Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
STUDI REAKSI ASILASI NAFTALENA DENGAN ASETIL KLORIDA MENGGUNAKAN KATALIS CAIRAN IONIK
[BMIM]Cl/AlCl3 YANG DIIMPREGNASI PADA SILIKA GEL
Amelia Nurul Rachma, Widyastuti Samadi, dan Riswiyanto Siswoyo
Departemen Kimia, FMIPA UI,Kampus UI Depok 16424
[email protected], [email protected], riswi @ui.ac.id
Abstract
Aromatic ketones as reactive intermediates are used for the production of fine chemicals, especially in the fragrance industry and pharmaceutical industry. On the industrial scale, the use of metal halide types of acids (AlCl3, FeCl3), which are preferred catalysts, creates work-up and effluent problems that cause environmental problems. To minimize the negative impact of the catalyst, alternative catalyst have been looking for and the ionic liquid catalyst as known as a green catalyst have been choice. Previous studies showed that the ionic liquid catalysts showed the effectiveness and has excellent selectivity for a chemical reaction. Thus, in this study, intend to compare the catalytic properties between several catalysts, such as AlCl3, ionic liquid [BMIM]Cl-Silica gel and [BMIM]Cl/AlCl3-Silica gel catalyst, by varying the temperature (room and the controlled temperature between 0ᵒ-5ᵒ C). The acylation reaction of naphthalene with acetyl chloride to produce Acetonaphthone. Determination of the catalytic properties ratio of the catalyst using GCMS, LCMS and FTIR. Acetonaphthone largest amount comes from the acylation reaction with [BMIM]Cl/AlCl3-Silica gel at a controlled temperature 0ᵒ-5ᵒ C amounted to 20.322%. Keywords: Friedel-Crafts acylation, catalyst, ionic liquid, [BMIM]Cl, acetonaphthone
1. PENDAHULUAN
Reaksi asilasi Friedel-Crafts pada senyawa aromatik merupakan metode pilihan
masa kini pada bidang kimia organik untuk mensintesis senyawa keton aromatik.
Senyawa keton aromatik ini dapat digunakan sebagai senyawa intermediet reaktif
Studi reaksi..., Amelia Nurul Rachma, FMIPA UI, 2013
2
untuk menghasilkan produk kimia yang sering digunakan oleh masyarakat umum [1].
Bahkan, senyawa ini merupakan senyawa intermediet dasar dalam industri farmasi,
fragrance, flavor, pewarna dan agrokimia [2].
Secara konvensional, reaksi asilasi elektrofilik dikatalisis oleh asam Lewis (seperti
ZnCl2, AlCl3, FeCl3, SnCl4, dan TiCl4) atau asam protik kuat (seperti HF and H2SO4).
Penggunaan logam halida dalam reaksi asilasi menimbulkan masalah yang terkait
dengan terbentuknya kompleks kuat antara produk keton dengan logam halida itu
sendiri, yang mendorong penggunaan lebih jumlah katalis dari stoikiometri
reagennya. Hasil akhir dari reaksi tersebut biasanya memerlukan reaksi hidrolisis
pada kompleks yang menyebabkan hilangnya katalis dan memberikan jumlah besar
pada limbah buangan yang bersifat korosif [2]. Sehingga, katalis logam halida
dianggap kurang efisien dan membahayakan bagi lingkungan.
Pada umumnya reaksi asilasi memerlukan pelarut berbahaya yang mudah
menguap, waktu reaksi yang cukup lama, sulit untuk di recovery dan dimurnikan
kembali [3]. Oleh karena alasan tersebut, dalam beberapa dekade para ilmuwan
melakukan berbagai penelitian untuk mencari katalis alternatif untuk mendapatkan
reaksi asilasi Friedel-Crafts yang ramah lingkungan dan sesuai dengan tujuan umum
dari ‘Revolusi Hijau’ proses kimia. Selain itu, juga untuk menemukan metode baru
yang dapat meningkatkan efisiensi dari katalis [2].
Cairan ionik merupakan green catalyst menjadi perhatian ilmuwan sebagai katalis
alternatif, terdiri dari anion dan kation senyawa garam dengan kompleksitas yang
tinggi dan struktur kristal yang lemah membuat cairan ionik berwujud cairan. Sifat
fisika dan kimia dapat diatur berdasarkan kombinasi jenis kation dan anion.
