28
Daftar Isi Ringkasan…………………………………………………….2 Bab 1. Pendahuluan...…………………...…………………...3 Bab 2. Problematikan wilayah………………………………4 Bab 3. Pelaksanan atau praktek budidaya………………...10 Bab 4. Analisis Usahatani…………………………………...14 Bab 5. Kesimpulan…………………………………………..20 Daftar Pustaka………………………………………..……..21 1

sumedang

Embed Size (px)

DESCRIPTION

paper

Citation preview

Page 1: sumedang

Daftar Isi

Ringkasan…………………………………………………….2

Bab 1. Pendahuluan...…………………...…………………...3

Bab 2. Problematikan wilayah………………………………4

Bab 3. Pelaksanan atau praktek budidaya………………...10

Bab 4. Analisis Usahatani…………………………………...14

Bab 5. Kesimpulan…………………………………………..20

Daftar Pustaka………………………………………..……..21

1

Page 2: sumedang

Ringkasan

Tanaman kedelai merupakan salah satu komoditi palawija yang memiliki peranan penting di

Indonesia. Tanaman kedelai memiliki potensi dan prospek yang baik untuk diusahakan, karena

tanaman ini relatif mudah dibudidayakan. Selain itu permintaan terhadap produksi kedelai terus

meningkat baik untuk kebutuhan pangan maupun untuk industri. Sehingga sangat perlu untuk

dilakukan kajian ekonomi usahatani kedelai. Kajian ekonomi usahatani kedelai ini hanya

difokuskan pada  sistem usahatani kedelai dan analisis ekonomi usahatani kedelai tersebut.

Potensi wilayah pertanian di Kabupaten Sumedang juga sangat memungkinkan untuk

berkembangnya berbagai kegiatan di sektor pertanian, mengingat luas wilayah maupun kondisi

geografis yang tercakup didalamnya relatif cukup menunjang..

Kedelai yang merupakan bahan baku utama untuk pembuatan tahu. Seperti kita ketahui bersama,

daerah Sumedang memiliki beranekaragam makanan khas yang diminati masyarakat lokal,

nasional, bahkan internasional. Produk unggulannya tahu sumedang bahkan sudah menjadi buah

tangan wajib bagi para wisatawan yang berkunjung ke daerah tersebut.

Usahatani kedelai merupakan peluang usaha yang menarik untuk dilakukan baik dari segi teknis

budidaya yang relatif mudah dilakukan, maupun peluang pasar yang masih sangat luas. Secara

ekonomi usahatani kedelai menguntungkan dan sangat layak untuk dilakukan.

2

Page 3: sumedang

Bab 1

Pendahuluan

Latar belakang

Berada di antara dua kota besar yakni Bandung dan Cirebon, ternyata tidak membuat Kabupaten Sumedang kalah bersaing dengan daerah lainnya di Provinsi Jawa Barat. Berbagai macam potensi unggulan pun berhasil disuguhkan masyarakat setempat sehingga perekonomian daerah tersebut semakin hari semakin meningkat pesat.

Memiliki luas wilayah sekitar 1.522,2 km2, secara administratif Kabupaten Sumedang membawahi 26 kecamatan yang di dalamnya terdapat kurang lebih 1.091.674 penduduk, dan jumlahnya setiap tahun mengalami pertumbuhan cukup signifikan. Berbatasan langsung dengan Kabupaten Indramayu di bagian utara, Kabupaten Majalengka di sebelah timur, Kabupaten Garut di bagian selatan, dan Kabupaten Subang di sebelah barat, membuat sebagian besar Kabupaten Sumedang merupakan daerah pegunungan dan sebagian kecil merupakan dataran rendah di bagian utara Sumedang. Kondisi inilah yang menjadikan Kabupaten Sumedang memiliki potensi perekonomian yang tinggi.

Kabupaten Sumedang merupakan salah satu daerah di wilayah Provinsi Jawa Barat yang selama ini mengedepankan sektor pertanian menjadi dasar pembangunan perekonomian daerah di antara sector ekonomi lainnya. Hal ini menjadi alasan bahwa selain konstribusi sektor pertanian masih memegang peranan penting bagi pendapatan daerah, juga sampai saat ini sektor pertanian masih merupakan sumber mata pencaharian utama bagi sebagian besar penduduk Kabupaten Sumedang.

Potensi wilayah pertanian di kabupate sumedang juga sangat memungkinkan untuk berkembangnya berbagai kegiatan di sektor pertanian, mengingat luas wilayah maupun kondisi geografis yang tercakup didalamnya relatif cukup menunjang. Potensi wilayah kabupaten sumedang tidak hanya untuk pertanaman tanamana di lahan basah tetapi juga untuk pertanaman di lahan kering, perkebunan, peternakan serta pengembangan sektor perikanan.

Pengembangan komoditas pada sub sektor tanaman pangan yang dilakukan secara intensif beberapa tahun terakhir, khususnya yang dilakukan pada pertanaman komoditas pertaniajn dilahan kering dibeberapa daerah, diantaranya diarahkan pada program peningkatan produktivitas kedelai. Kedelai yang merupakan bahan baku utama untuk pembuatan tahu. Seperti kita ketahui bersama, daerah Sumedang memiliki beranekaragam makanan khas yang diminati masyarakat lokal, nasional, bahkan internasional. Produk unggulannya tahu sumedang bahkan sudah menjadi buah tangan wajib bagi para wisatawan yang berkunjung ke daerah tersebut.

