17
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 2 MOJOLABAN PADA MATERI SEGITIGA DAN SEGIEMPAT TAHUN AJARAN 2015/2016 Sutarmi , Ikrar Pramudya , Henny Ekana C Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, FKIP, UNS Dosen Prodi Pendidikan Matematika, FKIP, UNS Alamat Korespondensi [email protected], [email protected] [email protected] Jl. Ir. Sutami No 36A, Kentingan, Surakarta, Jawa Tengah 57126 ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan komunikasi matematika siswa kelas VIIA SMPN 2 Mojolaban tahun ajaran 2015/2016 melalui penerapan model pembelajaran Missouri Mathematic Project. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus dengan tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIIA SMPN 2 Mojolaban yang berjumlah 32 siswa. Data dan sumber data berasal dari siswa, guru, dan proses pembelajaran. Teknik pengumpulan data adalah dengan cara observasi, tes, dan dokumentasi. Uji validitas data menggunakan teknik triangulasi, yaitu triangulasi penyidik. Analisis data menggunakan analisis data hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran dan analisis data hasil observasi komunikasi matematika siswa. Model penelitian yang digunakan adalah model Missouri Mathematics Project. Hasil penelitian menunjukkan bahwa. Penerapan model pembelajaran Missouri Mathematic Project dapat meningkatkan komunikasi matematika di kelas VIIA SMPN 2 Mojolaban tahun ajaran 2015/2016. Hal ini dapat dilihat dari (1) hasil tes komunikasi matematika tertulis pada prasiklus sebesar 48,39% meningkat menjadi 67,74% pada siklus I dan II meningkat menjadi 77,42%, perolehan ini telah melampaui target yang ditetapkan yaitu 75% dan (2) hasil skor rata- rata observasi komunikasi lisan sebesar 1,75 meningkat menjadi 2,32 pada siklus I dan meningkat menjadi 3,05 pada siklus II. Perolehan ini telah mencapai target yang ditetapkan yaitu 2,51. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes tertulis dan lembar observasi komunikasi matematika lisan. Simpulan penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran Missouri Mathematic Project dapat meningkatkan komunikasi matematika siswa kelas VIIA SMPN 2 Mojolaban Tahun Ajaran 2015/2016. Kata kunci : model pembelajaran missouri mathematic project, komunikasi matematika, segitiga dan segiempat

TAHUN AJARAN 2015/2016

  • Upload
    others

  • View
    1

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MISSOURI MATHEMATICS PROJECT

UNTUK MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA

KELAS VII A SMP NEGERI 2 MOJOLABAN

PADA MATERI SEGITIGA DAN SEGIEMPAT

TAHUN AJARAN 2015/2016

Sutarmi , Ikrar Pramudya , Henny Ekana C

Mahasiswa Prodi Pendidikan Matematika, FKIP, UNS Dosen Prodi Pendidikan Matematika, FKIP, UNS

Alamat Korespondensi [email protected], [email protected]

[email protected]

Jl. Ir. Sutami No 36A, Kentingan, Surakarta, Jawa Tengah 57126

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan komunikasi matematika siswa kelas VIIA

SMPN 2 Mojolaban tahun ajaran 2015/2016 melalui penerapan model pembelajaran Missouri

Mathematic Project.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian dilaksanakan dalam

dua siklus dengan tiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

Subjek penelitian adalah siswa kelas VIIA SMPN 2 Mojolaban yang berjumlah 32 siswa. Data

dan sumber data berasal dari siswa, guru, dan proses pembelajaran. Teknik pengumpulan data

adalah dengan cara observasi, tes, dan dokumentasi. Uji validitas data menggunakan teknik

triangulasi, yaitu triangulasi penyidik. Analisis data menggunakan analisis data hasil observasi

keterlaksanaan pembelajaran dan analisis data hasil observasi komunikasi matematika siswa.

Model penelitian yang digunakan adalah model Missouri Mathematics Project.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa. Penerapan model pembelajaran Missouri Mathematic

Project dapat meningkatkan komunikasi matematika di kelas VIIA SMPN 2 Mojolaban tahun

ajaran 2015/2016. Hal ini dapat dilihat dari (1) hasil tes komunikasi matematika tertulis pada

prasiklus sebesar 48,39% meningkat menjadi 67,74% pada siklus I dan II meningkat menjadi

77,42%, perolehan ini telah melampaui target yang ditetapkan yaitu 75% dan (2) hasil skor rata-

rata observasi komunikasi lisan sebesar 1,75 meningkat menjadi 2,32 pada siklus I dan

meningkat menjadi 3,05 pada siklus II. Perolehan ini telah mencapai target yang ditetapkan yaitu

2,51. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes tertulis dan lembar observasi komunikasi matematika

lisan.

Simpulan penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran Missouri Mathematic

Project dapat meningkatkan komunikasi matematika siswa kelas VIIA SMPN 2 Mojolaban

Tahun Ajaran 2015/2016.

Kata kunci : model pembelajaran missouri mathematic project, komunikasi matematika, segitiga

dan segiempat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dalam rangka meningkatkan sumber

daya manusia yang berkualitas diperlukan

strategi pembelajaran yang tepat sehingga

mampu memperbaiki sistem pendidikan

yang telah berlangsung selama ini. Salah

satu tolok ukur keberhasilan guru adalah

bila dalam pembelajaran mencapai hasil

yang optimal. Keberhasilan ini sangat

dipengaruhi oleh kemampuan guru untuk

mengelola proses belajar mengajar.

