Upload
others
View
18
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERANCANGAN MEDIA INFORMASI INTERAKTIF
SURVIVAL GUIDE DASAR
Artikel Ilmiah
Oleh:
Tiar Lisendra Putra 692011060
Martin Setyawan, S.T., M.Cs
Program Studi Desain Komunikasi Visual
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
Mei 2019
PERANCANGAN MEDIA INFORMASI INTERAKTIF SURVIVAL GUIDE DASAR
1)Tiar Lisendra Putra,
2) Martin Setyawan
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50771, Indonesia
Email: 1)
Abstract
Natural exploration activities require strong physical conditions, good planning and preparation to avoid
undesirable things. A few junior and beginner survivors do not learn the outdoors activity skills and sometimes
underestimate the rules, so they make it into a dangerous state and have to survive. By technology development, the
junior and beginner explorers began to study surviving skills “The Information Interactive Basic Survival Guide
Media” was designed in attractive way so the adventurers will be more interested in learning. It also can help
junior and beginners survivors more understand the importance of knowing the knowledge and rules to decrease the
number of accidents while exploring. The method used to make this "The Information Interactive Basic Survival
Guide" is a qualitative method. Linear strategies are used to apply logical sequences at the planning stage because
the components are understood relatively.After media design is completed then it carried out testing to the relevant
resources, namely SAR members, animators and designers. The result is Infographic Interactive Basic Survival
Guide Media for junior and beginners survivors very interesting and useful. It helps them when doing outside
activities by presenting images and animations so that they are easy to understand.
Keywords: Linear Strategy, Media Information, Interactive Information, Survival, Basic Survival Guide.
Abstrak
Kegiatan penjelajahan alam merupakan kegiatan yang memerlukan kondisi fisik yang kuat serta perencanaan dan persiapan matang untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Tidak sedikit para survivor junior dan pemula kurang mempelajari ketrampilan berkegiatan di alam luar dan terkadang meremehkan aturan, sehingga membuat mereka masuk kekeadaan yang berbahaya dan mengharuskan mereka survive. Dengan berkembangnya teknologi, para penjelejah junior dan pemula mulai mempelajari ilmu di alam luar maka dirancanglah “Media Informasi Interaktif Survival Guide Dasar” dengan desain yang menarik sehingga para petualang akan lebih tertarik mempelajari dan dapat membantu para survivor junior dan pemula untuk lebih memahami dan mengerti pentingnya untuk mengetahui pengetahuan dan aturan agar jumlah kecelakaan saat melakukan penjelajahan menurun. Metode yang digunakan untuk membuat “Perancangan Media Informasi Interaktif Survival Guide Dasar” ini adalah metode kualitatif. strategi linier digunakan untuk menerapkan urutan yang logis pada tahap perencanaan karena komponennya telah dipahami relatif. Setelah perancangan media selesai kemudian dilakukkan pengujian ke narasumber yang bersangkutan yaitu anggota SAR, Animator dan Desainer. Dari hasil pengujian tersebut mendapatkan hasil bahwa Perancangan Media Infografis Interaktif Survival Guide Dasar untuk survivor junior dan pemula sangat menarik dan bermanfaat serta dapat membantu untuk menambah wawasan saat berkegiatan dialam luar dengan penyajian gambar serta animasi sehingga mudah dipahami.
Kata kunci: Strategi Linear, Media Informasi, Informasi Interaktif, Survival, Survival Guide Dasar.
1) Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Desain Komunikasi Visual, Universitas Kristen
Satya Wacana Salatiga.
2) Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
PERANCANGAN MEDIA INFORMARSI INTERAKTIF
SURVIVAL GUIDE DASAR
1. Latar Belakang
Survival skill atau teknik bertahan hidup adalah salah satu pengetahuan yang wajib dimiliki
untuk para penyuka kegiatan dialam liar. Karena dalam keadaan darurat pengetahuan dan
keterampilan dasar survival akan sangat berguna. Pendaki atau Petualang tidak akan pernah
ada yang mengetahui keadaan yang terjadi selama berpetualang di alam liar. Yang terpenting
adalah lebih baik mencegah, dari pada mengobati.[1]
Satu faktor yang mendasar para pendaki tersesat dan hipotermia terjadi adalah jika mereka
tidak memiliki ilmu pengetahuan yang memadai dan kompetensi serta skill berkegiatan di
alam bebas yang kurang. Pelaku alam bebas minimal harus memiliki 4 kompetensi dasar,
pertama survival, kedua first aids, ketiga navigasi darat dan keempat mountainering”.[2]
Informasi adalah adalah sekumpulan data atau fakta yang telah diproses dan dikelola
sedemikian rupa sehingga menjadi sesuatu yang mudah dimengerti dan bermanfaat bagi
penerimanya.[3]
Sekelompok pendaki yang beranggotakan 7 orang mendaki gunung lawu, para pendaki
dicari setelah 4 hari menghilang. Karena kondisi gunung lawu saat itu sedang ekstrem dan
kemungkinan kurangnya penguasaan medan para pendaki kehilangan arah. Tim SAR
menemukan para pendaki diluar jalur pendakian yang telah di sisir oleh Tim SAR. Karena
para pendaki dalam kondisi kelelahan maka tim sar terpaksa mengevakuasi para pendaki.[4]
Semakin banyak para petualang berjelajah dihutan atau mendaki gunung tinggi
menjadikan sebagai hobi maka semakin banyak rintangan dan bahaya yang dihadapi. Di alam
luar banyak penyebab yang membuat para petualang mendapat masalah mulai dari faktor dari
alam sampai dengan masalah yang di sebabkan karena kurangnya penguasan ketrampilan
berkegiatan di alam luar dari petualang itu sendiri.
Dengan “Perancangan Media Informasi Interaktif Survival Guide Dasar” ini membantu
persiapan petualang junior dan pemula lebih awal dengan memberikan informasi berkegiatan
di alam liar. Dengan mempelajari, memahami, dan latihan terlebih dahulu maka petualang
akan mempunyai bekal yang akan berguna di alam terbuka nantinya dan dapat digunakan
dalam kondisi darurat. Jika terjadi sesuatu hal yang tidak di inginkan seperti kondisi
berbahaya, maka dengan kesiapan yang telah dipelajari dan dilatih maka petualang akan
terbantu bertahan dengan mengandalkan yang ada disekitarnya.
Penelitian ini berfokus pada ilmu bersurvival mulai dari informasi pemanfaatan bahan
alam sekitar sebagai bekal pada situasi darurat, sampai informasi skill survival dalam
pembuatan barang dan benda pendukung sebagai pertahanan di kondisi darurat. Ilmu survival
yang di berikan adalah ilmu dasar atau ilmu basic yang telah berdasar pada SOP (standar
operational Procedure) berkegiatan dialam liar. Penelitian dibuat sebagai penambah wawasan
informasi di khususkan untuk para junior dan pemula dalam berkegiatan dialam terbuka
seperti alam liar.
2. Tinjauan Pustaka
Bandung, 29 Januari 2010 seorang mahasiswa bernama Helmi Rahmat Satriadi dari
Universitas Widyatama membuat penelitian berupa proyek pembuatan “Perancangan
Interaktif Survival Dihutan Tropis”. Dalam buku tersebut berisi struktur buku tentang cara–
cara dan langkah hidup berjelajah di hutan tropis[5].
Masih dalam bentuk rancangan buku yaitu penelitian dengan judul “Teknik Survival
Dihutan” yang dibuat oleh Titi Sucipto dari universitas Sumatra Utara, medan. Di tuliskan
pada penelitian tersebut persiapan sebelum melakukan survival dan pengetahuan tentang
navigasi di dalam hutan[6].
Di elektronik book berjudul “Panduan Mendaki Gunung” yang disusun oleh Ehwan
Kurniawan (2004) mengatakan bahwa pendaki gunung dalam melakukan aktivitasnya dirasa
memerlukan buku panduan untuk menemani perjalananan pendaki guna mengurangi risiko
bahaya dalam perjalanan. Disisi lain pendaki membutuhkan konsentrasi dalam mempelajari
dan memahami sebuah buku panduan dalam keadaan lelah dalam perjalanannya[7].
Decky Dewantara Wardana, 9 september 2016 membuat penenelitian berupa perancangan
e-book infografis interaktif standar operasional prosedur untuk pendakian. Dalam e-book
tersebut berisi standar operasional procedur untuk pendakian gunung yang berisikan pokok
materi sederhana tentang Packing, Survival Navigasi, peta, kompas, Mountain Sickness,
peralatan, dan sikap yang dikemas dengan menggunakan animasi e-book interaktif[8].
Nur Aji Wibowo, 9 september 2016 membuat penelitian “Perancangan Media Informasi
Pendakian Dengan Video Berbasis Video Infografik” berdasarkan SOP bagi pendaki pemula.
