118
Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaab dan Ghaia (Penafsiran Menurut Ibnu Jarir Al-abâri) Skripsi Dijuikan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag.) Disusun: Sutria Dirga 11140340000220 Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2018

Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

  • Upload
    vodang

  • View
    251

  • Download
    7

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa (Penafsiran

Menurut Ibnu Jarir Al-Ṯabâri)

Skripsi

Dijuikan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S.Ag.)

Disusun:

Sutria Dirga

11140340000220

Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir

Fakultas Ushuluddin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2018

Page 2: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan
Page 3: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan
Page 4: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan
Page 5: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

i

ABSTRAK

Karya ilmiah ini berfokus pada Studi Qawa„id Tafsir Lafaẓ Mutarảdif makna

Ghaḏab dan Ghaiẕa (Penafsiran Menurut Ibnu Jarir Al-Ṯabâri). Ghaḏab dan Ghaiẕa

merupakan makna secara kontekstual yang berbeda yang berbeda. Perbedaan makna

inilah yang membuat penulis tertarik untuk melakukan analisis kata Ghaḏab dan Ghaiẕa

dalam Ayat Al-Qur‟an dengan cara menjabarkan beberapa Ayat Al-Qur‟an yang

mengandunh kata Ghaḏab dan Ghaiẕa. Selain itu, penulis menggunakan beberapa

referensi sebagai bahan rujukan utama yakni kitab Tafsir Al-Ṯabari dan juga

menggunakan berbagai kitab Tafsir lainnya yang dijadikan sebagai bahan rujukan

pembantu.

Makna Ghaḏab yang kebanyakan terdapat dalam beberapa surah Al-Qur‟an,

ditujukan untuk menggambarkan marahnya Allah kepada kaum Yahudi karena mereka

termasuk kaum yang melalaikan ajaran Islam. Allah murka kepada kaum yahudi karena

mereka memiliki keinginan untuk membunuh Nabi Muhammad SAW dan telah

mendustakan ajaran-Nya sehingga Allah SWT menjadikan kaum yahudi. Namun,

makna Ghaiẕa yang juga memiliki arti marah ternyata berbeda penggunaannya dalam

Ayat Al-Qur‟an. Sebagai contoh dalam surah Ali Imran ayat 119 yang berbunyi

“adapun orang-orang kafir mereka ketika bertemu dengan kaum muslimin mereka

berkata, “kami pun beriman”, merasa sakit hati karena kokohnya persatuan kaum

Muslimin dan mereka ingin berbuat dendam sampai akhirnya mereka mati karena

kemarahan” menggunakan kata marah yang berarti marahnya orang kafir kepada kaum

muslim sampai-sampai kemarahan mereka bergelut pada diri mereka sendiri dimana

Allah menciptakan keputusasaan kepada orang kafir berupa kesedihan, kegalauan, dan

kemarahan sampai akhirnya mereka pun mati dalam keadaan marah atas kemarahannya

sendiri. Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan dengan jelas bahwa penggunaan

kata Ghaḏab dan Ghaiẕa memiliki makna yang berbeda. Akan tetapi, Bahasa Indonesia

belum memiliki term tertentu yang bisa membedakan antara Ghaḏab dan Ghaiẕa

sehingga dua-duanya sama sama diterjemahkan dengan sama.

Page 6: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

ii

Kata Pengantar

Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah Subhanabu wa Ta‘ala atas

segala curahan nikmat iman, nikmat Islam serta nikmat sehat wa al-‘afi‘at, sehingga kita

selaku hamba Allah akan selalu menjalankan perintahnya dan menjauhi segala

larangannya dan kita selaku umat Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam kita

akan selalu mengikuti sunnah-Nya sehingga kita akan meraih syafa‘atnya di hari kiamat

nanti, Aamiin.

Pada kesempatan ini saya akan meneliti skripsi ini degan judul : Studi Qawâ‘id

Tafsir Lafaẕ Mutarâdif terhadap makna Ghaḏab dan Ghaiẕa (Penafsiran Menurut

Ibnu Jarir Al-abari) sebagai tugas akhir dalam menjalani perjalanan kuliah S1 jurusan

Ilmu Al-Qur‘an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,

tahun 2018. Tugas ini merupakan tugas yang sangat penting bagi saya, tugas yang selalu

dikerjakan hari demi hari, bulan demi bulan, dan juga tahun demi tahun, demi ilmu yang

bermanfaat ini, saya akan mencari referensi yang benar, supaya ilmu yang saya akan

bermanfaat untuk saya pribadi dan untuk orang lain. Penelitian ini tidak selalu berjalan

dengan mulus, terdapat beberapa referensi yang harus diganti, ditambah bahkan

dikurangi, sehingga penelitian ini tidak membuat pembaca tidak bingung dalam

mempelajarinya.

Penulis menerima kritik dan saran karena bagi penulis hal itu dapat bermanfaat

untuk penelitian selanjutnya dan sebagai referensi baru untuk penulis.

Page 7: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

iii

Pada kesempatan ini tidak lupa ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A. selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Bapak Prof. Dr. Masri Mansoer, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin,

selaku dosen mata kuliah Sosiologi Agama dan Metode Penelitian.

3. Bapak Prof. Dr. M. Ikhsan Tanggok, M.Si. selaku Wakil Dekan 1 bidang

Akademik, sekaligus dosen Agama Konghucu, yang telah memberikan layanan

dan arahan yang baik kepada saya.

4. Bapak Dr. Bustamin, M.Si. selaku Wakil Dekan 2 bidang Administrasi Umum,

sekaligus dosen mata kuliah Metode Kritik Hadis.

5. Bapak Dr. H. M. Suryadinata, M.Ag. selaku dosen pembimbing skripsi, Wakil

Dekan 3 bidang Kemahasiswaan, sekaligus dosen Bahasa Arab

6. Bapak Prof. Dr. H. Hamdani Anwar, M.A. Dekan Ushuluddin IAIN/UIN Jakarta

periode 1998-2002, selaku dosen favorit saya, dosen ‘Ulumul Qur‘an dan

Qawa‘id Tafsir, yang telah membantu saya dalam mencari referensi penelitian

ini.

7. Bapak Prof. Dr. H. Ridwan Lubis. Dekan Ushuluddin IAIN Sumatera Utara

periode 1988-1996, selaku dosen Islam di Indonesia, yang telah mengajarkan

kami, dan membuat saya tertarik mengenai perkembangan budaya Islam serta

tokoh pahlawan Islam di Indonesia khususnya di Ranah Minang.

Page 8: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

iv

8. Bapak Prof. Dr. K.H. Sa‘id Agil Husin Al-Munawwar, Lc. M.A. Menteri Agama

RI periode 2001-2004 sekaligus dosen mata kuliah Metode Pemahaman Hadis

dan Metode Istinbath Hukum.

9. Ibu Dr. Hj. Faizah Ali Syibromalisi, Lc. M.A. Wakil Dekan bidang

Kemahasiswaan periode 2014-2015, yang telah mengajari saya dalam mata

kuliah Membahas Kitab Tafsir, جزك اهلل خريا كثريا يا أمي

10. Ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum, M.Ag. selaku ketua jurusan anggota Lajnah

Pentashihan Mushaf Al-Qur‘an, sekaligus dosen Tahfiẓ Qur‘an yang telah

mengajari bagaimana Takrir nya dan bagaimana Muraja‘ahnya.

11. Ibu Dra. Banun Binaningrum, M.Pd. selaku sekretaris jurusan, yang telah

membantu saya dalam urusan Administrasi.

12. Bundo Dra. Gustiati selaku Kepala Perpustakaan Fakultas Ushuluddin, ibu

Minarti, Mbak Dewi, dan juga ibu Mudianah Mahmud, S.IP. yang telah

melayani dengan baik dan tulus.

13. Ibu Dra. Lily Fakhriyah selaku Kepala Bagian Tata Usaha, Bundo Dra. Merri

Zarwida, Bundo Dra. Sukmayeti, dan bapak Drs. Mu‘allimin Ibrahim selaku

Kepala Sub Bagian.

14. Ibu Dra. Iis Aguswati, Ibu Dra. Sholehah, M.Si., selaku staff akademik yang

memberikan layanan yang baik dan tulus kepada saya, serta Kang Toto Tohari

yang memberikan informasi yang jelas.

15. Bapak Amrullah Hasbana, M.Ag. selaku Kepala Perpustakaan Utama beserta

staffnya yang telah memberikan layanan yang tulus dan ikhlas.

Page 9: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

v

16. Teman-teman sekalian, Dun Sanak Saudaro Dayat, Filzah, Aidah, kawan-kawan

lainnya yang telah mendukung saya.

17. Teman-teman Magang LPMQ, Abd Rahman, Iva Rustiana, Fikri Hidayat,

Firdaus, Evi, Putri Sahara, Imas, Lukita, dan Mia.

18. Teman-teman KKN 064 Chandrakarya Desa Cikasungka, Kecamatan Solear,

Kabupaten Tangerang, yang saling memberikan inspirasi atas kerjasamanya.

19. Papa, Mama, AA Ryan , Kakak Rara, Uni Dhea, Fairiz, Mas Rudy, Mas Tio,

Kak Vira, Pak Amin, yang telah memberi motivasi Abang dalam menyelesaikan

urusan perkuliahan, memberi bantuan, arahan dan motivasi kepada abang dalam

urusan skripsi.

20. Tetanggaku Mas Heri Firmanto, Kak Mita Anggraini, Mas Sigit dan Mbak Eli

Alumni UIN Jakarta, yang memberikan bantuan dan arahan kepada saya dalam

urusan perkuliahan.

Sebagai penutup penulis berharap semoga, karya ini dapat bermanfaat untuk kita semua,

penulis mengucapkan mohon maaf apabila terdapat kesalahan dari saya baik secara

tulisan, lisan. Bagi penulis kesempurnaan hanyalah milik Allah dan kesalahan adalah

milik mannusia terutama diri saya pribadi.

Pondok Kacang Timur, 26, Juni 2018.

Hormat Saya

Sutria Dirga.

Page 10: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

vi

Pedoman Transliterasi

Pedoman ini sesuai dengan versi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berdasarkan

Keputusan Rektor No. 507 Tahun 2017.

1. Padanan Aksara.

Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

Tidak dilambangkan ا

b Be ب

t Te ت

ts Te dan es ث

j Je ج

ẖ H dengan garis bawah ح

kh Ka dan ha خ

d De د

dz De dan zet ذ

r Er ر

z Zet ز

s Es س

sy Es dan ye ش

s Es dengan garis di bawah ص

ḏ De dengan garis di bawah ض

ṯ Te dengan garis di bawah ط

ẕ Zet dengan garis di bawah ظ

Koma terbaik di atas hadap kanan ‘ ع

Gh Ge dan ha غ

F Ef ؼ

Q Ki ؽ

K Ka ؾ

L El ؿ

Page 11: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

vii

m Em ـ

n En ف

W We ك

H Ha ق

Apostrof ء

y Ye ي

2. Vokal

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal

atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal ketentuan alih

aksaranya sebagai berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal

Latin Keterangan

A Fatẖah ــ

ـ ـ I Kasrah

U Ḏammah ــ

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal latin Keterangan

يــ Ai A dan i

وــ Au A dan u

3. Vokal Panjang

Ketentuan alih aksara vokal panjang (mad), yang dalam bahasa Arab dilambangkan

dengan harakat dan huruf, yaitu:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

â A dengan topi di atas ــ ا

ȋ I dengan topi di atas ــ ي

و ȗ U dengan topi di atas ــ

4. Kata Sandang

Page 12: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

viii

Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu

dilaihaksarakan menjadi huruf /I/, baik diikuti huruf syamsiah maupun huruf kamariah.

Contoh : ar-rijâl, al-diwân bukan ad-diwân.

5. Syaddah (Tasydid)

Syaddah atau Tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan dengan

sebuah tanda ) dalam alih aksara ini akan dilambangkan dengan huruf. Yaitu dengan )ــ

menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika

huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf-

huruf syamsiah. Misalnya kata )الضرورة( tidak ditulis ad-darurâh, melainkan al-ḏarurâh,

demikian seterusnya.

6. Ta Marbȗṯah

Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta Marbȗṯah terdapat kata yang berdiri

sendiri, maka huruf tersebut dalihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 dibawah). Hal

yang sama juga berlaku jika ta Marbȗṯah tersebut diikuti oleh kata sifat (na‘t) (lihat contoh 2).

Namun, jika huruf ta Marbȗṯah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersbut

dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh 3).

No Kata Arab Alih Aksara

Ṯarîqah طريػقة .1

al-jâmî’ah al-islâmiyyah اجلامعةاإلسلمية .2

wahdat al-wujûd كحدةالوجود .3

7. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam alih aksara ini

huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan yang berlaku dalam Ejaan

Bahasa Indonesia (EBI), antara lain untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama

tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain. Jika nama diri didahului oleh kata sandang,

maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf awal

atau kata sandangnya. Contoh : Abȗ Hâmid al-Ghazâli bukan Abȗ Hâmid Al-Ghazâli, Al-

Kindi bukan Al-Kindi.

Page 13: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

ix

Beberapa ketentuan lain dalam EBI sebetulnya juga dapat diterapkan dalam alih

aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cerak miring (italic) atau cetak tebal (bold).

Jika menurut EBI, judul buku itu ditulis dengan cetak miring, maka demikian halnya dalam

alih aksaranya, demikian seterusnya.

Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal dari dunia

Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar katanya berasal dari

bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al-Palimbani, tidak ‘Abd al-Samad al-Palimbânȋ,

Nuruddin al-Raniri, tidak Nȗr al-Rânȋriȋ.

8. Cara Penulisan Kata

Setiap Kata, baik kata kerja (fi‘l), kata benda (ism), maupun huruf (harf) ditulis secara

terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas kalimat-kalimat dalam bahasa Arab,

dengan berpedoman pada kententuan-ketentuan di atas :

Kata Arab Alih Aksara

Dzahaba al-ustâdzu ذهباألستاذ

Tsabata al-ajru ثػبتاجلر

Al-ẖarakah al-‘ahriyah احلركةالعصرية

الل إلهإال Asyhadu an lâ ilâha illâ Allâh أشهدأفال

Maulânâ Malik al-Sâliẖ موالناملكالصالح

Yu’atstsirukum Allâh يػؤثركمالل

ظاهرالعقلية .Al-maẕâhur al-‘aqliyyah امل

Penulisan nama orang harus sesuai dengan tulisan nama diri mereka. Nama orang

berbahasa Arab tetapi bukan asli orang Arab tidak perlu dialihakarakan. Contoh Nurcholish

Madjid, bukan Nȗr Khâlis Majȋd, Mohamad Roem, bukan Muhammad Rȗm, Fazlur Rahman,

bukan Fadl al-Rahmân.

Page 14: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

x

DAFTAR ISI

ABSTRAK ....................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii

PEDOMAN TRANSLITERSI ........................................................................................ v

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ......................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................................................... 3

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................................................... 4

D. Tujuan Penelitian ................................................................................................... 5

E. Manfaat Penelitian ................................................................................................. 5

F. Tinjauan Pustaka ..................................................................................................... 5

G. Metodologi Penelitian ............................................................................................ 8

H. Sistematika Penulisan ............................................................................................ 9

BAB II PRO DAN KONTRA MUTARÂDIF DALAM AL-QUR’AN ....................... 11

A. Pengertian Mutarâdif ...................................................................................................... 11

B. Pro dan Kontra Lafaz Mutarâdif .................................................................................... 15

C. Contoh Lafaẕ Mutarâdif Dalam Al-Qur’an .................................................................. 20

D. Pengertian Makna Ghaḏab.............................................................................................. 24

E. Pengertian Makna Ghaiẕa ............................................................................................... 25

F. Derivasi Makna Ghaḏab ................................................................................................. 26

G. Derivasi Makna Ghaiẕa .................................................................................................. 27

BAB III RIWAYAT IBNU JARIR AL-ṮABÂRȊ .......................................................... 28

A. Biografi Ibnu Jarir Al-Ṯabârȋ

1. Biografi ............................................................................................................ 28

2. Karya-karyanya ................................................................................................ 29

B. Karakteristik Tafsir Al-Ṯabârȋ

1. Karakteristik Penulisan Tafsir Jâmi’ Al-Bayân fȋ Ta′wȋl Al-Qur′ân ............... 30

2. Metode Penafsiran dan corak Jâmi’ Al-Bayân fȋ Ta′wȋl Al-Qur′ân ............... 30

3. Gambaran Umum Terhadap Tafsir Jâmi’ Al-Bayân fȋ Ta′wȋl Al-Qur′ân ....... 31

Page 15: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

xi

4. Sistematika Penafsiran ...................................................................................... 32

5. Referensi Mufasir ............................................................................................. 32

BAB IV PENGGUNAAN MAKNA GHAḎAB DAN GHAIẔA AL-QUR′ÂN ........... 33

A. Penafsiran Ibnu Jarir Al-Ṯabâri terhadap makna Ghaḏab .......................................... 33

A. Penafsiran Ibnu Jarir Al-Ṯabâri terhadap makna Ghaiẕa ............................................ 55

B. Penafsiran Para Mufassir ........................................................................................... 65

C. Analisis Penulis terhadap kata Ghaḏab dan Ghaiẕa ............................................. 69

BAB V PENUTUP ........................................................................................................ 82

A. Kesimpulan ................................................................................................................. 82

B. Saran. ........................................................................................................................... 83

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 84

LAMPIRAN

Page 16: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Umat Muslim mungkin dapat membaca al-Qur′an dengan bahasa arab,

tetapi belum tentu mereka dapat memahami makna dari setiap lafaẕ yang ada di

dalam ayat al-Qur′ân al-Karim. Begitu tingginya tingkat bahasa yang ada di dalam

ayat al-Qur′ân membuat umat muslim yang ingin menerjemahkan al-Qur′ân harus

memahami setiap makna dari lafaẕ al-Qur′ân yang biasanya memiliki lebih dari

satu makna karena apabila kita hanya memahami satu makna saja dalam setiap

lafadzh maka akan terjadi kesalahan pemahaman karena makna dari lafadzh yang

ada di dalam bahasa arab belum tentu jelas, karena kalimatnya diisi dengan

balaghah, istifham, musytarok wal mutaraḏif, wujuh wa naẕair, bahkan muhkan

wal mutasyabih, sehingga ketika kita sulit memahami makna ayat al-qur′an

tersebut.

Terlebih lagi, bahasa utama kitab suci al-Qur′ân menggunakan bahasa Arab

sehingga penting sekali untuk memahami makna dari setiap lafaẕ yang ada pada

ayat al-Qur′ân yang merupakan pedoman hidup yang utama bagi umat islam.

Bahasa al-Qur′ân menggunakan bahasa Arab dijelaskan dalam surat fussilat ayat 3,

yang berbunyi:

ومق

ا عربيا ل

رءان

هۥ ق

ت ءاي

ت

ل ص

ب ف

كت

مون

يعل

3. Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab,

untuk kaum yang mengetahui

[Fussilat 3]

Bahasa Arab yang menjadi bahasa utama pada Al-Qur′ân. Hal ini diciptakan

tidak lain hanya untuk menjadikan umat manusia menjadi orang-orang yang

berpikir.

Page 17: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

2

Mukjizat al-Qur′ân al-Karim sangat luar biasa terutama bahasa arab, karena

mukjizat bahasa arab itu tujuannya adalah untuk menjaga keotentikan dari

kesalahpahaman ketika mempelajari atau mentadabburi Al-Qur′ân baik dari segi

hurufnya maupun juga maknanya. Karena tidak semuanya arti kata dalam Al-

Qur′ân itu memiliki satu makna

Oleh karena itu, kita harus mempelajari bahasa Arab agar makna-makna

kata di dalam ayat-ayat al-Qur′ân dapat mudah dipahami secara tekstual maupun

kontekstual. Pemahaman makna ini pun sangat bergantung pada sukses atau

tidaknya dakwah bagi pemuka agama.

Keberhasilan dakwah sangat bergantung pada kedekatan juru dakwah

dengan umatnya. Juru dakwah yang lahir dari suatu lingkungan tentu akan

memahami lorong-lorong kesesatan dan liku-liku kebodohan yang membungkus

kaumnya. Ia mengenali jiwa mereka dan pintu-pintu yang harus dilaluinya. Hal ini

dapat membuka jiwa mereka untuk menerima ajaran-ajaran dakwah dan mengambil

petunjuknya. Komunikasi di antara kedua belah pihak dengan satu bahasa

merupakan lambang bagi kesamaan komunitas sosial dalam segala bentuknya.1

Dalam hal ini Allah berfirman:

ء ويهدي من ي ا

ه من يش

يضل ٱلل

ف

هم

ن ل ىمهۦ ليبي

بلسان ق

سىل إل نا من ر

رسل

أ

وما ز

ى ٱل و

ءا

ش

حكيم [٤]سىرة إبرايم, ٤ٱل

4. Kami tidak mengutus seorang rasulpun, melainkan dengan bahasa

kaumnya, supaya ia dapat memberi penjelasan dengan terang kepada

mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki, dan

memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dialah

Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana

[Ibrahim4]

1 Manna Khalil Qaṯan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, dari judul Asli: Mabâhits fȋ ‘Ulum Al-Qur’an,

Penerjemah : Mudzakir AS. (Jakarta, Penerbit: PT Pustaka Litera AntarNusa. 2015). Cet. Ke-15.

Hlm.444. Lihat juga, Mabâhits fȋ Ulum l-Qur ân, (Kairo, Penerbit : Maktabah Wahbah), 306.

Page 18: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

3

Dari kutipan diatas kita dapat mempelajari bahwa pemahaman makna

ayat al-Qur’an sangatlah penting agar ilmu agama, aqidah, akhlak, bahasa arab

dan petunjuk lain yang tertuang di dalamnya dapat dipahami secara benar dan

tidak menyesatkan umat manusia.

Seperti kata واسع dimana kata tersebut memiliki arti luas. Namun, lafaẕ

tersebut di dalam ayat al-Qur′ân dapat memiliki makna yang lain tergantung dari

kalimat dan kondisinya. Apabila kita tidak mempelajari makna dari setiap lafaẕ

yang ada di dalam al-Qur′ân, kita dapat salah memahami dan mengartikannya

karena di dalam ayat al-Qur′ân terdapat hal yang musykil atau tidak jelas

Sebagai contoh lain, kata ف عل. Kata ini diartikan sebagai perbuatan.

Namun kata tersebut belum tentu dapat dianggap sebagai makna perbuatan saja

karena setiap lafaẕ tidak memiliki satu makna saja. Begitulah keseluruhan ayat

al-Qur′an memiliki untaian kata yang begitu indah dimana bahasanya memiliki

banyak arti dan makna. Maka Penulis akan memfokuskan Studi Qawa‘id

Tafsir Lafaẕ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa (Penafsiran Menurut Ibnu

Jarir Aṯ-Ṯabâri)

A.1. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang telah ditulis, Penulis dapat memberikan identifikasi

masalah yang akan dijadikan bahan penelitian sebagai berikut :

Bagaimana Ghaḏab dan Ghaiẕa dalam perspektif Psikologi ?

Bagaimana Ghaḏab dan Ghaiẕa dalam perspektif Fiqih ?

Bagaimana Ghaḏab dan Ghaiẕa dalam perspektif Tasawuf ?

Bagaimana Ghaḏab dan Ghaiẕa dalam perspektif Al-Qur’an ?

Penulis akan mencantumkan beberapa surah di dalam Al-Qur’an. Mengapa ?

karena untuk memverifikasi penafsiran antara kata Ghaḏab dan Ghaiẕa menurut

Al-Ṯabari. Namun, penulis tidak mencantumkan sisa-sisa ayat-ayat Al-Qur’an

Page 19: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

4

tentang kata Ghaḏab dan Ghaiẕa. Penulis akan mencantumkan sisa-sisanya di

bagian Lampiran.

Kata Ghaḏab :

1. Surah Al-Maidah ayat 60

2. Surah Al-Mujâdalah ayat 14

3. Surah Al-Mumtahanah ayat 13

4. Surah Al-Baqarah ayat 61 dan 90

5. Surah li Imrân ayat 112

6. Surah Al-Nur ayat 9

7. Surah Al-Syura ayat 16

8. Surah Ṯa Ha ayat 86

9. Surah Al-Fâtihah ayat 7

10. Surah Al-Anbiya ayat 87.

Kata Ghaiẕa :

1. Surah Al-Hajj ayat 15

2. Surah li Imrân ayat 119 dan 134

3. Surah Al-Taubah ayat 15

4. Surah Al-Mulk ayat 8.

B. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah

Dari lima nomor di identifikasi masalah, Penulis hanya membahas di

nomor lima yaitu Ghaḏab dan Ghaiẕa dalam perspektif Al-Qur’an, Alasannya

untuk meneliti derivasinya, meneliti perbedaan dua kata tersebut. Penulis

menggunakan referensi Ibnu Jarir Aṯ-Ṯabâri dengan tafsirnya Jâmi’ Al-Bayân

‘an Ta′wȋl Ay Al-Qur′ân. Mengapa ?, karena karakteristik penafsirannya yakni

menjelaskan aspek kebahasannya, nahwunya, mufradatnya, riwayat-riwayat dari

para sahabat dan tabi’in.