Pemilihan kation akan mempengaruhi titik lebur, viskositas, dan stabilitas reduksi
elektrokimia. Pemilihan anion akan mempengaruhi kelarutan dalam air atau pelarut
lain, viskositas, stabilitas thermal, stabilitas oksidasi elektrokimia [4].
Ada tiga komponen penting dari cairan ionik ini. Yaitu, terdapat bagian kation,
anion, dan subtituen alkil (R) yang juga merupakan bagian dari kation. Ketiga
komponen itu bisa divariasikan untuk mendapatkan sifat fisika dan kimia yang
berbeda. Memperpanjang gugus alkil (R) akan menurunkan kelarutan dalam air
dengan cara meningkatkan hidrofobisitas dari kationnya [5]. Komponen cairan ionik
ini terlihat pada Gambar 1.
Studi reaksi..., Amelia Nurul Rachma, FMIPA UI, 2013
3
Gbr 1. Kation dan Anion dari Cairan ionik
Studi asilasi Friedel-Crafts menggunakan [BMIM]Cl dilakukan pertama kali oleh
Deng et al. mengenai aplikasi cairan ionik sebagai katalis pada reaksi antara alkohol
dengan asam asetat [6]. Pada pertengahan tahun 2012, Fairuz berhasil melakukan
reaksi asilasi antara toluena dengan asetil klorida dengan katalis [BMIM]PF6 yang di-
impregnasikan pada silika gel [7].
Sebagai katalis, cairan ionik merupakan senyawa yang sangat reaktif sehingga
dalam penggunaannya perlu diimpregnasi pada suatu penyangga atau framework
yang dalam hal ini adalah silika gel. Cairan ionik yang diimpregnasi menjadikannya
suatu katalis heterogen yang akan bersifat lebih selektif sehingga diharapkan produk
dengan jumlah optimum dapat terbentuk. Selain itu, silika gel berperan untuk
memperbesar luas permukaan cairan ionik dan mudah untuk diregenerasi.
Pada penelitian ini, akan dilakukan studi lebih mendalam mengenai efektivitas
cairan ionik sebagai katalis pada reaksi asilasi naftalena dan asetil klorida
menggunakan katalis [BMIM]Cl/AlCl3–Silika gel dengan cara membandingkan produk
akhir, yaitu asetonafton dari hasil reaksi menggunakan tiga katalis berbeda, yaitu
AlCl3, [BMIM]Cl–Silika gel, dan [BMIM]Cl/AlCl3–Silika gel. Reaksi asilasi dilakukan
pada kondisi suhu ruang dan suhu yang dijaga antara 0˚-5˚C.
2. METODE PENELITIAN
2.1. Bahan-Bahan
Studi reaksi..., Amelia Nurul Rachma, FMIPA UI, 2013
4
Tetraetilortosilikat, TEOS 99% (Shintetsu), HCl 4 M, 1-buthyl-3-methylimidazolium
chloride, [BMIM]Cl (Merck), Dietyl ether, Naftalena, Asetil Klorida (Merck), Aluminium
Triklorida, Aquademin.
2.2. Sintesis Silika Gel
Silika gel dibuat dengan cara mencampurkan 10 mL TEOS (tetra etil orto silikat),
1,9 mL HCl 4M, dan 6 mL aquademin dalam labu evaporator. Campuran kemudian
dirotavapor selama 3 jam hingga terbentuk sol gel. Sol gel pada dinding labu di ambil
dan didiamkan selama 24 jam. Setelah itu, sol gel dipanaskan dalam oven pada
suhu 110 °C selama 4 jam. Hasilnya ditimbang yang selanjutnya dikarakterisasi
dengan FT-IR.
2.3. Sintesis [BMIM]Cl-SiO2 dengan menggunakan metode impregnasi
Katalis [BMIM]Cl-Silika Gel dibuat dengan cara mencampurkan 0.25 gram
[BMIM]Cl, 1.25 gram silika gel, dan 2.5 mL eter, kemudian diaduk dengan magnetic
stirrer selama 30 menit. Setelah itu, campuran dioven selama 1 jam pada suhu
sekitar 55℃. Hasil reaksi kemudian dikarakterisasi menggunakan FT-IR.
