53
Tabel III. 1 Gambaran Umum Kawasan PWT No. Kelompok Analisis Deskripsi Analisis Keterangan (1) (2) (3) (4) 1 Karakteristik Fisik Kawasan (diterapkan pada semua kawasan strategis maupun kawasan pendukung yang berkaitan dengan aspek ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan) Kawasan BWP I Batas fungional kawasan : Bagian Wilayah Perkotaan (BWP) yang terdiri dari 4 Kecamtan yaitu Kecamatan Jebres, Kecamatan Laweyan, Kecamatan Pasar Kliwon, dan Kecamatan Serengan. Dengan batas- batas sebagai berikut : Sebelah Utara : BWP V dan BWP VI Sebelah Timur : Sungai Bengawan Solo Sebelah Selatan : Kabupaten Sukoharjo Sebelah Barat : BWP II Tipologi kawasan : berada pada dataran rendah. Topografi : Berada pada dataran rendah di ketinggian antara 80 – 130 meter diatas permukaan laut, dengan kemiringan lahan antara 0% sampai 15%. Geologi : Struktur batuan yang terdapat di BWP I merupakan merupakan aluvial. Dengan uraian sebagai berikut : Aluvial (Qa) merupakan tanah mineral yang baru berkembang, berbentuk lempung, lumpur, lanau, pasir, kerikil, kerakal dan berangkal. Tanah ini terbentuk dari bahan endapan yang dibawa oleh Sumber data a.l.: Sumber data a.l.: Surakarta Dalam Angka 2009-2013 RPJMD Surakarta 2010-2015 RKPD Surakarta 2016 RIPD Surakarta 2014

Tahap 2_Tabel V_no 4 Dan 5

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PWT

Citation preview

Page 1: Tahap 2_Tabel V_no 4 Dan 5

Tabel III. 1Gambaran Umum Kawasan PWT

No. Kelompok Analisis Deskripsi Analisis Keterangan(1) (2) (3) (4)1 Karakteristik Fisik

Kawasan (diterapkan padasemua kawasan strategismaupun kawasanpendukung yang berkaitandengan aspek ekonomi,sosial budaya, danlingkungan)

Kawasan BWP I Batas fungional kawasan : Bagian

Wilayah Perkotaan (BWP) yang terdiri dari 4 Kecamtan yaitu Kecamatan Jebres, Kecamatan Laweyan, Kecamatan Pasar Kliwon, dan Kecamatan Serengan. Dengan batas-batas sebagai berikut :Sebelah Utara : BWP V dan BWP VISebelah Timur : Sungai Bengawan SoloSebelah Selatan : Kabupaten SukoharjoSebelah Barat : BWP II

Tipologi kawasan : berada pada dataran rendah.

Topografi : Berada pada dataran rendah di ketinggian antara 80 – 130 meter diatas permukaan laut, dengan kemiringan lahan antara 0% sampai 15%.

Geologi : Struktur batuan yang terdapat di BWP I merupakan merupakan aluvial. Dengan uraian sebagai berikut : Aluvial (Qa) merupakan tanah mineral yang baru berkembang, berbentuk lempung, lumpur, lanau, pasir, kerikil, kerakal dan berangkal. Tanah ini terbentuk dari bahan endapan yang dibawa oleh aktivitas air sungai. Bahan-bahan tererosi dari puncak bukit diangkut oleh air melalui aliran permukaan dan masuk ke parit-parit menuju sungai. Bahan-bahan yang memiliki masa lebih besar diendapkan terlebih dahulu di suatu tempat yang lebih dekat, sedangkan bahan-bahan yang memiliki masa yang lebih ringan akan terbawa terus oleh aliran sungai hingga mencapai daerah datar. Pada tempat dimana aliran air mulai kehilangan daya angkutnya inilah bahanbahan yang

Sumber data a.l.:Sumber data a.l.:Surakarta Dalam Angka 2009-2013RPJMD Surakarta 2010-2015RKPD Surakarta 2016RIPD Surakarta 2014

Page 2: Tahap 2_Tabel V_no 4 Dan 5

No. Kelompok Analisis Deskripsi Analisis Keterangan(1) (2) (3) (4)

lebih halus diendapkan dan membentuk dataran Aluvial. Batuan ini terhampar luas sepanjang lembah bengawan Surakarta dan merupakan batuan dominan di kota Surakarta kecuali di bagian utara kota (Kecamatan Jebres dan Kecamatan Banjarsari dengan ketebalan berkisar dari beberapa senti sampai beberapa meter.

Hidrologi : Sungai Bengawan Solo berada di bagian timur BWP I, mengalir sepanjang sisi timur Kota Surakarta. BWP I terdiri dari akuifer dangkal dan akuifer tanah dangkal.

Akifer dangkal, kedalaman akuifer antara 2 sampai 23 m dibawah muka tanah setempat (mbmt) dengan ketebalan antara 5 sampai 23 m. Di bagian tengah Kota Surakarta akuifer dangkal disusun oleh pasir tufan, dan pasir hasil lapukan endapan vulkanik dengan kedalaman antara 2,7 sampai 69,4 mbmt.

Air tanah dangkal, mendapat imbuhan langsung dari curah hujan sekitar 1.015 juta m³/tahun. Kedalaman muka air tanah tahun 1999 berkisar antara 2 sampai 23,5 mbmt. Di bagian tengah sampai selatan, kedalaman air tanah kurang dari 10 mbmt, sedangkan kedalaman air tanah di bagian utara mencapai 69 mbmt. Fluktuasi air tanah berkisar antara 1 sampai 5 m.

Penggunaan lahan eksisting : Berada pada kawasan budidaya dengan penggunaan lahan utama sebagai permukiman kepadatan tinggi, Perdagangan dan jasa, dan kawasan cagar budaya.

Kawasan BWP II Batas fungional kawasan : Bagian

Wilayah Perkotaan (BWP) yang terdiri dari 2 Kecamatan yaitu

Page 3: Tahap 2_Tabel V_no 4 Dan 5

No. Kelompok Analisis Deskripsi Analisis Keterangan(1) (2) (3) (4)

Kecamatan Banjarsari dan Kecamatan Laweyan. Dengan batas-batas sebagai berikut :Sebelah Utara : Kabupaten Karanganyar dan BWP IIISebelah Timur : BWP I dan BWP VISebelah Selatan : Kabupaten SukoharjoSebelah Barat : Kabupaten Sukoharjo

Tipologi kawasan : berada pada dataran rendah.

Topografi : Berada pada dataran rendah di ketinggian antara 80 – 130 meter diatas permukaan laut, dengan kemiringan lahan antara 0% sampai 15%.

Geologi : Struktur batuan yang terdapat di BWP II merupakan merupakan aluvial dan batuan gunung berapi. Dengan uraian sebagai berikut :

Aluvial (Qa) merupakan tanah mineral yang baru berkembang, berbentuk lempung, lumpur, lanau, pasir, kerikil, kerakal dan berangkal. Tanah ini terbentuk dari bahan endapan yang dibawa oleh aktivitas air sungai. Bahan-bahan tererosi dari puncak bukit diangkut oleh air melalui aliran permukaan dan masuk ke parit-parit menuju sungai. Bahan-bahan yang memiliki masa lebih besar diendapkan terlebih dahulu di suatu tempat yang lebih dekat, sedangkan bahan-bahan yang memiliki masa yang lebih ringan akan terbawa terus oleh aliran sungai hingga mencapai daerah datar. Pada tempat dimana aliran air mulai kehilangan daya angkutnya inilah bahanbahan yang lebih halus diendapkan dan membentuk dataran Aluvial. Batuan ini terhampar luas sepanjang lembah bengawan Surakarta dan merupakan batuan

Page 4: Tahap 2_Tabel V_no 4 Dan 5

No. Kelompok Analisis Deskripsi Analisis Keterangan(1) (2) (3) (4)

dominan di kota Surakarta kecuali di bagian utara kota (Kecamatan Jebres dan Kecamatan Banjarsari dengan ketebalan berkisar dari beberapa senti sampai beberapa meter.

Batuan Gunung merapi (Qvm) berbentuk breksi gunung api, lava dan tuf. Batuan ini terdapat di bagian barat kota Surakarta. Batuan ini umumnya bersusun andesit. Fosil tidak ditemukan. Kegiatannya diduga sejak Plistosen akhir.

