Upload
asep-bunyamin
View
982
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
PEMBINAAN GENERASI MUDA
(Q.S. AT-TAHRIM : 6)
A. Pendahuluan
Sudah menjadi maklum bahwa dalam pandangan al-Quran orang yang
paling tinggi derajat dan martabatnya di sisi Pencipta Alam Raya yang Maha
Segala adalah mereka yang mampu mengemban nilai-nilai ketaqwaan di
dalam dirinya. Untuk dimanifestasikan dalam kehidupannya di dunia sebagai
bekal kehidupan di akherat kelak.
Dalam konteks pergaulan di Indonesia, terlihat khususnya di kota-kota
besar, cara pandang yang dimiliki masyarakat tersebut sudah bergeser, tidak
lagi tertumpu pada manusia yang berbudi luhur (bertakwa) tetapi terorientasi
pada manusia yang berkekuatan ekonomi. Sehingga mereka sudah mulai
bersifat materialistis dan dalam kehidupannya lebih menuntut kesenangan
jasmani mengabaikan nilali-nilai ruhani.
Implikasi dari cara pandang tersebut berujung pada tindakan-tindakan
yang cenderung penyimpangan dari norma-norma khususnya agama. Dari
mulai orang dewasa hingga mereka yang belum mempunyai kematangan
berpikir. Hal tersebut jika terus dibiarkan akan mengakibatkan suatu adat yang
buruk yang jauh dari nilai-nilai kebenaran dan keadilan perlu ada
penyelamatan terutama bagi generasi yang akan datang.
Penerus generasi yang akan datang adalah mereka yang sekarang
menginjak usia remaja. Merekalah yang kemudian menjadi harapan untuk
dapat memutar keadaan masyarakat yang sakit kepada masyarakat yang sehat.
diawali dengan pembinaan generasi muda secara individu dan berkelompok.
Dari usaha tersebut diharapkan mampu menciptakan pribadi-pribadi yang
bertaqwa yang pada akhirnya masyarakat yang patuh dan tuduk kepada
hukum-hukum Allah dan Rasul-Nya.
Berdasarkan hal di atas, topik yang akan dikaji pada makalah ini
adalah seputar pembinaan generasi muda, dengan berpijak pada Q.S. at-
Tahrim ayat 9.
B. Teks dan Terjemah Ayat
:(6)التحريمHai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (Q.S. at-Tahrim:6)
C. Tafsir Mufrodat
ءا نيذال اهيأ آي �وا من : Orang-orang yang beriman kepada Nabi Muhammad SAW. dan al-Quran
�م آو�ق أنف�سك : Jagalah dirimu dan kaummu�م : وأهليك Anak-anak dan istri-istri kamu' : نارا Dikatakan, didik dan ajarilah mereka niscaya kami
telah memelihara mereka dengan hal itu dari api neraka
د�هاوق�و : Kayu bakar neraka�ةارجحالو : Batu Kibrit, yaitu baitu yang sangat panas.
ةكئالم : Para malaikat Zabaniyahغالظ : Tinggi dan besar
شداد : Pada kuatاليعص�ون : Tidak membantah terhadap perintah untuk menyiksa
penduduk neraka.
D. Tafsir Ayat
Muhammad Ibn Jarir Ibn Yazid Ibn Katsir Ibn Ghalib al-Amaly, yang
dikenal dengan nama Abu Ja’far ath-Thabary, memberikan penafsiran
potongan ayat tersebut sebagai berikut:
Wahai orang-orang yang mengakui dan meyakini kepada Allah dan Rasul-nya, hendaklah sebagian kamu mengajari sebagian yang lain, dengan pengajaran yang mana dengannya kamu dapat menjaga orang-orang yang kamu ajari dari api neraka, dan menjaga mereka darinya
2
karena mereka telah mengamalkannya dengan berbuat taat kepada Allah dan hendaklah kamu mengerjakan taat kepada Allah.Kemudian, ajarilah keluargamu perbuatan taat kepada Allah sehingga diri mereka dapat terpelihara dari api neraka.