2.4. Penentuan Kondisi Optimum pada Reaksi Asilasi Toluena dengan Asetil Klorida
Menggunakan Katalis [BMIM]PF6-Silika Gel
Uji perbandingan sifat katalisis dari ketiga katalis ini dilakukan melalui reaksi
asilasi naftalena dengan asetil klorida. Reaksi asilasi dengan katalis cairan ionik
[BMIM]Cl/AlCl3-Silika Gel dilakukan pada keadaan yang berbeda, pada suhu kamar
dan suhu yang dikontrol pada 0ᵒ-5ᵒC .
Reaksi asilasi dengan katalis cairan ionik [BMIM]Cl/AlCl3-Silika Gel, dilakukan
dengan cara mencampurkan 0.6106 gram naftalena, 0.17 mL asetil klorida, 2.4 mL
sikloheksana, 0.31 gram AlCl3 dan 0.25 gram katalis [BMIM]Cl-Silika Gel yang telah
dibuat sebelumnya. Campuran kemudian diaduk dengan magnetic stirrer selama 9
jam.
Studi reaksi..., Amelia Nurul Rachma, FMIPA UI, 2013
5
Reaksi asilasi dengan katalis AlCl3 dan katalis cairan ionik [BMIM]Cl-Silika Gel
dilakukan pada kondisi suhu dengan hasil terbaik dari uji dengan katalis cairan ionik
[BMIM]Cl/AlCl3-Silika Gel.
Reaksi dengan katalis AlCl3 dilakukan dengan cara mencampurkan 0.6106 gram
naftalena, 0.17 mL asetil klorida, 0.31 gram AlCl3, dan 2.4 mL sikloheksana dalam
botol coklat. Campuran kemudian diaduk dengan magnetic stirrer selama 9 jam.
Reaksi asilasi dengan katalis [BMIM]Cl-Silika Gel, dilakukan dengan cara
mencampurkan 0.6106 gram naftalena, 0.17 mL asetil klorida, 2.4 mL sikloheksana
dan 0.25 gram katalis [BMIM]Cl-Silika Gel yang telah dibuat sebelumnya. Campuran
kemudian diaduk dengan magnetic stirrer selama 9 jam. Hasil reaksi yang terbentuk
kemudian dikarakterisasi menggunakan FT-IR, GC-MS dan LC-MS.
2.5. Karakterisasi
Gugus fungsi dari silika gel maupun hasil impregnasi [BMIM]Cl-Silika gel dianalisis
menggunakan Shimadzu IR Prestige-21. Produk asetonafton yang terbentuk dari
hasil reaksi asilasi Friedel Crafts diidentifikasi menggunakan Fourier Transform
InfraRed (FTIR) untuk menganalisis gugus keton (-C=O). Kemudian dilakukan pula
karakterisasi menggunakan Liquid Chromatograpy Mass Spectroscopy (LCMS)
dengan metode Polarity Mode Positive untuk melihat fragmentasi dari asetonafton
(m/z 171). Selanjutnya karakterisasi menggunakan Gas Chromatography Mass
Spectrometry (GCMS) untuk mendapatkan % produk asetonafton yang terbentuk.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Silika gel dibuat dengan cara mencampurkan 10 mL TEOS (Tetra Etil Ortho
Silikat), 1.9 mL HCl 4M, dan 6.5 mL aquades dalam labu evaporator. HCl berfungsi
sebagai pemberi suasana asam dan juga sebagai katalis asam yang mempercepat
terbentuknya hidrogel. Campuran kemudian dirotavapor selama 3 jam hingga
terbentuk sol gel. Penggunaan rotavapor berfungsi agar pengadukan lebih
sempurna. Sintesis silika gel ini meliputi dua tahap reaksi, yaitu reaksi hidrolisis dan
reaksi kondensasi.
Reaksi hidrolisis menghasilkan silika hidrogel dan etanol sebagai produk
samping. Sol gel yang terbentuk akan menempel pada dinding labu kemudian
dipindahkan ke dalam cawan penguap, setelah itu didiamkan selama 24 jam. Hal ini
Studi reaksi..., Amelia Nurul Rachma, FMIPA UI, 2013
6
dilakukan untuk menguapkan alkohol yang merupakan produk samping dan
menstabilkan silika hidrogel yang terbentuk. Setelah itu, sol gel dipanaskan dalam
oven pada suhu 100℃ selama 4 jam bertujuan untuk menguapkan aquades (air)
yang bersisa pada reaksi dan mengubah silika hidrogel menjadi silika gel. Saat
molekul air berkurang, maka permukaan silika gel menjadi lebih luas dan volume pori
silika gel menjadi lebih besar sehingga adsorpsi fisik atau kimia akan menjadi lebih
efektif dan efisien. Dengan pemanasan ini juga, gugus silanol yang sudah tidak
terikat dengan molekul air siap untuk berikatan kovalen dengan gugus fungsi organik
yang dalam penelitian ini adalah N dari cairan ionik [BMIM]Cl. Spektrum FTIR silika
gel ditunjukkan pada Gambar 2.
