Upload
doanngoc
View
227
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
STUDI TENTANG ISLAMIC PARENTING
TERHADAP KELUARGA CHAYATULLAH ROMAS
DI DESA LINGGAPURA KECAMATAN TONJONG KABUPATEN BREBES
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Dakwah Dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat-Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Strata I
Disusun Oleh :
Laelatul Fajriyah
11220021
Pembimbing
Drs. Abror Sodik, M.Si.
NIP : 1958213 198903 1 001
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2015
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk:
Abah Suwarno dan Emak Sa’diyah, yang selalu mendoakan anak-anaknya
dalam sujud-sujud di setiap siang dan malam hari.
Terima kasih telah mengasah, mengasuh, dan mengasihi kami.
Kakak laki-lakiku satu-satunya, Mamas Misbahudin sang lentera keluarga
yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materi bagi penulis.
Adikku tersayang, Nikmatun Nihayah yang tak pernah berhenti untuk
memberikan semangat, menghibur, dan membantu penulisan skripsi ini.
vi
HALAMAN MOTTO
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu
dan keluargamu dari api neraka, ...”
(QS. At Tahrim: 6)1
“Barang siapa yang dengan sengaja tidak mengajarkan
apa yang bermanfaat bagi anaknya dan meninggalkannya begitu saja,
berarti dia telah melakukan suatu kejahatan yang sangat besar.”
(Ibnul Qayyim Al-Jauziyah)2
1 Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung:CV Penerbit J-Art,
2005), hlm. 560.
2 Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid, Prophetic Parenting: Cara Nabi Mendidik
Anak, (Yogyakarta: Pro-U Media, 2010), hlm. 45.
vii
KATA PENGANTAR
الرحيم الرمحن اهلل بسمSegala puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Yang Maha
Esa karena dengan rahmat, hidayah serta inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan
tugas akhir skripsi ini. Sholawat dan salam selalu penulis sampaikan kepada Nabi
agung Muhammad SAW, yang telah membimbing umat manusia dari jalan
kebodohan menuju jalan pencerahan berpikir dan memberi inspirasi kepada
penulis untuk tetap selalu semangat dalam belajar dan berkarya.
Penelitian ini merupakan tugas akhir pada Jurusan Bimbingan dan
Konseling Islam Fakulas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta sebagai syarat untuk memperoleh gelar strata satu. Untuk itu, penulis
dengan segala kerendahan hati mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Drs. Minhaji, M.A., Ph.D., selaku Rektor Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
2. Ibu Dra. Nurjannah, M.Si., selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
3. Bapak Muhsin Kalida, S.Ag, M.A. selaku ketua Jurusan Bimbingan dan
Konseling Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
4. Bapak Dr. Moch. Nur Ichwan, M.A., selaku Dosen Pembimbing Akademik.
5. Bapak Drs. Abror Sodik, M.Si. selaku pembimbing skripsi yang telah
membimbing penulis.
viii
6. Seluruh Dosen Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang telah memberikan
pengetahuan dan wawasan untuk penulis selama menempuh pendidikan.
7. Keluarga Bapak Chayatullah Romas dan Ibu Elok Nafilah, terima kasih telah
berkenan menjadi subyek bagi penelitian ini.
8. Kakak-kakakku, Nur Aeni Dan Sujai, Leni Sukowati, Yesi Rahmawati, Neni
Iryani, Hani Maspupah, Zuhrotunnisa, kakak-kakakku yang baik. Terima
kasih atas nasehat, bimbingan, dukungan dan doa-doa yang sudah diberikan
selama ini.
9. Keponakan-keponakanku, Isna, Tia, Dea, Afidah, Nina, Tera, Quin, Aris,
Tyas, Daffa, Fathan. Senyum manis kalian adalah kebahagiaan tersendiri buat
Lilik.
10. Guru-guru terhebat dalam hidupku, Bapak Hari Catur Samudra, Bapak Heru
Suswanto, Bapak Abdullah dan guru-guru SD N 4 Linggapura, SMP N 1
Tonjong, SMA Muhammadiyah Tonjong. Terima kasih atas inspirasi,
motivasi, dan doa-doa.
11. Teman-temanku, Fikara Dila Zahara, ’teman ngobrol’ berbagai macam hal,
terima kasih untuk motivasi dan inspirasi-inspirasinya. Ratih Dwi Rahayu, Tri
Nur Amalia, Diah Nur Fitria, Siti Marhamah, Shifa Cahyaningtyas, Sri
Handayani. Sahabat-sahabatku, ANDROMEDA (Ayu, Nadia, Desi, Rosti),
teman-teman BKI 2011 terima kasih telah menemaniku selama ini.
12. Teman-teman KKN 83KP123 UIN Sunan Kalijaga Dusun 9 Sorogaten,
Karangsewu, Galur, Kulonprogo, An Nissa Ikhfana, Enggal Rizki
ix
Warsaningtyas, M. Bagus Nursetio, Arif Rahmat Agus Kurniawan, Ellisa M.
Sholeh, Moh. Iqbal Noor, Fathkhul Arif. Terima kasih untuk warna baru yang
kalian bubuhkan dalam hidupku, tetaplah jadi teman dan keluarga untukku.
13. Keluarga Bapak Kelik Harjana, Bapak Samidi, dan masyarakat Dusun
Sorogaten, terima kasih telah menjadi kamus hidup bagi kami.
14. Teman-teman PPL BKI PSBK 2014 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Ika
Cempluk, Ayuk, Fauzi, Ratna, Ema.
15. Seluruh pegawai dan staff TU Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam serta
Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Kalijaga.
16. Semua pihak yang secara langsung ataupun tidak langsung turut membantu
dalam penulisan skripsi ini.
Semoga Allah SWT memberikan barakah atas kebaikan dan jasa-jasa
mereka semua dengan rahmat dan kebaikan yang terbaik dariNya. Semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi yang membaca dan mempelajarinya.
Yogyakarta, 11 Juni 2015
Laelatul Fajriyah
NIM 11220021
x
ABSTRAK
Laelatul Fajriyah. 11220021. “Studi tentang Islamic Parenting terhadap
Keluarga Chayatullah Romas di Desa Linggapura Kecamatan Tonjong Kabupaten
Brebes”. Skripsi: Jurusan Bimbingan dan Konseling Islam Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2015.
Penelitian ini berupaya untuk mengetahui dan mendeskripsikan metode
dan bimbingan yang dilakukan Chayatullah Romas dalam mempersiapkan anak-
anaknya dengan mengacu pada norma-norma Islam melalui pendidikan,
menikahkan/memilihkan pasangan hidup, dan mengembangkan agama Islam.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan
deskriptif analitis yaitu studi tentang metode dan bimbingan Chayatullah Romas
dalam mempersiapkan anak-anaknya dengan mengacu pada norma-norma Islam
melalui pendidikan, menikahkan/memilihkan pasangan hidup, dan
mengembangkan agama Islam. Penelitian ini menggunakan wawancara dan
dokumentasi sebagai alat pengumpulan data. Setelah data diperoleh melalui
wawancara dan dokumentasi kemudian dianalisis dengan menggunakan metode
deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa metode yang dilakukan
Chayatullah Romas dalam mempersiapkan anak-anaknya dengan mengacu pada
norma-norma Islam, yaitu pertama melalui pendidikan, yakni pendidikan
keimanan, pendidikan akhlak, pendidikan jasmani, dan pendidikan intelektual.
Kedua, dengan menikahkan/memilihkan pasangan hidup, kriteria Chayatullah
Romas dalam menikahkan/memilihkan pasangan hidup bagi anak-anaknya adalah
yang terpenting calon suami/istri anaknya pandai membaca Al Qur’an. Ketiga,
mengembangkan agama Islam salah satu diantaranya adalah dengan menjadi
penceramah, menjadi takmir masjid, menjadi guru seni musik, maupun menulis
artikel di blog. Bimbingan yang dilakukan Chayatullah Romas dalam
mempersiapkan anak-anaknya dengan mengacu pada norma-norma Islam yaitu
pertama, pemahaman melalui pendidikan keimanan, pendidikan akhlak,
pendidikan jasmani, dan pendidikan intelektual. Kedua, preventif melalui
pendidikan keimanan dan pendidikan akhlak. Ketiga, kuratif melalui pendidikan
akhlak. Keempat, pengembangan melalui mengembangkan agama Islam.
Kata kunci: Islamic Parenting, Chayatullah Romas.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................... ii
SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI ................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ............................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ v
HALAMAN MOTTO .......................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
ABSTRAK .............................................................................................................. x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul................................................................................ 1
B. Latar Belakang Masalah ................................................................... 2
C. Rumusan Masalah ............................................................................ 5
D. Tujuan dan Kegunaan penelitian ...................................................... 5
E. Kajian Pustaka .................................................................................. 6
F. Kerangka Teori ................................................................................. 9
G. Metode Penelitian ........................................................................... 27
BAB II BIOGRAFI CHAYATULLAH ROMAS
A. Riwayat Hidup ................................................................................ 32
B. Kehidupan Spiritual ........................................................................ 36
C. Latar Belakang Pendidikan ............................................................. 37
xii
D. Norma Sosial Yang Melatar Belakangi .......................................... 39
BAB III METODE DAN BIMBINGAN YANG DILAKUKAN OLEH
CHAYATULLAH ROMAS DALAM MEMPERSIAPKAN ANAK-
ANAKNYA DENGAN MENGACU PADA NORMA-NORMA
ISLAM
A. Metode Yang Dilakukan Oleh Chayatullah Romas
Dalam Mempersiapkan Anak-Anaknya Dengan
Mengacu Pada Norma-Norma Islam
1. Pendidikan ................................................................................ 44
2. Menikahkan/Memilihkan Pasangan Hidup .............................. 65
3. Mengembangkan Agama Islam ................................................ 73
B. Bimbingan Yang Dilakukan Oleh Chayatullah Romas
Dalam Mempersiapkan Anak-Anaknya Dengan
Mengacu Pada Norma-Norma Islam .............................................. 77
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 80
B. Saran-saran ..................................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 82
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami skripsi yang
berjudul “Studi tentang Islamic Parenting terhadap Keluarga Chayatullah
Romas di Desa Linggapura Kecamatan Tonjong Kabupaten Brebes” maka
penulis memandang perlu untuk memberikan penegasan istilah-istilah yang
terdapat di dalamnya yaitu sebagai berikut:
1. Studi
Studi adalah kajian, telaah dan penelitian yang bersifat ilmiah.1
2. Islamic Parenting
Islamic Parenting adalah mempersiapkan generasi muda yang
memiliki moral yang mengacu pada norma-norma Islam dan membentuk
generasi yang shalih dan shalihah.2
3. Keluarga Chayatullah Romas
Keluarga Chayatullah Romas adalah keluarga yang terdiri dari tujuh
anggota keluarga yakni seorang ayah, seorang ibu, dan lima orang anak
yang berdomisili di Desa Linggapura.
