47
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumor parotis adalah tumor yang menyerang kelenjar liur parotis. Dari tiap 5 tumor kelenjar liur, 4 terlokalisasi di glandula parotis, 1 berasal dari kelenjar liur kecil atau submandibularis dan 30 % adalah maligna. Disebutkan bahwa adanya perbedaan geografik dan suku bangsa: pada orang Eskimo tumor ini lebih sering ditemukan, penyebabnya tidak diketahui. Sinar yang mengionisasi diduga sebagai faktor etiologi. Dalam rongga mulut terdapat 3 kelenjar liur yang besar yaitu kelenjar parotis, kelenjar submandibularis, dan kelenjar sub lingualis. Kelenjar parotis merupakan kelenjar liur utama yang terbesar dan menempati ruangan di depan prosesus mastoid dan liang telinga luar. Tumor ganas parotis pada anak jarang didapat. Tumor paling sering pada anak adalah karsinoma mukoepidermoid, biasanya jenis derajat rendah. Massa dalam kelenjar liur dapat menjadi ganas seiring dengan bertambahnya usia. Prevalensi tumor ganas yang biasanya terjadi pada orang dengan usia lebih dari 40 tahun

susp tumor parotis.docx

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangTumor parotis adalah tumor yang menyerang kelenjar liur parotis. Dari tiap 5 tumor kelenjar liur, 4 terlokalisasi di glandula parotis, 1 berasal dari kelenjar liur kecil atau submandibularis dan 30 % adalah maligna. Disebutkan bahwa adanya perbedaan geografik dan suku bangsa: pada orang Eskimo tumor ini lebih sering ditemukan, penyebabnya tidak diketahui. Sinar yang mengionisasi diduga sebagai faktor etiologi.Dalam rongga mulut terdapat 3 kelenjar liur yang besar yaitu kelenjar parotis, kelenjar submandibularis, dan kelenjar sub lingualis. Kelenjar parotis merupakan kelenjar liur utama yang terbesar dan menempati ruangan di depan prosesus mastoid dan liang telinga luar. Tumor ganas parotis pada anak jarang didapat. Tumor paling sering pada anak adalah karsinoma mukoepidermoid, biasanya jenis derajat rendah. Massa dalam kelenjar liur dapat menjadi ganas seiring dengan bertambahnya usia. Prevalensi tumor ganas yang biasanya terjadi pada orang dengan usia lebih dari 40 tahun adalah 25 % tumor parotis, 50 % tumor submandibula, dan satu setengah sampai dua pertiga dari seluruh tumor kelenjar liur minor adalah ganas. Keganasan pada kelenjar liur sebagian besar asimtomatik, tumbuhnya lambat, dan berbentuk massa soliter. Rasa sakit didapatkan hanya 10-29% pasien dengan keganasan pada kelenjar parotisnya. Rasa nyeri yang bersifat episodik mengindikasikan adanya peradangan atau obstruksi daripada akibat dari keganasan itu sendiri. Massa pada kelenjar liur yang tidak nyeri dievaluasi dengan aspirasi menggunakan jarum halus (Fine Needle Aspiration) atau biopsi. Pencitraan menggunakan CT-Scan dan MRI dapat membantu. Untuk tumor ganas, pengobatan dengan eksisi dan radiasi menghasilkan tingkat kesembuhan sekitar 50%, bahkan pada keganasan dengan derajat tertinggi.Tumor jinak rongga mulut yang timbul dari kelenjer saliva minor atau mayor biasanya timbul pada kelenjer parotis submaksila dan sublingual. Sel-sel pada tumor inti masih memiliki fungsi yang sama dengan asalnya. (Arif mansoer, 2001). Tumor-tumor jinak dari glandula parotis yang teretak di bagian medial n.facialis dapat menonjol ke dalam oropharynx, dan mendorong tonsil ke medial. (Zwaveling, 2006)Mengingat banyaknya masalah yang dialami akibat yang ditimbulkan, maka perlu adanya perawatan dan support sistem yang intensif, serta tindakan yang komprehensif melalui proses asuhan keperawatan, sehingga diharapkan masalah yang ada dapat teratasi dan komplikasi yang mungkin terjadi dapat dihindari secara dini.Peran perawat pada kasus tumor parotis meliputi sebagai pemberi asuhan keperawatan langsung kepada klien yang mengalami tumor parotis, sebagai pendidik memberikan pendidikan kesehatan untuk mencegah komplikasi, serta sebagai peneliti yaitu dimana perawat berupaya meneliti asuhan keperawatan kepada klien tumor parotis melalui metode ilmiah.

BAB IITINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Dasar2.1.1 DefenisiTumor jinak rongga mulut yang timbul dari kelenjer saliva minor atau mayor biasanya timbul pada kelenjer parotis submaksila dan sublingual. Sel-sel pada tumor inti masih memiliki fungsi yang sama dengan asalnya. (Arif mansoer, 2001)Tumor-tumor jinak dari glandula parotis yang teretak di bagian medial n.facialis dapat menonjol ke dalam oropharynx, dan mendorong tonsil ke medial. (Zwaveling, 2006)Tumor didefinisikan sebagai pertumbuhan baru suatu jaringan dengan multiplikasi sel-sel yang tidak terkontrol dan progresif, disebut juga neoplasma. Kelenjar Parotis adalah kelenjar air liur terbesar yang terletak di depan telinga. (kamus kedokteran Dorland edisi 29, 2005)

2.1.2 Anatomi FisiologiBerdasarkan ukurannya kelenjar saliva terdiri dari 2 jenis, yaitu kelenjar saliva mayor dan kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor terdiri dari kelenjar parotis, kelenjar submandibularis, dan kelenjar sublingualis (Dawes, 2008; Roth and Calmes, 1981)