Gbr 2. Data grafik FTIR silika gel
Terdapat peak baru pada bilangan gelombang 3275.13 cm-1 yang merupakan
peak dari gugus –OH pada gugus silanol (Si-OH). Gugus silanol (Si-OH) stretching
memiliki daerah bilangan gelombang sekitar 3700-3200 cm-1. Selain itu, terlihat juga
peak pada bilangan gelombang 460.99 cm-1 yang menunjukkan vibrasi tekuk dari
gugus siloksan (Si-O-Si). Bilangan gelombang 802.39 cm-1 menunjukkan vibrasi ulur
simetrik dan pada bilangan gelombang 1089.78 cm-1 menunjukkan vibrasi ulur
asimetrik dari gugus silokan (Si-O-Si).
Si-O-Si
-OH
Si-OH bebas vibrasi ulur
Si-OH bebas vibrasi tekuk
Studi reaksi..., Amelia Nurul Rachma, FMIPA UI, 2013
7
Katalis [BMIM]Cl-Silika Gel dibuat dengan cara metode impregnasi katalis cairan
ionik [BMIM]Cl pada silika gel. Impregnasi dilakukan dengan mencampurkan 0.25 g
[BMIM]Cl, 1.25 g silika gel, dan 2.5 mL eter, kemudian diaduk dengan magnetic
stirrer selama 30 menit. Eter disini berfungsi sebagai cairan yang akan membantu
immobilisasi katalis cairan ionik untuk masuk ke dalam silika gel. Setelah itu,
campuran dioven selama 1 jam pada suhu sekitar 55℃. Hal ini dilakukan untuk
menguapkan sisa eter yang digunakan. Hasil yang terbentuk berwujud serbuk
berwarna putih. Hasil reaksi kemudian dikarakterisasi menggunakan FT-IR.
Impregnasi bertujuan agar katalis yang terbentuk adalah katalis heterogen,
sehingga ini memiliki fasa yang berbeda dengan substrat maka akan lebih mudah
dalam proses pemisahan dari produknya. Selain itu, immobilisasi bertujuan untuk
memperluas permukaan sentuh dari katalis cairan ionik dan untuk menggabungkan
dua sifat menguntungkan. Katalis yang memiliki aktifitas dan selektifitas yang tinggi
ditingkatkan daya ekonomisnya karena dapat diregenerasi karena telah
diimpregnasikan pada silika gel. Interaksi yang terjadi antara silica gel dan katalis
cairan ionik adalah ikatan hidrogen antara atom N dan atom H. Spektrum FTIR dari
hasil impregnasi [BMIM]Cl-silika gel ditampilkan dalam Gambar 3.
Gbr 3. Grafik [BMIM]Cl-Silika gel
Si-OH bebas vibrasi tekuk
Si-OH bebas vibrasi ulur
-Cl
Ikatan N-H
Studi reaksi..., Amelia Nurul Rachma, FMIPA UI, 2013
8
Analisa spektrum FTIR impregnasi [BMIM]Cl-Silika gel ditunjukkan pada Gambar
3. Terdapat peak pada daerah bilangan gelombang 3100 cm-1 yang merupakan peak
dari ikatan =C-H stretching pada gugus aromatik, kemudian pada daerah bilangan
gelombang 2966.52 cm-1 yang merupakan peak dari ikatan C-H pada gugus alkil.
Sedangkan pada daerah bilangan gelombang 1570.06 cm-1 menunjukkan bahwa
terdapat ikatan C=C stretching yang berasal dari gugus aromatik. Pada bilangan
gelombang 1465.90 cm-1 menunjukkan bahwa terdapat ikatan C-N stretching pada
gugus aromatik. Pada daerah bilangan gelombang 800-600 cm-1 muncul peak yang
berasal dari gugus -Cl. Seluruh peak tersebut yang disebutkan merupakan peak
yang berasal dari cairan ionik [BMIM]Cl.