Rumusan yang Penulis paparkan ini adalah

Page 20: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

5

1) Apakah kata ghaḏab dan ghaiẕa memiliki makna yang sama ?

2) Bagaimana Al-Ṯabâri menafsirkan lafaẕ antara ghaḏab dan ghaiẕa ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui, memahami (to understand),

menjelaskan (to explain) persamaan perbedaan dua makna ghaḏab dan ghaiẕa.

D. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini dapat menjadi landasan pengembangan dalam

pemahaman aspek kebahasaan, nahwunya dan juga mufradatnya di dalam makna

ayat-ayat Al-Qur’an seperti kata ghaḏab dan ghaiẕa. Serta dapat menjadi

landasan pengembangan dalam pemahaman Turjumatil Qur’an, baik turjumatil

bil harfiyah, turjumatil bil maknawiyah, maupun turjumatil bil tafsiriyyah.

E. Tinjauan Pustaka

Untuk menghindari plagiat, penulis akan memaparkan beberapa kajian

terdahulu. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai

berikut :

1. Eva Ardinal, Konsep Hubungan Lafaz dan Makna, Jurnal IAIN Kerinci,

Provinsi Jambi, menjelaskan Konsep hubungan Lafaz dan Makna tentang

Tarâduf (Sinonim) dan Taḏdad (Antonim), tetapi beliau menjelaskan

secara kritis seperti menurut pandangan pakar bahasa seperti Imam

Zamakhsyari, Ibnu Faris dan Ibnu Jinni, lalu menjelaskan pandangan

para Ushuliyyin, Ulama Kalam, dan Filosof Muslim yang mengkritisi

dalam makna Al-Dalalah, Lafaz ataupun Makna. Dan juga menjelaskan

pakar bahasa Arab yang berhasil membuat kitab-kitab Fiqh Lughah yang

secara detail pembahasannya.

2. Ahmad Fawaid, Kaidah Mutarâdif Dalam Lafaẕ Ayat Al-Qur′ân,

Mutawatir : Jurnal Keilmuan Tafsir Hadis, Volume 5, Nomor 1, Juni

2015, IAI Nurul Jadid, Probolinggo, Jawa Timur, dijelaskan menurut

Ulama setuju makna Mutarâdif itu ada terdapat dalam Al-Qur′ân seperti

Page 21: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

6

tetapi menurut Ulama lainnya tidak setuju bahwa tidak ada makna

Mutaradif dalam ayat Al-Qur′ân.

3. Rofiq Nurhadi, Pro Kontra Sinomimi Dalam Al-Qur’an, Jurnal Bahtera-

Jurnal Pendidikan Bahasa Sastra dan Budaya, Universitas

Muhammadiyah Purworejo, Jilid 2, Nomor 4, 30 September 2015,

dijelaskan Argumentasi pro dan kontra terhadap Mutarâdif selain

argumen linguistik, menggunakan argumen teologis. Dari sudut pandang

linguistik para pakar ini berbeda dalam memaknai bahasa secara filosofis

atau praktis, dari sudut pandang tafsir di antara mereka dalam

memaknani cakupan definisi dari sisi teologis terdapat perbedaan sudut

pandang dalam memaknai ekspresi ketuhanan.

4. Waryani Fajar Riyanto, Antisinonimitas Tafsir Sufi Kontemporer,

Jurnal Episteme, Volume 9, Nomor 1, Juni 2014, STAIN Pekalongan,

Jawa Tengah, dijelaskan tentang perbedaan-perbedaan istilah sufistik

dalam al-Qur’an dengan pendektakan antisinonimitas. Dan menjelaskan

tiga epistemologi yakni bayâni, ‘irfânȋ dan burhânȋ, yang berkaitan

dengan metode antisinonimitas sufistik dalam al-Qur’an.

5. Ubaid Ridlo, Sinonim dan Antonim Dalam Al-Qur’an, Jurnal Al Bayan,

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Vol. 9, No, 2, Desember 2017,

dijelaskan latar belakang munculnya sinonim dan antonim yakni banyak

sekali kosa kata, dialek yang berbeda yang berasal dari bahasa asing dan

penggunaan sinonim dan antonim dalam ungkapan yang berbeda sebagai

bukti keagungan dan mukjizat al-Qur’an dan perlu pemahaman yang

mendalam terhadap konteks ayat dan berbagai macam instrumen ilmu

tafsir al-Qur’an terhadap semantika sinonim dan antonim dalam al-

Qur’an. Penulisan artikel ini adalah melalui pendekatan kualitatif dengan

pendekatan ilmu linguistik dan dengan metode deskriptif analitis.

6. Al-Suwibah binti Juhsoh, Marah Dalam Al-Qur’an, skripsi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir Hadis, 2010,

Page 22: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

7

dijelaskan Marah Dalam dalam perspektif psikologi dan menganalisis

Pemafsiran makna marah menurut Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar.

7. Wira El Muhriani, Pengendalian Emosi (Marah) dalam Tafsir Quraish

Shihab, Skripsi UIN Imam Bonjol, Padang, Sumatera Barat, Fakultas

Ushuluddin, Jurusan Tafsir Hadis, 2016, juga dijelaskan marah dalam

perspektif psikologi dan akhlak yakni penafsiran tentang pengendalian

emosi menurut Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah.

8. Muhammad Nabihul Janan, Sinonimitas Dalam Al-Qur’an (Analisis

Semantik kata Khauf dan Khasyyah), Skripsi IAIN Surakarta, Fakultas

Ushuluddin, Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, 2016, dijelaskan,

tentang Mutarâdif tetapi analisanya berbeda karena ia menganalisis

Medan semantik dan menganalisis makna relasional yaitu makna

sintagmatik dan makna paradigmatik terhadap makna Khauf dan

Khasyyah.

9. Miss Kholifah Jukeng, Rangkap Ungkapan Damai Dalam Al-Qur’an

(Kajian Lafaz Musytarak dan Mutaradif Fi ‘Ulumil Qur’an), Skripsi UIN

Ar-Raniry, Banda Aceh, Fakultas Ushuluddin, Jurusan Ilmu Al-Qur’an

dan Tafsir, 2016, dijelaskan Mutaradif dan Musytarak terhadap makna

damai dalam Al-Qur′an seperti kata Amān, Janahū, Dhimmah, Salām,

Ṣulhu dan Hudnah, menganalisis makna secara umum dan secara khusus

dan menganalisis ragam dan pendukung dari enam kata tersebut dari para

mufassir.

10. Ahmad Yasir Arrajab, Makna Sabȋl, Ṯariq, dan Siraṯ Dalam Al-

Qur’an, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ushuluddin,

Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, 2017, dijelaskan makna Mutarâdif

dalam tiga kata tersebut Makna Sabȋl, Ṯariq, dan Siraṯ dalam Al-Qur′ân,

lalu menjelaskan penemu lafaz Mutarâdif dalam bahasa ialah Imam

Sibawayh, namun para ulama lainnya, para akademisi klasik atau

kontemporer tidak menemukan lafaz Mutarâdif tersebut. Kemudian,

Page 23: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

8

menjelaskan relavansi penafsiran Sabȋl, Ṯariq, dan Siraṯ menurut Buya

Hamka dan Quraish Shihab dalam konteks zaman sekarang.

11. Yudiansyah, Sinonim Kata Berpikir Dalam Al-Qur’an, Skripsi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Adab dan Humaniora, Jurusan

Tarjamah, 2010, dijelaskan kerangka teori yaitu definisi Tarjamah dan

definisi semantik, Sinonim dalam bahasa Indonesia dan bahasa Arab,

Konsep berpikir menurut Edward de Bono dan Floyd L Ruch dan

Penerjemahan Sinonim Kata Berfikir dalam Al-Qur’an seperti kata Al-

Naẕru, Al-Fikru, Al-‘Aql, Al-Ra′yu, Al-Zikru, Al-Dabru, Al-Fiqhu, Al-

Sam‘u, Al-Baṣaru.

12. Ariefta Hudi Fahmi, Sinonimitas Dalam Al-Qur’an (Studi atas Lafadz

Al-Syakk dan Al-Raib), Skripsi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,

Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam, Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan

Tafsir, 2015, dijelaskan hubungan kata Al-Syakk dan Al-Raib dalam

analisis Semantik, karena dua kata tersebut dianalisis dengan makna kata

yakni analisis Sintagmatik dan analisis Paradigmatik serta menjelaskan

relevansi teori Asinonimitas dalam al-Qur’an.

13. Retno Dumilah, Ungkapan Lafaz Al-Rajâ dan Al-Tamannȋ Dalam l-

Qur’an, Skripsi UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Fakultas Ushuluddin dan

Filsafat, Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, 2018, dijelaskan Taraduf

dan Musytarak tentang Lafaz Al-Rajâ dan Al-Tamannȋ, dan Tinjauan

Tafsir Sufi terhadap Al-Rajâ dan Al-Tamannȋ seperti menurut Imam Al-

Ghazali dalam kitab Ihya ‘Ulum Al-Dȋn, Abu Qasim Al-Qusyairy, dan

Sayyid Mahmud Al-Alusi dalam Tafsir Ruh Al-Ma âni.

Page 24: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

9

F. Metodologi Penelitian

a. Jenis Penelitian :

Jenis Penelitian ini adalah Penelitian Kepustakaan (Library Research)2,

penulis akan meneliti beberapa data pustaka untuk menjadi bahan membaca dan

bahan penelitian.

b. Sumber Data :

Adapun sumber data nya adalah yaitu sumber primer : Al-Qur′ân Al-

Karȋm, dan Tafsir Aṯ-Ṯabâri. Sedangkan sumber sekunder berupa beberapa

buku/kitab seperti Qawâ‘id Tafsir, Al-Furuq Al-Lughâwiyah, Fiqh Lughah, Al-

Itqân fȋ ‘Ulum Al-Qur′ân, Al-Burhân fi ‘Ulum Al-Qur′ân.

c. Metode pembahasan:

Pembahasan ini akan menggunakan metode tafsir maudhu‘i yang

berdasarkan lafaẕ adapun langkah-langkahnya adalah menggunakan Tafsir

Maudhu‘ȋ Al-Khâlidi3 untuk mengkaji tema penelitian dua makna ghaḏab dan

ghaiẕa dalam Al-Qur’an. kemudian dianalisis penafsiran menurut Ibnu Jarir Al-

Ṯabari dalam penafsiran dua kata tersebut dalam Al-Qur′an. Selain Al-Ṯabâri,

dianalisis menurut para Mufassir lainnya, ialah Imam Zamakhsyari, Ismâ ȋl Ibnu

Katsȋr, Abd Al-Rahmân bin Naṣir Al-Sa’di, Fakhr Al-Râzi.

Adapun penulisan skripsi adalah berpedoman pada Pedoman Penulisan

Karya Ilmiah Skripsi berdasarkan SK Rektor Nomor 507 Tahun 2017.

2 Library Research adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan

data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. Tetapi bukan bermaksud untuk

mengajarkan bagaimana menjadi ahli perpustakaan secara garis besar. Pertama-tama diuraikan ciri-ciri

studi kepustakaan sebagai suatu metode yang otonom, kemudian dilanjutkan dengan pengenalan sistem

klasifikasi koleksi perpustakaan, dan instrumen penelitian perpustakaan seperti alat bantu bibliografis,

bibilografi kerja dan tahap-tahap penelitian kepustakaan. Lihat Mestika Zed, Metode Penelitian

Kepustakaan, (Jakarta, Penerbit : Pustaka Obor Indonesia, 2014), Cet.ke-3. Hlm. 3. 3 Ṣalah bd l-Fatah Al-Khâlidiy, Tafsir Maudhu‘ȋ baina Al-Naẕriyah wa Taṯbȋq, (Oman,

Penerbit : Dar Al-Nafâis, 1433 H/2013 M).

Page 25: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

10

G. Sistematika Penulisan

Beberapa bab nanti penulis akan membahas dari BAB awal hingga BAB Akhir

Bab pertama ialah menjelaskan Latar Belakang Masalah, Identifikasi

Masalah, Pembatasan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan

Sistematika Penulisan

Bab kedua ialah Landasan Teori menjelaskan yakni Pengertian

Mutarâdif baik secara bahasa maupun istilah. Kemudian menjelaskan Pro dan

Kontra para ulama terhadap adanya Mutarâdif dalam Al-Qur’an, kemudian

menjelaskan penyebab banyak sinonim dalam bahasa Arab. Pengertian lafaẕ

ghaḏab dan ghaiẕa, dua kata tersebut akan dianalisis dan juga mengetahui

perbedaannya dari makna dua kata di BAB IV.

Bab ketiga merupakan Biografi Ibnu Jarir Aṯ-Ṯabâri, lalu menjelaskan

biografinya, metologinya dan corak penafsiran.

BAB keempat menjelaskan derivasi kata ghaḏab dan ghaiẕa untuk

mengelompokkan hukum bacaan nahwu, dan penafsiran Ibnu Jarir Aṯ-Ṯabâri

terhadap makna ghaḏab dan ghaiẕa. Namun tidak semua ditafsirkan dari dua

kata tersebut dari semua surah, maka penulis akan menulis sisa-sisa beberapa

surah di bagian Lampiran. Penafsiran para Mufassir, analisis penulis terhadap

Makna ghaḏab dan ghaiẕa.

Bab kelima, penulis akan menjawab Kesimpulan dari pertanyaan

rumusan masalah di Bab pertama, dan memberikan Saran kepada para pembaca.

Hubungan antara Bab pertama dengan Bab lainnya ialah untuk

menjelaskan perbedaan dua kata, baik kata Ghaḏab maupun Ghaiẕa. Dan

urgensinya adalah untuk memahami contoh-contoh lafaz Mutarâdif dalam Al-

Qur′ân supaya dapat dipahami perbedaan di antara dua kata tersebut sehingga

dapat disimpulkan dari pertanyaan rumusan masalah.

Page 26: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

11

BAB II

PRO DAN KONTRA MUTARÂDIF DALAM AL-QUR’AN

A. Pengertian Lafaz Mutarâdif

Mutarâdif (Sinonim) secara etimologi adalah beberapa kata yang berbeda

namun memiliki makna yang sama, atau dengan kata lain, ia adalah penggunaan

beberapa kata untuk satu makna seperti kata asad, sab„u, laits dan usamah yang

mana semuanya memiliki satu makna (yaitu Singa). Bahasa Arab merupakan

bahasa yang paling kaya dalam masalah sinonim, bahkan bisa dikatakan tidak

ada yang menandinginya dalam hal ini. Sebagai contoh as-saif (pedang)

memiliki lebih dari seribu nama, al-asad (singa) punya lima ratus nama, ad-

dahiyah (musibah) punya lebih dari 400 nama, tsu‟bân (ular) ada 200 nama, al-

„asal (madu) punya lebih dari 80 nama, Begitu juga dengan kata-kata sifat,

seperti ṯawȋl (panjang), qasȋr (pendek), karim (dermawan), sujâ‟ (pemberani,

jabaan (penakut) dan yang lainnya memiliki puluhan kata yang bermakna

sama.1

Menurut Ibn Faris dalam kitab Khalid bin Utsman Al-Sabt menyebutkan

bahwa Al-Tarâduf dari segi etimologi, (kata yang akarnya terdiri dari ra‟. dal,

fa‟ maknanya adalah “mengikuti sesuatu”. Al_Taraduf adalah al-tatabu‟

„membuntuti‟. Dan al-ridfân adalah malam dan siang [karena keduanya saling

membutut]).2

At-Tarâduf dari segi terminologi adalah (beberapa kata berdiri sendiri

[al-alfaẕ al-mufradah] yang menunjukkan satu makna pada satu sisi).3

1 Emil Badi Ya‟qub, Fiqh Al-Lughah Al-Arabiyah wa Khashaishuha, (Beirut, Penerbit : Daar Al-

Tsaqafah Islamiyah). Hlm. 173. 2 Lihat PDF, Abi Husain Ahmad Faris bin Zakaria, Mu‟jam Maqayis Al-Lughah, (Beirut,

Penerbit : Dar Al-Fikr, 1399 H/ 1979 H), Jilid. 2. Hlm. 503. 3 Lihat PDF, Badr Al-Din bin Muhammad bin Bahadir Abdullah li Al-Syâfi„i, Bahrul Muhiṯ fȋ

Ushul Fiqh li Al-Zarkasyi, (1413 H/ 1992 M), Hlm. 105.

Page 27: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

12

Pendapat lain: Ssesuatu yang kata-katanya banyak maknanya satu.

“Maknanya satu” maksudnya makna utamanya. Mengenai makna-makna

sekunder, atau tambahan, maka setiap kata memiliki makna-makna khas

tertentu.” 4

Terdapat penyebab banyaknya sinonim dalam bahasa Arab. Hal itu

dikarenakan oleh sebab, sebagai berikut:

1. Perpindahan berbagai lahjat (dialek) bahasa arab ke lahjat orang Quraisy

dikarenakan pergaulan yang terjadi antara mereka. Kata-kata ini pada dasarnya

tidak ada dan tidak digunakan oleh orang Quraisy karena mereka memiliki kata

lain yang sama. Dan perpindahan ini mengakibatkan adanya sinonim dalam

nama, sifat dan bentuk kata.

2. Adanya beberapa penulis kamus yang mengumpulkan beberapa lahjat dari

kabilah-kabilah yang berbeda, yang mana lafaz-lafaz tersebut memiliki

perbedaan secara bentuk. Kosa-kata tersebut dalam lahjat mereka.5

3. Adanya beberapa penulis kamus yang menuliskan kata-kata yang sudah tidak

pernah digunakan sebagai ganti kata yang sudah dipakai oleh banyak kalangan.

4. Beberapa penulis kamus tidak membedakan antara makna haqiqi dan majazi,

karena kebanyakan sinonim memiliki makna yang berbeda-beda secara

hakikat, namun menjadi sama secara majaz.

5. Perubahan sifat dari suatu benda menjadi nama untuk benda yang disifati

tersebut. Seperti kata al-munnad, al-husâm, al-yamâni, al‟adhab, dan al-qhȏti‟

merupakan nama lain dari al-saif, namun pada faktanya semua kata ini hanya

4 Lihat PDF, Jalal Al-Din „Abd Al-Rahman Al-Suyuṯi, Al-Muẕir fȋ “Ulum Al-Lughah wa

„Anwâihâ, (Kairo, Penerbit : Maktabah Dar Al-Turats), Jilid 1. Hlm. 403. Badr Al-Din Muhammad bin

Bahadir Abdullah li Al-Syâfi„i, Bahrul Muhiṯ fi Ushul Fiqh li Al-Zarkasyi, Hlm. 107. Salman Harun,

Kaidah-Kaidah Tafsir, (Jakarta, Penerbit: Qaf Media Kreativa, 2017), Hlm.455-458. Dan lihat kitab asli

di PDF, Khalid Utsman Sabt, Qawâid Tafsir, (Mesir, Penerbit : Dar Ibnu „Affan), Hlm. 460-464. 5 Lihat PDF, „Ali „Abd Al-Wahid Wâfi, Fiqh Al-Lughah, (Penerbit : Nahdhah Mishri), Hlm. 134.

Page 28: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

13

sifat dari as-saif, namun pada faktanya semua kata ini hanya sifat dari as-saif

yang memiliki makna yang berbeda satu sama lain.6

6. Kebanyakan dari sinonim itu pada faktanya memiliki makna yang berbeda,

yang mana setiap kata punya rincian makna tersendiri, seperti kata romaqo,

lahaẕo, hadaja, syafana, dan ronâ, setiap kata yang menjelaskan tentang

keadaan saat melihat yang mana setiap kata punya arti yang berbeda dengan

yang lain. Kata romaqo berarti melihat dengan seluruh mata, lahaẕo berarti

melihat ke arah sisi telinga, hadaja berarti melihat dengan tatapan tajam,

syafana berarti melihat sesuatu yang menakjubkan dengan tatapan sinis/ tidak

suka, dan kata ranaa berarti melihat secara seksama dalam kondisi yang

tenang, dan begitu seterusnya.

7. Perpindahan kata-kata asing/ non Arab atau kata-kata yang dikeragui

kearabannya ke dalam bahasa Arab, yang pada faktanya kata-kata tersebut

memiliki sinonim dalam bahasa arab yang asli.

8. Banyaknya kesalahan penulisan dalam buku-buku klasik arab, terutama ketika

tulisan tersebut tidak berbaris dan bertitik.7

Terdapat cara untuk mengetahui perbedaan makna kata, antara lain:

a. Perbedaan penggunaan kedua kata.

Misalnya kata al-„ilm dan al-ma‟rifah. Al-„ilm transitif kepada dua objek,

sedangkan al-ma‟rifah transitif kepada satu objek. Menangani keduanya sesuai

pengertian itu dan melihat penggunaan para ahli memberi petunjuk tentang

perbedaan makna keduanya. Perbedaannya adalah bahwa al-ma‟rifah

menginformasikan berbedanya apa yang sudah diketahui dari yang lain,

sedangkan al-„ilm tidak menginformasikan hal itu kecuali bila ciri lain dari apa

yang sudah diketahui itu disebutkan.

b. Sifat yang terkandung dalam dua kata.

6 Ali „Abd Al-Wahid Wâfi, Fiqh Al-Lughah, (Penerbit : Nahdhah Mishri), Hlm. 135.

7 Lihat PDF, Emil Badi Ya‟qub, Maushu„ah „Ulum Al-Lughah Al-Arabiyah, (Beirut, Penerbit :

Dar Al-Kutub „Ilmiyah, 1971). Juz. 4. Hlm. 300. Fiqh Al-Lughah Al-Arabiyah wa Khashaishuha, Hlm.

176-177.

Page 29: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

14

Misalnya perbedaan kata al-hilm dan al-imhal bermakna baik, sedang al-imhâl

bisa baik bisa tidak baik.

c. Tafsiran dua makna

Misalnya kata al-muzah dan al-istihza‟. Al-Muzah tidak mengandung

penghinaan terhadap yang dicandai, seperti bawahan bercanda dengan

atasannya, itu justru untuk menunjukkan keakraban. Sedangkan al-istihza‟

mengandung penghinaan.

d. Huruf yang mentransitifkan kata kerja.

Misalnya kata „afa „an dan ghafara li. Dari kata „an dipahami bahwa kesalahan

diangkat dari orang itu, dan dari huruf li dipahami bahwa hal itu untuk

keuntungan orang itu, yaitu dosanya ditutup tidak dibeberkan.

e. Antonim kata itu.

Misalnya kata al-hifẕ dan al-ri„ayah. Al-Hifzh lawannya adalah al-idha‟ah

„menyia-nyiakan‟, dan al-ri′ayah lawannya adalah al-ihmal „mengabaikan‟.

Hewan yang tidak ada pengembalanya disebut haml. Al-Ihmal adalah sesuatu

yang mengarah kepada idha„ah „menyia-nyiakan‟. Berdasarkan hal itu maka

al-hifẕ adalah menghindarkan yang tidak diinginkan dari sesuatu supaya

sesuatu itu tidak terkena bahaya, sedangkan al-ri„ayah adalah melakukan

sesuatu yang menyebabkan sesuatu yang terhindar dari bahaya.8

f. Derivasi kata

Misalnya kata al-Qira′at dan al-Tilawah. Al-Tilawah tidak berkenaan satu kata,

al-qira′at berkenaan satu kata. Anda mengatakan, “Qara′a fulan ismahu „Si A

membaca namanya‟, tidak Anda katakan, Talâ fulan ismahu „Si A

membacakan namanya‟. Bila kata tidak beriringan dengan kawannya (satu kata

kerja), itu tidak disebut tilawah, tetapi qira′at.

g. Rumusan kata

Misalnya perbedaan antara al-istifham dan al-su′âl. Al-istifham hanya terjadi

bila yang bertanya tidak tahu, karena yang bertanya minta untuk diberi tahu,

8 Lihat PDF, Abu Hilal Al-„Askari, Furuq Al-Lughâwiyah, (Kairo, Penerbit : Dar „Ilm Al-

Tsaqofah), Hlm. 25-26.

Page 30: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

15

sedangkan al-su′âl dapat bertanya mengenai yang sudah diketahuinya dan

adakalanya juga mengenai yang belum diketahuinya.

h. Segi asal usul kata dalam bahasa

Misalnya perbedaan al-hanin dan al-isytiyaq. Al-Hanin asalnya adalah suara

unta ketika memberitahukannya isytiyaq-nya (kerinduan) kepada kampung

halamannya (jadi hanin adalah rindu yang sangat dalam). Topang tindih

penggunaan itu sama halnya dengan pengungkapan musabbab dengan sabab.

Dan seperti halnya juga penggunaan “Allah” dalam bahasa Arab dan “Azar”

dalam bahasa Persi.9

B. Pro-Kontra Ulama Terhadap Mutarâdif dalam Al-Qur′ân

a. Pandangan Ulama yang Setuju Dengan Adanya Mutarâdif Dalam al-

Qur‟an dan „Ulum al-Qur‟an

Sinonimitas dalam „Ulum al-Qur‟an menurut para ulama yang

menyetujui keberadaannya disebabkan adanya wasilah atau hal yang

berhubungan dengannya bukan dimaksudkan pada zatnya. Ada beberapa

pembahasan dalam „ulum al-Qur‟an yang dikaitkan dengan sinonimitas.