Dalam perancangan video ini menjelaskan tentang informasi cara mendaki gunung dengan
berdasar SOP sehingga para pendaki akan memahami standar pendakian agar menghindarkan
dari potensi kecelakaan[9].
“Perancangan Media Informasi Interaktif Survival Guide Dasar” menyajikan konten
berkegiatan di alam luar seperti menjelajah hutan dan mendaki gunung mulai dengan
perencanaan dan persiapan akhir. Media memiliki spesifik utama yaitu mempunyai penyajian
lebih lengkap tentang survival dengan konten tulisan dan gambar yang menarik dari kelima
penelitan yang telah disebutkan sebelumnya. Perancangan dibuat dengan dasar mengacu SOP
(Standar Operational Procedur) untuk ilmu dasar survival dan kegiatan alam luar yang
dikhususkan untuk petualang junior dan pemula.
Survival adalah suatu metode yang berhubungan dengan waktu, mulai dari time origin
atau start point sampai dengan terjadinya suatu kejadian khusus atau end point. Data yang
diperoleh di bidang kesehatan merupakan pengamatan terhadap pasien yang diamati dan
dicatat waktu terjadinya kegagalan dari setiap individu. Kondisi survive biasanya mengarah
pada setiap orang yang sedang mengadakan sebuah perjalanan, petualangan atau penjelajahan
di alam bebas atau terbuka seperti jelajah hutan dan pendakian gunung. Hal ini dapat
dijadikan bagi para penjelajah dan pencinta perjalanan alam bebas untuk mengetahui
sekaligus menguasai Survival skills. Unsur terpenting pada survival adalah api, makan dan
minum, perlindungan, first aid, dan sinyal pertolongan.[10]
Pulau jawa mempunyai 10 Gunung yang terkenal yaitu gunung argopuro, gunung
merbabu, gunung sindoro, gunung wilerang, gunung lawu, gunung raung, gunung sumbing,
gunung slamet, dan gunung semeru.[11]
Hutan adalah ekosistem yang dicirikan oleh penutupan pohon-pohon yang cukup rapat
dan luas, seringkali terdiri atas tegakan-tegakan yang beranekaragam sifat, seperti komposisi
jenis, struktur, kelas umur, dan proses-proses yang berhubungan; pada umumnya mencakup:
padang rumput, sungai, ikan, dan satwa liar. Hutan mencakup pula bentuk khusus, seperti
hutan industri, hutan milik non-industri, hutan tanaman, hutan publik, hutan lindung, dan
hutan kota.[12]
Pendakian gunung adalah mendaki gunung adalah suatu olahraga yang penuh petualangan
dan membutuhkan keterampilan, kecerdasan, kekuatan serta daya juang yang tinggi. Bahaya
dan tantangan merupakan daya tarik dari kegiatan ini. Pada hakikatnya bahaya dan tantangan
tersebut adalah untuk menguji kemampuan diri dan untuk dapat menyatukan diri dengan
alam. Keberhasilan suatu pendakian, yaitu keunggulan terhadap rasa takut dan kemenangan
terhadap perjuangan melawan diri sendiri. [13]
Fotografi adalah adalah sebuah seni, ilmu pengetahuan dan praktik menciptakan gambar
yang tahan lama dengan merekam cahaya atau radiasi elektromagnetik lain, baik secara kimia
dengan menggunakan film fotografi atau secara eletronik melalui sebuah sensor gambar.[14]
3. Metode Penelitian
Metode yang digunakan untuk membuat “Perancangan Media Informasi Interaktif Survival
Guide Dasar” ini adalah metode kualitatif[15]. Metode ini menggunakan data yang diambil
dan dikumpulkan melalui wawancara kepada narasumber yang berkaitan. Metode ini
menggunakan pendekatan kualitatif yang dapat menyesuaikan dengan kondisi lapangan
untuk memenuhi data yang dibutuhkan. Selain itu, strategi linier digunakan untuk menerapkan
urutan yang logis pada tahap perencanaan karena komponennya telah dipahami relatif.
Strategi ini cocok untuk tipe perencanaan yang memiliki telah dilakukan beberapa kali.
