Upload
siti-nur-azizah
View
141
Download
11
Embed Size (px)
Citation preview
PENGENALAN HEWAN AVERTEBRATA DAN VERTEBRATA BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI
Oleh :
Nama : Siti Nur AzizahNIM : BIJ011086Rombingan : VKelompok : 1Asisten : Iis Setiawati
LAPORAN PRAKTIKUM TAKSONOMI HEWAN
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGIPURWOKERTO
2013
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Morfologi merupakan ilmu yang mempelajari bentuk luar suatu organisme.
Bentuk luar dari organisme ini merupakan salah satu ciri yang mudah dilihat dan
diingat dalam mempelajari organisme. Adapun yang dimaksud dengan bentuk
luar organisme ini adalah bentuk tubuh, termasuk di dalamnya warna tubuh yang
terlihat dari luar.
Simetri tubuh hewan terbagi menjadi dua bangun, yaitu simetri radial dan
simetri bilateral. Simetri radial adalah suatu tipe simetri pada tubuh yang secara
radial mengelilingi suatu sumbu pusat tunggal. Tubuh hewan tidak jelas sisi
kanan dan kirinya, karena masing-masing busur sisi tubuh identik terhadap busur
lainnya. Apabila suatu irisan diarahkan ke setiap dua radius yang berlawanan,
maka irisan tersebut akan membagi tubuh hewan avertebrata simetri radial
menjadi dua tengahan yang serupa. Contohnya hewan-hewan dari phyla
Cnidaria dan Ctenophora. Sedangkan simetri bilateral adalah hewan yang
memiliki tubuh yang bila dibagi menjadi dua bagian menurut arah depan ke
belakang akan menghasilkan paruhan yang sama seperti suatu benda dengan
bayangan dicermin. Tubuh hewan simetri bilateral, menunjukkan pembagian
yang jelas antara kepala, thoraks dan abdomen. Contohnya classis Insecta dari
phylum Arthropoda.
Sub-dunia hewan dibagi menjadi dua, yaitu hewan-hewan bersel satu
(Protozoa) dan hewan-hewan bersel banyak (Metazoa). Hewan kelompok
Metazoa dapat dibagi menjadi hewan diploblastik dan triploblastik. Hewan
Diploblastik adalah kelompok hewan yang mempunyai dua lapisan embrional,
sedangkan hewan Tripoblastik adalah kelompok hewan yang mempunyai tuga
lapisan embrional, yaitu ektoderm, mesoderm, dan endoderm atau entoderm
Semua hewan yang tidak memiliki tulang belakang digolongkan ke dalam
hewan avertebrata. Dalam kingdom Animalia, telah diketahui bahwa hewan
avertebrata digolongkan dalam dua golongan, yaitu hewan bersel tunggal yang
tubuhya terdiri atas satu sel saja. Contoh hewan avertebrata bersel tunggal
adalah hewan-hewan dari golongan Filum Protozoa, antara lain Amoeba,
Paramaecium, Euglena, dan Plasmodium. Golongan yang kedua pada hewan
avertebrata adalah hewan avertebrata bersel banyak/multiseluler.
Adapula avertebrata yang tubuhnya terdiri atas penyatuan beberapa
segmen menyusun kepala, thoraks dan abdomen. Proses penyatuan beberapa
atau banyak segmen dalam beragam kelompok-kelompok fungsi pada hewan
bemetamer ini disebut mengalami tagmatisasi. Masing-masing kelompok
metamer atau tagma ini secara struktural dan fungsional berbeda dengan tagma
lainnya. Cantoh : pada classis Insecta dan Crustacea memiliki tiga tagma yaitu
kepala, thoraks, dan abdomen yang masing-masing terdiri atas tiga atau lebih
metamer.
B. TUJUAN
Tujuan praktikum acara pengenalan hewan avertebrata dan vertebrata
berdasarkan karakter morfologi adalah untuk mengenali ciri-ciri yang tampak
pada hewan avertebrata dan vertebrata serta mengelompokkan hewan
avertebrata dan vertebrata berdasarkan rangka internal, tengkorak, mata, kuping,
simetri radial, simetri bilateral, metamerisme dan tagmatisasi.
II. MATERI DAN METODE
A. Materi
Materi yang diamati adalah hewan Bulu babi (Diadema sp., Belalang
(Valanga sp.), Udang (Macrobrachium Sp), Ular tali wangsa (Boiga dendrophila),
Ikan Nilem (Osteochilus hasselti), Burung Kutilang (Pycnonotus aurigaster),
Cacing Tanah (Pharetima sp.) dan Kelinci (Brachylagus Sp). Alat yang
digunakan adalah bak preparat, pinset, jarum preparat, kaca pembesar,
mikroskop, buku gambar dan alat tulis.
