Upload
doankhuong
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
SURVEI TERPADU GAYA BERAT DAN AUDIO MAGNETOTELURIC (AMT)
DAERAH PANAS BUMI WAESANO, KABUPATEN MANGGARAI BARAT
PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
Muhammad Kholid, Iqbal Takodama, Nizar Muhammad Nurdin
Kelompok Penyelidikan Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi
SARI
Daerah panas bumi Waesano berada di wilayah Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi
Nusa Tenggara Timur. Keberadaan sistem panas bumi di daerah ini ditandai dengan
manifestasi panas bumi berupa mata air panas dan batuan alterasi dengan temperatur air
panas tertinggi 89 0C. Survei gaya berat dan Audio Magnetotelurik (AMT) telah dilakukan di
daerah ini dengan jumlah titik AMT sebanyak 62 titik dan titik gaya berat sebanyak 200 titik.
Sebaran titik ukur gaya berat dan AMT meliputi zona struktur depresi, Danau Sano Nggoang
dan daerah manifestasi mata air panas. Hasil AMT menunjukkan sebaran tahanan jenis
rendah (< 20 Ohm-m) terdapat mulai kedalaman 500 meter, lapisan tahanan jenis rendah ini
diperkirakan sebagai lapisan yang berfungsi sebagai batuan penudung/caprock. Zona
reservoir masih belum terdeteksi, namun diperkirakan zona reservoir berada di bagian
tenggara dimana terdapat mata air panas Waesano dan batuan alterasi yang muncul
kepermukaan. Hasil gaya berat menunjukkan keberadaan struktur sesar yang berarah
baratlaut-tenggara dan baratdaya-timurlaut, struktur-struktur ini yang mengontrol munculnya
manifestasi mata air panas tersebut. Hasil kompilasi geosain terpadu (geologi, geokimia dan
geofisika) menunjukkan daerah prospek panas bumi meliputi daerah mata air panas Waesano
yang diperkirakan masih membuka kearah tenggara. Daerah prospek ini dibatasi oleh struktur
yang berarah baratdaya-timurlaut dengan luas sekitar 10 km2 . Estimasi potensi energi panas
bumi di daerah Waesano sekitar 64 MWe pada kelas cadangan terduga.
PENDAHULUAN
Metode geofisika merupakan salah
satu metode yang berperan penting dalam
eksplorasi panas bumi disamping metode
geologi dan geokimia. Beberapa metode
geofisika telah banyak digunakan dalam
menentukan keberadaan sistem panas
bumi diantaranya adalah metode gaya
berat, magnetik, tahanan jenis dan pasif
serta aktif sesimik.
Struktur tahanan jenis bawah
permukaan merupakan parameter yang
penting dalam menentukan keberadaan
sistem panas bumi, Sistem panas bumi
bertemperatur tinggi biasanya berkorelasi
dengan sebaran tahanan jenis yang agak
tinggi (medium) yang terdapat dibawah
lapisan tahanan jenis rendah. Lapisan
tahanan jenis rendah berkorelasi terhadap
batuan ubahan yang terdiri dari mineral
lempung (Wright et al.1985). Batuan
ubahan yang telah mengalami proses
hidrotermal biasanya berfungsi sebagai
lapisan penudung (clay cap) dalam sistem
panas bumi. Indikasi lain adanya sistem
panas bumi adalah munculnya manifestasi
dipermukaan. Manifestasi yang muncul ini
biasanya dikontrol oleh adanya struktur-
struktur geologi. Untuk mengetahui lapisan
tahanan jenis bawah permukaan di daerah
Waesano digunakan metode elektro-
magnetik yaitu Audio Magnetotelurik,
sedangkan metode gaya berat digunakan
untuk memetakan variasi densitas dari
batuan yang menyusun daerah survei serta
untuk menganalisis dan mengetahui
adanya struktur-struktur yang ada di
daerah ini.
Pada paper ini akan dibahas hasil
dari survei geofisika dengan metode Audio
Magnetotelurik dan gaya berat yang telah
dilakukan di daerah Waesano, survei
geofisika dilakukan dalam rangka
menentukan keberadaan sistem panas
bumi di daerah ini. Hasil survei AMT dan
gaya berat ini akan digunakan sebagai data
pendukung dari tinjauan geofisika yang
menguatkan bagi evaluasi geosain terpadu
keprospekan daerah panas bumi
Waesano.