4. Desa Linggapura
Desa Linggapura adalah sebuah desa yang berada di Kecamatan
Tonjong, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah.
1 JS. Badudu dan Sutan Muhammad Zain, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan, 1994), hlm. 1358.
2 Kusdwiratri Setiono, Psikologi Keluarga, (Bandung: PT Alumni, 2011), hlm. 136.
2
Berdasarkan penegasan istilah-istilah di atas, maka yang dimaksud
dengan “Studi tentang Islamic Parenting terhadap Keluarga Chayatullah
Romas di Desa Linggapura Kecamatan Tonjong Kabupaten Brebes” adalah
suatu penelitian tentang metode Chayatullah Romas beserta istrinya dalam
mempersiapkan anak-anaknya yaitu Hanifatu Afida Romas, Husnu Aqila
Romas, Ahmad Azqia Romas, Muh. Alhan Romas, dan Aisar Labibi Romas
dengan mengacu pada norma-norma Islam melalui pendidikan,
menikahkan/memilihkan pasangan hidup, dan mengembangkan agama Islam
di Desa Linggapura Kecamatan Tonjong Kabupaten Brebes.
B. Latar Belakang Masalah
Anak adalah amanah yang diberikan oleh Allah kepada manusia,
kehadiran seorang anak dalam keluarga diharapkan dapat menjadi penerus
generasi orang tuanya. Seorang anak yang shalih dan shalihah adalah
dambaan setiap orang tua, dalam sebuah hadits Rasulullah bersabda: “Jika
seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga
perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak
yang sholeh” (HR. Muslim).3 Hadits tersebut menjelaskan bahwa salah satu
amalan seseorang yang tidak akan terputus meskipun orang tersebut sudah
meninggal dunia adalah doa yang diucapkan oleh anak yang shalih dan
shalihah kepada orang tuanya.
Dari hadits tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa mengasuh anak-
anak yang berjiwa shalih dan shalihah adalah perkara yang penting bagi orang
3 Imam Nawawi, Syarah Shahih Muslim Jilid 1, (Jakarta: Penerbit Mustaqim, 1998), hlm.
90.
3
tua. Namun mengasuh anak hingga mereka menjadi anak shalih dan shalihah
bukanlah hal mudah dan bisa dilakukan semua orang tua. Orang tua dalam hal
ini harus memiliki pengalaman dan kemampuan dalam mewujudkan anak-
anaknya menjadi anak yang shalih dan shalihah. Orang tua juga harus
memiliki bekal pendidikan agama Islam yang cukup, dapat menjadi teladan
yang baik bagi anak-anaknya, dan dapat mencurahkan kasih sayang, cinta,
perhatian, motivasi, keamanan, dan kekuatan bagi anak-anaknya.
Keberhasilan seorang anak tidak terlepas dari pengasuhan yang diberikan
orang tuanya. Apa yang ditanam, itulah yang akan dipanen dikemudian hari.
Begitupula dengan metode pengasuhan yang orang tua berikan kepada anak-
anaknya. Pengasuhan yang baik secara Islami akan membuat anak tumbuh
menjadi pribadi yang berakhlak mulia dan berjiwa Islami, sedangkan
pengasuhan yang keras, otoriter dan tidak berdasar pada nilai-nilai Islami
akan membuat anak tumbuh menjadi pribadi yang berwatak buruk, tidak taat
pada agama, dan cenderung hidup berkiblat pada gaya hidup barat.
Pengasuhan anak dalam Islam tidak hanya dimulai sejak anak lahir ke
dunia, namun jauh sebelum itu sebenarnya pengasuhan sudah di mulai.
Pengasuhan anak dalam Islam dimulai sejak seseorang mencari pasangan
hidupnya, apakah pasangan tersebut mampu membawanya kepada kebaikan
atau sebaliknya. Kemudian pengasuhan tersebut dilanjutkan ketika sepasang
suami istri telah membina rumah tangga, seperti dalam hubungan seksual
suami istri (jima’) yang Islami, sikap dan kebiasaan calon ibu dan ayah ketika
janin berada dalam kandungan ibu, dan yang paling penting adalah
4
pengasuhan ayah dan ibu ketika anak sudah lahir ke dunia, sejak sang anak
masih bayi sampai anak telah dewasa. Setelah sang anak hadir ke dunia,
pengasuhan yang sebenarnya dimulai, orang tua harus menjaga, mendidik,
dan mengasuh anaknya sesuai ajaran agama Islam agar mereka selamat di
dunia sampai di akhirat.
Keluarga Chayatullah Romas adalah sebuah keluarga yang terdiri dari
tujuh anggota keluarga yakni seorang ayah, seorang ibu, dan lima orang anak
yang berdomisili di Desa Linggapura Kecamatan Tonjong. Keluarga ini
merupakan keturunan ke dari keluarga besar KH Asy’ari yang merupakan
ulama besar di Desa Linggapura yang sangat disegani oleh masyarakat
sekitar. Menjadi anggota keluarga dari seorang ulama besar berimplikasi pada
kehidupan sehari-hari keluarga ini yang sangat berdasar pada nilai-nilai
Islami. Keluarga ini dulunya hidup di lingkungan pesantren yang didirikan
oleh KH Asy’ari yang merupakan ayah kandung dari Chayatullah Romas,
sehingga pendidikan dan pengasuhan yang didapatkan oleh anak-anak dalam
keluarga ini berbasis Islami. Keluarga ini selalu membiasakan membaca Al
Qur’an bersama, sholat berjamaah, dan juga orang tua memberikan contoh
teladan yang baik kepada anak-anaknya seperti bersikap penuh kasih sayang
kepada anak-anak, berhubungan baik dengan tetangga. Selain bekal
pendidikan keagamaan yang matang, keluarga ini juga terbilang sukses dalam
bidang pendidikan secara umum. Sang kepala keluarga sendiri merupakan
seorang dokter, lulusan dari sebuah universitas dalam negeri, begitupun
kelima anak-anaknya, semua mengenyam pendidikan hingga telah berhasil
5
lulus dari perguruan tinggi, dan saat ini bekerja dengan berbagai profesi di
bidangnya masing-masing. Chayatullah Romas sendiri saat ini masih
terbilang aktif dalam kegiatan keagamaan seperti menjadi guru mengaji bagi
ibu-ibu di lingkungan pesantren sekaligus menjadi pengajar bagi santri-santri
di pesantren yang saat ini dikelolanya.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan penegasan judul dan latar belakang masalah tersebut,
maka rumusan masalah penelitian ini adalah:
1. Bagaimana metode yang dilakukan oleh Chayatullah Romas dalam
mempersiapkan anak-anaknya dengan mengacu pada norma-norma Islam
di Desa Linggapura Kecamatan Tonjong Kabupaten Brebes?
2. Bagaimana bimbingan yang dilakukan oleh Chayatullah Romas dalam
mempersiapkan anak-anaknya dengan mengacu pada norma-norma Islam
di Desa Linggapura Kecamatan Tonjong Kabupaten Brebes?
D. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan
tentang metode dan bimbingan yang dilakukan oleh Chayatullah Romas
dalam mempersiapkan anak-anaknya yaitu Hanifatu Afida Romas, Husnu
Aqila Romas, Ahmad Azqia Romas, Muh. Alhan Romas, dan Aisar
Labibi Romas dengan mengacu pada norma-norma Islam di Desa
Linggapura Kecamatan Tonjong Kabupaten Brebes.
6
2. Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah:
a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan sebagai sumbangan
pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam Jurusan
Bimbingan dan Konseling Islam yang berkaitan dengan Islamic
Parenting.
b. Secara praktis, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan
pengembangan ilmu pengetahuan keislaman sekaligus sebagai
masukan ide atau gagasan bagi pihak terkait dalam cara yang
dilakukan oleh Chayatullah Romas dalam mempersiapkan anak-
anaknya dengan mengacu pada norma-norma Islam.
c. Sebagai bahan penelitian awal untuk dilakukan penelitian-penelitian
selanjutnya.
E. Kajian Pustaka
Dalam upaya memperoleh hasil penelitian ilmiah, diharapkan data-
data yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini dapat memberikan
jawaban yang komprehensif bagi permasalahan yang dirumuskan. Hal ini
dilakukan agar tidak terjadi duplikasi karangan ilmiah atau pengulangan
penelitian yang sudah diteliti oleh pihak lain dengan permasalahan yang
sama.
Berdasarkan studi pustaka yang penulis lakukan, kajian tentang
persoalan parenting bukan persoalan yang baru. Namun untuk kajian yang
lebih spesifik tentang Islamic Parenting penulis hanya menemukan sedikit
7
literatur yang membahas tentang Islamic Parenting tersebut. Meskipun
begitu, kajian-kajian dengan tema serupa sudah banyak dilakukan dengan
penekanan dan objek yang berbeda dengan penelitian yang akan penulis
lakukan. Diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh R. Bagus. Moh.