B. Metode
1. Preparat yang akan diamati dibawa oleh setiap kelompok.
2. Hewan avertebrata dan vertebrata diamati berdasarkan ciri-ciri morfologi
yang dimiliki (simetri radial, simetri bilateral, metamerisme dan tagmatisasi)
kemudian dikenali dan digambar.
3. Hewan avertebrata dan vertebrata yang diamati berdasarkan kepemilikan
tulang belakang, kesimetrian tubuh, tagmatisasi dan metamer dipisahkan
kemudian dibuat tabel hasil pengelompokkan hewan avertebrata dan
dideskripsikan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel Pengamatan
NoDasar
PengelompokanNama Spesies
Keterangan
(Avertebrata/
Vertebrata)
1 Rangka Internal
1. Burung (Pycnotus aurigaster)
2. Ikan (Osteochilus hasselti)
3. Ular (Boiga dendrophila)
4. Kelinci (Brachylagus sp.)
1. Vertebrata
2. Vertebrata
3. Vertebrata
4. Vertebrata
2 Tengkorak
1. Burung (Pycnonotus aurigaster)
2. Ikan (Osteochilus hasselti)
3. Ular (Boiga dendrophila)
4. Kelinci (Brachylagus sp.)
1. Vertebrata
2. Vertebrata
3. Vertebrata
4. Vertebrata
3 Mata
1. Burung (Pycnonotus aurigaster)
2. Ikan (Osteochilus hasselti)
3. Ular (Boiga dendrophila)
4. Belalang (Valanga sp.)
5. Udang (Macrobrachium sp.)
6. Kelinci (Brachylagus sp)
1. Vertebrata
2. Vertebrata
3. Vertebrata
4. Avertebrata
5. Avertebrata
6. Vertebrata
4 Kuping 1. Kelinci (Brachylagus Sp) 1. Vertebrata
5Kesimetrian
Tubuh
a. Bilateral simetri
1.Burung (Pycnonotus aurigaster)
2.Ikan (Osteochilus hasselti)
3. Ular (Boiga dendrophila)
4.Udang (Macrobrachium sp.)
5. Belalang (Valanga sp.)
6. Kelinci (Brachylagus sp.)
1. Vertebrata
2. Vertebrata
3. Vertebrata
4. Avertebrata
5. Avertebrata
6. Vertebrata
b.Radial simetri
1. Bulu Babi (Diadema sp.) 1. Avertebrata
6 Metamerisme 1. Cacing (Pharetima sp.) 1. Avertebrata
7 Tagmatisasi1. Belalang (Valanga sp.)
2. Udang (Macrobrachium sp.)
1. Avertebrata
2. Avertebrata
Gambar pengamatan hewan avertebrata dan vertebrata
Gambar 1. Belalang (Valanga sp.) Gambar 2. Bulu Babi (Diadema sp.)
Gambar 3. Udang Gambar 4.Cacing Tanah (Macrobrachium rosenbergii) (Pharetima sp.)
Gambar 5. Burung Kutilang Gambar 6. Ular Taliwangsa (Pycnonotus aurigaster) (Boiga dendrophila)
Gambar 7. Ikan Nilem Gambar 8. Kelinci
Gambar 7. Ikan Nilem Gambar 8. Kelinci(Osteochilus hasselti) (Brachylagus sp.)
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan, kelompok hewan avertebrata antara lain
belalang (Valanga sp.), udang galah (Macrobrachim rosenbegii), cacing
(Pheretima sp.), bulu babi (Diadema sp.), sedangkan untuk kelompok hewan
vertebrata diantaranya ular cincin mas (Boiga dendrophyla), kelinci (Brachilagus
sp.), ikan Nilem (Osteochilus hasselti),dan Burung Kutilang (Pycnonotus
aurigaster). Hal ini sesuai dengan pernyataan Pratt (1935) yang
menyatakan bahwa hewan vertebrata yaitu hewan yang bertulang belakang
atau punggung. Hewan vertebrata memiliki struktur tubuh yang jauh lebih
sempurna dibandingkan dengan hewan Invertebrata. Hewan vertebrata memiliki
tali yang merupakan susunan tempat terkumpulnya sel-sel saraf dan memiliki
perpanjangan kumpulan saraf dari otak. Tali ini tidak diimiliki oleh avertebrata.