GEOLOGI DAERAH SURVEI
Daerah panas bumi Waesano berada
di Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi
Nusa Tenggara Timur (Gambar 1). Tatanan
tektonik daerah panas bumi Waesano
berada di bagian busur vulkanik Flores
bagian Selatan, pada lingkungan vulkanik
yang masih aktif. Stratigrafi daerah
Waesano terbagi menjadi satuan
batupasir, vulkanik Mbeliling, vulkanik
Ranaka, vulkanik Poco Dedeng, Golo
Tantong, Lava Golo Leleng, Lava Golo
Kempo, vulkanik Golo Tanadereng,
vulkanik Sano Nggoang, Endapan
Longsoran. Struktur geologi utama
merupakan struktur yang terbentuk akibat
proses vulkanisme seperti kaldera
Mbeliling, kawah Sano Nggoang dan
depresi Golo Leleng, namun struktur
basemen umumnya berarah baratdaya-
tenggara dan baratdaya – timurlaut. Kontrol
utama pembentukan sistem panas bumi
akibat pembentukan kawah Sano Nggoang
dan juga sesar Nampar Macing yang
memfasilitasi munculnya air panas Nampar
Macing (Gambar 2).
Sistem panas bumi di daerah
Waesano berhubungan dengan sistem
vulkanik kuarter yang diduga masih
memiliki potensi dari aktivitas gunung api
yang terpendam di dalam kawah Sano
Nggoang. Aktivitas vulkanisme yang masih
aktif hingga saat ini bisa dilihat dengan nilai
pH air danau yang asam serta di
permukaan di sekitar danau bagian selatan
yang ditemukan manifestasi berupa air
panas dengan temperatur mencapai 89 0C.
.
METODE PENYELIDIKAN
Penyelidikan dilakukan dengan
menggunakan metode gaya berat dan
AMT. Metode gaya berat adalah metode
yang bertujuan untuk mengidentifikasi
struktur geologi bawah permukaan, metode
ini didasarkan pada pengukuran variasi
medan gravitasi bumi. Teori yang
mendasari metode gaya berat adalah
hukum Newton yang menyatakan bahwa
setiap bagian suatu benda akan
menimbulkan gaya tarik menarik terhadap
bagian lain yang besarnya sama dengan
hasil kali massa-massa dan berbanding
terbalik dengan kuadrat jarak antara kedua
massa. Besarnya gaya tarik antara dua
partikel bermassa m1 dan m2 diberikan oleh
persamaan:
rm
r
mF
2
2
1 (1)
Keterangan:
F= gaya tarik menarik antara 2 benda m1
dan m2 (Newton)
= konstanta gaya berat (6.67 x 10-11
m3/kgs2)
m1, m2= massa 1 dan 2 (kg)
r
= vektor satuan berarah m2 ke m1
r= jarak antara massa 1 dan 2 (m)
Gaya tarik bumi terhadap suatu
massa yang berada di luar bumi
menyebabkan massa dipercepat secara
vertikal ke bawah. Percepatan yang dialami
suatu massa (m2) akibat tarikan massa lain,
dalam hal ini bumi (m1) dalam jarak r
dikenal sebagai percepatan gravitasi yang
dinyatakan sebagai:
2m
Fg
(m/s2) (2)
Jika persamaan (2) dimasukkan ke dalam
persamaan (1) maka akan diperoleh
persamaan percepatan gravitasi gaya
berat:
rr
mF
2
1 (3)
Percepatan g
sebanding dengan
gaya gravitasi persatuan massa terhadap
m1 (Telford, et.al, 1990).
Metode AMT memiliki rentang
frekuensi antara 0,1 Hz sampai dengan 10
kHz. Metode ini merupakan metode
eksplorasi elektromagnetik yang mengukur
respon bumi dalam besaran medan listrik
(E) dan medan magnet (H) terhadap
medan elektromagnetik (EM) alam.
Respon tersebut dapat berupa komponen
horizontal medan magnet serta medan
listrik bumi yang diukur pada permukaan
bumi pada posisi tertentu.
Terdapat tiga jenis sumber medan
EM alam yang menghasilkan medan
magnetotellurik, yaitu :
- Bersumber dari kilat atau petir, sinyal
dari sumber ini memiliki frekuensi yang
tinggi
- Bersumber dari aktivitas ionosfir, sinyal
dari sumber ini memiliki frekuensi
sedang
- Bersumber dari aktivitas sun-spot
(bintik hitam) matahari, sinyal dari
sumber ini memiliki frekuensi rendah.