Peak yang berasal dari silika gel, ditunjukkan pada daerah bilangan gelombang
3161.33 cm-1 yang berasal dari ikatan O-H pada gugus silanol. Selain itu, terdapat
daerah bilangan gelombang 1083.99 cm-1 yang merupakan peak vibrasi ulur
asimetrik dari gugus siloksan dari struktur tetrahedral dan pada daerah bilangan
gelombang 460.99 cm-1 yang merupakan peak vibrasi tekuk dari gugus siloksan (Si-
O-Si). Sedangkan interaksi antara silika gel dengan [BMIM]Cl ditunjukkan pada
adanya broadening peak dan vibrasi dari ikatan N-H pada bilangan gelombang 3600
cm-1. Perbandingan dari spektrum silika gel dan impregnasi katalis ditunjukkan pada
Gambar 4.
Gbr 4. Grafik Perbandingan silika gel dengan [BMIM]Cl-Siilika gel
Studi reaksi..., Amelia Nurul Rachma, FMIPA UI, 2013
9
Setelah sintesis [BMIM]Cl-silika gel dilakukan dilanjutkan dengan uji
perbandingan reaksi asilasi dengan ketiga katalis. Pada reaksi asilasi dengan katalis
[BMIM]Cl/AlCl3-silika gel dilakukan dalam dua kondisi suhu yang berbeda (suhu
kamar dan suhu yang dikontrol 0˚-5˚C) dan menggunakan fraksi mol AlCl3 (XAlCl3)
sebesar 0.57. Hal ini bertujuan agar diperoleh katalis asam Lewis yang lebih stabil
saat [BMIM]Cl dengan AlCl3 membentuk senyawa anion kompleks.
Al2Cl7- adalah asam Lewis dan Cl- adalah basa Lewis. Ratio AlCl3 yang lebih besar
dari pada [BMIM]Cl akan menyediakan konsentrasi Al2Cl7- yang lebih tinggi [3].
Produk yang terbentuk adalah asetonafton, cairan berwarna kuning.
Karakterisasi pertama menggunakan FTIR sebagai uji kualitatif untuk menentukan
gugus keton yang berasal dari produk, asetonafton. Gugus keton dari senyawa
karboksilat berada pada daerah bilangan gelombang 1710-1720 cm-1 [8]. Spektrum
FTIR dari hasil reaksi ditunjukkan pada Gambar 5.
Gbr 5. Spektrum FTIR reaksi asilasi dengan katalis cairan ionik [BMIM]Cl/AlCl3-
Silika Gel pada suhu yang dikontrol 0ᵒ-5ᵒC (kiri) dan suhu kamar (kanan)
Pada Gambar 5 menunjukkan adanya puncak dari vibrasi ikatan –C=O (gugus
keton) pada bilangan gelombang 1715.71 cm-1. Karakterisasi selanjutnya
menggunakan LCMS sebagai uji kualitatif untuk memastikan bahwa gugus keton
berasal dari produk asetonafton, yaitu dilihat dari m/z asetonafton sebesar 170.
Spektrum LC-MS dari hasil reaksi ditunjukkan pada Gambar 6.
Studi reaksi..., Amelia Nurul Rachma, FMIPA UI, 2013
10
Gbr 6. Spektrum LCMS reaksi asilasi dengan katalis cairan ionik [BMIM]Cl/AlCl3-
Silika Gel pada suhu yang dikontrol 0ᵒ-5ᵒC (atas) dan suhu kamar (bawah)
Pada Gambar 6 ditemukan puncak asetonafton pada m/z 171.3 dan fragmentasi
yang tepat untuk senyawa asetonafton. Metode yang digunakan pada pengujian
dengan LCMS ini yaitu Polarity mode positive. Selanjutnya dilakukan uji kuantitatif
dengan GCMS. Metode GCMS pada reaksi asilasi dengan katalis [BMIM]Cl/AlCl3-
silika gel menggunakan suhu inlet sebesar 270˚C. Spektrum GCMS hasil reaksi
ditunjukkan pada Gambar 7.
Gbr 7. Spektrum GCMS reaksi asilasi dengan katalis cairan ionik [BMIM]Cl/AlCl3-
Silika Gel pada suhu yang dikontrol 0ᵒ-5ᵒC (kiri) dan suhu kamar (kanan)
Pada Gambar 7 didapatkan puncak dari senyawa asetonafton pada waktu retensi
15.187 (kiri) dan 15.201 (kanan) sesuai dengan hasil fragmentasinya pada m/z 171.