Selain itu, hewan vertebrata telah memiliki system kerja sempurna peredaran
darah berpusat organ jantung dengan pembuluh-pembuluh menjadi salurannya
(Pratt, 1935).
Amfibi, reptil, burung dan mamalia dijadikan sebagai tempat sementara bagi
semua 19 spesies telah dikonfirmasi oleh morfologi, data biologis dan molekul.
Ikan dijadikan sebagai tempat sementara bagi tiga tambahan spesies lainnya,
yang semuanya tidak memiliki data pendukung molekuler (Fayer, 2010).
Ciri-ciri tubuh hewan yang bertulang belakang menurut Pratt (1935) adalah :
1. Mempunyai tulang yang terentang dari balakang kepala sampai bagian ekor
2. Mempunyai otak yang dilindungi oleh tulang-tulang tengkorak
3. Tubuh berbentuk simetris bilateral
4. Mempunyai kepala, leher, badan dan ekor walaupun ekor dan leher tidak
mutlak ada contohnya pada katak.
5. Mempunyai kelenjar bundar, endoksin yang menghasilkan hormon untuk
pengendalian
6. Susunan saraf terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang
7. Alat pencernaan memanjang mulai dari mulut sampai ke anus yang terletak
di sebelah vertran (depan) dan tulang belakang
8. Kulit terdiri atas epidermis (bagian luar) dan endodermis (bagian dalam)
9. Alat reproduksi berpasangan kecuali pada burung, kedua kelenjar kelamin
berupa ovalium dan testis menghasilkan sel tubuh dan sel sperma
Hewan avertebrata tidak bertulang belakang, serta memiliki struktur
morfologi dan anatomi lebih sederhana dibandingkan dengan kelompok hewan
bertulang punggung/belakang, juga sistem pencernaan, pernapasan dan
peredaran darah lebih sederhana dibandingkan hewan invertebrata. Menurut
kondisi rongga tubuh, hewan avertebrata ada yang tidak memiliki rongga tubuh
disebut Aselomata. Hewan yang memiliki rongga tubuh semu, yaitu rongga tubuh
belum dilengkapi dengan peritonieum (mesoderm) disebut Pseudoselomata.
Hewan yang telah memliki rongga tubuh yang sempurna, yaitu hewan yang telah
memiliki peritonium di bagian luar dan dalam untuk melindungi saluran
pencernaan disebut peritoneum visceralis atau selomata. Serta ada tidaknya
lofofora dan segmentasi tubuh, beberapa hewan avertebrata mengalami proses
metamerisme dan tagmanisasi (Suhardi, 1981).
Klasifikasi bulu babi (Diadema sp.) menurut Pratt (1935), adalah sebagai
berikut:
Filum : Echinodermata
Kelas : Echinoidea
Subkelas : Euchinoidea
Ordo : Cidaroidea
Famili : Diadematidae
Genus : Diadema
Species : Diadema sp.
Bulu Babi termasuk ke dalam filum Echinodermata, bentuk dasar tubuh
segilima. Mempunyai lima pasang garis kaki tabung dan duri panjang yang dapat
digerakkan. Kaki tabung dan duri memungkinkan binatang ini merangkak di
permukaan karang dan juga dapat digunakan untuk berjalan di pasir. Cangkang
luarnya tipis dan tersusun dari lempengan-lempengan yang berhubungan satu
sama lain. Diadema setosum merupakan satu diantara jenis bulu babi yang
terdapat di Indonesia yang mempunyai nilai konsumsi. Diadema setosum
termasuk dalam kelompok echinoid beraturan (regular echinoid), yaitu echinoid
yang mempunyai struktur cangkang seperti bola yang biasanya sirkular atau oval
dan agak pipih pada bagian oral dan aboral.
Bulu babi hidup di ekosistem terumbu karang (zona pertumbuhan alga) dan
lamun. Bulu babi ditemui dari daerah intertidal sampai kedalaman 10 m dan
merupakan penghuni sejati laut dengan batas toleransi salinitas antara 30-34 ‰.