Zainudin yang berjudul “Kunci Sukses Pengasuhan Anak (Studi Kasus
Keluarga Ali Sumenep Madura)” pada tahun 2003. Dalam skirpsi ini,
disebutkan kunci sukses pengasuhan anak dalam keluarga Ali adalah dengan
menanamkan pendidikan agama sejak dini terhadap anak, memberikan
perhatian yang penuh pada anak, menanamkan sikap disiplin, kerja keras,
percaya diri dan selalu berusaha serta berdoa.4
Skirpsi Daluti Delimanugari yang berjudul “Pendidikan Karakter
Anak Dalam Pendidikan Islam Dengan Menggunakan Hypnoparenting” pada
tahun 2012. Dalam skripsi ini, disebutkan tentang cara-cara mendidik anak
dengan menggunakan hypnoparenting, yakni pembinaan anak dengan
memperhatikan pengaruh hypnosis untuk menanamkan rekaman atau sugesti
positif pada pikiran bawah sadar. Disebutkan juga dalam skripsi ini cara
mengatasi masalah atau kenakalan anak yang sering terjadi dengan
hypnoparenting. Dalam menggunakan metode ini orang tua juga dapat
menanamkan pendidikan karakter.5
4 R. Bagus. Moh. Zainuddin, “Kunci Sukses Pengasuhan Anak (Studi Kasus Keluarga Ali
Sumenep Madura),” Skripsi, Fakultas Dakwah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2003.
5 Daluti Delimanugari, “Pendidikan Karakter Anak Dalam Pendidikan Islam Dengan
Menggunakan Hypnoparenting.” Skirpsi. Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta. 2012.
8
Skripsi Novia Dyah Rahmawati yang berjudul “Program Parenting
Club Dalam Pengembangan Kecerdasan Emosional Anak Di TK Islam
Aisyiyah Ampel Boyolali” tahun 2004. Skripsi ini meneliti tentang program
Parenting Club Di TK Islam Aisyiyah yang diikuti oleh Guru TK dan orang
tua siswa dimana program ini bertujuan untuk mengembangkan kecerdasan
emosi anak melalui kegiatan-kegiatan seperti kajian psikologi, peningkatan
keimanan dan dan ketakwaan bagi siswa. Dari hasil kegiatan yang ada dalam
program tersebut adalah anak menjadi mempunyai kemampuan untuk
mengenali emosi dirinya, mengelola emosi, memotivasi diri, serta dapat
berempati dengan teman-teman, guru, dan orang tua.6
Skripsi Budi Rohdiyana Rahmat yang berjudul “Mendidik
Spiritualitas Anak (Telaah Atas Buku 10 Prinsip Spiritual Parenting Dalam
Menumbuhkan Dan Merawat Cinta Anak Karya Mimi Doe Dan Relevanisnya
dengan Pendidikan Keluarga Islam)” tahun 2002. Skripsi ini membahas
tentang mendidik spiritualitas anak melalui buku yang ditulis Mimi Doe,
seorang penulis dari Barat namun kemudian direlevansikan dengan
pendidikan keluarga berbasis Islami.7
Skripsi Warsih Rohayani yang berjudul “Strategi Mendidik Anak
Usia Dini Menggunakan Hypnoparenting (Studi Kasus Orang Tua Berprofesi
6 Novia Dyah Rahmawati, “Program Parenting Club Dalam Pengembangan Kecerdasan
Emosional Anak Di TK Islam Aisyiyah Ampel Boyolali.” Skripsi. Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan
IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2004.
7 Budi Rohdiyana Rahmat, “Mendidik Spiritualitas Anak (Telaah Atas Buku 10 Prinsip
Spiritual Parenting Dalam Menumbuhkan Dan Merawat Cinta Anak Karya Mimi Doe Dan
Relevanisnya dengan Pendidikan Keluarga Islam).” Skripsi. Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan
IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2002.
9
Guru Di Desa Karangsewu)” tahun 2014. Skripsi ini meneliti strategi orang
tua dalam mendidik anak usia dini menggunakan hypnoparenting. Hasil
penelitian ini mengemukakan strategi orang tua dalam mendidik anak
melalui: menumbuhkan persaingan, menghindari sikap ambivalensi,
menekankan hubungan kausalitas, menghindari melakukan intervensi terlalu
banyak, berkomunikasi dengan sehat.8
Perbedaan antara penelitian yang akan penulis lakukan dengan
penelitian-penelitian di atas adalah di sini penulis akan mendeskripsikan
bagaimana cara orang tua dalam mempersiapkan anak-anaknya untuk
menjadikan mereka generasi yang shalih dan shalihah dengan menggunakan
norma-norma Islami.
F. Kerangka Teori
1. Pengertian Islamic Parenting
Islamic Parenting adalah mempersiapkan generasi muda yang
memiliki moral yang mengacu pada norma-norma Islam dan membentuk
generasi yang shalih dan shalihah.9 Oleh karena itu, hal ini bisa
dilakukan sebelum anak lahir di dunia, bukan hanya ketika anak sudah
lahir ke dunia ini. Konsep Islamic Parenting mengajarkan bahwa pola
asuh yang digunakan orang tua juga mencakup bagaimana orang tua
mampu membentuk akhlaqul karimah terhadap anak-anaknya. Ayat Al-
Qur’an yang berkaitan dengan itu adalah:
8 Warsih Rohayani, “Strategi Mendidik Anak Usia Dini Menggunakan Hypnoparenting
(Studi Kasus Orang Tua Berprofesi Guru Di Desa Karangsewu).” Skripsi. Fakultas Tarbiyah Dan
Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2014.
9 Kusdwiratri Setiono, Psikologi Keluarga..., hlm. 136.
10
Artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di
waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah
benar-benar kezaliman yang besar". (QS Luqman:13)10
Menurut Kamal Hasan, Islamic Parenting adalah suatu proses
seumur hidup untuk mempersiapkan seseorang agar dapat
mengaktualisasikan perannya sebagai khalifatullah di muka bumi.
Dengan kesiapan tersebut, diharapkan dapat memberikan sumbangan
sepenuhnya terhadap rekonstruksi dan pembangunan masyarakat dalam
mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Seperti halnya dengan
Muhammad Natsir, menurutnya Islamic Parenting adalah pengasuhan
yang berpusat pada konsep tauhid. Artinya konsep tauhid harus dijadikan
dasar pembinaan dalam masyarakat. Dalam perspektif Islam, mengasuh
anak bukan hanya persoalan memberikan kebutuhan yang bersifat ragawi
saja, lebih dari itu orang tua juga harus mengajarkan nilai-nilai Islami
kepada anak-anaknya.
2. Metode Islamic Parenting
Metode Islamic parenting adalah:
a. Pendidikan
1) Pendidikan Keimanan
10
Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: CV Penerbit J-Art),
hlm. 412.
11
Setiap anak diciptakan dengan membawa bakat iman
kepada Allah SWT. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya
pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam benak setiap anak
tentang asal muasal kehidupan. Dengan kemampuan berpikir
yang masih terbatas inilah orang tua sebagai pendidik bagi anak
yang pertama harus mengenalkan Tuhan pada anak sesuai
dengan kapasitasnya.11
Sedini mungkin anak dapat bersikap sesuai nilai agama
guna mengembangkan sense of moral-nya. Alhasil anak bisa
membedakan mana yang baik dan buruk. Anak diharapkan bisa
menjaga hubungan pertemanan atas dasar saling pengertian dan
saling kasih sayang sehingga menjadi individu yang bisa
menerima dirinya dan memiliki kesehatan mental yang baik.
Orang tua harus menjelaskan kepada anak-anaknya bahwa
Tuhan telah membuat aturan-aturan dalam hidup. Aturan
tersebut yang memuat hal-hal yang untuk ditaati serta yang
untuk dijauhi sebagai larangan dari Tuhan.12
Mengenalkan Tuhan kepada anak dapat dilakukan
dengan cara menyaksikan keagungan Tuhan melalui ciptaan-
ciptaan-Nya di alam semesta ini. Selain dengan mengamati
bentangan alam, anak juga menggunakan penglihatannya untuk
11
Imas Kurniasih, Mendidik SQ Anak Menurut Nabi Muhammad SAW, (Yogyakarta:
Galangpress), hlm. 118.
12
Ibid, hlm. 118.
12
mengamati pola tingkah laku orang tuanya. Pendidikan lebih
banyak diambil dari pengalaman hidup orang lain, kejadian
sehari-hari yang dialaminya. Melalui tindakan nyata, orang tua
dapat menyisipkan pesan dalam diri anak. Anak akan mengenal
Tuhan tak sekedar melalui kemampuan orang tua dalam
menuangkan pengenalan terhadap Tuhan dalam bentuk kata-
kata, curahan cinta dan kasih sayang orang tua kepada anak-
anak, menghindari hal-hal yang bersifat kekerasan, akan
meninggalkan kesan pada anak bahwa Tuhan itu Maha Pengasih
dan Maha Penyayang. Dan pada akhirnya anak akan tertarik
mencintai Tuhan dan yakin bahwa kasih sayang datangnya dari
Allah SWT.13
2) Pendidikan Akhlak
Rasulullah adalah pemimpin dan teladan yang paling baik
serta paling sempurna bagi seluruh umat sehingga segala hal
yang dilakukan oleh beliau patut kita contoh seperti bagaimana
beliau berinteraksi dengan anak-anak, memerintahkan mereka,
melarang, bercanda, tersenyum, tidak marah-marah, tidak suka
mencela, dan menanamkan akidah secara aplikatif dalam diri
mereka. Rasulullah membentuk akhlak dan perilaku anak-anak
secara aplikatif dengan memberikan teladan kepada mereka.
Anak-anak yang dididik demikianpun tumbuh dengan perilaku
13
Ibid, hlm. 119.