Lokasitumor

Kelenjar parotis yang merupakan kelenjar saliva terbesar, terletak secara bilateral di depan telinga, antara ramus mandibularis dan prosesus mastoideus dengan bagian yang meluas ke muka di bawah lengkung zigomatik (Leeson dkk, 1990; Rensburg, 1995). Kelenjar parotis terbungkus dalam selubung parotis (parotis shealth). Saluran parotis melintas horizontal dari tepi anterior kelenjar. Pada tepi anterior otot masseter, saluran parotis berbelok ke arah medial, menembus otot buccinator, dan memasuki rongga mulut di seberang gigi molar ke-2 permanen rahang atas (Leeson dkk., 1990; Moore dan Agur, 1995).Kelenjar submandibularis yang merupakan kelenjar saliva terbesar kedua, terletak pada dasar mulut di bawah korpus mandibula (Rensburg, 1995). Saluran submandibularis bermuara melalui satu sampai tiga lubang yang terdapat pada satu papil kecil di samping frenulum lingualis. Muara ini dapat dengan mudah terlihat, bahkan seringkali dapat terlihat saliva yang keluar (Moore dan Agur, 1995).Kelenjar sublingualis adalah kelenjar saliva mayor terkecil dan terletak paling dalam. Masing-masing kelenjar berbentuk badam (almond shape), terletak pada dasar mulut antara mandibula dan otot genioglossus. Masing-masing kelenjar sublingualis sebelah kiri dan kanan bersatu untuk membentuk massa kelenjar yang berbentuk ladam kuda di sekitar frenulum lingualis (Moore dan Agur, 1995).Kelenjar saliva minor terdiri dari kelenjar lingualis, kelenjar bukalis, kelenjar labialis, kelenjar palatinal, dan kelenjar glossopalatinal (Rensburg, 1995). Kelenjar lingualis terdapat bilateral dan terbagi menjadi beberapa kelompok. Kelenjar lingualis anterior berada di permukaan inferior dari lidah, dekat dengan ujungnya, dan terbagi menjadi kelenjar mukus anterior dan kelenjar campuran posterior. Kelenjar lingualis posterior berhubungan dengan tonsil lidah dan margin lateral dari lidah. Kelenjar ini bersifat murni mukus (Rensburg, 1995).Kelenjar bukalis dan kelenjar labialis terletak pada pipi dan bibir. Kelenjar ini bersifat mukus dan serus. Kelenjar palatinal bersifat murni mukus, terletak pada palatum lunak dan uvula serta regio posterolateral dari palatum keras. Kelenjar glossopalatinal memiliki sifat sekresi yang sama dengan kelenjar palatinal, yaitu murni mukus dan terletak di lipatan glossopalatinal (Rensburg, 1995). Fungsi kelenjer ludah ialah mengeluarkan saliva yang merupakan cairan pertama yang mencerna makanan. Deras nya air liur dirangsang oleh adanya makanan di mulut, melihat, membaui, dan memikirkan makanan. Fungsi saliva atau ludah adalah cairan yang bersifat alkali. Ludah mengandung musin, enzim pencerna, zat tepung yaitu ptialin dan sedikit zat padat. Fungsi ludah bekerja secara fisis dan secara kimiawi.

2.1.3 Etiologi1. Idiopatik Idiopatik adalah jenis yang paling sering dijumpai. Siklus ulserasi yang sangat nyeri dan penyembuhan spontan dapat terjadi beberapa kali disdalam setahun. Infeksi virus, defisiensi nutrisi, dan stress emosional, adalah factor etiologik yang umum.

2. GenetikResiko kanker / tumor yang paling besar diketahui ketika ada kerabat utama dari pasien dengan kanker / tumor diturunkan dominan autososom. Onkogen merupakan segmen dna yang menyebabkan sel meningkatkan atau menurunkan produk produk penting yang berkaitan dengan pertumbuhan dan difesiensi sel .akibatnya sel memperlihatkan pertumbuhan dan penyebaran yang tidak terkendali semua sifat sieat kanker fragmen fragmen genetic ini dapat merupakan bagian dari virus virus tumor.3. Bahan-bahan kimiaobat-obatan hormonal Kaitan hormon hormon dengan perkembangan kanker tertentu telah terbukti. Hormon bukanlah karsinogen, tetapi dapat mempengaruhi karsigogesis Hormon dapat mengendalikan atau menambah pertumbuhan tumor.4. Faktor imunologis Kegagalan mekanisme imun dapat mampredisposisikan seseorang untuk mendapat kan kanker tertentu.Sel sel yang mempengaruhi perubahan { bermutasi} berbeda secara antigenis dari sel sel yang normal dan harus dikenal oleh system imun tubuh yang kemudian memusnahannya.Dua puncak insiden yang tinggi untuk tumbuh nya tumor pada masa kanak kanak dan lanjut usia, yaitu dua periode ketika system imun sedang lemah. (Sr. Mari Baradero.2008.hal10)

2.1.4 Patofisiologi Kelainan peradangan Peradangan biasanya muncul sebagai pembesaran kelenjer difus atau nyeri tekan. Infeksi bakterial adalah akibat obstruksi duktus dan infeksi retograd oleh bakteri mulut. Parotitis bacterial akut dapat dijumpai pada penderita pascaoperasi yang sudah tua yang mengalami dehidrasi dan biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus.Tumor-tumor Dari semua tumor kelenjer saliva, 70% adalah tumor benigna, dan dari tumor benigna 70% adalah adenoma plemorfik. Adenoma plemorfik adalah proliferasi baik sel epitel dan mioepitel duktus sebagaimana juga disertai penigkatan komponen stroma. Tumor-tumor ini dapat tumbuh membesar tanpa menyebabkan gejala nervus vasialis. Adenoma plemorfik biasanya muncul sebagai masa tunggal yang tak nyeri pada permukaan lobus parotis. Degenerasi maligna adenoma plemorfik terjadi pada 2% sampai 10%.Tumor-tumor jinak dari glandula parotis yang terletak di bagian medial n.facialis, dapat menonjol ke dalam oropharynx, dan mendorong tonsil ke medial. Tumor-tumor jinak bebatas tegas dan tampak bersimpai baik dengan konsistensi padat atau kistik.Tumor parotis juga dapat disebabkan oleh infeksi telinga yang berulang dan juga dapat menyebabkan ganguan pendengaran.Tumor parotis juga dapat disebabkan oleh peradangan tonsil yang berulang.

2.1.5 Web Of Coution

2.1.6 Tanda dan gejala1. Adanya benjolan yang mudah digerakkan2. Pertumbuhan amat lambat 3. Tidak memberikan keluhan4. Paralisis fasial unilateral(Shirley E. Otto, 2003)

2.1.7 KlasifikasiPenggolongan histologik tumor-tumor kelenjer ludah, (Thackray, 1972). Tumor tumor epithelial1. Adenoma1) Pleimorph adenoma (meng. tumor)2) Monomorph adenomas(1) Adenolimfoma (tumor dari warthin)(2) Oxifil adenoma (onkositoma)(3) Jenis-jenis lain (tipe lain)2. Tumor muko epidermoid3. Tumor sel asinus4. Karsinoma 1) Karsinoma adenoid kistik (silindroma)2) Adenokarsinoma3) Karsinoma planoselulare4) Undifferentiated carcinoma5) Karsinoma dalam adenoma pleimorph (maligna meng. tumor)

2.1.8 KomplikasiKomplikasi komplikasi pengobatan kanker kepala dan leher dapat di kelompokkan sebagai anatomis, fisiologis, teknik atau fungsional. Pendekatan paling baik pada komplikasi adalah pencegahan. Perbaikan dini keseimbangan mellitus, dan penghentian ketergantungan alcohol adalah pengukuran non-spesifik yang penting. Penggunaan antibiotic praoperasi tampaknya menurunkan kecendrengunan infeksi luka dan gejala sisa nya. Pengobatan radiasi pra operasi diberikan dalam dosis terapeutik jelas meningkatkan resiko komplikasi. Pendidikan untuk penderita sangat penting untuk mendapatkan kerjasama dimana mungkin terjadi penyulit rehabilitasi pascaoperasi.(Schwartz ,2000)