Kebanyakan bulu babi beraturan hidup pada substrat yang keras, yakni batu-
batuan atau terumbu karang dan hanya sebagian kecil yang menghuni substrat
pasir dan lumpur (Radiopoetro, 1991). Bulu babi termasuk golongan hewan yang
mempunyai simetri radial, yaitu suatu tipe simetri pada tubuh yang secara radial
mengelilingi suatu sumbu pusat tunggal. Hewan ini berbentuk bulat dan
mempunyai rangka luar yang terdiri dari lempeng kapur. Makanan hewan ini
berupa ganggang yang digaruk dengan kelima giginya yang besar. Mulut bulu
babi sebagian agak mendatar. Bagian datar terdapat pada mulut dan daerah ini
disebut daerah oral. Bagian bulat yang terdapat anus disebut aboral. Bagian oral
pada keadaan hidup menghadap ke bawah, sedang bagian aboral menghadap
ke atas. Periproet dikelilingi lima lempeng berbentuk segi lilin. Lempeng ini
disebut lempeng genital, hal ini kerena masing-masing mempunyai satu lubang
tempat bermuara gonoduktus. Empat dari lempeng tersebut berukuran sama,
sedang yang satu lebih besar dan berubah bentuk menjadi madreporit
(Darbohoesodo, 1976).
Diadema sp. termasuk dalam kelompok Echinoid beraturan, yaitu
Echinoid yang mempunyai struktur cangkang seperti bola yang biasanya sirkular
atau oval dan agak pipih. Permukaan cangkang ini dilengkapi dengan duri
panjang yang berbeda – beda tergantung jenisnya. Kelas Echinoidea terdiri dari
9 spesies di antara semua echinodermata. Bulu babi biasanya ditemukan pada
kawasan utara Pulau Reef. Echinoida terutama herbivora memakan berbagai
ganggang, dan sesekali memakan omnivora pada encrusting organisme
bersama dengan diet vegetatif mereka (Koushik, 2012).
Belalang (Valanga sp.)
Menurut Jasin (1989), klasifikasi belalang (Valanga sp.) adalah sebagai
berikut:
Kingdom: Animalia
Phylum : Arthropoda
Classis : Insecta
Ordo : Orthoptera
Sub ordo: Caelifera
Genus : Valanga
Species : Valanga sp
Belalang merupakan hewan avertebrata dari classis Insecta dan ordo
Orthoptera. Orthoptera adalah jenis serangga yang memiliki sayap lurus. Tubuh
Belalang dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kepala (caput), dada (thorax),
dan perut (abdomen). Ukuran tubuh sedang sampai besar. Ada yang bersayap
ada atau tidak bersayap ada 2 pasang. Sayap depan panjang menyempit banyak
vena, menebal seperti kertas perkamen; sayap belakang membraneus, melebar
dan banyak vena. Alat mulut pengigit pengunyah. Betina umumnya ovipositor
yang berkembang baik. Jantan ada yang mempunyai alat penghasil suara
terletak di tinia atau abdomen. Belalang hidup di areal pertamanan bududaya,
ada juga yang di lingkungan rumah. Peranannya sebagai perusak tanaman,
perusak bahan simpanan tetapi ada juga sebagai predator (Siwi, 1991). Belalang
adalah serangga herbivora dari subordo Caelifera dalam ordo Orthoptera.
Serangga ini memiliki antena yang hampir selalu lebih pendek dari tubuhnya dan
juga memiliki ovipositor pendek. Suara yang ditimbulkan beberapa spesies
belalang biasanya dihasilkan dengan menggosokkan femur belakangnya
terhadap sayap depan atau abdomen (disebut stridulasi), atau karena kepakan
sayapnya sewaktu terbang. Femur belakangnya umumnya panjang dan kuat
yang cocok untuk melompat. Serangga ini umumnya bersayap, walaupun
sayapnya kadang tidak dapat dipergunakan untuk terbang. Belalang betina
umumnya berukuran lebih besar dari belalang jantan (Junaedi, 2008).
Klasifikasi udang menurut (Jasin, 1989) adalah sebagai berikut :
Phyllum : Arthropoda
Subphyllum : Crustacea
Class : Malacotraca
Ordo : Decapoda
Familia : Palaemonidae
Genus : Macrobrachium
Spesies : Macrobrachium rosenbergii
Crustacea hidup di air, bernafas dengan insang, kepala dan dada tidak
dapat dipisahkan sehingga disebut cepalothorax (kepala-dada) yang terdiri dari
13 ruas, yaitu 5 ruas di bagian kepala dan 8 ruas di bagian dada. Bagian badan
dan abdomen terdiri dari 6 ruas, tiap-tiap ruas (segmen) mempunyai sepasang
anggota badan (kaki renang) yang beruas-ruas pula. Pada ujung ruas keenam
terdapat ekor kipas 4 lembar dan satu telson yang berbentuk runcing.Bagian
kepala dilindungi oleh cangkang kepala atau Carapace. Bagian depan meruncing
dan melengkung membentuk huruf S yang disebut cucuk kepala atau rostrum.
