Upload
taupiek-rahman
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/29/2019 Survei Karies Gigi Dan Periodontitis Kedokteran Gigi
1/2
SURVEI KARIES GIGI DAN PERIODONTITIS
Masalah kesehatan adalah masalah paling banyak yang dihadapi oleh lansia. Salah satu masalahkesehatan pada lansia adalah karies gigi dan periodontitis. Brdasarkan Pofil Kesehatan Kota
Semarang Tahun 2001, pola penyakit penderita rawat jalan di Puskesmas pada kelompok umur
lebih dari sama dengan 65 tahun, penyakit gusi dan jaringan periodontal menduduki peringkat ke-
10 dengan jumlah penderita 2178 orang (2,51%), sedangkan karies gigi menduduki peringkat ke-
15 dengan jumlah penderita 1335 orang (1,54%).
Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi aspek epidemiologis karies gigi dan
periodontitis pada lanjut usia di Panti Werdha di Kota Semarang, serta faktor-faktor resikonya.
Jenis penelitian ini adalah explanatory research yang merupakan salah satu metode penelitian
survey. Pendekatan yang digunakan adalah cross sectional. Sampel dihitung dengan teknik
Simple Random Samplingdan diperoleh 70 responden yang dibagi secara proporsional. Data yang
dikumpulkan adalah data primer dan sekunder. Analisa data dilakukan secara deskriptif dan
inferensial. Dalam penelitian ini diperoleh hasil ada hubungan yang bermakna kebersihan
mulut/OHI-S (p=0,032), skor plak (p=0,017), kesukaan makanan/ minuman manis (p=0,0001)
dengan tingkat keparahan karies gigi pada lanjut usia di Panti Werdha di Kota Semarang. Uji
korelasi dengan variabel terikat periodontitis menunjukkan ada hubungan kebersihan mulut/ OHI-
S (p=0,001), skor plak (p=0,003), lama menggosok gigi (p=0,018) dengan tingkat keparahan
periodontitis pada lanjut usia di Panti Werdha di Kota Semarang.
Berdasarkan hal tersebut, perlu diperhatikan pola konsumsi makanan yang tepat bagi lanjut usia,
perlu diberikan informasi secara rutin tentang kebiasaan pemeliharaan gigi dan mulut. Bagi para
lanjut usia, diharapkan untuk meningkatkan kebersihan gigi dan mulut sebagai upaya
menurunkan indeks plak.
http://www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&idx=1153
USU
Hasil studi SKRT 2001 diperoleh prevalensi karies pada penduduk usia 10 tahun ke atassebesar 70% yakni pada usia 12 tahun sebesar 43,9%, usia 15 tahun mencapai 37,4%, usia 18
tahun 51,1%, usia 35-44 tahun 80,1% dan usia 65 tahun ke atas mencapai 96,7%. Susenas
(Survei Kesehatan Nasional, 2001) melaporkan sebesar 1,2% penduduk Indonesia menyatakan
pernah sakit gigi satu bulan yang lalu dan meningkat pada golongan umur yang lebih tinggi, di
mana keluhan tertinggi adalah pada golongan umur 35-39 tahun sebesar 1,8% dan rata-rata lama
terganggunya sekolah, pekerjaan dan aktivitas sehari-hari akibat sakit gigi adalah 4 hari.
10
Hal yang memperihatinkan dalam SKRT 2001 adalah motivasi untuk menambal gigimasih sangat rendah yaitu 4-5%, sementara besarnya kerusakan gigi yang belum ditangani di
mana memerlukan penambalan atau pencabutan mencapai 82,5%, dan diketahui pula bahwa rata-
rata 16 gigi sudah dicabut pada umur 65 tahun ke atas.
10
Selanjutnya pada SKRT 2004 dilaporkan bahwa prevalensi karies telah mencapai 90,05%
yang berarti hampir seluruh penduduk Indonesia menderita karies gigi.
4
7/29/2019 Survei Karies Gigi Dan Periodontitis Kedokteran Gigi
2/2
Hasil survei yang dilakukan oleh Direktorat Kesehatan Gigi tahun 1994-1995 pada anak
usia 12 tahun angka prevalensi karies dan periodontal (penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri yang terakumulasi dalam plak yang menyebabkan gingiva mengalami keradangan/gusi
membengkak dan mudah berdarah) sebesar 74,41% dengan DMF-T rata-rata sebesar 2,50 di
mana angka prevalensi tertinggi terdapat di provinsi Sulawesi Utara yaitu sebesar 96,67% denganDMF-T rata-rata 4,12 sedangkan prevalensi terendah terdapat di provinsi Jawa Tengah yaitu
sebesar 50,67% dengan DMF-T rata-rata 1,27. Di Sumatera Utara angka prevalensi karies yaitusebesar 60,00% dengan DMF-T rata-rata 2,46.
11 Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2000, analisis data prevalensi karies
berdasarkan indeks DMF-T (D=decayed=gigi yang karies, M=missed=gigi yang hilang,
F=filled=gigi yang ditambal, T=teeth=gigi permanen) di beberapa negara adalah sebagai berikut,
negara Amerika 2,05%, negara Afrika 1,54%, negara Asia Tenggara 1,53%, negara Eropa 1,46%
dan negara bagian Barat Pasifik 1,23%.
4,6
Berdasarkan data WHO (2000) yang diperoleh dari enam wilayah WHO (AFRO, AMRO,
EMRO, EURO, SEARO, WPRO) menunjukkan bahwa rata-rata pengalaman karies (DMF-T)
pada anak usia 12 tahun adalah 2,4 artinya setiap anak memiliki gigi dengan tumpatan/tambalan,
tapi ada karies (Jika DMF-T = 0,artinya permukaan gigi sehat/keras. Hal ini diperoleh dari kodepemeriksaan karies dengan indeks WHO). Indonesia sebagai salah satu negara anggota SEARO
(South East Asia Regional Offices) memiliki indeks DMF-T rata-rata 2,2 untuk kelompok usia
yang sama.
4,6Hal ini masih jauh dari target WHO di mana indeks DMF-T pada tahun 2010
adalah 1,0.
7
Di Indonesia, Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1992, dengan
jumlah sampel 65.664 rumah tangga di perkotaan dan pedesaan menunjukkan bahwa persentase
penduduk selama satu bulan, sakit gigi paling tinggi di perkotaan adalah Provinsi Kalimantan
Tengah 7,46% yang paling rendah di Provinsi Sulawesi Utara 1,98% dan di pedesaan paling
tinggi di Kalimantan Timur 7,57% yang paling rendah di Provinsi Nusa Tenggara Barat 1,60%.Kesadaran dan perilaku masyarakat dalam mencari pengobatan masih rendah, dapat diukur
dengan ratio tindakan penambalan berbanding pencabutan di puskesmas adalah 1:4.
8
Menurut SKRT 1995, indeks DMF-T anak umur 12 tahun menunjukkan rata-rata 2,21
dengan angka prevalensi sebesar 76,90%. Hasil SKRT tahun 1997 pada kelompok usia 18 tahun
prevalensi karies masih cukup tinggi yaitu 83,50% dengan DMF-T rata-rata 2,68.9
Universitas Sumatera Utara