Tujuan pembelajaran matematika di

sekolah adalah agar siswa memiliki

kompetensi untuk melanjutkan studi ke

jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan

untuk memecahkan masalah dalam

kehidupan sehari-hari. Kompetensi atau

kecakapan matematika yang diharapkan

dapat tercapai melalui pembelajaran

matematika tertuang dalam Permendiknas

No. 22 tahun 2006 tentang standar isi. Di

sini dinyatakan bahwa tujuan pelajaran

matematika di SD/MI SMP/MTs, SMA

/MA, dan SMK/MA, diantaranya adalah

agar peserta didik: 1) memahami konsep

matematika, menjelaskan keterkaitan antar

konsep dan mengaplikasikan konsep atau

algoritma, secara luwes, akurat, efisien,

dan tepat dalam pemecahan masalah; 2)

menggunakan penalaran pada pola dan

sifat, melakukan manipulasi matematika

dalam membuat generalisasi, menyusun

bukti, atau menjelaskan gagasan dan

pernyataan matematika; 3) memecahkan

masalah yang meliputi kemampuan

memahami masalah, merancang model

matematika, menyelesaikan model, dan

menafsirkan solusi yang diperoleh; 4)

mengomunikasikan gagasan dengan

simbol, tabel, diagram, atau media lain

untuk memperjelas keadaan atau masalah;

5) memiliki sikap menghargai kegunaan

matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan

minat dalam mempelajari matematika,

serta sikap ulet dan percaya diri dalam

pemecahan masalah.

Sesuai dengan tujuan pembelajaran

matematika nomor empat, komunikasi

matematis merupakan salah satu

kemampuan penting yang harus

dikembangkan dalam diri peserta didik.

Dalam pembelajaran matematika, seorang

siswa yang sudah mempunyai pemahaman

matematika dituntut juga untuk bisa

mengomunikasikannya agar pemahaman-

nya tersebut bisa dimengerti oleh orang

lain. Dengan mengomunikasikan pikiran,

gagasan, dan ide-ide matematikanya

kepada orang lain, seorang siswa bisa

meningkatkan pemahaman dan prestasi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

belajar matematikanya. Kemampuan yang

tergolong pada kemampuan komunikasi

matematis adalah sebagai berikut: (1) me-

nyatakan ide-ide matematis secara lisan,

tulisan, dan mendemontrasikannya serta

menggambarkannya secara visual dengan

berbagai cara yang berbeda; (2) me-

mahami, menginterpretasikan, dan menilai

ide-ide matematis baik secara lisan, tulisan

maupun dalam bentuk visual lainnya; (3)

menyusun dan mengkonsolidasikan ber-

pikir matematis siswa melalui komunikasi;

(4) menggunakan istilah, notasi, dan

struktur matematis untuk menyajikan ide

dan pembuatan model; (5) mengamati,

membuat konjektur, mengajukan per-

tanyaan, mengumpulkan dan mengevaluasi

informasi, dan membuat generalisasi; (6)

menganalisis dan mengevaluasi pemikiran

matematis dan strategi yang dimiliki siswa,

(7) menghasilkan dan menyajikan argumen

yang meyakinkan.

Dari uraian di atas, komunikasi

matematis sangatlah penting tetapi ke-

nyataannya kemampuan siswa dalam

komunikasi matematis masih jauh dari

yang diharapkan. Salah satu penyebabnya

adalah gaya guru dalam mengajar. Guru

lebih memfokuskan pada konsep-konsep

matematika. Di dalam kelas, guru biasanya

memulai proses pembelajaran dengan

menjelaskan konsep matematika, mem-

berikan contoh bagaimana mengerjakan

suatu soal, kemudian meminta siswa untuk

mengerjakan soal yang sejenis dengan soal

yang sudah diterangkan oleh guru. Ketika

pembelajaran dilaksanakan dengan cara

memberi permasalahan matematika yang

kemudian diselesaikan secara mandiri oleh

siswa. Setelah itu, siswa mempresentasikan

jawaban dari permasalahan tersebut. Guru

dan siswa mengevaluasi jawaban yang

dipresentasikan. Guru memperbaiki jawab-

an yang salah dan siswa menuliskan

kembali jawaban yang sudah benar. Setelah

itu meminta siwa mengerjakan soal sejenis

dengan soal yang sudah diterangkan

sebelumnya namun hasilnya kurang

memuaskan. Siswa terlihat mengalami

kesulitan dalam mengomunikasikan sim-

bol-simbol, gambar, grafik, diagram dan

kurva kedalam model matematika. Siswa

hanya bisa menemukan model matematika

setelah adanya contoh yang sejenis dengan

permasalahan yang dikerjakan oleh siswa

pada proses pembelajaran berlangsung.

Terlihat bahwa siswa tidak bisa me-

nyelesaikan masalah matematika dengan

tanpa adanya bantuan guru. Jadi, proses

pembelajarannya masih didominasi model

pembelajaran yang hanya berpusat pada

guru. Selain itu, siswa saat melaksanakan

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

ulangan harian terdapat beberapa masalah

dalam penyelesaian soal ulangan harian,

antara lain siswa tidak dapat menuliskan

langkah-langkah penyelesaian dengan sis-

tematis, hanya menuliskan jawaban tetapi

tidak menuliskan langkah penyelesaian,

dan tidak bisa mengaitkan beberapa konsep

matematika untuk mengerjakan soal

ulangan harian.

Dampak dari proses pembelajaran

seperti ini adalah siswa cenderung me-

nyelesaikan suatu masalah dengan meniru

penyelesaian masalah yang diperagakan oleh

guru ketika membahas contoh dan soal

matematika. Siswa tidak menggali dan

mengembangkan ide-ide atau gagasan

matematiknya. Siswa tidak dapat membuat

konjektur, menyusun argumen, merumuskan

definisi, dan menyatakan generalisasi. Siswa

menjadi tidak mempunyai pengalaman

dalam menyelesaikan sebuah permasalahan

matematika. Selain itu, siswa nantinya akan

kesulitan dalam menerapkan konsep-konsep

untuk menyelesaikan permasalahan yang

tidak rutin maupun permasalahan nyata yang

berkaitan dengan konsep yang sudah

dipelajari tersebut. Hal inilah yang

menyebabkan rendahnya kemampuan ko-

munikasi matematis siswa dalam pem-

belajaran matematika.

Mengatasi persoalan tersebut, ke-

mampuan komunikasi matematis perlu

dibiasakan dan ditingkatkan oleh siswa

dengan tidak terlepas dari peran serta guru

dalam pembelajaran. Kemampuan ini

diperlukan oleh siswa sebagai bekal dalam

pembelajaran matematika. Penekanan pada

penerapan konsep matematika dalam pem-

belajaran matematika harus diperhatikan

oleh guru. Seorang guru seharusnya mampu

memotivasi siswa untuk menerapkan atau

membuat hubungan atau relasi antara

pengetahuan yang telah diperolehnya deng-

an situasi yang ada.

