5
Sudah Siapkah ketika Orangtua Kita Berkata Jujur? ilustrasi @ duniakinii Kemarin lalu, saya bertakziah mengunjungi salah seorang kerabat yang sepuh. Umurnya sudah 93 tahun. Beliau adalah veteran perang kemerdekaan, seorang pejuang yang shalih serta pekerja keras. Kebiasaan beliau yang begitu hebat di usia yang memasuki 93 tahun ini, beliau tidak pernah meninggalkan shalat berjamaah di masjid untuk Maghrib, Isya dan Shubuh. Qadarallah, beliau mulai menua dan tidak mampu bangun dari tempat tidurnya sejak dua bulan lalu. Sekarang beliau hanya terbaring di rumah dengan ditemani anak-anak beliau. Kesadarannya mulai menghilang. Beliau mulai hidup di fase antara dunia nyata dan impian. Sering menggigau dan berkata dalam tidur, kesehariannya dihabiskan dalam kondisi tidur dan kepayahan. Anak-anak beliau diajari dengan cukup baik oleh sang ayah. Mereka terjaga ibadahnya, berpenghasilan lumayan, dan akrab

Sudah Siapkah Ketika Orangtua Kita Berkata Jujur

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Saat Mereka Jujur

Citation preview

Sudah Siapkah ketika Orangtua Kita Berkata Jujur? ilustrasi @duniakiniiKemarinlalu, sayabertakziahmengunjungi salahseorangkerabat yangsepuh. Umurnyasudah93tahun. Beliauadalahveteranperangkemerdekaan, seorangpejuangyangshalihserta pekerja keras. Kebiasaan beliau yang begitu hebat di usia yang memasuki 93 tahun ini,beliautidakpernahmeninggalkanshalat berjamaahdi masjiduntukMaghrib, sya dan!hubuh.Qadarallah, beliau mulai menua dan tidak mampu bangun dari tempat tidurnya sejak duabulanlalu. !ekarangbeliauhanyaterbaringdi rumahdenganditemani anak"anakbeliau.Kesadarannya mulai menghilang. Beliau mulai hidup di #ase antara dunia nyata dan impian.!ering menggigau dan berkata dalam tidur, kesehariannya dihabiskan dalam kondisi tidur dankepayahan.$nak"anakbeliaudiajari dengan%ukupbaikolehsangayah. Merekaterjagaibadahnya,berpenghasilan lumayan, dan akrab serta dekat. Ketika sang ayah sakit, mereka punbergantian menjaganya demi berbakti kepada orangtua.&amun ada beberapa kisah yang mengiris hati' kejadian jujur dan polos yang terjadi dan sayatuturkan kembali agar kita bisa mengambil ibrah.(erkisah, suatu hari di malam lebaran, sang ayah diba)a ke rumah sakit karena menderitasesak na#as. Malam itu, sang anak yang kerja di luar kota dan baru saja sampai bersikerasmenjagasangayahdi kamarsendirian. Beliaududukdi bangkusebelahranjang. (engahmalam, beliau dikejutkan dengan pertanyaan sang ayah,*$pa kabar, pak +ahman, Mengapa beliau tidak mengunjungi saya yang sedang sakit,* tanyasang ayah dalam igauannya. !anganakmenja)ab, *-ak+ahmansakit juga, $yah. Beliautidakmampubangundaritidurnya.* .ia mengenal -ak +ahman sebagai salah seorang jamaah tetap di masjid.*/h...lalu, kamu siapa, $nak -ak +ahman, ya,* tanya ayahnya kembali.*Bukan, $yah. ni saya, 0aid, anak ayah ke tiga.**$h, mana mungkin engkau 0aid, 0aid itu sibuk1 !aya bayar pun, dia tidak mungkin maumenunggusayadi sini. .alampikirannya, kehadirannya%ukupdigantikandenganuang,*u%ap sang ayah masih dalam keadaan setengah sadar.!ang anak tidak dapat berkata apa"apa lagi. $ir mata menetes dan emosinya tergun%ang. 0aidsejatinya adalah seorang anak yang begitu peduli dengan orangtua. !ayangnya, beliau kerja diluar kota. 2adi, biladalamkeadaansakit yangtidakbegituberat, biasanyadiamenundakepulangan dan memilih membantu dengan mengirimkan dana saja kepada ibunya. -alingyangbisadilakukanadalahmeneleponibudanayahsertamenanyakankabarnya. (idakpernah disangka, keputusannya itu menimbulkan bekas dalam hati sang ayah.Kali yang lain, sang ayah di tengah malam batuk"batuk hebat. !ang anak berusaha membantusang ayah dengan mengoleskan minyak angin di dadanya sembari memijit lembut. &amun,dengan segera, tangan sang anak ditepis.