Tahapan tentang “Perancangan Media Informasi Interaktif Survival Guide Dasar” dibagi
dalam beberapa tahap berikut:
Gambar 1 Bagan Linier strategi
Tahap I
Pengumpulan data
Tahap II
Analisis data
Tahap III
Perancangan
Dan pengujian
Tahap IV
Akhir
Tahap pertama pengumpulan data pengumpulan data dilakukan dengan melakukan
wawancara kepada narasumber yang berkaitan guna mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
Dalam tahap pertama ini dilakukan wawancara dengan Fajar Kurniawan, salah satu
anggota tim SAR Boyolali sebagai koordinator misi lapangan. Dari hasil wawancara yang
telah diajukan di dapatkan informasi bahwa jumlah presentase khasus kecelakaan tergolong
normal dan kan meningkat pada musim tertentu seperti musim penghujan. Tetapi kurangnya
pengetahuan dan asal nekat dilapangan yang sering membuat para petualang sering masuk
dan mendapatkan kesulitan. Dari data yang telah dikatakan bahwa kurun waktu tigas tahun
terakhir kecelakaan meningkat, dari tahun 2016 sampai 2017.
Pengambilan data juga diambil dari pendaki senior dan mantan ketua organisasi pecinta
alam MITRA GHANA UKSW yaitu Yoshi Eko P. tentang pentingnya ilmu berkegiatan
dialam terbuka. Dari hasil wawancara bahwa ilmu berkegiatan dialam terbuka sangat penting
demi menjaga keamanan para petualang.
Tahap kedua analisis data, pada tahap kedua melakukan analisis data yang telah didapat
guna menentukan konten dan desain yang cocok untuk “Perancangan Media Informasi
Interaktif Survival Guide Dasar” untuk survivor junior dan pemula. Dalam tahap ini para
survivor junior dan pemula dibagikan pengetahuan agar dapat mempelajari dan memahami isi
konten yang dapat membantu menambah wawasan dasar dalam berkegiatan dialam terbuka.
Dari hasil analisis yang didapat adalah membuat media yang mudah dipahami dan dipelajari
dengan tampilan menarik.
Tahap ketiga Perancangan Konsep, perancangan media informasi interaktif dimulai dengan
pembuatan konsep. Konsep media yang akan dibuat adalah mebuat media informasi dengan
mengunakan tutorial interaktif. Media ini digunakan untuk memberikan pengetahuan dasar
tentang berkegiatan di alam terbuka lebih khususnya untuk target yang sudah ditentukan
yaitu survivor junior dan pemula. Setelah konsep sudah terbuat selanjutnya adalah pembuatan
storyline dan storyboard.
Stroryline adalah rangkaian alur cerita yang menggambarkan isi gambar. Storyline pada
media interaktif ini adalah menampilkan jumlah konten yang berisi tulisan dan gambar.
Konten gambar dan tulisan dalam media yang dibuat adalah berisi informasi dasar tentang
berkegiatan alam terbuka. Yang dibuat pertama adalah persiapan dini, yang kedua adalah
persiapan fisik, ketiga adalah info area dan keempat adalah survival.
Tahap selanjutnya membuat storyboard setiap scene yang menggambarkan objek dari isi
konten tulisan dan gambar. Dalam pembuatan media interaktif storyboard digunakan patokan
dalam pembuatan konten gambar dan tulisan informasi dasar .
Pada tampilan storyboard pertama pada gambar 2 berisi pembuatan konsep, button,
background, persiapan dini, info area dan persiapan fisik.
Gambar 2. Storyboard konsep, button, background,
persiapan dini, info area dan persiapan fisik.
Pada gambar 3 ditampilkan pembuatan storyboard survival, perencanaan, biaya, tujuan,
konten info area dan konten persiapan dini.
Gambar 3. Storyboard survival, perencanaan, biaya, tujuan,
konten info area dan persiapan dini.
Pada gambar 4 ditampilkan pembuatan storyboard menu survival skill yang pertama
elemen, kemudian stop, bivak, makanan, air dan navigasi
Gambar 4. Storyboard elemen, stop, bivak, makanan, air dan navigasi
Pada gambar 5 ditampilkan pembuatan storyboard menu survival skill, yang pertama
jebakan, selanjutnya SOS, medkit, tanda bahaya, konten bivak dan terakhir konten jebakan.
Gambar 5. Storyboard jebakan, sos, medic, bahaya, konten bivak dan
konten jebakan
Pada gambar 6 ditampilkan pembuatan storyboard dari konten menu survival yang
pertama konten makanan, konten navigasi, konten air, konten sos dan terakhir konten tanda
bahaya.