Berkaitan dengan latar belakang diatas maka kegiatan identifikasi untuk mengetahui potensi wilayah pengembangan pertanian, khususnya dalam pengembangan kedelai di kabupaten Sumedang, menjadi bagian yang sangat penting dalam mendukung perencanaan pembangunan wilayah tersebut.

3

Page 4: sumedang

Bab 2

Problematika Wilayah

Letak Geografis dan Luas Wilayah

Kabupaten Sumedang terletak antara 6º44’-70º83’ Lintang Selatan dan 107º21’-108º21’ Bujur Timur, dengan Luas Wilayah 152.220 Ha yang terdiri dari 26 kecamatan dengan 272 desa dan 7 kelurahan. Kabupaten Sumedang memiliki batas wilayah administratif sebagai berikut :

Sebelah Utara : Kabupaten Indramayu

Sebelah Selatan : Kabupaten Garut

Sebelah Barat : Kabupaten Bandung dan Kabupaten Subang

Sebelah Timur : Kabupaten Majalengka

Kecamatan paling luas wilayahnya adalah Kecamatan Buahdua dan yang paling kecil luas wilayahnya adalah Kecamatan Cisarua.

Rincian Luas Wilayah setiap Kecamatan

1 Jatinangor 2.620 Ha.

2 Cimanggung 4.076 Ha

3 Tanjungsari 3.562 Ha

4 Sukasari 4.712 Ha

5 Pamulihan 5.785 Ha

6 Rancakalong 5.228 Ha

7 Sumedang Selatan 11.737 Ha

8 Sumedang Utara 2.826 Ha

9 Ganeas 2.136 Ha

10 Situraja 5.403 Ha

11 Cisitu 5.331

12 Darmaraja 5.494 Ha

13 Cibugel 4.880 Ha

14 Wado 7.642 Ha

4

Page 5: sumedang

15 Jatinunggal 6.149 Ha

16 Jatigede 11.197 Ha

17 Tomo 6.626 Ha

18 Ujungjaya 8.056 Ha

19 Conggeang 10.531 Ha

20 Paseh 3.437 Ha

21 Cimalaka 4.161

22 Cisarua 1.892 Ha

23 Tanjungkerta 4.014 Ha

24 Tanjungmedar 6.514 Ha

25 Buahdua 13.137 Ha

26 Surian 5.074

Topografi

Kabupaten Sumedang merupakan daerah berbukit dan gunung dengan ketinggian tempat antara 25 m – 1.667 m di atas permukaan laut. Sebagian besar Wilayah Sumedang adalah pegunungan, kecuali di sebagian kecil wilayah utara berupa dataran rendah. Gunung Tampomas (1.667 m), berada di Utara Perkotaan Sumedang.

Kelompok Ketinggian Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumedang

Ketinggian dari Permukaan Laut (m)

1 Jatinangor 500 – 1000 dpl

2 Cimanggung 500-1000 lebih dpl

3 Tanjungsari 500-1000 lebih dpl

4 Sukasari -

5 Pamulihan -

6 Rancakalong 500-1000 lebih dpl

7 Sumedang Selatan 100 – 1000 lebih dpl

8 Sumedang Utara 100-1000 dpl

9 Ganeas -

5

Page 6: sumedang

10 Situraja 100-1000 lebih dpl

11 Cisitu -

12 Darmaraja 100-1000 lebih dpl

13 Cibugel 100-1000 lebih dpl

14 Wado 100 – 1000 lebih dpl

15 Jatinunggal -

16 Jatigede 100-500 dpl

17 Tomo 25 – 500 dpl

18 Ujungjaya 25 – 500 dpl

19 Conggeang – 50-1000 lebih dpl

20 Paseh 500-1000 dpl

21 Cimalaka 500-1000 lebih dpl

22 Cisarua -

23 Tanjungkerta 500-1000 dpl

24 Tanjungmedar -

25 Buahdua 50 – 1000 lebih dpl

26 Surian -

Keterangan : NR = Data tidak tersedia

Sedangkan topografi kemiringan lahan wilayah Kabupaten Sumedang dapat diklasifikasikan atas 5 kelas, yaitu :

0 – 8%, merupakan daerah datar hingga berombak dengan luas area sekitar 12,24%. Kemiringan wilayah dominan di bagian timur laut, barat laut, barat daya serta kawasan perkotaan;

8 – 15%, merupakan daerah berombak sampai bergelombang dengan area sekitar 5,37%. Kemiringan wilayah dominan di bagian tengah ke utara, barat laut dan bagian barat daya;

15 – 25%, merupakan daerah bergelombang sampai berbukit dengan komposisi area mencakup 51,68%. Kemiringan lereng tipe ini paling dominan di Wilayah Kabupaten Sumedang. Persebarannya berada di bagian tengah sampai ke tenggara, bagian selatan sampai barat daya dan bagian barat;

6

Page 7: sumedang

25 – 40%, merupakan daerah berbukit sampai bergunung dengan luas area sekitar 31,58%. Kemiringan lereng tipe ini dominan di wilayah Kabupaten Sumedang bagian tengah, bagian selatan dan bagian timur;

Lebih dari kemiringan 40%, merupakan daerah bergunung dengan luas area mencakup sekitar 11,36%. Kemiringan lereng tipe ini dominan di wilayah Kabupaten Sumedang bagian selatan, bagian timur dan bagian barat daya.

