kafein standar dengan kadar 4 mg/L dan diukur absorbansinya pada panjang

    gelombang 266 280 nm. Data dari absorbansi pengukuran panjang gelombang dapat

    dilihat pada tabel 4.1.

    Tabel 4.1. Data Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Larutan Standar

    Kafein 4 mg/L

    Panjang Gelombang (nm) Absorbansi

    266 0,3655

    266,5 0,3712

    267 0,3751

    267,5 0,3823

    268 0,3867

  • Novianty Syahfitri : Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, 2009. USU Repository 2009

    268,5 0,3933

    269 0,3964

    269,5 0,3964

    270 0,3977

    270,5 0,4008

    271 0,4011

    271,5 0,4065

    272 0,4063

    272,5 0,4073

    273 0,4087

    273,5 0,4095

    274 0,4060

    274,5 0,4065

    275 0,4045

    275,5 0,4010

    276 0,3965

    276,5 0,3956

    277 0,3893

    277,5 0,3849

    278 0,3810

    278,5 0,3752

    279 0,3665

    279,5 0,3606

    280 0,3512

    4.1.2. Pengukuran Absorbansi Larutan Standar Kafein

    Pengukuran absorbansi larutan standar kafein dibuat dengan kisaran 2 mg/L sampai 7

    mg/L dan diukur pada panjang gelombang 273,5 nm yang dapat dilihat pada tabel 4.2.

    Pengukuran absorbansi larutan standar kafein digunakan untuk pembuatan kurva

    kalibrasi (Kurva Absorbansi Vs Panjang Gelombang dapat dilihat pada lampiran

  • Novianty Syahfitri : Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, 2009. USU Repository 2009

    gambar 2). Persamaan garis kurva kalibrasi dapat dihitung dari persamaan garis

    regresi.

    Tabel 4.2. Data Absorbansi Larutan Standar Kafein Berbagai Konsentrasi Pada

    Panjang Gelombang 273,5 nm

    Konsentrasi Kafein (mg/L) Absorbansi

    2,0 0,174

    3,0 0,283

    4,0 0,384

    5,0 0,458

    6,0 0,547

    7,0 0,640

    4.1.3. Penurunan Persamaan Garis Regresi

    Setelah diperoleh hasil pengukuran absorbansi dari larutan standar kafein maka

    absorbansi dialurkan terhadap konsentrasi larutan standar untuk mendapatkan kurva

    kalibrasi berupa garis linier. Selanjutnya persamaan garis regresi kurva kalibrasi

    dihitung menggunakan metode Least Square sebagai berikut :

    No Xi Yi Xi - X Yi Y (Xi X)2 (Yi Y)2 (Xi X) (Yi Y)

    1 2,0 0,174 -2,5 -0,2403 6,25 0,0577 0,6008

    2 3,0 0,283 -1,5 -0,1313 2,25 0,0172 0,1970

    3 4,0 0,384 -0,5 -0,0303 0,25 0,0009 0,0152

    4 5,0 0,458 0,5 0,0437 0,25 0,0019 0,0219

    5 6,0 0,547 1,5 0,1327 2,25 0,0176 0,1991

    6 7,0 0.640 2,5 0,2257 6,25 0,0509 0,5643

  • Novianty Syahfitri : Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, 2009. USU Repository 2009

    27,0 2,486 0 0,0002 17,5 0,1462 1,5983

    Dimana harga X rata rata :

    X = = = 4,5

    Dimana harga Y rata rata :

    Y = = = 0,4143

    Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dapat diturunkan dari persamaan :

    Y = aX + b

    Dimana : a = slope

    b = intersept

    Nilai dapat ditentukan dengan :

    a =

    sehingga diperoleh nilai a :

    a = = 0,0913

    Nilai diperoleh melalui substitusi nilai a ke dalam persamaan berikut :

    Y = aX + b

    b = Y aX

    = 0,4143 (0,0913)(4,5)

    = 0,0034

  • Novianty Syahfitri : Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, 2009. USU Repository 2009

    Maka persamaan garis regresi yang diperoleh :

    Y = 0,0913X + 0,0034

    4.1.4. Perhitungan Koefisien Korelasi

    Koefisien korelasi (r) dari persamaan kurva kalibrasi dapat ditunjukkan sebagai

    berikut :

    r =

    r = = 0,9993

    4.1.5. Perhitungan Standar Deviasi

    Dengan mensubstitusikan nilai konsentrasi larutan standar (Xi) ke persamaan garis

    regresi maka diperoleh nilai Y yang baru (), seperti yang tercantum pada tabel :

