Upload
gjuiolp
View
41
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
Sukses dengan Soft Skills
Oleh: Bagus Takwin
Banyak kisah sukses alumni beredar di kalangan mahasiswa UI. Kisah itu
menceritakan bahwa penguasaan materi kuliah saja tidak menjamin kesuksesan di dunia
kerja. Ada hal lain yang lebih menentukan, yaitu keterampilan khas kepribadian non-
teknik dan intangible. Orang-orang menyebutnya soft skills. Keterampilan ini
menentukan kekuatan seseorang sebagai pemimpin, penyimak yang baik, pengatur waktu
yang efektif, pemasar yang handal, pelopor perubahan, inovator, dan penengah konflik.
Kita juga bisa menemukan kisah dari banyak tokoh-tokoh dunia yang sukses karena
mengandalkan soft skills-nya. Hubungan antara kesuksesan dan soft skills bukan berita
baru lagi. Dari pengalaman dan penelitian, kita dapat temukan banyak penjelasan tentang
hubungan itu.
Apa itu soft skills?
Tak ada definisi yang ajeg untuk soft skills. Singkatnya, soft skills adalah istilah
yang merujuk kepada keterampilan seseorang yang bukan keterampilan teknis. Kita
temukan beragam pengertian dalam berbagai literatur. Tetapi, semua pengertian itu
merujuk kepada pengertian soft skills sebagai keterampilan non-teknikal dan terkait erat
dengan kepribadian pada diri seseorang. Dalam literatur psikologi, kita dapat temukan
padanan soft skills, yaitu traits (sifat-sifat) kepribadian. Sifat-sifat kepribadian inilah yang
membentuk pribadi seseorang dan menjadikannya orang dengan kualitas karakter
tertentu.
Pengertian ini cukup banyak dipakai dalam dunia bisnis. Soft skills dipahami
sebagai sekumpulan kualitas kepribadian, kebiasaan, sikap dan daya tarik sosial yang
menjadikan seseorang sebagai karyawan yang baik dan pekerja yang dapat diandalkan.
Perusahaan menilai tinggi soft skills karena riset dan pengalaman menunjukkan bahwa
keterampilan ini menjadi indikator dari karyawan yang sama pentingnya dengan hard
skills. Ada juga yang menekankan bahwa soft skills tidak hanya penting dalam pekerjaan,
melainkan lebih jauh dari itu, penting dalam kehidupan. Dalam hidup orang butuh
keterampilan yang tercakup dalam pengertian soft skills, seperti kemampuan membina
pertemanan, optimisme, self-management, negosiasi dan bekerja sama, serta
bertanggung-jawab, empati, integritas dan kejujuran.
Ciri-ciri soft skills lebih mudah dirumuskan dan disepakati. Merujuk Pumphrey
dan Slatter (2002) kita dapat mengenali karakteristik soft skills sebagai berikut:
bersifat generik, dalam arti digunakan dalam berbagai penyelesaian tugas yang
berbeda.
dapat ditransfer dan diterapkan dalam berbagai aktivitas pelaksanaan tugas,
disebut juga sebagai keterampilan hidup (life skills).
merupakan keterampilan atau atribut yang terdapat dalam aktivitas seperti
pemecahan masalah, komunikasi, pemanfaatan teknologi, dan bekerja dalam
kelompok.
dapat dipromosikan sebagai keterampilan yang memberi kontribusi dalam
‘pembelajaran seumur hidup’ ('life long learning').
dapat dimiliki dan digunakan oleh pengusaha dan organisasi pemerintah.
dapat ditransfer dalam berbagai konteks yang berbeda oleh orang-orang yang
memiliki latar belakang disiplin ilmu, profesi dan jabatan yang berbeda-beda.
Soft Skills di Perguruan Tinggi
Di pendidikan tinggi, pengembangan soft skills sangat diperlukan untuk dapat
menghasilkan lulusan yang handal dan tangguh. Merujuk Patrick S. O'Brien dalam
bukunya Making College Count, ada tujuh ciri dalam karakteristik seorang pemenang
pada lulusan perguruan tinggi, yaitu keterampilan kominikasi, keterampilan organisasi,
kepemimpinan, berpikir logis, ketabahan dalam berusaha, keterampilan bekerja dalam
kelompok, dan etika. Semua itu adalah kemampuan non-teknis yang tidak terlihat
wujudnya (intangible) yang disebut soft skill.