Hidrologi dan Klimatologi

Aspek hidrologi suatu wilayah sangat diperlukan dalam pengendalian dan pengaturan tata air wilayah tersebut, berdasarkan hidrogeologinya, aliran-aliran sungai besar di wilayah Kabupaten Sumedang bersama anak-anak sungainya membentuk pola Daerah Aliran Sungai (DAS) yang dapat digolongkan terdiri 3 DAS dengan 6 Sub DAS yaitu DAS Cimanuk meliputi Sub DAS Cimanuk Hulu, Cipeles, Cimanuk Hilir, Cilutung, DAS Citarum meliputi Sub DAS Citarik serta DAS. Cipunegara meliputi Sub DAS Cikandung.

Secara umum terjadi penurunan kuantitas curah hujan dan jumlah hari hujan dibanding dengan keadaan selama tahun sebelumnya. Dari tabel diketahui rata-rata kuantitas curah hujan tahun 2008 adalah 1.251 mm, mengalami penurunan dibanding Tahun 2007 adalah 2.365 mm, begitu pula dengan jumlah hari hujan, mengalami penurunan yaitu 72 HH

pada Tahun 2008 dari 125 HH pada Tahun 2007. Pada Tahun 2008 jumlah hari hujan terbesar berada di Kecamatan Wado yaitu sebesar 124 hari hujan (HH) dan yang terkecil adalah Kecamatan Cibugel yaitu hanya 34 HH.

Luas dan Sebaran Kawasan Budidaya

Luas lahan yang tidak diusahakan relatif sangat kecil dibandingkan dengan luas lahan yang sudah diusahakan. Hal ini menunjukan bahwa Kabupaten Sumedang memiliki Sumber Daya Alam memadai yang siap diolah. Luas lahan yang berupa sawah sebanyak 21,95%, luas lahan berupa Hutan Negara sebanyak 29,78%, luas lahan berupa tegal / kebun sebanyak 23,04% dan hutan rakyat sebesar 8,96%. Hal ini memperlihatkan bahwa luas wilayah Kabupaten Sumedang untuk kehutanan dan pertanian ternyata lebih dari 50% dari luas wilayah Kabupaten Sumedang.

Kecamatan yang paling luas wilayahnya adalah Kecamatan Buahdua dan yang paling kecil luas wilayahnya adalah kecamatan Cisarua. Topograpi wilayah Kabupaten Sumedang, terlihat bahwa luas lahan yang tidak diusahakan relative sangat kecil dibandingkan dengan luas lahan yang sudah diusahakan. Hal ini menunjukan bahwa Kabupaten Sumedang memiliki Sumber Daya Alam memadai yang siap diolah. Luas lahan yang berupa sawah dan terbesar adalah luas lahan berupa Hutan Negara. Hal ini memperlihatkan bahwa luas wilayah kabupaten Sumedang didominasi oleh kehutanan dan pertanian. Komposisi luas Kabupaten Sumedang menurut jenis kegunaannya. Secara rata – rata modus, tanah di Kabupaten Sumedang berada di jenis tanah Latosol, sisanya di jenis tanah Grumosol ,Andosol dan regosol.

7

Page 8: sumedang

Kondisi pengairan sawah di Kabupaten Sumedang kebanyakan dikategorikan sederhana. Penyebaran sawah berpengairan teknis ternyata tidak merata, luas sawah yang berpengairan teknis terbesar berada di Kecamatan Ujung Jaya dan yang terkecil di Kecamatan Rancakalong dan sisanya belum menggunakan pengairan teknis.

Permasalahan

Para produsen tahu Sumedang mengakui bahwa kualitas kedelai lokal cukup bagus. Kualitas kedelai lokal sebenarnya tidak kalah dengan kedelai impor. Yang menjadi kendala adalah ketersediaannya. Ironis bahwa produksi tahu sumedang mengandalkan 75% pasokan kedelai impor. 25% sisanya baru dipasok kedelai lokal dari Tasikmalaya dan Majalengka. Padahal Kedelai lokal dikatakan lebih halus dan bersih dibandingkan kedelai impor, namun pasokannya tidak memadai. Untuk mendapatkan suplai kedelai lokal, harus mengandalkan pasokan dari wilayah tetangga yaitu Kabupaten Lahat. hal ini merupakan imbas dari pengembangan kedelai kurang mendapat perhatian dari pemerintah pusat. Namun disisi lain, fenomena itu justru merupakan peluang besar untuk meningkatkan masyarakat dari sektor produksi kedelai.

Perubahan besar datang ketika wilaya Sumedang tepatnya Jatinangor dijadikan kawasan pendidikan oleh pemerintah Jawa Barat. UNPAD, IPDN, IKOPIN dan sekarang ITB adalah kampus-kampus yang mendiami kawasan pendidikan Jatinangor, Sumedang. Bersamaan dengan dibangunnya kampus-kampus tersebut, Sumedang juga mengalami perkembangan fisik yang pesat. Dampaknya lahan pertanian Sumedang beralih fungsi menjadi rumah-rumah kost, pertokoan, apartemen ataupun pusat perbelanjaan, akan tetapi, yg paling berpengaruh adalah arus modernisasi kaum urban yg dibawa para pendatang dan kebanyakan adalah mahasiswa. Inilah yang membawa dampak paling signifikan bagi perubahan sosio-kultural masyarakat asli Sumedang. Namun memang, kebanyakan masyarakat disini telah berubah menjadi masyarakat yang lebih urban dibandingkan dengan sebelumnya.

Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan komoditas pertanian unggulan yang berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya lahan secara berkelanjutan adalah belum dipetakannya untuk tingkat kesesuaian lahan yang menunjukkan keunggulan komparatif setiap wilayah sebagai acuan dalam rangka pengembangan pertanian. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan penataan kebijakan pemanfaatan lahan secara konsepsional yang berpijak optimasi pemanfaatan sumberdaya pertanian dan aspek-aspek lainnya yang mendukung dalam konteks pengembangan agribisnis melalui pendekatan wilayah.

Konsepsi dan pengertian komoditas unggulan dapat dipandang dari sisi penawaran (supply side) dan sisi permintaan (demand side). Dari sudut pandang penawaran, komoditas unggulan adalah jenis komoditas yang paling superior dalam pertumbuhannya pada kondisi biofisik, teknologi, dan sosial budaya pelaku usaha pertanian di suatu wilayah tertentu sebagai locational advantages (berdasarkan daya dukung agroekologi). Sedangkan dari sisi permintaan, komoditas unggulan mempunyai keunggulan kompetitif (kelayakan ekonomi) dengan tingkat permintaan yang tinggi baik di pasar dalam negeri maupun luar negeri. Dengan keragaman sumberdaya, pedoagroklimat dan agroekosistem

8

Page 9: sumedang

di wilayah tertentu, maka dapat dikembangkan komoditas pertanian yang mempunyai keunggulan komparatif yang mendukung keunggulan kompetitif.

Tanaman kacang kedelai bantuan bibit dari pemerintah pusat di Kabupaten Sumedang dipastikan tidak akan membuahkan hasil. Tanaman kedelai berusia tanam rata-rata antara dua hingga tiga bulan dalam areal lahan tersebut dipastikan gagal panen karena digasak dan dirusak hama tikus.

Perajin tahu sumedang mengeluh akibat kenaikan harga kacang kedelai impor. Dengan kenaikan harga tersebut, usaha mereka dirasakan semakin berat.

Wilayah pengembangan

Tanaman kedelai ditanam di hampir semua kecamatan yang ada di kabupaten sumedang, namun demikian dalam rangka pengembangan agribisni, wilayah pengembangan kedelai diarahkan ke 3 kecamatan yaitu Ujungjaya, Jatinunggal, Darmaraja.

9

Page 10: sumedang

Bab 3

Pelaksanan atau praktek budidaya

Topograpi wilayah Kabupaten Sumedang, terlihat bahwa luas lahan yang tidak diusahakan relatif sangat kecil dibandingkan dengan luas lahan yang sudah diusahakan. Hal ini menunjukan bahwa Kabupaten Sumedang memiliki Sumber Daya Alam memadai yang siap diolah. Luas lahan secara keseluruhan seluas 152.220 ha, yang terdiri dari lahan sawah seluas 33.277 ha (24 %) dan lahan darat seluas 118.943 ha (76 %). Dari lahan darat sebagian besar merupakan Hutan Negara seluas 42.502 (31%). Hal ini memperlihatkan bahwa luas wilayah kabupaten Sumedang didominasi oleh kehutanan dan pertanian.

Secara rata – rata modus, tanah di Kabupaten Sumedang berada di jenis tanah Latosol, sisanya di jenis tanah Grumosol ,Andosol dan regosol. Disisi lain kedelai dapat tumbuh baik pada berbagai jenis tanah, asal drainase dan aerasi tanah cukup baik. Tanah-tanah yang cocok yaitu: alluvial, regosol, grumosol, latosol dan andosol. Pada tanah-tanah podsolik merah kuning dan tanah yang mengandung banyak pasir kwarsa, pertumbuhan kedelai kurang baik, kecuali bila diberi tambahan pupuk organik atau kompos dalam jumlah cukup. d) Tanah yang baru pertama kali ditanami kedelai, sebelumnya perlu diberi bakteri Rhizobium, kecuali tanah yang sudah pernah ditanami Vigna sinensis (kacang panjang).

Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai menjadi produk komoditas dagangan yang pasokannya di Indonesia sendiri masih belum tercukupi, sehingga beberapa pihak mulai melakukan impor kedelai untuk memenuhi kebutuhan mereka setiap harinya.

Melihat tingginya kegiatan impor kedelai di negara Indonesia, tentunya memberikan sebuah indikator baru bagi kita semua bahwa peluang pasar kedelai sekarang ini masih sangat menjanjikan. Karena itu untuk mendatangkan untung besar setiap bulannya, tidak ada salahnya bila Anda memanfaatkan peluang tersebut untuk mulai memproduksi kedelai dan membudidayakannya untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang masih sangat tinggi.