Secara keseluruhan baik uji kualitatif atau pun uji kuantitatif ditunjukkan pada Tabel
1.
13.0014.0015.0016.0017.0018.0019.0020.0021.0022.0023.0024.0025.0026.0027.000
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
40000
45000
50000
55000
60000
65000
70000
75000
80000
Time-->
Abundance
[_GCMS_SMT]*TIC: BMIM_CL1.D\ data.ms
12.455
15.185
16.113
16.510
16.934
18.580
18.716
14.00 16.00 18.00 20.00 22.00 24.00 26.000
5000
10000
15000
20000
25000
30000
35000
40000
45000
50000
55000
60000
Time-->
Abundance
[_GCMS_SMT]*TIC: BMIM_CL2.D\data.ms
12.427 15.20115.268
16.62116.805
16.90917.99018.562
Studi reaksi..., Amelia Nurul Rachma, FMIPA UI, 2013
11
Tabel 1. Perbandingan hasil reaksi asilasi naftalena dengan katalis
[BMIM]Cl/AlCl3-Silika Gel
Suhu
FTIR LCMS GCMS
Luas Area
Puncak –C=O
Luas Area Puncak
Asetonafton %Produk Dari Total
Kamar 2.165 1.9778x105 11.753%
Kontrol
0˚-5˚C 4.36 4.2659x105 20.322%
Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa reaksi asilasi pada suhu yang dikontrol pada
0˚-5˚C memiliki luas area dan %produk yang lebih besar dibandingkan dengan reaksi
pada suhu kamar. Maka untuk reaksi berikutnya dengan katalis AlCl3 dan [BMIM]Cl-
silika gel akan berlangsung dalam kondisi suhu yang dikontrol pada 0˚-5˚C.
Reaksi asilasi selanjutnya dilakukan dengan menggunakan masing-masing katalis
AlCl3 dan [BMIM]Cl-silika gel. Hasil akhir reaksi diuji kualitatif dengan FTIR untuk
menentukan gugus ketonnya (-C=O). Spektrum FTIR dari reaksi asilasi ditunjukkan
pada Gambar 8.
Gbr 8. Spektrum FTIR reaksi asilasi pada suhu yang dikontrol 0ᵒ-5ᵒC dengan
katalis cairan ionik AlCl3 (kiri) dan [BMIM]Cl-Silika Gel (kanan)
Pada Gambar 8 terdapat puncak dari gugus keton (-C=O) pada bilangan
gelombang 1715.71 cm-1. Uji kualitatif berikutnya dengan LCMS untuk memastikan
bahwa produk keton yang terbentuk adalah asetonafton dilihat dari puncak m/z-nya
sebesar 171. Namun, dalam penelitian ini untuk hasil reaksi asilasi dengan katalis
Studi reaksi..., Amelia Nurul Rachma, FMIPA UI, 2013
12
[BMIM]Cl-silika gel tidak dilakukan karakterisasi dengan LCMS. Spektrum LCMS dari
reaksi ditunjukkan pada Gambar 9.
Gbr 9. Spektrum LCMS reaksi asilasi dengan katalis AlCl3 pada suhu yang
dikontrol 0ᵒ-5ᵒC
Pada Gambar 9 ditemukan puncak m/z 171.2 yang berasal dari asetonafton,
sesuai dengan hasil fragmentasi yang diperoleh. Selanjutnya dilakukan uji kuantitatif
dengan GCMS untuk mendapatkan %produk asetonafton. Metode GCMS yang
digunakan dengan suhu inlet 250˚C. Spektrum GCMS dari reaksi ditunjukkan pada
Gambar 10.