13
yang baik dan menjadi pribadi yang kuat dihadapan berbagai
tantangan materialisme yang telah menunggu dalam kenyataan
hidup bermasyarakat.14
Orang tua atau pendidik merupakan sosok figur dalam
pandangan anak, yang segala perilakunya merupakan cermin
bagi anak, disadari atau tidak, akan ditiru oleh anak.15
Menurut
pandangan Islam yang juga telah dipaparkan sebelumnya,
memberikan teladan yang baik merupakan metode pendidikan
yang terbaik dan paling membekas pada anak. Rasulullah
memerintahkan kepada para orang tua untuk menjadi suri
teladan yang baik dalam bersikap dan berperilaku jujur dalam
berhubungan dengan anak. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad
dari Abu Hurairah: Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa
yang mengatakan kepada seorang anak kecil. ‘Kemarilah aku
beri sesuatu.’ Namun dia tidak memberinya, maka itu adalah
suatu kedustaan.”16
Anak-anak akan selalu memerhatikan dan meneladani
sikap dan perilaku orang dewasa. Apabila mereka melihat kedua
orang tua berperilaku jujur, mereka akan tumbuh dalam
kujujuran, sebaliknya jika orang tua berperilaku dusta, maka
14
Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid, Prophetic Parenting: Cara Nabi Mendidik
Anak, (Yogyakarta: Pro-U Media, 2010), hlm. 426.
15
Kusdwiratri Setiono, Psikologi Keluarga..., hlm. 139.
16
Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid,, Prophetic Parenting: Cara..., hlm. 139.
14
mereka akan tumbuh dalam kedustaan.17
Disamping
memberikan teladan yang baik kepada anak, orang tua juga
memberikan cerita tentang sifat-sifat Rasulullah dan orang-
orang shalih terdahulu. Demikian pula orang tua perlu
memberikan perhatian untuk memperbaiki perilaku anaknya
yang tertua, karena adik-adik biasanya meneladani perilaku
kakaknya. Anak-anak akan selalu memerhatikan dan meneladani
sikap dan perilaku orang dewasa.18
3) Pendidikan Jasmani
Agama Islam memberikan perhatian besar terhadap
kesehatan manusia secara umum. Berolahraga adalah salah satu
dari sekian banyak cara yang dilakukan untuk menjaga
kesehatan tubuh. Jenis-jenis olahraga yang diajurkan oleh
Rasulullah diantaranya adalah berenang, memanah, dan
berkuda. Diriwayatkan dari Umar Bin Khatab: “Ajarkanlah
kepada anak-anak kalian berenang, memanah dan tetap duduk
di kuda yang sedang melompat.”19
Olahraga dapat membangun
jasmani seseorang untuk menjadi lebih kuat dalam menghadapi
penyakit. Dengan olahraga, tubuh dapat memproduksi antibodi
yang dapat mencegaah masuknya bibit penyakit, kecuali apabila
Allah mengehendaki hal lain dan ujian yang lain.
17
Ibid, hlm. 140.
18
Kusdwiratri Setiono, Psikologi Keluarga..., hlm. 140.
19
Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid, Prohetic Parenitng: Cara..., hlm. 482.
15
Selain mengajarkan olahraga kepada anak, orang tua juga
harus mengajarkan kebersihan diri dan kedisiplinan seperti
membiasakan anak bersiwak, menjaga kebersihan kuku,
mengajarkan adab makan dan minum yang baik, melatih anak
tidur dengan posisi miring kanan, dan melatih anak tidur setelah
isya dan bangun dini untuk subuh.20
Rasulullah juga
menganjurkan untuk segera mengobati anak yang sakit. Sebab
berobat adalah penyembuhan yang mendasar bagi kesehatan
tubuh.21
4) Pendidikan Intelektual
Kewajiban orang tua yang pertama dalam hal pendidikan
intelektual bagi anak-anaknya adalah dengan memilihkan guru
yang shalih dan sekolah yang layak.22
Ibnu Sina dalam kitab As-
Siyasah mengatakan bahwa, “Sepatutnya anak memiliki guru
yang pandai, taat beragama, berakhlak mulia, mengerti kemauan
anak, bersahaja, berwibawa, tidak sering bercanda, tidak suka
amarah, tidak suka membentak dan mengeluarkan kata-kata
yang tidak layak dihadapan anak-anak, tidak keras dan kasar,
murah senyum, cerdas, enak dipandang, bersih dan rapi. Dengan
20
Ibid, hlm. 530.
21
Ibid, hlm. 535.
22
Syaikh Jamal Abdurrahman, Islamic Parenting:Pendidikan Anak Metode Nabi, (Solo:
Aqwam, 2013), hlm. 248.
16
dasar inilah para penguasa kaum muslimin mencari guru yang
shalih untuk mendidik dan membimbing anak-anak mereka.”23
At-Tirmidzi mengatakan, “Tempat yang cocok bagi anak
adalah di sekolah. Tempat yang cocok bagi para perampok
adalah di penjara. Tempat yang cocok bagi wanita adalah
dirumah.”24
Zaman sekarang ini musuh-musuh Islam merusak
generasi muslim bukan dengan perang secara fisik lagi
malainkan melalui perang fikiran dengan membangun sekolah-
sekolah modern yang menjauhkan anak dari manhaj Allah dan
syariat-Nya. Di sekolah-sekolah ini, mungkin seorang murid
mendapatkan ilmu pengetahuan, namun ilmu yang
didapatkannya sama sekali tidak sebanding dengan kerugiannya
dalam masalah agama dan keikhlasan untuk umatnya.25
Dilihat
dari dampak yang timbul apabila orang tua memasukkan
anaknya ke sekolah yang tidak menanamkan nilai-nilai akidah
Islam bagi murid-muridnya, maka akan sangat bijak jika orang
tua memasukkan anak-anaknya ke sekolah yang tidak hanya
mementingkan aspek intelegensi saja tetapi juga
mengimbanginya dengan aspek spiritual agar nilai-nilai Islam
tetap hidup hingga anak tumbuh dewasa dan siap
23
Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid, Prophetic Parenting: Cara..., hlm. 502.
24
Asy-Sya’rani, Ath-Thabaqat Al-Kubra, hlm. 91.
25
Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid, Prophetic Parenting: Cara..., hlm. 507.
17
mengaplikasikan pelajaran yang mereka dapat saat di sekolah
dalam kehidupan nyata di masyarakat.
b. Menikahkan/Memilihkan Pasangan Hidup
Orang tua akan merasa gembira melihat buah hatinya telah
berubah menjadi generasi baru yang akan menapaki jalan hidupnya.
Ini semua merupakan buah dari pendidikan, kesabaran, dan ketaatan.
Setelah itu, tugas orang tua adalah menjaga generasi tersebut.
Termasuk dalam tugas orang tua adalah mengajarkan pendidian seks
kepada anak. Pendidikan seks untuk anak yang perlu disampiakan
adalah hukum yang berkaitan dengan anak yang sudah baligh dan
etika-etika pernikahan. Saat mencapai usia baligh, akan timbul
keinginan biologis, ketertarikan kepada lawan jenis, dan gejolak-
gejolak masa pubertas. Pendidikan seks perlu disampaikan secara
bertahap, anak yang hampir mencapai usia baligh sebaiknya
diberitahu tentang hukum-hukum pubertas, tanda-tanda baligh, dan
sebagainya. Bila anak telah baligh, ia cukup diajari solusi persoalan
anak pada usia baligh. Misalnya, anak laki-laki diajari tentang mimpi
basah, cara mandi janabat dan rukun-rukunnya. Sedangkan bagi anak
perempuan diajarkan pula tentang darah haid, hukum-hukum haid,
dan cara bersuci darinya. Hal semacam ini harus dielaskan tanpa
malu karena merupakan sesuatu yang benar.26
26
Syaikh Jamal Abdurrahman, Islamic Parenting: Pendidikan..., hlm. 286-288
18
Bagi pemuda baligh yang ingin menikah, orang tua harus
mengajarkan pendidikan pranikah. Pengetahuan ini sangat
dibutuhkan misalnya, hukum-hukum keluarga, pergaulan suami-istri,
dan pertemuan pasangan suami-istri terutama saat pertama kali.
Rasulullah memberikan nasehat dan pelajaran kepada orang yang
hendak berkeluarga dengan bersabda: “Perempuan itu dinikahkan
karena empat perkara, yaitu karena hartanya, karena keturunannya,
karena kecantikannya, atau karena agamanya. Akan tetapi pilihlah
berdasarkan agamanya niscaya selamat dirimu.” (HR Bukhari dan
Muslim).27
Memilih pasangan hidup tidak sama dengan memilih
teman biasa, pasangan hidup adalah teman meraih satu tujuan yaitu
keluarga sakinah yang diridhai Allah. Dalam memilih istri ada
beberapa hal yang perlu dipertimbangkan seseorang antara lain:
1) Seagama
Hal ini sangat penting karena apabila suami dan istri
memiliki agama yang berbeda, resiko terjadinya terjadinya
pertentangan dalam keluarga akan lebih besar. Apabila telah
lahir keturunan, akan terjadi kerancuan dan gesekan kepentingan
dalam menentukan status agama anak. Bila ini terjadi, maka
suasana dalam keluarga menjadi tidak harmonis lagi karena
27
Ibnu Hajar Al Asqolani, Bulughul Maram:Panduan Lengkap Masalah-Masalah Fiqh,
Akhlak, Dan Keutamaan Amal, (Bandung: Mizan, 2013), hlm. 399.
19
yang ada hanyalah persaingan untuk membawa anak pada
agama yang dianut oleh masing-masing pihak (suami-istri).28
2) Kuat Agamanya
Seorang calon istri harus tangguh keagamaannya sebab
dirinya akan menjadi guru pertama bagi anak-anaknya kelak
sebelum anak-anak berguru pada orang lain. Hal itu karena istri
lebih banyak di rumah dan berhadapan dengan keluarga
terutama dengan anak-anak. Rasulullah bersabda, “Rumah
adalah sekolah pertama.”29
Sebelum anak mengenal sekolah
formal seperti TK, SD, dan seterusnya anak terlebih dahulu
harus mendapat pendidikan di keluarga. Disini peran seorang
ibu sangat penting yang mengajarkan berjalan, adab makan dan
minum, tidur, dan seterusnya.