Hidrologi : terdiri dari akuifer dangkal dan akuifer tanah dangkal.

Akifer dangkal, kedalaman akuifer antara 2 sampai 23 m dibawah muka tanah setempat (mbmt) dengan ketebalan antara 5 sampai 23 m. Di bagian tengah Kota Surakarta akuifer dangkal disusun oleh pasir tufan, dan pasir hasil lapukan endapan vulkanik dengan kedalaman antara 2,7 sampai 69,4 mbmt.

Air tanah dangkal, mendapat imbuhan langsung dari curah hujan sekitar 1.015 juta m³/tahun. Kedalaman muka air tanah tahun 1999 berkisar antara 2 sampai 23,5 mbmt. Di bagian tengah sampai selatan, kedalaman air tanah kurang dari 10 mbmt, sedangkan kedalaman air tanah di bagian utara mencapai 69 mbmt. Fluktuasi air tanah berkisar antara 1 sampai 5 m.

Penggunaan lahan eksisting : Berada pada kawasan budidaya dengan penggunaan lahan utama sebagai permukiman kepadatan tinggi, permukiman kepadatan sedang, permukiman kepadatan sedang dan Perdagangan dan jasa.

Kawasan BWP III Batas fungional kawasan : Bagian

Wilayah Perkotaan (BWP) yang berada di Kecamatan Banjarsari.

Page 5: Tahap 2_Tabel V_no 4 Dan 5

No. Kelompok Analisis Deskripsi Analisis Keterangan(1) (2) (3) (4)

Dengan batas-batas sebagai berikut :Sebelah Utara : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten BoyolaliSebelah Timur : BWP IVSebelah Selatan : BWP I dan BWP VISebelah Barat : Kabupaten Karanganyar

Tipologi kawasan : berada pada dataran rendah.

Topografi : Berada pada dataran rendah di ketinggian antara 80 – 130 meter diatas permukaan laut, dengan kemiringan lahan antara 0% sampai 15%.

Geologi : Struktur batuan yang terdapat di BWP III merupakan merupakan aluvial, aluvial tua, dan batuan gunung merapi. Dengan uraian sebagai berikut :

Aluvial (Qa) merupakan tanah mineral yang baru berkembang, berbentuk lempung, lumpur, lanau, pasir, kerikil, kerakal dan berangkal. Tanah ini terbentuk dari bahan endapan yang dibawa oleh aktivitas air sungai. Bahan-bahan tererosi dari puncak bukit diangkut oleh air melalui aliran permukaan dan masuk ke parit-parit menuju sungai. Bahan-bahan yang memiliki masa lebih besar diendapkan terlebih dahulu di suatu tempat yang lebih dekat, sedangkan bahan-bahan yang memiliki masa yang lebih ringan akan terbawa terus oleh aliran sungai hingga mencapai daerah datar. Pada tempat dimana aliran air mulai kehilangan daya angkutnya inilah bahanbahan yang lebih halus diendapkan dan membentuk dataran Aluvial. Batuan ini terhampar luas sepanjang lembah bengawan Surakarta dan merupakan batuan dominan di kota Surakarta kecuali di bagian utara kota (Kecamatan Jebres

Page 6: Tahap 2_Tabel V_no 4 Dan 5

No. Kelompok Analisis Deskripsi Analisis Keterangan(1) (2) (3) (4)

dan Kecamatan Banjarsari dengan ketebalan berkisar dari beberapa senti sampai beberapa meter.

Aluvium tua (Qt) berbetuk konglomerat, batu pasir, lanau dan lempung. Pada batuan ini terdapat di bagian utara kota Surakarta (sebagain Kecamatan Jebres dan Kecamatan Banjarsari). Pada satuan iniditemukan struktur silang-siur, toreh dan isi dan pelapisan bersusun. Secara setempat ditemukan fosil Bibos sp. Dan Cervus sp yang diduga berumur Plistosen. Ketebalan batuan ini maksimum 8 meter kedudukannya menindih tidak selaras batuan yang lebih tua dan tertindih tak selaras oleh aluvium. Umumnya batuan ini berupa endapan sungai.

Batuan Gunung merapi (Qvm) berbentuk breksi gunung api, lava dan tuf. Batuan ini terdapat di bagian barat kota Surakarta. Batuan ini umumnya bersusun andesit. Fosil tidak ditemukan. Kegiatannya diduga sejak Plistosen akhir.

Hidrologi : Dilalui oleh Sungai Pepe serta terdiri dari akuifer dangkal dan akuifer tanah dangkal.

Akifer dangkal, kedalaman akuifer antara 2 sampai 23 m dibawah muka tanah setempat (mbmt) dengan ketebalan antara 5 sampai 23 m. Di bagian tengah Kota Surakarta akuifer dangkal disusun oleh pasir tufan, dan pasir hasil lapukan endapan vulkanik dengan kedalaman antara 2,7 sampai 69,4 mbmt.

Air tanah dangkal, mendapat imbuhan langsung dari curah hujan sekitar 1.015 juta m³/tahun. Kedalaman muka air tanah tahun 1999 berkisar antara 2 sampai 23,5 mbmt. Di bagian tengah sampai

Page 7: Tahap 2_Tabel V_no 4 Dan 5

No. Kelompok Analisis Deskripsi Analisis Keterangan(1) (2) (3) (4)

selatan, kedalaman air tanah kurang dari 10 mbmt, sedangkan kedalaman air tanah di bagian utara mencapai 69 mbmt. Fluktuasi air tanah berkisar antara 1 sampai 5 m.

Penggunaan lahan eksisting : Berada pada kawasan budidaya dengan penggunaan lahan utama sebagai permukiman kepadatan sedang, permukiman kepadatan rendah, Perdagangan dan jasa, dan sawah.

Kawasan BWP IV Batas fungional kawasan : Bagian

Wilayah Perkotaan (BWP) yang terdiri dari 2 Kecamtan yaitu Kecamatan Jebres, dan Kecamatan Banjarsari. Dengan batas-batas sebagai berikut :Sebelah Utara : Kabupaten KaranganyarSebelah Timur : Kabupaten KaranganyarSebelah Selatan : BWP VSebelah Barat : BWP III

Tipologi kawasan : berada pada dataran rendah.

Topografi : Berada pada dataran rendah di ketinggian antara 80 – 130 meter diatas permukaan laut, dengan kemiringan lahan antara 0% sampai 15%.

Geologi : Struktur batuan yang terdapat di BWP IV merupakan merupakan aluvial tua dan batuan gunung merapi. Dengan uraian sebagai berikut :

Aluvium tua (Qt) berbetuk konglomerat, batu pasir, lanau dan lempung. Pada batuan ini terdapat di bagian utara kota Surakarta (sebagain Kecamatan Jebres dan Kecamatan Banjarsari). Pada satuan iniditemukan struktur silang-siur, toreh dan isi dan pelapisan bersusun. Secara setempat ditemukan fosil

Page 8: Tahap 2_Tabel V_no 4 Dan 5

No. Kelompok Analisis Deskripsi Analisis Keterangan(1) (2) (3) (4)

Bibos sp. Dan Cervus sp yang diduga berumur Plistosen. Ketebalan batuan ini maksimum 8 meter kedudukannya menindih tidak selaras batuan yang lebih tua dan tertindih tak selaras oleh aluvium. Umumnya batuan ini berupa endapan sungai.

Batuan Gunung merapi (Qvm) berbentuk breksi gunung api, lava dan tuf. Batuan ini terdapat di bagian barat kota Surakarta. Batuan ini umumnya bersusun andesit. Fosil tidak ditemukan. Kegiatannya diduga sejak Plistosen akhir.

Hidrologi : Kawasan BWP IV terdiri dari akuifer dangkal dan akuifer tanah dangkal, berikut uraiannya :

Akifer dangkal, kedalaman akuifer antara 2 sampai 23 m dibawah muka tanah setempat (mbmt) dengan ketebalan antara 5 sampai 23 m. Di bagian tengah Kota Surakarta akuifer dangkal disusun oleh pasir tufan, dan pasir hasil lapukan endapan vulkanik dengan kedalaman antara 2,7 sampai 69,4 mbmt.