Pada dasarnya kacang kedelai sudah dikenal masyarakat Indonesia sejak puluhan tahun silam. Biasanya sumber protein nabati ini diolah masyarakat menjadi makanan ataupun minuman pokok sehari-hari, ataupun untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri. Misalnya saja seperti kebutuhan industri kuliner, sebut saja pada proses pembuatan tempe, kecap, tahu, tauco, tauge, dan pembuatan susu kedelai, atau pada industri non makanan contohnya untuk pembuatan kertas, cat air, tinta cetak, minyak kedelai, industri farmasi dan industri peternakan yang membutuhkan daun dan batang tanaman kedelai untuk pakan ternak maupun pembuatan pupuk kompos.

10

Page 11: sumedang

Budidaya kedelai

Kacang kedelai merupakan salah satu tanaman semak yang tumbuh dengan tegak. Kedelai pada mulanya tumbuh liar dan dikenal dengan istilah Glycine Ururiencis. Kedelai liar ini merupakan idukan dari semua kedelai yang kita kenal saat ini yakni Glycine Max L Merril. Kabarnya, kedelai berasal dari tanah Cina Utara dan mulai masuk ke Indonesia pada abad ke-17. Saat ini kedelai telah menjadi salah satu komoditi penting di dunia. Biasanya ia dikonsumsi setelah diolah terlebih dahulu. Secara garis besar ada dua produk olahan kacang kedelai yakni olahan dalam bentuk protein kedelai dan juga olahan dalam bentuk minyak kedelai. Konsumsi kedelai sangat baik bagi kesehatan, oleh sebab itu konsumsinya termasuk tinggi. Melihat peluang tersebut, tidak mengherankan jika banyak petani yang melirik budidaya kacang kedelai

Persayaratan Tumbuh Kedelai

Sebelum memulai usaha budidaya kacang kedelai, tentunya harus memahami syarat tumbuh tanaman polong-polongan tersebut. Adapun persyaratan yang perlu dipenuhi antara lain: 

iklim

Kedelai merupakan tanaman yang menyukai wilayah tropis pun subtropics. Ia sama seperti tanaman jagung. Bahkan dalam kondisi tertentu, ketahanan kacang kedelai jauh lebih tinggi ketimbang jagung. Kedelai menyukai tanah yang kering ketimbang lembab. Selain itu, kedelai juga tumbuh optimal di tempat dengan tingkat curah hujan 100 sampai 400 mm per bulannya. Sementara itu suhu yanh paling baik adalah 21 sampai 34 derajat Celsius. 

Media tanam

Kedelai menyukai tanah yang tidak lembab namun cukup air. Kabar baiknya, tanaman ini tidak “rewel” soal jenis tanah yang cocok. Ia bisa tumbuh bahkan di lahan yang kurang subur sekalipun. Yang Paling penting adalah tanah tersebut tidak lembab dan air tidak menggenang. Meski demikian, untuk hasil paling optimal bisa menanam kedelai di tanah jenis alluvial, regosol, grumoso, lantosol juga andosol. Tingkat keasaman tanah sebaiknya berkisar di angka 5,8 sampai 7,0. Apabila kurang dari 5,5 maka pertumbuhan kacang kedelai akan lambat. Dalam budidaya kacang kedelai, sebaiknya Anda memilih medium tanam yang datar. Kalaupun tanahnya landai, Anda harus membutkan terasering. 

Ketinggian tempat

11

Page 12: sumedang

 Kacang kedelai dengan ukuran kecil sangat baik ditanam di lahan pada ketinggian 0,5 sampai 300 meter di atas permukaan laut. Sementara itu, kacang kedelai dengan ukuran biji lebih besar jauh lebih baik ditanam di ketinggian mulai dari 300 sampai 500 meter di atas permukaan laut. 

Pedoman Budidaya Kacang Kedelai

Untuk hasil panen yang lebih baik, bibit yang digunakan dalam budidaya kacang kedelai sebaiknya bibit yang berkualitas. harus memenuhi unsur-unsur seperti: 

1. Memiliki daya tumbuh yang jauh lebih baik.

2. Tidak tercemar dengan varietas lainnya.

3. Bersih dari kotoran apapun.

4. Memiliki ukuran yang seragam.

5. Merupakan varietas yang unggul dengan tingkatan prosuksi yang tinggi.

6. Dikenal kuat terhadap serangan hama juga penyakit.

Setelah diperoleh benih yang unggul, langkah selanjutnya adalah menyiapkan benih atau bibit. Sebelum ditanam, bibit kacang kedelai harus dicampur dengan legin terlebih dahulu. Legin adalah inokulum buatan bakteri. Bakteri ini akan hidup di bagian bintil akar dan sangat baik membantu kedelai mengikat unsur N dari udara kelak. Setelah pemberian legin, benih kacang kedelai disemaikan beberapa waktu. Setelah itu baru dipindahkan ke lahan tanam yang sebenarnya. 

Setelah ditanam, sama seperti tanaman lainnya, dalam budidaya kacang kedelai diperlukan proses pemeliharaan yang meliputi penjarangan juga penyulaman,

12

Page 13: sumedang

penyiangan, pembumbunan, pemupukan, pengairan juga penyiraman, pemberian pupuk, penyemprotan pestisida, dan penentasan hama juga penyakit jika ia menyerang kacang kedelai. Adapun hama yang sering menghantui para petani kacang kedelai adalah Aphsis SPP, Melano Agromyza Phaseoli, Kumbang Daun tembukur, Cantalan, Ulat Polong, Kepala Polong, Kepik Hijau atau Nezara Viridula, juga ulat grayak. Sementara itu penyakit yang sering menyerang adalah penyakit layu lakteri, penyakit layu akibat jamur tanah, penyakit lapu, penyakit karat, penyakit anthracnose dan masih banyak lagi lainnya.