3) Setia
Bagi seorang istri, kesetiaan menjadi hal yang sangat
penting dalam kehidupan berumah tangga yang dijalaninya.
Ketika suami meninggalkan rumah, maka istri harus mampu
menjaga kehormatannya, hartanya, dan harta suami. Hal itu
bagian dari kesetiaan. Muhammad Al-Khasty menyatakan
bahwa istri yang teladan adalah istri yang setia, ikhlas,
mendampingi sepanjang hidup dengan penuh pengabdian.30
28
Fauzi Rachman, Islamic Parenting, (Jakarta: Penerbit Erlangga: 2010), hlm. 30.
29
Ibid, hlm. 30.
20
4) Cantik
Kecantikan ini tentu harus dibalut dengan keatkwaan yang
akan mengangkat derajat suami dan keluarga. Standar dasarnya
adalah seperti yang terdapat dalam hadits Rasulullah yakni
berharta, cantik, orang baik-baik, dan bagus agamanya. Namun
yang terpenting adalah bukan sekedar cantik secara fisik karena
kecantikan fisik bersifat relatif. Akan tetapi kecantikan hati,
pikiran, itulah yang seharusnya menjadi pertimbangan utama
bagi seorang laki-laki dalam memilih calon istri.
Begitupula bagi wanita, hendaknya memilih suami yang sesuai
dari orang-orang yang datang melamarnya dan mendahulukan laki-
laki yang beragama dan berakhlak. Rasulullah memberikan
pengarahan bagi para wali dengan bersabda: “Bila datang kepadaamu
orang yang kamu sukai agama dan akhlaknya, maka kawinkanlah.
Jika tidak kamu lakukan, niscaya terjadi fitnah di muka bumi dan
kerusakan yang besar.”31
Memilih suami sama halnya dengan
menentukan masa depan, bahkan menentukan kebahagiaan dunia-
akhirat. Seorang suami adalah pemimpin, tempat berlindung bagi istri
dan anak-anaknya. Berikut adalah kriteria laki-laki ideal yang perlu
diperhatikan seorang perempuan yang akan memilih suami:
30
Ibid, hlm. 31.
31
Muhammad Nashirudin Al Albani, Shahih Sunan Tirmidzi, (Pustaka Azzam, Jakarta:
2007), hlm. 830.
21
1) Seagama
Meskipun banyak yang menyatakan bahwa pernikahan
berbeda agama tidak bermasalah, akan tetapi persentasenya kecil.
Banyak ketidak sesuaian yang bisa menimbulkan masalah antara
lain agama apa yang nanti dipeluk oleh sang anak, bagaimana
aktivitas ibadah sehari-hari? Bagaimana jika pasangan wafat
kemudian tidak mengetahui bagaimana cara yang dilakukan
agamanya untuk menguburkannya?32
Allah berfirman dalam QS
Al Mumtahanah ayat 10 yang berbunyi:
Artinya: “Jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-
benar) beriman maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada
(suami-suami mereka) yang kafir. Mereka tiada halal bagi orang-
orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi
mereka.33
2) Kuat dan Baik Agamanya
Seseorang yang beragama sama belum tentu juga kuat
beragama, selain beragama tentunya harus mempunyai
pemahaman agama yang mendalam yang akan menjadi dasar
pertimbangan dalam memilih pasangan hidup. Dasar kendali
32
Fauzi Rachman, Islamic Parenting..., hlm. 28.
33
Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahannya..., hlm. 550.
22
agama yang kuat dapat menjadi pengendali dalm membawa
kehidupan berumah tangga menuju keridhaan Allah.34
3) Berakhlak Mulia
Seorang pemuda yang berakhlak mulia kelak akan
menjadi suami yang bijaksana. Suami yang mempunyai sifat
bijaksana akan menciptakan suasana rumah tangga yang indah
dan nyaman. Rasulullah sangat menekankan untuk memilih calon
suami yang baik akhlaknya.35
4) Pekerja keras
Dalam sebuah hadits Rasulullah menganjurkan para
pemuda yang sudah mampu lahir dan batin untuk segera menikah.
Diantara kemampuan lahir adalah kemampuan seseorang untuk
memberikan nafkah karena hal tersebut merupakan kewajiban
seorang suami. Maka dalam memilih pasangan, faktor pekerja
keras juga harus diperhatikan karena seorang pekerja keras akan
mampu memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Selama ini
banyak terjadi perselisihan dalam rumah tangga karena masalah
ekonomi sebab tidak dipungkiri bahwa keberadaan harta erat
kaitannya dengan kekuatan beragama. Rasulullah bersabda
“Kemiskinan dapat mendatangkan kekafiran.”36
34
Ibid, hlm. 28.
35
Ibid, hlm. 29.
36
Ibid, hlm. 29.
23
Bila anak laki-laki ingin menikah atau anak perempuan telah
mencapai usia yang pantas untuk menikah, dan anak laki-laki tersebut
datang untuk melamarnya maka haknya adalah dimintai pendapat
tentang pemuda yang melamarnya itu. Menerima atau tidak itu
merupakan haknya dan tidak boleh diabaikan. Gadis yang dilamar
boleh melihat laki-laki pelamarnya, sebagaimana pelamarnya boleh
melihat dirinya. Setelah ada persetujuan, semua hukum tentang kaidah
khitbah (melamar) harus dijelaskan kepada masing-masing.37
c. Mengembangkan Agama Islam
Pernikahan Islami bukan hanya bertujuan untuk menghalalkan
hubungan seksual, walaupun memang itu menjadi salah satu
tujuannya sebagai konsekuensi dari pemenuhan kebutuhan biologis.
Tetapi ada tujuan lain yang yang sifatnya mulia antara lain:
1) Memperbanyak kaum muslimin dan memberikan kegembiraan
di hati Rasulullah SAW.
2) Menjaga diri dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
3) Membangun generasi muslim.
4) Kelangsungan hidup umat manusia.38
Dari empat tujuan pernikahan Islami diatas, merupakan cara
manusia dalam mengembangkan agama Islam. Melalui pernikahan,
ketika seorang laki-laki yang berkepribadian baik, berpendidikan
tinggi, serta berakhlak baik menikah dengan wanita yang baik pula
37
Syaikh Jamal Abdurrahman, Islamic Parenting: Pendidikan..., hlm. 294-295.
38
Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid, Prophetic Parenting: Cara..., hlm. 63.
24
maka generasi yang dihasilkan dari generasi tersebut merupakan
generasi emas.39
Diturunkannya agama Islam oleh Allah SWT kepada
makhluk-Nya agar mereka senantiasa sesuai dengan guidance way of
life: Al Qur’an dan As Sunah serta menjalankan Islam secara
menyeluruh dan all out. Kewajiban muslim sebagai umat yang
beragama Islam adalah mengimani Islam, mengilmuni Islam,
mengamalkan Islam, mempertahankan Islam, dan mengembangkan
Islam itu sendiri. Selain untuk memperkuat keimanan bagi yang
mengembangkan agama Islam, juga sebagai ladang amal karena
mengajak kepada kebenaran dan kebaikan. Rasulullah bersabda:
“Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al Qur’an dan
mengajarkannya.”(HR. Bukhari).40
Allah berfirman:
Artinya: Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam
kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan
nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (QS. Al-Ashr:13).41
Mengembangkan agama Islam melalui dakwah dapat
dilakukan dengan berbagai cara dan metode, yaitu:
39
Fauzi Rachman, Islamic Parenting..., hlm. 31.
40
Muhammad Fuad Abdul Baqi, Shahih Al-Bukhari Jilid 4, (Jakarta: Pustaka As-Sunnah,
2010), hlm. 591.
41
Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya..., hlm. 601.
25
1) Dakwah fardiah, yakni dakwah yang dilakukan seseorang
kepada orang lain dalam skala kecil dan terbatas.
2) Dakwah ammah, yakni dakwah yang dilakukan dengan media
lisan yang ditunjukkan kepada orang banyak dengan maksud
menanamkan pengaruh terhadap mereka.
3) Dakwah bil-lisan, yakni dakwah yang dilakukan dengan cara
penyampaian informasi melalui lisan yang dapat berupa
ceramah.
4) Dakwah bil-haal, yakni dakwah yang mengedepankan perbuatan
nyata.
5) Dakwah bit-tadwin, yakni dakwah melalui tulisan, baik dengan
menerbitkan artikel, jurnal, buku, majalah, maupun menulis di
blog.
6) Dakwah bil-hikmah, yakni dakwah dengan menyampaikan
pesan dengan cara yang bijaksana, yaitu melakukan pendekatan
tanpa ada paksaan dan tekanan.42
Selain dengan metode-metode diatas, mengembangkan agama
Islam dapat juga dilakukan dengan memberdayakan potensi yang
dimiliki, misalnya dalam bidang pendidikan dapat dibangun sekolah
maupun madrasah, pesantren, menjadi guru, serta yang paling
penting adalah bekerja sesuai dengan bidang yang ditekuni masing-
masing sesuai dengan kemampuan. Peran orang tua dalam rangka
42
Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2009), hlm. 98-103.