Air tanah dangkal, mendapat imbuhan langsung dari curah hujan sekitar 1.015 juta m³/tahun. Kedalaman muka air tanah tahun 1999 berkisar antara 2 sampai 23,5 mbmt. Di bagian tengah sampai selatan, kedalaman air tanah kurang dari 10 mbmt, sedangkan kedalaman air tanah di bagian utara mencapai 69 mbmt. Fluktuasi air tanah berkisar antara 1 sampai 5 m.

Penggunaan lahan eksisting : Berada pada kawasan budidaya dengan penggunaan lahan utama sebagai permukiman kepadatan rendah, Permukiman kepadatan sedang, dan Perdagangan dan jasa.

Kawasan BWP V

Page 9: Tahap 2_Tabel V_no 4 Dan 5

No. Kelompok Analisis Deskripsi Analisis Keterangan(1) (2) (3) (4)

Batas fungional kawasan : Bagian Wilayah Perkotaan (BWP) yang berada di Kecamatan Jebres dan Kecamatan Banjarsari. Dengan batas-batas sebagai berikut :Sebelah Utara : BWP IVSebelah Timur : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten SukoharjoSebelah Selatan : BWP I

Sebelah Barat : BWP VI Tipologi kawasan : berada pada

dataran rendah. Topografi : Berada pada dataran

rendah di ketinggian antara 80 – 130 meter diatas permukaan laut, dengan kemiringan lahan antara 0% sampai 15%.

Geologi : Struktur batuan yang terdapat di BWP III merupakan merupakan aluvial, dan aluvial tua. Dengan uraian sebagai berikut :

Aluvial (Qa) merupakan tanah mineral yang baru berkembang, berbentuk lempung, lumpur, lanau, pasir, kerikil, kerakal dan berangkal. Tanah ini terbentuk dari bahan endapan yang dibawa oleh aktivitas air sungai. Bahan-bahan tererosi dari puncak bukit diangkut oleh air melalui aliran permukaan dan masuk ke parit-parit menuju sungai. Bahan-bahan yang memiliki masa lebih besar diendapkan terlebih dahulu di suatu tempat yang lebih dekat, sedangkan bahan-bahan yang memiliki masa yang lebih ringan akan terbawa terus oleh aliran sungai hingga mencapai daerah datar. Pada tempat dimana aliran air mulai kehilangan daya angkutnya inilah bahanbahan yang lebih halus diendapkan dan membentuk dataran Aluvial. Batuan ini terhampar luas sepanjang lembah bengawan

Page 10: Tahap 2_Tabel V_no 4 Dan 5

No. Kelompok Analisis Deskripsi Analisis Keterangan(1) (2) (3) (4)

Surakarta dan merupakan batuan dominan di kota Surakarta kecuali di bagian utara kota (Kecamatan Jebres dan Kecamatan Banjarsari dengan ketebalan berkisar dari beberapa senti sampai beberapa meter.

Aluvium tua (Qt) berbetuk konglomerat, batu pasir, lanau dan lempung. Pada batuan ini terdapat di bagian utara kota Surakarta (sebagain Kecamatan Jebres dan Kecamatan Banjarsari). Pada satuan iniditemukan struktur silang-siur, toreh dan isi dan pelapisan bersusun. Secara setempat ditemukan fosil Bibos sp. Dan Cervus sp yang diduga berumur Plistosen. Ketebalan batuan ini maksimum 8 meter kedudukannya menindih tidak selaras batuan yang lebih tua dan tertindih tak selaras oleh aluvium. Umumnya batuan ini berupa endapan sungai.

Hidrologi : Sungai Bengawan Solo berada di bagian timur BWP V, mengalir sepanjang sisi timur Kota Surakarta. Serta memiliki akuifer dangkal dan akuifer tanah dangkal.

Akifer dangkal, kedalaman akuifer antara 2 sampai 23 m dibawah muka tanah setempat (mbmt) dengan ketebalan antara 5 sampai 23 m. Di bagian tengah Kota Surakarta akuifer dangkal disusun oleh pasir tufan, dan pasir hasil lapukan endapan vulkanik dengan kedalaman antara 2,7 sampai 69,4 mbmt.

Air tanah dangkal, mendapat imbuhan langsung dari curah hujan sekitar 1.015 juta m³/tahun. Kedalaman muka air tanah tahun 1999 berkisar antara 2 sampai 23,5 mbmt. Di bagian tengah sampai selatan, kedalaman air tanah kurang dari 10 mbmt, sedangkan kedalaman

Page 11: Tahap 2_Tabel V_no 4 Dan 5

No. Kelompok Analisis Deskripsi Analisis Keterangan(1) (2) (3) (4)

air tanah di bagian utara mencapai 69 mbmt. Fluktuasi air tanah berkisar antara 1 sampai 5 m.

Penggunaan lahan eksisting : Berada pada kawasan budidaya dengan penggunaan lahan utama sebagai permukiman kepadatan tinggi, permukiman kepadatan sedang, permukiman kepadatan rendah, Perdagangan dan jasa, dan pendidikan tinggi.

Kawasan BWP VI Batas fungional kawasan : Bagian

Wilayah Perkotaan (BWP) yang berada di Kecamatan Banjarsari. Dengan batas-batas sebagai berikut :Sebelah Utara : BWP III dan BWP IVSebelah Timur : BWP I dan BWP VSebelah Selatan : BWP I Sebelah Barat : BWP II

Tipologi kawasan : berada pada dataran rendah.

Topografi : Berada pada dataran rendah di ketinggian antara 80 – 130 meter diatas permukaan laut, dengan kemiringan lahan antara 0% sampai 15%.

Geologi : Struktur batuan yang terdapat di BWP III merupakan merupakan aluvial. Dengan uraian sebagai berikut : Aluvial (Qa) merupakan tanah mineral yang baru berkembang, berbentuk lempung, lumpur, lanau, pasir, kerikil, kerakal dan berangkal. Tanah ini terbentuk dari bahan endapan yang dibawa oleh aktivitas air sungai. Bahan-bahan tererosi dari puncak bukit diangkut oleh air melalui aliran permukaan dan masuk ke parit-parit menuju sungai. Bahan-bahan yang memiliki masa lebih besar diendapkan terlebih dahulu di suatu tempat yang lebih dekat, sedangkan bahan-bahan yang memiliki masa

Page 12: Tahap 2_Tabel V_no 4 Dan 5

No. Kelompok Analisis Deskripsi Analisis Keterangan(1) (2) (3) (4)

yang lebih ringan akan terbawa terus oleh aliran sungai hingga mencapai daerah datar. Pada tempat dimana aliran air mulai kehilangan daya angkutnya inilah bahanbahan yang lebih halus diendapkan dan membentuk dataran Aluvial. Batuan ini terhampar luas sepanjang lembah bengawan Surakarta dan merupakan batuan dominan di kota Surakarta kecuali di bagian utara kota (Kecamatan Jebres dan Kecamatan Banjarsari dengan ketebalan berkisar dari beberapa senti sampai beberapa meter.

Hidrologi : terdiri dari akuifer dangkal dan akuifer tanah dangkal.

Akifer dangkal, kedalaman akuifer antara 2 sampai 23 m dibawah muka tanah setempat (mbmt) dengan ketebalan antara 5 sampai 23 m. Di bagian tengah Kota Surakarta akuifer dangkal disusun oleh pasir tufan, dan pasir hasil lapukan endapan vulkanik dengan kedalaman antara 2,7 sampai 69,4 mbmt.

Air tanah dangkal, mendapat imbuhan langsung dari curah hujan sekitar 1.015 juta m³/tahun. Kedalaman muka air tanah tahun 1999 berkisar antara 2 sampai 23,5 mbmt. Di bagian tengah sampai selatan, kedalaman air tanah kurang dari 10 mbmt, sedangkan kedalaman air tanah di bagian utara mencapai 69 mbmt. Fluktuasi air tanah berkisar antara 1 sampai 5 m.

Penggunaan lahan eksisting : Berada pada kawasan budidaya dengan penggunaan lahan utama sebagai permukiman kepadatan tinggi, sedang, permukiman kepadatan rendah, Perdagangan dan jasa, dan pemerintahan.