Tahanan jenis semu dihitung
berdasarkan perbandingan besarnya
medan listrik dan medan magnet yang
dikenal dengan persamaan Cagniard.
Persamaan ini dihasilkan dari persamaan
Maxwell dengan asumsi gelombang
bidang.
2
5
1
H
Exfa .................................. (3)
Dimana,
a : tahanan jenis semu (Ohm-m)
f : frekuensi (Hz)
E : Besarnya medan listrik (mV/km)
H : Besarnya medan magnet (nT)
Perlu diingat bahwa persamaan ini
hanya berlaku dalam konfigurasi
gelombang bidang untuk medan
elektromagnetik, ketika jarak antara
sumber dan penerima cukup jauh.
Tahanan jenis semu terdiri dari dua
kurva seperti Rhoxy dan Rhoyx. Kemudian
dirotasi terhadap sumbu utama, bisa
kedalam TE mode (medan listrik sejajar
dengan strike) atau TM Mode (medan listrik
tegak lurus strike).
Kedalaman efektif dalam survei
magnetotellurik bergantung kepada
tahanan jenis batuan dan frekuensi yang
digunakan. Penetrasi kedalaman efektif
dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan di bawah ini :
= 503 x ( / f)1/2 ................................ (4)
Dimana,
: penetrasi kedalaman efektif (m)
: tahanan jenis semu (Ohm-m)
f : frekuensi (Hz)
Ketika tahanan jenis berubah
terhadap kedalaman, maka tahanan jenis
semu akan berubah terhadap frekuensi,
karena frekuensi tinggi tidak memiliki
penetrasi yang cukup dalam, sedangkan
frekuensi rendah memiliki penetrasi lebih
dalam. Hal ini menunjukkan bahwa struktur
tahanan jenis dari zona dangkal dampai ke
zona dalam dapat dianalisis berdasarkan
tinggi atau rendahnya frekuensi.
Skin depth sebagai fungsi dari
frekuensi dan tahanan jenis dapat
ditentukan dari persamaan berikut.
f
503
2 2
1
......................(5)
Dimana,
: skin depth (m)
: (= 2 f) frekuensi sudut
: konduktivitas (S/m)
: permeabilitas magnet
(H/m)
: tahanan jenis semu (Ohm-m)
f : frekuensi (Hz)
HASIL PENYELIDIKAN
Gaya Berat
Pengukuran gaya berat dilakukan
dengan menggunakan alat gaya berat
scintrex CG-5 dari Kanada dengan jumlah
titik sebanyak 200 titik. Berdasarkan hasil
penghitungan dan analisis densitas conto
batuan dari 10 sampel batuan dan dari
metode Parasnis didapat estimasi densitas
batuan densitas 2.3 gram/cm3. Nilai ini
digunakan untuk pengolahan data gaya
berat.
Data pengukuran dikoreksi terhadap
pasang surut, drift alat, nilai gaya berat
normal, udara bebas, sehingga didapatkan
anomali Bouguer. Anomali ini masih
merupakan penjumlahan dari berbagai
macam sumber dan kedalaman anomali di
bawah permukaan. Untuk mendapatkan
anomali target maka anomali Bouguer
dipisahkan menjadi anomali regional dan
residual/sisa dengan menggunakan
polinomial orde-2 (Gambar 3). Hasil
anomali Bouguer secara umum memiliki
tren nilai anomali tinggi di bagian utara dan
merendah ke arah selatan, zona tinggi di
bagian utara diprediksi sebagai respon
batuan yang berumur lebih tua
dibandingkan bagian selatan. Di bagian
utara diinterpretasikan sebagai respon
batuan produk vulkanik berupa lava
berumur tersier yang merupakan produk
Mbeliling. Pada bagian tengah ke arah
selatan, secara umum dilingkupi oleh nilai
anomali rendah hingga sedang, dimana
zona sedang diperkirakan sebagai respon
produk vulkanik berupa lava dan aliran
piroklastik produk Sano Nggoang. Pola
liniasi anomali Bouguer memperlihatkan
pola kelurusan berarah baratlaut-tenggara
di bagian tengah dan pola kekelurusan
berarah baratdaya-timurlaut yang terdapat
di bagian timur.
Anomali regional yang
mendeskripsikan struktur batuan secara
regional memiliki pola sebaran yang tidak
berbeda jauh dengan peta anomali
Bouguer, dimana sebaran densitas batuan
memiliki nilai tinggi di bagian utara dan
merendah kearah selatan dengan pola
melidah hampir berarah baratdaya.
