Upload
fita-candra
View
18
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Sukses Menjadi Pembelajar Mandiri
Sebagian orang mengira bahwa belajar mandiri adalah kegiatan
pembelajaran yang dilakukan sendiri. Salah pengertian ini dapat mengacaukan
makna dari belajar mandiri itu sendiri. Belajar mandiri dapat belajar dengan orang
lain, salah satu contohnya adalah diskusi atau pun belajar kelompok. Hal ini
dikarenakan dengan adanya interaksi dengan orang lain maka pembelajar akan
lebih termotivasi untuk saling belajar dari informasi yang telah didapat. Selain itu
dengan belajar kelompok juga dapat saling melengkapi materi yang dibutuhkan.
Belajar mandiri juga memudahkan pembelajar untuk belajar sesuai dengan
gaya belajarnya. Sehingga ini akan memudahkannya untuk menyusun strategi
belajar. Strategi belajar ini diperlukan untuk memudahkan meraih tujuan belajar.
Sebagai contoh, pembelajar yang mempunyai gaya belajar tipe audiotori maka
akan memilih strategi belajar dengan mendengarkan musik saat ia belajar. Strategi
setiap pembelajar akan berbeda-beda karena mempunyai gaya belajar yang
berbeda pula.
Belajar mandiri pun bila dilakukan dengan aktif maka akan menjadi
belajar yang efektif. Aktif yang dimaksud disini adalah pembelajar mempunyai
inisiatif untuk menambah informasi. Pembelajar dapat menggunakan media-media
belajar untuk memaksimalkan mencari informasi. Pembelajar dapat mencari
informasi-informasi dari buku referensi atau pun dari internet.
Selain itu agar menjadi pembelajar mandiri, pembelajar juga harus dapat
mengevaluasi kegiatan belajar yang telah ia lakukan. Hal ini perlu dilakukan
untuk mengetahui apakah cara dan strategi pembelajar telah sesuai dan benar
untuk dirinya. Evaluasi menjadi sangat penting karena kita akan mengetahui cara
belajar yang sesuai dengan kita. Sehingga dapat merencanakan strategi belajar
yang jitu. Cara belajar dan strategi yang akan digunakan diputuskan oleh
pembelajar itu sendiri. Hal inilah yang akan menentukan kesuksesan kita dalam
belajar.
Kesuksesan adalah salah satu tujuan kita hidup di dunia. Agar kita dapat
meraih kesuksesan tersebut, kita harus dapat menjadi pembelajar mandiri yang
dapat belajar seumur hidup. Menurut Mashudi (2008) konsep belajar mandiri itu
sendiri bukan berarti belajar sendiri. Salah pengertian tersebut terjadi karena pada
umumnya mereka yang belajar di sekolah yang gurunya tidak hadir cenderung
untuk belajar sendiri tanpa guru, tutor atau teman sekolah. Akan tetapi siswa lebih
suka belajar karena ada guru dan kalau tidak ada gurunya, maka aktivitas belajar
berhenti. Belajar mandiri menurut Mujiman (2009) adalah motif untuk menambah
kompetensi yang ada pada diri kita sehingga ada suatu belajar yang aktif.
Belajar mandiri yang kita lakukan akan membantu untuk mencapai tujuan
belajar. Sebaiknya kita mempunyai beberapa tujuan dalam belajar mandiri. Salah
satunya adalah tujuan utama. Untuk mencapai tujuan utama itu kita harus
melewati tujuan-tujuan antara dan juga tujuan akhir yang akan membawa kita
menuju ke tujuan utama. Sebagai contoh, tujuan utama seseorang adalah ingin
menyelesaikan Strata 1 dengan indeks prestasi yang memuaskan. Maka untuk
mencapai tujuan utama itu ia harus menjangkau tujuan antara yang ada, yaitu
ujian-ujian semester/blok yang ia lewati harus mendapatkan nilai yang
memuaskan. Setelah mendapatkan nilai-nilai semester/blok yang ada dengan
memuaskan maka ia harus mempunyai tujuan akhir, dalam hal ini adalah
menyelesaikan skripsi. Setelah menyelesaikan skripsi dengan baik maka tujuan
utama akan tercapai yaitu mendapatkan Strata 1 dengan memuaskan.