Dengan terjaganya kondisi lingkungan maka akan tercipta kualitas lingkungan hidup

Page 13: Tahap 2_Tabel V_no 4 Dan 5

No. Kelompok Analisis Deskripsi Analisis Keterangan(1) (2) (3) (4)

yang berkelanjutan untuk mendukung kegiatan ekonomi, sosial budaya, serta lingkungan melalui terwujudnya lingkungan hidup yang baik dan sehat dengan ditandai dengan semakin meningkatnya ruang-ruang publik yang dipergunakan sesuai dengan fungsinya atau peruntukannya; semakin tertatanya infrastruktur kota yang berkarakter Surakarta (city branded); semakin terkendalinya pemanfaatan ruang sesuai dengan Peraturan Daerah tentang Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK); semakin meningkatnya pola pengembangan dan pengelolaan persampahan kota; semakin meningkatnya pola pengendalian terhadap pencemaran dan perusakan lingkungan; semakin optimalnya program-program pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH); meningkatnya kualitas lingkungan hidup yang baik dan sehat; semakin optimalnya program pengembangan sistem informasi dan sistem pendaftaran tanah; semakin menurunnya kasus-kasus sengketa atau konflik-konflik masalah pertanahan.

2 Karakteristik DemografiKawasan (diterapkan padasemua kawasan strategismaupun kawasanpendukung yang berkaitandengan aspek ekonomi,sosial budaya, dan lingkungan)

1. Kawasan BWP IKawasan BWP I terletak di 20 kelurahan pada 4 Kecamatan yang berbeda, sebagian besar wilayah BWP I berada pada Kecamatan Pasar Kliwon dan Kecamatan Serengan. Pada tahun 2014 jumlah penduduk yang terdapat pada BWP I Sebesar 196.671 jiwa. Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terbanyak di BWP I adalah Kecamatan Pasar Kliwon dan Kecamatan Serengan, mengingat sebagian besar wilayah BWP I berada di kedua Kecamatan tersebut. Berikut merupakan karakteristik demografi pada Kecamatan Serengan dan Pasar Kliwon :Kecamatan Serengan merupakan Kecamatan terpadat di Kota Surakarta. Jumlah penduduk pada tahun 2013 mencapai 60.957 jiwa, dengan luas wilayah sebesar 3,19 km2, sehingga kepadatan wilayahnya mencapai 19.109 jiwa/km2.Kecamatan Pasar Kliwon merupakan kecamatan terpadat setelah Kecamatan

Page 14: Tahap 2_Tabel V_no 4 Dan 5

No. Kelompok Analisis Deskripsi Analisis Keterangan(1) (2) (3) (4)

Serengan. Jumlah penduduk pada tahun 2013 mencapai 90.496 jiwa, dengan luas wilayah sebesar 4,82 km2, sehingga kepadatan wilayahnya mencapai 18.775 jiwa/km2.Jumlah penduduk tertinggi Kecamatan Serengan cenderung berada di wilayah bagian selatan. Kelurahan dengan jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Serengan adalah Kelurahan Pajang dengan jumlah penduduk pada tahun 2013 mencapai 13.211 dengan perbandingan laki-laki dan perempuan (sex ratio) sebesar 97, disusul Kelurahan Danukusuman dengan jumlah penduduk sebesar 12.871 jiwa.Jumlah penduduk tertinggi Kecamatan Pasar Kliwon cenderung berada di wilayah bagian selatan. Kelurahan dengan jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Serengan adalah Kelurahan Semanggi dengan jumlah penduduk pada tahun 2013 mencapai 34.439 dengan perbandingan laki-laki dan perempuan (sex ratio) sebesar 99, disusul Kelurahan Sangkrah dengan jumlah penduduk sebesar 11.532 jiwa.Rata-rata Pertumbuhan penduduk setiap tahun Kecamatan Pasar Kliwon dari tahun 2010 hingga tahun 2013 sebesar 0,69%. Sedangkan dari tahun 2009 hingga 2013, pertambahan jumlah penduduk yang terjadi sebesar 2.452 atau meningkat 2,78% dari jumlah penduduk pada tahun 2009.Jumlah penduduk Kecamatan Serengan yang bekerja pada tahun 2013 berjumlah 49.265 jiwa. Sektor yang terbanyak adalah buruh industri dan pedagang yaitu 6.883 jiwa dan 4.549 jiwa, disamping terdapat penduduk yang bekerja di sektor lain-lain sebesar 26.762 jiwa.Jumlah penduduk Kecamatan Pasar Kliwon yang bekerja pada tahun 2013 berjumlah 76.103 jiwa. Sektor yang terbanyak adalah buruh industri dan pedagang yaitu 11.396

Page 15: Tahap 2_Tabel V_no 4 Dan 5

No. Kelompok Analisis Deskripsi Analisis Keterangan(1) (2) (3) (4)

jiwa dan 7.968 jiwa, disamping terdapat penduduk yang bekerja di sektor lain-lain sebesar 37.795 jiwa.Tingkat pendidikan Kecamatan Serengan pada tahun 2013 sebagian besar telah tamat SMA dengan jumlah 16.373 jiwa, yang telah tamat perguruan tinggi sebesar 13.093 jiwa. Sedangkan yang tidak bersekolah sebesar 3.498 jiwa.Tingkat pendidikan Kecamatan Pasar Kliwon pada tahun 2013 sebagian besar telah tamat SMA dengan jumlah 23.576 jiwa, yang telah tamat perguruan tinggi sebesar 8.523 jiwa. Sedangkan yang tidak bersekolah sebesar 5.931 jiwa.

2. Kawasan BWP IIKawasan BWP II terletak di 9 kelurahan pada 2 Kecamatan yang berbeda yaitu Kecamatan Laweyan dan Kecamatan Banjarsari, sebagian besar wilayah BWP II berada pada Kecamatan Laweyan. Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terbanyak di BWP II adalah Kecamatan Laweyan. Berikut merupakan karakteristik demografi pada Kecamatan Laweyan :Kecamatan Laweyan merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar ketiga di Kota Surakarta dengan jumlah penduduk mencapai 109.572 jiwa pada tahun 2013. Tingkat kepadatan cenderung rendah di Kota Surakarta yaitu 12.682 jiwa/km2. Jumlah penduduk tertinggi Kecamatan Laweyan cenderung berada di wilayah bagian selatan. Kelurahan dengan jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Laweyan adalah Kelurahan Pajang dengan jumlah penduduk pada tahun 2013 mencapai 25.029 dengan perbandingan laki-laki dan perempuan (sex ratio) sebesar 99, disusul Kelurahan Purwosari dengan jumlah penduduk sebesar 13.261 jiwa.Rata-rata Pertumbuhan penduduk setiap tahun Kecamatan Laweyan dari tahun 2010

Page 16: Tahap 2_Tabel V_no 4 Dan 5

No. Kelompok Analisis Deskripsi Analisis Keterangan(1) (2) (3) (4)

hingga tahun 2013 sebesar 0,46%. Sedangkan dari tahun 2009 hingga 2013, pertambahan jumlah penduduk yang terjadi sebesar 3.125 atau meningkat 1,78% dari jumlah penduduk pada tahun 2009.Jumlah penduduk Kecamatan Laweyan yang bekerja pada tahun 2013 berjumlah 86.159 jiwa. Sektor yang terbanyak adalah buruh industri dan buruh bangunan yaitu 12.014 jiwa dan 8.852 jiwa, disamping terdapat penduduk yang bekerja di sektor lain-lain sebesar 43.726 jiwa.Tingkat pendidikan Kecamatan Laweyan pada tahun 2013 sebagian besar telah tamat SMA dengan jumlah 29.166 jiwa, yang telah tamat perguruan tinggi sebesar 13.093 jiwa. Sedangkan yang tidak bersekolah sebesar 5.160 jiwa.