Pada bagian atas rostrum terdapat 7 gerigi dan bagian bawahnya 3 gerigi untuk
P. monodon. Bagian kepala lainnya adalah :
Sepasang mata majemuk (mata facet) bertangkai dan dapat digerakkan.
Mulut terletak pada bagian bawah kepala dengan rahang (mandibula) yang
kuat.
Sepasang sungut besar atau antena.
Dua pasang sungut kecil atau antennula.
Sepasang sirip kepala (Scophocerit).
Sepasang alat pembantu rahang (Maxilliped).
Lima pasang kaki jalan (pereopoda), kaki jalan pertama, kedua dan ketiga
bercapit yang dinamakan chela.
Pada bagian dalam terdapat hepatopankreas, jantung dan insang. Bagian badan
tertutup oleh 6 ruas, yang satu sama lainnya dihubungkan oleh selaput tipis. Ada
lima pasang kaki renang (pleopoda) yang melekat pada ruas pertama sampai
dengan ruas kelima, sedangkan pada ruas keenam, kaki renang mengalami
perubahan bentuk menjadi ekor kipas (uropoda). Di antara ekor kipas terdapat
ekor yang meruncing pada bagian ujungnya yang disebut telson. Organ dalam
yang bisa diamati adalah usus (intestine) yang bermuara pada anus yang
terletak pada ujung ruas keenam (Anonim, 2006). Rangka luar udang dari kitin,
antena dua pasang, kaki 1 pasang pada setiap ruas tubuh pada udang atau
kepiting mempunyai 5 pasang kaki jalan. Umumnya telur menetas menjadi larva
dan setelah mengalami pengelupasan kulit maka larva tubuh menjadi hewan
dewasa. Udang merupakan hewan avertebrata yang memiliki simetri bilateral dan
juga tubuh dari udang merupakan jenis tagmatisasi. Tagmatisasi merupakan
suatu pola tubuh hewan avertebrata metamerik dimana segmennya berfungsi
menyusun beragam fungsi (disebut tagma). Misalnya tagma kepala untuk makan,
tagma thoraks untuk lokomosi dan tagma abdomen untuk reproduksi (Jasin,
1989).
Udang tergolong dalam organisme nokturnal. Organisme nokturnal adalah
hewan yang aktif mencari pakan pada waktu malam. Siang hari, udang
memanfaatkannya untuk beristirahat baik membenamkan diri di dalam lumpur
maupun menempel pada sesuatu benda yang terbenam dalam air (Suyanto et al,
2001). Menurut Divine dan Ateme (1982), udang mempunyai 3 organ
chemoreseptor utama yaitu antenulla bagian medial, bagian lateral, dan segmen
dactylus probandial dari kaki jalan yang secara fisiologis nampak sama. Organ
tersebut dapat berfungsi sebagai pembau dan perasa.
Ular cincin emas adalah nama sejenis ular berbisa anggota family
Colubridae. Umum biasa menyebutnya sebagai ular belang, nama yang sedikit
banyak menyesatkan karena digunakan pula untuk menyebut ular lain yang
serupa dan berkerabat dekat: ular weling (Bungarus candidus). Kedua ular ini
memang mirip bentuk dan warnanya. Nama belang dan weling (dari bahasa
Jawa) menunjuk kepada pola belang hitam-putih (atau hitam-kuning) yang
berlainan. Pada ular belang, belang hitamnya utuh berupa cincin dari punggung
hingga ke perut; sedangkan pada ular weling belang hitamnya hanya sekedar
selang-seling warna di bagian punggung (dorsal), sementara perutnya (ventral)
seluruhnya berwarna putih. Ular ini merupakan kelompok ular yang berbisa,
dicirikan dengan bentuk kepalanya yang segitiga (Radiopoetro, 1977). Klasifikasi
Ular Cincin Emas/ tali wangsa adalah sebagai berikut :
Phyllum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Family : Colubridae
Genus : Boiga
Spesies : Boiga dendrophila
Ikan Nilem (Osteochilus hasselti) memiliki bentuk tubuh hampir serupah
dengan ikan mas, hanya kepalah relatif kecil, pada sudut-sudut mulutnya
terdapat dua pasang sungut peraba. Warna tubuh ikan ini hijau abu-abuan, dan
hidup di perairan yang jernih, makanan berupa tumbuhan.sirip punggung dari
ikan nilem ini di sokong jari-jari keras dan 12-18 jari-jari lunak. Sirip ekor
bercagakbentuknya simetris. Sirip dubur di sokong oleh 3 jari-jari keras dan 5
jari-jari lunak,sirip perut di sokong 1 jari-jari keras dan 8 jari lunak, sirip dada di
sokong 1 jari-jari keras dan 13-15 jari-jari lunak. Di indonesia ikan ini terdapat di
jawa, sumatra, dan kalimantan di luar indonesia terdapat di malaysia dan siam.