2.1.9 Pemeriksaan Penunjang1. Pemeriksaan rontgenFoto foto rontgen tengkorak dan leher kadang-kadang dapat menunjukan ikut sertanya tulang-tulang. Sedangakan foto thorax diperlukan untuk penilaian kemungkinan metastasis hematogen.Pemeriksaan rontgen glandula parotis dan submandibularis dengan bahan kontras (sialografi) dapat menunjukan, apakah tumor yang ditetapkan klinis itu berasal dari atau berhubungan dengan kelenjer-kelenjer ludah tersebut. Pemeriksaan ini penting untuk membedakan antara suatu tumor dengan radang (khronik), dan kalau dapat ditambah dengan temografi. Metode ini kurang berguna untuk membedakan antara tumor jinak dan ganas. (Zwaveling, 1985)2. Pemeriksaan laboratorium1) Pemeriksaan darah lengkap, urin.2) Laboratorium patologi anatomi

3. Pemeriksaan CT-ScanDiagnosa dari suatu tumor dapat tergantung pada batas-batas tumor dan hasil biobsi dari lesi. Kanker dari organ-organ visceral lebih sulit di diagnosis dan di biobsi. Informasi dari pemeriksaan CT-Scan dapat bermanfaat untuk membantu mendiagnosis.

2.1.10 PenatalaksanaanPenatalaksanaan medisPenatalaksanaan medis untuk tumor parotis yaitu dengan tindakan ekstervasi (pengangkatan)Glandula submandibularis dan glandula sublingualisTumor tumor jinak:Eksis local yang luas dari seluruh kelenjer ludah dengan sebagian daerah sekitarnya.Tumor-tumor ganas: Disseksi kelenjer leher en-bloc dan eksisi luas kedua kelenjer ludah, radioterapi.Massa tersendiri pada kelenjer saliva harus dipertimbangkan sebagai suatu kemungkinan keganasan. Riwayat dan pemeriksaan fisik memberikan tanda-tanda penting apakah suatu lesi kelenjer saliva adalah keganasan. Resolusi lengkap dan trial terapeutik adekuat. Aspirasi jarum halus dapat membantu untuk merencanakan bedah eksisi. MRI memberikan informasi anatomi paling baik tentang ukuran tumor dan penetrasi. Sialografi, atau injeksi bahan kontras ke dalam duktus stenson atau Wharton, berguna untuk memperlihatkan perbedaan perubahan stenotik kronis pada lesi-lesi limfoepitelial dari penyumbatan karena batu. 80% batu kelenjer submandibular adalah radioopak. (Schwartz, 2000)

Penatalaksanaan non medisTumor parotis juga dapat diobati dengan obat tradisional atau disembuhkan dengan meminum rebusan daun sirsak. Kanker merupakan penyakit yang mematikan dan pengobatan nya melewati kemoterapi. Pengobatan-pengobatan kimia walaupun berhasil membunuh kanker, tetapi tidak menutup kemungkinan, sel-sel akan tumbuh kembali dan menyebar. Daun sirsak baru diketahui memiliki khasiat sebagai pembunuh kanker, walaupun sebenarnya khasiat ini sudah ditemukan dari beberapa tahun silam. Menurut hasil riset Dr. Jerry McLaughlin dari Universitas Purdue, Amerika Seikat, daun sirsak mengandung senyawa acetoginis yang terdiri dari annomuricin F yang bersifat sitotoksik atau membunuh kanker. Untuk pengobatan, daun sirsak selain di konsumsi tunggal, akan lebih baik bila di konsumsi berbarengan dengan herbal jenis lainnya seperti sambiloto, temu putih atau temu mangga. Perpaduan beberapa jenis herbal akan bersifat sinergis dan saling mendukung untuk mempercepat proses penyembuhan penyakit.

2.2 Asuhan Keperawatan Teoritis2.2.1 PengkajianPengakjian merupakan langkah awal dasar dari proseskeperawatan. Tujuan utama dari pengkajian ini adalah untuk mendapatkan data secara lengakap dan akurat karena dari data tersebut akan ditentukan masalah keperawatan yang dihadapi klien.1. Pengkajian umum : 1) Identitas klien : nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat, tanggal pengkajian, diagnosa medis, rencana terapi2) Identitas penanggung jawab : nama, umur, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat3) Alasan masuk rumah sakit2. Data riwayat kesehatan1) Riwayat kesehatan dahuluRiwayat klien pernah menderita penyakit akut / kronis, Riwayat klien pernah menderita tumor lainnya, Riwayat klien pernah memakai kontrasepsi hormonal, pil ,suntik dalam waktu yang lama, Riwayat klien sebelumnya sering mengalami peradangan kelenjer parotis.2) Riwayat kesehatan sekarangPerlu diketahui:(1) Lamanya sakitLamanya klien menderita sakit kronik / akut(2) Factor pencetusApakah yang menyebabkan timbulnya nyeri, sters, posisi, aktifitas tertentu(3) Ada tidak nyakeluhan sebagai berikut: demam, batuk, sesak nafas, nyeri dada, malaise3) Riwayat kesehatan keluargaRiwayat ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular atau kronis.Menderita penyakit kanker atau tumor.3. Pemeriksaan fisik 1) Keadaan umum2) TTV3) Tingkat kesadaran4) Rambut dan hygiene kepala.Keadaan rambut biasanya kotor, berbau, biasanya juga ada lesi, memar,dan bentuk kepala5) Mata Pemeriksaan mata meliputi konjungtiva, sclera mata, keadaan pupil6) Gigi dan mulutMeliputi kelengkapan gigi, keadaan gusi, mukosa bibir, warna lidah, peradangan pada tonsil.7) Leher(1) Inspeksi dalam keadaan istirahatpembengkakan yang abnormal, Penderita juga diperiksa dari belakang. Kulitnya abnormal, Dinilai saluran-saluran keluar kelenjer ludah dan melakukan pemeriksaan intraoral(2) Inspeksi pada gerakanDinilai fungsi n.facialis, n.hipoglosus dan otot-otot, trismus fiksasi pada sekitarnya ada pembnengkakkan atau tidak.(3) PalpasiSelalu bimanual, dengan satu jari di dalam mulut dan jari-jari tangan lainnya dari luar. Tentukan lokalisasi yang tepat, besarnya (dalam ukuran cm), bentuk, konsistensi dan fiksasi kepada sekitarnya.(4) Stasiun-stasiun kelenjer regionalSelalu dinilai dengan teliti dan dicatat besar, lokalisasi, konsistensi, dan perbandingan terhadap sekitarnya. Selalu diperlukan pemeriksaan klinis daerah kepala dan leher seluruhnya.8) Dada / thorakBiasanya jenis pernapasan klien dada dan perut, terjadi perubahan pola nafas dan lain-lain