    No Xi Yi (Xi)2 |Yi - | (Yi )2

    1 2,0 0,174 0,1860 4 0,0120 0,0001

    2 3,0 0,283 0,2773 9 0,0057 0,0000

    3 4,0 0,384 0,3686 16 0,0154 0,0002

    4 5,0 0,458 0,4599 25 0,0019 0,0000

    5 6,0 0,547 0,5512 36 0.0042 0,0000

    6 7,0 0,640 0,6425 49 0.0025 0,0000

    27,0 2,486 2,4855 129 0,0417 0,0003

    Dari tabel di atas maka dapat ditentukan standar deviasi untuk intersept (sb) yaitu :

  • Novianty Syahfitri : Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, 2009. USU Repository 2009

    Sb =

    Dimana,

    =

    = = 0,0086

    Sehingga diperoleh :

    Sb = = 0,0005

    4.1.6. Penentuan Batas Deteksi

    Batas deteksi dapat dihitung dengan persamaan :

    3 Sb = Y Yb

    Y = 3 Sb + Yb

    Dimana :

    Y = sinyal pada batas kadar deteksi

    Sb = standar deviasi

    Yb = intersept kurva kalibrasi

    Persamaan kurva kalibrasi : Y = 0,0913X + 0,0034 , dimana Yb = 0,0034 dan

    Sb = 0,0005

    Maka dengan mensubstitusi Yb dan Sb pada persamaan Y = 3 Sb + Yb diperoleh nilai

    batas deteksi :

    Y = 3 Sb + Yb

    = 3 (0,0005) + 0,0034

    = 0,0015 + 0,0034

  • Novianty Syahfitri : Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, 2009. USU Repository 2009

    = 0,0049

    Dengam mensubstitusi nilai Y pada persamaan : Y = 0,0913X + 0,0034 maka :

    0,0049 = 0,0913X + 0,0034

    X =

    = 0,0164 mg/L

    Jadi batas deteksi pengukuran kafein untuk penelitian ini adalah 0,0164 mg/L

    4.1.6. Penentuan Konsentrasi Kafein Pada Bubuk Teh

    Konsentrasi kafein dalam bubuk teh dapat ditentukan dengan menggunakan metode

    kurva kalibrasi dengan mensubstitusi nilai Y (absorbansi) yang diperoleh dari

    pengukuran (tabel 4.3) terhadap persamaan garis regresi dari kurva kalibrasi.

    Untuk bubuk teh Bendera dengan berat 1 gram dan waktu penyeduhan 2 menit

    Y = 0,5344

    Dengan mensubstitusi Y terhadap persamaan garis regresi beri Y = 0,0913X + 0,0034,

    maka diperoleh :

    X = = 5,8160

    Konsentrasi kafein (b/b) =

    =

    =

  • Novianty Syahfitri : Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, 2009. USU Repository 2009

    Persentase (%) kafein dalam 1 g bubuk teh bendera = x 100% = 0,582%

    Dengan cara yang sama dapat dihitung persentase (%) kafein di dalam bubuk

    teh Bendera dan Sariwangi untuk variasi berat 1; 2; 3 gram dan waktu penyeduhan 2;

    4; 6 menit, dimana berat bubuk teh 1 gram dilakukan dengan pengenceran 10 kali dan

    berat bubuk teh 2 dan 3 gram dilakukan dengan pengenceran 50 kali. Data hasil

    pengukuran absorbansi larutan sampel bubuk teh dapat dilihat pada tabel 4.3 dan data

    hasil perhitungan kadar kafein dari bubuk teh dengan variasi berat dan waktu

    penyeduhan dapat dilihat pada tabel 4.4.

    Tabel 4.3. Absorbansi Larutan Sampel Bubuk Teh

    No. Merek

    Bubuk

    Teh

    Berat

    (g)

    Waktu

    Penyeduhan

    (menit)

    Ulangan Rata-

    rata I II III

    1.

    Bendera

    1

    2 0,5344 0,5376 0,5312 0,5344

    4 0,5490 0,5460 0,5417 0,5456

    6 0,5673 0,5647 0,5683 0,5667

    2

    2 0,3402 0,3431 0,3422 0,3418

    4 0,3576 0,3525 0,3577 0,3559

    6 0,3760 0,3739 0,3720 0,3740

    3

    2 0,4718 0,4747 0,4796 0,4720

    4 0,4821 0,4864 0,4851 0,4845

    6 0,5036 0,5045 0,5038 0,5040

    2.

