17
Ke lom p ok 6 Me ydi za f a h r e f i 0 9 110 1 3 0 9 0  Y en i suw it a 0911013100 Shintia rineldi 0911013103 Mutia r a hm atul a z iz a h 0 91 10 1311 6  Y es i g usne lt i 091101315

Sulfaguanidin

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Deskripsi sulfaguanidin beserta analisisnya

Citation preview

  • Kelompok 6Meydiza fahrefi 0911013090Yeni suwita 0911013100Shintia rineldi 0911013103Mutia rahmatul azizah 0911013116Yesi gusnelti 0911013152

  • Serbuk kristal putih atau hampir putih, sukar larut dalam air dan alkohol, sukar larut juga dalam aceton, dan praktis tidak larut dalam diklorometana.Akan menjadi larutan dalam larutan mineral dan lindungi dari cahaya.

  • Sulfaguanidin adalah salah satu turunan sulfonamida. Dan merupakan sulfonamida pertama yang dirancang untuk mengobati infeksi enterik.

    Struktur :

  • Sulfaguanidine mirip dengan sulfametoxazole yang merupakan turunan sulfonamid juga.

    Biasanya dikombinasikan dengan obat lain dalam pengobatan untuk infeksi gastrointestinal. Dan juga digunakan secara lokal untuk tenggorokan dan kulit.

    Sulfaguanidinie digunakan untuk pengobatan penyakit Disentri Basiler. Akan tetapi, sekarang dikarenakan sulfaguanidine tidak larut dan sulit diabsorbsi sulfaguanidine tidak dipakai lagi (Martindale 36th)

  • Disentri merupakan peradangan pada usus besar. Gejala penyakit ini ditandai dengan sakit perut dan buang air besar encer secara terus-menerus (diare) yang bercampur lendir, nanah, dan darah. Berdasarkan penyebabnya disentri dapat dibedakan menjadi dua, yaitu disentri amuba dan disentri basiler. Disentri amuba disebabkan oleh infeksi parasit Entamoeba histolytica dan disentri basiler disebabkan oleh infeksi bakteri Shigella.Bakteri tersebut dapat tersebar dan menular melalui makanan dan air yang sudah terkontaminasi kotoran dan bakteri yang dibawa oleh lalat.

  • Infeksi bakteri golongan Shigella yang menjadi penyebab disentri basiler Shigellosis adalah endemik di seluruh dunia di mana dia bertanggung jawab untuk sekitar 120 juta kasus disentri yang parah dengan darah dan lendir dalam tinja, mayoritas terjadi di Negara berkembang dan melibatkan anak- anak kurang dari lima tahun. Sekitar 1,1 juta orang diperkirakan meninggal akibat infeksi Shigella setiap tahun, dengan 60% dari kematian yang terjadi pada anak di bawah usia 5 tahun.

  • Selama survei dari 600.000 orang dari segala usia di Bangladesh, Cina, Pakistan, Indonesia, Vietnam dan Thailand, Shigellas terisolasi di 5% dari episode diare 60 000 terdeteksi antara 2000 dan 2004 dan sebagian besar isolat bakteri resisten terhadap amoksisilin dan kotrimoksazol 3. Demikian pula, selama penelitian surveilans 36- bulan di sebuah distrik pedesaan di Thailand, di mana kejadian Shigellosis diukur untuk 4/1000/ year dalam waktu kurang dari 5 tahun usia, 95% dari S sonnei dan flexneri S isolat resisten terhadap tetrasiklin dan kotrimoksazol, dan 90% dari isolat S flexneri juga resisten terhadap ampisilin dan kloramfenikol .

    Temuan serupa dibuat di Jakarta Utara, Indonesia, dimana sebuah penelitian surveilans yang dilakukan antara Agustus 2001 dan Juli 2003 menemukan bahwa anak usia 1 sampai 2 tahun memiliki insiden tinggi Shigellosis (32/1000/year) dengan 73% sampai 95% dari isolate resisten terhadap ampisilin, trimetoprim-sulfametoksazol, kloramfenikol dan tetrasiklin .

  • Disenteri basiler terutama didapatkan di daerah di mana keadaan kesehatan lingkungan adalah buruk, sehingga terjadi pencemaran makanan dan air minum dengan tinja penderita. Carrier tidak jarang juga dijumpai, terutama di daerah di mana banyak terdapat penderita. Penyebaran dan penularan penyakit terutama terjadi akibat pencemran makanan oleh pembuat makanan, penularan kuman oleh lalat rumah dan pencemaran air minum dengan tinja penderita.