13

Page 14: sumedang

Bab 4

Analisis Usahatani

Secara konsepsional sistem agribisnis kedelai merupakan keseluruhan aktivitas yang

saling berkaitan mulai dari pembuatan dan pengadaan sarana produksi pertanian hingga

pemasaran hasil kedelai, baik hasil usahatani maupun hasil olahannya.  Menurut Gumbira-Sa’id

dan Intan (2001) sistem agribisnis terdiri dari subsistem pengadaan dan penyaluran sarana

produksi, subsistem produksi primer, subsistem pengolahan, subsistem pemasaran dan lembaga

penunjang.

Kaitan antara satu subsistem dengan subsistem lainnya sangat erat dan penting, sehingga

gangguan pada salah satu subsistem dapat menyebabkan keseluruhan sistem itu terganggu. Peran

lembaga penunjang dalam sistem agribisni sangat penting dalam membatu memperkuat sistem

agribisnis. Lembaga penunjang ini kebanyakan berada di luar sektor pertanian seperti

pertanahan, kauangan, penelitian dan lain-lain.

Agribisnis kedelai meliputi kegiatan setiap subsistem agribisnis yang saling berkaitan.

Kegiatan subsistem pembuatan, pengadaan dan penyaluran sarana produksi pertanian.  Pada

subsistem ini di daerah penelitian pelayanan penyediaan sarana produksi pada umumnya lancar.

Sarana produksi yang diperlukan pada agribisnis kedelai ini meliputi benih kedelai, pupuk,

pestisida, alat-alat pertanian dan lain-lain.  Benih kedelai yang dipakai adalah benih kedelai

unggul yang diproduksi oleh pemerintah, diantaranya varietas wilis dan lokon, harga benih

kedelai masih cukup mahal, oleh sebab itu sebagian petani masih ada yang menggunakan benih

lokal dari hasil panen. Pupuk, pestisida dan alat-alat pertanian diproduksi oleh perusahaan

kecuali pupuk organik. Sarana produksi pertanian ini diperoleh petani dengan sistem pembelian

atau dengan bantuan dalam bentuk kemitraan.

Subsistem produksi dalam usahatani kedelai di daerah penelitian meliputi kegiatan

pemilihan benih kedelai, penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan tanaman dan panen. Dalam

agribisnis kedelai benih yang digunakan petani pada umumnya menggunakan bibit unggul,

Kegiatan penyiapan lahan tanam kedelai dapat dilakukan dengan tiga cara yatiu Tanpa Olah

Tanah (TOT) atau zero tillage yang dipraktekkan pada bekas lahan panen padi, pengolahan tanah

minimum (minimum tillage) dipraktekkan pada tanah-tanah berpasir atau tanah-tanah ringan dan

pengolahan tanah maksimum (maximum tillage) dipraktekkan pada tanah-tanah berat seperti

tanah latosol, PMK, dan grumosol. Pengolahan tanah biasanya dilakukan pada awal musim

14

Page 15: sumedang

kemarau yaitu diperkirakan 15 hari sebelum tanam. Kegiatan penanaman kedelai pada umumnya

dilakukan pada musim kering, tetapi keadaan pengairan yang cukup, meskipun demikian

kadang-kadang penanaman kedelai juga dilakukan pada musim hujan dan biasanya mengalami

banyak hambatan diantaranya terlalu jenuh oleh air, mudah terserang penyakit tanaman dan

produksinya cenderung menurun. Kegiatan pemeliharaan tanaman dilakukan oleh petani kedelai

meliputi penyulaman yaitu mengganti benih yang tidak tumbuh, mati atau tumbuh tidak normal.

Kegiatan pengairan yaitu memberikan air yang cukup untuk lahan tanaman kedelai terutama

pada saat pertumbuhan vegetatif. Penjarangan tanaman dilakukan dengan cara mencabut

tanaman kedelai yang tidak diperlukan, sehingga di dalam lubang tanam hanya tersisa  dua

tanaman saja. Kegiatan penyiangan dan pembumbunan dilakukan dengan cara membuang

tanaman-tanaman liar atau gulma serta menimbun pangkal batang tanaman. Kegiatan

pemupukan pada tanaman kedelai dilakukan apabila tanah kurang subur atau pertumbuhan

tanaman yang kurang normal dengan dosis pupuk yang dianjurkan. Pada petani kecil kegiatan

pemupukan ini tidak sepenuhnya dilakukan demikian karena keterbatasan modal usaha yang

dimiliki oleh petani. Kegiatan pengendalian hama dan penyakit tanaman kedelai dilakukan

dengan sistem pengendalian hama dan penyakit terpadu yaitu dengan menggabungkan

pengendalian fisik dan mekanis, kultur teknis, biologis dan kimiawi dalam waktu bersamaan

ataupun tidak bersamaan untuk menekan populasi hama dan penyakit tanaman atau tingkat

kerusakan tanaman di bawah ambang ekonomi. Pengendalian hama dan penyakit tanaman

kedelai ini dilakukan dengan dua pendekatan yaitu poreventif yaitu tindakan pencegahan

gangguan hama dan penyakit dan curatif yaitu tidakan pemberantasan hama dan penyakit

tanaman (eradikatif) hal ini dilakukan apabila serangan hama dan penyakit tersebut telah

menimbulkan kerusakan mencapai batas ambang ekonomi. Kegiatan panen tanaman kedelai

biasanya dilakukan dengan cara manual yaitu dengan memotong batang kedelai dengan

menggunakan sabit.