(Djuhanda, 1981).
Ikan Nilem (Osteochilus hasselti) merupakan salah satu ikan asli Indonesia
meskipun tidak sepopuler ikan mas, maupun di beberapa sentra budidaya, ikan
ini lebih diminati baik oleh para pembudidaya ikan maupun oleh para konsumen,
misalnya daerah Tasik malaya, Ciamis, Banyumas, Purbalingga dan
Banjarnegara (Sistina, 2007). Berbeda dengan ikan mas yang kebanyakan
hanya diminati pada ukuran konsumsi (250-500 gr/ekor), ikan nilem dikonsumsi
mulai dari telur, ukuran menjari, hingga ukuran konsumsi (100-150 gr/ekor)
(Sunarma, 2007). Ikan Nilem (Osteochilus hasselti), menurut Radiopoetro (1977)
dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Classis : Pisces
Subclass : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Subordo : Cyprinoidae
Famili : Cyprinidae
Genus : Osteochilus
Spesies : Osteochilus hasselti
Burung Kutilang atau Kutilang adalah sejenis burung pengicau dari suku
Pycnonotidae yang mempunyai bunyi suaranya yang khas. Burung kutilang
berukuran sedang, panjang tubuh total (diukur dari ujung paruh hingga ujung
ekor) sekitar 20 cm. Sisi atas tubuh (punggung, ekor) berwarna coklat kelabu, sisi
bawah (tenggorokan, leher, dada dan perut) putih keabu-abuan. Bagian atas
kepala mulai dari dahi, topi dan jambul berwarna hitam. Tungging (di muka ekor)
nampak jelas berwarna putih, serta penutup belakang berwarna jingga (King et
al, 1975).
Burung kutilang memiliki simetri bilateral dan kerap kali menunjungi tempat-
tempat terbuka, tepi jalan, kebun, pekarangan, semak belukar dan hutan
sekunder sampai ketinggian 1600 mdpl. Burung ini sering berkelompok, baik
ketika mencari makanan maupun bertengger. Serang burung ini berbentuk
cawan dari anyaman daun rumput, tangkai daun/ ranting halus. Telur 2 atau 3
butir, berwarna kemerah jambuan dengan bintik ungu dan keabu-abuan.
Klasifikasi burung kutilang menurut (King et al, 1975) adalah sebagai berikut :
Kingdom: Animalia
Phyllum : Chordata
Class : Aves
Ordo : Passeriformes
Familia : Pycnonotidae
Genus : Pycnonotus
Spesies : Pycnonotus aurigaster
Bentuk tubuh pada cacing panjang silindris, dengan ± 2/3bagian
posteriornya sedikit memipih ke arah dorsoventral. Tubuh bersegmen-segmen
dan jelas ada annuli external bersesuaikan dengan jumlah segmen dalam, yaitu
± 150 segmen dalam seluruh tubuh. Permukaan tubuh cacing tanah juga
terdapat beberapa lubang-lubang muara keluar dari berbagai alat atau organ di
dalam tubuh, organ-organ tersebut adalah mulut, anus, lubang muara keluar
ductus spermaticus, atau vas defferens, terletak pada segmen ke 15, lubang
muara keluar oviduct, pada segmen ke 14, lubang muara keluar receptaculum
seminis pada segmen ke 9 dan ke10, pori dorsales pada segmen ke 8, dan
sepasang nephridiopori pada semua segmen (Mayr, 1982).