Untuk membantu siswa dalam me-

nguasai matematika perlu usaha maksimal

agar tujuan pembelajaran matematika dapat

tercapai sesuai yang diharapkan. Salah satu

cara yang dapat dilakukan dalam

pembelajaran matematika adalah guru

seharusnya dapat memilih dan menggunakan

metode pembelajaran yang tepat sehingga

siswa dapat memahami konsep matematika

dengan baik dan mampu mengembangkan

kemampuan menyampaikan informasi atau

mengkomunikasikan pikiran, gagasan, dan

ide dari konsep matematika tersebut. Jurnal

internasional yang ditulis oleh Sharif As-

Saber, Glenda Crosling, Nira Rahman

(2013) memperkenalkan kerangka kerja

untuk lebih memahami sifat belajar mandiri

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

dan cara di mana hal itu berdampak pada

pengalaman belajar keseluruhan siswa

internasional [1]. Belajar mandiri (seatwork)

merupakan salah satu tahapan dalam

Missouri Mathematic Project.

Model pembelajaran Missouri Ma-

thematic Project memberikan kesempatan

kepada siswa dan guru secara bersama-

sama proaktif di dalam proses pem-

belajaran. Dalam penerapan model pem-

belajaran MMP, guru hanya sebagai

fasilitator, sedangkan siswa aktif me-

nemukan sendiri suatu konsep pada tahap

MMP yaitu pengembangan. Konsep ter-

sebut mudah dipahami, bertahan lama

dalam ingatan siswa dan siswa akan lebih

mampu mentransfer pengetahuaannya ke

dalam pemecahan masalah. Setelah itu,

secara kooperatif (langkah MMP yaitu

latihan terkontrol), latihan-latihan dikerja-

kan oleh siswa dimana di dalamnya siswa

saling membantu dalam menguasai bahan

ajar. Siswa akan lebih banyak ber-

komunikasi matematika menuliskan jawab-

an dan berusaha mencari jawaban yang te-

pat.

Model Missouri Mathematic Project

digunakan pada penelitian sebelumnya,

yaitu untuk meningkatkan hasil belajar,

pemahaman konsep, aktivitas, dan prestasi

belajar. M Zainal Arifin (2011) menunjuk-

kan adanya peningkatan hasil belajar siswa

yaitu 71,04% pada siklus I meningkat

menjadi 92,86% pada siklus II [2]. Hasil

penelitian tersebut menunjukan bahwa

penggunaan model pembelajaran Missouri

Mathematics Project dapat meningkatkan

hasil belajar matematika pada materi pokok

fungsi pada peserta didik kelas VIII MTs

Yasi Kronggen Brati tahun pelajaran 2010/

2011. Jurnal internasional yang ditulis oleh

Reynolds & Muijs menyatakan bahwa

Missouri Mathematics Project membuat

siswa mempunyai peluang tinggi untuk

belajar, pembelajaran tidak berorientasi pada

guru, dan merupakan model pembelajaran

yang efektif dalam manajemen kelas [3].

Dalam Jurnal Internasional yang ditulis oleh

Ira J Papick, John K Beem, Barbarra J Reys,

dan Robert E Reys (2006) menyatakan

bahwa seorang guru harus mampu

mengombinasikan dan mengembangkan

konten dalam menyiapkan pembelajaran

matematika [4]. Dengan Missouri Mathema-

tics Project, siswa disiapkan untuk berpikir

secara kreatif dengan memanfaatkan penge-

tahuan yang diperoleh sebelumnya. Jurnal

internasional yang ditulis oleh FM. Alba, M.

Chotim, dan I. Junaedi (2014) menyatakan

bahwa pembelajaran model generatif dan

MMP efektif terhadap ke-mampuan

pemecahan masalah pada materi jarak pada

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

bangun ruang dan pembelajaran mengguna-

kan model pembelajaran generatif sama

efektifnya dengan pembelajaran meng-

gunakan model pembelajaran Missouri

Mathematics Project terhadap kemampuan

pemecahan masalah [5]. Dalam Jurnal Inter-

nasional yang ditulis oleh Arifa Rahmi dan

Depriwana Rahmi (2015) menyatakan

bahwa terdapat pengaruh penerapan model

Missouri Mathematics Project terhadap

kemampuan komunikasi matematika siswa

SMK Dwi Sejahtera Pekanbaru [6].

Melalui kemampuan komunikasi

yang dimilikinya peserta didik diharapkan

mampu mencari informasi dan meng-

konstruksi pengetahuan sesuai dengan

minat dan kemampuan masing-masing.

Salah satu penguasaan komunikasi oleh

peserta didik dapat dilihat melalui

kemampuan komunikasinya secara tertulis.

Kemampuan komunikasi tertulis berupa

kemampuan peserta didik dalam segala

kegiatan menyampaikan ide atau pemikir-

an matematik melalui langkah pende-

skripsian ide atau pemikiran tersebut dalam

bentuk simbol, diagram, gambar maupun

dalam bentuk ekspresi matematik, dan

kemampuan menuliskan jawaban dengan

bahasa sendiri.

Berdasarkan uraian di atas, model

pembelajaran Missouri Mathematics Pro-

ject akan diterapkan oleh peneliti untuk

meningkatkan komunikasi matematika

siswa kelas VII A SMPN 2 Mojolaban

tahun ajaran 2015/2016 pada materi

segitiga dan segiempat.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu untuk

meningkatkan komunikasi matematika

siswa kelas VII A SMPN 2 Mojolaban

pada materi segitiga dan segiempat pada

tahun ajaran 2015/2016 melalui penerapan

model pembelajaran Missouri Mathematics

Project.