Kegiatan pada subsistem pengolahan hasil panen kedelai di daerah penelitian pada

tingkat petani pada umumnya baru sampai pada perontokan dan pengeringan. Untuk tingkat

pengolahan lanjutan dilakukan pada tingkat pedagang atau perusahaan, sehingga nilai tambah

yang besar biasanya berada pada tingkat ini.

Hasil kedelai di daerah penelitian selain dikonsumsi langsung sebagai bahan makanan

juga digunakan sebagai bahan baku industri seperti industri pangan, minuman, pakan dan

industri lainnya. Kegiatan subsistem pemasaran kedelai melalui pola pemasaran kedelai yang

beragam, biasanya pemasaran kedelai dilakukan secara langsung atau melalui pedagang

pengumpul atau bandar.

15

Page 16: sumedang

Kelembagaan pendukung agribisnis kedelai di daerah penelitian pada umumnya adalah

lembaga di tingkat petani dan lembaga di luar petani.  Lembaga ditingkat petani terdiri dari

kelompok tani dan koperasi, peran lembaga ini terutama dalam sistem produksi atau usahatani

dan penyaluran sarana produksi pertanian. Lembaga di luar petani seperti pemerintah, lembaga

keuangan, perusahaan dan lain-lain, peran lembaga ini antara lain membantu dalam penyaluran

sarana produksi pertanian, permodalan, pembinaan, pemasaran dan lain-lain. Di lokasi penelitian

petani telah memanfaatan lembaga-lembaga pendukung agribisnis kedelai tersebut pada

umumnya yang dilakukan dengan sistem perdagangan dan kerjasama yang melibatkan lembaga-

lembaga tersebut.

Biaya Produksi dan Pendapatan Usahatani Kedelai Setiap Musim Tanam

Biaya produksi usahatani kedelai terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap (variabel).

Sedangkan pendapatan usahatani kedelai merupakan selisih dari total penerimaaan usahatani

kedelai dan total biaya produksi. Penerimaan (revenue) usahatani kedelai merupakan nilai dari

seluruh produksi kedelai berdasarkan harga yang berlaku pada saaat penelitian. Produksi rata-

rata usahatani kedelai adalah 1.325 kg/ha, harga produk yang berlaku adalah Rp 2.000,00/kg.

Rekapitulasi hasil analisis usahatani kedelai dalam satu musim tanam setiap hektar dapat

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Analisis Usahatani Kedelai Per Hektar Per Musim Tanam di

Kabupaten Sumedang

No. Uraian Jumlah (Rp)

1. 2.

3.

4.

 

 

Biaya tetap Biaya variabel

Total biaya produksi

Penerimaan

(Produksi 1.325 kg, harga Rp2.000,00/kg)

Pendapatan kotor (sebelum pajak)

412.472,50 1.400.525,00

1.812.997,50

2.650.000,00

 

 

16

Page 17: sumedang

5.

6.

7.

Pajak penghasilan (15%)

Pendapatan bersih

837.002,50

125.550,38

711.452,12

8. 9.

10.

R/C = 1,46 BEP = 906,50 kg per ha atau 0,68 Ha

ROI = 39,24 %

Berdasarkan Tabel 1 tersebut dapat dilihat bahwa usahatani kedelai masih

menguntungkan yaitu dengan keuntungan bersih Rp 711.452,12/ha/mt. Selain tiu penerimaan

usahatani sebesar 1,46 kali jumlah biaya yang dikeluarkan dan tingkat pengembalian modal atau

tingkat keuntungan yang dicapai 39,24 % yang jauh lebih besar dari bunga pinjaman bank 24 %.

Skala usahatani tanaman kedelai yang merupakan jumlah produksi atau luas lahan yang

terkecil yang harus diupayakan oleh petani dalam berusahatani kedelai supaya usahatani tersebut

tidak mengalami kerugian, tidaklah terlalu luas, hal ini ditunjukkan oleh besarnyaBreak Event

Point (BEP). Berdasarkan hasil analisis BEP, agar pengusaha atau petani tidak mengalami

kerugian dalam berusahatani kedelai, produksi terendah 906,50 kg/ha atau luas lahan minimal

yang harus digunakan adalah 0,68 ha dengan produktivitas 1.325 kg/ha.

Investasi, Biaya operasional dan Pendapatan Usahatani Kedelai

Pendekatan lamanya waktu investasi pada usahatani kedelai didasarkan pada umur

ekonomis pemakaian hand sprayer yaitu selama lima tahun. Setiap tahun dilakukan tiga kali

musim tanam.