3. Kawasan BWP IIIKawasan BWP III terletak di 4 kelurahan pada Kecamatan Banjarsari. Pada tahun 2014 jumlah penduduk yang terdapat pada BWP I Sebesar 94.606 jiwa. Berikut merupakan karakteristik demografi pada Kecamatan Banjarsari :Kecamatan Banjarsari merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak di Kota Surakarta. Pada tahun 2013 jumlah penduduk Kecamatan Banjarsari mencapai 178.397 jiwa, kemudian disusul Kecamatan Jebres dengan jumlah penduduk mencapai 147.556 jiwa. Meskipun Kecamatan Banjarsari memiliki jumlah penduduk terbanyak tetapi tingkat kepadatan di kecamatan tersebut cenderung rendah di Kota Surakarta yaitu 12.146 jiwa/km2, hal ini terjadi karena Kecamatan Banjarsari merupakan kecamatan terluas di Kota Surakarta yaitu 14,81 km2.Jumlah penduduk tertinggi Kecamatan Banjarsari cenderung berada di wilayah bagian utara. Kelurahan dengan jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan

Page 17: Tahap 2_Tabel V_no 4 Dan 5

No. Kelompok Analisis Deskripsi Analisis Keterangan(1) (2) (3) (4)

Banjarsari adalah Kelurahan Kadipiro dengan jumlah penduduk pada tahun 2013 mencapai 53.463 dengan perbandingan laki-laki dan perempuan (sex ratio) sebesar 99, disusul Kelurahan Nusukan dengan jumlah penduduk sebesar 30.998.Rata-rata Pertumbuhan penduduk setiap tahun Kecamatan Banjarsari dari tahun 2010 hingga tahun 2013 sebesar 0,46%. Sedangkan dari tahun 2009 hingga 2013, pertambahan jumlah penduduk yang terjadi sebesar 3.125 atau meningkat 1,78% dari jumlah penduduk pada tahun 2009.Jumlah penduduk Kecamatan Banjarsari yang bekerja pada tahun 2013 berjumlah 120.538 jiwa. Sektor yang terbanyak adalah buruh industri dan buruh bangunan yaitu 21.691 jiwa dan 24.683 jiwa, disamping terdapat penduduk yang bekerja di sektor lain-lain sebesar 37.910 jiwa.Tingkat pendidikan Kecamatan Banjarsari pada tahun 2013 sebagian besar telah tamat SMA dengan jumlah 64.374 jiwa, yang telah tamat perguruan tinggi sebesar 31.650 jiwa. Sedangkan yang tidak bersekolah sebesar 2.539 jiwa.

4. Kawasan BWP IVKawasan BWP IV terletak di Kecamatan Banjarsari dan Kecamatan Jebres. Sebagian besae wilayah BWP I berada di Kecamatan Jebres. Berikut merupakan karakteristik demografi pada Kecamatan Jebres :Pada tahun 2013 jumlah penduduk Kecamatan Jabres mencapai 147.556 jiwa. Kelurahan dengan jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Jabres adalah Kelurahan Mojosongo dengan jumlah penduduk pada tahun 2013 mencapai 49.326 jiwa dengan perbandingan laki-laki dan perempuan (sex ratio) sebesar 99, disusul Kelurahan Jabres dengan jumlah penduduk sebesar 32.118 jiwa dan sex ratio sebesar 97.Rata-rata Pertumbuhan penduduk setiap

Page 18: Tahap 2_Tabel V_no 4 Dan 5

No. Kelompok Analisis Deskripsi Analisis Keterangan(1) (2) (3) (4)

tahun Kecamatan Jabres dari tahun 2010 hingga tahun 2013 sebesar 0,73%. Sedangkan dari tahun 2009 hingga 2013, pertambahan jumlah penduduk yang terjadi sebesar 4.237 atau meningkat 2,96% dari jumlah penduduk pada tahun 2009.Jumlah penduduk Kecamatan Jabres yang bekerja pada tahun 2013 berjumlah 113.486 jiwa. Sektor yang terbanyak adalah buruh industri dan buruh bangunan yaitu 17.195 jiwa dan 16.117 jiwa, disamping terdapat penduduk yang bekerja di sektor lain-lain sebesar 61.163 jiwa.Tingkat pendidikana Kecamatan Jabres pada tahun 2013 sebagian besar telah tamat SMA dengan jumlah 26.674 jiwa, yang telah tamat perguruan tinggi sebesar 10.889 jiwa. Sedangkan yang tidak bersekolah sebesar 15.863 jiwa.

5. Kawasan BWP VKawasan BWP IV terletak di Kecamatan Banjarsari dan Kecamatan Jebres. Sebagian besae wilayah BWP I berada di Kecamatan Jebres. Berikut merupakan karakteristik demografi pada Kecamatan Jebres :Pada tahun 2013 jumlah penduduk Kecamatan Jabres mencapai 147.556 jiwa. Kelurahan dengan jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Jabres adalah Kelurahan Mojosongo dengan jumlah penduduk pada tahun 2013 mencapai 49.326 jiwa dengan perbandingan laki-laki dan perempuan (sex ratio) sebesar 99, disusul Kelurahan Jabres dengan jumlah penduduk sebesar 32.118 jiwa dan sex ratio sebesar 97.Rata-rata Pertumbuhan penduduk setiap tahun Kecamatan Jabres dari tahun 2010 hingga tahun 2013 sebesar 0,73%. Sedangkan dari tahun 2009 hingga 2013, pertambahan jumlah penduduk yang terjadi sebesar 4.237 atau meningkat 2,96% dari jumlah penduduk pada tahun 2009.

Page 19: Tahap 2_Tabel V_no 4 Dan 5

No. Kelompok Analisis Deskripsi Analisis Keterangan(1) (2) (3) (4)

Jumlah penduduk Kecamatan Jabres yang bekerja pada tahun 2013 berjumlah 113.486 jiwa. Sektor yang terbanyak adalah buruh industri dan buruh bangunan yaitu 17.195 jiwa dan 16.117 jiwa, disamping terdapat penduduk yang bekerja di sektor lain-lain sebesar 61.163 jiwa.Tingkat pendidikana Kecamatan Jabres pada tahun 2013 sebagian besar telah tamat SMA dengan jumlah 26.674 jiwa, yang telah tamat perguruan tinggi sebesar 10.889 jiwa. Sedangkan yang tidak bersekolah sebesar 15.863 jiwa.

6. Kawasan BWP VIKawasan BWP VI terletak di Kecamatan Banjarsari, Kecamatan Jebres, Kecamatan Pasar Kliwon, dan Kecamatan Laweyan. Sebagian besar wilayah BWP VI berada di Kecamatan Banjarsari. Berikut merupakan karakteristik demografi pada Kecamatan Banjarsari :Kecamatan Banjarsari merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak di Kota Surakarta. Pada tahun 2013 jumlah penduduk Kecamatan Banjarsari mencapai 178.397 jiwa, kemudian disusul Kecamatan Jebres dengan jumlah penduduk mencapai 147.556 jiwa. Meskipun Kecamatan Banjarsari memiliki jumlah penduduk terbanyak tetapi tingkat kepadatan di kecamatan tersebut cenderung rendah di Kota Surakarta yaitu 12.146 jiwa/km2, hal ini terjadi karena Kecamatan Banjarsari merupakan kecamatan terluas di Kota Surakarta yaitu 14,81 km2.Jumlah penduduk tertinggi Kecamatan Banjarsari cenderung berada di wilayah bagian utara. Kelurahan dengan jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Banjarsari adalah Kelurahan Kadipiro dengan jumlah penduduk pada tahun 2013 mencapai 53.463 dengan perbandingan laki-laki dan perempuan (sex ratio) sebesar 99, disusul Kelurahan Nusukan dengan

Page 20: Tahap 2_Tabel V_no 4 Dan 5

No. Kelompok Analisis Deskripsi Analisis Keterangan(1) (2) (3) (4)

jumlah penduduk sebesar 30.998.Rata-rata Pertumbuhan penduduk setiap tahun Kecamatan Banjarsari dari tahun 2010 hingga tahun 2013 sebesar 0,46%. Sedangkan dari tahun 2009 hingga 2013, pertambahan jumlah penduduk yang terjadi sebesar 3.125 atau meningkat 1,78% dari jumlah penduduk pada tahun 2009.Jumlah penduduk Kecamatan Banjarsari yang bekerja pada tahun 2013 berjumlah 120.538 jiwa. Sektor yang terbanyak adalah buruh industri dan buruh bangunan yaitu 21.691 jiwa dan 24.683 jiwa, disamping terdapat penduduk yang bekerja di sektor lain-lain sebesar 37.910 jiwa.Tingkat pendidikan Kecamatan Banjarsari pada tahun 2013 sebagian besar telah tamat SMA dengan jumlah 64.374 jiwa, yang telah tamat perguruan tinggi sebesar 31.650 jiwa. Sedangkan yang tidak bersekolah sebesar 2.539 jiwa.