Survei yang dilakukan National Association of College and Employee (NACE),
USA (2002), terhadap 457 pemimpin, tentang 20 kualitas penting seorang juara
menguatkan perlunya soft skills diajarkan di perguruan tinggi. Hasil survey itu
menunjukkan bahwa ke-20 kualitas itu berturut-turut adalah kemampuan komunikasi,
kejujuran/integritas, kemampuan bekerja sama, kemampuan interpersonal, beretika,
motivasi/inisiatif, kemampuan beradaptasi, daya analitik, kemampuan komputer,
kemampuan berorganisasi, berorientasi pada detail, kepemimpinan, kepercayaan diri,
ramah, sopan, bijaksana, indeks prestasi (IP >= 3,00), kreatif, humoris, dan kemampuan
berwirausaha. Dari hasil itu terlihat, IP yang umumnya dinilai sebagai bukti kemampuan
mahasiswa, hanya menempati posisi hamper terakhir dalam survey itu, nomor 17.
Rangking-rangking yang lebih tinggi ditempati oleh kualitas-kualitas yang tergolong
sebagai soft skills.
Tuntutan dunia kerja dewasa ini semakin tinggi karena kompetensi yang dibutuhkan
untuk bekerja saat ini begitu luas dan kompleks sehingga punya hubungan langsung
dengan kebutuhan untuk kehidupan itu sendiri. Juga diamati bahwa persyaratan kerja
yang baru tampak semakin universal (Teichler 1999). Orang tidak hanya dituntut untuk
dapat menguasai bidang keahliannya saja, melainkan juga dituntut untuk memiliki
karakteristik kepribadian yang menunjang efektivitas kerjanya. Pergeseran tersebut
berimplikasi terhadap pentingnya program pengembangan soft skills bagi mahasiswa.
Peningkatan pendidikan berbasis soft skills di perguruan tinggi perlu ditingkatkan agar
ketidakseimbangan pendidikan di ruang kuliah yang lebih bertumpu pada hard skill,
dapat segera diatasi. Peningkatan itu dapat dilakukan antara lain dengan memberikan
bobot lebih kepada pengembangan soft skill. Pelaksanaannya, dapat dilakukan baik
melalui kurikulum maupun kegiatan ekstrakurikuler.
Kondisi di atas kemudian diperkuat lagi dengan kenyataan pesatnya perkembangan
sains dan teknologi sehingga pengetahuan dan keterampilan hard skill yang spesialis-
substantif menjadi cepat usang dan perlu updating terus menerus. Untuk itu diperlukan
salah satu jenis soft skills yaitu keterampilan untuk selalu siap belajar sepanjang hayat
(life long learning). Melalui program-program pengembangan soft skills, mahasiswa
difasilitasi untuk merefleksikan seluk-beluk dunia kerja melalui berbagai kegiatan.
Mahasiswa diharapkan kemudian dapat mengembangkan keterampilan generik yang
dibutuhkan dalam menyelesaikan beragam persoalan dunia kerja.
Di bidang bisnis, ada banyak pengakuan bahwa keterampilan interpersonal tidak
saja membantu orang mencapai sukses, melainkan juga faktor esensial yang menentukan
keberhasilan. Bagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain ikut menentukan
kualitas kerjasama yang dibangun dan pencapaian tujuan diraih. Pemahaman substansi
permasalah dan teknik penyelesaian tak akan berfungsi efektif tanpa hubungan
interpersonal yang baik. Dari Jack Welch, mantan CEO perusahaan multinasional
General Electric, kita bisa belajar bahwa kemampuan memikat orang lain dalam bisnis
merupakan hal penting. Meski semasa mahasiswa nilai Wlch rata-rata C+, ia bisa menjadi
CEO karena kemampuannya memikat orang melalui cerita. Ia menjadi orang asal Irlandia
yang sukses dan ternama karena kemampuannya menjalin komunikasi yang meyakinkan
dan memikat orang lain.
Kisah-kisah sukses alumni UI yang mengandalkan soft skills-nya bukan kisah
yang aneh ternyata karena soft skills memang punya peran penting dalam kesuksesan
seseorang di pekerjaannya, lebih jauh lagi dalam hidupnya. Belajar dari kisah-kisah
sukses yang banyak beredar itu, UI perlu memberi perhatian lebih banyak kepada soft
skills. Mengembangkan soft skills para mahasiswa UI berarti mengembangkan kualitas
lulusan UI sekaligus meningkatkan efektivitas keterlibatan UI dalam mengembangkan
kesejahteraan masyarakat Indonesia.***