Gambar 6. Storyboard konten makanan, konten navigasi, konten air,
konten sos dan konten tanda bahaya
Tahap empat desain adalah membuat sketsa mentah isi dari konten dahulu semua untuk
di gambar kemudian dimasukan kedalam software untuk dibuat menjadi tampilan menu dan
isi konten berupa tampilan gambar vector dengan warna. Kemudian membuat desain media
interaktif seperti background, macam tombol button yang akan digunakan untuk media
interaktif. Gambar yang dibuat tidak menggunakan desain realis tetapi dengan gambar desain
flat design, mempunyai karakter sederhana dan menarik sering digunakan iklan pada zaman
searang.
Perancangan dimulai dari pembuatan sketsa, pada gambar 7 dijelaskan pembuatan desain
sketsa background mulai dari view background sampai tempat tombol button dan samping
sketsa background adalah sketsa jenis tombol yang akan dipakai.
Gambar 7. Sketsa background dan tombol button
Selanjutnya pembuatan sketsa menu konten dari isi konten perencanaan mulai dari kiri
adalah sketsa waktu, kemudian biaya dan terakhir adalah tempat tujuan. Pada gambar 8.
Gambar 8. Sketsa waktu, biaya dan sketsa tujuan
Kemudian pembuatan sketsa survival skill yaitu menu bivak, menu makanan, menu air,
tanda bahaya, navigasi, medkit, SOS dan terakhir pembuatan sketsa menu jebakan. Dilihat pada
gambar 9.
Gambar 9. Skesta konten survival
Pada gambar 10 menampilkan contoh pengerjaan pada software yaitu pengerjaan tahap
coloring. Gambar yang telah dibuat melalui sketsa kemudian di scane dan dimasukkan kedalam
software untuk proses coloring atau pewarnaan.
Gambar 10. Contoh coloring menu dan konten
Pada pembuatan media interaktif survival guide dasar ini menggunakan font bertipe
ink free untuk penjelasan isi konten karena memiliki karakter font yang unik berupa garis
lengkung seperti tulisan tangan cocok dengan tema jungle adventure. Kemudian untuk konten
menu menggunakan jenis font WC wunderbach Bta yang memiliki font berciri tebal dan tegas
agar mudah di lihat dan dibaca. Pada gambar 11.
Gambar 11. Jenis font WC wunderbach Bta dan ink free
Tahap selanjutnya adalah compositing untuk menambahkan sound semakin menarik.
Dilanjutkan penyusunan konten yang berupa tulisan yang sudah disiapkan dan gambar digital
yang sudah dibuat dengan penambahan sound efek yang kemudian dilanjutkan rendering agar
menghasilkan hasil akhir.
4. Hasil dan Pembahasan
Hasil dari “Perancangan Media Informasi Interaktif Survival Guide Dasar” sebagai
media informasi interaktif dan pengetahuan basic atau dasar untuk para petualang junior dan
pemula. Scene pertama menampilkan cover yang berisi tombol start dan judul, dari cover
mengarahkan ke menu utama yaitu persiapan dini, persiapan fisik, info area dan survival.
Terdapat di gambar 12.
Gambar 12. Cover dan menu utama
Scene kedua menampilkan menu utama yang dapat mengarahkan ke menu konten yang
dapat dipilih secara acak contohnya mengarah ke persiapan dini yang didalam terdapat
perencanaan, perlengkapan utama dan perlengkapan pendukung dengan button next back dan
button konten. Terdapat di gambar 13.
Gambar 13. Menu utama dan Persiapan dini
Scene ketiga menampilkan menu utama yang mengarahkan ke isi langsung konten persiapan
fisik yang terdapat button next back. Terdapat pada gambar 14.
Gambar 14. Menu utama dan isi konten persisapan fisik
Scene keempat menampilkan menu konten info area yang berisi konten info jalur terdapat
button back dan button masuk konten, gerbang masuk dan info pos. Dapat dilihat gambar 15.
Gambar 15. Menu utama dan info area
Scene kelima menampilkan menu konten survival yang berisi menu konten element, stop,
bivack, makanan, air, navigasi, tanda bahaya, medkit dan sos terdapat button next back.
terdapat di gambar 16.
Gambar 16. Menu utama dan menu survival
Scene keenam menu konten bivak yang berisi konten jenis bivak, terdapat logo next back
dan tombol masuk konten. Dapat dilihat gambar 17.
Gambar 17. Menu konten bivak
Pengujian media Informasi Interaktif Survival Guide Dasar sebagai informasi dasar untuk
survivor junior dan pemula menggunakan metode kualitatif. Pengujian akan dilakukan dengan
pengujian dilakuakan kepada beberapa narasumber berkaitan dengan penelitan yang telah
dibuat yaitu anggota SAR, Animator dan desainer. Kesimpulan yang didapat sebagai berikut:
Menurut pendapat Fajar Kurniawan sebagai salah satu anggota SAR bagian kordinator
misi lapangan, Boyolali. Media dan isi materi informasi dasar sudah masuk ilmu dasar
berkegiatan dialam terbuka. Memiliki desain yang mudah ditangkap dan tampilan menarik,
Saran yang di berikan adalah perbaikan menu yang masih kurang dan Bahasa yang simple.