Di antaranya pembahasan ta‟kid dalam al-Qur‟an, ilmu Mutasyâbih bagi

sebagian kalangan, dan ilmu tafsir secara khusus.10

Beberapa ulama berpendapat sinonimitas adalah bagian dari pembahasan

taukid/ta‟kid. Mereka memandang bahwa tarâduf adalah jenis dari taukid

dari segi maknanya. Ulama membagi taukid menjadi dua bagian, taukid

dengan lafaz yang sinonim dan taukid dengan meng„aṯaf-kan yang

serupa.11

Muhammad Nȗruddin al-Munajjad mengutip al-Zarkasyi tentang

penjelasan mengenai taukid dengan lafadz yang sinonim, bahwa taukid

al-Sama„i dibagi menjadi dua yakni lafẕi dan ma′nawi. Lafẕi ialah

penetapan makna awal dengan lafadz yang sama atau lafadz sinonimnya.

Contoh taukid yang diikuti oleh disinonim )فجاجا سبل( [al-Anbiyâ : [21] :

9 Salman Harun, Kaidah-Kaidah Tafsir, Hlm. 459-461. Dan lihat kitab asli Khalid Utsman Sabt,

Qawâ„id Tafsir, Hlm. 464-466. Abu Hilal Al-„Askari, Furuq Al-Lughâwiyah, Hlm. 27-30. 10

Muhammad Nuruddin Al-Munajjad, Tarâduf fȋ „Ulum Al-Lughah, (Beirut, Penerbit : Dar Al-

Fikr Al-Mu„âṣir, Damaskus, Dar Al-Fikr, 1997), Cet. Ke-1. Hlm. 106. 11

Muhammad Nuruddin Al-Munajjad, Tarâduf fȋ „Ulum Al-Lughah, Hlm. 116.

Page 31: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

16

31] dan )ضيقا خرج( [al-An„âm [6] : 125]. Sedangkan taukid dengan

meng„aṯaf-kan yang serupa, sebagaimana yang dijelaskan oleh al-

Zarkasyi yakni dengan huruf wawu )و(, auw أو() dan al-Farra‟

membolehkan dengan summa )12.)مث

Menurut Al-Zarkasyi sebagaimana dikutip oleh Muhammad Nȗruddin

al-Munajjad, „ataf adalah salah satu dari berbagai macam bentuk

sinonim, atau yang memiliki kedekatan makna yang tujuannya ialah

sebagai taukid. Salah satu ciri „ataf ialah adanya huruf wawu yang

berada pada suatu kalimat atau adanya wawu al-„ataf. Sebagaimana

firman-Nya فوا وما الستكن وا(ف سبيل اهلل وما ضع )فما وىن وا لما أصاب هم [QS. Ali

„Imrân [3] : 146], )فل ياف ظلما وال ىضما( [QS. Ali Tâ Hâ [20] : 112], وال( QS. Ali Tâ Hâ] )مث عبس وبسر( ,[QS. Ali Tâ Hâ [20] : 77] تاف دركا وال تشى(

[74] : 22], dan seterusnya.13

Ulama yang sepakat berpendapat bahwa tarâduf dalam „ulum al-Qur‟an

ditandai dengan adanya ilmu mutasyâbih (penyerupaan). Tarâduf adalah

bagian dari macam-macam hal yang serupa dalam al-Qur‟an.

Muhammad Nȗruddin al-Munajjad mengutip pendapat al-Zarkasyi

berkenaan dengan pendefinisian ilmu al-Mutasyâbih, ilmu al-

Mutasyâbih yakni menunjukkan pada kisah yang satu namun berada

dalam surat-surat yang berlainan. Maksudnya ialah bergantinya kalimat

satu dengan yang lainnya dalam dua ayat yang semisal. Contohnya,

seperti dalam QS. Al-Baqarah [2] )نا ما عليو أباءنا .dan dalam QS )والقي

Luqman [31] أبأءنا()ما وجدنا عليو . Dalam QS. Al-Baqarah [2] : 60 )فان فجرت( dan dalam QS. Al-A‟râf [7] : 160 )فانبجست(, dalam QS. Al-Baqarah [2] :

dalam QS. Ali ,)ف وسوس ذلما( dan dalam QS. Al-A‟raf [7] : 20 )فأزذلما( 36

„Imrân [3] : 47 ربي أني يكون ل()ولد قألت dan dalam QS. Maryâm [19] : 20

.dan seterusnya )قالت أني يكون ل غلم(14

Begitupun menurut Imam al-Suyuṯi, adanya beberapa memiliki makna

sinonim yang tidak menjadi persoalan, jika disebabkan faktor perbedaan

bahasa dan dialek. Dan juga menurut Al-Aṣfahâni, adanya memiliki satu

12

Muhammad Nuruddin Al-Munajjad, Tarâduf fȋ „Ulum Al-Qur′ân, Hlm. 117, dan Lihat PDF,

Badruddin Muhammad bin „Abdullah Al-Zarkasyi, Al-Burhân fȋ „Ulumil Qur′ân, (Kairo, Penerbit : Dar

Al-Turats), Vol. 4. Hlm. 79. 13

Muhammad Nuruddin Al-Munajjad, Tarâduf fȋ „Ulum Al-Qur′ân, Hlm. 117. 14

Muhammad Nuruddin Al-Munajjad, Tarâduf fȋ „Ulum Al-Qur′ân, Hlm. 119.

Page 32: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

17

makna, maka tidak mengingkari akal dalam pemahaman terhadap

Mutarâdif di dalam al-Qur‟an.15

Dalam Tafsir Al-Ṯabari dipaparkan ayat yang ditafsirkan dengan

mengganti lafadz-lafadznya dengan yang sinonim. Misalnya ن نا )مث ي فتح ب ي ) ن نا بالعدل( ditafsirkan dengan kalimat yang serupa باحلقي ,)مث ي قضي ب ي kemudian ayat الفتاح العليم( )وىو ditafsirkan dengan ليم بالقضاء ب ي )واهلل القاضي الع

قو(خل .16

Dapat diikhtisarkan pada pembahasan ini bahwa beberapa ulama yang

sepakat akan adanya tarâduf atau sinonim dalam „ulum al-Qur‟an

memiliki tiga argumen, yakni: pertama, bahwa sinonim adalah jenis dari

taukid yang ditinjau dari maknanya. Ditunjukkan dengan adanya taukid

dengan lafadz sinonim dan taukid dengan meng„aṯaf-kan lafadz yang

serupa. Kedua, tarâduf salah satu jenis dari bentuk penyerupaan (al-

Mutasyâbih) yaitu pergantian kata satu dengan yang lainnya dalam dua

ayat yang semisal. Ketiga, penafsiran ayat oleh ulama dengan

menggunakan kalimat yang mirip untuk mendekati maknanya serta

menjelaskan yang samar terhadap lafadz-lafadz al-Qur‟an.17

Jadi, ulama yang sepakat adanya Mutarâdif dalam al-Qur‟an adalah al-

Suyuṯi, al-Zarkasyi, dan al-Aṣfahâni. Selain itu, Rofiq Nurhadi

menyebutkan ulama yang sepakat adanya Mutarâdif yakni Muhammad

„Ali Najar Ibnu Jinny, kemudian gurunya Abu „Ali Al-Farisi, dan Ibnu

Malik al-Thâ„i al-Jayani.18

b. Pandangan Ulama yang Tidak Setuju Dengan Adanya Mutarâdif Dalam

al-Qur‟an dan „Ulum al-Qur‟an

Al-Barâziy berpendapat bahwa ada kata yang memiliki kemuliaan

dibandingkan kata yang lain, walaupun kata tersebut sama. Ia tidak

mengingkari adanya tarâduf namun memuliakan kata satu atas kata

yang lain. seperti dalam firmannya لوا من ق بل )وما كنت ت ب(اك من كت ت lebih

utama dibanding dengan penggunaaan )ت قرأ(, lalu )ال ريب فيو( lebih baik

dari ) )خي ر dan )وال تضعفوا( lebih baik dibanding )وال ت هن وا( kemudian ,)ال شك

15 Muhammad Nabihul Janan, Sinonimitas Dalam Al-Qur‟an, Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin,

IAIN Surakarta, 2016. Hlm. 19-23. Jalaluddin Al-Suyuṯi, Al-Muzhir fȋ „Ilm Al-Lughah, (Kairo, Penerbit :

Maktabah Dar Al-Turath), Hlm. 405. 16

Muhammad Nuruddin Al-Munajjad, Tarâduf fȋ „Ulum Al-Qur′ân, Hlm. 118. 17

Muhammad Nuruddin Al-Munajjad, Tarâduf fȋ „Ulum Al-Qur′ân, Hlm. 120. 18

Rofiq Nurhadi, Pro Kontra Sinomimi Dalam Al-Qur‟an, Jurnal Bahtera-Jurnal Pendidikan

Bahasa Sastra dan Budaya, Universitas Muhammadiyah Purworejo, Jilid 2, Nomor 4, 30 September 2015.

Hlm. 7-8.

Page 33: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

18

Pendapat ini dikutip oleh .)أفضل لكم( lebih ringan dibandingkan لكم(

Muhammad Nȗruddin al-Munajjad, dalam kitab Tarâduf fȋ „Ulum Al-

Qur′ân.19

Salah satu ulama yang menolak adanya sinonim dalam al-Qur‟an bahkan

bahasa Arab secara umum ialah Bint al-Syâti. Ia dipengaruhi oleh ulama

klasik, di antaranya Abȗ Hilâl al-„Askari, Ibnu al-„Arâbiy, Abȗ Qâsim

al-Anbariy dan al-Sa‟labiy. Ia berpedoman pada al-Anbariy, bahwa

setiap kata yang telah ditetapkan menunjuk pada referen tertentu,

didalamnya mengandung „illat atau sebab tertentu yang menyebabkan

kata tersebut diucapkan pada referen tersebut. Menurut al-Munajjad

melihat pada kondisi-kondisi eksternal yang berhubungan dengan ucapan

suatu kata.20

Bint al-Syâti menemukan Ibnu Faris bahwa jika ada dua lafadz untuk

satu makna atau satu benda, niscaya lafadz yang lainnya, kalau tidak

demikian niscaya lafadz yang lainnya itu sia-sia, lafadz yang banyak itu

hanya merupakan sifat. Misalkan, dikatakan makna batu memiliki 70

kata, makna singa 500 singa lafadz, makna ular 200 lafadz dan makna

pedang 50 lafadz.21

Bint al-Syâti menemukan rumus setelah menelusuri penggunaan kata

ni‟mah )نعمة( dan na„im )نعيم( dalam al-Qur‟an, bahwa na„im digunakan

al-Qur‟an untuk nikmat-nikmat ukhrawi, bukan duniawi.22

Kemudian

kata qasama dan halafa, sekalipun dua kata tersebut mempunyai arti

yang sama, akan tetapi kata tersebut memiliki penekanan makna yang

berbeda. Qasama yaitu digunakan untuk jenis sumpah sejati yang tidak

pernah diniatkan untuk dilanggar, sedangkan kata halafa yaitu digunakan

untuk menunjukkan sumpah palsu yang selalu dilanggar.23

Hal serupa dilakukan oleh mufasir Syiah, Al-Ṯabaṯaba‟i (1321-1402 H),

dalam tafsirnya al-Mizân. Di sana, antara lain, dikemukakannya tentang

makna Ṣiraṯ )صراط( dan perbedaannya dengan sabil )سبيل( .

19

Muhammad Nuruddin Al-Munajjad, Tarâduf fȋ „Ulum Al-Qur′ân, Hlm. 121. 20

Muhammad Nuruddin Al-Munajjad, Tarâduf fȋ „Ulum Al-Qur′ân, Hlm. 121. 21

„Aisyah „Abd Al-Rahman Bint Al-Syâṯi, I‟jaz Bayân li Al-Qur′ân wa Masâ′il Ibn Al-Azraq,

(Kairo, Penerbit : Dar Al-Ma„ârif Bimṯar). Hlm. 197. 22

M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, Ciputat, Tangerang Selatan, (Penerbit : Lentera Hati, Juni

2015), Cet. Ke-13, Hlm. 124.

23 „Aisyah „Abd Al-Rahman Bint Al-Syâṯi, I‟jaz Bayân li Al-Qur′ân wa Masâ′il Ibn Al-Azraq,

Hlm. 207. Ahmad Fawaid, Kaidah Mutaradif Dalam Lafaẕ Ayat Al-Qur′ân. Jurnal Keilmuan Tafsir

Hadis, IAI Nurul Jadid Probolinggo. Volume 5, Nomor 1, Juni 2015 Hlm. 153.

Page 34: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

19

Kesimpulannya adalah Ṣiraṯ adalah jalan keluar yang mengantar kepada

kebaikan, keadilan, dan hak. Ṣiraṯ hanya satu, karena itu tidak ditemukan

bentuk jamaknya. Ini berbeda dengan sabil, yang merupakan jalan-jalan

kecil dan dia banyak, terbukti al-Qur‟an menggunakan juga bentuk

jamaknya, antara lain, dalam QS. al-Mâ′idah [5] : 16 dan al-An„âm [6] :

153. Di samping itu, ada sabil yang baik dan ada yang buruk, karena

demikian itulah penggunaan al-Qur‟an.24

M. Quraish Shihab, pakar tafsir Indonesia yang menolak adanya

Mutarâdif di dalam al-Qur‟an. Ia mengungkapkan kembali dan

mengatakan, “Tidak ada dua kata yang berbeda kecuali pasti ada

perbedaan maknanya” Jangankan yang berbeda akar katanya, yang sama

akar katanya pun, tetapi berbeda bentuknya akibat penambahan huruf,

seperti kata raẖmân dan raẖȋm, atau qatal dan qattala, maka pasti ada

perbedaan maknanya, sedikit atau banyak.

Sekali lagi, ada perbedaan—walau sedikit—antara kedua kata yang

dinilai Mutarâdif/sinonim itu, baik dalam susunan kalimat, seperti dalam

firman Allah dalam QS. al-Mâ′idah [5] : 48;

ومنهاجا

م شرعة

ا منك

نل جعل

٨٤لك

48. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan

jalan yang terang.

Maupun terpisah dalam dua ayat yang berbeda, seperti kata tabdzir )ت بذي ر( dalam QS. al-Isra [17] : 26 dan kata isrâf )إسراف( dalam QS. al-Nisa [4] :

6, yang oleh sementara orang dinilai semakna. Padahal masing-masing

mempunyai makna yang tidak dimiliki oleh rekan sinonimnya. Kata

syir„ah )شرعة( dipahami dalam arti awal dan prinsip sesuatu, sedang

minhâja )هاجا ia , )إسراف( adalah rinciannya secara umum. Adapun isrâf )من

mengandung makna memberikan sesuatu kepada yang wajar diberi, tetapi

dengan pemberian yang melebihi kewajaran, sedang tabdzir )ت بذي ر( adalah

memberi sesuatu yang tidak wajar diberi, seperti memberi senjata berat

guna berperang kepada orang lumpuh atau memberi petani buku tentang

kedokteran. Ada juga ulama yang merumuskan perbedaanya dengan

menyatakan bahwa tabdzir adalah ketidak tahuan tentang siapa yang

24

M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, Hlm. 125.

Page 35: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

20

hendaknya diberi, sedang isrâf adalah ketidaktahuan tentang kadar yang

diberikan.25

Jadi, dari penjelasan di atas bahwa ulama yang Kontra adanya Mutarâdif

di dalam al-Qur‟an adalah Abȗ Hilâl al-„Askari, Ibnu al-„Arâbiy, Abȗ

Qâsim al-Anbariy, al-Sa‟labiy26

, Bint al-Syâṭiy dan Quraish Shihab.

C. Contoh Lafazh Mutarâdif dalam Al-Qur′ân

1. Perkataan اخلوف dan اخلشية (takut)

Kedua kata ini hampir tidak dibedakan oleh ahli bahasa. Kata al-

Khasyyah maknanya lebih kuat dari pada kata al-Khauf. Kata al-

Khasyyah diambil dari kata syajarah khasyyah yang maknanya pohon

kering. Jadi, arti al-Khasyyah adalah totalitas rasa takut. Sedangkan al-

Khauf terambil dari kata “naaqah khaufa” yang bermakna onta betina

yang berpenyakit. Ini adalah suatu kekurangan, bukan sirna sama sekali.

Perbedaan yang lain di antara keduanya adalah bahwa al-

Khasyyah itu terjadi karena takut terhadap keagungan sesuatu yang

ditakuti, walaupun orang yang takut itu ialah kuat. Hal ini bermaksud

takut yang disertai rasa hormat (ta‟ẕim). Sedangkan al-Khauf terjadi

karena kelemahan orang yang takut, walaupun sesuatu yang ditakuti itu

sebenarnya adalah sesuatu yang kecil atau remeh. Hal ini ditunjukkan

oleh Khaa, Syiin, dan Yaa‟ yang menunjukkan sifat keagungan dan

kebesaran, seperti asy-Syaikh yang digunakan untuk tuan yang agung dan

al-Khaisyi yang digunakan untuk pakaian yang kuat dan tebal. Oleh

karena itu, kaya al-Khasyyah digunakan untuk Allah27

, seperti dalam

surah Fatir ayat 28:

25

Muhammad Nabihul Janan, Sinonimitas Dalam Al-Qur‟an, Hlm. 19-23. M. Quraish Shihab,

Kaidah Tafsir, Hlm. 111-112. 26

Rofiq Nurhadi, Pro Kontra Sinomimi Dalam Al-Qur‟an, Hlm. 4. 27

Lihat PDF, Jalaluddin Al-Suyuṯi, Al-Itqân, Fii Ulum Al-Qur′ân, (Beirut, Penerbit : Muassasat

Al-Saqafiyah1429 H/2008 M), Hlm. 413.

Page 36: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

21

اؤ

م عل

ه من عباده ٱل

ى ٱلل

ش

ما يخ إن

28. Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-

hamba-Nya, hanyalah ulama.

Masalahnya adalah, orang-orang Muslim di antaranya masih

berani mengingkari dan menyimpang dari janji Allah. Hanya Ulama saja

yang takut dan lemah dihadapan Allah, ulama itu tidak hanya Kyai,

Habaib atau Asatidz saja, melainkan orang-orang yang beriman juga

Ulama yang mengetahui kebenaran dan kekuasaan Allah.

Musa membaca firman Allah, ىزوفل

ف ل ٱ

ل

فال

يخ

فل ل

إ

ف

خ

ت

ى ل مىس ي

٠١ (Wahai Musa janganlah engkau takut !, sesungguhnya dihadapanku

para Rasul tidak perlu takut) (Q.S. Al-Naml [27] : 10). Yaitu dia tidak

lemah disisi Tuhanmu, mereka tidak takut kepada Fir„aun.28

Kemudian surah Al-Ra‟du (13) ayat 21.

مز أ

ى ما

ذين يصل

حساب وٱل

ى وىء ٱل

اف

هم ويخ ى رب

ش

يىصل ويخ

ه بهۦ أ

١٠ٱلل

21. dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah

perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada

Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk

Menurut Al-Zarkasyi, bahwa makna Khauf itu terhadap manusia

yang takut terhadap hitungan amal perbuatannya ketika diakhirat nanti,

bila amalan perbuatannya baik tetapi hasil akhirnya buruk, begitupun

sebaliknya, maka hisablah diri kalian sebelum engkau dihisabkan.29

Kemudian dalam surah Al-Ahzab (33) ayat 39.

28

Badruddin Muhammad bin „Abdullah Al-Zarkasyi, Al-Burhân fȋ „Ulumil Qur′ân, Hlm. 79. 29 Badruddin Muhammad bin „Abdullah Al-Zarkasyi, Al-Burhân fȋ „Ulumil Qur′ân, (Kairo,

Penerbit : Dar Al-Turats. Hlm. 78). Penjelasan bahasa Arab sebagai berikut : و ت م ظ ع ل اهلل ن م ف و اخل ن إ ف ، ن أ ل ب ق و س ف ن ب اس ، ح اب س احل ا ب م ال ع ان ك ن م و ف ل ي ا ال ب ر اب س احل ء و س ، و و ال ح ت ان ك ف ي ك د ح أ ل ك اه ش ي

.ب اس ي

Page 37: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

22

ه ت ٱلل

ل ى رو

غ

ذين يبل

هۥٱل

ىن

ش

ويخ

ى ول

ش

ه حسيب يخ

فى بٱلل

وك

ه

ٱلل

ح ا إل

٢٣ا أ

39. (yaitu) orang-orang yang menyapaikan risalah-risalah Allah,

mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada

seorang(pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai

Pembuat Perhitungan

Adapun al-Khauf dalam surah An-Nahl ayat 50

مزو ۩ ى ما يؤ

ىقهم ويفعل

ن ف هم م ى رب

اف

٠١يخ

50. Mereka takut kepada Tuhan mereka yang di atas mereka dan

melaksanakan apa yang diperintahkan (kepada mereka)

Menurut Al-Suyuthi, Pada ayat ini ada suatu rahasia yang samar.

Ayat ini membicarakan sifat-sifat malaikat. Ketika Allah menyebutkan

kekuatan mereka dan kokohnya penciptaan mereka maka Dia

mengungkapkan untuk mereka itu dengan ungkapan khaufun untuk

menjelaskan bahwa walaupun mereka itu adalah makhluk-makhluk yang

kuat dan kokoh, tetapi di hadapan Allah mereka lemah. Kemudian

mereka itu diikuti dengan penjelasan bahwa Tuhan mereka berada di atas

mereka untuk menunjukkan keagungan. Maka Allah menggabungkan

kedua hal ini dalam ayat tersebut. Karena sifat lemahnya manusia telah

umum dikenal maka tidak butuh penjelasan tentangnya.30

Sedangkan menurut Manna Khalil Qaṯan, digunakan untuk

mensifati para malaikat sesudah menyebutkan kekuatan dan kehebatan

mereka. Maka pemakaian kata al-khauf di sini untuk menjelaskan bahwa

sekalipun para malaikat itu besar-besar dan kuat tetapi dihadapan Allah

mereka lemah. Ungkapan itu kemudian disambung dengan “fauqahum”

yang berarti Allah itu di atas mereka, hal ini menunjukkan kebesaran-

Nya. Dengan demikian terkumpullah dua unsur makna yang terkandung

30

Jalaluddin Al-Suyuṯi, Al-Itqân, fȋ Ulum Al-Qur′ân, Hlm. 413.

Page 38: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

23

oleh “al-khasyyah” tanpa merusak arti kehebatan para malaikat, yaitu

“khauf” dan penghormatan mereka kepada Tuhan. .31

Jadi, kata Khauf itu bermakna makhluk-makhluk ada yang takut

tetapi masih ada yang kuat atau kokoh dihadapan makhluk-makhluk lain.

sedangkan makna Khasyyah bermakna makhluk makhluk sudah lemah

ketika berhadapan dengan Allah.

2. Lafazh pelit atau tamak الشح و البخل

Kata Al-Syuhhu itu lebih dalam maknanya daripada al-bukhlu. Al-

Raghib berkata, “al-Syuhhu adalah kebatilan yang disertai ketamakan”.32

Al-Askari membedakan antara al-Bukhlu dan dengan الضن (al-Dhannu),

yaitu bahwa al-dhannu (benda-benda kesayangan dari seseorang yang

sulit dipinjamkan kepada orang lain). itu pada dasarnya adalah

kebakhilan terkait dengan barang-barang pinjaman, sedangkan al-bukhlu

adalah kebakhilan yang berkaitan dengan pemberian. Karena itulah

dikatakan " بعلمو ضني ىو" (dia kikir dengan ilmunya), karena ilmu lebih

serupa dengan barang pinjaman daripada pemberian, dan tidak dikatakan: " بعلمو بيل ىو ," karena seorang pemberi itu jika telah memberikan sesuatu

kepada orang lain maka barang itu telah lepas dari kepemilikannya,

berbeda dengan barang pinjaman.33

Karena itulah, Allah berfirman: وما

يب بضني غ

ى ٱل

Dan dia [Muhammad] bukanlah orang yang bakhil) هى عل

31

Manna Khalil Qaṯan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur‟an,. Hlm. 289. Dan lihat juga Mabahis fȋ Ulum

Al-Qur′ân, Hlm. 194. 32

Lihat PDF, Al-Raghib Al-Aṣfahâni, Mufradât fȋ Gharȋb Al-Qur′ân, (Penerbit Maktabah Al-

Nazar Al-Musthofa Al-Baz), Hlm. 337. 33

Lihat PDF, Abi Hilal Al-„Askari, Al-Furuq Al-Lughâwiyah, (Kairo, Penerbit : Dar „Ilm Al-

Tsaqofah), Hlm. 176.