KAJIAN PUSTAKA

Belajar menurut Gagne (Warsita,

2008: 87) adalah suatu kumpulan proses

yang bersifat individu yang mengubah

stimulasi yang datang dari lingkungan

seseorang ke dalam sejumlah informasi yang

selanjutnya dapat menyebabkan adanya hasil

belajar dalam bentuk ingatan jangka panjang

[7]. Dalam teori kognitivisme (Anitah, 2009:

7) belajar adalah perubahan persepsi dan

pemahaman[8]. Berdasarkan beberapa defi-

nisi belajar tersebut dapat disimpulkan

bahwa belajar adalah proses untuk

memperoleh pengetahuan dan penanaman

konsep serta keterampilan yang ditandai

dengan perubahan persepsi dan pemahaman

serta hasil dari konstruksi arti dari suatu

teks, pengalaman fisik, dialog, dan lain-lain

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

melalui asimilasi pengalaman baru dengan

pengertian yang telah dimiliki seseorang.

Menurut Sadiman (Warsita, 2008: 85)

pembelajaran adalah suatu usaha untuk

membuat peserta didik belajar atau suatu

kegiatan untuk membelajarkan peserta didik

atau dengan kata lain pembelajaran

merupakan upaya menciptakan kondisi agar

terjadi kegiatan belajar[7] . Menurut Miarso

(Warsita, 2008: 85) pembelajaran adalah

usaha mengelola lingkungan dengan sengaja

agar seseorang membentuk diri secara

positif dalam kondisi tertentu [7]. Berdasar-

kan definisi dari beberapa ahli di atas dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran adalah

interaksi antara pendidik dengan peserta

didik, interaksi antar sesama peserta didik,

interaksi peserta didik dengan narasumber,

interaksi peserta didik bersama pendidik

dengan sumber belajar yang sengaja

dikembangkan, dan interaksi peserta didik

bersama pendidik dengan lingkungan sosial

dan alam agar terjadi proses belajar pada

peserta didik.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

disebutkan bahwa Matematika adalah ilmu

tentang bilangan, hubungan antara

bilangan, dan prosedur operasional yang

digunakan dalam penyelesaian masalah

mengenai bilangan. Menurut Russeffendi

(Wati, 2011: 11), matematika adalah ilmu

tentang struktur yang terorganisasi[9].

Misalnya, pada Geometri bidang terdapat

unsur-unsur tertentu, antara lain titik, garis,

lengkungan, dan bidang. Dari definisi yang

berbeda tersebut dapat disimpulkan bahwa

matematika adalah ilmu yang bersifat

rasional yang kebenarannya dibuktikan

secara deduktif, memiliki objek kajian

abstrak, bertumpu pada kesepakatan,

memiliki simbol yang kosong dari arti,

memperhatikan semesta pembicaraan, dan

konsisten dalam sistem.

Berdasarkan berbagai pandangan

tentang komunikasi matematis, maka

secara umum kemampuan yang tergolong

pada komunikasi matematis adalah sebagai

berikut: (1) menyatakan ide-ide matematis

secara lisan, tulisan, dan men-

demontrasikannya serta menggambarkan-

nya secara visual dengan berbagai cara

yang berbeda; (2) memahami, meng-

interpretasikan, dan menilai ide-ide mate-

matis baik secara lisan, tulisan maupun

dalam bentuk visual lainnya; (3) menyusun

dan mengonsolidasikan berpikir matematis

siswa melalui komunikasi; (4) meng-

gunakan istilah, notasi, dan struktur

matematis untuk menyajikan ide dan

pembuatan model; (5) mengamati, mem-

buat konjektur, mengajukan pertanyaan,

mengumpulkan dan mengevaluasi infor-

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

masi, dan membuat generalisasi; (6) meng-

analisis dan mengevaluasi pemikiran

matematis dan strategi yang dimiliki siswa,

(7) menghasilkan dan menyajikan argumen

yang meyakinkan.

Missouri Mathematics Project

adalah salah satu model tersrtuktur seperti

halnya struktur pembelajaran matematika.

Menurut Al. Krismanto dalam Wati (2011:

18) struktur tersebut dikemas dalam langkah

– langkah sebagai berikut :

Langkah I: Review

Guru dan siswa meninjau ulang apa yang

telah tercakup pada pelajaran yang telah lalu

dengan alokasi waktu sekitar 10 menit.

Yang ditinjau adalah PR, mencongak, atau

membuat perkiraan.

Langkah 2: Pengembangan

Guru menyajikan ide baru dan perluasan

konsep terdahulu. Siswa diberi tahu tujuan

pelajaran yang memiliki “antisipasi” tentang

sasaran pelajaran. Penjelasan dan diskusi

interaktif antara guru dan siswa harus disajikan

termasuk demonstrasi konkrit yang sifatnya

piktorial atau simbolik. Guru merekomendasikan

sekitar 50% waktu pelajaran untuk

pengembangan. Pengembangan akan lebih

bijaksana bila dikombinasikan dengan

kontrol latihan untuk meyakinkan bahwa

siswa mengikuti materi baru tersebut.

Langkah 3: Kerja Kooperatif (Latihan

Terkontrol)

Siswa diminta merespon satu rangakaian

soal sambil guru mengamati kalau-kalau

terjadi miskonsepsi. Pada latihan

terkontrol ini respon setiap siswa sangat

menguntungkan bagi guru dan siswa.

Pengembangan dan latihan terkontrol

dapat saling mengisi dengan total waktu

sekitar 20 menit. Guru harus memasuk-

kan rincian khusus tanggung jawab

kelompok dan ganjaran individual ber-

dasarkan pencapaian materi yang di-

pelajari. Siswa bekerja sendiri atau dalam

kelompok belajar kooperatif.

Langkah 4: Seatwork

Untuk latihan atau perluasan mempelajari

konsep yang disajikan pada langkah 2

(pengembangan). Alokasi waktunya ada-

lah 15 menit.

Langkah 5: PR

Guru memberikan penugasan / PR

kepada siswa agar siswa juga belajar di

rumah. Pemberian PR di akhir proses

belajar mengajar dan isi/soal dari PR

beberapa soal yang sejalan dengan materi

pelajaran yang baru saja diajarkan [9].