9) CardiovaskulerBiasanya akan terjadi perubahan tekanan darah klien dan gangguan irama jantung10) Pencernaan/AbdomenAda luka, memar, keluhan (mual, muntah, diare) dan bising usus11) GenitaliaKebersihan dan keluhan lain nya12) Ekstremitas Pembengkakan, fraktur, kemerahan, dan lain-lain.13) Aktifitas sehari-hariPada aktifitas ini biasanya yang perlu diketahui adalah masalah, makan, minum, bak, bab, personal, hygine, istirahat dan tidur. Biasanya pada klien dengan tumor parotis tidak terjadi keluhan pada saat beraktifitas karena kien tidak ada mengeluhkan nyeri sebelum dilakukan operasi.14) Data social ekonomiMenyangkut hubungan pasien dengan lingkungan social dan hubungan dengan keluarga15) Data psikologisKesadaran emosional pasien16) Data spiritual Data diketahui, apakah pasien/keluarga punya kepercayaan yang bertentangan dengan kesehatan.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan1. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan gangguan pada lambung sekunder akibat dari terapi radiasi.2. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang terapi radiasi, takut terhadap aspek-aspek tindakan.3. Resiko infeksi berhubungan dengan kulit yang rusak, trauma jaringan (insisi bedah)4. Kurang pengetahuan mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan pemajanan/mengingat, kesalahan interprestasi informasi(Doenges, 1999)LAPORAN PRAKTEK PROFESI DI ISNTALASI BEDAH SENTRAL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UGM Nama mahasiswa : Sri SupartiNIM : 03/167861/EIK/00311Tanggal praktek : 30 Januari 04 Pebruari 2006Nama Klien : Ny. Umi Fatonah ( 69 th)Diagnosa medis : Tumor Parotis DextraRencana Tindakan : Parotidectomy

DI RUANG PERSIAPAN OPERASI: (TAHAP PRE OPERASI)Data Fokus:Keluhan utama saat masuk RS: ada benjolan sebesar telur ayam pada maxila kanan.RPS: klien mengatakan ada benjolan di maxila kanan sudah lama, lupa mulai kapan. Tetapi benjolan masih kecil sebesar biji jagung, lama kelamaan benjolan membesar, pada satu bulan ini benjolan kok makin membesar dengan cepat.RPD: Riwayat Hipertensi dan DM disangkal.Data subyektif: Klien mengatakan ada benjolan di dekat telinga kanan makin lama makin membesar Klien mengatakan agar segera dioperasi. Klien menyatakan siap dilakukan operasi walaupun agak deg-degan dan sedikit takut.Data obyektif: Klien direncanakan operasi jam 9.30 Kesadaran: compos mentis TD: 177/80 mmHg, N: 80x/mnt, R: 28 x/mnt, suhu: 36.60C. Kemampuan penglihatan normal Mulut: terdapat gigi palsu pada rahang atas dan bawah. Riwayat alergi (-) EKG : NSRANALISA DATA

No Data Masalah Penyebab Ds: Klien menyatakan siap dilakukan operasi walaupun agak deg-degan dan sedikit takut.Do: TD 177/80 mmHg, Nadi 80 x/m, R 28x/mnt Cemas Krisis situasional

ASUHAN KEPERAWATAN

Dx kep./ mslh kolaborasi Tujuan Intervensi Implementasi EvaluasiCemas berhubungan dengan krisis situasional NOC: kontrol kecemasan dan coping, setelah diberi penjelasan selama 5 menit diharapkan klien mampu mengatasi cemas dg:Indikator:Ps mampu: Mengungkapkan cara mengatasi cemas Mampu menggunakan coping Klien tidak tampak tegang dan ketakutan NIC: Penurunan kecemasan Aktifitas:1. Bina Hub. Saling percaya2. Jelaskan Prosedur persiapan tindakan 3. Anjurkan untuk berdoa dan berserah diri agar hatinya tenang4. Berikan suport mental dan spiritual.5. Temani klien sebelum dilakukan tindakan operasi Tgl 04 02- 2006 Jam 09.201. Membina hubungan saling percaya dengan klien2. Menjelaskan prosedur tindakan kepada klien 3. Menganjurkan klien untuk berdoa agar klien merasa lebih tenang dan pelaksanaan operasi juga berjalan dengan lancar. 4. Mendampingi klien sampai masuk kamar operasi S:

O:

A:

P: Jam 09.30Klien mengatakan merasa senang ditemani, dan dibimbing berdoa.

Klien terlihat lebih santai. Klien tampak berdoa.Masalah teratasi sebagianPindahkan klien ke OK untuk dilakukan anestesi dengan SAB

DI RUANG OPERASI: (TAHAP INTRA OPERASI)Laporan intra operasi: Persiapan:- Alat-alat disiapkan- Pasien dipindahkan dari brancard ke meja operasi- Dipasang infus pada tangan kiri- Klien diposisikan telentang- Klien dilakukan general anestesi- Klien mulai dipasang ET, DC dan negatif plat pada kaki.- Klien dipasang monitor: TD 137/76 mmHg, nadi 88 x/m, RR 20 x/m, SaO2 97%- Instrumentator dan operator mencuci tangan secara steril lalu mengenakan jas operasi dan sarung tangan. Pelaksanaan operasi mulai jam 09.30, - Klien nafas spontan, RR 28 x/m, pemeliharaan dipasang O2 nasal kanul 4 liter/menit- Dalam stadium anastesi dilakukan aseptik dan antiseptik medan operasi: betadin 10 % medan di garis dengan pisau mess untuk memberikan tanda yang akan dilakukan insisi sekitar 15 cm.- Dipasang doek biasa pada 4 sisi, difiksasi dengan doek klem selanjutnya ditutup/dipasang doek lubang besar.- Operator mulai melakukan eksisi pada daerah maxila dextra sepanjang sekitar 15 cm, eksisi dari dermis sampai subcutan dan sampai batas pembebasan tumor, sambil dilakukan kouter bila terjadi perdarahan serta didrug dengan kassa steril, eksisi dilakukan untuk membebaskan tumor parotis.- Setelah tumor diangkat dimasukkan kedalam plastik oleh instrument nursing dan diberi formalin oleh circulator nursing.- Pasang drainase dan difiksasi. - Luka operasi dijahit lapis demi lapis- Instrumen, kassa dan jarum bekas pakai dihitung untuk memastikan tidak ada yang tertinggal dalam tubuh klien.- Control perdarahan perdarahan disuction, jumlah perdarahan sekitar 70 cc.- Daerah area operasi dibersihkan dengan Nacl 0,9%- Doek lubang diangkat, doek klem dilepaskan, 4 doek biasa diangkat.- Luka bekas operasi diolesi betadin diberi sufratul ditutup dengan kasa steril diplester.- Mengontrol v/s setelah selesai operasi ;TD 130/87mmHg, Nadi 84 x/m, R: 20 x/m, Sao2 99 % Jam 10.30 WIB- Operasi selesai, mesin anestesi dimatikan dan ET dilepaskan- Klien dipindahkan ke brancard dan dipindahkan ke RR- Klien dipindahkan ke brancard dan diantar keluar ruangan operasiANALISA DATA