  • Organisme penyebab disentri basiler ini mudah terbunuh oleh bahan kimia dan sinar matahari langsung. Meskipun demikian ia dapat tetap bertahan hidup untuk beberapa waktu lamanya bila berada di dalam air, es dan cairan lendir tinja penderita.

  • AgentDisentri basiler disebabkan oleh Shigella spp .Shigella adalah binatang tidak bergerak, gram negatif, bersifat fakultatif anaerobik yang dengan beberapa kekecualian tidak meragikan laktosa tetapi meragikan karbohidrat yang lainnya, menghasilkan asam tetapi tidak menghasilkan gas . Ada empat spesies Shigella, yaitu Shigella flexneri, Shigella dysentriae, Shigella boydii dan Shigella sonnei. Pada umumnya S. flexneri, S.Boydii dan S. dysentriae paling banyak ditemukan di negara berkembang seperti Indonesia 6. Sebaliknya S. sonnei paling sering ditemukan dan S. dysentriae paling sedikit ditemukan di negara maju.

  • 2. HostShigelloides terdapat di mana-rnana tapi yang terbanyak terdapat di negara dengan tingkat kesehatan perorangan yang sangat buruk . Manusia sendiri merupakan sumber penularan dan hospes alami dari penyakit ini, yang cara penularannya adalah secara oro- faecal.

    3. EnvironmentDisentri basiler ini umumnya terjadi ditempat-tempat dimana sanitasi lingkungan dan kebersihan perorangan rendah seperti di penjara, tempat penitipan anak, panti asuhan, rumah sakit jiwa dan pada tempat pengungsi yang padat . Shigellosis endemis pada daerah iklim tropis maupun iklim sedang, kasus-kasus yang dilaporkan hanyalah sebagian kecil saja dari kasus, yang sebenarnya terjadi

  • Penyebarannya dapat terjadi melalui kontaminasi makanan atau minuman dengan kontak langsung atau melalui vector, misalnya lalat. Namun factor utama dari disentri basiler ini adalah melalui tangan yang tidak dicuci sehabis buang air besar.

  • 1. Masa Inkubasi dan Klinis Setelah masa inkubasi yang pendek (1-3 hari) secara mendadak timbul nyeri perut, demam, dan tinja encer. Tinja yang encer tersebut berhubungan dengan kerja eksotoksin dalam usus halus5 . Secara klasik, Shigellosis timbul dengan gejala adanya nyeri abdomen, demam, BAB berdarah, dan feses berlendir7 . Gejala awal terdiri dari demam, nyeri abdomen, dan diare cair tanpa darah, kemudian feses berdarah setelah 3 5 hari kemudian 7. Lamanya gejala rata-rata pada orang dewasa adalah 7 hari, pada kasus yang lebih parah menetap selama 3 4 minggu. Shigellosis kronis dapat menyerupai kolitis ulseratif, dan status karier kronis dapat terjadi.

  • 2. Masa Laten dan Periode InfeksiSetelah timbul gejala,sehari atau beberapa hari kemudian, karena infeksi meliputi ileum dan kolon, maka jumlah tinja meningkat, tinja kurang encer tapi sering mengandung lendir dan darah. Tiap gerakan usus disertai dengan mengedan dan tenesmus (spasmus rektum), yang menyebabkan nyeri perut bagian bawah . Demam dan diare sembuh secara spontan dalam 2-5 hari pada lebih dari setengah kasus dewasa. Namun, pada anak-anak dan orang tua, kehilangan air dan elektrolit dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis, dan bahkan kematian. Kebanyakan orang pada penyembuhan mengeluarkan kuman disentri untuk waktu yang singkat, tetapi beberapa diantaranya tetap menjadi pembawa kuman usus menahun dan dapat mengalami serangan penyakit berulang-ulang . Pada penyembuhan infeksi, kebanyakan orang membentuk antibody terhadap Shigella dalam darahnya, tetapi antibodi ini tidak melindungi terhadap reinfeksi .

  • Dalam usaha mencegah penyakit ini, isolasi penderita penting sekali. Selain itu sterilisasi alat tidur, pakaian dan benda-benda lain yang telah dipergunakan oleh penderita harus dilakukan. Juga desinfeksi tionja penderita tidak boleh dilupakan.Pengawasan terhadap pembuat makanan terutama dalam hal pembuatan es yang menggunakan air yang tidak dimasak atau diobati lebih dahulu harus dilakukan dengan ketat.

  • Di daerah-daerah di mana air minum atau sumber air diragukan keamanannya, maka air minum dimasak lebih dahulu

  • Sulfaguanidin diberikan sebanyak 5 gm setiap jam sehingga dosis seluruhnya adalah 20 gram sehari. Obat ini tidak boleh diberikan lebih dari 10 hari.