Mencermati model pembelajaran tersebut

di atas dapat disebutkan di sini beberapa

kelebihannya, antara lain :

a. Banyak materi yang bisa disampaikan

kepada siswa karena tidak terlalu

memakan banyak waktu. Artinya,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

penggunaan waktu relatif dapat diatur

agar lebih tertata.

b. Banyak latihan sehingga siswa lebih

terampil dengan beragam soal.

Berdasarkan uraian tersebut dapat

disimpulkan bahwa model pembelajaran

Missouri Mathematics Project adalah model

pembelajaran yang didesain untuk mem-

bantu guru dalam hal efektivitas penggunaan

latihan-latihan agar siswa mencapai pe-

ningkatan prestasi yang luar biasa. Missouri

Mathematics Project terdiri dari beberapa

langkah yang terstruktur dan sistematis yaitu

review, pengembangan, latihan terkontrol,

seatwork, dan PR.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini menggunakan

penelitian tindakan kelas karena peneliti

bertindak secara langsung dalam penelitian

mulai dari awal sampai dengan akhir

tindakan. Berdasarkan sumber data yang

digunakan, metode yang digunakan untuk

pengumpulan data dalam penelitian ini

adalah metode pengamatan (observasi) dan

tes tertulis. Dalam penelitian ini, metode

observasi dilakukan selama proses pem-

belajaran berlangsung dan tes tertulis

dilakukan di akhir siklus. Observasi ber-

tujuan untuk mengamati proses pelaksanaan

pembelajaran dengan model pembelajaran

Missouri Mathematics Project dan me-

ngumpulkan data komunikasi matematika

siswa lisan selama proses pembelajaran.

Instrumen yang digunakan adalah lembar

observasi. Lembar observasi yang diguna-

kan dalam penelitian ini terdiri dari: lembar

observasi keterlaksanaan pembelajaran ma-

tematika dan lembar observasi komunikasi

matematika siswa. Tes tertulis bertujuan

untuk mengumpulkan data komunikasi ma-

tematika siswa tertulis. Instrumen yang

digunakan adalah lembar soal tes tertulis

uraian.

Dalam penelitian ini, validitas data di-

lakukan dengan triangulasi penyidik. Tri-

angulasi penyidik dilakukan dengan cara

membandingkan dan mengecek balik derajat

kepercayaan suatu informasi yang diperoleh

dengan jalan memanfaatkan peneliti dan

pengamat lainnya. Selain validitas data

diperlukan juga validitas instrumen agar

hasil analisis data dapat dipertanggung-

jawabkan dan dijadikan dasar yang kuat

dalam menarik simpulan. Hasil analisis

terhadap pertimbangan validator menunjuk-

kan bahwa instrumen yang disusun peneliti

telah memiliki kesesuaian isi untuk meng-

ukur komunikasi matematika siswa dengan

beberapa perbaikan. Setelah dilakukan per-

baikan instrument, dinyatakan valid dan

layak untuk digunakan. Data yang diperoleh

dikatakan tidak valid apabila beberapa pe-

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

ngamat memberikan hasil pengamatan yang

tidak sama atau pengamat tidak mengambil

data yang sama. Data yang diperoleh

dikatakan valid apabila beberapa pengamat

yang terlibat memberikan hasil pengamatan

yang sama.

Analisis dilaksanakan dengan meng-

gunakan data hasil observasi dan data hasil

tes komunikasi matematika tertulis. Obser-

vasi pelaksanaan proses pembelajaran dan

komunikasi matematika siswa sebagai pro-

ses dilakukan untuk mengetahui bagaimana

guru dalam melaksanakan proses pembelaja-

ran dengan menerapkan model pembelajaran

Missouri Mathematics Project serta kegiatan

siswa dalam pembelajaran yang berkaitan

dengan komunikasi matematika lisan siswa.

Kemudian data hasil tes komunikasi mate-

matika tertulis untuk mengetahui kemam-

puan komunikasi matematika tertulis siswa.

HASIL PENELITIAN DAN PEM-

BAHASAN

Hasil Penelitian

Dari komunikasi matematika siswa

secara lisan yang diamati saat pembelajaran

matematika tanggal 8 April 2016 diperoleh

skor rata-rata komunikasi matematika lisan

siswa dari pengamat 1 sebesar 1,78, dari

pengamat 2 sebesar 1,72 dan dari pengamat

3 sebesar 1,74. Jadi, rata-rata skor komu-

nikasi matematika lisan siswa prasiklus se-

besar 1,75 termasuk dalam kategori tidak

baik. Sehingga perlu diadakan tindakan agar

kategori komunikasi matematika lisan siswa

terhadap matematika meningkat menjadi

baik. Selain dari pengamatan, guru juga

memberikan tes pras siklus untuk menge-

tahui kemampuan komunikasi mate-matika

siswa tertulis. Diperoleh persentase ke-

tuntasan kemampuan komunikasi mate-

matis siswa secara tertulis dalam satu kelas

48,39%. Pengamatan kegiatan belajar

mengajar dilakukan oleh tiga pengamat tiap

kali tatap muka untuk mengamati kemampu-

an guru dalam menerapkan pembelajaran

Missouri Mathematic Project. Data peng-

amatan kegiatan belajar mengajar diperoleh

dari lembar pengamatan kegiatan belajar

mengajar. Dari lembar pengamatan tersebut,

pengamat menilai tiap aspek yang diamati

yang telah dibuat peneliti sesuai dengan

langkah-langkah pembelajaran Missouri

Mathematic Project. Pada pertemuan

pertama masih banyak langkah-langkah

MMP yang belum terlihat, seperti guru

belum meninjau ulang pelajaran yang lalu

(langsung masuk materi baru), guru tidak

membahas PR, guru tidak memberikan

motivasi, guru tidak menyampaikan manfaat

materi pembelajaran, guru tidak mem-

berikan penjelasan langkah-langkah MMP.

Pada pertemuan kedua sudah lebih terlihat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

MMP nya tetapi masih ada yang kurang

yaitu guru tidak membahas PR, guru tidak

menyampaikan manfaat materi pembelajar-

an dan guru tidak memberikan penjelasan

langkah-langkah MMP. Kekurangan-ke-

kurangan tersebut perlu diperbaiki pada

siklus II.