No Data Masalah Penyebab1 Ds: -Do: Dilakukan insisi didaerah maxilla sekitar 15 cm Dipasang infuse pada lengan kiri Dipasang DC dipasang ET terpasang drainase Resiko infeksi Prosedur invasif, dan pembedahan

2 Ds: -Do: Dilakukan anestesi general Resiko cedera Gangguan persepsi sensori karena anestesi

3 Ds: -Do: Dilakukan insisi didaerah maxilla sekitar 15 cm Perdarahan sekitar 70 cc PK: perdarahan -

4 Ds: -Do: Suhu ruang 20-240 C Resiko hipotermi Berada diruangan yang dingin

5 Ds: -Do: Keadaan intra operasi Pk: Syok -

ASUHAN KEPERAWATAN

Dx kep./ mslh kolaborasi Tujuan Intervensi Implementasi EvaluasiResiko infesi, dengan faktor resiko: Prosedur invasive, pembedahan. NOC: Kontrol infeksi Selama dilakukan tindakan operasi tidak terjadi transmisi agent infeksi. Indikator:Alat dan bahan yang dipakai tidak terkontaminasi NIC: kontrol infeksi intra operasiAktifitas:1. Gunakan pakaian khusus ruang operasi2. Pertahankan prinsip aseptic dan antiseptik

Tgl 04 02- 2006 Jam 09.301. Mencuci tangan dengan disinfektan.2. Memastikan daerah operasi telah dilakukan disinfektan3. menjaga area steril tetap steril4. Menampung cairan sisa dan darah pada tempatnya S:O:

A:

P: -prinsip steril dipertahankanmasalah tidak terjadiLakukan perawatan luka operasi dan tindakan invasive lain secara sterilResiko cedera dengan faktor resiko: Gangguan persepsi sensori karena anestesi NOC: control resikoIndicator: tidak terjadi injuri NIC: surgical precousenAktifitas:1. Tidurkan klien pada meja operasi dengan posisi sesuai kebutuhan2. Monitor penggunaan instrumen, jarum dan kasa3. Pastikan tidak ada instrumen, jarum atau kasa yang tertinggal dalam tubuh klien 1. Mengamankan klien pada meja operasi sesuai kebutuhan2. Menghitung dan memonitor instrumen, jarum dan kassa yang digunakan dengan teliti S:O:

A:

P: -instrumen, jarum dan kassa yang digunakan berjumlah sama dengan yang dipersiapkanTidak terjadi injuri.Cegah injuri post operasi

PK: perdarahan Perawat akan menangani atau mengurangi komplikasi dari perdarahan 1. Pantau jumlah perdarahan yang keluar melalui daerah pembedahan2. Pantau TTV secara teratur terutama TD dan nadi 1. Memantau jumlah perdarahan yang keluar melalui pembedahan/ yang disuction2. dilakukan couter bila terjadi perdarahan3. Memantau TTV secara teratur S:O:

A:

P: -jumlah perdarahan 70 cc.Tidak terjadi komplikasi perdarahanLanjutkan pemantauan perdarahan post operasiResiko hipotermi dengan faktor resiko: Berada diruangan yang dingin NOC: control temperatureCriteria:Temperature ruangan nyamanTidak terjadi hipotermi NIC: pengaturan temperature: intraoperatifAktivitas:1. Atur suhu ruangan yang nyaman2. Lindungi area diluar wilayah operasi 1. Melindungi tubuh klien di luar wilayah operasi dengan selimut.2. Memantau kondisi klien dari kedinginan.3. Menggantikan selimut yang basah setelah operasi selesai S:O:

A:

P: -Klien tidak menggigil.Hipotermi tidak terjadiLanjutkan pemantauan post operasiPK: syok Perawat menangani dan meminimalkan terjadinnya syok 1. Pantau pemasukan dan pengeluaran cairan2. Pantau tanda dan gejala syok seperti peningkatan nadi disertai TD atau sedikitnya menurun, peningkatan RR, sianosis, penurunan SaO23. Pantau tempat pembedahan terhadap perdarahan 1. Bersama anestesi memantau aliran infuse2. Memantau TTV secara teratur.3. Memantau keluarnya perdarahan melalui luka operasi. S:O:

A:

P: -TD 130/87 mmHg, Nadi 84 x/m, R: 20 x/m, Sao2 99 %Tidak ada tanda-tanda syok.Lanjutkan pemantauan post operasiBAB 1PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangParotitis merupakan penyakit infeksi yang pada 30-40 % kasusnya merupakan infeksi asimptomatik. Infeksi ini disebabkan oleh virus RNA untai tunggal negative sense berukuran 100-600 nm, dengan panjang 15000 nukleotida termasuk dalam genus Rubulavirus subfamily Paramyxsovirinae dan family Paramyxoviridae (Sumarmo,2008). Penyebaran virus terjadi dengan kontak langsung, percikan ludah, bahan mentah mungkin dengan urin. Sekarang penyakit ini sering terjadi pada orang dewasa muda sehingga menimbulkan epidemi secara umum. Pada umumnya parotitis epidemika dianggap kurang menular jika dibanding dengan morbili atau varicela, karena banyak infeksi parotitis epidemika cenderung tidak jelas secara klinis (Warta medika,2009).Dalam perjalanannya parotitis epidemika dapat menimbulkan komplikasi walaupun jarang terjadi. Komplikasi yang terjadi dapat berupa: Meningoencepalitis, artritis, pancreatitis, miokarditis, ooporitis, orchitis, mastitis, dan ketulian.Insidensi parototis epidemika dengan ketulian adalah 1 : 15.000. Meningitis yang terjadi berupa Meningitis aseptik. Insidensi atau komplikasi dari parotitis Meningoencephalitis sekitar 250/100.000 kasus. Sekitar 10% dari kasus ini penderitanya berumur kurang dari 20 tahun. Angka rata-tata kematian akibat parotitis Meningoencephalitis adalah 2%. Kelainan pada mata akibat komplikasi parotitis dapat berupa neutitis opticus, dacryoadenitis, uveokeratitis, scleritis dan trombosis vena central retina. Gangguan pendengaran akibat parotitis epidemika biasanya unilateral, namun dapat pula bilateral. Gangguan ini seringkali bersifat permanen.Parotitis yang tidak ditangani dengan tepat dan segera dapat menimbulkan berbagai komplikasi serius yang akan menambah resiko terjadinya kematian. Maka disebabkan hal tersebut, melalui makalah ini kami memberikan solusi dapat memberikan pengetahuan dan tata cara pencegahan dari penyakit parotitis sehingga skala kejadian penyakit tersebut dapat menurun dan bermanfaat pula bagi perawat yakni mampu melaksanakan asuhan keperawatan atas pasien dengan Parotitis dengan tepat dan benar.