Biaya investasi terdiri dari penyewaan lahan seluas satu ha selama lima tahun yaitu Rp

7.000.000,00,  pembelian alat-alat pertanian pada tahun pertama Rp 391.000,00, biaya

penggantian alat diperhitungkan setiap tahun. Sedangkan biaya operasional diperhitungkan setiap

tahun. Rekapitulasi arus rugi laba usahatani kedelai selama lima tahun dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rekapitulasi Arus Rugi Laba Usahatani Kedelai selama lima Tahun di Kabupaten

Sumedang

17

Page 18: sumedang

Berdasarkan Tabel 2. tersebut dapat dilihat bahwa pada tahun pertama perusahaan mengalami

kerugian Rp 6.129.890,00. Sejak tahun ke 2 hingga tahun ke 5 perusahaan mengalami

keuntungan cukup besar yaitu rata-rata Rp 2.535.571,13/th. Hal ini wajar karena pada tahun

pertama perusahaan harus mengeluarkan biaya investasi yang berupa menyewa lahan dan

membeli peralatan sehingga memembutuhkan biaya yang besar.

Kelayakan Usahatani Kedelai

18

No. Uraian Tahun Ke 1 Tahun ke 2 Tahun ke 3 T ahun ke 4 Tahun ke 51. 2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

Biaya investasi Biaya operasional

Total biaya

Penerimaan

Keuntungan sebelum bunga

Bunga bank (24%/th)

Keuntungan sebelum pajak

Pajak penghasilan 15%

Keuntungan bersih

Keuntungan kumulatif

7.391.000,00 3.963.750,00

11.354.750,00

7.950.000,00

-3.404.750,00

2.725.140,00

-6.129.890,00

0,00

-6.129.890,00

-6.129.890,00

5.500,00 3.963.750,00

3.969.250,00

7.950.000,00

3.980.750,00

952.620,00

3.028.130,00

454.219,50

2.573.910,50

3.555.979,50

60.500,00 3.963.750,00

4.024.250,00

7.950.000,00

3.925.750,00

965.820,00

2.959.930,00

443.989,50

2.515.940,50

5.089,851,00

61.000,00 3.963.750,00

4.024.750

7.950.000,00

3.925.250,00

965.940,00

2.959.310,00

443.896,50

2.515.413,00

5.031.354,00

40.500,00 3.963.750,00

4.004.250,00

7.950.000,00

3.945.750,00

961.020,00

2.984.730,00

447.709,50

2.537.020,50

5.052.434,00

Page 19: sumedang

Kelayakan usahatani kedelai didasarkan atas kriteria kelayakan investasi. Hasil analisis

berdasarkan perhitungan diskonto dan analisis sensitifitas dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kriteria Investasi Usahatani Kedelai

No. Uraian NVP (24%) Net B/C IRR1. 2.

3.

4.

Keadaan normal Biaya naik 20%

Pendapatan turun 10%

Produksi mulur 1 tahun

4.908.380,02 1.524.894,81

-657.685,81

-4.886.395,52

2,79 1,33

0,88

0,56

73,82 63,76

18,05

-7,75

Berdasarkan Tabel 3 tersebut dapat dilihat bahwa dalam keadaan normal (sesuai dengan yang

diproyeksikan) NPV  positif Rp 4.908.380,02, Net B/C = 2,78 dan IRR = 73,82% yang jauh di

atas persentase bunga pinjaman (24% per tahun). Hal ini memberikan arti bahwa proyek ini

sangat layak untuk dilaksanakan.

Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa proyek ini sangat sensitif terhadap pendapatan

turun 10% dan produksi mulur satu tahun. Keadaan ini terlihat bahwa NPV negatif, net B/C < 1,

dan IRR < 24 % atau lebih kecil dari persentase bunga pinjaman (24 % per tahun).

19

Page 20: sumedang

Bab 5

Kesimpulan

Potensi wilayah pertanian di kabupate sumedang juga sangat memungkinkan untuk berkembangnya berbagai kegiatan di sektor pertanian, mengingat luas wilayah maupun kondisi geografis yang tercakup didalamnya relatif cukup menunjang.

Kedelai yang merupakan bahan baku utama untuk pembuatan tahu. Seperti kita ketahui bersama, daerah Sumedang memiliki beranekaragam makanan khas yang diminati masyarakat lokal, nasional, bahkan internasional. Produk unggulannya tahu sumedang bahkan sudah menjadi buah tangan wajib bagi para wisatawan yang berkunjung ke daerah tersebut

Usahatani kedelai merupakan peluang usaha yang menarik untuk dilakukan baik dari segi teknis budidaya yang relatif mudah dilakukan, maupun peluang pasar yang masih sangat luas.

Usahatani kedelai masih menguntungkan. Usahatani kedelai sangat layak untuk dilakukan.

20

Page 21: sumedang

DAFTAR PUSTAKA

Cahyadi, W. 2009. Kedelai, Khasiat dan teknologi. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Choliq, A., R.A.R. Wirasasmita dan S. Hasan. 1997. Evaluasi Proyek. PT. Pionir Jaya. Bandung.

Departemen Pertanian, 1983. Pedoman Bercocok Tanam Padi, Palawija, Sayur-Sayuran. Satuan Pengendali BIMAS. Jakarta.

Hernanto, F. 1988. Ilmu Usahatani. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

Rukmana, R. dan Y. Yuniarsih. 1996. Kedelai, Budidaya dan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta.

Gumbira-Sa’id, E. dan A.H. Intan. 2001. Manajemen Agribisnis. PT. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Singarimbun, M. dan S. Effendi. 1984. Metode Penelitian Survei. PT. LP3ES. Jakarta.

Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

21