Gbr 10. Spektrum GCMS reaksi asilasi pada suhu yang dikontrol 0ᵒ-5ᵒC: dengan
katalis AlCl3 (kiri) dan dengan katalis cairan ionik [BMIM]Cl-Silika Gel
(kanan)
8.00 10.00 12.00 14.00 16.00 18.00 20.00 22.00 24.00 26.00
1000000
2000000
3000000
4000000
5000000
6000000
7000000
8000000
9000000
1e+07
1.1e+07
1.2e+07
1.3e+07
1.4e+07
Time-->
Abundance
TIC: ALCL3_U.D\data.ms 9.114
21.272 25.895
8.00 10.00 12.00 14.00 16.00 18.00 20.00 22.00 24.00 26.00 28.00
2000000
4000000
6000000
8000000
1e+07
1.2e+07
1.4e+07
Time-->
Abundance
TIC: NON_ALCL3.D\data.ms 9.139
24.443
Studi reaksi..., Amelia Nurul Rachma, FMIPA UI, 2013
13
Hasil spektrum GCMS pada Gambar 10 menunjukkan, reaksi asilasi dengan
katalis AlCl3 terdapat puncak asetonafton pada waktu retensi 25.895 sesuai dengan
hasil fragmentasinya. Sedangkan reaksi asilasi dengan katalis cairan ionik [BMIM]Cl-
silika gel tidak menunjukkan adanya puncak dan fragmentasi yang tepat dari
asetonafton. Pada kedua spektrum juga muncul puncak dari naftalena pada waktu
retensi 9.114 (kiri) dan 9.139 (kanan).
Hasil dari uji kualitatif dan kuantitatif dari ketiga reaksi asilasi dengan katalis
berbeda, ditampilkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Perbandingan hasil reaksi asilasi naftalena dengan katalis AlCl3, katalis
cairan ionik [BMIM]Cl-Silika Gel dan [BMIM]Cl/AlCl3-Silika Gel pada suhu
dikontrol 0ᵒ-5ᵒC
Katalis
FTIR LCMS GCMS
Luas Area Puncak
–C=O
Luas Area Puncak
Asetonafton %Produk Dari Total
AlCl3 0.761 9.6162x104 2.171%
[BMIM]Cl-Silika
Gel 1.05 - -
[BMIM]Cl/AlCl3-
Silika Gel 4.36 4.2659x105 20.322%
Tabel 2 menunjukkan bahwa apabila diurutkan nilai luas area dan %produk dari
yang terbesar terbesar, yaitu reaksi asilasi dengan katalis [BMIM]Cl/AlCl3-silika gel
(suhu yang dikontrol pada 0ᵒ-5ᵒC) > katalis [BMIM]Cl/AlCl3-silika gel (suhu kamar) >
AlCl3 (suhu yang dikontrol pada 0ᵒ-5ᵒC) > katalis [BMIM]Cl-silika gel (suhu yang
dikontrol pada 0ᵒ-5ᵒC ). Diihat dari luas area puncak yang terbentuk, nilai yang
dilakukan pada reaksi suhu yang dikontrol pada 0ᵒ-5ᵒC besarnya hampir 2x lipat dari
nilai reaksi yang dilakukan pada suhu kamar.
Reaksi yang berlangsung merupakan reaksi asilasi Friedel-Crafts. Reaksi asilasi
ini merupakan reaksi subtitusi elektrofilik aromatik yang menjadikan gugus asetil
sebagai gugus elektrofil [9]. Pada awal reaksi, AlCl3 akan berperan sebagai asam
Lewis karena memiliki kemampuan sebagai akseptor elektron. Senyawa elektrofil
Studi reaksi..., Amelia Nurul Rachma, FMIPA UI, 2013
14
(karbokation) akan berikatan atau tersubstitusi pada naftalena yang akan
membentuk suatu asil naftalena.
Namun, dengan adanya kehadiran katalis cairan ionik terlebih dulu membentuk
senyawa anion kompleks yang memiliki sifat asam Lewis yang lebih asam dan
bentuk yang lebih stabil [10]. Sehingga penarikan elektron dari asetil klorida semakin
mudah dan cepat. [BMIM]Cl juga berfungsi sebagai jembatan yang mendekatkan
fasa padat dari AlCl3 dengan fasa cair dari asetil klorida agar reaksi dapat
berlangsung lebih cepat.
Gbr 11. Mekanisme reaksi asilasi dengan katalis [BMIM]Cl/AlCl3-silika gel
Reaksi asilasi yang hanya menggunakan katalis [BMIM]Cl-silika gel tidak dapat
berlangsung. Karena [BMIM]Cl memiliki sifat basa Lewis, sehingga tidak dapat
menarik elektron dari asetil klorida membentuk karbokation atau suatu senyawa
elektrofil.