Kemampuan komunikasi matematis

siswa secara lisan pada pertemuan 1 mem-

punyai skor rata-rata sebesar 2,09 dan pada

pertemuan 2 mempunyai skor rata-rata se-

besar 2,54. Dengan demikian, dapat di-

ketahui skor rata-rata total pada siklus I

yaitu sebesar 2,32 dengan kategori cukup

baik. Hal ini menunjukkan bahwa indikator

hasil observasi kemampuan komunikasi

matematis siswa secara lisan pada siklus I

belum mencapai kriteria yang diharapkan

yaitu siswa berada minimum berada pada

kategori baik sehingga perlu diadakan siklus

II. Hal tersebut terjadi karena siswa masih

belum bisa kerjasama dalam diskusi, belum

mendiskusikan hasil penyelidikan, belum

mengemukakan pendapat sendiri tentang

matematika dalam diskusi, belum bisa

mengungkapkan dan menjelaskan ide,

situasi, dan relasi yang dimilikinya dalam

diskusi secara lisan, tidak saling sharing

strategi solusi matematika, tidak menyusun

dan mendefinisikan bersama tentang mate-

matika, serta siswa tidak menjelaskan dan

membuat pertanyaan tentang matematika.

Kekurangan-kekurangan ini perlu diperbaiki

pada siklus II. Persentase jumlah siswa yang

berada pada kategori baik untuk tes

kemampuan komunikasi matematis siswa

secara tertulis sebesar 67.74 %. Selain itu

nilai akhir tertinggi kemampuan komunikasi

matematis siswa secara tertulis adalah 88,89

termasuk kategori baik sedangkan nilai akhir

terendah adalah 44,44 dengan kategori

kurang baik. Untuk rata-rata nilai akhir

kemampuan komunikasi matematis siswa

kelas VII A SMPN 2 Mojolaban pada siklus

I mencapai 70,61 dengan kategori baik.

Jumlah siswa tidak tuntas sebanyak 10

siswa, jumlah siswa tuntas sebanyak 21

siswa, dan jumlah siswa yang tidak

mengikuti tes siklus I sebanyak 1 siswa. Hal

ini menunjukkan bahwa indikator hasil tes

kemampuan komunikasi matematis siswa

pada siklus I belum mencapai kriteria yang

diharapkan. persentase jumlah siswa yang

minimum berada pada kategori baik belum

mencapai lebih dari 75% dari jumlah

seluruh siswa sehingga perlu diadakan siklus

II.

Pada Siklus 2 pertemuan pertama

pelaksanaan pembelajaran MMP masih ada

langkah-langkah yang belum terlihat yaitu

guru tidak menyampaikan manfaat materi

pembelajaran. Pada pertemuan kedua

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

kegiatan belajar mengajarnya sudah sesuai

MMP. Kemampuan komunikasi matematis

siswa secara lisan pada pertemuan 1

mempunyai skor rata-rata sebesar 2,93 dan

pada pertemuan 2 mempunyai skor rata-rata

sebesar 3,18. Dengan demikian dapat

diketahui skor rata-rata total pada siklus II

yaitu sebesar 3,05 termasuk kategori baik.

Hal ini menunjukkan bahwa indikator hasil

observasi kemampuan komunikasi mate-

matis siswa secara lisan pada siklus II sudah

mencapai kriteria yang diharapkan yaitu

minimum berada pada kategori baik

sehingga siklus sudah berhenti. Jumlah

persentase ketuntasan tes kemampuan

komunikasi matematis siswa secara lisan

siklus II sebesar 77,42%. Selain itu, nilai

akhir tertinggi tes kemampuan komunikasi

matematis siswa secara tertulis adalah 88,89

dengan kategori sangat baik sedangkan nilai

akhir terendah adalah 55,56 dengan kategori

cukup baik. Untuk rata-rata nilai akhir tes

kemampuan komunikasi matematis siswa

secara tertulis kelas 7A SMPN 2 Mojolaban

pada siklus II mencapai 74,91 dengan

kategori baik. Jumlah siswa tidak tuntas

sebanyak 7 siswa, jumlah siswa tuntas

sebanyak 24 siswa, dan jumlah siswa yang

tidak mengikuti tes siklus II sebanyak 1

siswa. Hal ini menunjukkan bahwa indikator

hasil tes kemampuan komunikasi matematis

siswa pada siklus 2 sudah mencapai kriteria

yang diharapkan yaitu persentase jumlah

siswa yang minimal berada pada kategori

baik mencapai lebih dari 75% dari jumlah

seluruh siswa yang tuntas sehingga tidak

perlu diadakan siklus III.