Perbedaan yang terlihat di bagian timur,
dimana agak meninggi hasil anomali
Bouguer, setelah difilter menghasilkan
zona sedang yang merupakan respon
produk vulkanik berupa lava dan aliran
piroklastik yang berumur lebih muda
terhadap bagian utaranya.
Setelah direduksi terhadap anomali
regional didapat anomali residual/sisa.
Dibagian timur laut, nilai anomali tinggi di
bagian timurlaut setelah di reduksi nilainya
semakin rendah. Hal ini diperkirakan
diakibatkan oleh masa dominan produk
vulkanik yang menindih produk vulkanik
yang berumur lebih tua yang dijumpai di
bagian utara oleh hasil anomali regional.
Pada bagian baratdaya-selatan, zona
rendah hingga sedang diperkirakan
merupakan respon produk vulkanik
termuda berupa lava dan aliran piroklastik
sehingga memiliki nilai densitas lebih
rendah terhadap sekitarnya. Pola
kelurusan pada anomali sisa lebih
mempertegas keberadaan struktur-struktur
sesar yang ada di daerah ini, yaitu struktur
yang berarah baratlaut-tenggara, yang
terlihat pada munculnya air dingin Bobok
yang terdapat di bagian tengah, dan
munculnya mata air panas Waesano di
bagian tenggara. Pola kelurusan lain yaitu
struktur berarah baratdaya-timurlaut yang
terdapat di bagian tengah dan timur daerah
survei. Daerah struktur ini merupakan zona
yang membentuk daerah depresi dimana
kemungkinan terdapat sistem panas bumi.
Pemodelan dan interpretasi gaya
berat menggunakan teknik pemodelan ke
depan 2,5 D atau forward modeling. Data
model menggunakan nilai anomali Bouguer
daerah Waesano ditarik memotong
manifestasi mata air Waesano.
Penampang model gaya berat dengan arah
baratdaya - timurlaut. Densitas dasar yang
digunakan dalam pemodelan adalah 2,3
gr/cm3 (Gambar 4). Untuk interpretasi
model yang diperoleh, mengacu ke hasil
pemetaan geologi dan penampangnya
dengan beberapa asumsi seperti struktur
dan nilai densitas batuan.
Densitas terendah 2,3 gram/cm3
diperkirakan sebagai respon batuan produk
vulkanik muda berupa lava dan aliran
piroklastik, sedangkan nilai densitas 2,67
gram/cm3 diperkirakan sebagai produk
vulkanik tua yang lebih kompak. Lapisan
paling bawah memiliki densitas 2,9
gram/cm3 diinterpretasikan sebgai batuan
sedimen berupa batu pasir yang berfungsi
sebagai basemen di daerah ini. Dari
penampang terlihat adanya zona depresi
yang dibatasi oleh kelurusan-kelurusan
berarah baratdaya-timurlaut.
AMT
Pengukuran Audio Magnetotelurik
(AMT) didaerah panas bumi Waesano
menggunakan alat GDP-32 dari Zonge, titik
ukur AMT berjumlah 62 tiitik ukur dengan
sebaran titik ukur meliputi zona depresi
Mbeliling, Danau Sano Nggoang dan
manifestasi mata air panas Waesano di
bagian tenggara, sebaran titik ukur AMT
dengan jarak antar titik sejauh 1000 meter.
Pengolahan data AMT menggunakan
software WinGLink dengan algoritma
inversi 2D Rodi, W. & Mackie, R.L.(2001) .
Pada Gambar 5 diperlihatkan peta
sebaran tahanan jenis pada kedalaman
mulai dari 250, 500, 750, 1000, 1500 meter.
Pada kedalaman 250 meter dan 500 meter,
zona tahanan jenis rendah <20 Ohm-m
tersebar di bagian utara, timur, barat, dan
tenggara daerah pengukuran. Tahanan
jenis rendah dibagian utara, barat, dan
timur merupakan satu kesatuan zona
berupa pola memanjang yang diprediksi
sebagai respon produk vulkanik berupa
lava dan aliran piroklastik berdasarkan
hasil geologi permukaan. Sedangkan zona
tahanan jenis rendah dibagian tenggara
diprediksi sebagai respon batuan yang
telah mengalami proses hidrotermal
sehingga telah terubahkan. Tahanan jenis
sedang dibagian baratlaut dan timurlaut
merupakan respon batuan vulkanik tua.