*ni bukan tangan istriku. Mana istriku,* tanya sang ayah.*ni kami, 3ah. $nakmu.* ja)ab anak"anak.*(angankaliankasardankeras. -indahkantangankalian1Manaibukalian,Biarkanibuberada di sampingku. Kalian selesaikan saja kesibukan kalian seperti yang lalu"lalu.*.ua bulan yang lalu, sebelum ayah jatuh sakit, tidak pernah sekalipun ayah mengeluh danberkataseperti itu. Bilasanganakditanyakankapanpulangdansanganakberkatasibukdengan pekerjaannya, sang ayah hanya menja)ab dengan ja)aban yang sama.*-ulanglah kapan engkau tidak sibuk.*4alu, beliau melakukan aktivitas seperti biasa lagi. Bekerja, shalat berjamaah, pergi ke pasar,bersepeda. !endiri. Benar"benar sendiri. Mungkin beliau kesepian, puluhan tahun lamanya.&amun, beliau tidak mau mengakuinya di depan anak"anaknya.Mungkin beliau butuh hiburan dan %anda ta)a yang akrab selayak dulu, namun sang anakmulai tumbuh de)asa dan sibuk dengan keluarganya.Mungkin beliau ingin menggenggam tangan seorang bo%ah ke%il yang dipangkunya dulu, 56"76 tahun lalu sembari diba)a kepasar untuk sekadar dibelikan kerupuk dan kembali pulangdengansenyumlebar karenahadiahkerupuktersebut. &amun, bo%ahitusekarangtelahmenjelma menjadi seorang pengusaha, guru, karya)an perusahaan' yang seolah tidak pernahmerasasenangbiladiajakolehbeliaukepasar selayakdulu. Bo%ah"bo%ahyangseringberkata, *!aya sibuk...saya sibuk. $nak saya begini, istri saya begini, pekerjaan saya begini.*4alu berharap sang ayah berkata, *Baiklah, ayah mengerti.*Kemarin siang, saya sempat meneteskan air mata ketika mendengar penuturan dari sang anak.Karenamungkinsayaseperti sanganaktersebut' merasasudahmemberi perhatianlebih,sudah menjadi anak yang berbakti, membanggakan orangtua, namun siapa yang menyangkasemua rasa itu ternyata tidak sesuai dengan prasangka orangtua kita yang paling jujur.Maka sudah seharusnya, kita, ya kita ini, yang sudah menikah, berkeluarga, memiliki anak,mampumelihat ayah danibukita bukansebagai sosokyanghanyabutuh dibantudengansejumlahuang. Karenabilaituyangkitapikirkan, apabedaayahdanibukitadengankarya)an perusahaan,Bukan juga sebagai sosok yang hanya butuh diberikan baju baru dan dikunjungi setahun duakali, karena bila itu yang kita pikirkan, apa bedanya ayah dan ibu kita dengan panitia shalatdul 8itri dan dul 9$dha yang kita temui setahun dua kali,:ahai yangari#, yangbudiman, yangpenyayangdanbegitulembuthatinyadengan%intakepada anak"anak dan keluarga, lihat dan pandangilah ibu dan ayahmu di hari tua. -andangimereka dengan pandangan kanak"kanak kita. Buang jabatan dan gelar serta pekerjaan kita./rangtua tidak men%intai kita karena itu semua. (atapilah mereka kembali dengan tatapanseoranganakyangduluselalubertanyadipagi hari, *Kemanaayah, Bu,Kemanaibu,$yah,*4alu menangis ken%ang setiap kali ditinggalkan oleh kedua orangtuanya.:ahai yang menangis ken%ang ketika ke%il karena takut ditinggalkan ayah dan ibu, apakahengkau tidak melihat dan peduli dengan tangisan ken%ang di hati ayah dan ibu kita karena diritelah meninggalkan beliau bertahun"tahun dan hanya berkunjung setahun dua kali,!adarlah )ahai ji)a"ji)a yang terlupa akan kasih sayang orangtua kita. Karena boleh jadi,ayah dan ibu kita, benar"benar telah menahan kerinduan puluhan tahun kepada sosok ji)akanak"kanakkita' yangselaluberharapberjumpadenganbeliautanpajeda, tanpaalasansibuk kerja, tanpa alasan tiada )aktu karena mengejar prestasi.Bersiaplahdari sekarang, agarkelak, ketikasangayahdanibuberkatajujurtentangkitadalamigauannya, beliau mengakui, kita memang layak menjadi ji)a yang diharapkankedatangannya kapan pun juga. ;+ahmat dris