Menurut Jasson Presstiliano, seorang animator dibidang game dan juga pengajar di
UKSW, memberikan masukkan tentang animasi gerak yang terdapat di pembuatan media
interaktif ini mempunyai gambar yang bagus dan gerakan yang simple, tetapi untuk
pergerakan animasi gambarnya di perhalus sehingga nyaman dilihat dan konten dilengkapi.
Menurut Satria Pinandita seorang desainer yang pernah berpengalaman bidang desain di
perusahaan Abang Irenk (AI) Jogjakarta dan sekarang bekerja di perusahaan Printerous
memberikan masukan untuk media interaktif ini. Pada segi desain background, button dan
konten memiliki desain simple dan jelas karena menggunakan gaya flat design , dan untuk
warna diberikan masukan agar konten diberikan warna berbeda disetiap background sesuai isi
konten.
5. Kesimpulan
Dari pengujian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dari ketiga narasumber bahwa
media informasi menarik dan cocok sebagai media informasi ilmu survival. Mulai dari isi
konten survival, desain animasi yang sederhana sehingga tidak membuat bingung pembaca
dan dari segi desain background, tombol dan gambar menu konten. Akan tetapi mempunyai
kekurangan yaitu error koding dan frame pada saat menjalankan media informasi. Penulis
sudah memperbaiki ulang error koding dan frame yang telah terjadi. Dan diharapkan akan
menambah wawasan dan pengetahuan tentang berkegiatan di alam liar. Dengan mengetahui
tentang dasar berkegiatan dialam luar mulai dari persiapan dini, persiapan fisik, info area
dan paling utama adalah survival. Untuk nantinya media interaktif ini dapat di aplikasikan
pada pos gerbang masuk wisata alam dan di pakai organisasi pecinta alam.
Daftar Pustaka
[1] Vnder Lesnussa, 5 juli 2017 “pentingnya dasar-dasar survival”
www.Superadventure.com
Diakses pada tanggal 6 mei 2018
[2] Ugiono Michael Antony “pentingnya pembelajaran dan penguasaan dasar survival”
www.Wartapalaindonesia.com
Diakses pada tanggal 6 Mei 2018
[3] Lina sidharta “Pengertian Informasi”
Diakses pada tanggal 4 Mei 2019
www.maxmanroe.com.
[4]Kuncoro.Reza.2015. “4 hari hilang 7 pendaki ditemukan SAR kelelahan”.
Liputan6. Diakses pada tanggal 23 Desember 2014
[5] R.S Helmi. 2010. “Perancangan Buku Panduan Survival Di Hutan Tropis”.
Universitas Widyatama. Bandung.
[6] Sucipto. Tito. 2005. Teknik Survival Dihutan. Universitas Sumatra Utara. Medan.
[7]. Kurniawan. Ehwan. 2004. “Panduan Mendaki Gununng Dalam Infografis”.
Tabloid. Jakarta.
[8] Dewantara Wardana Decky. 2016. “Perancangan e-Book Infografis Interaktif
Standar Operasional Prosedur untuk Pendakian” . Universitas Kristen Satya
Wacana. Salatiga
[9] Nur Aji Wibowo. 2016. “membuat penelitian “Perancangan Media Informasi
Pendakian Dengan Video Berbasis Video Infografik”. . Universitas Kristen Satya
Wacana. Salatiga.
[10] Admin “pengertian gunung dan jenis-jenis gunung”. www.sumberpengertian.com
Diakses pada tanggal 6 mei 2018
[11] Fatma Desi, 24 juni 2017“Gunung tertinggi di pulau jawa” www.ilmugeografi.com
Diakses pada tanggal 11 mei 2018
[12] Departemen Kehutanan 1989 “definisi Hutan” www.foresteract.com
Diakses pada tanggal 8 mei 2018
[13] Yusuf Hidayat.2010. “Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan”. Shindu
Cindar Bumi. Jakarta.
[14] Amir H.S. “ Fotografi Menurut Para Ahli”. www.Idseducation.com
Diakses pada tanggal 10 juni 2015
[15] Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung : CV.
Alfabeta