O
Cl
O
HCl
O HO
H+
N N
Si
OHO
OH
OH
Si
OH
OH
OSi
OH
OH
OH
N
N
Si
OH
O
OHOH
Si
OH
OHO
Si
OH
OHOH
Al2Cl7-
Al2 Cl8 2-
+
Studi reaksi..., Amelia Nurul Rachma, FMIPA UI, 2013
15
4. KESIMPULAN
Sintesis silika gel berhasil dilakukan dengan TEOS sebagai prekursor.
Immobilisasi katalis cairan ionik ke dalam silika gel berhasil dilakukan dengan
metode impregnasi. Penggunaan katalis cairan ionik [BMIM]Cl dalam reaksi asilasi
Friedel-Crafts antara naftalena dan asetil klorida dengan adanya kehadiran AlCl3
sangat berpengaruh. Dilihat dari %produk hasil GCMS terbesar yaitu reaksi asilasi
dengan katalis [BMIM]Cl/AlCl3-silika gel sebesar 20.322%. Reaksi asilasi Friedel-
Crafts antara naftalena dan asetil klorida lebih baik dilakukan pada suhu yang
dikontrol 0ᵒ-5ᵒC. Sifat katalitik dari katalis dari yang terbaik katalis [BMIM]Cl/AlCl3-
silika gel > katalis AlCl3 > katalis [BMIM]Cl -silika gel. Sehingga dapat dikatakan hasil
penelitian sebanding dengan teori yang dinyatakan.
DAFTAR ACUAN [1] Yadav G.D dan A.V. Joshi. 2002. A green route for the acylation of resorcinol with
acetic acid. India.
[2] Sartori, Giovanni and Raimondo Maggi. 2005. Use of Solid Catalysts in Friedel-
Crafts Acylation Reactions. Italy.
[3] Shahnaz Ghassemi, Jeff Dishman, Rebecca Previs. Microwave-Assisted Friedel-
Crafts Reaction in the Presence of Ionic Liquids. Virginia.
[4] Paul J. Dyson and Tilmann J. Geldbach. 2007. Applications of Ionic Liquids in
Synthesis and Catalysis. The Electrochemical Society Interface.
[5] J. Earle, Martyn. dan K.R. Seddon. 2000. Ionic Liquid. Green Solvents For the
Future. UK.
[6] Sang-gi Lee, Jung Hwan Park. 2002. Metallic Lewis acids-catalyzed acetylation of
alcohols with acetic anhydride and acetic acid in ionic liquids: study on reactivity
and reusability of the catalysts. South Korea.
[7] Fairuz. 2012. Studi Reaksi Asilasi Toluena dan Benzena Menggunakan Katalis
Cairan Ionik [BMIM]PF6/AlCl3-Silika Gel. Depok: Departemen Kimia FMIPA UI.
[8] Beni K, Hendrik. 2010. Fourier Transform InfraRed.
[9] Riswiyanto. 2009. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga
Studi reaksi..., Amelia Nurul Rachma, FMIPA UI, 2013
16
[10] Dirk De Vos, Charlie Van Doorslaer, Igor Ignatyev, Pascal Mertens, Koen
Binnemans. Catalysis in Ionic Liquids. Faculty of Bioscience Engineering,
K.U.Leuven
[11] Fessenden, Ralph J. dan Joan S. Fessenden. 1986. Kimia Organik. Jakarta:
Erlangga
[12] Jayanti, Purwanita. 2010. Reaksi Subtitusi Nukleofilik Antara Benzil Klorida dan
Kalium Sianida Menggunakan Katalis Silika Gel/[BMIM]Cl. Depok: Departemen
Kimia FMIPA UI.
[13] Linscheid, Michael, dkk. 1994. Application of Liquid Chromatography-Mass
Spectrometry. Britain: IUPAC.
[14] L. Pavia, Donald, dkk. 2001. Introduction to Spectroscopy 4th Edition. United State
of America: Brooks/Cole.
[15] Setyawati, Yuliga. 2012. Studi Reaksi Alkilasi Benzena dengan Diklorometana
Menggunakan Katalis Cairan Organik. Depok: Departemen Kimia FMIPA UI.
[16] Sheldon, Roger. 2001. Catalytic Reactions in Ionic Liquids. Laboratory of Organic
Chemistry and Catalysis, Delft University of Technology, Julianalaan 136, Delft
BL-2628, The Netherlands.
[17] Sunardi. 2005. Penuntun Praktikum Kimia Analisis Instrumentasi. Depok:
Departemen Kimia FMIPA UI.
Studi reaksi..., Amelia Nurul Rachma, FMIPA UI, 2013