Hasil proyeksi penduduk untuk 5 tahun mendatang menunjukkan bahwa secara umum semua Kecamatan yang terdapat di Surakarta mengalami kenaikan jumlah penduduk. Proyeksi tahun 2020 menunjukkan bahwa Kecamatan Laweyan, Kecamatan Serengan, Kecamatan Pasar Kliwon, dan Kecamatan Jebres mengalami pertambahan jumlah penduduk dari tahun 2013 masing-masing sebesar 848 jiwa, 13.609 jiwa, 950 jiwa, dan 3.085 jiwa. Sedangkan Kecamatan Banjarsari mengalami penurunan sebesar 106 jiwa.

Kebutuhan sarana dan prasarana serta fasilitas pelayanan publik semakin meningkat seiring dengan perkembangan jumlah penduduk dan kemajuan aktivitas sosial budaya dan ekonomi masyarakat.

3 Potensi PengembanganKawasan (diterapkan padakawasan strategis maupunkawasan pendukung yangberkaitan dengan aspek

1. Kawasan BWP IPotensi pengembangan kawasan BWP I merupakan Pariwisata, Perdagangan dan Jasa, Olah Raga / RTH. Berikut merupakan uraian potensi tersebut :

Page 21: Tahap 2_Tabel V_no 4 Dan 5

No. Kelompok Analisis Deskripsi Analisis Keterangan(1) (2) (3) (4)

ekonomi) Kegiatan pariwisata dengan skala pelayanan regional bahkan internasional yang didukung oleh kompleks pariwisata keratonan kasunan, dengan fasilitas pendukungnya. Kegiatan pariwisata ini menjadi daya tarik dan pengembangan sektor ekonomi lokal dan perlu untuk diwadahi didalam jaringan pergerakan, tempat parkir yang memadai.

Kegiatan perdagangan dan jasa ini tumbuh dari kegiatan pariwisata dan kebutuhan pengembangan koridor. Kegiatan pariwisata (komplek keraton kasunan) ini tumbuh dan berkembang menumbuhkan sektor perdagangan pariwisata dan memenuhi kompleks wisata tersebut dan sekitar koridor pengembangan dengan skala pelayanan mulai dari regional sampai dengan lingkungan.

Kawasan permukiman ini merupakan kawasan permukiman kota lama sebagai kawasan permukiman cagar budaya dengan ciri bangunan dan kawasan kota lama. Selain itu ada kawasan permukiman yang merupakan bagian dari permukiman pendukung pedagangan dan jasa dengan kondisi permukiman yang lebih modern.

Sebagai kawasan dengan intensitas pergerakan wisata yang tinggi baik ke kawasan keraton dan alun alun, maupun ke kawasan permukiman yang menunjukkan kawasan permukiman lama, dengan bangunan yang khas dan nuansa lingkungan permukiman keratonan

Dengan tinggi pengunjung wisatawan, menjadikan kawasan ini sebagai objek wisata dan memunculkan kegiatan perdagangan dan jasa

Potensi alun alun sebagai alun alun parkir keraton juga sebagai RTH yang tetap dipertahankan sebagai bagian

Page 22: Tahap 2_Tabel V_no 4 Dan 5

No. Kelompok Analisis Deskripsi Analisis Keterangan(1) (2) (3) (4)

dari keraton dan ruang terbuka hijau di Kota Surakarta yang memiliki luasan sedikit

Potensi pasar tradisional klewer dengan skala pelayanan regional menjadikan kawasan ini ramai dengan pergerakan baik itu untuk ke pasar maupun ke kawasan keraton maupun untuk keduanya.

2. Kawasan BWP IIPotensi pengembangan kawasan BWP II merupakan Pariwisata, Pariwisata dan Olah Raga / RTH. Berikut merupakan uraian potensi tersebut : Memiliki lokasi yang strategis dari sisi

sejarah dan berada di jalan utama yaitu jalan dr. Radjiman

Merupakan permukiman yang menjadi konservasi budaya dan memiliki daya tarik pariwisata

Terdapat banyak bangunan bersejarah, bangunan kuno dengan arsitektural jawa dan kolonial yang masih dipertahankan

Sentra industri dan perdagangan batik tradisional di Kota Surakarta

Merupakan kawasan yang khas dengan dukungan street furniture yang menarik sebagai kawasan wisata

Adanya kesadaran masyarakat dalam pelestarian bangunan cagar budaya

Terdapat paguyuban kampung batik yang menampung aspirasi serta menjadi wadah penyaluran ide Kampung Batik Laweyan

Terdapat IPAL yang mendukung kegiatan industri batik

Banyak berkembangnya outlet batik, homestay dan ruang pamer batik yang mendukung pengembangan pariwisata

3. Kawasan BWP IIIPotensi pengembangan kawasan BWP II merupakan Permukiman dan Perdagangan dan Jasa. Berikut merupakan uraian potensi tersebut :

Page 23: Tahap 2_Tabel V_no 4 Dan 5

No. Kelompok Analisis Deskripsi Analisis Keterangan(1) (2) (3) (4)

Terdapat lahan hijau yang dapat untuk tetap dipertahankan, namun untuk lahan pertanian yang sudah tidak produktif dapat untuk dipertimbangkan menjadi lahan terbangun

Potensi perdagangan dan jasa yang ada di kawasan ini, dengan skala pelayanan yang tidak hanya untuk kawasan ini, namun juga untuk jalur pergerakan regional

4. Kawasan BWP IVPotensi pengembangan kawasan BWP II merupakan Permukiman dan Perdagangan dan Jasa. Berikut merupakan uraian potensi tersebut :

Sebagai pusat pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa di bagian utara Kota Surakarta guna menunjang pengembangan dan pengelolaan kawasan strategis kepentingan pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta.

Sebagai pengembangan kawasan permukiman/perumahan berkepadatan sedang dan rendah.

5. Kawasan BWP VPotensi pengembangan kawasan BWP II merupakan Pariwisata, Pendidikan Tinggi, dan Industri. Berikut merupakan uraian potensi tersebut : Terdapat fasilitas transportasi Stasiun

Jebres Terdapat fasilitas perdagangan dengan

skala pelayanan lokal yaitu : Pasar Jebres, Pasar Ledoksari, dan Pasar Rejosari

Terdapat Universitas Sebelas Maret Merupakan kawasan pengembangan

kegiatan industri Terdapat RTH yang cukup besar Dilalui oleh jalan utama Perkembangan kawasan yang cukup

tinggi sebagai pendukung kegiatan pendidikan

Pengembangan fasilitas jalan yang sudah merata hingga ke jalan

Page 24: Tahap 2_Tabel V_no 4 Dan 5

No. Kelompok Analisis Deskripsi Analisis Keterangan(1) (2) (3) (4)

lingkungan Adanya pengelolaan dan penataan PKL

yang cukup baik Terdapat fasilitas pendidikan dan

kesehatan dengan skala pelayanan nasional

Merupakan kawasan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi

Memiliki fasilitas pengembangan teknologi dan pengembangan kebudayaan yaitu Technopark dan Taman Budaya Jawa Tengah

Terdapat pusat kegiatan pariwisata Taman Jurug

Merupakan kawasan yang dilalui oleh Jalan Utama Ir. Sutami

Terdapat pengembangan kegiatan transportasi Terminal Pendaringan

Terdapat fasiltas RTH Merupakan pintu masuk Kota Surakarta

dari arah timur Terdapat bangunan cagar budaya Terdapat fasilitas perdagangan berupa

Pasar Gilingan yang menjual barang mebel

Dilalui oleh jalan utama Kota Surakarta yaitu Jalan Ahmad Yani

Terdapat fasiliitas kesehatan dengan skala pelayanan regional

6. Kawasan BWP VIPotensi pengembangan kawasan BWP II merupakan Pemerintahan, Pariwisata dan Perdagangan dan Jasa. Berikut merupakan uraian potensi tersebut : Terdapat Pasar Gede sebagai salah satu

pusat kegiatan ekonomi Terdapat Puro Mangkunegaran sebagai

salah satu peninggalan Kebudayaan Kasunanan Surakarta

Benteng Vastenburg sebagai salah satu peninggalan sejarah

Merupakan letak pusat pemerintahan Kota Surakarta

Dilalui jalan utama kota Surakarta Terdapat Pasar Legi yang menjadi pusat

Page 25: Tahap 2_Tabel V_no 4 Dan 5

No. Kelompok Analisis Deskripsi Analisis Keterangan(1) (2) (3) (4)

perdagangan sembako di Surakarta Taman 45 Banjarsari sebagai RTH Kota

Surakarta Terdapat Stasiun Solo Balapan sebagai

sarana utama transportasi perkeretaapian di Surakarta

Adanya pengelolaan dan penataan PKL yang cukup baik

Dilalui oleh jalan utama Pengembangan fasilitas jalan yang

sudah merata hingga ke jalan lingkungan

Terdapat Fasilitas Kesehatan Rumah Sakit PKU dengan skala pelayanan kota

Terdapat Titik-titik kebudayaan berupa peninggalan sejarah, maupun komunitas seni budaya