Cacing tanah bernafas dengan kulitnya, sebab kulitnya bersifat lembab,
tipis dan banyak mengandung kapiler darah (Jasin, 1989). Sistem ekskresi pada
cacing tanah berupa nephridia. Pada setiap segmen badan terdapat sepasang
nephridia, kecuali 3 segmen yang pertama dan yang terakhir. Tiap nephridium
terdiri atas nephrostoma dan saluran atau pipa yang berkelok-kelok
(Radiopoetro, 1981). Cacing tanah bersifat hermafrodit. Sepasang ovarium
menghasilkan ovari dan terletak di dalam segmen ke 13. Kedua oviductnya juga
terletak di dalam segmen ke 13 dan infundibulumnya bercilia. Oviduct tadi
melalui septum yang terletak di antara segmen ke 13 dan segmen ke 14, dan di
dalam segmen ke 14 membesar dan membentuk kantong telur (Jasin, 1989).
Klasifikasi Cacing Tanah (Pharetima sp.) menurut Pratt (1935), adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Anellida
Classis : Ligochaeta
Ordo : Haplotaxida
Famili : Megascolecidae
Genus : PPharetima
Species : Pharetima sp.
Kelinci merupakan salah satu hewan mamalia dari famili Leposida dan
diklasifikasikan kedalam ordo Lagomorpha. Ordo ini dibedakan menjadi dua
famili yaitu Leposidae dan Ochtinidae. Secara umum, kelnci terbagi menjadi dua
jenis yaitu berbulu pendek dan panjang dengan warna agak kekuningan. Warna
kekuningan ini berubah menjadi kelabu pada saat musim dingin. Kelinci memiliki
berat tubuh mencapai 4 kg. Habitat kelinci adalah hutan dipegunungan, panjang
tubuhnya mencapai 40 cm. Menurut Jasin (1989) klasifikasi kelinci yaitu sebagai
berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Sub Philum : Vertebrata
Classis : Mamalia
Ordo : Lagomorpha
Famili : Leposidae
Genus : Brachylagus
Species : Brachylagus Sp
Di dunia ini terdapat 40 phyla hewan avertebrata yang dikelompokkan atas
dasar banyaknya sel penyusun tubuh, konstruksi tubuh, jumlah lapisan tubuh,
kesimetrian tubuh, pembentukan anus dan mulut pada awal perkembangan
embrionalnya, kondisi rongga tubuh, ada tidaknya lofofora, dan segmentasi
tubuh.kesimetrian tubuh dan ada tidaknya segmentasi tubuh dapat diketahui
melalui pengamatan ciri morfologi. Tubuh hewan avertebrata, ada pula yang
terdiri atas segmen-segmen atau metamer. Segmen-segmen ini, ada yang
serupa dari depan kebelakang rangkaian segmen atau metamer yang segaris
sepanjang sumbu anteroposterior disebut mengalami metamerisme. Masing-
masing metamer penyusun tubuh hewan avertebrata ini mirip dalam konstruksi
dan fungsinya. Pada hewan protostomata bermetamer, masing-masing metamer
atau disebut juga somit, dilewati pleh anus. Contoh : anggota dari phylum
Annelida (Jasin, 1989).
Karakter taksonomi kuantitatif adalah karakter yang cirinya yang dapat
dinilai secara langsung dengan cara menghitung atau mengukur, dan dinyatakan
dalam angka. Contohnya: lebar daun, panjang perbungaan yang dinyatakan
dalam cm atau jumlah benang sari, jumlah lembar mahkota bunga
yang dinyatakan dalam angka. Karakter kualitatif digambarkan dengan bentuk
dan dideskripsikan bukan dalam angka. Contohnya:duduk daun berhadapan,
berseling, buah buni atau buah kotak. Sifat kualitatif mempunyai nilai yang lebih
penting daripada sifat kuantitatif, sebab sifatkuantitatif kadang-kadang
mempunyai kisaran yang luas terutama pada sifat berasal dari bagian vegetatif
yang seringkali dipengaruhi faktor-faktor lingkungan. Sifat taksonomi juga dapat
digolongkan atassifat yang baik dan sifat yang jelek. Sifat yang baik untuk
keperluan botani sistematik adalah tidak mudah terpengaruh faktor lingkungan
(Pratt, 1935).