Page 39: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

24

untuk menerangkan yang ghaib) (Q.S. Al-Takwir [81] : 24). Dan tidak

dikatakan 34.ببخيل

D. Pengertian غضب

غضبا -ي غضب –غضب berasal dari kata غضب yang artinya menjadi

marah kepadanya (pemarah).35

Adapaun secara bahasa dalam kitab Mu‟jam

Al-Wasiṯ bahwa Ghaḏab adalah sekelompok orang yang menciptakan

kesuraman dan kegangguan.36

Sedangkan menurut Ibnu Manzur banyak sekali pengertiannya

karena semuanya tergantung kalimat seperti kata الغضب adalah sesuatu yang

terjadi pada makhluk yang kerasukan di dalam hati sehingga membuat dia

menjadi marah. Adapula kata غضب bahwa Allah mengingkari makhluknya

terutama manusia yang mengingkari jalan yang lurus. Perbuatan-perbuatan

manusia yang berpaling dari ajaran jalan yang lurus sehingga Allah

memurkai kepadanya. Adapun kalau kata غضب adalah sesuatu yang benar-

benar berkehidupan mengkhayal, lalu khayalannya dikendalikan sehingga

orang itu dapat berbuat marah yang sangat besar. Sedangkan kata غضب

istilahnya adalah perasaan yang tidak suka terhadap sesuatu yang disukai.

Adapun kata الغضوب istilahnya adalah orang yang masih tidak mau atau

34

Jalaluddin Al-Suyuṯi, Al-Itqân, Fii Ulum Al-Qur′ân, Hlm. 413. Lihat PDF, Abi Hilal Al-

„Askari, Furuq Al-Lughâwiyah, Hlm. 176. Al-Raghib Al-Asfahani, Mufradât fȋ Gharib Al-Qur‟ân, Hlm.

337. 35

Mahmud Yunus, Kamus Bahasa Arab-Indonesia, (Jakarta, Yayasan Penyelenggara

Penterjemah/Pentafsir Al-Qur‟an). Hlm. 297. 36

Lihat PDF, Mu‟jam Al-Wasiṯ, (Penerbit: Maktabah Al-Syuruq Al-Dauliyah. 2004 M/1425 H).

Hlm. 684, teksnya yaitu: رتو ومالقتو ش الكدر ف معا . Lihat Mahmud Yunus, Kamus Bahasa Arab-Indonesia,.

Hlm. 654.

Page 40: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

25

berpaling dari hati nurani sehingga dia masih mengikuti hawa nafsu dan

akhirnya membuat dia menjadi marah. Adapun kata الغضاب adalah sesuatu

yang kotor di dalam jiwa maupun pikiran maka itu akan membuat mata

menjadi merah sehingga marahnya tidak bisa dikendalikan .37

Menurut Al-

Asfahâni yaitu, ledakan marah di dalam hati.38

Jadi, secara terminologi

bahwa Ghaḏab adalah perilaku kasar tidak dapat mengendalikan diri

sehingga dapat merusak hatinya dan jiwanya.

E. Pengertian غيظ

Kemudian غيظ, kata ini berasal dari kata غيظا –يغيظ –غاظ artinya

menjadikannya marah, dan memarahkannya39

. Kata ini merupakan Sinonim

(Mutaradif) dari kata الغضب yang artinya sama ialah marah, walaupun sama

tetapi maknanya berbeda. Menurut Al-Ashfahâni, bahwa lafaz الغيظ adalah

sesuatu yang menjadikannya seseorang itu menjadi marah karena bila

hatinya benar-benar terkotor, hingga mereka sakit hati.40

. Seperti dalam

surah Ali „Imrân ayat 119.

ء ىا

ال

م ق

قىك

ا ل

هۦ وإذ

لب ك

كت

منى بٱل

ؤ

م وت

ك

ىن يحب

ىنهم ول حب

ء ت

ول

نتم أ

أ ه

ىا

لا خ

ا وإذ امن

امل من ن م ٱل

يك

عل

ىا عض

يظ

غ

ٱل

119. Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka

tidak menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab

semuanya. Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata

"Kami beriman", dan apabila mereka menyendiri, mereka

37

Abu Fadal Jamaluddin Muhammad bin Makram bin Manzur al-Afriqi al-Miṣri, Lisân al-Arab,

(Beirut, Penerbit : Dar al-Sadir), Vol.1. Jilid.1. Hlm. 649-650. 38

Lihat PDF, Al-Raghib Al-Asfahâni, Mufradât fȋ Gharȋb Al-Qur′ân, (Penerbit: Maktabah Al-

Nazar Al-Baz), Hlm. 468. 39

Mahmud Yunus, Kamus Bahasa Arab-Indonesia, Hlm. 305. 40

Al-Raghib Al-Asfahâni, Mufradât fȋ Gharȋb Al-Qur′ân, Hlm. 477.

Page 41: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

26

menggigit ujung jari lantaran marah bercampur benci terhadap

kamu.

Beberapa pengertian mengenai الغيظ seperti dalam Mu‟jam Al-Wasiṯ

bahwa, Ghaiẕa adalah sesuatu yang berubahnya manusia dari kebaikan

hingga tertimpa musibah mengalami dirinya yakni kebencian.41

Sedangkan

menurut Ahmad Mukhtar „Umar bahwa Ghaiẕa adalah ketika seseorang

berbuat marah yang betul-betul hebat sehingga nafsu amarahnya begitu

kuat.42

Sedangkan menurut „Ali Al-Qasimi bahwa bahwa lafaz Ghaiẕa itu

adalah yang berbuat nafsu amarah yang bukan main-main betapa luar biasa

sekali marahnya.43

Jadi, menurut secara termonologi adalah bahwa lafaz

adalah orang yang menjadikannya marah, karena sakit hati, dan الغيظ

dendam.

F. Derivasi Makna غضب Makna Ghaḏab ini penulis akan menjelaskan beberapa kata Ghaḏab

sesuai dengan wazannya sebagai berikut :

غضب (ghaḏiba) dalam bentuk fi„il madhi dari wazan kata فعل غضب (ghaḏabun) dalam bentuk maṣdar.

مغضوب (maghḏubun) dalam bentuk isim maf„ul berwazan kata مفعول مغاضبا (mughaḏiban) dalam bentuk isim fâ„il berwazam مفأعل غضبان (ghaḏbâna) dalam bentuk شب هة باسم الفاعل

عطشان berwazan الصفة ادل

41

Mu‟jam Al-Wasiṯ, Hlm. 698. Teksnya yaitu, ت غي ر ي لحق اإلنسان من مكروه يصيبو 42

Ahmad Mukhtar „Umar, Mu‟jam Al-Lughah al-Arabiyah al-Mu„aṣirah, (Penerbit: „Alimul

Kutub), Vol.2. Hlm. 1657. 43

„Ali al-Qasimi, Mu‟jam al-Isytisyhad, (Beirut, Penerbit: Maktabah Libanon Nâsyirun), Hlm.

428.

Page 42: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

27

G. Dervivasi makna غيظ

Makna Ghaiẕa, penulis akan menjelaskan beberapa hukum nahwu

sesuai dengan wazannya :

غاظ (ghâẕa) dalam bentuk fi„il maḏi dari wazan ف عل ataupun kata سار

karena ada „Ain Fi„il asal katanya adalah غوظ maka huruf و menjadi

huruf ا (Alif). Karena huruf Alif merupakan huruf „Illat

(terbentuknya sebuah kata).

غيط (ghaiẕun) dalam bentuk isim maṣdar.

يغيظ (yaghȋẕun) dalam bentuk fi„il mudhari‟ dari wazan ي فعل ataupun

kata يسي ر. Apabila ya‟ berharokat pada „ain fi„il bina‟ ajwaf dan huruf

sebelumnya terdiri dari huruf shahih yang mati/sukun, maka harakat

ya‟ tersebut dipindah pada huruf sebelumnya. Asalnya adalah ظ ي ي غ

mengikuti wazan ي فعل karena huruf ya‟ itu adalah huruf „Illat

(terbentuknya sebuah kata).

ت غي ظا (taghayyuẕan) dalam bentuk isim maṣdar dari wazan ت فع ل

Page 43: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

28

BAB III

RIWAYAT IBNU JARIR AL-ṮABARI

A. Riwayat Hidup Ibnu Jarir Al-Ṯabâri

1. Biografi

Nama lengkap al-Ṯabari adalah Abu Ja‟far Muhammad bin Jarir bin

Yazid bin Katsir bin Ghalib al-Ṯabâri. Beliau dikenal seorang ulama yang

mumpuni, khususnya di bidang sejarah dan tafsir. Beliau lahir pada akhir tahun

223 H, di Amal, ibu kota Tibristan, Iran.

Al-Ṯabâri tumbuh di lingkungan keluarga yang agamis dan cinta ilmu.

Pada usia 7 tahun, beliau sudah hafal al-Qur‟an dan sudah mengimami salat.

Bahkan, ketika usianya masih genap 9 tahun, beliau sudah menulis hadis. Al-

Thabari juga dikenal sebagai ahli qira‟at, balaghah, fikih, mufassir, dan

khususnya terkait dengan ayat-ayat hukum, ahli hadis dan rijal al-hadis (perawi-

perawi hadis). Dan, ada tiga cabang ilmu yang selalu menyertai al-Ṯabâri setiap

kali beliau menjelaskan sesuatu, yaitu, tafsir, tarikh dan fikih.

Demi menimba ilmu, al-Ṯabâri tidak segan-segan melakukan

perjalananan (rihlah) ilmiah ke beberapa daerah, seperti Tibristan, Irak, Syam,

Mesir, dan daerah-daerah lain yang diyakini sebagai pusat peradaban dan ilmu

pengetahuan.13

Al-Khatib al-Baghdadi berkata:

“Al-Ṯabâri adalah salah satu ulama terbesar pada zaman-nya, perkataannya lurus

dan layak untuk dipegangi, semua pemikirannya akan menggambarkan keluasan

ilmunya.”

Beliau telah melahirkan banyak karya yang tidak sebanding dengan

umurnya. Salah satu murid al-Ṯabâri, Abu Muhammad „Abdulllah bin Ahmad

13

Lihat PDF, Sayyid Muhammad „Ali Iyâzi, Al-Mufassirȗn Hayâtuhum, (Teheran, Penerbit :

Mu„aṣirah al-Ṯaba„ah wa al-Nasyr Wazârat al-Tsaqafâh al-Irsyâad al-Islamiy, 1386 H/1966 M), Cet. Ke-

1. Vol. 2. Hlm. 712.

Page 44: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

29

al-Fargani, berkata: “Dari semua karangan beliau, jika dibagi dari sejak beliau

balig sampai meninggal, maka setiap harinya beliau menulis 14 lembar.14

Pada mulanya, al-Ṯabari adalah seorang pengikut Syafi„i; namun pada

perjalanan berikutnya, beliau melakukan ijtihad sendiri, yang pada akhirnya

beliau muncul sebagai mujtahid mustaqil (independen yang bergantung kepada

mazhab tertentu). Bahkan, beliau sempat mendirikan madzhab tersendiri, yang

dikenal dengan sebutan mazhab Jaririyyah. Hanya saja, mazhab ini tidak

berkembang.15

Wal hasil al-Ṯabâri bisa dikatakan sebagai Syaikh al-Mufassirȋn, karena

beliaulah yang pertama kali menghimpun dua pendekatan dalam penafsiran al-

Qur′ân yaitu tafsir bi al-riwayah dan bi al-dirayah, yang belum pernah ada

sebelumnya.

Akhirnya pada bulan syawal tahun 310 H, al-Thabari meninggal dunia di

Baghdad dan jenazahnya disalatkan oleh banyak orang, termasuk ulama-ulama

besar saat itu, dan dimakamkan di dalam rumahnya sendiri.16

2. Ada beberapa karya-karya Aṯ - Ṯhabari di antaranya :

A. Jâmi‘ul Bayân fi Tafsīril Qur‘ân

B. Tarikh al-Umam wal al-Muluk (yang dikenal dengan Tarikh al-Thabari)

C. Ikhtilaf al-Fuqaha

D. Tahdzib al-Atsar

E. Kitab al-Qira’at (18 jilid)

F. Âdâb al-Manasik

G. Âdâb al-Nufus

H. Ahkam Syara’i al-Islam atau Lathif al-Qaul al-Bayân ‘an Ushul Ahkam.

14

Ahmad Husnul Hakim, Ensiklopedi Kitab-Kitab Tafsir Kumpulan Kitab-Kitab Tafsir dari

Masa Klasik sampai Masa Kontemporer, (Depok, Penerbit : Lingkat Studi Al-Qur‟an, 2013), Hlm. 5.

Cet.1. 15

Sayyid Muhammad „Ali Iyâzi, Al-Mufassirun Hayâtuhum, Hlm. 712. 16

Sayyid Muhammad „Ali Iyâzi, Al-Mufassirun Hayâtuhum, Hlm. 712. Lihat PDF, Jalaluddin

Al-Suyuthi, Thabaqât al-Mufassirȋn, (Kuwait, Penerbit : Dal Al-Nawadir, 1431 H/ 2010 M), Hlm. 87.

Page 45: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

30

I. Al-Basith atau Basiṭ al-Qaul fi Ahkam Syara’i al-Islam.

J. Tārikh Rijāl min al-Shahabah wa al-Tabi’in

K. Al-Qira′at atau Jami’ al-Qira′at.

L. Târikhul Rijâl

M. Ikjtilâf Al-Fuqahâ’,

N. Dan lain-lain.17

B. Karakteristik Tafsir Al-Ṯabâri

1. Karakteristsik Tafsir Al-Ṯabâri

Secara umum, tafsir al-Ṯabari memiliki beberapa karakteristik penafsiran

yang dapat dilihat dalam karya besar ini. Di antaranya adalah kitab tafsir ini

merupakan tafsir bi al-ma’tsur yang sempurna, yakni beliau melakukan tarjih

terhadap riwayat maupun pendapat yang dikutip, melakukan pengambilan

(istinbaṯ) hukum, membahas masalah qiro′at, dan terkadang beliau mengutip

syair-syair Arab untuk memperjelas makna yang tertuang dalam ayat al-Qur‟an.

1. Melakukan tarjih terhadap riwayat atau hadis yang dikutip.

2. Menjelaskan aspek kebahasaan dari segi nahwu dan i’rab

3. Menggunakan Qira′at dalam penafsirannya.

4. Mengutip syair-syair Arab klasik.18

2. Metode dan Corak Penafsiran Tafsir At-Ṯabari

Metode Penulisan yang digunakan oleh al-Ṯabari adalah metode tahlili

dimana beliau menafsirkan ayat al-Qur‟an dengan secara keseluruhan

berdasarkan mushaf Utsmani, ia menjelaskan ayat demi ayat, dengan

menjelaskan makna mufradatnya, munasabah (korelasi) antar ayat maupun antar

surah, menjelaskan asbâb al-nuzȗl, dan mengutip dalil-dalil dari Nabi SAW,

17 Manna Khalil Qaṯan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur’an, Hlm. 536. Dan lihat kitab Asli Mabahis fȋ

‘Ulum Al-Qur’ân, Hlm. 373. 18

Faizah Ali Syibromalisi, Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir, (Jakarta, Penerbit: UIN

Jakarta Press, 2011), Cet. 1. Hlm. 12.

Page 46: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

31

sahabat dan tabi‟in. Metode tahlili ini merupakan metode tafsir yang

menganalisis ayat al-Qur‟an dari berbagai aspek.19

Tafsir al-Ṯabâri tidak memiliki corak khusus dalam penafsiran, karena

al-Ṯabâri menafsirkan ayat-ayat al-Qur′ân berdasarkan riwayat. Meskipun

seringkali beliau melakukan tarjih terhadap riwayat dan pendapat yang ia

kutip.20

3. Gambaran Umum Tafsir Al-Ṯabari

Kitab tafsir ini disusun antara tahun 283 H-290 H, dengan cara

didiktekan kepada murid-muridnya. Seluruhnya terdiri dari 12 jilid, dan telah

diterbitkan oleh beberapa penerbit, antara lain, penerbit Bulaq, Kairo; Musthafa

al-Bab al-Halabi, Mesir; dan Dar al-Kutub al-„Ilmiyah, Beirut.

Tafsir Al-Ṯabâri adalah kitab tafsir yang sangat masyhur, bahkan ia

dianggap sebagai induk dari kitab-kitab Tafsir lainnya. Kehadirannya telah

menginspirasi bagi tumbuhnya kitab-kitab tafsir setelahnya serta membuka

wawasan bagi para ulama Tafsir dalam memahami susunan redaksi (uslub) al-

Qur‟an.21

Tafsir al-Ṯabâri juga dipandang sebagai kitab Tafsir bi al-ma′tsur yang

terbesar. Sebab sebelumnya, para ulama tafsir menyebutkan riwayat-riwayat

saja. Sementara Al-Ṯabari telah melangkah maju, bukan sekedar menyantumkan

riwayat semata, tetapi beliau memberi komentar, kritik, bahkan menarjih

beberapa riwayat yang ada. Beliau menjelaskan i‟rab serta melakukan istinbaṯ

(penetapan) hukum, serta menggunakan syair-syair Arab untuk memperkuat sisi

kebahasaannya.22

19

Faizah Ali Syibromalisi, Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir, Hlm. 11. 20

Faizah Ali Syibromalisi, Jauhar Azizy, Membahas Kitab Tafsir, Hlm. 11. 21

Ahmad Husnul Hakim,Hlm. Ensiklopedi Kitab-Kitab Tafsir Kumpulan Kitab-Kitab Tafsir dari

Masa Klasik sampai Masa Kontemporer,7. 22

Sayyid Muhammad „Ali Iyâzi, Al-Mufassirun Hayâtuhum, Hlm. 713.

Page 47: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

32

4. Sistematika Penafsiran

Adapaun Sistematika penafsiran al-Ṯabari sebagai berikut :

1. Setelah pencantuman nama Surah dan ayat Al-Qur′an yang dibahas, al-

Ṯabâri menampilkan riwayat-riwayat—dari Nabi Saw., sahabat, dan

tâbi„ȋn—yang berkaitan dengan ayat al-Qur„an yang dibahas.

2. Setelah itu beliau juga menjelaskan perbedaan Qira′at bila ayat al-Qur′ân

yang dibahas mengandung perbedaan-perbedaan Qira′at.23

3. Beliau menyebutkan perkataan dalam menakwilkan nama Surah dan Ayat

Al-Qur′ân.24

4. Beliau menjelaskan tentang sabab al-nuzul dari ayat al-Qur′an yang

dibahas, seperti dalam surah Al-Mâidah ayat 61.25

5. Beliau menjelaskan ayat al-Qur′ân. apabila terdapat perbedaan riwayat

tentang makna kata dari suatu ayat al-Qur‟an, beliau menampilkan terlebih

dahulu perbedaan itu, kemudian beliau melakukan tarjih (memilih

riwayat/pendapat yang lebih atau paling kuat) terhadap riwayat/pendapat

yang beliau kutip.

5. Referensi Mufasir

Hadis Nabi Saw., pendapat para sahabat dan tabi„in, syair Arab, dan

Sirah Nabawiyah merupakan sumber rujukan yang digunakan al-Ṯabâri. Dari

sumber hadis Nabi saw., al-Ṯabâri hanya menggunakan hadis-hadis yang shahih,

baik shahih sanad maupun shahih matan. Beliau juga mengomentari atau

mengkritisi bila terdapat hadis yang ḏa„if (lemah), baik sanad maupun matan.

Selanjutnya, Al-Ṯabâri mengutip penafsiran dan pendapat dari beberapa

sahabat. Terdapat sepuluh sahabat yang seringkali beliau kutip, yaitu: Khulafâ

al-Rasyidin, „Abdullah bin Mas„ȗd, „Abdullah bin „Abbâs, Ubay bin Ka„âb, Zaid

bin Tsabit, Abu Musa Al-„Asy„ari, dan „Abdullah bin Zubair. Sedangkan dari

kalangan Tabi‟in, al-Ṯabâri seringkali mengutip riwayat (hadis) dan pendapat

dari Sa‟id bin Jubair, Mujahid bin Jabir, Ikrimah, dan Al-Ḏaẖak. Dan rujukan

23 Mani‟ „Abd al-Halim, Manâhij Al-Mufassirȋn, (Kairo, Penerbit : Dar Al-Kutub Al-Mishri,

Beirut, Penerbit : Dar Al-Kitab Al-Banâni). Hlm. 43.

24 Mani‟ „Abd Al-Halim, Manâhij Al-Mufassirȋn, Hlm. 44.

25 Mani‟ „Abd Al-Halim, Manâhij Al-Mufassirȋn, Hlm. 42.

Page 48: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

33

tafsir dari kalangan tabi‟in, beliau merujuk kepada tafsir „Abd al-Rahmân bin

Zaid bin Aslam, tafsir Ibn Juraij, dan tafsir Muqatil bin Hayyan.

Rujukan al-Ṯabâri dalam hal kebahasaan, nahwu, syair Arab klasik

mengacu kepada „Ali bin Hamzah al-Kisa‟i, Kitab Ma‟ani al-Qur‟an karya

Yahya bin Ziyad al-Farra‟i, kitab Abi al-Hasan al-Akhfasy, kitab Abi „Ali

Qithrb, Majazi al-Qur‟an karya Abi Ubaidah, dan lain sebagainya.26

26

Faizah Ali Syibromalisi, Jauhar Azizy,Hlm. 11.

Page 49: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

35

BAB IV

A. PENGGUNAAN GHAḎAB dan GHAIẔA DALAM AL-QUR’AN DALAM

PENAFSIRAN AL-ṮABARI

B. Penafsiran Al-Ṯabari terhadap makna Ghaḏab

a. Lafaẕ غضب 1. Surah Al-Mâidah ayat 60

ه ػنه ٱلل

ه من ل

غند ٱلل

ىبت

لك مث

ن ذ س م

م بش

ئك ب

نل هل أ

ضبوق

غ

قسدة

يه وجػل منهم ٱل

غل

بيل ء ٱلظضل غن طىا

ا وأ

ان

ك س م

ئك ش

ول

أ

ىث

غ

ناشس وغبد ٱلط

خ

٠٦وٱل

60. Katakanlah: "Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-

orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu

disisi Allah, yaitu orang-orang (Yahudi) yang dikutuki dan dimurkai

Allah, di antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang

yang) menyembah thaghut?". Mereka itu lebih buruk tempatnya dan

lebih tersesat dari jalan yang lurus

Penafsiran:

Bahwa Allah memurkai mereka orang-orang Yahudi yang sifatnya

mereka seperti binatang seperti seekor kera dan seekor babi. Adapun sifat

mereka seperti Kera itu terdapat dalam penafsiran surah Al-Baqarah ayat 65,

ayatnya adalah ق

ظول

خ

قسدة

ىا

ىن

هم ك

نا ل

قل

بذ ف م في ٱلظ

منك

رن ٱغخدوا

ي د غلمخم ٱل

(Dan sesungguhnya kalian telah mengetahui orang-orang yang melanggar di

antara kalian pada hari Sabtu, maka kami berfirman kepada mereka: Jadilah

kalian kera yang hina.‖.

Abu Ja‘far berkata: Ayat ini dan ayat-ayat selanjutnya, membicarakan

tentang orang-orang Yahudi yang hidup pada masa Rasulullah SAW, diawali

dengan cerita nenek moyang mereka yang melanggar janji Allah, lalu

mengingatkan mereka dari adzab Allah yang akan menimpa mereka jika tetap

Page 50: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

36

mengingkari kenabian Nabi Muhammad SAW sebagaimana adzab yang

menimpa nenek moyang mereka.1

Muhammad bin Humaid menceritakan kepada kami, katanya:

Salamah bin Al-Faḏl menceritakan kepada kami, katanya: Ibnu

Ishaq menceritakan kepada kami dari Daud bin Hushain, dari

Ikrimah pelayan Ibnu Abbas, ia berkata, Ibnu Abbas berkata,

―Sesungguhnya Allah telah mewajibkan atas bani Israil apa yang

diwajibkan atas kalian pada hari Jum‘at, lalu mereka merubahnya

menjadi hari Sabtu dan mengagungkannya serta meninggalkan

apa yang diperintahkan kepada mereka, dan tatkala mereka

enggan kecuali memilih hari Sabtu, maka Allah menguji mereka

dan mengharamkan atas mereka yang dihalalkan-Nya. Mereka

tinggal di sebuah desa antara Ailah dan Ṯursina, namanya

Madyan, lalu Allah mengharamkan mereka memancing ikan dan

memakannya, di mana ikan-ikan justru bermunculan pada hari

Sabtu, dan jika hari Sabtu telah berlalu, maka ikan-ikan itu pun

kembali menghilang semuanya. Dan demikian seterusnya sampai

mereka sangat ingin memakan ikan. Maka salah seorang di antara

mereka mengambil ikan secara sembunyi-sembunyi pada hari

Sabtu dan mengikatnya dengan benang di tepi laut kemudian

melepaskannya di air, hingga keesokan harinya ia datang dan

mengulangi perbuatannya hingga orang-orang mencium aroma

ikan, maka mereka pun berkata, ‗Sungguh kami telah mencium

aroma ikan.‘ Akhirnya mereka mengetahui apa yang diperbuat

laki-laki tersebut.‖ Ibnu Abbas berkata, ―Lalu mereka mengikuti

caranya, dan makan ikan dengan sembunyi-sembunyi untuk

1 Ibnu Jarir Al-Ṯabâri, Terjemahan Tafsir Al-Ṯabâri, Judul Asli: Jâmi‟ Al-Bayân „an Ta‟wȋl Ay

Al-Qur′ân, Penerjemah : Akhmad Affandi, (Jakarta, Penerbit : Pustaka Azzam, Cet. 1. 2008). Vol. 2.