Dalam memperkuat penafsirannya, Abu Ja’far mengajukan sebuah
Atsar sahabat yang diriwayatkan oleh Ibnu Bisyr, diterima dari Abd. Ar-
Rahman, dari Sufyan, dari Mansur, dari seorang laki-laki yang menerimanya
dari Ali Ibn Abi Thalib, beliau mengatakan bahwa firman Allah SWT.
Maksudnya adalah: “Ajari dan didiklah mereka.” Sementara itu, Ibn Abbas
memberikan penafsiran, “Lakukanlah taat kepada Allah, jauhilah maksiat
kepada-Nya dan perintahlah keluargamu untuk berzikir, maka Allah akan
menyelamatkanmu dari Api neraka.
Senada dengan penafsiran yang telah disampaikan di atas, penafsiran
yang disampaikan oleh Imam as-Samarqandy dalam tafsirnya “Bahrul Ulum”,
sebagai berikut:
“Jauhkan dirimu dari api neraka dengan melaksanakan taat kepada Allah dan Rasul-Nya, serta ajarilah keluargamu dengan pengajaran yang dapat menjauhkan mereka dari api neraka.”
Menurut as-Samarqandy, berkenaan dengan perintah memelihara
keluarga, Qatadah mengatakan, “perintahlah mereka untuk taat kepada Allah
dan cegahlah mereka dari berbuat maksiat kepada-Nya.” Sementara itu,
Mujahid mengatakan, “hendaklah kamu berwasiat kepada keluargamu untuk
bertaqwa kepada Allah.”. Dan dikatakan, “Didik dan ajarilah mereka kepada
kebaikan, niscaya mereka akan terjaga dari api neraka.”
Al-Maraghi dalam tafsirnya memberikan penafsiran kepada ayat di
atas dengan memiliki persamaan dalam penafsiran di atas, dia menafsirkan:
Wahai orang-orang yang percaya kepada Allah dan rasul-Nya hendaklah sebagian dari kamu memberitahukan kepada sebagian yang lain, apa yang dapat menjaga dirimu dari api neraka dan menjauhkan kamu dari padanya, yaitu ketaatan kepada Allah dan menuruti segala perintah-Nya. Dan hendaklah kamu mengajarkan kepada keluargamu perbuatan yang dengannya mereka dapat menjaga diri mereka dari api
3
neraka, dan bawalah mereka kepada yang demikian ini melalui nasehat dan pengajaran.
Menurut al-Maraghy, ayat di atas semakna dengan firman Allah:
:(132)طهDan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan Bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. kami tidak meminta rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.
Juga dengan firman-Nya:
(24)الشعراء: األقربين عشيرنك وأنذرDan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang dekat.
Telah diriwayatkan bahwa Umar berkata ketika turun ayat itu, “Wahai
Rasulullah, kita menjaga diri kita sendiri, tetapi bagaimana kita menjaga
keluarga kita?” Rasulullah SAW. menjawab, “Kamu larang mereka
mengerjakan apa yang dilarang Allah untukmu, dan kamu perintahkan kepada
mereka apa yang diperintahkan Allah kepadamu. Itulah penjagaan antara diri
mereka dengan neraka.”
Telah dikeluarkan oleh Ibnu Munzir dan al-Hakim di dalam Jama’ah
Akharin, dari Ali Kw., bahwa dia mengatakan tentang ayat itu, “Ajarilah
dirimu dan keluargamu kebaikan dan didiklah mereka.”
Yang dimaksud dengan al-ahl (keluarga) di sini mencakup istri, anak,
budak laki-laki dan perempuan.
Imam al-Alusy dalam Ruhu al-Ma’any, memberikan penafsiran
kalimat di atas dengan:
“Sesungguhnya para malaikat itu diserahi tugas untuk perkara neraka
dan menyiksa para penghuninya. Mereka itu dinamakan malaikat
Zabaniyah yang berjumlah 19 malaikat.
Begitu juga, al-Margahy memberikan penafsiran yang sama, yaitu:
4
Malaikat-malaikat itu diserahi neraka untuk mengurusnya dan menyiksa para penghuninya. Mareka ada 19 malaikat penjaga yang akan disebutkan dalam surat al-Muddatsir di dalam firman-Nya: . .