1.2 Rumusan Masalah1.2.1 Bagaimanakah konsep dari gangguan saliva parotitis1.2.2 Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan saliva parotitis1.3 Tujuan1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui Konsep dan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan gangguan saliva parotitis1.3.2 Tujuan Khusus1. Dapat mengetahui definisi dari Parotitis 2. Dapat mengetahui etiologi dari parotitis 3. Dapat mengetahui Manifestasi klinis dari Parotitis 4. Dapat mengetahui penatalaksanaan dari parotitis 5. Dapat merumuskan pengkajian sampai dengan intervensi dan WOC dari Parotitis 6. Dapat merumuskan Asuhan Keperawatan dari Parotitis1.4 Manfaat1.4.1 Untuk Teoritis:Memberikan informasi ilmu pengetahuan tentang perjalanan penyakit infeksi parotitis1.4.2 Untuk Praktis:Memberikan informasi tentang parotitis agar perawat dapat memberikan asuhan keperawatan kepada klien secara tepat dan optimal.

BAB 2PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Kelenjar SalivaBerdasarkan ukurannya kelenjar saliva terdiri dari 2 jenis, yaitu kelenjar saliva mayor dan kelenjar saliva minor. Kelenjar saliva mayor terdiri dari kelenjar parotis, kelenjar submandibularis, dan kelenjar sublingualis (Dawes, 2008; Roth and Calmes, 1981).Kelenjar parotis yang merupakan kelenjar saliva terbesar, terletak secara bilateral di depan telinga, antara ramus mandibularis dan prosesus mastoideus dengan bagian yang meluas ke muka di bawah lengkung zigomatik. Kelenjar parotis terbungkus dalam selubung parotis (parotis shealth). Saluran parotis melintas horizontal dari tepi kelenjar. Pada tepi anterior otot masseter, saluran parotis berbelok ke arah medial, menembus otot buccinator, dan memasuki rongga mulut di seberang gigi molar ke-2 permanen rahang atas (Leeson dkk., 1990; Moore dan Agur, 1995).Kelenjar submandibularis yang merupakan kelenjar saliva terbesar kedua setelah parotis, terletak pada dasar mulut di bawah korpus mandibula. Saluran submandibularis bermuara melalui satu sampai tiga lubang yang terdapat pada satu papil kecil di samping frenulum lingualis. Muara ini dapat dengan mudah terlihat, bahkan seringkali dapat terlihat saliva yang keluar (Rensburg, Moore dan Agur, 1995).Kelenjar sublingualis adalah kelenjar saliva mayor terkecil dan terletak paling dalam. Masing-masing kelenjar berbentuk badam (almond shape), terletak pada dasar mulut antara mandibula dan otot genioglossus. Masing-masing kelenjar sublingualis sebelah kiri dan kanan bersatu untuk membentuk massa kelenjar yang berbentuk ladam kuda di sekitar frenulum lingualis (Moore dan Agur, 1995).Kelenjar saliva minor terdiri dari kelenjar lingualis, kelenjar bukalis, kelenjar labialis, kelenjar palatinal, dan kelenjar glossopalatinal. Kelenjar lingualis terdapat bilateral dan terbagi menjadi beberapa kelompok. Kelenjar lingualis anterior berada di permukaan inferior dari lidah, dekat dengan ujungnya, dan terbagi menjadi kelenjar mukus anterior dan kelenjar campuran posterior. Kelenjar lingualis posterior berhubungan dengan tonsil lidah dan margin lateral dari lidah. Kelenjar ini bersifat murni mukus (Rensburg, 1995). Kelenjar bukalis dan kelenjar labialis terletak pada pipi dan bibir. Kelenjar ini bersifat mukus dan serus. Kelenjar palatinal bersifat murni mukus, terletak pada palatum lunak dan uvula serta regio posterolateral dari palatum keras. Kelenjar glossopalatinal memiliki sifat sekresi yang sama dengan kelenjar palatinal, yaitu murni mukus dan terletak di lipatan glossopalatinal (Rensburg, 1995)

2.2 Definisi ParotitisPenyakit Gondongan (Mumps atau Parotitis) adalah suatu penyakit menular dimana sesorang terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah (kelenjar parotis) di antara telinga dan rahang sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi bagian bawah. Penyakit gondongan tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemik atau epidemik, Gangguan ini cenderung menyerang anak-anak dibawah usia 15 tahun (sekitar 85% kasus).(Warta Medika,2009)Parotitis ialah penyakit virus akut yang biasanya menyerang kelenjar ludah terutama kelenjar parotis (sekitar 60% kasus). Gejala khas yaitu pembesaran kelenjar ludah terutama kelenjar parotis. Pada saluran kelenjar ludah terjadi kelainan berupa pembengkakan sel epitel, pelebaran dan penyumbatan saluran. Pada orang dewasa, infeksi ini bisa menyerang testis (buah zakar), sistem saraf pusat, pankreas, prostat, payudara dan organ lainnya. Adapun mereka yang beresiko besar untuk menderita atau tertular penyakit ini adalah mereka yang menggunakan atau mengkonsumsi obat-obatan tertentu untuk menekan hormon kelenjar tiroid dan mereka yang kekurangan zat Iodium dalam tubuh (Sumarmo,2008)Menurut Sumarmo (2008) penyakit gondong (mumps, parotitis) dapat ditularkan melalui:1. Kontak langsung2. Percikan ludah (droplet)3. Muntahan4. Bisa pula melalui air kencingTidak semua orang yang terinfeksi mengalami keluhan, bahkan sekitar 30-40% penderita tidak menunjukkan tanda-tanda sakit (subclinical). Mereka dapat menjadi sumber penularan seperti halnya penderita parotitis yang nampak sakit. Masa tunas (masa inkubasi) parotitis sekitar 14-24 hari dengan rata-rata 17-18 hari.