26
mengembangkan agama Islam bagi anak-anaknya adalah dengan
mendeteksi dan mengembangkan bakat yang dimiliki oleh anak agar
anak saat dewasa berkembang dan tumbuh sesuai dengan fitrahnya.43
3. Bimbingan
a. Pengertian Bimbingan
Menurut Frank Parson, bimbingan adalah bantuan yang
diberikan kepada individu untuk dapat memilih, mempersiapkan diri,
dan memangku suatu jabatan serta mendapat kemajuan dalam
jabatan yang dipilihnya itu.44
Bimbingan merupakan proses
pemberian bantuan, bantuan di sini tidak hanya diartikan sebagai
bantuan materiil seperti uang, hadiah, sumbangan dan lain-lain,
melainkan bantuan yang bersifat menunjang bagi pengembangan
pribadi bagi individu yang dibimbing. Pelayanan bimbingan
merupakan suatu proses yang berarti bahwa pelayanan ini bukan
sesuatu yang sekali jadi, tetapi melalui liku-liku tertentu sesuai
dengan dinamika pelayanan ini.45
b. Fungsi Bimbingan
Fungsi bimbingan ditinjau dari kegunaan atau manfaat,
ataupun keuntungana-keuntungan apa yang diperoleh melalui
43
http://softilmu.blogspot.com (akses tanggal 5 Mei 2015)
44
Prayitno dan Erman Amti, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2008), hlm. 93.
45
Ibid, hlm. 97-98.
27
pelayanan tersebut. Fungsi-fungsi itu banyak dan dapat
dikelompokkan menjadi empat fungsi pokok, yaitu:
1) Fungsi pemahaman, yaitu membantu individu agar dapat
memahami jati dirinya serta permasalahannya sendiri serta
pemahaman tentang lingkungan individu tersebut.
2) Fungsi preventif, yaitu upaya mempengaruhi dengan cara yang
positif dan bijaksana lingkungan yang dapat menimbulkan
kesulitan atau kerugian sebelum kesulitan atau kerugian itu
benar-benar terjadi.
3) Fungsi kuratif, yaitu membantu individu memecahkan masalah
yang sedang dihadapinya (seperti tausiyah tentang pentingnya
berbuat sabar pada saat tertimpa musibah, atau bertaubat pada
saat berbuat dosa).
4) Fungsi pengembangan, yaitu membantu individu
mengembangkan potensi dirinya (fisik, emosi, sosial, moral,
spiritual) yang secara optimal melalui berbagai aktivitas yang
positif.46
G. Metode Penelitian
Untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan permasalahan
yang dirumuskan dan mempermudah pelaksanaan penelitian serta mencapai
tujuan yang ditentukan, penulis menggunakan metode-metode berikut:
46
Syamsu Yusuf, Teori Kepribadian, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), hlm.
229.
28
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif analitis. Dalam penelitian ini penulis berusaha
mencari dan mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan subyek dan
obyek penelitian ini, yang berisi metode dan bimbingan yang dilakukan
oleh Chayatullah Romas dalam mempersiapkan anak-anaknya dengan
mengacu pada norma-norma Islam, kemudian disusun secara sistematis.
Pengolahan data yang diperoleh tersebut bersifat non statistik, karena
menggunakan sifat deskriptif maka penulis hanya memaparkan semua
realita yang ada untuk kemudian secara cermat dianalisis dan
diinterpretasi.47
2. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah keseluruhan dari sumber informasi yang
dapat memberikan data sesuai dengan masalah yang diteliti.48
Adapun
yang menjadi subyek kunci penelitian di sini adalah Chayatullah Romas
dan Elok Nafilah. Sedangkan yang menjadi informan dalam penelitian ini
adalah anak-anak keluarga Chayatullah Romas yang berjumlah 5 orang
yaitu Hanifatu Afida Romas, Husnu Aqila Romas, Ahmad Azqia Romas,
Muh. Alhan Romas, dan Aisar Labibi Romas.
47
Winarto Surakmad, Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar Metode, Teknik, (Bandung:
Tarsito, 1994), hlm. 139.
48
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1991), hlm. 115
29
3. Obyek Penelitian
Obyek penelitian adalah apa yang menjadi titik perhatian suatu
penelitian.49
Adapun yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah
metode dan bimbingan yang dilakukan oleh Chayatullah Romas dalam
mempersiapkan anak-anaknya dengan mengacu pada norma-norma Islam
melalui pendidikan, menikahkan/memilihkan pasangan hidup, dan
mengembangkan agama Islam.
4. Alat Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang lengkap dan akurat, maka penulis
menggunakan beberapa metode yaitu:
a. Wawancara
Metode pertama yang penulis gunakan untuk mengumupulkan
data adalah metode wawancara dengan teknik bebas terpimpin, ini
dimaksudkan untuk mengungkap data pengalaman individu kasus
agar diperoleh pengertian yang mungkin kurang tepat jika
menggunakan metode selain wawancara.50
Wawancara mendalam dengan teknik bebas terpimpin
digunakan untuk mendapatkan gambaran detail pengalaman kasus.
Dalam pelaksanaannya penggunaan daftar pertanyaan (out line) tetap
dibutuhkan agar pembicaraan tetap terarah pada pokok masalah
penelitian. Wawancara ini penulis bagi menjadi dua yaitu wawancara
49
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pengantar, (Jakarta: Bina
Aksara.1989), hlm .91.
50
Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: PT Gramedia,
1976), hlm. 198.
30
secara langsung dan tidak langsung. Wawancara secara langsung
penulis lakukan kepada subyek yaitu Bapak Chayatullah Romas dan
Ibu Elok Nafilah. Sedangkan wawancara tidak langsung penulis
lakukan kepada para informan yaitu Hanifatu Afida Romas, Husnu
Aqila Romas, Ahmad Azqia Romas, Muh. Alhan Romas, dan Aisar
Labibi Romas dengan menggunakan media internet.
b. Dokumentasi
Metode kedua yang dipakai oleh penulis dalam
mengumpulkan data adalah metode dokumentasi. Metode
dokumentasi adalah metode pengumpulan data melalui sumber-
sumber dokumen, catatan, yang mengandung petunjuk-petunjuk
tertentu. Dokumen tersebut dapat dipergunakan sebagai alat
pembuktian dan bahan untuk mendukung bahan suatu keterangan,
penjelasan atau argumen.51
Dengan metode pengumpulan di atas, penulis mengharapkan
mendapatkan data mengenai metode dan bimbingan yang dilakukan
oleh Chayatullah Romas beserta Elok Nafilah dalam mempersiapkan
anak-anaknya dengan mengacu pada norma-norma Islam sebagai
pelengkap.
5. Analisis Data
Setelah data terkumpul dengan lengkap, maka kemudian perlu
diadakan analisis terhadap data tersebut. Selanjutnya dilakukan analisis
51
Winarno Surakhmad, Pengantar Pengantar Ilmiah, (Bandung: Tarsito, 1990), hlm.
132.
31
terhadap data yang didapatkan dengan metode interview sebagai metode
utama, sedangkan metode observasi dan dokumentasi sebagai metode
pendukung.
Analisis data artinya menginterprestasikan data-data yang sudah
tersusun dan terseleksi. Untuk menganalisis data yang telah diperoleh
akan digunakan analisis deskriptif kualitatif.52
Analisis deskriptif yaitu cara analisis yang cenderung
menggunakan kata-kata untuk menjelaskan (describe) fenomena ataupun
data yang didapatkan. Analisis ini digunakan untuk menganalisis data-
data yang tidak dapat diukur dengan angka.
Dalam penelitian ini metode analisis data yang penulis gunakan
adalah deskriptif kualitatif yaitu digambarkan dengan kata-kata atau
kalimat.53
Maksudnya setelah data terkumpul kemudian disusun sesuai
dengan kenyataan dan berdasarkan urutan pembahasan yang telah
direncanakan. Selanjutnya penulis melakukan interprestasi secukupnya
dalam usaha memahami kenyataan yang ada dalam usaha menarik
kesimpulan.
52
Drajat Suharjo, Metodologi dan Penulisan Laporan Ilmiah, (Yogyakarta: UI Pres,
2003), hlm. 12.
53
Husain Usman, Metologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), hlm. 245.
80
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dalam BAB III, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Metode yang dilakukan oleh Chayatullah Romas dalam mempersiapkan
anak-anaknya dengan mengacu pada norma-norma Islam yaitu pertama
melalui pendidikan. Pendidikan yang dimaksud antara lain pendidikan
keimanan, pendidikan akhlak, pendidikan jasmani, dan pendidikan
intelektual. Metode yang kedua adalah dengan menikahkan/memilihkan
pasangan hidup bagi anak-anaknya. Kriteria Chayatullah Romas dalam
menikahkan/memilihkan pasangan hidup bagi anaknya yang terpenting
adalah calon pasangan anaknya tersebut pandai membaca Al Qur’an.
Ketiga dengan mengembangkan agama Islam, dengan salah satu cara
yang diantaranya adalah menjadi penceramah, menjadi takmir masjid,
menjadi guru seni musik, dan menulis artikel di blog.
2. Bimbingan yang diberikan Chayatullah Romas kepada anak-anaknya
yaitu pertama, pemahaman melalui penididikan keimanan, pendidikan
akhlak, pendidikan jasmani, dan pendidikan intelektual. Kedua, preventif
melalui pendidikan keimanan dan pendidikan akhlak. Ketiga, kuratif
melalui pendidikan akhlak. Keempat, pengembangan melalui
mengembangkan agama Islam.
81
B. Saran-Saran
Setelah memperhatikan uraian serta keterangan yang diperoleh dari
lokasi penelitian mengenai cara yang dilakukan oleh Chayatullah Romas
dalam mempersiapkan anak-anaknya dengan mengacu pada norma-norma
Islam melalui pendidikan, menikahkan/memilihkan pasangan hidup, dan
mengembangkan agama Islam yang dilaksanakan di Desa Linggapura, maka
penulis perlu memberikan masukan ataupun saran yang mungkin dapat
menjadi kontrsi bagi pihak-pihak yang bersangkutan. Saran yang penulis
sampaikan adalah sebagai berikut:
1. Untuk anak-anak Chayatullah Romas agar dapat lebih mengembangkan
agama Islam melalui berbagai metode, tidak hanya dengan satu metode
saja.
2. Untuk pembaca agar dapat menerapkan Islamic Parenting dalam
mengasuh anak-anaknya.