. . . Aku akan memasukkannya ke dalam (neraka) Saqar. Tahukah kamu apakah (neraka) Saqar itu? Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan. (neraka Saqar) adalah pembakar kulit manusia, dan di atasnya ada sembilan belas (Malaikat penjaga).
Kasar dalam ucapannya dan keras dalam pekerjaannya. Keras
jasadnya, kasar perangainya, dan kuat terhadap pekerjaan-pekerjaan berat.
Abdullah bin Ahmad telah meriwayatkan dalam kitab “Zawaidu al-Zuhd”
yang diterima dari Abi Imran al-Jauny. Dia mengatkan, “Telah sampai kepada
kami sesungguhnya penjaga neraka itu berjumlah 19 malaikat, jarak di antara
dua pundak salah seorang di antara mereka adalah sepanjang 100 kharif. Tidak
ada belas kasihan dalam diri mereka, karena mereka diciptakan hanya untuk
menyiksa. Salah seorang di antara mereka memukul seorang laki-laki dari
penduduk neraka, kemudian dia membiarkannya untuk ditumbuk dari mulai
dari ujung kepala sampai ujung kakinya.
Mereka tidak menyalahi perintah-Nya, tetapi mereka menjalankan apa
yang diperintahkan kepada mereka pada waktu itu juga tanpa selang. Mereka
tidak mendahului dan tidak menunda perintah-Nya.
Kalimat pertama menunjukkan penafian, penentangan, dan
kesombongan dari mereka, seperti difirmankannya.
ون عبادته عن اليستكبر�Sedang kalimat kedua menunjukkan penafian kemalasan dari mereka,
seperti difirmankan-Nya:
ون وال يستحسر�Ringkasnya, mereka mengikuti perintah dan tidak enggan untuk
melaksanakannya, tetapi mereka menunaikannya tanpa rasa berat dan tidak
ditunda-tunda.
5
E. Kajian Nahwu dan Balaghah
Lafazh “ق�وا” adalah bentuk amar dari lafazh .”وقى“ Lafazh ”ق�وا“ berasal dari lafazh ”وا� kemudian harakat ya lam fi’il dipindahkan kepada ,”اوقيqaf ’ain fi’il dengan alasan tsiqal (berat), setelah itu ya lam fi’il dibuang dikarenakan bertemunya dua huruf sukun, dan menjadi ” ,Selanjutnya .”اوق�واbuang wau fa fi’il karena mengikuti huruf mudlara’ah yang dibuang, selanjutnya hamzah washal dibuang karena tidak dimulai dengan huruf sukun lagi, maka menjadi ”ق�وا”.
Fa’il (subjek) dari lafaz adalah ”ق�وا” wau dlamir jama mudzakkar
mukhattab. Dalam kajian balaghah, kalimat ini termasuk majaz mursal min
babi ithlaqi al-juz wa iraadati al-kul (majaz mursal dari bab disebutkan
sebagian tapi yang dimaksud adalah semuanya), karena yang dikenai khitab
(perintah) dalam kalimat ini adalah hanya kelompok laki-laki (ayah, kakek,
guru laki-laki), sedangkan yang dimaksud adalah semua orang, laki-laki dan
perempuan (ibu, nenek, guru perempuan).
Lafazh �م” dibaca ”وأهليك nasab karena di’athaf-kan kepada lafaz ”�م ” yang menjadi objek dari lafazh ”أنف�سك Akan tetapi, ada juga yang .”ق�واmembacanya dengan i'rab rafa’, yaitu ”م� �وك .”وأهل Karena di’athafkan pada wau dlamir jamak pada lafazh .”ق�وا” Dengan demikian, lafazh �م” ”أنف�سكadalah sasaran pekerjaan dua subjek (fa’il) yaitu wau dlamir jamak dan lafazh �م” �وك .”وأهل
Lafazh ” آ HHHره�م م HHHأم ” adalah badal isytimal dari lafazh Jalalah,
maksudnya ”Para malaikat tidak pernah membantah apa yang diperintahkan
Allah.”