Pembahasan

Pada kegiatan pra siklus, rata-rata nilai

tes pra siklus komunikasi matematika

tertulis siswa adalah 67,03 dengan siswa

yang memiliki kategori nilai baik sebanyak

15 orang atau persentase mencapai 48,39%

dan siswa yang kategori nilainya masih

belum baik sebanyak 16 orang atau

mencapai 51,61%, sedangkan komunikasi

matematika siswa lisan memperoleh skor

1,75 yang artinya masih termasuk dalam

kategori kurang baik. Dari hasil observasi

kegiatan pra siklus dilaksanakan tindakan I

dengan menerapakan model pembelajaran

Missouri Mathematics Project. Hasil

tindakan I yakni rata-rata nilai tes siklus I

komunikasi matematika tertulis siswa adalah

70,61 dengan siswa yang memiliki kategori

nilai baik sebanyak 21 orang atau persentase

mencapai 67,74% dan siswa yang kategori

nilainya masih belum baik sebanyak 10

orang atau persentase mencapai 32,26% dan

komunikasi matematika siswa lisan mem-

peroleh skor 2,32 yang artinya masih

termasuk dalam kategori cukup baik. Jika

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

dibandingkan dengan hasil kegiatan pra-

siklus, nilai rata-rata komunikasi mate-

matika siswa tertulis, dan banyaknya siswa

yang memperoleh kategori nilai baik me-

ningkat dan komunikasi matematika siswa

lisan pun telah meningkat menjadi kategori

cukup baik. Persentase siswa yang mem-

peroleh nilai komunikasi matematika tertulis

siswa kategori baik belum mencapai lebih

dari 75 %. PTK siklus I komunikasi mate-

matika lisan siswa belum mencapai kategori

baik maka dilanjutkan siklus II dengan

melihat refleksi dari beberapa hambatan

dari siklus I dan menindaklanjuti hasil

refleksi dengan perbaikan dari tindakan

siklus I. Tindakan siklus II ini dilakukan

untuk memastikan bahwa model pem-

belajaran pada siklus I adalah model

pembelajaran yang mampu meningkatkan

komunikasi matematika baik komunikasi

matematika tertulis maupun lisan. Oleh

karena itu, pada siklus II dilaksanakan

kembali model pembelajaran Missouri

Mathematics Project. Setelah adanya

tindakan pada siklus II dengan model

pembelajaran Missouri Mathematics Project

didapatkan hasil siklus II yakni rata-rata

nilai komunikasi matematika tertulis adalah

74,91 dengan siswa yang memiliki kate-

gori nilai baik sebanyak 24 orang atau

persentase mencapai 77,42% dan siswa yang

kategori nilainya masih belum baik

sebanyak 7 orang atau persentase men-

capai 22,58%. Skor komunikasi matematika

siswa lisan dari ketiga observer adalah 3,05.

Jika dibandingkan dengan hasil kegiatan

siklus I, nilai rata-rata komunikasi mate-

matika tertulis siswa dan banyaknya siswa

yang memperoleh kategori nilai baik me-

ningkat. Skor komunikasi matematika siswa

lisan pada siklus II mengalami peningkatan.

Berdasarkan perubahan hasil tes akhir

siklus dari setiap tindakan dapat disimpul-

kan penerapan model pembelajaran Mis-

souri Mathematics Project yang diterapkan

dapat meningkatkan komunikasi matematika

tertulis siswa. Berdasarkan observasi

komunikasi matematika lisan siswa dari

ketiga observer selama pembelajaran dengan

menerapkan model pembelajaran Missouri

Mathematics Project dapat disimpulkan

penerapan model pembelajaran Missouri

Mathematics Project mampu meningkatkan

komunikasi matematika siswa. Jadi,

Penerapan model pembelajaran Missouri

Mathematics Project mampu me-ningkatkan

komunikasi matematika siswa.

Temuan penting dalam penelitian ini

yaitu di dalam model Missouri Mathematics

Project ini bisa menggunakan metode

ceramah, lalu siswa di kelompokkan untuk

mengerjakan latihan soal terkontrol atau bisa

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

juga langsung diskusi dalam kelompok dan

ternyata siswa banyak yang lebih menyukai

metode ceramah tetapi sedikit saja lalu

diskusi untuk menyelesaikan persoalan.

Berdasarkan pengamatan yaitu pengamat

melihat antusiasme siswa pada saat

menggunakan model Missouri Mathematics

Project dengan sedikit ceramah dilanjutkan

diskusi, siswa mampu mengeksplorasi,

menyusun konjektur dan memberikan alasan

logis, mampu untuk menyelesaikan masalah,

dan mengomunikasikan ide. Artinya, siswa

menggabungkan kemandirian dan kerja

sama antar kelompok saat diskusi. Model

Missouri Mathematics Project mengulas

pembelajaran yang lalu, mengembangkan

pembelajaran, lalu pada latihan terkontrol

bisa saling bekerja sama. Kerja sama antar

kelompok dapat berupa mengerjakan lembar

kerja secara berkelompok yang akan

membuat siswa saling membantu kesulitan

masing-masing dan saling bertukar pikiran,

kemudian siswa diberi latihan soal mandiri

untuk mengetahui kemampuan setiap

individu setelah kerja secara berkelompok.

Penelitian ini sesuai dengan penelitian Arifa

Rahmi dan Depriwana Rahmi (2015) yang

menunjukkan bahwa model Missouri

Mathematics Project merupakan suatu

model pembelajaran yang digunakan dalam

pembelajaran matematika dengan menerap-

kan rencana kerja yang memiliki sasaran

dalam mencapai tujuan pembelajaran

matematika[6]. Dirancang untuk meng-

gabungkan kemandirian dan kerja sama

antar kelompok. Melalui pembelajaran

kooperatif dilakukan secara efektif penilaian

yang cermat terhadap setiap komunikasi

yang terjadi pada setiap aktivitas siswa baik

individu maupun kelompok dalam me-

ngembangkan kemampuan komunikasi ma-

tematika. Pembelajaran kooperatif dapat

mengembangkan kemampuan komunikasi

matematika karena pada pembelajaran ini

terjadi aktivitas komunikasi siswa baik

individu maupun dalam kelompok. Model

Missouri Mathematics Project merupakan

bagian dari pembelajaran Cooperative Lear-

ning. Dengan demikian, model Missouri

Mathematics Project dapat meningkatkan

kemampuan komunikasi matematika siswa,

baik itu dalam kegiatan diskusi ataupun

dalam efektivitas penggunaan latihan.

Menurut Rosani (2004) penggunaan latihan-

latihan yang diberikan dapat memperbaiki

komunikasi matematika, penalaran, hubung-

an interpersonal, keterampilan membuat

keputusan dan keterampilan menyelesaikan

masalah[10]. Siswa memiliki ke-mampuan

untuk mengeksplorasi, menyusun konjektur

dan memberikan alasan logis, kemampuan

untuk menyelesaikan masalah, mengomuni-

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

kasikan ide dan menggunakan matematika

sebagai alat komunikasi, serta menghubung-

kan ide-ide tersebut. Ini sesuai dengan salah

tahap model Missouri Mathe-matics Project

pada tahapan latihan terkontrol. Dengan

demikian, model Missouri Mathematics

Project dapat meningkatkan komunikasi

matematika siswa. Penelitian ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Arifa