    Sariwangi

    1

    2 0,5189 0,5162 0,5174 0,5175

    4 0,5407 0,5426 0,5396 0,5408

    6 0,5591 0,5578 0,5545 0,5571

    2

    2 0,3209 0,3229 0,3197 0,3211

    4 0,3391 0,3318 0,3349 0,3353

    6 0,3544 0,3574 0,3535 0,3551

    2 0,4679 0,4665 0,4647 0,4664

  • Novianty Syahfitri : Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, 2009. USU Repository 2009

    Tabel 4.4. Kadar Kafein Dari Bubuk Teh Dengan Variasi Berat Dan Waktu

    Penyeduhan

    No. Merek Bubuk Teh Berat (g) Waktu

    Penyeduhan

    (menit)

    Kadar Kafein Dalam

    Bubuk Teh

    mg (b/b) (%)

    1.

    Bendera

    1

    2 5,8160 0,5816

    4 5,9386 0,5939

    6 6,1698 0,6170

    2

    2 18,5325 0,9266

    4 19,3045 0,9652

    6 20,2955 1,0147

    3

    2 25,6625 0,8554

    4 26,3470 0,8782

    6 27,4150 0,9138

    2.

    Sariwangi

    1

    2 5,6309 0,5631

    4 5,8861 0,5886

    6 6,0646 0,6065

    2

    2 17,3985 0,8699

    4 18,1765 0,9088

    6 19,2935 0,9647

    3 4 0,4810 0,4832 0,4869 0,4837

    6 0,4995 0,4954 0,4986 0,4978

  • Novianty Syahfitri : Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, 2009. USU Repository 2009

    3

    2 25,3560 0,8452

    4 26,3035 0,8768

    6 27,0755 0,9025

    4.2. Pembahasan

    Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode spektrofotometri, dimana

    terlebih dahulu dilakukan penentuan panjang gelombang absorbsi maksimum dari

    kafein, kemudian dilakukan pengukuran absorbansi pada berbagai konsentrasi kafein

    yaitu 2 mg/L sampai dengan 7 mg/L, selanjutnya pengukuran absorbansi larutan

    sampel bubuk teh dengan memvariasikan berat dan waktu penyeduhan serta

    penentuan konsentrasi kafein dari bubuk teh dengan menggunakan persamaan Least-

    Square.

    Hasil yang diperoleh dari penentuan panjang gelombang absorbsi maksimum

    adalah 273,5 nm. Berdasarkan panjang gelombang absorbsi maksimum secara teori

    adalah 272 276 nm (Egan, 1981). Penentuan kadar kafein dalam bubuk teh

    berdasarkan nilai absorbansi diperlukan kurva kalibrasi dari hubungan antara

    absorbansi yang terukur terhadap berbagai konsentrasi kafein standar. Persamaan garis

    kurva kalibrasi dapat dihitung dengan menggunakan metode Least Square dimana

    persamaan garis regresinya adalah Y = 0,0913X + 0,0034.

    Dari data hasil penelitian diperoleh bahwa kadar kafein dari bubuk teh merek

    Bendera dengan berat 1 g, 2 g, dan 3 g serta waktu penyeduhan selama 6 menit adalah

    0,62%, 1,01%, dan 0,91%. Selanjutnya kadar kafein dari bubuk teh merek Sariwangi

    dengan berat 1 g, 2 g dan 3 g serta waktu penyeduhan selama 6 menit adalah 0,61%,

  • Novianty Syahfitri : Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, 2009. USU Repository 2009

    0,96%, dan 0,90%. Teh mengandung kafein sekitar 3% atau sekitar 40 mg per cangkir.

    Para ahli menyarankan 200 300 mg konsumsi kafein dalam sehari merupakan

    jumlah yang cukup untuk orang dewasa (Siswono, 2008).

    Dari hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan kadar kafein yang

    dipengaruhi oleh berat dan waktu penyeduhan. Semakin tingginya kadar kafein yang

    dipengaruhi oleh berat bubuk teh dan waktu penyeduhan dapat disebabkan oleh

    semakin banyak bubuk teh yang digunakan dan adanya penambahan kalsium karbonat

    sehingga kafein dihasilkan dalam basa bebas semakin banyak (Williamson, 1987).