3. Untuk peneliti selanjutnya agar dapat melanjutkan penelitian dengan tema-
tema serupa yaitu tentang Islamic Parenting dengan pembahasan lebih
mendalam pada pendidikan. Karena penulis melihat belum banyaknya
referensi tentang Islamic Parenting karena pada dasarnya tema tentang
Islamic Parenting sangat layak untuk dikaji terutama untuk kontrsi
khasanah keilmuan Islam.
82
DAFTAR PUSTAKA
Budi Rohdiyana Rahmat. 2002. “Mendidik Spiritualitas Anak (Telaah Atas Buku
10 Prinsip Spiritual Parenting Dalam Menumbuhkan Dan Merawat Cinta
Anak Karya Mimi Doe Dan Relevanisnya dengan Pendidikan Keluarga
Islam).” Skripsi. Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan IAIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
Daluti Delimanugari. 2012. “Pendidikan Karakter Anak Dalam Pendidikan Islam
Dengan Menggunakan Hypnoparenting.” Skirpsi. Fakultas Tarbiyah Dan
Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur’an Dan Terjemahnya. Bandung: CV
Penerbit J-Art.
Emzir. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: Rajawali
Pers.
Fauzi Rachman. 2011. Islamic Parenting. Jakarta: Erlangga.
Hartati (ed.), 1991. Pola Pengasuhan Anak Secara Tradisional Daerah Jawa
Timur. Jawa Timur: Deprtemen Pendidikan Dan Kebuadyaan.
Haya Binti Mubarok Al-Barik. 1999. Ensiklopedi Wanita Muslimah. Jakarta:
Darul Falah.
http://softilmu.blogspot.com
Ibnu Hajar Al Asqolani. 2013. Bulughul Maram:Panduan Lengkap Masalah-
Masalah Fiqh, Akhlak, Dan Keutamaan Amal. Bandung: Mizan.
Imas Kurniasih. 2010. Mendidik SQ Anak Menurut Nabi Muhammad SAW.
Yogyakarta: Galangpress.
JS. Badudu dan Sutan Muhammad Zain. 1994. Kamus Umum Bahasa Indonesia,
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Koentjaraningrat. 1976. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT
Gramedia.
Kusdwiratri Setiono. 2011. Psikologi Keluarga. Bandung: PT Alumni.
Lexy J. Moleong. 1994. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
83
Moh Nazir. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Moh. Sochib. 1998. Pola Asuh Orang Tua Dalam Membantu Anak
Mengembangkan Disiplin Diri. Jakarta: Rineka Cipta.
Muhammad Fuad Abdul Baqi. 2010. Shahih Al-Bukhari Jilid 4. Jakarta: Pustaka
As-Sunnah.
Muhammad Nashirudin Al Albani. 2007..Shahih Sunan Tirmidzi. Jakarta: Pustaka
Azzam.
Muhammad Nur Abdul Hafizh Suwaid. 2010. Prophetic Parenting: Cara Nabi
Mendidik Anak. Yogyakarta: Pro-U Media.
Novia Dyah Rahmawati. 2004. “Program Parenting Club Dalam Pengembangan
Kecerdasan Emosional Anak Di TK Islam Aisyiyah Ampel Boyolali.”
Skripsi. Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan IAIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
Prayitno dan Erman Amti. 2008. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta:
Rineka Cipta.
R. Bagus. Moh. Zainuddin. 2003. “Kunci Sukses Pengasuhan Anak (Studi Kasus
Keluarga Ali Sumenep Madura),” Skripsi, Fakultas Dakwah IAIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta.
Samsul Munir Amin. 2009. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah.
Suharsini Arikunto. 1991. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis,.
Jakarta: Rineka Cipta.
Syaikh Jamal Abdurrahman. 2011. Islamic Parenting: Pendidikan Anak Metode
Nabi. Solo: Aqwam.
Syamsu Yusuf. 2011. Teori Kepribadian. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Tim Penyusun Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta. 2010. Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Dakwah UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta. Yogyakarta: Fakultas Dakwah UIN Sunan
Kalijaga.
Warsih Rohayani, “Strategi Mendidik Anak Usia Dini Menggunakan
Hypnoparenting (Studi Kasus Orang Tua Berprofesi Guru Di Desa
Karangsewu).” Skripsi. Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta. 2014.
Winarto Surakmad. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar Metode, Teknik,
Bandung: Tarsito.
HASIL WAWANCARA
No Pewawancara Narasumber
1
2
3
4
5
6
7
Bapak anak ke berapa dari berapa
bersaudara?
Nama ayah dan ibu Bapak siapa?
Apa yang diingat dari pengasuhan
yang diberikan orang tua?
Bagaimana peran orang tua dalam
mendukung pendidikan formal?
Ketika dirumah, hal-hal apa saja
yang diajarkan oleh orang tua?
Riwayat berkeluarga dengan istri,
awal bertemu hingga memutuskan
untuk menikah?
Bagaimana riwayat pendidikan,
riwayat organisasi dan riwayat
pekerjaan?
Saya anak keempat dari lima
bersaudara.
Nama Ayah KH.Asy’ari, nama Ibu
Hj. Romlah
Bapak dan Ibu saya selalu bilang
sama saya bahwa dalam hidup itu
harus terus belajar dimanapun dan
kapanpun.
Mereka itu sangat memperhatikan
terutama Ibu, bahkan sampai melihat
isi rapor anak-anaknya, lalu
mengajarkan apa yang masih perlu
diperbaiki.
Bapak saya selalu mengajarkan
kepada saya untuk berperilaku
sholeh dan jujur.
Istri saya itu teman sekelas adik saya
waktu SMA, saya dikenalkan oleh
adik saya karena dia bilang saya dan
istri saya cocok. Saya bahkan
sebelumnya tidak kenal dengan istri
saya, setelah berkenalan saya sholat
istikharah dan merasa mantap untuk
menikahinya.
Saya sekolah di SD N Linggapura
sampai kelas 2, terus pindah ke SD
N 10 Tegal dari kelas 3 sampe lulus.
SMP-nya di SMP N Tegal, SMA-
8
9
10
11
12
13
Kondisi pendidikan masyarakat
pada umumnya jaman dulu?
Mengapa keluarga romas
mementingkan pendidikan formal
sampai perguruan tinggi padahal
lingkungan sekitar tergolong
berpendidikan rendah?
Siapa yang memilihkan sekolah?
Antara ayah dan ibu, siapa yang
paling berperan dalam hal
pendidikan formal maupun
nonformal?
Bagaimana bapak mengembangkan
ajaran-ajaran agama yang diberikan
orang tua setelah berkeluarga
sendiri?
Dengan profesi dan kegiatan bapak
yang padat bagaimana bapak
nya di Pekalongan. Yang terakhir di
Fakultas Kedokteran Gadjah Mada.
Waktu SMA saya ikut organisasi
PII, trus waktu kuliah saya ikut
HMI. Saya kerja selama 40 tahun di
PN Industri Sandang Bali.
Dulu itu masyarakat sini pendidikan
agamanya sangat baik disbanding
sekarang, dulu setiap rumah setelah
maghrib pasti masyarakat mengaji
Qur’an.
Dulu sebenernya Bapak saya ingin
anak-anaknya meneruskan dakwah
Bapak, menjadi pengasuh pondok
pesantren, tapi ternyata anak-
anaknya lebih memilih bekerja di
profesi yang lain.
Bapak sama Ibu saya tidak pernah
memaksa kami harus sekolah
dimana, mereka membebaskan kami,
asal kami bertanggung jawab.
Saya rasa keduanya sangat berperan.
Saya selalu teringat pesan Bapak dan
Ibu saya, setiap hari harus membaca
Al Qur’an. Itu juga saya terapkan
pada keluarga saya.
Ya, saya selalu memanfaatkan waktu
luang yang saya miliki meskipun
14
15
16
17
18
belajar agama dan bagaimana
menerapkannya?
Dari semua yang bapak dapatkan
dari orang tua bapak, apakah juga
bapak terapkan kepada anak-anak
bapak?
Saat ini kegiatan-kegiatan
keagamaan apa saja yang bapak
lakukan?
Bapak sekeluarga tinggal di Bali,
norma sosial di tempat itu pasti
berbeda dengan di Jawa,
bagaimana bapak menyikapi hal
tersebut? Bagaimana cara
beradaptasi dan bagaimana
mengajarkannya pada anak?
Bisa ceritakan bagaimana
perubahan-perubahan, perbedaan
norma yang berlaku di tempat asal
bapak (Linggapura) dengan norma
yang ada di daerah yang bapak
pernah tinggali?
Bagaimana interaksi sosial bapak
sedikit. Saat pasien sedang sepi,
waktu itu saya manfaatkan.
Iya, pasti. Semua ajaran orang tua
yang saya ingat saya terapkan juga
sama anak-anak dan istri saya.
Sekarang ini saya menjadi pengajar
di majelis taklim ibu-ibu setiap hari
Kamis. Saya juga punya blog, ada
beberapa tulisan saya yaitu “Takdir
tidak bisa diubah, Qada bisa
berubah”, “Setan, Iblis & Jin bukan
makhluk halus”, dan “Tidak semua
‘kafir’ masuk neraka” .
Ya awalnya memang agak susah
beradaptasi karena agamanya saja
berbeda dengan masyarakat
kebanyakan. Tapi kuncinya ya
toleransi, selain itu saya juga
membatasi pergaulan. Anak-anak
saya juga saya ajarkan untuk boleh
berteman dengan masyarakat yang
beda agama, tapi tidak boleh akrab
dengan mereka.
Ya jelas berbeda, mereka itu laki-
laki dan perempuan sebelum
menikah sudah pernah berhubungan
seks, sedangkan di agama Islm kan
tidak boleh.
Kalo sama tetangga yang non-
19
20
21
22
23
24
dengan tetangga dan masyarakat
sekita, baik disini maupun di
perantauan?