2.2 Etiologi ParotitisAgen penyebab parotitis epidemika adalah anggota dari kelompok paramyxovirus, yang juga termasuk didalamnya virus parainfluenza, measles, dan virus newcastle disease. Ukuran dari partikel paramyxovirus sebesar 90 300 m. Virus telah diisolasi dari ludah, cairan serebrospinal, darah, urin, otak dan jaringan terinfeksi lain. Mumps merupakan virus RNA rantai tunggal genus Rubulavirus subfamily Paramyxovirinae dan family Paramyxoviridae. Virus mumps mempunyai 2 glikoprotein yaitu hamaglutinin-neuramidase dan perpaduan protein. Virus ini juga memiliki dua komponen yang sanggup memfiksasi, yaitu : antigen S atau yang dapat larut (soluble) yang berasal dari nukleokapsid dan antigen V yang berasal dari hemaglutinin permukaan.Virus ini aktif dalam lingkungan yang kering tapi virus ini hanya dapat bertahan selama 4 hari pada suhu ruangan. Paramyxovirus dapat hancur pada suhu 6 bulan 250 500 mg/hari maksimum 2 g/hari- parasetamol : 7,5 10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis- hindari pemberian aspirin pada anak karena pemberian aspirin berisiko menimbulkan Sindrom Reye yaitu sebuah penyakit langka namun mematikan. Obat-obatan anak yang terdapat di apotik belum tentu bebas dari aspirin. Aspirin seringkali disebut juga sebagai salicylate atau acetylsalicylic acid. 2. Penderita rawat inapPenderita dengan demam tinggi, keadaan umum lemah, nyeri kepalahebat, gejala saraf perlu rawat inap diruang isolasia. Diet lunak, cair dan TKTPb. Analgetik-antipiretikc. Berikan kortikosteroid untuk mencegah komplikasi 3. Tatalaksana untuk komplikasi yang terjadia. Encephalitissimptomatik untuk encephalitisnya. Lumbal pungsi berguna untuk mengurangi sakit kepala.b. Orkhitis- istrahat yang cukup- pemberian analgetik- sistemik kortikosteroid (hidrokortison, 10mg /kg/24 jam, peroral, selama 2-4 haric. Pankreatitis dan ooporitisSimptomatik saja

2.8 PencegahanPencegahan terhadap parotitis epidemika dapat dilakukan secara imunisasi pasif dan imunisasi aktif.1. Pasif Gamma globulin parotitis tidak efektif dalam mencegah parotitis atau mengurangi komplikasi.2. Aktif Dilakukan dengan memberikan vaksinasi dengan virus parotitis epidemika yang hidup tapi telah dirubah sifatnya (Mumpsvax-merck, sharp and dohme) atau diberikan subkutan pada anak berumur 15 bulan (Ngastiyah, 2007). Vaksin ini tidak menyebabkan panas atau reaksi lain dan tidak menyebabkan ekskresi virus dan tidak menular. Menyebabkan imunitas yang lama dan dapat diberikan bersama vaksin campak dan rubella (MMR yakni vaksin Mumps, Morbili, Rubella). Pemberian vaksinasi dengan virus mumps, sangat efektif dalam menimbulkan peningkatan bermakna dalam antibodi mumps pada individu yang seronegatif sebelum vaksinasi dan telah memberikan proteksi 15 sampai 95 %. Proteksi yang baik sekurang-kurangnya selama 12 tahun dan tidak mengganggu vaksin terhadap morbili, rubella, dan poliomielitis atau vaksinasi variola yang diberikan serentak.Kontraindikasi: Bayi dibawah usia 1 tahun karena efek antibodi maternal; Individu dengan riwayat hipersensitivitas terhadap komponen vaksin; demam akut; selama kehamilan; leukimia dan keganasan; limfoma; sedang diberi obat-obat imunosupresif, alkilasi dan anti metabolit; sedang mendapat radiasi.Belum diketahui apakah vaksin akan mencegah infeksi bila diberikan setelah pemaparan, tetapi tidak ada kontraindikasi bagi penggunaan vaksin Mumps dalam situasi ini2.9 Pmeeriksaan Diagnostika. Darah rutinTidak spesifik, gambarannya seperti infeksi virus lain, biasanya leukopenia ringan yakni kadar leukosit dalam satu liter darah menurun. Normalnya leukosit dalam darah adalah 4 x 109 /L darah .dengan limfositosis relatif, namun komplikasi sering menimbulkan leukositosis polimorfonuklear tingkat sedang.b. Amilase serumBiasanya ada kenaikan amilase serum, kenaikan cenderung dengan pembengkakan parotis dan kemudian kembali normal dalam kurang lebih 2 minggu. Kadar amylase normal dalam darah adalah 0-137 U/L darah.c. Pemeriksaan serologisAda tiga pemeriksaan serologis yang dapat dilakukan untuk menunjukan adanya infeksi virus (Nelson, 2000), yaitu:1. 1. Hemaglutination inhibition (HI) testUji ini menerlukan dua spesimen serum, satu serum dengan onset cepat dan serum yang satunya di ambil pada hari ketiga. Jika perbedaan titer spesimen 4 kali selama infeksi akut, maka kemungkinannya parotitis.1. 2. Neutralization (NT) testDengan cara mencampur serum penderita dengan medium untuk biakan fibroblas embrio anak ayam dan kemudian diuji apakah terjadi hemadsorpsi. Pengenceran serum yang mencegah terjadinya hemadsorpsi dinyatakan oleh titer antibodi parotitis epidemika. Uji netralisasi asam serum adalah metode yang paling dapat dipercaya untuk menemukan imunitas tetapi tidak praktis dan tidak mahal.3.Complement Fixation (CF) test Tes fiksasi komplement dapat digunakan untuk menentukan jumlah respon antibodi terhadap komponen antigen S dan V bagi diagnosa infeksi parotitis epidemika akut. Antibodi terhadap antigen V mencapai titer puncak dalam 1 bulan dan menetap selama 6 bulan berikutnya dan kemudian menurun secara lambat 2 tahun sampai suatu jumlah yang rendah dan tetap ada. Peningkatan 4 kali lipat dalam titer dengan analisis standar apapun menunjukan infeksi yang baru terjadi. Antibodi terhadap antigen S timbul cepat, sering mencapai maksimum dalam satu minggu setelah timbul gejala, hilang dalam 6 sampai 12 minggu.d. Pemeriksaan VirologiIsolasi virus jarang sekali digunakan untuk diagnosis. Isolasi virus dilakukan dengan biakan virus yang terdapat dalam saliva, urin, likuor serebrospinal atau darah. Biakan dinyatakan positif jika terdapat hemardsorpsi dalam biakan yang diberi cairan fosfat-NaCl dan tidak ada pada biakan yang diberi serum hiperimun.

2.10 WOC (Web Of Caustion)DOWNLOAD : WOC ASKEP PAROTITISBAB 3ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus:An.B jenis kelamin perempuan berusia 9 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan demam, nyeri pada daerah bawah telinga dan pipi kiri, dan nyeri otot sejak seminggu yang lalu. Sulit menelan dan kaku rahang. An.B juga mengatakan bahwa teman sebangkunya menderita penyakit yang sama.

3.1 Pengkajian:Identitas :Nama : An. BUmur : 9 tahunSuku/Bangsa : Jawa / IndonesiaAgama : IslamPendidikan : PelajarAlamat : Jl. Karangrejo Sawah 1 SurabayaPenanggung jawab biaya : Ibu DAlamat : Jl. Karangrejo Sawah 1 Surabaya

Keluhan Utama:Demam, nyeri di bawah telinga, bengkak, dan sulit menelan

Riwayat Penyakit Sekarang:An. B sejak seminggu lalu mengalami demam dan merasakan nyeri pada belakang telinga dan pipi kiri. Beberapa hari kemudian timbul bengkak dan kemerahan di sekitar daerah nyeri dan bengkak menyebar ke daerah pipi kanan. An. B menjadi sukar menelan dan nafsu makan menurun. BB awal adalah 30kg, kemudian saat ini turun menjadi 28kg. Sudah 3 hari tidak dapat mengikuti pelajaran di sekolah akibat penyakit ini.