Pada kedalaman 500 meter, zona tahanan
jenis rendah lebih mendominasi daerah
pengukuran. Zona tahanan jenis rendah ini
masih diprediksi sebagai batuan produk
yang sama seperti kedalaman 250 meter.
Pada peta kedalaman 750 hingga
1500 meter hampir memiliki pola yang
sama yang di dominasi oleh nilai tahanan
jenis rendah. Blok tahanan jenis rendah ini
mengisi mulai dari tengah hingga ke
selatan daerah pengukuran dengan pola
melidah kearah timurlaut dan membuka
kearah baratdarat. Dengan bertambahnya
kedalaman, zona tahanan jenis rendah
semakin mengecil kearah baratdaya. Zona
tahanan jenis sedang ke arah utara ini yang
sebelumnya terisi oleh tahanan jenis
rendah pada kedalaman hingga 500 meter
ini di interpretasikan sebagai respon batuan
produk vulkanik yang berumur lebih tua dan
lebih kompak dan tidak di ketahui
ketebalannya.
Hasil pemodelan 2D yang
ditampilkan memperlihatkan bahwa
tahanan jenis rendah <20 Ohm-m
diinterpretasikan sebagai lapisan batuan
penudung dari sistem panas bumi
Waesano. Tahanan jenis rendah ini
melingkupi danau Sano Nggoang yang
merupakan hasil aktifitas vulkanisme Sano
Nggoang hingga bagian tenggara. Sumber
panas dari sistem panas bumi ini diduga
berada dalam kawasan gunung api aktif
sehingga dapur magma sebagai pusat
erupsi berada dibawah permukaan Danau
Sano Nggoang (Gambar 6).
PEMBAHASAN
Hasil data gaya berat menunjukkan
bahwa zona densitas tinggi di bagian utara,
diprediksi sebagai respon batuan produk
vulkanik yang berumur lebih tua
dibandingkan kearah selatannya sehingga
lebih terkompakkan. Sedangkan zona
densitas sedang di bagian timurlaut ini
diduga sebagai respon batuan sedimen
yang berfungsi sebagai basemen di daerah
penyelidikan ini. Zona densitas rendah
hingga sedang di bagian tengah hingga ke
selatan ini diprediksi sebagai respon
batuan produk vulkanik berupa lava dan
aliran piroklastik yang berumur lebih muda.
Hasil data AMT menunjukkan bahwa
tahanan jenis rendah mendominasi mulai
kedalaman 500 meter, zona tahanan jenis
rendah ini memiliki ketebalan yang cukup
tebal. zona tahanan jenis sedang di bagian
timurlaut berasosiasi dengan nilai densitas
tinggi yang diprediksi sebagai repon batuan
produk vulkanik tua. Sedangkan zona
tahanan jenis rendah di bagian tengah
hingga ke arah barat ini dan juga nilai
densitas rendah di duga sebagai respon
batuan aliran piroklastik sedangkan zona
tahanan jenis rendah di bagian tenggara
diinterpretasikan sebagai batuan yang
ubahan yang telah terlaterasi berupa
mineral lempung. Dari pemodelan 2D pada
gambar 6 dibagian tenggara terlihat tren
tahanan jenis yang mulai meninggi, namun
belum dapat dipastikan lapisan ini
merupakan lapisan yang diperkirakan
reservoir atau bukan.
KESIMPULAN
Hasil survei AMT menunjukkan
sebaran tahanan jenis rendah < 20 Ohm-m
yang terdapat di bagian tengggara diduga
sebagai lapisan batuan yang yang
berfungsi sebagai batuan penudung (clay
cap) dari sistem panas bumi Waesano.
Lapisan ini memiliki kedalaman hingga
1500 meter. Zona reservoir yang
diperkirakan sebagai reservoir masih
belum dapat terdeteksi dengan jelas,
namun diperkirakan berada di bagian
tenggara Danau Sano Nggoang.
Daerah prospek panas bumi
Waesano terdapat di bagian tenggara
daerah survei gaya berat dan AMT. Hal ini
didukung oleh adanya delineasi nilai
densitas rendah dan tahanan jenis rendah
dan data dukung dari geologi dan geokimia.
Luas area prospek panas bumi di
daerah Waesano berada disekitar
minfestasi Waesano dengan luas sekitar 10
km2. Dengan menggunakan temperatur
reservoir sekitar 2000C dan cut-off yang
digunakan bernilai 1500C, maka estimasi
potensi energi panas bumi di daerah panas
bumi Waesano sebesar 64 MWe dan
termasuk kedalam kelas sumber cadangan
terduga.