Anak kecil biasanya sering
bertanya asal usul dirinya, asal usul
ayah ibunya, asal usul
diciptakannya dunia, seperti apa
wujud Allah, ketika ditanya seperti
itu, apa jawaban yang diberikan
bapak/ibu?
Bagaimana bapak/ibu mengenalkan
Allah pada anak-anak? Dengan
cara apa? Cerita, diskusi, atau
seperti apa?
Untuk pemahaman akidah, dari
siapa anak-anak mendapatkan
pengetahuan, hanya dari bapak/ibu
atau ada guru ngaji pribadi?
Dari kaca mata bapak, Saat anak-
anak sudah aqil baligh dan
sekarang sudah berkeluarga
bagaimana tingkat keimanan
mereka?
Apa yang paling bapak/ibu
tekankan pada anak-anak tentang
cinta pada Allah?
Siapa yang paling bapak/ibu
muslim ya kalo ada pertemuan untuk
masalah lingkungan komplek rumah
saya ikut, tapi urusan ibadah ya
sendiri-sendiri.
Ya iya, kalo itu pasti. Saya sih
pertama-tama harus menumbuhkan
nalar mereka dulu. Setelah mereka
paham, baru saya ajak diskusi kecil-
kecilan.
Saya sering menggunakan contoh
misalnya, “yang menciptakan kursi,
meja, itu siapa?” “siapa yang
menciptakan matahari, bulan,
bintang, langit?” supaya mereka bisa
membedakan mana ciptaan Allah
dan mana ciptaan manusia
Hanya dari saya dan Ibunya, tapi
yang paling berperan itu ibunya.
Saya rasa baik, bahkan sepertinya
melebihi saya, anak kedua saya itu
bahkan sehari bisa ngaji Al
Qur’annya 2 juz sehari.
Kita ini kan ciptaan Allah, ya harus
beribadah. Itu kan bentuk kecintaan
kita.
Ya kami berdua yang terutama harus
25
26
27
28
29
30
31
jadikan contoh untuk memberikan
pendidikan akhlak pada anak?
Pernahkah anak-anak melakukan
hal-hal yang menurut bapak/ibu
tidak sesuai dengan akhlakul
karimah yang diajarkan
Rasulullah?
Bagaimana bapak/ibu menasehati,
mengarahkan, meluruskan ketika
anak-anak melakukan hal yang
kurang baik?
Bagaimana bapak/ibu mengajarkan
kepada anak yang lebih besar untuk
menyayangi yang lebih kecil?
Bagaimana sebaliknya bapak/ibu
mengajarkan kepada anak yang
kecil untuk menghormati
kakaknya?
Apakah bapak/ibu sering
menceritakan kisah-kisah nabi atau
orang-orang shalih terdahulu
kepada anak-anak? Biasanya pada
momen seperti apa?
Sebagai seorang dokter tentunya
bapak sangat mementingkan aspek
kesehetan pada anak, bagaimana
mengajarkannya?
Apakah anak-anak juga rutin
berolahraga seperti bapak?
Olahraga apa saja yang bapak
ajarkan kepada anak?
jadi contoh yang baik buat mereka,
karena kami orang tua mereka.
Ya pasti lah pernah, anak keempat
saya itu dulu pernah mencuri uang
saya.
Kami hanya mengawasi, karena
sebenarnya kan mereka sudah tau
akhlak yang baik seperti apa, yang
buruk seperti apa.
Itu sudah pasti kami ajarkan. Tapi
yang paling kami tekankan itu, anak
yang lebih besar harus bertanggung
jawab atas adik-adiknya. Karena
kami menganggap anak yang lebih
besar itu nalarnya harus lebih
matang dari adik-adiknya.
Iya, supaya mereka mendapatkan
contoh perilaku akhlakul karimah
dari beberapa contoh. Biasanya ya
waktu mereka belajar saya selingi
cerita-cerita itu.
Iya kesehatan fisik itu kan harus
dijaga karena sampai tuapun itu
penting. Untuk kesehatan badan sih
ibunya yang ngajari anak-anak.
Iya, mereka saya arahkan supaya
rutin berolahraga.
Saya mengajarkan anak-anak untuk
renang dan tenis lapangan. Semua
32
33
34
35
36
Apa tujuan bapak/ibu mengajarkan
jenis olahraga itu pada anak?
Untuk kebersihan badan,
bagaimana bapak/ibu mengajarkan
kepada anak tentang hidup sehat?
Dalam hal kesehatan, kebiasaan-
kebiasaan positif apa saja yang
sering bapak/ibu lakukan bersama
dengan anak?
Rasulullah sering mengajarkan hal-
hal kecil yang sangat bermanfaat
pada anak-anaknya seperti
membiasakan anak bersiwak,
menjaga kebersihan kuku,
mengajarkan adab makan dan
minum yang baik, melatih anak
tidur dengan posisi miring kanan,
dan melatih anak tidur setelah isya
dan bangun dini untuk subuh,
bagaimana dengan bapak/ibu?
Bagaimana bapak/ibu memilihkan
guru/sekolah yang terbaik untuk
anak? Karena memilihkan
gurus/sekolah yang terbaik juga
merupakan kewajiban orang tua.
anak-anak saya bisa renang dan tenis
lapangan.
Tujuannya kalo renang itu ya buat
pertahanan diri, renang juga bagus
untuk kebugaran tubuh, tenis
lapangan juga begitu.
Kalo tentang kebersihan badan,
tanpa disuruh mereka sudah peka
sendiri, saya rasa mereka belajar dari
apa yang mereka lihat.
Kami sekeluarga dulu sering jogging
bersama kalo lagi libur. Rekreasi
juga kadang-kadang, tapi tidak
terlalu sering.
Seperti yang tadi saya katakan, tidak
usah diajaripun mereka sudah bisa
melakukan aktivitas itu sendiri,
artinya kesadaran diri mereka
tentang kebersihan ya baik.
Kami memprioritaskan sekolah
negeri untuk anak-anak saya dulu.
Karena dulu di Bali sekolah swasta
kualitasnya lebih rendah dibanding
sekolah negri, yang penting ada
pelajaran agamanya.
37
38
39
40
41
42
43
44
Apakah bapak/ibu sering
menanyakan kembali pelajaran-
pelajaran yang anak dapatkan di
sekolah?
Kriteria sekolah seperti apakah
yang bapak pilihkan untuk anak?
Apakah pendidikan intelektual saja
tanpa pendidikan keagamaan
cukup? Atau harus seimbang
keduanya?
Anak-anak bapak semuanya
berpendidikan tinggi, siapakah
yang menghendaki demikian?
Bagaimana bapak/ibu melihat
anak-anak dapatkah mereka
menerapkan pelajran yang mereka
dapat di sekolah terhadap
masyarakat?
Saat usia aqil baligh biasanya anak
mulai tertarik dengan lawan jenis,
bagaimana bapak/ibu menyikapi
hal tersebut ketika terjadi kepada
anak-anak bapak/ibu?
Diantara kelima anak bapak apakah
ada yang menjalani hal-hal yang
berbau pacaran?
Apakah bapak/ibu ikut berperan
dalam hal memilih pasangan hidup
bagi anak? Dijodohkan atau
memilih sendiri?
Bagi bapak/ibu, apakah ada kriteria
Iya, setiap ba’da maghrib biasanya
anak-anak belajar, dan pada saat itu
mereka sering minta bantuan saya.
Yang penting ada pelajaran
agamanya.
Tentu saja tidak, kedua-duanya
harus seimbang.
Saya menghendaki hal itu, tapi
ternyata anak-anak juga berpikiran
yang sama.
Saya rasa mereka bisalah
menerapkan pengetahuan yang
mereka dapat waktu di bangku
sekolah buat masyarakat.
Ya itu kan kodrat manusia, kami
yang penting mengarahkan supaya
mereka bisa menjaga diri mereka.
Oh tidak ada, rata-rata mereka
kenalan di organisasi atau majlis
taklim gitu.
Mereka memilih sendiri-sendiri,
kami tidak pernah menjodohkan
mereka. Saya cuma berpesan yang
penting mereka pandai baca Qur’an.
Seperti yang diajarkan bapak dan ibu
45
46
47
48
49
50
jodoh bagi anak bapak/ibu?
Urutan anak yang menikah?
Adakah pengetahuan yang ibu
ajarkan kepada anak tentang
kehidupan berumah tangga?
Apakah anak diajarkan tentang
etika-etika perniakahan, seperti
kewajiban istri?
Setelah mendapat pendidikan yang
matang, kemudian berkeluarga,
bagaimana saat ini anak-anak
bapak mengembangkan keilmuan
dan keagaamn yang dulu sudah
didapatkan?
Apakah bapak/ibu mengajarkan
kepada anak untuk berdakwah?
Kegiatan-kegiatan apa saja yang
saat ini anak-anak bapak/ibu
lakukan dlam rangka
mengembangkan agama islam?
saya dulu, yang penting bisa baca
Qur’an dan berakhlak baik.
Anak kesatu sampai tiga berurutan,
yang kelima melangkahi kakaknya,
jadi anak keempat nikahnya terakhir.
Iya, tidak ngobrol serius tapi dibikin
santai, saya cuma cerita pengalaman
pribadi menikah sama bapak.
Tidak sih, pengetahuan tentang itu
mereka sudah punya referensi di
buku-buku.
Mereka sekarang bekerja dimasing-
masing bidang yang mereka tekuni.
Selain itu mereka juga saya lihat
mengembangkana agama islam
sesuai kemampuan mereka, ada yang
jadi takmir masjid, jadi penceramah,
nulis di blog, anak saya juga jadi
guru seni musik.
Mereka itu kan sewaktu kuliah dulu
juga ikut organisasi mahasiswa ang
basisnya keislaman, jadi mereka
sudah mempunyai kesadaran diri.
Di keluarga besar kami ada yayasan
yang kami kelola sendiri,
didalamnya kami menggalang dana
untuk membantu anak-anak sekolah
di yayasan kami yang kurang
mampu.