Riwayat Penyakit Dahulu:An.B sebelumnya tidak pernah dirawat di rumah sakit dengan gejala yang sama. Tidak punya riwayat penyakit menular, dan tidak punya riwayat alergi. Belum pernah di imunisasi MMR (Mumps, Morbili, Rubela)

Riwayat Penyakit KeluargaSemua anggota keluarga An.B dahulu sudah pernah mengalami gejala yang sama dengan An.B. Kemungkinan tertular teman sebangku.

Pemeriksaan FisikTanda-tanda Vital:Suhu: 38 CNadi: 108 x/menitRR: 20 x/menitTensi: -

Keadaran: Compos MentisB1 (breathing) : NormalB2 (blood) : kelemahan fisik dan takikardiB3 (brain) : An. B compos mentis, mengalami kecemasan dan terusmenerus gelisah akibat manifestasi klinis dari parotitis, sakitkepala dan kaku leherB4 (bladder) : normalB5 (bowel) : porsi makan menurunB6 (bone) : kelemahan otot, malaise

Pemeriksaan PenunjangPada An.B telah dilakukan pemeriksaan darah di dapatkan leucopenia, kadar leukosit < 4 x 109/L darah. Dan di lakukan Pemeriksaan kadar amilase dalam serum, terbukti kadar amilase naik >137 U/L darah.

4.Analisis DataNODataEtiologiMasalah Keerawatan

1`Data subjektif :Sulit menelan,bengkak,nafsu makan menurun.Data objektif :-BB turun menjadi 28kg dari BB semula yang 30kg.Parotitis

Sulit menelan

Intake menurun

Nutrisi kurang dari kebutuhanPerubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

2Data subjektif :Sulit tidur, tertutup dan tidak mau membuka diri karena ada pembengkakan ada kalenjar parotis.Data objektif :Parotitis

Pembengkakan pada kelenjar parotid dan Sakit kepala

Nyeri

Perasaan tidak aman dan nyamanGangguan rasa aman dan nyaman

3Data subjektif :Nyeri kepala hebat,yang kemudian disusul oleh muntah-muntah, gelisah dan suhu tubuh yang tinggiData objektif :-adanya ST deresi-suhu tubuh meningkat 38 c-ditemukannya virus di organ lainParotitis

Tidak tertangani

penyebaran virus ke organ lain

risilo komplikasiResiko komplikasi

Diagnosa dan intervensi Keperawatana.Diagnosa : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencerna nutrien adekuat akibat kondisi infeksiTujuan: Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai rentang yang diharapkanKriteria hasil: Berat badan kembali ke rentang normalNoIntervensiRasional

1Berikan makan lembut sedikit demi sedikit dan makanan kecil tambahan yang tepat. Menghindari makanan asamMakanan yang keras tidak mampu dikunyah oleh pasien parotitis. Makanan asam menmbah rasa tidak nyaman pada pasien parotitis.

2Berikan diet cair atau makanan selang /hiperalimentasi bila diperlukanBila masukan kalori gagal untuk memenuhi kebutuhan metabolic, dukungan nutrisi dapat digunakan untuk mencegah malnutrisi

3Berikan minum yang sedikit-sedikit tetapi seringMembasahi selaput lendir mulut yang kurang basah karena jarang digunakan

b.Diagnosa Keperawatan: Gangguan rasa aman dan nyaman berhubungan dengan manifestasi klinis akibat parotitis dan pengaruh lingkunganTujuan: pasien dapat merasakan kembali rasa aman dan nyaman seiring dengan proses penyembuhanKriteria Hasil: Pasien ikut serta dan bekrjasama dalam proses mengembalikan rasa aman dan nyamanNoIntervensiRasional

1.Istirahat selama periode demamPada perode demam, metabolism tubuh tinggi sehingga istirahat dapat Mengurangi metabolism tubuh dan mempercepat kesembuhan klien

2.Kompres dingin pada daerah bengkakKarena terjadi infeksi, suhu di sekitar lokasi pembengkakan mengalami peningkatan Dengan kompres dingin diharapkan suhu dapat turun dan mengurangi pembengkakan

c.Diagnosa keperawatan : Resiko komplikasi berhubungan dengan pembengkakan kelenjar parotisTujuan : menghilangkan factor resiko komplikasiKriteria hasil : komplikasi tidak terjadiNoIntervensiRasional

1Mengurangi terjadinya komplikasi dengan pemberian obat Spt: Kortikosteroid selama 2-4 hari dan globulinKortikosteroid dapat menekan pertumbuhan mikroba dan Globulin mencegah terjadinya orkitis

2Pantau jantung dengan pemasangan EKGMencegah resiko terjadi komplikasi ke otot jantung

BAB 4PENUTUP

4.1 SimpulanPembengkakan akut pada kelenjar saliva dapat berupa parotitis dan sialadenitis. Penyakit parotitis yang lebih awam disebut gondongan (mumps) merupakan suatu penyakit menular dimana seseorang terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah (kelenjar parotis) di antara telinga dan rahang sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi bagian bawah. Gejala yang ditimbulkan berupa pembengkakan, rasa sakit, kemerahan, dan kelembutan pada saluran kelenjar ludah, namun juga terjadi kelainan berupa pelebaran dan penyumbatan saluran. Gangguan parotitis cenderung menyerang anak-anak dibawah usia 15 tahun (sekitar 85% kasus). Dahulu keadaan ini sering terlihat pada pasien yang mendapat perawatan dari operasi abdomen, tetapi sekarang khasus ini telah jarang terlihat, hanya kadang-kadang terlihat pada parotitis kronis rekuren, tetapi tidak sesering yang diperkirakan.

4.2 Saran Banyak komplikasi yang ditimbulkan oleh peradangan kelenjar saliva ini sehingga harus sedini mungkin penanganan diawali dengan berbagai tes laboratorium, disusul pada pemberian antibiotik, penambahan volume cairan dalam tubuh, hingga akhirnya diadakan operasi.

DAFTAR PUSTAKA

Ngastiyah. 2007. Perawatan Pada Anak. Jakarta: Penerbit buku Kedokteran EGCNelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Edisi 15. Jakarta: Penerbit Buku KedokteranEGCDoenges. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: Penerbit bukuKedokteran EGCCorwin, Elizabeth J. 2000. Buku Saku Patofisiologi Edisi 3.Jakarta: Penerbit BukuKedokteran: EGCMansjoer, Arief. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 2 Jilid 2. Jakarta: MediaAesculapicus Penerbit FK UISoemarmo.2008.Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis Edisi 2.Jakarta:Penerbit IDAI