F. Kandungan Ayat
Surat at-Tahrim ayat 6 memberikan gambaran umum tentang
kewajiban memelihara diri dan keluarga dari api neraka dengan cara dan
langkah konstruktif. Dalam kontek ini, diri sendiri dan keluarga bertindak
sebagai pelaku pada kondisi yang sama sebagai subjek yang berkaitan dengan
kegiatan pendidikan walaupun masing-masing berbeda perannya pada kondisi
tertentu.
Sementara itu, kata ahlun sebagai yang diberikan penjagaan oleh
anfus. Sementara kata anfus juga dituntut untuk dipelihara, keduanya
6
menempati posisi terdidik setelah fi’il amar (kata kerja perintah) qû. Hal ini
berbeda dengan redaksi fi’il lain yang tidak menggunakan kata qû, dimana
maf’ulnya tidak langsung kepada si pelaku (fa’il), tetapi kepada maf’ul lain.
Sementara kalimah qû memiliki arti ”jagalah atau peliharalah” sebagai
kalimah perintah yang mukhatab-nya jamak dan kembali kepada âmanu.
Menurut al-Maraghy sebagaimana dalam penafsiran di atas, kata ini
mengandung arti hendaklah sebagian dari kamu memberitahukan kepada
sebagian yang lain, apa yang dapat menjaga dirimu dari api neraka dan
menjauhkan kamu dari padanya, yaitu ketaatan kepada Allah dan menuruti
segala perintah-Nya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kalimah qû pada ayat ini
berarti menjaga atau memelihara dengan makna pendidikan dari seorang
pendidik kepada terdidik. Sedangkan makna pendidikan itu sendiri adalah
proses mengarahkan dan membentuk seseorang sehingga memiliki
kepribadian sempurna.
Karena ayat ini berkaitan dengan keluarga, maka kata anfusakum
mempunyai arti: sebagai kepala keluarga ia harus bertanggungjawab kepada
anak-istrinya, yakni dengan memelihara dan menjaganya baik lahir maupun
batin, mengarahkan dan mendidik mereka. Adapun pengertian yang lebih luas
dari anfusakum iin adalah siapa saja yang memiliki tanggung jawab dan tugas
memimpin, mengarahkan dan mendidik orang atau masyarakat yang
dibimbingnya, maka dia dikategorikan sebagai pendidik. Akan tetapi, kata
anfusakum ini juga dapat dikategorikan sebagai terdidik, karena dia diperintah
menjaga atau mendidik diri sendiri sebelum keluarganya. Jadi, dia berfungsi
sebagai pendidik sekaligus sebagai terdidik.
Menurut Al-Maraghi, yang dimaksud denagn ahlikum dalam ayat 6
surah at-Tahrim ini mencangkup istri, anak, hambah sahaya, baik laki-laki
ataupun perempuan. Lebih lanjut, dai menyebutkan bahwa, ahlikum itu wajib
mendapatkan pendidikan berupa pemberian ilmu tentang hal-hal yang wajib
dikerjakan dalam agama. Dalam kondisi seperti ini, ahlikum dapat
7
dikategorikan sebagai anak didik yang memiliki pengertian seseorang atau
kelompok orang tanpa batas usia.
Dari uraian di atas terlihat bahwa pada umumnya ayat tersebut
mengisyaratkan, sesungguhnya anak didik adalah mereka yang diberi
penjagaan dari segala sifat, sikap, dam perbuatan haram atau tercela sehingga
apabila perbuatan tercela tersebut dilakukan, maka ia akan terperosok ke
dalam neraka. Di samping itu, penjagaan terhadap anak didik juga dilakukan
melalui pengarahan, baik dalam bentuk nasehat, petunjuk-petunjuk maupun
pemberian ilmu pengetahuan dan pembiasaan untuk berakhlak yang baik,
sehimgga dapat membentuk murid yang bertakwa.