DAFTAR PUSTAKA
Abadrudin dkk (1994), Penyelidikan Geokimia Panas Bumi Werang, Manggarai, Flores NTT,
VSI Unpubl.
Bakrun (1996), Penyelidikan Gaya Berat Daerah Panas Bumi Waisano, Manggarai, NTT, VSI,
Unpubl.
Bemmelen, van R.W., 1949. “The Geology of Indonesia”. Vol. I A. The Hague. Netherlands.
Fredy Nanlohi dkk, 2003 : Laporan Survey Landaian Suhu Sumur WW-1 dan WW-2, Lapangan
Panas Bumi Waisano Werang, Manggarai Barat.
Geothermal Departement, Basic Concept of Magnetotellurik Survey in Geothermal Fields.,
West Japan Engineerring Consultants, Inc.
Kastiman S dkk (1996), Geologi Panas Bumi Daerah Werang, Manggarai, Flores, NTT, VSI,
Unpubl. Acmad Andan (1996), Penyelidikan Geolistrik Daerah Panas Bumi Waesano,
Manggarai, NTT, VSI, Unpubl.
Koesomadinata,dkk. (1994) dalam peta geologi regional skala 1 : 250.000 lembar Ruteng,
Nusa Tenggara Timur. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
M.Chazin M dkk (1996), Struktur Geologi dan Penyelidikan Banyak Kehilangan Panas (Heat
Loss) Daerah Kenampakanan Panas Bumi Werang, Flores NTT, VSI, Unpubl.
Ranganayaki, R.P., 1984, An Interpretive Analysis of Magnetotelluric Data, Geophysics, Vol.
49, pp. 1730-1748
Rodi, W. & Mackie, R.L., 2001. Nonlinear conjugate gradients algorithm for 2-D magnetotelluric
inversions, Geophysics, 66, 174–187
Simpson, F., dan Bahr, K., 2005, Practical Magnetotellurics, Cambrigde University Press.
Suparman, (1990), Geologi Panas Bumi Daerah Werang, NTT , VSI Unpubl..
Telford, W.M. et al, 1982. Applied Geophysics. Cambridge University Press. Cambridge
Zhdanov, M.S., 2009, Geophysical Electromagnetic Theory and Methods. Elsevier
Zonge Engineering and Research Organization, 2009, GDP-32” Multifunnction Receiver
Operation Manual
Gambar 1. Peta Indeks Daerah Panas Bumi Waesano
Gambar 2. Peta Geologi Daerah Panas Bumi Waesano
Gambar 5. Peta Tahanan Jenis per Kedalaman
Gambar 6. Pemodelan Tahanan Jenis
Tahanan jenis rendah < 20 Ohm-m Claycap??
Tahanan jenis rendah < 20 Ohm-m Claycap??
Gambar 7. Peta Kompilasi Geosains
Gambar 8. Penghitungan Potensi Panas Bumi
PENGHITUNGAN VOLUMETRI (STORED HEAT)SNI 13-6171-1999
Parameter Nilai Ket.
Area (km2) = 10 Energi Initial batuan = 6.750E+15 kJ
Thickness (m) = 1500 Energi initial Uap = 2.197E+09 kJ
Rock Dens. (kg/m3) = 2500 Energi initial Air = 9.960E+14 kJ
Rock Heat Cap. (kJ/(kg.oC)) = 1
Steam density Init. (kg/m3) 7.87 Energy Total Initial = 7.746E+15 kJ
Steam Enthalpy Init. (kJ/kg) 2791.3
Water density Init. (kg/m3) 864.89 Energi Final batuan = 5.063E+15 kJ
Water Enthalpy Init. (kg/m3) 853 Energi Final Uap = 4.845E+09 kJ
Steam density Final (kg/m3) 2.52 Energi Final Air = 2.601E+14 kJ
Steam Enthalpy Final (kg/m3) 2746.4
Water density Final (kg/m3) 916.2 Energy Total Final = 5.323E+15 kJ
Water Enthalpy Final (kg/m3) 630.8
Rock Porosity (fract, %) = 10.0% Energy Total Max = 2.423E+15 kJ
Temperatur INITIAL (deg-C) = 200
Temperatur FINAL (deg-C) = 150 Energy Recoverable = 6.058E+14 kJ
Water Sat. Init. (fract) = 90%
Water Sat. Fina. (fract) = 30%
RF (fract) = 25%
Elect. Eff. (fract) = 10%
Life Time (years) = 30
POTENSI : 64 MWe