Terdapat bidang perdagangan dan Jasa yang cukup banyak di sepanjang Jalan Slamet RIyadi

Lapangan Kota Barat sebagai salah satu RTH Kota

Terdapat Solo Paragon sebagai pusat kegiatan perbelanjaan modern

Merupakan pusat perkantoran Terdapat bangunan-bangunan cagar

budaya yang menjadi potensi pariwisata

Terdapat Terminal Tirtonadi yang merupakan terminal tipe A dengan skala pelayanan regional

Terdapat Pusat-pusat pendidikan Masih banyak lahan kosong yang belum

terkonversi Terdapat bangunan-bangunan cagar

budaya yang menjadi potensi pariwisata

Dengan semakin berkembangnya aktivitasyang terdapat pada masing-masing BWP, dapat meningkatkan besaran dan kulitas pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta. Serta dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi baru dalam 5 tahun mendatang. Dengan adanya titik pertumbuhan ekonomi baru dapat

Page 26: Tahap 2_Tabel V_no 4 Dan 5

No. Kelompok Analisis Deskripsi Analisis Keterangan(1) (2) (3) (4)

menciptakan aglomerasi ekonomi pada Wilayah Kota Surakarta.

Dengan terciptanya aglomerasi ekonomi dapat menciptakan perekonomian daerah yang mantap yang dapat berperan dalam menentukan keberhasilan pembangunan daerah, ditandai dengan semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita serta membaiknya struktur perekonomian masyarakat.

4 Kawasan Rawan Bencana(diterapkan pada kawasanstrategis maupun kawasanpendukung yang berkaitandengan aspek lingkungan)

Kota Surakarta dilalui oleh Sungai Bengawan Solo yang hampir setiap musim penghujan selalu meluap. Hal tersebut mengakibatkan beberapa wilayah di Kota Surakarta adalah daerah yang rawan bencana banjir. Kawasan BWP I

Kawasan permukiman di Tanggul dan Bantaran Sungai Bengawan Solo, seperti halnya di Kelurahan Pucangsawit, Gandekan, Sewu, Semanggi maupun Sangkrah, kemudian di Bantaran Kali Anyar, seperti halnya Kampung Minapadi-Kelurahan Nusukan, dan Kampung Cinderejo-Kelurahan Gilingan, Kali Premulung dan Kali Pepe terancam bencana banjir yang merupakan bencana tahunan. Sedangkan bencana selain banjir tidak dijumpai di Bagian Wilayah Perkotaan I.

Kawasan BWP IIZona sempadan sungai di Kawasan II Kota Surakarta meliputi Sempadan sungai Gajah Putih dan sempadan Sungai Premulung. Pada zona ini sempadan sungai ini merupakan zona pengelolaan kawasan banjir. Luas zona rawan banjir di Kawasan BWP II adalah 11,274 Ha.

Kawasan BWP IIIKawasan BWP III dilalui oleh Sungai Kali Anyar yang melewati Banyuanyar, Kadipiro, Sumber dan Nusukan. Selain itu kawasan III juga dilalui oleh Kali Pepe Hulu dan Kali Gajah Putih. Kawasan sekitar sungai tersebut merupakan kawasan banjir.

Kawasan BWP IVZona rawan bencana di Kawasan IV

Page 27: Tahap 2_Tabel V_no 4 Dan 5

No. Kelompok Analisis Deskripsi Analisis Keterangan(1) (2) (3) (4)

Kota Surakarta berupa subzone rawan banjir. Kelurahan Mojosongo merupakan kawasan rawan banjir dengan luas 532,88 Ha. Dimana Kelurahan Mojosongo dilewati Kali Anyar dan anak sungainya dengan luas sungai kurang lebih 7,98 Ha.

Kawasan BWP VTerdapat kawasan yang memiliki tingkat kerawanan terhadap bencana banjir/ genangan air, yaitu di kawasan yang dilalui aliran anak sungai yaitu Kelurahan Jagalan dan Kelurahan Pucangsawit. Daerah ini dialiri oleh Sungai Bengawan Solo, Kali Pepe dan Kali Anyar yang memiliki tingkat kerawanan terhadap bencana banjir

Kawasan BWP VIKawasan rawan bencana banjir di Kawasan BWP VI berada di Kecamatan Jebres yaitu Kelurahan Kepatihan Wetan dan Kelurahan Sudiroprajan; Kecamatan Pasar Kliwon, pada Kelurahan kampong Baru dan Kelurahan Kedung Lumbu. Kawasan rawan banjir ini dilalui oleh sungai Bengawan Solo merupakan sungai yang sering menyebabkan banjir.

(1) (2) (3) (4)5 Karakteristik Budaya

(diterapkan pada semuakawasan strategis maupunkawasan pendukung yangberkaitan dengan aspeksosial budaya)

Kota Surakarta merupakan Kota yang masih melestraikan budayanya. Hal ini terlihat dari banyaknya bangunan bersejarah (Tangible) yang masih dilestarikan dan kesenian (Intangible) yang masih terjaga sampai sekarang ini. Berikut adalah warisan budaya yang terdapat di Kota Surakarta. Terdapat 23 organisasi mengenai Tari Daerah, selain itu tedapat organisasi kesenian music, yaitu 24 organisasi karawitan, 61 orkes keroncong, 3 orkes melayu band, dan lain-lain. Kesenian teater, terdiri dari 2 organisasi wayang orang, 5 ketoprak, 11 drama, 5 pedalangan, dan lain-lain. Serta kesenian seni Rupa Lukis sebanyak 10 organisasi, 2 organisasi patung, 7 organisasi tatah sungging, 2 organisasi ukir kayu, dan lain-lain. Hal ini merupakan wujud pelestarian

Page 28: Tahap 2_Tabel V_no 4 Dan 5

No. Kelompok Analisis Deskripsi Analisis Keterangan(1) (2) (3) (4)

budaya yang berada di Kota Surakarta. Kawasan BWP I

Kawasan strategis aspek sosial budaya di kawasan I terletak di Di Kecamatan Laweyan, Kecamatan Pasar Kliwon, dan Di Kecamatan Serengan. Terdapat kawasan wisata belanja batik di Kecamatan Laweyan.

Kawasan BWP IIZona Cagar Budaya yang berada di Kawasan II Kota Surakarta berada di Sub BWP I, Sub BWP II dan Sub BWP III dengan luas pemanfaatan lahan 7,165 Ha. Bangunan Cagar Budayan tersebut antara lain adalah : Lingkungan Perumahan Laweyan, Omah Lowo. Dalem Cokro Sumartan, Rumah KH. Samanhudi, Bangunan Saudagaran, Langgar Laweyan, Langgar Merdeka, Masjid Al Ma’mur, Gapura Batas Kota Keco, Monumen Sondakan, Monumen Pejuang TP, Monumen Tali Rogo, Makam Ki Ageng Henis, dan Taman Balaikambang. Selain itu terdapat sarana umum social budaya yang mempunyai luas kurang lebih 4,984 Ha.

Kawasan BWP IIIPada Kawasan IV tidak terdapat bangunan cagar budaya, tetapi kawasan ini selalu melestarikan warisan budayanya dengan pengembangan bangunan bernuansa batik Surakarta, seperti halte dengan motif Batik Surakarta.

Kawasan BWP IVSama halnya dengan Kawasan III, pada Kawasan IV tidak terdapat bangunan cagar budaya, tetapi kawasan ini selalu melestarikan warisan budayanya dengan pengembangan bangunan bernuansa batik Surakarta, seperti halte dengan motif Batik Surakarta.