Hubungannya dengan pembinaan generasi muda, kita ketahui bahwa
ada tiga lembaga yang harus terlibat dalam pembinaan generasi muda, yaitu
keluarga, sekolah, dan masyarakat. Lembaga-lembaga itu memiliki potensi
besar untuk mencapai ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam
proses pendidikan sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Kesatupaduan tiga lembaga itu akan menghadirkan proses pembinaan
generasi muda yang utuh terhadap remaja. Dengan kata lain, keluarga, sekolah
dan masyarakat harus menjadi tritunggal yang afektif dalam kerangka
pembinaan generasi muda di negeri ini.
1. Keluarga
Keluarga adalah fundamen kekuatan masyarakat, karena masyarakat
itu sendiri terdiri dari kumpulan keluarga, dan keluarga laksana sel-sel yang
membentuk tubuh. Kalau keluarga baik niscaya masyarakatnya pun akan
menjadi baik dan sebaliknya kalau keluarga itu rusak, maka masyarakat
seluruhnya akan menjadi rusak.
Peran keluarga begitu penting di dalam petumbuhan masyarakat,
seperti dikemukakan oleh Muhammad Natsir: “Tidak ragu lagi, bahwa
keluarga merupakan satu kesatuan yang terkecil masyarakat. Ia merupakan
batu sendi tempat membangun kehidupan masyarakat dan negara. Mutu suatu
masyarakat ditentukan oleh mutu dari kesatuan primer ini. Risalah Islam
membangun umat daerah memperkokoh dan mempertinggi mutu diri batu
8
sendi itu sendiri. Dimulainya dengan mendudukannya hubungan antara suami
istri, antara anak dan ibu bapak, dan antara para anggota satu sama lain atas
dasar mawaddah dan rahmah serta tanggung jawab.
Keluarga yang memiliki kebiasaan baik, hubungan harmonis,
perilaku yang tidak menyimpang, perkataan yang melegakan hati, akan
memiliki dampak yang segar dalam pertumbuhan karakter remaja, di mana
mereka dapat merasakan security feeling (suatu perasaan aman) serta perasan
nyaman dari lingkungan adalah syarat penting dalam pembentukan karakter
unggul mengingat remaja adalah manusia yang rentan terhadap konflik.
2. Sekolah
Sekolah adalah tempat memberikan bekal ilmu kepada siswa. Namun,
selain itu sekolah juga berfungsi sebagai salah satu pembentuk karakter anak
didik (remaja). Kedisiplinan serta sikap konormitis siswa terhadap peraturan
dan tugas adalah aspek kepribadian yang ikut dibentuk oleh sekolah. Selain
itu, sekolah menyediakan peer group (teman sepermainan/sebaya) bagi si
anak. Peer Group ini amat besar fungsinya bagi remaja, antara lain sebagai
tempat menyampaikan rasa suka dan duka di dalam kehidupannya. Selain itu
sekolah juga sebagai ikatan kelompok. Murid-murid di suatu sekolah
merasakan bahwa sekolah adalah bagian dari kehidupan yang harus
dipertahankan. Bila segala sesuatunya berlangsung dengan baik, maka si anak
didik akan memperoleh suasana kehangatan di dalam kehidupannya, dan
merupakan unsur penting dalam pembentukan karakter remaja. Hubungan
dengan guru yang akrab akan menumbuhkan sikap positif terhadap sekolah,
khususnya sikap menghargai otoritas guru.
Kepala sekolah selaku pemegang kebijakan umum sekolah
selayaknya menerapkan kebijakan-kebijakan yang progresif bagi pendidikan
siswa tanpa harus melupakan kondisi psikologis bagi anak didik (remaja). Dia
pun bersama guru-guru yang lain dan karyawan sekolah mampu memberikan
tauladan yang baik bagi seluruh siswa. Tidak merokok di areal sekolah, tidak
9
berkata kotor, tidak berpakaian seenaknya, tidak terlambat hadir ke sekolah,
dan lain sebagainya.
Dengan demikian tercipta suasana keseimbangan dalam lingkungan
belajar di sekolah merupakan faktor penunjang yang sangat signifikan dalam
pertumbuhan remaja, khususnya pembentukan karakter unggul pada mereka.