Hlm. 42. Lihat juga Jâmi‟ Al-Bayân „an Ta′wil Ay al-Qur′ân, (Beirut, Penerbit : Dâr al-Kutub Ilmiyah),

Vol. 2. Hlm. 59.

Page 51: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

37

beberapa waktu lamanya, di mana Allah tidak memancingnya

secara terang-terangan dan bahkan menjualnya di pasar. Maka

sekelompok orang dari mereka yang baik mengatakan,

―Celakalah kalian ! Bertaqwalah kalian kepada Allah !‖ Dan

melarang mereka melakukan hal itu. Lalu sebagian orang yang

tidak memakannya namun tidak juga melarangnya mengatakan,2

ػم ول

ك ى زب

إل

مػرزة

ىا

ال

ق

ددا

ابا ش

بهم غر

و مػر

هم أ

ه مهلك

ىما ٱلل

ى ق

ػظ

قى لم ح خ هم

٤٦١ ل

164. "Mengapa kamu menasehati kaum yang Allah akan membinasakan

mereka atau mengazab mereka dengan azab yang amat keras?" Mereka

menjawab: "Agar kami mempunyai alasan (pelepas tanggung jawab)

kepada Tuhanmu, dan supaya mereka bertakwa (QS: Al-A‟raf [7] :

164)

Ibnu ‗Abbâs berkata, ―Ketika mereka dalam keadaan demikian, dimana

orang-orang yang baik sedang berada di majelis dan masjid-masjid, tiba-tiba

tidak mendapati mereka, maka sebagian mereka berkata kepada sebagian yang

lain: pasti ada sesuatu atas mereka, marilah kita lihat ! Maka mereka pun pergi

lihat rumah-rumah mereka dan mendapatinya ternyata tertutup sejak malam

hari pada saat mereka menutupnya, dan pagi harinya ternyata mereka telah

berubah menjadi kera di dalam rumah-rumah mereka, mereka mengenali

seorang laki-laki dengan matanya dan ia telah menjadi kera, dan mengenali

seorang perempuan dengan matanya dan ia telah menjadi kera, bahkan

mengenali anak kecil dengan matanya dan ia menjadi kera. Ia berkata, Ibnu

‗Abbâs berkata, :Kalaulah Allah tidak menyebutkan bahwa Dia

menyelamatkan orang-orang yang melarang berbuat maksiat niscaya kami akan

mengatakan bahwa Allah telah membinasakan mereka semua.‖ Mereka

berkata, dan itulah desa yang dinyatakan oleh Allah dalam firman-Nya

2 Ibnu Jarir Al-Ṯabâri, Jâmi‟ Al-Bayân „an Ta′wȋl Ay Al-Qur′ân, Vol. 2. Hlm. 62.

Page 52: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

38

ػ وط برس إذ

ٱل

ذ ااضسة

ان

يك ك

ت ٱل س

ق

هم غن ٱل

ىم طبتهم ل جيهم ايخانهم

أ ج

بذ إذ دو في ٱلظ

فظقى ىا

ان

ىهم بما ك

بل

لك ن

ر

ك

جيهم

أ ج

ظبخى ل

ىم ل غا و س

٣٠١ش

163. Dan tanyakanlah kepada Bani Israil tentang negeri yang

terletak di dekat laut ketika mereka melanggar aturan pada hari

Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di

sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-

hari yang bukan Sabtu, ikan-ikan itu tidak datang kepada mereka.

Demikianlah Kami mencoba mereka disebabkan mereka berlaku

fasik. (Q.S: Al-A‘raf [7] : 163).3

Sedangkan yang menyebabkan dirubahnya sebagian orang menjadi babi

adalah sesuai riwayat berikut:

Ibnu Humaid menceritakan kepada kami, ia berkata: Salamah bin

Al-Faḏl menceritakan kepada kami dari Ibnu Ishâq, dari ′Amr

Ibnu Katsȋr bin Aflah –maula Abu Ayyub Al-Anṣari--, ia berkata:

Diceritakan tentang perubahan bentuk seorang perempuan dari

desa yang terdapat di bani Isrâ′il menjadi babi. Perempuan itu

bersama salah seorang penguasa bani Isrâ′ȋl. Orang-orang bani

Isrâ′ȋl sepakat untuk berbuat kerusakan. Selain bahwa perempuan

tersebut menjadi terakhir yang merusak Islam. Pada awalnya ia

mengajak orang-orang untuk memeluk agama Allah, ketika

orang-orang telah berkumpul untuk mengikuti keputusannya,

perempuan tersebut berkata, ―Sesungguhnya ia tidak

menunjukkan untuk bersungguh-sungguh memeluk agama Allah

dan mengundang kaummu untuk mempercayainya, maka

keluarlah kalian (dari agama Islam). Sesungguhnya aku

(perempuan tersebut) orang yang telah keluar (dari agama Islam)

!‖ perempuan tersebut lalu keluar (dari agama Islam), dan

3 Ibnu Jarir Al-Ṯabâri, Terjemahan Tafsir Al-Ṯabâri, Vol. 2. Hlm. 43. Lihat juga Al-Jâmi‟ Al-

Bayân „an Ta′wȋl Ay Al-Qur′ân, Vol. 2. Hlm. 62.

Page 53: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

39

penguasa bani Isrâ′ȋl mengikutinya. Setelah itu semua sahabat

perempuan itu memeranginya, dan ia melarikan diri.4

Ada yang berkata, ―(Perempuan) itu mengajak orang-orang untuk

memeluk agama Allah. Setelah orang-orang untuk memeluk agama Allah.

Setelah orang-orang berkumpul, perempuan tersebut justru mengajak untuk

keluar meninggalkan agama Allah, maka mereka semua, termasuk perempuan

itu, keluar (dari agama Allah), sehingga mereka dimusuhi, dan mereka pun

melarikan diri.‖

Ada juga yang berkata, ―Kemudian (perempuan) itu mengajak orang-

orang untuk memeluk agama Allah. Setelah semua berkumpul, seorang laki-

laki menghampirinya dan membisikkan sesuatu, lalu perempuan itu

memerintahkkan orang-orang untuk keluar (meninggalkan agama Allah).

Setelah itu, semua orang, termasuk perempuan itu, keluar (meninggalkan

agama Allah), maka semuanya dimusuhi dan melarikan diri.

Kemudian ketika perempuan itu kembali, ia menyatakan telah menyesal.

Ia berkata, ‗Maha Suci Allah, seandainya ada pemimpin dan penolong bagi

agama ini, maka sungguh nyata (kebenaran) agama ini! Perempuan tersebut

lalu menangis tersedu-sedu. Seluruh penduduk desa pun ikut menangisinya.

Allah lalu merubah bentuk mereka pada malam itu juga menjadi babi.

Perempuan itu lalu berkata – ketika semua itu terjadi dan menyaksikan apa

yang dilihatnya--, ‗Suatu hari nanti kamu akan tahu bahwa Allah Maha Kuasa

atas agama-Nya dan perintah (yang ada dalam agama-Nya)‘. Peristiwa itu

terjadi ketika Allah merubah bentuk bani Isra‘il menjadi babi kecuali si wanita

tersebut.‖5

4 Ibnu Jarir Al-Ṯabâri, Terjemahan Tafsir Al-Ṯabâri, Vol. 9. Hlm. 159. Lihat juga Jâmi‟ Al-

Bayân „an Ta‟wȋl Ay Al-Qur′ân, Vol. 8. Hlm. 540. 5 Ibnu Jarir Al-Ṯabâri, Terjemahan Tafsir Al-Ṯabari, Vol. 9. Hlm. 160. Lihat juga Al-Jâmi‟ Al-

Bayân „an Ta‟wȋl Ay Al-Qur′ân, Vol. 8. Hlm. 540.

Page 54: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

40

Jadi, Allah memurkai orang-orang Yahudi karena mereka telah

melanggar sesuai dengan ajarannya Nabi Musa ‗Alaihi Al-Salâm, padahal telah

diwajibkan bagi Bani Isrâ′ȋl itu adalah hari Jum‘at. Mereka itu mau nya hari

Sabtu sehingga ketika mereka memancing Ikan, maka mereka itu bersifatnya

seperti seekor kera. Padahal Allah telah mengharamkannya memancing ikan

dan memakannya pada hari Sabtu. Ada pun dimurkai oleh Allah menjadi babi

adalah Bani Isra′il, karena mereka kembali ke agama Allah sedangkan

perempuannya kembali kepada agama Allah dengan penuh tangisan dan

penyesalan.

Begitu pun orang-orang yang menyembah Ṯâgȗt, bahwa sifat mereka

itu sama seperti orang Yahudi yang bersifat seperti binatang seperti kera

ataupun babi. Karena sudah jelas dimurkai oleh Allah Swt. sudah jelas

firmannya, ء ٱلسبيل وأضل عن سوا ―Dan lebih tersesat dari jalan yang lurus.‖

2. Surah Al-Mujadalah ayat 14:

رلفى غل منهم و

م ول

نك ا هم م يهم م

ه غل

ضب ٱلل

ىما غ

ق

ىا

ىل

رن ج

ى ٱل

س إل

م ج

لرب وهم ۞أ

ك

ى ٱل

مى ػل ٣١

14. Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang menjadikan

suatu kaum yang dimurkai Allah sebagai teman? Orang-orang

itu bukan dari golongan kamu dan bukan (pula) dari golongan

mereka. Dan mereka bersumpah untuk menguatkan kebohongan,

sedang mereka mengetahui

Penafsiran:

Maksud dari ayat di atas adalah, tidakkah kamu lihat dengan mata

hatimu, wahai Muhammad, orang-orang yang dimurkai Allah –yaitu orang

munafik—berpaling kepada orang-oranng Yahudi dan menjadi penasehat

mereka ?!

Bisyr menceritakan kepada kami, dia berkata: Yazȋd

menceritakan kepada kami, dia berkata: Sa‗ȋd menceritakan

Page 55: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

41

kepada kami dari Qatadah, tentang firman Allah رنى ٱل

س إل

م ج

لأ

هضب ٱلل

ىما غ

ق

ىا

ىل

يهم ج

غل “Tidakkah kamu perhatikan orang-orang

yang menjadikan suatu kaum yang dimurkai Allah sebagai

teman....‖ dia berkata, Mereka adalah orang-orang munafik yang

berpaling kepada orang-orang Yahudi dan memberi saran kepada

mereka.6‖

Firman-Nya, ما ىم منكم ―Orang-orang itu bukan dari golongan kamu,‖

maksudnya adalah, orang-orang yang menjadikan suatu kadar yang dimurkai

Allah sebagai teman bukan dari kalangan yang seagama dengan kalian. هم وال من

―Dan bukan (pula) dari golongan mereka,‖ yaitu bukan pula dari kalangan

Yahudi yang dimurkai Allah. Allah menyifati mereka demikian karena orang-

orang ini munafik, ketika bertemu dengan kaum Yahudi, mereka berkata, ―Kami

di pihak kalian, kami hanya memperolok-olok (Islam).‖ Sedangkan jika bertemu

dengan orang-orang beriman mereka berkata,‖ Kami juga beriman.‖.7

3. Surah Al-Mumtahanah ayat 13

ما خسة ك

من ٱل

ئظىا د

يهم ق

ه غل

ضب ٱلل

ىما غ

ق

ىا

خىل

ج

ل

رن ءامنىا

ها ٱل ي

أب

از من أ فك

ئع ٱل

قبىز ٣١ٱل

13. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan

penolongmu kaum yang dimurkai Allah. Sesungguhnya mereka telah

putus asa terhadap negeri akhirat sebagaimana orang-orang kafir yang

telah berada dalam kubur berputus asa

Penafsiran:

Maksudnya adalah, Allah berfirman kepada orang-orang beriman dari

kalangan sahabat Rasulullah SAW, يهمه غل

ضب ٱلل

ىما غ

ق

ىا

خىل

ج

ل

رن ءامنىا

ها ٱل ي

أ

6 Ibnu Jarir Al-Ṯabâri, Jâmi‟Al-Bayân „an Ta‟wȋl Ay Al-Qur′ân, Beirut, Vol. 22. Hlm. 487.

7 Ibnu Jarir Al-Ṯabâri, Terjemahan Tafsir Al-Ṯabâri, Vol. 24. Hlm. 818. Lihat juga Jâmi‟Al-

Bayân „an Ta‟wil Ay Al-Qur′ân,Vol. 22. Hlm. 488.

Page 56: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

42

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan penolongmu kaum

yang dimurkai Allah,‖ yaitu dari kalangan Yahudi ك

ئع ٱل ما

خسة ك

من ٱل

ئظىا د

از ق ف

قبىزب ٱل

Sesungguhnya mereka telah putus asa terhadap negeri akhirat“ من أ

sebagaimana orang-orang kafir yang telah berada dalam kubur berputus asa.8‖

Para ahli tafsir berbeda pendapat mengenai firman Allah, من ئظىا د

ق

قبىزب ٱل

از من أ فك

ئع ٱل ما

خسة ك

Sesungguhnya mereka telah putus asa― ٱل

terhadap negeri akhirat sebagaimana orang-orang kafir yang telah berada dalam

kubur berputus asa.‖ Sebagian berpendapat bahwa artinya adalah, orang-orang

Yahudi yang dimurkai Allah berputus asa dari pahala Allah di akhirat bila

mereka dibangkitkan. Ini sama dengan putus asanya orang kafir yang masih

hidup akan kembaliya orang yang sudah mati di antara mereka.9

Ibnul Abdil A‘la menceritakan kepada kami, dia berkata: Ibnu

Tsaur menceritakan kepada kami dari Ma‘mar, dari Qatadah,

tentang firman Allah, خسة من ٱل

ئظىا د

Sesungguhnya mereka― ق

telah putus asa terhadap negeri akhirat,‖ ia berkata, ―Maksudnya

adalah, mereka putus asa untuk bisa dibangkitkan, sebagaimana

putus asanya orang kafir bahwa penghuni kubur akan kembali

lagi kepada mereka bila sudah mati.10

Pendapat yang lebih tepat menurutku adalah mereka yang dimurkai Allah

dari kalangan Yahudi ini telah berputus asa dari pahala Allah di akhirat lantaran

kekafiran mereka dan karena mereka mendustakan kerasulan Muhammad SAW,

padahal mereka tahu dia Nabi. Itu sama dengan putus asanya orang-orang kafir

yang sudah ada dikuburan mereka. Mereka yang mendustakan kerasulan Isa AS

8 Ibnu Jarir Al-Ṯabâri, Jâmi‟Al-Bayân „an Ta‟wȋl Ay Al-Qur′ân, Vol. 22. Hlm. 602.

9 Ibnu Jarir Al-Ṯabâri, Jâmi‟Al-Bayân „an Ta‟wȋl Ay Al-Qur′ân, Vol. 22. Hlm. 602.

10 Ibnu Jarir Al-Ṯabâri, Jâmi‟Al-Bayân „an Ta‟wȋl Ay Al-Qur′ân, Vol. 22. Hlm. 603.

Page 57: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

43

dan para Rasul lain berputus asa untuk mendapatkan pahala dan kemuliaan dari

Allah kepada mereka.

Kami katakan demikian karena orang mati sudah merasa putus asa untuk

bisa kembali ke dunia, atau akan dibangkitkan sebelum Hari Kiamat, baik yang

mukmin maupun yang kafir, sehingga tidak ada alasan menafsirkannya khusus

untuk orang kafir. Mereka sama-sama berputus asa dalam hal ini.11

b. Lafaẕ غضب

1. Surah Al-Baqarah ayat 61 dan 90

نا سج ل

خ ك نا زب

ٱدع ل

اد ف

ػام و

ى ط

صبر غل ن ن

ى ل مىس خم

ل ق

ئها وإذ

ازض من بقلها وقث

نبذ ٱل

ا ج مم

مصسا ف

ىا

ٱهبط

ير ري هى خ

ى بٱل

دن

ري هى أ

ى ٱل

بدل

ظد

حال أ

ق

ىمها وغدطها وبصلها

ا وف م م

ك

ئ ل

نظك

وٱل

ت

ل يهم ٱلر

وضسبذ غل

خم

لءو بطأ

وبا

ضب ت

فسو بغ

ك

ىا

ان

هم ك ن

لك بأ

ه ذ

ن ٱلل ه م

ذ ٱلل ا

بي ى ٱلنقخل ػخدو و

ىا

ان

ك و

لك بما غصىا

ذ

ير ٱل

٠٣ن بغ

61. Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak bisa

sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. Sebab itu

mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan

bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu sayur-mayurnya,

ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan bawang

merahnya". Musa berkata: "Maukah kamu mengambil yang rendah

sebagai pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti

kamu memperoleh apa yang kamu minta". Lalu ditimpahkanlah kepada

mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari

Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat

Allah dan membunuh para Nabi yang memang tidak dibenarkan.

Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan

melampaui batas

Penafsiran:

11

Ibnu Jarir Al-Ṯabâri, Terjemahan Tafsir Al-Ṯabâri, Vol. 24. Hlm. 990. Lihat juga Jâmi‟Al-

Bayân „an Ta‟wil Ay Al-Qur′ân, Vol. 22. Hlm. 605.

Page 58: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

44

Makna kata غضب itu menunjukkan kepada orang yang dimurkai karena

mereka mengingkari ayat-ayat Allah (durhaka) dan membunuh para Nabi tanpa

ada alasan yang benar kemudian mereka ditimpakan kepada mereka yakni

kenistaan dan kehinaan.

Adapun makna غضب itu juga masih berkaitan dengan orang-orang

Yahudi sebagaimana dalam riwayatnya yakni:

Yunus bin ‗Abd Al-A‘la menceritakan kepadaku, katanya: Ibnu

Wahb memberitahukan kepada kami, katanya: ‗Abdurrahman bin

Zaid berkata tentang firman Allah Ta‘ala: وضسبت

ل يهم ٱلر

ذ غل

نت

ظك

ia berkata, mereka adalah orang-orang Yahudi. Aku وٱل

berkata kepadanya: bukannya orang-orang Qibti ? Ia menjawab,

apa kaitannya orang-orang Qibti12

? Bukan, Sungguh mereka

bukan orang-orang Qibti, akan tetapi mereka adalah orang-orang

Yahudi bani Isrâ′ȋl, dimana Allah menginformasikan bahwa Dia

mengganti kemuliaan mereka dengan kehinaan, kenikmatan

dengan kekurangan, dan keridhaan dengan kemurkaan, sebagai

balasan kekufuran mereka kepada ayat-ayat-Nya kedurhakaan

mereka terhadap para Nabi-Nya.13

Kemudian takwil firman Allah yang berkaitan dengan kata غضب yakni

فسو بك

ىا

ان

هم ك ن

لك بأ

بي ذ ى ٱلن

قخل ه و

ذ ٱلل ا

ير ٱل

ن بغ dan

ىا

ان

ك و

لك بما غصىا

ػخدو ذ

(Demikian itu terjadi karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui

batas).14

12

Bangsa yang pertama tinggal di Mesir. 13

Ibnu Jarir Al-Ṯabâri, Al-Jâmi‟Al- Bayân „an Ta‟wȋl Ay Al-Qur′ân, Vol. 2. Hlm. 14. 14

Ibnu Jarir Al-Ṯabâri, Al-Jâmi‟Al-Bayân „an Ta‟wȋl Ay Al-Qur′ân, Vol. 2. Hlm. 31.

Page 59: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

45

Abu Ja‘far berkata: Kata ذلك adalah kembali kepada ذلك yang pertama.

Dan penakwilannya: mereka ditimpa kenistaan, kemiskinan dan kemurkaan dari

Allah disebabkan kekufuran terhadap ayat-ayat-Nya, membunuh para Nabi-Nya

dengan cara yang tidak benar, ingkar kepada-Nya dan melanggar ketetapan-

Nya.15

ضلهۦ غه من ف

ل ٱلل ز

ن

يا أ

ه بغ

نصل ٱلل

أ

بما

فسوا

ك

نفظهم أ

بهۦ أ

روا

ت

ظما ٱشء بئ

ا

ش ى من

ل

هي اب مفسن غر

ك

ولل

ضبى غ

ضب غل

ءو بغ

با

٠٦من غبادهۦ ف

90. Alangkah buruknya (hasil perbuatan) mereka yang menjual dirinya

sendiri dengan kekafiran kepada apa yang telah diturunkan Allah,

karena dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa

yang dikehendaki-Nya diantara hamba-hamba-Nya. Karena itu mereka

mendapat murka sesudah (mendapat) kemurkaan. Dan untuk orang-

orang kafir siksaan yang menghinakan

Penafsiran:

Abu Ja‘far berkata: Maksudnya dari firman Allah ضبى غ

ضب غل

ءو بغ

با

ف

adalah16

: maka kaum Yahudi dari keturanan bani Israil itu kembali murtad –

setelah mereka sebelumnya memohon kemenangan dan pertolongan dengan

kedatangan Nabi Muhammad SAW, dan setelah apa yang mereka kabarkan

kepada manusia sebelum diangkat menjadi rasul bahwasanya dia seorang nabi

yang diutus—ketika Allah mengutusnya menjadi seorang nabi dan rasul, maka

mereka mendapatkan murkan dari Allah, yang berhak mereka dapatkan dari-Nya

dengan kekafiran mereka terhadap Muhammad SAW ketika beliau diangkat

menjadi nabi dan penentangan mereka terhadap kenabiannya, dan pengingkaran

mereka terhadapnya, dikarenakan dialah yang mereka dapatkan tercantum

sifatnya dalam kitab mereka, sebagai kedurhakaan mereka, dan rasa dengki serta

iri terhadap bangsa Arab, غضب على sebagaimana terdahulu Allah timpakan

15

Ibnu Jarir Al-Thabâri, Terjemahan Tafsir Al-Ṯabâri, Vol. 2. Hlm. 18. Lihat juga Jâmi‟Al-

Bayân „an Ta‟wil Ay Al-Qur′ân, Vol. 2. Hlm. 31. 16

Ibnu Jarir Al-Ṯabâri, Terjemahan Tafsir Al-Ṯabâri, Vol. 2. Hlm. 213. Lihat juga Jâmi‟Al-

Bayân „an Ta‟wȋl Ay Al- Qur′ân, Vol. 2. Hlm. 250.

Page 60: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

46

kepada mereka sebelum murka-Nya yang kedua lantaran kekufuran mereka yang

sebelumnya terhadap Isa bin Maryam, atau karena mereka menyembah sapi,

atau karena dosa mereka yang lainnya terdahulu yang dengannya berhak untuk

mendapatkan murka dari Allah. Sebagaimana:

Al-Mutsanna menceritakan kepadaku, katanya, Abu Hudzaifah

menceritakan kepada kami, katanya, Syibil menceritakan kepada

kami, dari Ibnu Abi Najih, dari Mujahid: ضبءو بغ

با

adalah ف

Yahudi dengan apa yang mereka lakukan dari mengganti taurat

sebelum datangnya Muhammad SAW. على غضب penentangan

mereka kepada nabi dan kekafiran kepada yang sebelumnya.17

2. Ali Imran ayat 112

ءو اض وبا ن ٱلن ه وابل م

ن ٱلل بربل م

إل

قفىا

ن ما ث أ

ت

ل يهم ٱلر

ضسبذ غل ضب

ه وضسبذ بغ

ن ٱلل م

فسو بك

ىا

ان

هم ك ن

لك بأ

ذ

نت

ظك

يهم ٱل

غل

ى ٱل

قخل ه و

ذ ٱلل ا

ىا

ان

ك و

لك بما غصىا

ذ

ير ا ء بغ

نبيا

ػخدو ٣٣١

112. Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali

jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian)

dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah

dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka

kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan

yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan

melampaui batas

Penafsiran:

Penafsiran ini sama dengan penafsiran surah Al-Baqarah ayat 61. Orang

yang akan berpegang teguh pada tali Allah dan tali perjanjian dengan manusia

17

Ibnu Jarir Al-Ṯabâri, Tafsir Al-Ṯabâri, Vol. 2. Hlm. 215. Lihat juga. Jâmi‟ Al-Bayân „an

Ta‟wȋl Ay Al-Qur′ân, Vol. 2. Hlm. 252.

