Upload
others
View
22
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Syarifah
(Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara)
Fotarisman Zaluchu
(Badan Penelitian & Pengembangan Provinsi Sumatera Utara)
HOTEL HORISON MAKASSAR, 28-29 September 2011
FORUM NASIONAL II : Jaringan Kebijakan Kesehatan Indonesia
PELAYANAN KESEHATAN
PERUBAHAN PENTING
AKOMODASI KOMPOSISI KESEHATAN MASYARAKAT
WHO REKOMENDASI PRIMARY HEALTH CARE (PHC)
Reformasi Universal Coverage
Reformasi Service Develary
Reformasi Kepemimpinan
Reformasi Kebijakan Publik
• Akses
• Pelayanan bermutu
Dalam kebijakan PHC mengedepankan pentingnya keadilan bagi semua orang
Konsep aksesibility & partisipasi Puskesmas, Posyandu & fasilitas kesehatan lainnya partisipasi masyarakat &
forum bagi warga untuk mengelola & merencanakan pelkes bagi mereka
Penerapan konsep PHC di Provinsi
Sumatera Utara, untuk kemudian
merumuskan kebijakan pelayanan
kesehatan dasar yang sesuai dengan
kebutuhan Provinsi Sumatera Utara
Menggunakan metode deskriptif di dalam mengevaluasi pelaksanaan PHC (kuantitatif/kualitatif)
PENDEKATAN STUDI
•Studi kualitatif di Kota Medan
•Studi kuantitatif di 6 Kabupaten Kota
PEMILIHAN LOKASI
• 1 kelompok pakar 2 orang
• 1 kelompok penyusun & pengguna program 2 orang • 2 kelompok kader
• 2 kelompok masyarakat
Informan 3 kelompok (kualitatif)
• Kota Medan
• Kota Tebing tinggi
• Kota Pematang siantar
• Kabupaten Samosir
• Kabupaten Nias
• Kabupaten Serdang Bedagai
Sumber data dari kabupaten terpilih
• Dokumen dari kabupaten/kota terpilih Data Sekunder
• Wawancara mendalam dengan stakeholder penyusun program (Dinkes Prop SU)
• Penyelenggara program pelayanan (PUSKESMAS) Data Primer
• Focus Group Discusion (FGD) Masyarakat
umum & kader
Kualitatif
•Analisis tematik & analisis isi
Kuantitatif
•Perbandingan antara alokasi budget kegiatan preventif & kuratif
•Puskesmas & posyandu layanan dalam penerapan PHC
• Jumlah Puskesmas di Provinsi Sumatera Utara 2.426 buah (naik 7,5%)
• Jumlah posyandu di Provinsi Sumatera Utara 18.101 (naik 98).
•Angka ini meningkat mencapai 15 persen jika dibandingkan situasi pada tahun 2005.
Perkembangan penerapan PHC di Sumatera Utara
Upaya kesehatan tertinggi kota medan, proporsi anggaran 60%
terkecil kabupaten sergai
Perbandingan Anggaran Pencegahan di Beberapa Kab/ Kota di Provinsi Sumatera Utara
Belum banyak berpartisipasi dalam posyandu & program lain
Puskesmas Sebagai Tempat Berobat
Pengetahuan masyarakat mengenai Puskesmas masih sangat terbatas,
Kelompok Masyarakat
•Menimbang, pemeriksaan jentik, penyuluhan CTPS, Gizi,
IMD
Aktivitas melibatkan kader posyandu
•Kader tidak pernah diberitahu bagaimana melakukan penyuluhan.
•Takut memberikan informasi pada masyarakat takut salah
•Penyuluhan jarang dilakukan, paling-paling ada di puskesmas di tempat tunggu pasien
Keterlibatan kader tidak seragam
•Dalam konsep desentralisasi, pelkes seharusnya memang melibatkan masyarakat & pemerintah.
PHC Relevan
•Ada integrasi & kerjasama, tapi tanggung-jawab Puskesmas.
•Puskesmas mandiri dalam hal pendanaan.
•Pemberdayaan masyarakat itulah yang selama ini “hilang” di dalam konsep PHC.
PHC diterapkan pada level Puskesmas
PHC penting, Cuma masyarakat yang kita harapkan pemahamannya tentang
puskesmas sebagai pelayanan primer untuk kesmas belum sampai.
Mereka menganggap puskesmas sebagai tempat pengobatan
“Persoalan perencanaan kesehatan memang masih menjadi
kendala di dalam memaksimalkan peran Puskesmas”
PHC penting bukan hanya menjadikan program kesehatan baik meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Pelayanan kesehatan bukan tujuan akhir.