3. Masyarakat
Masyarakat adalah subsistem di dalam kehidupan remaja yang ikut
dalam membentuk karakter remaja. Suasana yang paling membingungkan
pada remaja akan terjadi apabila ada konflik norma di dalam masyarakat, dan
bila ada kesenjangan antara apa yang diajarkan kepada mereka tentang akhlak
yang baik, dengan kenyataan karakter masyarakat dalam kehidupan sehari-
hari.
Menjadi catatan penting dalam pembinaan generasi muda remaja
membutuhkan suatu koherensi antara idealita yang disampaikan di meja-meja
belajar dengan praktik kehidupan sehari-hari di dalam lingkungan keluarga,
sekolah dan masyarakat.
Suatu hal yang hampir mustahil dalam pembinaan generasi muda,
jika tidak ditunjang oleh ruang kehidupan yang aman, nyaman, dan bersahabat
baik di keluarga sebagai dasar pergaulan atau tempat pergaulan pertama
remaja maupun dalam lingkungan yang memiliki ruang gerak yang lebih besar
seperti sekolah dan masyarakat. Dan menjadi nyata, perlu, ada politic will
(kehendak politik) dari pemerintah sebagai institusi terbesar dalam susunan
organisasi kebangsaan yang memiliki wewenang dalam penyelanggaraan
negara untuk dapat memperbaiki tatanan pergaulan masyarakat.
G. Pelajaran yang Dapat Diambil
Dari uraian yang telah disampaikan di atas, maka dapat diambil
kesimpulan bahwa pelajaran yang dapat diambil dari Q.S. at-Tahrim : 6 adalah
kewajiban memperhatikan pendidikan bagi peribadi dan orang-orang yang
menjadi tanggung jawabnya dalam pendidikannya, seperti anak, istri, murid,
dan masyarakat yang berada di bawah kepemimpinannya.
10
H. Penutup
Demikian makalah tentang pembinaan generasi muda disampaikan,
dengan mengambil rujukan surat at-Tahrim : 6. Harapan penulis semoga
uraian makalah ini menjadi bahan pemikiran bagi kita untuk lebih intens
dalam memperhatikan pendidikan bagi generasi muda.
11
DAFTAR PUSTAKA
Al-Alusy, Syihabu al-Din Mahmud Ibn Abdullah Al-Husainy. tt. Rûhu al-Ma’ânî fî Tafsîri al-Quran al-Azhîm wa al-Sab’u al-Matsâny. http://www.altafsir.com
Al-Amaly, Abu Muhammad Ibn Jarir Ibn yazid Ibn Katsir Ibn Ghalib. 2000. Jami’u al-Bayan Fî ta’wil al-Quran. www.qurancomplex.com.
Al-Maraghy, Ahmad Mushtafa. 1987. Tafsir al-Maraghy. Semarang: Toha Putera.
Ahmad, Nurwadjah. 2007. Tafsir Ayat-ayat Pendidikan; Hati yang Selamat Hingga Kisah Lukman. Bandung: Marja.
12
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT., karena berkat rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyusun makalah ini yang merupakan salah satu
tugas dari mata kuliah Tafsir .
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini banyak terdapat
kesalahan dan kekurangannya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan
kritik dan sarannya yang membangun demi perbaikan dan penyempurnaan
penyusunan makalah ini.
Dengan penulisan ini semoga kita dapat melaksanakan dan meningkatkan
ibadah kita dengan rasa iman, khusyu maupun bathin. Dan semoga Allah
senantiasa melimpahkan rahmat, hidayah serta inayahNya kepada kita semua.
Amiin.
Cipasung, Maret 2009
Penulis
13
PEMBINAAN GENERASI MUDA(Q.S. AT-TAHRIM : 6)
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu TugasMata Kuliah Tafsir 1
Dosen : Asep Saripulloh, S.Ag., M.SI.
Disusun Oleh:
Nama : Agus Firmansyah
Tingkat/Semester : I B / II
Fakultas/Jurusan : Tarbiyah/PAI
INSTITUT AGAMA ISLAM CIPASUNGSINGAPARNA TASIKMALAYA
14
2009
15