Belajar mandiri itu sendiri membutuhkan segala hal yang mendukung.
Karena belajar mandiri tidak sekedar mendengarkan dan membaca tetapi juga
melakukan perbuatan nyata. Hal ini dilakukan agar belajar mandiri lebih efektif.
Berdasarkan hal yang mendukung antara lain adalah motivasi belajar, media
belajar, tujuan belajar, sumber belajar, dan strategi belajar.
Menurut Hamalik (dalam Kurniawan, 2009), motivasi adalah munculnya
perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan sehingga menghasilkan suatu
perubahan energi untuk melakukan kegiatan nyata. Motivasi belajar dapat dibagi
menjadi dua berdasarkan asalnya, yaitu motivasi internal dan motivasi eksternal.
Motivasi internal adalah dorongan yang timbul dari diri pembelajar itu sendiri.
Motivasi internal ini merupakan kesadaran akan belajar dengan sungguh-sungguh.
Sedangkan motivasi eksternal adalah dorongan yang timbul dari luar pembelajar.
Ini dapat berupa keinginan membahagiakan seseorang atau pun keinginan
mendapatkan sesuatu. Tak dipungkiri motivasi internal sangat diperlukan untuk
melandasi pembelajaran mandiri. Motivasi eksternal pun juga diperlukan untuk
menguatkan agar kegiatan belajar mandiri dapat berjalan dengan lancar.
Kekuatan motivasi belajar juga didukung oleh sumber dan media belajar.
Sumber belajar tak selalu dari buku referensi akan tetapi juga dapat dari orang
lain, seperti dosen/ tutor. Teman yang lebih memahami suatu materi belajar pun
dapat dijadikan sumber informasi. Media belajar pun juga membuat belajar
mandiri itu dapat maksimal. Media belajar antara lain adalah tape recorder,
komputer, dan slide presentasi. Media belajar ini dapat membantu pembelajar
mandiri untuk dapat dengan mudah memahami suatu materi. Selain itu dengan
media belajar pula membuat pembelajar lebih menyenangi belajar karena dengan
rasa senang mempelajari suatu hal maka kita akan lebih mudah mengerti.
Belajar mandiri bisa dilakukan dimana pun pembelajar berada, yang
memungkinkan kegiatan belajar itu dapat berlangsung. Pembelajar mandiri harus
memilih tempat belajar yang membuatnya nyaman. Hal ini penting karena dengan
merasa nyaman terhadap suatu tempat maka kegiatan belajar akan lebih mudah
diserap. Tempat belajar yang biasanya digunakan untuk belajar adalah rumah dan
sekolah atau kampus.
Tempat belajar yang nyaman akan semakin mendukung proses belajar
mandiri yang dilakukan pembelajar bila dilakukan dengan suasana dan waktu
yang sesuai. Suasana lingkungan menentukan konsentrasi pembelajar. Baik
suasana tempat maupun hati pembelajar itu sendiri. Bila dalam suasana yang tidak
mendukung dan pembelajar harus melakukan kegiatan belajar, sebaiknya
pembelajar mulai untuk dapat mengalihkan perhatiannya pada hal yang
membuatnya lebih bersemangat. Misalnya dengan mengingat tujuan kita belajar.
Bila perlu membuat atau pun menulis kata-kata motivasi untuk diri sendiri. Selain
suasana, waktu pun juga sangat mempengaruhi kesuksesan belajar mandiri. Maka
pembelajar mandiri hendaknya mengetahui jam biologisnya. Pembelajar harus
mengetahui jam-jam dimana ia dapat lebih produktif dalam belajar.