Tujuan akhir upaya mensejahterakan masyarakat
Mengedepankan “pendekatan kesejahteraan” dari pada kuratif.
Perubahan struktur pelkes
Masalah pengorganisasian SDM
Perencanaan puskesmas berbasis masyarakat
Proporsi alokasi anggaran kesehatan, preventif, promotif, kuratif
Anggaran berbasis kinerja
Puskesmas jangan dibebani target-target berupa retribusi
•Memperkuat Basis Lokal.
Mendorong Mekanisme Sistem yang lebih integratif. Sesuai UU Kesehatan. Tanggung-jawab terhadap upaya kesehatan bersama antara pemerintah, pemerintah daerah & masyarakat (ayat 1 pasal 49 UU Kesehatan). Kebijakan upaya kesehatan mengedepankan upaya pencegahan & promotif dibandingkan kuratif & rehabilitatif.
•Mendorong fungsionalisasi PHC.
•Mendorong peningkatan kualitas SDM.
Minimal
Pembentukan Tim Manajemen Kesehatan Daerah.
• Mendorong penerapan PHC pada setiap level kebijakan dalam siklus manajemen
• Mengkoordinir jalannya pelaksanaan upaya kesehatan setiap daerah secara komprehensif & berkelanjutan
• Dibentuk di Kabupaten/ Kota dengan melibatkan Dinas Kesehatan, Dinas Kependudukan & KB, PKK, dll.
Maksimal
• Bakesra wadah pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan di desa/kelurahan dikembangkan secara bertahap
• Sarana prasarana, pembiayaan maupun ketenagaan sesuai dengan kemampuan & kebutuhan masyarakat setempat.
Pembentukan Balai Kesehatan Rakyat (BAKESRA)
Pembentukan Balai Kesehatan Rakyat (BAKESRA)
Bentuk pelayanan
•Pelayanan Posyandu, Pos Obat Desa (POD), Pondok Bersalin Desa (Polindes)
•BAKESRA Lembaga Swadaya Fungsional (LSF) bergerak dalam bidang pembinaan kesmas, promotif & pelayanan medik dasar (kuratif) sesuai dengan kompetensi petugas kesehatan diselenggarakan oleh Komite Kesehatan Desa (KKD)
Penerapan konsep PHC di Provinsi Sumatera Utara hanya dilakukan dengan konsep penyelenggaraan aktifitas di Puskesmas & Posyandu.
Kemandiriana di dalam menyelenggarakan PHC berbasis pada masyarakat masih belum maksimal dikerjakan. Peran Puskesmas & Posyandu, masih menjadi perpanjangan tangan Dinas Kesehatan, belum menjadi institusi yang memandirikan upaya kesehatan yang berkelanjutan & penuh rasa tanggung-jawab dari masyarakat.
Pelibatan kelompok masyarakat masih belum maksimal dikerjakan, termasuk masih minimnya aktifitas kader kesehatan di dalam upaya pencegahan kesehatan. Aktifitas para kader masih terbatas pada program kesehatan yang disusun melalui Puskesmas.
Adanya kendala teknis administratif menyebabkan Puskesmas tidak dapat menyusun kebutuhan & anggaran institusinya sendiri
Direkomendasikan kepada pemerintah Provinsi Sumatera Utara untuk menyusun model kajian yang lebih menyeluruh mengenai penerapan upaya kesehatan yang terbaik di Provinsi Sumatera Utara. Model ini seharusnya berasal dari sebuah kajian & penelitian (ayat 3 pasal 50 UU Kesehatan).
Untuk dapat mencapai visi agar rakyat Sumatera Utara tidak sakit, maka penerapan konsep pencegahan seharusnya dikedepankan. Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara bisa mengeluarkan panduan teknis berupa Peraturan Gubernur mengenai penerapan pencegahan kesehatan di dalam penyusunan Program & Anggaran di Kabupaten/ Kota. Pemerintahan Provinsi Sumatera Utara juga bisa mendorong alokasi tenaga fungsional kesehatan masyarakat yang lebih banyak pada level Puskesmas.
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara untuk mencoba mulai
menerapkan konsep PHC di suatu wilayah tertentu sebagai daerah
uji coba melalui pendekatan minimal sampai dengan maksimal.
Konsep ini bisa diterapkan melalui kerjasama dengan lembaga
terkait (Dinas Kesehatan, Balitbang Provinsi Sumatera Utara &
Perguruan Tinggi)