Page 61: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

47

maksudnya untuk kembali melakukan Habl Min Allâh dan Habl Min An-Nâs

maka dia akan mendapat rahmat dari Allah Swt.18

Abu Ja‘far menegaskan bahwa Allah menegaskan bahwa kaum Yahudi,

sang pendusta yang mendustakan Nabi Muhammad SAW, ditimpa oleh

kehinaan di manapun mereka berada baik di negeri kaum muslim maupun di

negeri kaum musyrik, kecuali mereka berpegang pada perjanjian Allah (dengan

membayar Jizyah) dan tali manusia (jaminan keamanan). Maknanya adalah,

mereka ditimpa kehinaan dimanapun mereka berada, kecuali karena jaminan

dari Allah dan manusia. Mereka pun pergi dengan disertai kemurkaan dari Allah

SWT. mereka juga ditimpa kehinaan dalam bentuk kesulitan hidup dan

kefakiran, karena mereka ingkar terhadap ayat-ayat Allah serta hujjah-Nya,

membunuh para Nabi tanpa alasan yang benar, zhalim dan agresif.19

3. Surah Thaha ayat 86

ال ط

ف أ

م وغدا اظنا

ك م زب

ػدك م

لىم أ

ق ال

ق

طفا

أ

ضب

ىمهۦ غ

ى ق

إل

ى سجؼ مىس م ف

ػهد أ

م ٱل

يك

غل

ىغدي فخم ملخ

أم ف

ك ب

ن ز ضب مم غ

يك

رل غل

م أ زدج

٦٠أ

86. Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan

bersedih hati. Berkata Musa: "Hai kaumku, bukankah Tuhanmu telah

menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik? Maka apakah terasa

lama masa yang berlalu itu bagimu atau kamu menghendaki agar

kemurkaan dari Tuhanmu menimpamu, dan kamu melanggar

perjanjianmu dengan aku?"

Penafsiran:

Makna غضب menunjukkan bahwa Nabi Musa AS. kembali kepada

kaumnya dalam keadaan marah karena mereka tidak berjanji kepada Nabi Musa

untuk menyembah kepada Allah, padahal Allah berjanji pada mereka dan masih

18

Ibnu Jarir Al-Ṯabâri, Al-Jâmi‟Al-Bayân „an Ta‟wȋl Ay Al- Qur′ân, Vol. 5. Hlm. 681

19

Ibnu Jarir Al-Ṯabari, Terjemahan Tafsir Al-Ṯabari, Vol. 2. Hlm. 215. Lihat juga Al-Jâmi‟Al-

Bayân „an Ta‟wil Ay Al-Qur′ân, Vol. 5. Hlm. . 687.

Page 62: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

48

menyembah kepada anak Lembu. Sebagaimana firman Allah, مػهد أ

م ٱل

يك

ال غل

ط

فأ

ضب م غ

يك

رل غل

م أ زدج

م أ

ك ب

ن ز م ―Maka apakah terasa lama masa yang berlalu itu

bagimu atau kamu menghendaki agar kemurkaan dari Tuhanmu menimpamu.‖

Maksudnya adalah, apakah waktu yang memisahkan antara kita terasa sangat

lama, padahal nikmat Allah ada bersama kalian dan Dia senantiasa memberi

pertolongan kepada kalian? Atau memang kalian menghendaki murka Tuhan

kalian benar-benar menimpa kalian, lantara kalian menyembah anak lembu dan

kufur terhadap Allah ?

Firman Allah, ىغدي فخم ملخ

أ dan kamu melanggar perjanjianmu dengan― ف

aku?" Maksudnya adalah janji tersebut, lantaran mereka menyembah anak lembu

dan enggan mengikuti jejak Musa menuju tempat yang telah dijanjikan Allah

kepada mereka. Juga perkataan mereka kepada Harun tatkala beliau melarang

mereka menyembah anak lembu, dan ketika Harun mengajak mereka untuk

mengikuti jejak Musa. ى ينا مىس سجؼ إل ى كفي اي

يه غ

برح غل ن ن

ل

ىا

ال

Mereka ق

menjawab: "Kami akan tetap menyembah patung anak lembu ini, hingga Musa

kembali kepada kami" (QS Thaha: 91).20

3. Surah An-Nur ayat 9

دقي ا من ٱلص

إ ك

يها

ه غل

ضب ٱلل

غ

أ

مظت

خ

وٱل

9. dan (sumpah) yang kelima: bahwa laknat Allah atasnya jika

suaminya itu termasuk orang-orang yang benar

Makna غضب maknya nya ini menunjukkan bahwa Allah itu murka

terhadap seorang istri yang menuduh suaminya yang telah melakukan perbuatan

Zina dalam melakukan sumpah yang kelima.

Kami katakan bahwa yang wajib bagi istri jika tidak mau me-li‟an seperti

yang dilakukan suaminya, adalah had, sebagaimana kami terangkan, karena di-

qiyas-kan terhadap ijma‘ dari semua ulama bahwa jika had (delapan puluh kali

20

Ibnu Jarir Al-Ṯabâri, Terjemahan Tafsir Al-Ṯabâri,, Vol. 17. Hlm. 913. Lihat juga Jâmi„ul

Bayân „an Ta′wil Ay Al-Qur′ân, Vol. 16. Hlm. 132.

Page 63: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

49

cambukan) terhadap suami telah bebas dengan sumpah empat kali terhadap

kebenaran yang dia tuduhkan, maka had (rajam) menjadi wajib bagi istri, lalu

Allah menjadikan sumpah istri sebanyak empat kali dan lian-nya pada kali

kelima sebagai jalan keluar dari had (rajam) yang diwajibkan kepadanya dengan

tuduhan dari suami. Sebagaimana sumpah empat kali itu dijadikan jalan keluar

bagi suami dan menjadikan had-nya delapan puluh kali cambukan hilang, maka

seharusnya dengan hilangnya had atas suami dengan empat sumpah itu,

menjadikan had (rajam) wajib bagi istri, sebagaimana dengan mendatangkan

empat orang saksi yang menjadikan bebasnya suami dari had (delapan puluh kali

cambukan) menjadikan had (rajam) wajib bagi istri. Tidak ada beda dalam hal

itu.

Firman Allah: هضب ٱلل

غ

أ

مظت

خ

Dan (sumpah) yang kelima: bahwa― وٱل

laknat Allah atasnya.‖ Ia berkata: Dan, sumpah yang kelima maksudnya adalah,

murka Allah bagi istri jika suaminya termasuk orang yang benar dari perbuatan

zina yang dituduhkan kepadanya.21

4. Surah Asy-Syura ayat 16

تهم دااضت هۥ حج

ه من بػد ما ٱطخجيب ل

ى في ٱلل ج

را رن

يهم وٱل

هم وغل غند زب ضب

اب غ

هم غر

ول

دد

٣٠ش

16. Dan orang-orang yang membantah (agama) Allah sesudah agama

itu diterima maka bantahan mereka itu sia-sia saja, di sisi Tuhan

mereka. Mereka mendapat kemurkaan (Allah) dan bagi mereka azab

yang sangat keras

Penafsiran:

Maksud ayat di atas adalah, Allah Ta‗âla berfirman, ―Orang-orang yang

membantah agama Allah, yang karenanya Muhammad SAW diutus, dan setelah

manusia menerimanya dan mereka, kalangan yang diberi Al Kitab, masuk ke

dalam agama tersebut, تهم دااضت ‖,Bantahan mereka itu sia-sia saja― حج

maksudnya adalah, bantahan yang mereka sampaikan untuk mendebat tentang

agama Allah itu sia-sia di sisi Tuhan mereka.

21

Ibnu Jârir Al-Ṯabâri, Terjemahan Tafsir Al-Ṯabâri, Vol. 18. Hlm. 935. Lihat juga Jâmi ‟ Al-

Bayân fȋ Ta wil ay Al-Qur ân, Vol. 10. Hlm. 86.

Page 64: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

50

Firman-Nya, ضب يهم غ

Mereka mendapat kemurkaan,‖ maksudnya― وغل

adalah, mereka mendapat murka dari Allah, dan di akhirat mereka mendapat

adzab yang sangat keras, yaitu azab neraka.

Ada yang mengatakan bahwa ayat ini turun terkait sejumlah orang dari

kaum Yahudi yang membantah sahabat-sahabat Rasulullah SAW tentang agama

mereka, dan kaum Yahudi itu sangat antusias dalam menghalangi mereka dari

beliau, serta berusaha mengalihkan mereka dari Islam kepada kekafiran.22

Kalangan yang menakwilkan demikian menyebutkan riwayat-riwayat berikut

ini:

Muhammad bin Sa‗ad menceritakan kepadaku, dia berkata:

Bapakku menceritakan kepadaku, dia berkata: Pamanku

menceritakan kepadaku, dia berkata: Bapakku menceritakan

kepadaku dari bapaknya, dari Ibnu Abbas, tentang firman-Nya,

ه من بػد ماى في ٱلل ج

را رن

يهم وٱل

هم وغل غند زب

تهم دااضت هۥ حج

ٱطخجيب ل

ضب غ اب

هم غر

ول دد

ش ―Dan orang-orang yang membantah (agama)

Allah sesudah agama itu diterima maka bantahan mereka itu sia-

sia saja, di sisi Tuhan mereka. Mereka mendapat kemurkaan

(Allah) dan bagi mereka azab yang sangat keras‖. Ia berkata,

―Mereka adalah Ahli Kitab yang saat itu mendebat dan

menghalangi kaum muslim agar tidak menerima adalah kaum

yang sesat. Mereka disanggah bahwa mereka berada dalam

kesesatan, dan mereka menanti-nanti datangnya kejahiliyahan

kepada mereka.23

22

Ibnu Jarir Al-Ṯabâri, Jâmi‟ Al-Bayân „an Ta′wȋl Ay Al-Qur′ân, Vol. 20. Hlm. 488. 23

Ibnu Jarir Al-Ṯabâri, Jâmi‟ Al-Bayân „an Ta′wȋl Ay Al-Qur′ân, Vol. 20. Hlm. 488. Ismâi‗l Ibnu

Katsir, Tafsir Al-Qur‟ân Al-„Aẕȋm, (Damaskus, Penerbit: Maktabah Dar Al-Fiha, 1994), Vol. 20. Hlm.

488.

Page 65: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

51

c. Lafaẕ غضبان

Surah Al-A‘raf ayat 150

ىمهۦ ى ق

إل

ى ا زجؼ مىس ول

ضب

ى غ

ق

ل وأ

م

ك مس زب

خم أ

عجل

فخمىني من بػدي أ

لظما خ

ال بئ

طفا ق

أ

ق ادوا

ىم ٱطخضػفىني وك

ق

م إ ٱل

ال ٱبن أ

يه ق

هۥ إل جس خيه

ض أ

بسأ

ر

خ

ىاح وأ

ل مذ ٱل

ش

ح

ك ف

ىن

خل

لمي بي ٱل

ىم ٱلظ

ق

ك مؼ ٱل

جػل

ج

ء ول

٣٥٦غدا

150. Dan tatkala Musa telah kembali kepada kaumnya dengan marah

dan sedih hati berkatalah dia: "Alangkah buruknya perbuatan yang

kamu kerjakan sesudah kepergianku! Apakah kamu hendak mendahului

janji Tuhanmu? Dan Musapun melemparkan luh-luh (Taurat) itu dan

memegang (rambut) kepala saudaranya (Harun) sambil menariknya ke

arahnya, Harun berkata: "Hai anak ibuku, sesungguhnya kaum ini

telah menganggapku lemah dan hampir-hampir mereka membunuhku,

sebab itu janganlah kamu menjadikan musuh-musuh gembira

melihatku, dan janganlah kamu masukkan aku ke dalam golongan

orang-orang yang zalim

Penafsiran:

Imran bin Bakkar Al-Kalâ‗i menceritakan kepadaku, ia berkata:

‗Abd Al-Salâm bin Muhammad bin Al-Haḏrami menceritakan

kepada kami, ia berkata: Syuraih bin Yazid menceritakan

kepadaku, ia berkata Aku mendengar Nashr bin Alqomah berkata

Abu Ad-Darda‘ berkata, tentang firman Allah, طف أ

ضب

اغ “dengan

marah dan sedih hati‖, kata Al-Asaf adalah satu kondisi di balik

marah, yaitu lebih parah daripada marah. Tafsiran itu dalam kitab

Al-Qur‘an adalah, ―Ia pergi kepada kaumnya dalam keadaaan

marah, kemudian ia pergi lebih marah lagi.24

24

Ibnu Jarir Al-Ṯabâri, Jâmi‟Al-Bayân „an Ta′wil Ay Al-Qur′ân, Vol. 10. Hlm. 450.

Page 66: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

52

Para ulama berbeda pendapat tentang penyebab Musa melemparkan luh-

luh Taurat itu. Sebagian berpendapat bahwa Nabi melemparkannya karena

marah kepada kaumnya yang telah menyembah sapi.25

Tamim bin Al-Munṯasir menceritkan kepada kami, ia berkata:

Yazȋd memberitahukan kepada kami, ia berkata Al-Aṣbagh bin

Yazȋd memberitakan kepada kami dari Al-Qasim bin Abi Ayyub,

ia berkata: Sa‗ȋd bin Jubair menceritakan kepadaku, ia berkata:

Ibnu Abbas berkata, tentang firman Allah, ىمهۦى ق

إل

ى ا زجؼ مىس ول

طف أ

ضب

اغ ―Dan tatkala Musa telah kembali kepada kaumnya

dengan marah dan sedih hati‖ kemudian ia menarik rambut

saudaranya dan mencampakkan luuh-luh Taurat karena marah.26

Jadi, ada beberapa ayat yang kerkaitan dengan marahnya Nabi Musa

kepada kaumnya yang masih menyembah berhala kepada patung sapi.27

d. Lafaẕ المغضوب

Surah Al-Fatihah ayat 7

ي لا ٱلض

يهم ول

ضىب غل

غ ير ٱل

يهم غ

ػمذ غل

نرن أ

ٱل

ط ٧صس

7. (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada

mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan)

mereka yang sesat

Penafsiran:

Ahmad bin Al Walȋd Al-Ramli menceritakan kepadaku, dia

berkata Abdullah bin Ja‘far Ar-Ruqi menceritakan kepada kami,

dia berkata: Sufyan bin Uyainah menceritakan kepada kami dari

25

Ibnu Jarir Al-Ṯabâri, Terjemahan Tafsir Al-Ṯabâri, Vol. 11. Hlm. 555. Lihat juga Jâmi Al-

Bayân „an Ta wil Ay Al-Qur′ân, Vol. 10. Hlm. 450. 26

Ibnu Jârir Al-Ṯabâri, Terjemahan Tafsir Al-Thabâri, Vol. 11. Hlm. 558. Lihat juga Jâmi‟ Al-

Bayân „an Ta′wil Ay Al-Qur′ân, Vol. 10.. Hlm. 451. 27

Lihat di Lampiran surah Al-A‘raf ayat 71, 152 dan ayat 154 serta Surah Ta Ha ayat 86.

Page 67: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

53

Isma‘il bin Abu Khalid, dari Sya‘bi dari Adi bin Hatim, dia

berkata: Rasulullah SAW bersabda, ―Mereka yang dimurkai

adalah orang-orang Yahudi.28

Abu Kuraib menceritakan kepada kami, dia berkata: Utsman bin

Sa‗ȋd menceritakan kepada kami, dia berkata: Basyar bin Umarah

menceritakan kepada kami, dia berkata Abu Rauq menceritakan

kepada kami dari Adh-Dhahhak, dari Ibnu Abbas, tentang firman

Allah SWT, يهمضىب غل

غ ير ٱل

-bahwa maksudnya adalah orang غ

orang Yahudi yang dimurkai Allah.29

Abu Ja‘far berkata : Sebagian mereka berkata: Bentuk kemurkaan Allah

atas makhluk yang dimurkai-Nya adalah dengan menimpakan azab dan

hukuman-Nya, baik di dunia maupun di akhirat, sesuai firman-Nya, ا ءاطفىن

ا م

لف

جمػي هم أ

نسق

غ

أمنا منهم ف

٥٥ٱنخق . ―Maka tatkala mereka membuat Kami murka, Kami

menghukum mereka lalu kami tenggelamkan mereka semuanya (di laut).‖ (QS

Az-Zukhruf ayat 55)

يه وجػضب غل

ه وغ

ػنه ٱلل

ه من ل

غند ٱلل

ىبت

لك مث

ن ذ س م

م بش

ئك ب

نل هل أ

ناشس ق

خ

وٱل

قسدة

ل منهم ٱل

بيل ء ٱلظضل غن طىا

ا وأ

ان

ك س م

ئك ش

ول

أ

ىث

غ

[٠٦]طىزة الائدة, ٠٦وغبد ٱلط

60. Katakanlah: "Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-

orang yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu

disisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di

antara mereka (ada) yang dijadikan kera dan babi dan (orang yang)

menyembah thaghut?". Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih

tersesat dari jalan yang lurus

[Al Ma"idah60]

28

Ibnu Jarir Al-Ṯabâri, Jâmi‟Al-Bayân „an Ta′wil Ay Al-Qur′ân, Vol. 1 Hlm. 186. Ismâ‗il Ibnu

Katsir, Tafsir Al-Qur‟ân Al-„Aẕȋm, Vol. 1. Hlm. 142. 29

Ibnu Jarir Al-Ṯabâri, Jâmi‟Al-Bayân „an Ta′wil Ay Al-Qur′ân, Vol. 1. Hlm. 188.

Page 68: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

54

Sebagian lain mengatakan bahwa bentuk kemurkaan Allah atas makhluk

yang dimurkai-Nya adalah memberikan celaan dan cercaan atas perbuatan

mereka.

Sebagian lain menyatakan bahwa kemurkaan Allah jelas maknanya,

seperti yang dipahami dari makna murka, hanya saja kemurkaan Allah tidak

sama dengan kemurkaan manusia, karena manusia merasa tersiksa tatkala

memendam kemarahan, sedangkan Allah tidak demikian, karena Dia adalah

Dzat Yang Maha Sempurna dan tidak tertimpa bencana.30

e. Lafaẕ مغاضبا

Surah Al-Anbiya ayat 87.

هب ى إذ ذ ا ٱلن

ضباوذ

ي مغ

نك إن

نذ طبر

أ

ه إل

إل

ل

ذ أ م

لنادي في ٱلظ

يه ف

قدز غل ن ن

ل

ن أ

ظ

ف

لمي نذ من ٱلظ

٦٧ك

87. Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam

keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan

mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan

yang sangat gelap: "Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci

Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim"

Penafsiran:

Firman-Nya, ضب إذ

هب مغ

اذ ―Ketika ia pergi dalam keadaan marah‖

Maksudnya adalah, ketika ia pergi dalam kondisi marah.

Para ahli takwil berbeda pendapat tentang makna kepergiannya dalam

keadaan marah, dan dari siapa ia pergi, serta kepada siapa ia marah.31

30

Ibnu Jârir Al-Ṯabâri, Terjemahan Tafsir Al-Ṯabâri, Vol. 1. Hlm. 267. Lihat juga Jâmi‟Al-

Bayân „an Ta′wȋl Ay Al-Qur′ân, Vol 1. Hlm. 189. 31

Ibnu Jarir Al-Ṯabâri, Jâmi‟ Al-Bayân „an Ta′wȋl Ay Al-Qur′ân, Vol. 16. Hlm. 374

Page 69: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

55

Sebagian ulama berpendapat bahwa maksudnya adalah, ketika ia pergi

dalam keadaan marah. Mereka yang berpendapat demikian menyebutkan riwayat

berikut ini 32

:

Al-Harits menceritakan kepada kami, ia berkata: ‗Abd Al-‗Azȋz

menceritakan kepada kami, ia berkata: Sufyan menceritakan

kepada kami dari Ismâ‗ȋl bin ‗Abd Al-Mâlik, dari Sa‗ȋd bin

Jubair, ia menyebutkan hadis yang sama dengan Ibnu Humaid,

dan menambahkan: Ia berkata, ―Lalu Yunus keluar menanti siksa,

namun ternyata ia tidak melihat sesuatu.‖ Ia lalu berkata, ―Mereka

telah mendapatiku sebagai seorang pendusta !‖ Ia pun pergi

dengan rasa marah kepada Tuhannya, hingga sampai di laut.33

Pendapat ini, yang mengatakan bahwa ia pergi meninggalkan kaumnya

karena marah kepada Tuhannya, adalah yang paling tepat, karena firman-Nya,

يهقدز غل ن ن

ل

ن أ

ظ

Lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan― ف

mempersempitnya (Menyulitkannya),‖ mengindikasikan hal itu. Bagi yang

menakwilkan bahwa ia pergi karena marah kepada kaumnya, adalah sebagai

bentuk pengingkaran, jika seorang nabi marah kepada Tuhannya.

Menurut mereka, Yunus pergi dalam kondisi marah kepada kaumnya,

telah masuk perkara yang lebih besar dari apa yang telah mereka ingkari. Ini

karena mereka yang berkata, ―Ia pergi karena marah kepada Tuhannya,‖ telah

membuat mereka berselisih pendapat tentang sebab kepergiannya. Sebagian

berpendapat bahwa Yunus melakukan hal itu lantaran tidak suka berada di

tengah suatu kaum yang telah mendapatinya tidak menepati janjinya, dan ia

tidak mengetahui sebab yang membuat siksa atas mereka tidak diturunkan.‖ Lalu

sebagaian dari mereka yang berkata demikian berpendapat bahwa di antara

tradisi kaumnya, orang yang diketahui telah berdusta, harus dibunuh, dan

32

Ibnu Jârir Al-Ṯabâri, Terjemahan Tafsir Al-Ṯabâri, Vol. 1. Hlm. 244. Lihat juga Jâmi′ Al-

Bayân „an Ta wil ay Al-Qur′ân, Vol. 16. Hlm. 376 33

Ibnu Jarir Al-Ṯabâri, Jâmi‟Al-Bayân „an Ta′wȋl Ay Al-Qur′ân, Vol. 16. Hlm. 376.

Page 70: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

56

mungkin mereka akan membunuhnya karena ia telah mengancam mereka

dengan siksaan, namun ternyata tidak terjadi.34

C. Analisis Penulis terhadap kata Ghaḏab dan Ghaiẕa.

Dari uraian di atas bahwa menunjukkan bahwa ada penggunaan lafaz غضب dan

derivasinya kebanyakan menunjukkan kepada Allah, dari berbagai surah seperti

bahwa maknanya kebanyakan menunjukkan Allah dan kaum Yahudi. Karena

kaum Yahudi itu menyimpang dari ajaran Allah dan Rasulnya, sehingga mereka

sangat tidak percaya bahwa Muhammad itu adalah Nabi dan mereka mau ingin

membunuh Nabi tanpa ada alasan yang benar, ẕalim dan agresif, lalu

merperolok-olok Islam, hingga mereka murtad. Allah memurkai kaum Yahudi

dan menjadikan sifat mereka seperti seekor kera seperti pada kasus surah Al-

Maidah ayat 60 karena mereka itu melanggar janji Allah untuk memancing ikan

pada hari sabtu di sebuah desa antara Ailah dan Tursina namanya Madyan.

Mereka memancing dengan sembunyi-sembunyi, maka Allah menjadikan sifat

mereka seperti seekor kera. Padahal Allah mewajibkan kaum Yahudi pada hari

Jum‘at untuk tetapi mereka mengagungkannya pada hari Sabtu. Hingga akhirnya

mereka diterkam oleh kemurkaan Allah sehingga ketika mereka dikuburan

dalam keadaan berputus asa sebagai mana dalam surah Al-Mumtahanah ayat 13.

Mereka ditimpa kenistaan, kemiskinan, kecercaan dan kecelaan. Tidak hanya

mereka ingkar kepada Nabi saja, melainkan ingkar kepada para sahabat

Rasulullah. Tidak hanya Kemurkaan Allah kepada orang Yahudi saja, melainkan

kemurkaan Allah kepada seorang Istri yang dituduh berzina apabila melakukan

sumpah yang kelima sehingga, seorang suami selamat dari tuduhan istri.

Awalnya seorang suami mendapat kemurkaan Allah karena ia dituduh berzina

oleh istrinya sebagaimana dalam surah Al-Nur ayat 6-8.

Sedangkan Subyek lainnya, kata menunjukkan kepada Nabi Musa yang marah

kepada Harun dan Bani Isra‘il karena mereka masih mengingkari janji

34

Ibnu Jârir Al-Ṯabâri, Terjemahan Tafsir Al-Ṯabâri, Vol. 1. Hlm. 244,245, dan 247. Lihat juga

Jâmi′Al-Bayân „an Ta′wil Ay Al-Qur′ân, Vol. 16. Hlm. 377.

Page 71: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

57

kepadanya. Sehingga Musa beliau marahnya terlewatkan sehingga ia menarik

rambut Harun dan melemparkan Luh-Luh Taurat sebagaimana dalam surah Al-

A‖raf ayat 150 dan surah Tâ Hâ ayat 86.

Jadi secara keseluruhan, makna kata غضب itu kebanyakan menunjukkan kepada :

Subyek : Allah

Obyek : Yahudi

Tema : Keingkaran kaum Yahudi terhadap ajaran Allah dan Rasul-Nya

Muhammad.

D. Penafsiran Al-Ṯabari terhadap makna Ghaiẕa

a. Lafaẕ يغيظ

Surah Al-Hajj ayat 15

يقم ل

ء ث

ما ى ٱلظ

يمدد بظبب إل

لخسة ف

يا وٱل

ن ه في ٱلد

نصسه ٱلل ن

ل

ن أ

ظ ا

س هل من ك

ينظ

لؼ ف

ط

يدهۥ ماهب ك

ر

غيظ ٣٥

15. Barangsiapa yang menyangka bahwa Allah sekali-kali tiada

menolongnya (Muhammad) di dunia dan akhirat, maka hendaklah ia

merentangkan tali ke langit, kemudian hendaklah ia melaluinya,

kemudian hendaklah ia pikirkan apakah tipu dayanya itu dapat

melenyapkan apa yang menyakitkan hatinya

Penafsiran:

Maksud lafaz ما يغيظ ―Apa yang menyakitkan hatinya,‖ adalah apakah

upayanya itu dapat melenyapkan rasa sakit yang dirasakannya di dalam hatinya ?