Selain yang telah disebut di atas suatu belajar mandiri dapat optimal bila
melewati tahapan-tahapan dalam belajar. Tahapan-tahapan tersebut dimulai
dengan adanya stimulus/rangsangan yang menarik bagi pembelajar. Setelah ada
rangsangan tersebut, pembelajar akan mempunyai niat untuk belajar. Agar lebih
kuat niatnya harus ditambah dengan suatu motivasi yang timbul naik dari dalam
diri pembelajar maupun dari luar diri pembelajar. Karena niat sudah timbul maka
ia akan melanjutkan dengan melakukan kegiatan belajar itu sendiri. Setelah
pembelajar melakukan belajar maka tahap akhirnya adalah mengevaluasi kegiatan
belajar yang telah dilakukan. Hal ini perlu agar pembelajar dapat menentukan cara
belajar yang tepat.
Cara belajar yang tepat merupakan salah satu strategi agar dapat
memberikan hasil yang memuaskan. Cara belajar berdasarkan indera yang
pembelajar lakukan untuk belajar antara lain adalah tipe visual, tipe audiotori, dan
tipe kinestetik. Tipe visual ini cocok pada pembelajar yang suka melihat gambar
atau warna-warni untuk mempermudah belajar. Tipe audiotori cocok untuk
pembelajar yang suka mendengarkan musik sambil belajar untuk memasukkan
materi yang dipelajari ke otak. Selain itu juga ada tipe kinestetik, dalam tipe ini
pembelajar tidak dapat belajar bila diam. Pembelajar dalam tipe kinestetik akan
belajar di banyak tempat dan berpindah.
Selain itu, kegiatan belajar mandiri ini dapat optimal bila adanya keaktifan
dalam belajar. Hal ini ditandai dengan adanya keterlibatan secara intelektual,
emosional, dan fisik. Ini karena saat belajar jiwa kita tidak begitu saja menerima
informasi yang kita dapatkan secara mentah-mentah. Jiwa kita akan mengolahnya
dahulu sehingga terbentuklah suatu pemahaman terhadap suatu hal yang
dipelajari. Menurut Glasersferld (dalam Aunurrahmann, 2009:120) kemampuan
untuk mengingat dan mengungkapkan kembali untuk membandingkan serta untuk
memutuskan persamaan dan perbedaan suatu hal diperlukan dalam proses
pembentukan pemahaman terhadap suatu hal yang dipelajari. Kemampuan
mengingat dan mengungkapkan kembali biasanya dipengaruhi oleh interaksi
pembelajar dengan informasi tersebut. Sedangkan untuk membandingkan dan
memutuskan perbedaan dan persamaan, cenderung agar pembelajar dapat lebih
memahami informasi yang diperoleh.
Oleh karena itu agar kita dapat sukses menjadi pembelajar mandiri, kita
harus mencari sesuatu hal yang dapat membuat kita tertarik atau mencari tujuan
belajar. Ini karena dengan adanya ketertarikan maka akan timbul suatu niat untuk
belajar. Setelah timbul niat pun kita harus mendapatkan motivasi. Ini berguna
untuk memperkuat niat kita sehingga belajar mandiri pun dapat terlaksana. Agar
kesuksesan belajar mandiri dapat diraih diperlukan juga hal-hal pendukung yaitu
strategi belajar, cara belajar, media dan sumber belajar, tempat belajar serta waktu
belajar. Selain itu juga melakukan belajar aktif baik sendiri maupun dengan orang
lain. Setelah kita melakukan kegiatan belajar mandiri, kita pun harus
mengevaluasinya untuk menentukan apakah yang kita lakukan sesuai untuk diri
kita. Karena setiap manusia mempunyai karakter yang berbeda sehingga cara
belajar yang menentukan strategi belajarnya berbeda pula.
DAFTAR PUSTAKA
Aunurrahman, 2009. Belajar dan Pembelajar. Bandung: Alfabeta.
Kurniawan, O., 2000. Teknologi Informasi Menciptakan Budaya Belajar Mandiri.
http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=brsesowse&op=read&id=jkptbinus-
gdl-jou-2000-once-845-belajar&q=Volume. diakses tanggal 21 November
2009.
Mashudi, E., 2008. Konsep Belajar Mandiri.
http://edingulik.wordpress.com/2008/01/10/untuk-teman-teman/. diakses
tanggal 18 November 2009.
Mujiman, H., 2009. Manajemen Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri.
Yogyakarta:Pustaka Pelajar.