Kawasan BWP VZona lindung cagar budaya di kawasan 5 adalah Taman Satwa Taru Jurug, Taman Makam Pahlawan, Stasiun jebres, dan Tugu Cembrengan dengan luas kawasan cagar budaya adalah 28,914 Ha. Fasilitas

Page 29: Tahap 2_Tabel V_no 4 Dan 5

No. Kelompok Analisis Deskripsi Analisis Keterangan(1) (2) (3) (4)

sosial budaya yang berada di Kawasan V Kota Surakarta terdiri dari ruang pemusalaraan jenazah, lembaga sosial masyarakat dan gedung serbaguna yang mewadahi berbagai kegiatan sosial dan kebudayaan di Kawasan V.

Kawasan BWP VIZona Cagar Budaya pada BWP VI mempunyai luas keseluruhan 22,738 ha, yaitu berupa bangunan Mangkunegaran, Pasar Harjonegoro, Bank BI, Stasiun Balapan, Monumen Banjarsari, Monumen Pasar Nongko, Patung Slamet Riyadi, Jembatan Pasar Harjonegoro, Hotel TRIO, Kantor PTPN IX Surakarta, Pengadilan Negeri Surakarta, Monumen Pers, Kantor Pengadilan Agama, UPTD Perpakiran, Rumah Praktek Dokter Tunjung, Gardu PLN Ngarsopuro, Monumen PGRI, Masjid Al Wasyitoh, Jembatan Arifin, SMP Negeri 10, SMP negeri 3 Surakarta, SMP Negeri 5 Surakarta, Balai Soedjatmoko, Gereja Santo Petrus, Bruderan Purbayan. Bneteng Vastenburg, Taman Banjarsari, dna Ponten/MCK Kuno.

Catatan: o Deskripsi analisis pada kolom (3) dapat ditambahkan sesuai dengan kebutuhan dan ketersediaan

data/informasi lima tahun terakhir dan dianalisis untuk 5 (lima) tahun ke depan.o Hal yang perlu diperhatikan bahwa sumber data dan informasi yang diolah untuk mengevaluasi

capaian indikator penyelenggaraan pemerintahan daerah provinsi/kabupaten/kota, merupakan data dan informasi yang menggambarkan keadaan senyatanya pada setiap kawasan.

o

Analisis gambaran umum kawasan yang diuraikan berdasarkan Tabel 5 diharapkan dapat

memberikan gambaran kondisi saat ini dan manfaat yang akan diterima pada 5 (lima) tahun ke

depan, kemampuan yang ada dan potensi yang dapat dikembangkan, hasilnya diuraikan pada

Tabel III.6.

Tabel III. 2. ... *)Hasil Analisis Gambaran Umum Kawasan ...**)

No. Kelompok Analisis Capaian Target Analisis (5th ke depan)

Program Gubernur/Bupati/Walikota

Interpretasi belum tercapai (<) sesuai (=) melampaui (>)

(1) (2) (3) (4) (5)1. Karakteristik Fisik Dengan terjaganya

Page 30: Tahap 2_Tabel V_no 4 Dan 5

Kawasan (diterapkan pada semua kawasan strategis maupun kawasan pendukung yang berkaitan dengan aspek ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan)

kondisi lingkungan maka akan tercipta kualitas lingkungan hidup yang berkelanjutan untuk mendukung kegiatan ekonomi, sosial budaya, serta lingkungan melalui terwujudnya lingkungan hidup yang baik dan sehat dengan ditandai dengan semakin meningkatnya ruang-ruang publik yang dipergunakan sesuai dengan fungsinya atau peruntukannya; semakin tertatanya infrastruktur kota yang berkarakter Surakarta (city branded); semakin terkendalinya pemanfaatan ruang sesuai dengan Peraturan Daerah tentang Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK); semakin meningkatnya pola pengembangan dan pengelolaan persampahan kota; semakin meningkatnya pola pengendalian terhadap pencemaran dan perusakan lingkungan; semakin optimalnya program-program pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH); meningkatnya kualitas lingkungan hidup yang baik dan sehat; semakin optimalnya program pengembangan sistem informasi dan sistem pendaftaran

Page 31: Tahap 2_Tabel V_no 4 Dan 5

tanah; semakin menurunnya kasus-kasus sengketa atau konflik-konflik masalah pertanahan.

2. Karakteristik Demografi Kawasan (diterapkan pada semua kawasan strategis maupun kawasan pendukung yang berkaitan dengan aspek ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan)

Hasil proyeksi penduduk untuk 5 tahun mendatang menunjukkan bahwa secara umum semua Kecamatan yang terdapat di Surakarta mengalami kenaikan jumlah penduduk. Proyeksi tahun 2020 menunjukkan bahwa Kecamatan Laweyan, Kecamatan Serengan, Kecamatan Pasar Kliwon, dan Kecamatan Jebres mengalami pertambahan jumlah penduduk dari tahun 2013 masing-masing sebesar 848 jiwa, 13.609 jiwa, 950 jiwa, dan 3.085 jiwa. Sedangkan Kecamatan Banjarsari mengalami penurunan sebesar 106 jiwa.

Kebutuhan sarana dan prasarana serta fasilitas pelayanan publik semakin meningkat seiring dengan

Page 32: Tahap 2_Tabel V_no 4 Dan 5

perkembangan jumlah penduduk dan kemajuan aktivitas sosial budaya dan ekonomi masyarakat.

3. Potensi Pengembangan Kawasan (diterapkan padakawasan strategis maupunkawasan pendukung yang berkaitan dengan aspek ekonomi)

Dengan semakin berkembangnya aktivitasyang terdapat pada masing-masing BWP, dapat meningkatkan besaran dan kulitas pertumbuhan ekonomi Kota Surakarta. Serta dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi baru dalam 5 tahun mendatang. Dengan adanya titik pertumbuhan ekonomi baru dapat menciptakan aglomerasi ekonomi pada Wilayah Kota Surakarta.

Dengan terciptanya aglomerasi ekonomi dapat menciptakan perekonomian daerah yang

Page 33: Tahap 2_Tabel V_no 4 Dan 5

mantap yang dapat berperan dalam menentukan keberhasilan pembangunan daerah, ditandai dengan semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita serta membaiknya struktur perekonomian masyarakat.

4. Kawasan Rawan Bencana (diterapkan pada kawasan strategis maupun kawasan pendukung yang berkaitandengan aspek lingkungan)

5. Karakteristik Budaya (diterapkan pada semua kawasan strategis maupunkawasan pendukung yang berkaitan dengan aspek sosial budaya)

Petunjuk Pengisian Tabel: Kolom (1) diisi dengan nomor urut.

Kolom (2) diisi dengan uraian kelompok analisis yang diperoleh dari Tabel III.5.

Kolom (3) diisi dengan hasil analisis 5 (lima) tahun ke depan.

Kolom (4) diisi dengan target program gubernur/bupati/walikota berdasarkan Tabel 2.

Kolom (5) diisi dengan hasil intepretasi terhadap kolom (4) dengan kolom (3).

1. Analisis rumusan masalah, menguraikan tentang berbagai faktor kendala dalam

pembangunan kawasan. Permasalahan pembangunan kawasan merupakan kesenjangan

harapan (gap expectation) antara kinerja pembangunan yang dicapai saat ini dengan

yang direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai dimasa datang dengan kondisi riil

saat perencanaan dibuat. Potensi permasalahan pembangunan kawasan pada umumnya

timbul dari kekuatan yang belum didayagunakan secara optimal, kelemahan yang tidak

Page 34: Tahap 2_Tabel V_no 4 Dan 5

diatasi, peluang yang tidak dimanfaatkan, dan ancaman yang tidak diantisipasi.

Tujuan dari analisis rumusan permasalahan pembangunan kawasan adalah untuk

mengidentifikasi berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan/kegagalan kinerja

pembangunan kawasan sebelumnya.

Analisis rumusan permasalahan pembangunan kawasan dapat diuraikan menurut bidang

urusan penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan tujuan agar dapat dipetakan

berbagai permasalahan yang terkait dengan urusan yang menjadi kewenangan dan

tanggung jawab penyelenggaraan pemerintahan daerah guna menentukan isu-isu

strategis pembangunan jangka menengah kawasan.

Analisis rumusan permasalahan pembangunan kawasan sebagai kelanjutan dari hasil

intepretasi pada kolom (5) Tabel III.6 diuraikan pada Tabel III.7.