35

Ulama yang berpendapat bahwa kata ganti ه dalam lafazh ينصره

―Menolongnya,‖ merujuk kepada Rasulullah SAW, berkata, ―Langit yang

disebut di tempat ini adalah langit dalam arti sebenarnya.36

35

Ibnu Jarir Al-Ṯabâri, Jâmi‟ Bayân „an Ta′wȋl Ay Al-Qur′ân, Vol. 16. 478.

Page 72: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

58

Mereka mengatakan bahwa makna kalam ini adalah:

Yunus menceritakan kepada kami, ia berkata: Ibnu Wahb

mengabari kami, ia berkata: Ibnu Zaid berkomentar tentang

firman Allah, خسة يا وٱل

ن ه في ٱلد

نصسه ٱلل ن

ل

ن أ

ظ ا

من ك

―Barangsiapa yang menyangka bahwa Allah sekali-kali tiada

menolongnya (Muhammad) di dunia dan akhirat...‖ Hingga

lafazh, هب ر س هل

ينظ

ل ف

غيظ يدهۥ ما

ك ―Apakah tipu dayanya itu

dapat melenyapkan apa yang menyakitkan hatinya.‖ Ia berkata,

―Barangsiapa menyangka bahwa Allah tidak akan menolong

Nabi-Nya, dan ia membuat makar terhadap risalah ini untuk

memutusnya, maka kehendaknya memutus dari asal risalah itu

datang, karena asalnya ada di langit. Hendaknya ia merentangkan

tali ke langit, kemudian memutus sumbernya. يدهۥهب ك

ر س هل

ينظ

لف

غيظ Kemudian hendaklah ia pikirkan apakah tipu dayanya itu‗ ما

dapat melenyapkan apa yang menyakitkan hatinya‘. Maksudnya

adalah, apa yang menyakitkan hati mereka dari risalah tersebut,

serta apa yang menyakitkan hati mereka dari pertolongan Allah

terhadap Nabi SAW dan wahyu yang diturunkan-Nya kepada

beliau.37

Pendapat yang paling benar menurutku mengenai takwil ayat tersebut

adalah yang mengatakan bahwa kata ganti dhamir ه kembali kepada Nabi SAW

dan agama-Nya. Hal itu karena pada ayat sebelumnya Allah menginformasikan

suatu kaum yang menyembah-Nya dengan berada di tepi, bahwa mereka mantap

pada agama jika mereka memperoleh kebaikan dalam ibadah mereka kepada-

36

Ibnu Jarir Al-Ṯabâri, Jâmi‟ Bayân „an Ta′wȋl Ay Al-Qur′ân, Vol. 16. 479. 37

Ibnu Jarir Al-Ṯabâri, Jâmi‟ Al-Bayân „an Ta′wȋl Ay Al-Qur′ân, Vol. 16. 479.

Page 73: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

59

Nya, dan mereka murtad jika menghadapi kesusahan. Informasi tersebut lalu

disusul dengan ayat ini. Jadi, rangkaian ini bertujuan mengecam sikap mereka

yang murtad dari agama, atau keraguan dan kemunafikan mereka terhadap

agama, lantaran menganggap lambat datangnya kehidupan yang lapang atau

rezeki yang luas.38

Apabila dipastikan bahwa kecaman tersebut sesudah informasi

kemunafikan mereka, maka makna ayat yang sedang ditafsirkan ini adalah,

barangsiapa menyangka bahwa Allah tidak memberi rezeki kepada Muhammad

SAW dan umatnya di dunia dengan meluaskan karunia bagi mereka, serta tidak

memberi mereka rezeki di akhirat berupa anugrah dan kemuliaan-Nya, lantaran

ia menganggap lambat perbuatan Allah tersebut kepada Nabi SAW dan

umatnya, maka hendaknya ia merentangkan tali ke langit yang ada di atasnya,

atau ke atap rumah, atau tempat-tempat lain yang dapat dtautkan tali diatasnya.

Lalu hendaknya ia menggantung dirinya apabila merasa jengkel terhadap

sebagian ketetapan Allah sehingga ia minta agar ketetapan itu segera diungkap.

Hendaknya ia juga memerhatikan, apakah upayanya itu dapat menghilangkan

cekikan dilehernya dan hal-hal yang menyakitan hatinya? Apabila hal itu tidak

menghilangkan sakit hatinya sampai Allah mendatangkan kemudahan dari sisi-

Nya lalu menghilangkan sakit hatinya itu, maka begitu juga permintaannya agar

Allah segera menolong (memberi kemenangan) Muhammad dan agamanya.

Padahal ketetapan Allah ketetapan Allah bagi beliau tidak dimundurkan batas

waktunya, dan tidak pula disegerakan sebelum batas waktunya.

Disebutkan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Asad dan Ghaṯafan.

Mereka menunda-nunda masuk Islam dan berkata, ―Kami khawatir Muhammad

SAW tidak memperoleh kemenangan, lalu terputuslah hubungan antara kami

dengan sekutu-sekutu kami dari golongan Yahudi, sehingga mereka tidak

menyuplai makanan atau minuman kepada kami!‖ Allah berfirman kepada

38

Ibnu Jarir Al-Ṯabâri, Jâmi′ul Bayân „an Ta′wȋl Ay Al-Qur′ân, Vol. 16. 483.

Page 74: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

60

mereka, ―Barangsiapa meminta agar Allah segera menolong Muhammad,

hendaknya merentangkan tali ke langit lalu menggantung diri, dan

memerhatikan apakah sikapnya yang memburu-buru itu dapat menghilangkan

kesesalannya?‖ Begitu juga permintaannya agar Allah segera menolong

Muhammad SAW, padahal Allah tidak mempercepat pertolongan bagi

Muhammad SAW sebelum batas waktunya.39

Para ahli bahasa berbeda pendapat mengenai ما pada ayat ما يغيظ ―Apa

yang menyakitkan hatinya.‖ Sebagian ahli bahasa Bashrah mengatakan bahwa ما

tersebut الذى, sehingga maknanya adalah, apakah upayanya itu dapat

menghilangkan sesuatu yang menyakitkan hatinya? Seharusnya ada kata ganti ه

pada lafazh يغيظ tetapi dihilangkan karena merupakan shilah bagi kata الذى; sebab

bila semua menjadi isim, maka yang demikian ini lebih ringan.40

Ahli nahwu lainnya mengatakan ما di sini adalah maṣdar dan ia tidak

membutuhkan kata ganti ه, maka maknanya adalah, ىل يذىب كيده غيظو ―Apakah

tipu dayanya itu dapat menghilangkan kesedihannya.41

b. Lafaẕ غيظ

1. Surah Ali Imran ayat 119 dan 134.

منى ؤ

م وج

ك

ىن رب

ىنهم ول رب

ء ج

ول

نخم أ

أ ه

ىا غض

ىا

لا خ

ا وإذ ءامن

ىا

ال

م ق

قىك

ا ل

هۦ وإذ

لب ك

كخ

بٱل

امل من ن م ٱل

يك

غل

يظ

غ

ٱل

119. Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak

menyukai kamu, dan kamu beriman kepada kitab-kitab semuanya.

39

Ibnu Jarir Al-Ṯabâri, Jâmi‟Al-Bayân „an Ta′wȋl Ay Al-Qur′ân, Vol. 16. 483. 40

Ibnu Jarir Al-Ṯabâri, Jâmi‟Al-Bayân „an Ta′wȋl Ay Al-Qur′ân, Vol. 16. 484. 41

Ibnu Jarir Al-Ṯabâri, Terjemahan Tafsir Al-Ṯabâri, Vol. 18. Hlm. 396,397, 402-403. Lihat

juga Jâmi‟ Al-Bayân „an Ta′wȋl Ay Al-Qur an, Vol. 16. 484.

Page 75: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

61

Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata "Kami beriman",

dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari antaran

marah bercampur benci terhadap kamu.

Penafsiran:

Abu Ja‘far berkata: Maknanya adalah, ―Orang-orang yang tidak boleh

dijadikan teman kepercayaan oleh Allah SWT, dan yang disebutkan sifat-sifat

mereka, jika berjumpa dengan orang-orang beriman dari kalangan sahabat Nabi

SAW, maka mereka akan menyambut kaum mukmin dengan lisan mereka,

hanya karena taqiyah (perlindungan) atas diri mereka sendiri. Mereka berkata,

―Kami telah beriman dan membenarkan segala yang dibawa oleh Muhammad

SAW.‖ Namun jika mereka menyendiri (yakni tidak tampak oleh orang-orang

beriman), maka mereka menggigit jari-jemari mereka karena iri dengan

persatuan dan keakraban orang-orang beriman. Rasa kesal yang disebabkan oleh

penyakit yang ada dalam hati mereka, dan rasa putus asa karena pemusuhan

mereka, ditampakkan oleh Allah SWT.42

Riwayat-riwayat yang sesuai dengan makna tersebut adalah:

Bisyr menceritakan kepada kami, ia berkata: Yazid menceritakan

kepada kami, ia berkata: Sa‗ȋd menceritakan kepada kami dari

Qatadah, tentang firman Allah SWT, ىا

لا خ

ا وإذ ءامن

ىا

ال

م ق

قىك

ا ل

وإذ

يظ

غ

امل من ٱل

ن م ٱل

يك

غل

ىا ,Apabila mereka menjumpai kamu― غض

mereka berkata "Kami beriman", dan apabila mereka menyendiri,

mereka menggigit ujung jari antaran marah bercampur benci

terhadap kamu.‖ Ia berkata, ―Jika mereka berjumpa dengan

orang-orang beriman, maka mereka berkata, ‗Kami beriman‘.

Mereka lakukan hal itu hanya karena takut kehilangan harta dan

darah mereka. Semuanya hanya dibuat-buat. Sedangkan mereka

dalam keadaan sendiri, maka mereka menggigit jari-jemari karena

42

Ibnu Jarir Al-Ṯabâri, Jâmi‟ Al-Bayân „an Ta′wȋl Ay Al-Qur′ân, Vol. 5 718.

Page 76: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

62

rasa kesal, mereka berkata, ‗Seandainya kami memiliki kekuatan

maka akan kami serang kaum muslim‘. Jelas sekali, keadaan

mereka persis seperti yang digambarkan oleh Allah SWT.43

Abbas bin Muhammad menceritakan kepada kami, ia berkata:

Muslim menceritakan kepada kami, ia berkata: Yahya bin Amr

bin Malik Al-Nukri menceritakan kepada kami, ia berkata:

Bapakku menceritakan kepada kami, ia berkata: Abu Al-Jauza

jika membaca ayat ini ء ىا

ال

م ق

قىك

ا ل

امل وإذ

ن م ٱل

يك

غل

ىا غض

ىا

لا خ

ا وإذ امن

يظ

غ

Apabila mereka menjumpai kamu, mereka berkata― من ٱل

"Kami beriman", dan apabila mereka menyendiri, mereka

menggigit ujung jari lantaran marah bercampur benci terhadap

kamu.‖ Akan berkata, ―Mereka adalah Al-Ibaḏiyah‖.44

ظمي ك

ء وٱل

ا س ء وٱلض

ا س نفقى في ٱلظ رن

ٱل

يظ

غ

رظني ٱل

رب ٱل ه

اض وٱلل ػافي غن ٱلن

٣١١ وٱل

134. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu

lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya

dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang

berbuat kebajikan

Penafsiran:

Kalimat يظ

غ

ظمي ٱل

ك

‖orang-orang yang menahan amarahnya― وٱل

maknanya adalah, orang-orang yang yang menahan amarah ketika jiwanya

dipenuhi oleh amarah. Diungkapkan dalam bahasa Arab, كظم فلن غيظو yang

maknanya adalah, ―Si fulan menahan amarahnya, padahal ia sanggup

43

Ibnu Jarir Al-Ṯabâri, Jâmi‟ Al-Bayân „an Ta′wȋl Ay Al-Qur′ân, Vol. 5. Hlm. 719. 44

Kelompok Ibadhiyyah adalah kelompok yang menisbatkan diri kepada Abdullah bin Abadh.

Mereka berkata, ―Orang-orang yang bertentangan dengan kami dari kalangan ahli Kiblat (muslim) adalah

orang-orang kafir.‖ Orang yang melakukan dosa besar dianggap sebagai orang yang tidak beriman,

karena amal perbuatan termasuk dari (definisi) iman. Mereka juga mengkafirkan Ali RA dan sebagian

besar kalangan sahabat. Ibnu Jarir Al-Thabari, Terjemahan Tafsir Al-Ṯabâri, Vol. 5. Hlm. 787. Lihat juga

Jâmi‟ Al-Bayân „an Ta‟wȋl Ay Al-Qur′ân, Vol. 5. Hlm. 719.

Page 77: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

63

melampiaskannya. Dia menahan diri dari orang yang membuatnya marah dan

orang yang menzhaliminya.

Kata الغيظ berasal dari ungkapan ن فلن ف هو يغيظن غيظاغاظ ―Si fulan membuatku

marah.45

Riwayat-riwayat yang sesuai dengan makna tersebut adalah:

Muhammad bin Sa‘d menceritakan kepadaku, ia berkata:

Bapakku menceritakan kepadaku, ia berkata: Pamanku

menceritakan kepadaku, ia berkata: Bapakku menceritakan

kepadaku, ia berkata dari bapaknya, dari Ibnu ‗Abbâs tentanf

firman Allah SWT, ظمي ٱك

وٱل

يظ

غ

ل ―dan orang-orang yang

menahan amarahnya‖, hingga firman-Nya رظني رب ٱل ه

وٱلل

―Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan,‖ bahwa

kalimat يظ

غ

ظمي ٱل

ك

ا ما ,sama seperti firman Allah SWT وٱل

وإذ

فسو غ هم

ضبىا

Dan apabila mereka marah mereka memberi― غ

maaf.‖ (Qs Asy-Syuuraa: 37).

Mereka marah dalam satu perkara yang jika mereka terjatuh ke dalam hal

yang diharamkan, karenanya mereka memaafkan dengan mengharap wajah

Allah.46

2. Surah At-Taubah ayat 15

ه غليم اكيم وٱلل

ءا

ش ى من

ه غل

خىب ٱلل و

ىبهم

ل ق

يظ

هب غ

ر ٣٥و

45

Ibnu Jarir Al-Ṯabâri, Jâmi‟ Al-Bayân „an Ta‟wil Ay Al-Qur′an, Vol. 6. Hlm. 57. 46

Ibnu Jarir Al-Ṯabâri, Terjemahan Tafsir Al-Ṯabâri, Vol. 5. Hlm. 872, 873,875. Lihat juga

Jâmi‟ Al-Bayân „an Ta‟wȋl Ay Al- Qur′ân, Vol. 6. Hlm. 59.

Page 78: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

64

15. dan menghilangkan panas hati orang-orang mukmin. Dan Allah

menerima taubat orang yang dikehendaki-Nya. Allah maha Mengetahui

lagi Maha Bijaksana.

Penafsiran:

Abu Ja‘far berkata: Allah menghilangkan kesedihan hati kaum mukmin

dari kalangan bani Khuza‗ah lantaran pengkhianatan yang dilakukan orang-

orang musyrik, yaitu memberikan pertolongan kepada bani Bakr saat memerangi

bani Khuza‘ah.47

Riwayat-riwayat yang menjelaskan hal tersebut adalah:

Ibnu Waki‘ menceritakan kepadaku, ia berkata: Amr bin

Muhammad Al Anqazi menceritakan kepada kami dari Asbaṯ,

dari As-Suddi, tentang ayat, يظ

هب غ

ر و

ىبهم

لق ―dan

menghilangkan panas hati orang-orang mukmin‖. Yaitu ketika

mereka diperangi oleh bani Bakr, yang dibantu oleh Quraisy.48

Firman Allah, ا

ش ى من

ه غل

خىب ٱلل و

ء ―Dan Allah menerima taubat orang

yang dikehendaki-Nya,‖ merupakan khabar untuk mubtada‟, maka me-marfu‟-

kkan dan men-jazm-kan ketiga kata kerja sebelum itu adalah majaz. Seakan-akan

Dia berfirman, ―Perangilah mereka karena kalau kalian memerangi mereka, itu

berarti Allah menyiksa mereka dengan tangan kalian, menghinakan mereka, dan

menolong kalian untuk mengalahkan mereka.‖

Allah kemudian memulai lagi dengan firman-Nya, ءا

ش ى من

ه غل

خىب ٱلل

―Dan Allah menerima taubat orang yang dikehendaki-Nya,‖ sebab perang tidak

mengakibatkan mereka mendapatkan tobat dari Alllah, justru mengakibatkan

47

Ibnu Jarir Al-Ṯabâri, Jâmi‟ Al-Bayân „an Ta‟wȋl Ay Al- Qur′ân, Vol. 11. Hlm. 371. 48

Ibnu Jarir Al-Ṯabâri, Jâmi‟ Al-Bayân „an Ta‟wil Ay Al- Qur′ân, Vol. 11. Hlm. 371.

Page 79: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

65

mereka mendapatkan tobat dari Allah, serta akan menyembuhkan sakit hati

kaum kehinaan dari Allah, serta akan menyembuhkan sakit hati kaum mukmin.

Bila kata obat ini majzum (i‟rab-nya) maka berarti tobat itu merupakan akibat

dari perang, padahal tidak demikian. Oleh karena itu, dia disebutkan dalam

bentuk marfu‟ sebagai khabar.

Arti kalimat ini adalah, Allah memberikan tobat secara gratis kepada

siapa saja yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya yang kafir bila mereka

mau bertobat. Allah Maha Tahu apa yang tersembunyi di dalam hati setiap

hamba-Nya, sehingga Dia akan menerima tobat dari orang-orang yang pantas

menerimanya, dan siapa saja yang tidak pantas diberikan tobat maka akan

dihinakan. Allah Maha Bijaksana dalam segala perbuatan-Nya, dengan

memberikan taufik kepada para hamba-Nya yang tadinya kafir menjadi beriman,

dan bagi yang kafir setelah beriman akan dihinakan. Itu semua merupakan

bentuk kebijaksanaan-Nya.49

3. Surah Al-Mulk ayat 8

ز من مياد ج

ك

ج

يظ

غ

رس ٱل

م ن

جك

أ م

ل أ

تها

صن

هم خ

لىج طأ

قي فيها ف

ل أ

ما

ل ٦ك

8. hampir-hampir (neraka) itu terpecah-pecah lantaran marah. Setiap

kali dilemparkan ke dalamnya sekumpulan (orang-orang kafir),

penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya kepada mereka: "Apakah belum

pernah datang kepada kamu (di dunia) seorang pemberi peringatan?

Penafsiran:

‗Alȋ menceritaka kepadaku, dia berkata: Abu Shalih menceritakan

kepada kami, Mu‗âwiyah menceritakan kepadaku ‗Alȋ, dari Ibnu

‗Abbâs bahwa makna firman Allah SWT, يظ

غ

ز من ٱل مي

اد ج

ك

ج

―hampir-hampir (neraka) itu terpecah-pecah lantaran marah‖. 50

49

Ibnu Jarir Al-Ṯabâri, Terjemah Tafsir Al-Ṯabâri, Judul Asli: Jâmi‟ Al-Bayân „an Ta‟wȋl Ay Al-

Qur′ân, Vol. 12. Hlm. 625. Lihat juga Jâmi‟ Al-Bayân fȋ Ta‟wȋl Ay Al-Qur′ân, Vol. 11. Hlm. 371. 50

Ibnu Jarir Al-Ṯabâri, Terjemah Tafsir Al-Ṯabâri, Judul Asli: Jâmi‟ Al-Bayân „an Ta‟wȋl Ay Al-

Qur′ân, Vol. 25. Hlm. 279. Lihat juga Jâmi‟ Al-Bayân „an Ta‟wȋl Ay Al-Qur′ân, Vol. 23. Hlm. 124.

Page 80: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

66

Ayat ini masih terkait dengan surah lain, yang dijelaskan bahwa

marahnya apa neraka kepada manusia yang berdusta hati pada hari kiamat.51

c. Lafaẕ بغيظكم

Surah Ali Imran ayat 119.

ىا

ل مىج

ق

م

يظك

دوز بغ اث ٱلص

بر

ه غليم

٣٣٠إ ٱلل

119. Katakanlah (kepada mereka): "Matilah kamu karena

kemarahanmu itu". Sesungguhnya Allah mengetahui segala isi hati

Penafsiran :

Ini masih lanjutan dari kalimat sebelumnya, Abu Ja‘far berkata:

Maknanya adalah, ―Katakanlah wahai Muhammad, ‗Matilah kamu karena

kemarahanmu itu‘, kepada orang-orang Yahudi yang telah aku gambarkan sifat

mereka. Aku pun mengabarkan kepadamu bahwa jika mereka bertemu dengan

para sahabatmu, maka mereka berkata, ‗Kami beriman‘, akan tetapi jika mereka

menyendiri, maka mereka menggigit jari jemari karena marah melihat kalian

dalam keadaan bersatu dan penuh dengan keakraban.‖

Redaksi ayat tersebut diungkapkan dalam bentuk perintah, padahal ia

hanya seruan dari Allah SWT kepada Nabi-Nya SAW, agar dia mendoakan

mereka dihancurkan oleh Allah SWT, sebagai ungkapan rasa sedih yang sangat

mendalam atas kemarahan yang ada di dalam hati mereka terhadap kaum

mukmin, sebelum mereka melihat apa yang mereka harapkan, yakni kesusahan

kaum muslim dalam agama mereka, juga kesesatan yang mereka harapkan,

padahal sebelumnya Allah SWT telah memberikan hidayah.

Allah SWT berfirman kepada Nabi-Nya SAW, ―Katakanlah wahai

Muhammad, ‗Matilah dengan kemarahan kalian, karena sesungguhnya Allah

mengetahui isi hati‘.‖

51

Lihat di Lampiran surah Al-Furqon ayat 12.

Page 81: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

67

Maksudnya adalah isi hati mereka, segala kedengkian dan permusuhan.

Bahkan Allah SWT mengetahui isi hati semua makhluk, menjaga dan

memperhatikan kebaikan serta keburukan di dalamnya, dan Allah SWT akan

membalasnya.52

Ada beberapa surah yang terkait dengan surah ini mengenai sakit hatinya,

dendamnya orang-orang kafir dan hatinya jelas terjengkel53

.

E. Analisis Penulis terhadap kata Ghaiẕa.

Dari uraian di atas bahwa menunjukkan bahwa ayat tentang kata غيظ dan

derivasinya, menunjukkan subyeknya kepada orang-orang kafir yang terjengkel

hati, sampai berbuat iri atau dengki terhadap kaum muslimin yang kokoh

persatuannya. Awalnya mereka baik dan mereka berkata, ―kami beriman‖, tetapi

ketika sendirian mereka dendam dan merasa ingin membunuhnya. Tetapi Allah

melindungi kaum Muslimin sehingga orang kafir diterkam oleh kemarahannya

sendiri sebagaimana dalam surah Ali ‗Imrân ayat 119, kemudian surah Al-Fath

ayat 29 dan surah Al-Ahzab ayat 25.

Kemudian, subyek lainnya adalah orang Ẕalim yang membuat orang yang

berinfak itu marah, karena orang yang berinfak. Mereka marah dalam satu

perkata yang jika mereka terjatuh ke dalam hal yang diharamkan, karenanya

mereka memaafkan dengan mengharapkan wajah Allah.

Dan, subyek lainnya adalah neraka, neraka itu lantaran marah kepada manusia

yang berdusta terhadap hari kiamat, sebagaimana dalam surah Al-Mulk ayat 8

dan surah Al-Furqan ayat 12.

Jadi, dari uraian di atas makna kata غيظ secara keseluruhan kebanyakan

ditujukan kepada :

52

Ibnu Jarir Al-Ṯabâri, Terjemahan Tafsir Al-Ṯabâri, Judul Asli: Jâmi‟Al-Bayân „an Ta‟wȋl Ay

Al-Qur′ân, Vol. 5. Hlm. 789. Lihat juga Jâmi‟ Al-Bayân „an Ta‟wȋl Ay Al-Qur′ân, Vol. 5. Hlm. 721. 53

Lihat di Lampiran Surah Al-Fath ayat 29, dan surah Al-Ahzab ayat 25.

Page 82: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

68

Subyek : Orang Kafir

Obyek : Kaum Muslimin

Tema : Kedengkian dan kedendaman orang kafir terhadap kaum

Muslimin.

F. Penafsiran Mufassir dari Kitab Tafsir Lain

1. Surah Al-Maidah ayat 60.

Dalam surah Al-Maidah ayat 60 maka penulis akan menjelaskan dari

kitab tafsir lain.