Rahmi dan Depriwana Rahmi (2015)

menunjukkan bahwa penerapan model

Missouri Mathematics Project ber-pengaruh

positif terhadap kemampuan komunikasi

matematika siswa SMK Dwi Sejahtera

Pekanbaru kelas XI semester ganjil tahun

ajaran 2014/2015 [6]. Dengan demikian,

dapat diketahui bahwa model Missouri

Mathematics Project merupakan model

pembelajaran yang dapat meningkat-kan

kemampuan komunikasi matematika siswa.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil tes, observasi

dan analisis data serta pembahasan dalam

penelitian dapat disimpulkan bahwa ke-

mampuan guru dalam menerapkan

pembelajaran Missouri Mathematic Pro-

ject mengalami peningkatan dan sudah

mencapai indikator yang ditentukan ber-

dasarkan hasil pengamatan dari ketiga

pengamat. Nilai rata-rata skor komuni-

kasi matematika siswa tertulis pada

siklus I sebesar 70,61 dan siklus II

sebesar 74,91. Persentase ketuntasan ko-

munikasi matematika siswa tertulis kelas

pada siklus I sebesar 67,74% dan siklus II

sebesar 77,42%. Skor rata-rata total ke-

mampuan komunikasi matematis siswa

secara lisan pada siklus I sebesar 2,32

dengan kategori cukup baik dan siklus II

sebesar 3,05 dengan kategori baik. Hal

ini menunjukkan bahwa kemampuan

komunikasi matematis siswa secara ter-

tulis dan lisan mengalami peningkatan

dan sudah mencapai indikator yang di-

tentukan. Jadi, Pembelajaran tipe Mis-

souri Mathematic Project mampu me-

ningkatkan kemampuan komunikasi ma-

tematis siswa baik komunikasi matema-

tika siswa tertulis maupun lisan.

Saran

Berdasarkan uraian pada hasil

penelitian, pembahasan, dan simpulan

mengenai penerapan model pembelajaran

Missouri Mathematic Project, maka ada

beberapa hal yang disarankan antara lain:

a. Peneliti lain yang ingin melakukan

penelitian melalui pembelajaran koo-

peratif tipe Missouri Mathematic Pro-

ject agar lebih memperhatikan alokasi

waktu yang digunakan untuk setiap

tahap agar kegiatan belajar mengajar

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

dengan pembelajaran kooperatif tipe

Missouri Mathematic Project dapat

berjalan lebih baik.

b. Model pembelajaran Missouri Mathe-

matic Project dilaksanakan secara ke-

lompok dan klasikal serta dilengkapi

dengan LKS layak dipertimbangkan

untuk menjadi bentuk pembelajaran

alternatif.

c. Pada model pembelajaran Missouri

Mathematic Project sangat banyak

latihan yang diberikan dari awal hing-

ga akhir pembelajaran dengan soal-

soal yang bervariasi hendaknya soal-

soal disesuaikan dengan tingkat ke-

mampuan siswa.

d. Pemberian soal latihan pada model

pembelajaran Missouri Mathematic

Project yang diberikan disesuaikan

dengan contoh soal yang digunakan.

DAFTAR PUSTAKA

[1] As-Saber, SN Crosling G, dan Rahman,

N. (2013). International Student and

Independent Learning: Towards an

Electric Framework. Journal of indian

Research. Dipeoleh 14 Agustus 2016,

dari http://indianresearchjournals.co-

m/pdf/IJSSIR/2013/February/3.pdf

[2] Arifin, Zainal. (2010). Profesionalisme

Guru dalam Pembelajaran. Surabaya :

Insan Cendekia.

[3] Reynold & Muijis. The Effective

Teaching of Mathematics : A Review

of Research. Journal of Mathematic

Teacher Education, 19(3), pp. 273-

288. Diperoleh pada tanggal 31

Januari 2016 dari www.highreliability-

schools.co.uk/_.../drdm1999a...

[4] Papick, I. J., Beem, K. B., Reys, B. J.,

dan Reys, R. E. (2006). Impact of the

Missouri Middle Mathematics Project

on the Preparation of Prospective

Middle School Teachers. Journal of

Mathematic Teacher Education, 2(3),

302. Diperoleh pada tanggal 30

Januari 2016 dari

http://link.springer.com/article/10.102

3%2FA%3A1009969917074.

[5] FM. Alba, M. Chotim, dan I. Junaedi.

(2014). Keefektifan Model Pem-

belajaran Generatif dan Missouri

Mathematics Project terhadap Ke-

mampuan Pemecahan Masalah. Unnes

Journal of Mathematics Education 3

(2) (2014) Diperoleh pada tanggal 31

Januari 2016 dari http://jour-

nal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujme.

[6] Rahmi, Arifa, Depriwana Rahmi.

(2015). Pengaruh Penerapan Model

Missouri Mathematics Project

terhadap Kemampuan Komunikasi

Matematika Siswa SMK Dwi

Sejahtera Pekanbaru. Jurnal

Pendidikan Matematika solusi Vol. 1

No 1. Diperoleh 30 Agustus dari

http://download.portalgaruda.org/articl

e.php?article=387712&val=8536&title

=Pengaruh%20Penerapan%20Model%

20Missouri%20Mathematics%20Proje

ct%20terhadap%20Kemampuan%20K

omunikasi%20Matematika%20Siswa

%20SMK%20Dwi%20Sejahtera%20P

ekanbaru.

[7] Warsita, Bambang. (2008). Teknologi

Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

[8] Anitah, Lie. (2009). Teknologi

Pembelajaran . Surakarta : Inti Media

Surakarta.

[9] Wati, Septika. (2011). Eksperimentasi

Mo-del Pembelajaran Missouri

Mathe-matic Project (MMP) Ber-

bantuan Kartu Masalah pada Materi

Faktori-sasi Suku Aljabar ditinjau

dari Motivasi Belajar Matematika

Siswa Kelas VIII. Skripsi Tidak

Dipublikasi-kan, Universitas Sebelas

Maret, Surakarta.

[10] Rosani. 2004. Penerapan Model

Missouri Mathematics Project (MMP)

pada Pembelajaran Program Linear

dalam Upaya Meningkatkan Aktivitas

Siswa. Skipsi pada FPMIPA UPI.

Bandung: tidak diterbitkan.