Metamerisme adalah suatu gejala tubuh hewan avertebrata yang terdiri
atas satu seri segmen atau somit yang tersusun secara linier sepanjang tubuh
anterior – posterior. Tagmatisasi adalah suatu pola tubuh hewan avertebrata
matamerik dimana beberapa atau banyak segmennya berfungsi menyusun
beragam fungsi (disebut tagma). Setiap tagma secara struktural dan fisiologis
berbeda, tagma kepala berfungsi dalam makan, tagma thorax berfungsi dalam
lokomosi, dan tagma abdomen berfungsi dalam reproduksi. Istilah simetri
bilateral menggambarakan hewan yang tubuhnya tersusun bersebelahan dengan
bagian lainnya. Jika diambil garis memotong lewat mulut dan anus hewan simetri
bilateral akan didapatkan bagian yang sama antara sisi kiri dan kanan. Hewan
simetri bilateral selain memiliki sisi puncak (oral) dan sisi dasar (aboral), juga
mempunyai sisi atas (dorsal), dan sisi bawah (ventral), sisi kepala (anterior), dan
sisi ekor posterior), serta juga sisi samping (lateral) contohnya adalah ikan nilem
(Osteochilus hasselti). Istilah simetri radial menggambarkan hewan yang
mempunyai bagian tubuh yang tersusun melingkar (bulat). Jika diambil garis
lewat mulut akan menghasilkan bagian-bagian yang sama. Hewan dengan
simetri radial hanya mempunyai bagian puncak (sisi oral) dan bagian dasar (sisi
aboral). Hewan yang termasuk dalam kelompok ini adalah Porifera, Cnidaria,
dan Echinodermata. Hewan yang mempunyai simetri radial disebut radiata
contohnya adalah bulu babi (Saanin, 1968).
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan sebelumnya dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut :
1. Simetri tubuh terdiri atas dua bangun, yaitu simetri radial dan simetri
bilateral.
2. Proses penyatuan beberapa atau banyak segmen dalam beragam
kelompok-kelompok fungsi pada hewan bemetamer ini disebut
mengalami tagmatisasi. Sedangkan metamerisme merupakan tubuh
hewan avertebrata yang tersusun oleh suatu rangkaian segmen atau
metamer yang segaris sepanjang sumbu anteroposterior.
3. Semua hewan vertebrata mempunyai ciri-ciri yaitu mempunyai rangka
internal dan tulang tengkorak.
B. Saran
Awetan preparat yang digunakan diharapkan awetan yang masih baru
karena kemarin ada awetan yang bentuknya sudah hampir rusak.
DAFTAR REFERENSI
Anonymous. 2006. Udang dan Ular Cincin. http:// www.wikipedia . org. Diakses tanggal 2 April 2010.
Campbell, A. Neil, et all. 2004. Biology Edisi Kelima Jilid Kedua. Erlangga. Jakarta.
Divine, D. V. and J. Ateme. 1982. Function of Chemoreseptor Organ in Spatial Orientation of Lobster. Homerias Anert Carias Difference and Overlap. Boston : Boston University Marine Program Biological Laboratory.
Darbohoesodo, R. B. 1976. Penuntun Taksonomi Avertebrata. Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman. Purwokerto.
Fayer, Ronald. 2010. Taxonomy and species delimitation in Cryptosporidium.Agricultural Research Service, United States Department of Agriculture,Beltsville, MD 20705, USA
Jasin, M. 1989. Sistematik Hewan (Invertebrata dan Vertebrata). Sinar Wijaya, Surabaya.
Junaedi,W. 2008. Serangga Insekta. http://junaedi525.blogspot.com/serangga-insekta.html
King, B., M. Woodcock, and E.C. Dickinson. 1975. A Field Guide to The Birds of South-East Asia. Collins. London.
Koushik, Sadhukhan and Raghunathan. 2012. A General Account on Community Structure of Echinoderms in North Andaman. IJBPAS, Vol 1(1): 44-56.
Mayr, Ernest. 1982. Principles Of Systematic Zoologi. Tata McGraw-Hill Publishing Company, New Delhi.
Pratt H S. 1935. A Manual of The Common Invertebrates Animals. McGraw Hill. Company Inc : New York
Radiopoetro. 1981. Zoology. Erlangga, Jakarta.
Radiopoetro. 1991. Zoologi. Erlangga, Jakarta Siwi, S.S. 1991. Kunci Determinasi Serangga. Kanisius, Yogyakarta.
Siwi, Sri Suharni. 1991. Kunci Determinasi Serangga. Kanisius. Yogyakarta.
Sunarma, A, D. W. B. Hastuti, Yulia Sistina, 2007. Penggunaan Ektender Madu yang Dikombinasikan dengan Krioprotektan Berbeda pada
PengawetanSperma Ikan Nilem (Indonesian Sharkminnow, Osteochilus hasselti Valanciennes, 1842) : 1-9.
Suyanto, S. R. dan Mujimin, A. 2001. Budidaya Udang Windu. Penebar Swadaya, Jakarta.