    BAB 5

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1. Kesimpulan

    Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

    1. Pengaruh berat dan waktu penyeduhan terhadap kadar kafein adalah semakin

    banyak bubuk teh dan semakin lama waktu penyeduhan maka kadar kafein

    akan semakin tinggi, yaitu diperoleh bahwa kadar kafein dari bubuk teh merek

    Bendera dengan berat 1 g, 2 g, dan 3 g serta waktu penyeduhan selama 6 menit

    adalah 0,62%, 1,01%, dan 0,91%. Selanjutnya kadar kafein dari bubuk teh

    merek Sariwangi dengan berat 1 g, 2 g, dan 3 g serta waktu penyeduhan

    selama 6 menit adalah 0,61%, 0,96%, 0,90%. Teh mengandung sekitar 3%

    atau sekitar 40 mg per cangkir.

    2. Berat optimum dan waktu penyeduhan optimum diperoleh pada berat 2 gram

    dan waktu penyeduhan 6 menit dari bubuk teh Bendera.

    5.2. Saran

  • Novianty Syahfitri : Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, 2009. USU Repository 2009

    Sebaiknya penelitian ini dilanjutkan dengan memvariasikan merek bubuk teh yang

    lain dan juga variasi waktu penyeduhan yang lebih lama sehingga dapat diketahui

    kadar kafein setiap merek bubuk teh di dalam minuman dan juga dapat diketahui berat

    dan waktu penyeduhan optimum.

    DAFTAR PUSTAKA

    Aninomous. http://id.wikipedia.org/wiki/teh. Diakses Tanggal 15 Mei 2008. Ault, Addison. 1987. Techniques and Experiments for Organic Chemistry. Fifth

    Edition. USA : Allyn and Bacon Inc. Bassett, J, R, C. Denny G, H. Jeffery, J. Mendham. 1994. Kimia Analitik Kuantitatif

    Anorganik. Edisi Keempat. Jakarta: EGC Kedokteran. Dalimartha, Setiawan. 2002. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid I. Jakarta: Trubus

    Agriwidya. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi

    Keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan. Egan, H. Kirk, R, S. Sawyer, R. 1981. Pearsons Chemical Analysis of Foods. Eight

    Edition. London. Longman Scientific & Technical. Fulder, Stephen. 2004. Khasiat Teh Hijau. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya. Dawud, Abu. http://tech.group.yahoo.com/kimia_indonesia. Diakses Tanggal 12

    Januari 2009. Djiman. Soehardjo. Hartati, S. 1996. Teh. Sumatera Utara: PT. Perkenunan Nusantara

    IV. Hardinsyah. http://fema.ipb.ac.id. Diakses Tanggal 30 Maret 2008 Hartoyo, Arif. 2003. Teh & Khasiatnya bagi Kesehatan. Yogyakarta: Kanisius.

  • Novianty Syahfitri : Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, 2009. USU Repository 2009

    Kenner, C,T. Busch, K,W. 1979. Quantitative Analysis. New York: Mac Millan

    Publishing Co. Khopkar, S, M. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press. Kumalaningsih, Sri. 2007. http://antioxidantcentre.com/index2.php. Diakses Tanggal

    28 Juni 2008. Rohman, Abdul. 2007. Kimia Farmasi Analitik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Siswono. http://www.republika.co.id. Diakses Tanggal 12 Mei 2008 Soraya, Noni. 2007. Sehat & Cantik Berkat Teh Hijau. Depok: Penebar Swadaya. Sudarmi. 1997. Kafein Dalam Pandangan Farmasi. Medan: Fakultas Matematika Dan

    Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera Utara (USU). Underwood, A, L. 1992. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga. Williamson, Fieser. 1983. Organic Experiments. Sixth Edition. Canada: DC Heath &

    Company. Williamson, K, L. 1987. Microscale Organic Experiment. Canada : DC Heath and

    Company Wilson, and Gisvold. 1982. Textbook of Organic Medical and Pharmaceutical

    Chemistry. Philadelphia: JB Lippincolt Company.

  • Novianty Syahfitri : Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, 2009. USU Repository 2009

  • Novianty Syahfitri : Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, 2009. USU Repository 2009

    Gambar 1. Kurva Absorbansi Vs Panjang Gelombang

  • Novianty Syahfitri : Pengaruh Berat Dan Waktu Penyeduhan Terhadap Kadar Kafein Dari Bubuk Teh, 2009. USU Repository 2009

    Gambar 2. Kurva Absorbansi Vs Konsentrasi Kafein