Seperti menurut Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur‘an Al-‗Azhim. Maksud

dari firman Allah adalah mau kah aku akan beritahukan kepada kalian tentang

pembalasan yang lebih buruk di sisi Allah pada hari kiamat kelak, yang kalian

menganggap bahwa pembalasan yang lebih pembalasan itu akan ditimpakan

kepada kami? Ataukah (siksa itu akan menimpa kalian), yang mana kalian telah

disifati dengan sifat-sifat berikut, yaitu dalam firman-Nya من لعنو ٱللو ―Yaitu yang

dilaknat oleh Allah‖, maksudnya dijauhkan rahmatnya. يهضب غل

Yaitu yang― وغ

dimurkai Allah‖, maksudnya adalah dimurkai yang setelah itu tidak diridhai

untuk selamanya.

Sufyan Al-Tsauri telah meriwayatkan dari Al-Qamah Ibnu Marsad, dari

Al-Mughirah Ibnu Abdullah, dari Al-Ma‘rur Ibnu Suwaid, dari Ibnu Mas‘ud

yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW. pernah ditanya mengenai kera dan

babi, apakah kedua binatang itu berasal dari kutukan Allah. Maka beliau SAW.

menjawab: “Sesungguhnya Allah tidak pernah membinasakan suatu kaum –atau

beliau mengatakan bahwa Allah belum pernah mengutuk suatu kaum –lalu

menjadikan bagi mereka keturunan dan anak cucunya. Dan sesungguhnya kera

dan babi telah ada sebelum peristiwa kutukan itu.”

Imam Muslim meriwayatkannya melalui hadis Sufyan Al-Tsauri dan

Mis‘ar, keduanya dari Mughirah keduanya dengan lafaz yang sama.

Page 83: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

69

Abu Daud Al-Ṯayalisi mengatakan, telah menceritakan kepada kami

Daud Ibnu Abul Furat, dari Muhammad Ibnu Zaid, dari Abul A‘yan Al-Ma‘badi,

dari Abul Ahwas, dari Ibnu Mas‗ud yang menceritkan bahwa kami pernah

bertanya kepada Rasulullah SAW tentang kera dan babi, apakah kera dan babi

yang ada sekarang merupakan keturunan dari orang-orang Yahudi yang dikutuk

Allah Swt. maka Rasulullah Saw. menjawab: “Tidak, sesungguhnya Allah sama

sekali belum pernah mengutuk suatu kaum, lalu membiarkan mereka

berketurunan. Tetapi kera dan babi yang ada merupakan makhluk yang telah

ada sebelumnya. Dan ketika Allah murka terhadap orang-orang Yahudi, maka

Dia mengutuk mereka dan menjadikan mereka seperti kera dan babi.” .54

2. Surah Al-Nur ayat 9

Dalam surah An-Nur ayat 9, menurut Imam Zamakhsyari, makna غضب

bermakna kepada sumpah yang kelima. Sumpahnya itu sangat keras sekali ٱللو

kepada istrinya, karena kedurhakaan istrinya terhadap suami nya yang

menggiurkan kemudian ia menuduhnya. Dan begitu juga di dalam awal ayat

tentang rajam maka Nabi SAW bersabda: Kamu bakal mudah dirajam dari

kemurkaan Allah.55

Dalam Tafsir Ringkas Al-Qur‘anul Karim dijelaskan, Dan istri itu

terhindar dari hukuman zina apabila dia bersumpah empat kali atas nama Allah

dalam sumpahnya bahwa dia, yaitu suaminya, benar-benar termasuk orang

yang berdusta dalam tuduhannya, dan sumpah yang kelima bahwa kemurkaan

Allah akan menimpanya, yaitu istri, jika dia, yaitu suami, itu termasuk orang

yang berkata benar.56

54

Ismail Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur′ân Al-„Aẕȋm, Vol. 2. Hlm. 102. 55

Lihat PDF, Imam Zamakhsyari, Tafsir Al-Kasyâf, (Riyaḏ, Penerbit: Maktabah Abikan, 1998),

Vol. 4. Hlm. 272. 56

Tafsir Ringkas Al-Qur‟anul Karim, (Jakarta, Penerbit : Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‘an,

Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI, 2016), Vol. 2. Hlm. 149.

Page 84: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

70

Menurut Abdurrahman bin Naṣir bin Al-Sa‘di, bahwa istri yang

bersumpah kelima terhadap suami yang meyakinkan, lalu menyeru kepada nya

dengan membawa kemurkaan dari Allah.57

3. Surah Ali Imran ayat 119.

Menurut Abd Al-Rahman Al-Sa‘di, makna kata غيظ itu menunjukkan

karena kemunafikan orang-orang kafir yang mengingkari ajaran-ajaran Allah

sehingga mereka itu benci dengan ajaran Islam. Lalu makna غيظكم menunjukkan

termakanlah mereka orang-orang kafir terhadap kemarahannya, mereka itu

menyembunyikan keislaman yang agung mereka dengan perbuatan kejahatan,

dan matilah mereka disebabkan kemarahanmu, dan tidak menyadari pengobatan

hati itu dengan apa yang dimaksud dari ajaran Islam.58

Menurut Fakhruddin Ar-Razi, bahwa firman Allah, ا و ءامنىا

ال

م ق

قىك

ا ل

ا وإذ

إذ

يظ

غ

امل من ٱل

ن م ٱل

يك

غل

ىا غض

ىا

ل bermakna bahwa apabila mereka melakukan ,خ

sendirian, maka otomatis mereka menjadi dendam dan menjadi musuh mereka

secara nyata. Kemarahan mereka terhadap orang-orang beriman sehingga

mereka itu seolah olah menggigit jari lantaran membenci, sebagaimana

perbuatan yang dilakukan oleh kami bila kemarahannya keras dan kesedihannya

terhadap keterlambatan keinginannya kaum muslimin dengan kaum munafik.

Dan tatkala banyak kata fi‗il (kata kerja) dari kata غضبان , maka kata itu menjadi

penggunaan kata-kata yang tidak terang-terangan dari kata الغضب sehingga

disebutkan dalam kata الغضبان : sesungguhnya mereka (orang-orang munafik)

menggigit tangannya lantaran ketika sedang marah, tetapi mereka tidak

57

Abd Al-Rahman bin Naṣir bin Al-Sa‘di, Taisir Al-Karim Al-Rahmân fȋ Tafsir Kalam Al-

Manân, (Beirut, Penerbit : Ilmu Kutub), 1988, Juz. 5. 293. 58

Abd Al-Rahman bin Naṣir bin Al-Sa‘di, Taisir Al-Karim Al-Rahmân fȋ Tafsir Kalam Al-

Manân, Vol. 1. Hlm. 414.

Page 85: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

71

menggigit jarinya. Menurut para Mufassir : Sesungguhnya terjadinya mereka

kemarahan yang keras itu ketika melihat masyarakat kaum mukminin yang

semakin bersatu dengan segala isi kebaikan mereka.

Kemudian firman Allah Ta‘ala ق

م

يظك

بغ

ىا

ل مىج yaitu seruan mereka

(kaum muslimin) dengan bertambahnya kemarahan dan kebencian kaum

munafik, maksud dari bertambahnya kebencian kaum munafik adalah

kemarahan mereka itu kepada kaum muslimin betapa agungnya kekuatan Islam,

mereka orang-orang munafik itu terhina dan kehilangan kepercayaan.

Kami berkata : Maka sesungguhnya ajakan seruan terhadap orang-orang

munafik sehingga mereka itu mati karena kemarahannya belum disampaikan apa

yang mengharapkan.59

59

Imam Fakhr Al-Dȋn Al-Râzi, Mafâtih Al-Ghaib, (Beirut, Penerbit: Dar Al-Fikri), Vol. 7. Hlm.

220.

Page 86: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

82

BAB V

Penutup

1. Kesimpulan

Dalam penelitian dapat penulis paparkan bahwa makna Mutaradif ini

mempunyai makna yang umum dan makna yang khusus.Terdapat makna yang

haqiqi dan makna yang majazi, seperti lafazh Ghaḏab dan Ghaiẕa. Lafazh

tersebut memiliki makna yang haqiqi yaitu marah. Akan tetapi secara majazi,

lafaẕGhaḏab dan Ghaiẕa memiliki makna yang berbeda. Hal ini terjadi adanya

perbedaan penggunaan terhadap lafazh kedua tersebut walaupun keduanya

memiliki arti marah.

Lafazh Ghaḏab sering disebut dalam Al-Qur′an untuk menggambarkan

marahnya Allah atau murkanya Allah kepada orang-orang Yahudi karena

mereka tidak percaya dengan ajaran Allah dan Rasul-Nya dan mereka selalu

mengabaikan perintah-Nya, sampai akhirnya Allah menjadikan mereka seperti

seekor kera. Ada pun makna Ghaḏab yang lain bisa ditemukan pada murka-Nya

Allah atas kesalahan manusia seperti mendustakan Nabi Muhammad SAW dan

ingin membunuh-Nya, dan kufur setelah beriman kembali kepada kekafiran,

ataupun suami istri yang berdusta mengenai perzinahan. Kepada kaum yang

membunuh orang mukmin dengan sengaja, dan kepada kaum yang menyembah

berhala. Makna Ghaḏab juga digunakan untuk menunjukan marahnya Nabi

Musa dan Nabi Yunus kepada kaumnya karena telah mengingkari ajaran-Nya.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kata Ghaḏab digunakan

menggambarkan murkanya Allah dan Nabi-Nya.

Sedangkan makna kata Ghaiẕa dituliskan untuk menggambarkan

marahnya orang-orang kafir kepada kaum muslim di mana marah yang

dimaksud adalah perasaan dendam ataupun jengkel pada kaum muslim, amarah

orang mukmin yang diredakan oleh Allah Swt, dan marahnya neraka pada

Page 87: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

83

manusia. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kata Ghaiẕa untuk

menggambarkan marahnya manusia seperti perasaan jengkel, dendam, panas

hati dan marahnya api neraka.

2. Saran

Melihat kesimpulan di atas maka penulis berharap agar pembaca Al-

Qur’an dapat lebih teliti lagi dalam memahami ayat Al-Qur’an khususnya dalam

penggunaan kata ghaḏab dan ghaiẕa. Hal ini bertujuan untuk menghindari

kesalahpahaman dalam memaknai dan menggunakan kata ghadhab dan ghaizha

dalam kehidupan sehari-hari, penulisan karya ilmiah, ataupun untuk berdakwah

terlebih lagi tidak semua umat muslim dapat memaknai ayat al-Qur’an dengan

baik.

Tidak hanya itu, penelitian ini masih bisa dikembangkan kembali oleh

penelitian lain dengan menggunakan sumber referensi maupun lafaẕ mutaradif

lainnya untuk menghasilkan karya ilmiah selanjutnya.

Page 88: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

84

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur′an Al-Karȋm.

Al-‘Askari, Abu Hilal, Furuq Al-Lughâwiyah, Kairo, Penerbit : Dar ‘Ilm Al-

Tsaqofah,

Al-Asfahani, Al-Raghib, Mufradât fȋ Gharȋb Al-Qur′ân, Penerbit : Maktabah Al-

Nazar Al-Baz.

Al-Maẖmud, Mani’ ‘Abd Al-Halim, 1421 H/2002 M. Manâhij Al-Mufassirin, Kairo,

Penerbit : Dar Al-Kutub Al-Mishri, Beirut, Penerbit : Dar Al-Kitab Al-Banâni.

Al-Miṣri, Abu Fadal Jamaluddin Muhammad bin Makram bin Manzur al-Afriqi,

Lisân al-‘Arab, Beirut Dar al-Sadir.

Al-Qasimi, Ali, Mu’jam al-Isytisyhad, Beirut, Penerbit: Maktabah Libanon

Nasyirun.

Al-Râzi, Fakhr Al-Din, Tafsȋr Mafâtih Al-Ghaib, Beirut, Penerbit: Dar Al-Fikri.

Al-Sa’di, Abd Al-Rahmân bin Naṣir, 1988, Tafsir Al-Karȋm Al-Rahmân fȋ Tafsir

Kalam Al-Manan, Beirut, Penerbit : Ilmu Kutub.

Al-Syâfi‘i, Badr Al-Din bin Muhammad bin Bahadir Abdullah li, Bahrul Muhith fi

Ushul Fiqh li Al-Zarkasyi, 1413 H/ 1992 M,

Al-Sirri, Abi Ishâq Ibrahim, Ma‘ani Al-Qur‘an wa I’rabuhu, Kairo, Penerbit: Dar

Al-Hadis,

Al-Suyuṯi,Jalal Al-Din ‘Abd Al-Rahman, 2008, Al-Itqân fȋ ‘Ulum Al-Qur′ân, Beirut,

Penerbit : Muassasah Al-Tsaqofiyah.

......., 1431 H/2010 M, Thabaqât Al-Mufassirȋn, Kuwait, Penerbit : Dar Al-Nawadir.

......., Al-Muẕir fȋ “Ulum Al-Lughah wa ‘Anwâihâ, Kairo, Penerbit : Maktabah Dar

Al-Turats

Al-Thabari, Ibnu Jarir, Jâmi’ Al-Bayân ‘an Ta’wȋl ay Al-Qur’ân, Beirut, Penerbit:

Dar Al- Kutub Ilmiyah.

......., 2008, Terj, Ahsan, Jakarta: Judul Asli : Jami’ Al-Bayân fȋ Ta′wil Al-Qur′ân,

Penerjemah: Akhmad Affandi, Jakarta, Penerbit: Pustaka Azzam.

Al-Zarkasyi, Badruddin Muhammad bin ‘Abdullah, Kairo, Al-Burhân fȋ ‘Ulumil

Qur′ân, Penerbit : Dar Al-Tsaqafah.

Al-Zawa, Thahir Ahmad, 1996, Tartib Al-Qamus Al-Muthith, Riyadh, Penerbit: Dar

Al-‘Alam Al-Kutub,

Hakim, Ahmad Husnul, 2013, Ensiklopedi Kitab-Kitab Tafsir Kumpulan Kitab-Kitab

Tafsir dari Masa Klasik sampai Masa Kontemporer, Depok, Penerbit: Lingkat

Studi Al-Qur’an,

Page 89: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

85

Harun, Salman, 2017, Kaidah-Kaidah Tafsir, Jakarta, Penerbit: Qaf Media Kreativa.

Ibnu Katsir, Isma‘il, 1994Tafsir AL-Qur’an Al-‘Azhim, Damaskus, Penerbit:

Maktabah Dar Al-Fiha.

Mu’jam Al-Wasit, 2004 M/1425 H, Penerbit: Maktabah Al-Syuruq Al-Dauliyah.

Tafsir Ringkas Al-Qur’anul Karim, Jakarta, Penerbit : Lajnah Pentashihan Mushaf

Al-Qur’an, Badan Litbang dan Diklat, Kementerian Agama R.I., 2016.

Sabt, Khalid Utsman, Qawaid Tafsir, Mesir, Penerbit : Dar Ibnu ‘Affan.

Syibromalisi, Faizah Ali, Jauhar Azizy, 2011,Membahas Kitab Tafsir, Jakarta,

Penerbit: UIN Jakarta Press.

Umar, Ahmad Mukhtar, Mu’jam Al-Lughah al-Arabiyah al-Mu’ashirah, Penerbit :

‘Alim al-Kutub.

Wâfi, ‘Ali ‘Abd Al-Wahid, Fiqh Al-Lughah, Penerbit : Nahdhah Mishri.

Yunus, Mahmud, Kamus Bahasa Arab-Indonesia, Jakarta, Yayasan Penyelenggara

Penterjemah/Pentafsir Al-Qur’an.

Ya’qub, Emil Badi, Fiqh Al-Lughah Al-Arabiyah wa Khashaishuha, Beirut, Penerbit

: Daar Al-Tsaqafah Islamiyah.

......., Maushu‘ah ‘Ulum Al-Lughah Al-Arabiyah, Beirut, Penerbit : Dar Al-Kutub

‘Ilmiyah, 1971.

Zakaria, Abi Husain Ahmad Faris bin, Mu’jam Maqayis Al-Lughah, Beirut, Penerbit

: Dar Al-Fikr, 1399 H/ 1979 H

Zamakhsyari, Abi Al-Qasim Mahmud bin Umar, Tafsir Al-Kasyaf, Riyadh, Penerbit

: Maktabah Abikan, 1998.

Zed, Mestika, Metode Penelitian Kepustakaan, Jakarta, Penerbit : Yayasan Pustaka

Obor Indonesia, Juli 2014.

Jurnal-Jurnal :

Ardinal, Eva, Konsep Hubungan Lafaz dan Maka. Jurnal IAIN Kerinci.

Fawaid, Ahmad, Kaidah Mutaradif Dalam Lafaẕ Ayat Al-Qur′ân. Jurnal Keilmuan

Tafsir Hadis, IAI Nurul Jadid Probolinggo. Volume 5, Nomor 1, Juni 2015.

Nurhadi, Rofiq, Pro Kontra Sinomimi Dalam Al-Qur’an, Jurnal Bahtera-Jurnal

Pendidikan Bahasa Sastra dan Budaya, Universitas Muhammadiyah

Purworejo, Jilid 2, Nomor 4, 30 September 2015.

Ridlo, Ubaid, Sinonim dan Antonim Dalam Al-Qur’an, Jurnal Al Bayan, UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, Vol. 9, No, 2, Desember 2017.

Page 90: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

86

Riyanto, Waryani Fajar, Antisinonimitas Tafsir Sufi Kontemporer, Jurnal Episteme,

STAIN Pekalongan, Jawa Tengah.Volume 9, Nomor 1, Juni 2014, STAIN

Page 91: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

1

LAMPIRAN.

Penulis akan menjelaskan sisa-sia kata غضب di dalam ayat-ayat Al-Qur‟an

,غضب .1

Kata ini dalam bentuk Fi„il Madhi

Surah An-Nisa ayat 93,

لدا فيها وم خ هۥ جهى

ؤ

جصا

دا ف خعم مىا م

قخل مإ ضبومن

ابا عظيما غ

هۥ عر

عد ل

عىهۥ وأ

يه ول

ه عل

ٱلل

٣٩

93. Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan

sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya

dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta

menyediakan azab yang besar baginya.

Makna Ghaḏab kepada orang muslim yang membunuh sesama muslim

lainnya. Lalu Allah memurkai dan membalasa mereka ke Neraka Jahannam.

غضب .2

Kata ini dalam bentuk Mashdar berwazam ف عل

Surah An-Nahl ayat 106 :

سح ب من

ن ش كن من ول م

بٱل

مئنبهۥ مط

لسه وق

ك

من أ

ىهۦ ئل ه من بعد ئم

فس بٱلل

فس صدزا ك

ك

ٱل

يهم عل

ف ضب

اب عظيم غ

هم عر

ه ول

ن ٱلل ٦٠١م

106. Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman

(dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa

kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak

berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk

kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya

azab yang besar

Makna Ghaḏab di pakai orang yang berlapang dada terhadap kekafiran

sehingga dia kembali kepada kekafiran setelah beriman.

Surah Al-A‟raf ayat 71, 152, 154.

Page 92: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

2

م زجع وك ب

ن ز م ميك

ع عل

د وق

ال ق

ق

ضب

هخم غ

أ

يخمىها ء طم

طما

ني في أ

ىه

دل

ج

جأ

ىخظسن ن ٱل م م

ي معك

ئو

ٱهخظسوا

ن ف

ط

ه بها من طل

ل ٱلل ص

ا ه م م

ك

ؤ

١٦وءابا

71. Ia berkata: "Sungguh sudah pasti kamu akan ditimpa azab

dan kemarahan dari Tuhanmu". Apakah kamu sekalian hendak

berbantah dengan aku tentang nama-nama (berhala) yang kamu

beserta nenek moyangmu menamakannya, padahal Allah sekali-

kali tidak menurunkan hujjah untuk itu? Maka tunggulah (azab

itu), sesungguhnya aku juga termasuk orang yamg menunggu

bersama kamu"

هم عجل طيىال

ٱل

وا

ر

خ رن ٱج

ئن ٱل ضب

جصي غ

لك ه

ر

وك

يا

ه ة ٱلد حيى

في ٱل

ت

هم وذل ب ن ز م

رن فت

٦٥١ٱل

152. Sesungguhnya orang-orang yang menjadikan anak lembu

(sebagai sembahannya), kelak akan menimpa mereka

kemurkaan dari Tuhan mereka dan kehinaan dalam kehidupan

di dunia. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-

orang yang membuat-buat kebohongan

ى ىس ت عن ما طك

ضبول

غ

تها ه ٱل

سخ

وفي و

ىاح

ل ٱل

ر

خ

هم أ رن هم لسب

ل ل

دي وزحمت

سهبىن ٦٥١

154. Sesudah amarah Musa menjadi reda, lalu diambilnya

(kembali) luh-luh (Taurat) itu; dan dalam tulisannya terdapat

petunjuk dan rahmat untuk orang-orang yang takut kepada

Tuhannya.

Dan Surah Ta Ha ayat 86.

م يك

حل عل ن

م أ زدج

م أ

عهد أ

م ٱل

يك

ال عل

ط

فأ ضب

ىعدي غ فخم م

لخ

أم ف

ك ب

ن ز ٦١م

86. Kemudian Musa kembali kepada kaumnya dengan marah

dan bersedih hati. Berkata Musa: "Hai kaumku, bukankah

Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik?

Maka apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagimu atau

kamu menghendaki agar kemurkaan dari Tuhanmu menimpamu,

dan kamu melanggar perjanjianmu dengan aku?"

Makna Ghaḏab dipakai kepada Musa yang sedang marah besar dan

mengamuk kepada kaumnya Bani Isrâ′il yang masih menyembah berhala anak

Sapi dan juga marah kepada saudaranya yakni Harun, sehingga ia menarik

rambutnya Harun. Lalu kemarahan Musa menjadi Reda, Musa pun

Page 93: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

3

mengembalikan Luh-Luh Taurat itu. Tertulis dalam Luh-Luh Taurat itu adalah

hidayah dan penjelasan tentang kebenaran serta rahmat Allah.

Semua 4 ayat ini terkait dari surah sebelumnya surah Al-A‟raf ayat 150

Surah Al-Anfal ayat 16.

ء د با

ق

ت ف

ى فئ

زا ئل و مخحي

قخال أ

ا ل

مخحسف

ىمئر دبسهۥ ئل هم

ىل ضبومن

بغ

م ه جهى و

ه ومأ

ن ٱلل م

صير ع ٱل

٦١وبئ

16. Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu

itu, kecuali berbelok untuk (sisat) perang atau hendak

menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka

sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan

dari Allah, dan tempatnya ialah neraka Jahannam. Dan amat

buruklah tempat kembalinya

Makna Ghaḏab dipakai kepada orang yang mundur dari perang ataupun

ikut bergabung dengan pasukan lain pada waktu perang badar. Orang yang

mundur dari perang Badar maka nanti balasannya kemurkaan Allah adalah

Neraka Jahannam.

Kemudian, sisa-sisa kata غيظ di dalam ayat-ayat Al-Qur‟an

1. Kata غيظ

Kata ini dalam bentuk masdar.

Surah Al-Fath ayat 29.

عا سهم زك س

ج

ء بينهم

از زحما ف

ك

ى ٱل

ء عل

ا شد

رن معهۥ أ

ه وٱل

طىل ٱلل د ز حم ن م م

ضل

ىن ف

بخغ دا ج

هم في ٱلللك مث

جىد ذ س ٱلس

ثن أ طيماهم في وجىههم م

اه ه وزضى

صزع ٱلل

هجيل ك

هم في ٱل

ل ومث

ت ىز خ

ط

سج ش

خ

أ

اع هۥ ف ز عجب ٱلص ى طىقهۦ

ٱطخىي عل

ف

لٱطخغ

اشزهۥ ف

رن ليغي

ه ٱل

از وعد ٱلل ف

ك

بهم ٱل

فسغ ت منهم م

لح

ٱلصىا

وعمل

ا ءامىىا جسا عظيم

وأ

١٣ة

29. Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang

bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir,

tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka

ruku´ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya,

tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas

Page 94: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

4

sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-

sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang

mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu

kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas

pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-

penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-

orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah

menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan

mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan

pahala yang besar.

Surah Al-Ahzab ayat 25

فسوا

رن ك

ه ٱل

يظهموزد ٱلل

ا عصصا بغ ى

ه ق

ان ٱلل

قخال وك

مىين ٱل

إ ه ٱل

فى ٱلل

وك

يرا

خ

ىا

ىال م

١٥ل

25. Dan Allah menghalau orang-orang yang kafir itu yang

keadaan mereka penuh kejengkelan, (lagi) mereka tidak

memperoleh keuntungan apapun. Dan Allah menghindarkan

orang-orang mukmin dari peperangan. Dan adalah Allah Maha

Kuat lagi Maha Perkasa

Makna Ghaiẕa dipakai kepada orang kafir terjengkel hatinya, sakit hati

dan ingin membalas dendam kepada kaum Muslimin karena tak suka dengan

kaum Muslimin yang semakin kuat persatuannya. 2 ayat ini terkait dengan surah

Al-Imran ayat 119.

2. Kata لغآئظون

Kata ini dalam bentuk isim Fâ„il Marfu‟

Surah Al-Syu„âra ayat 55.

ىا هم ل ىنوئن

ئظ

اغ

٥٥ ل

55. dan sesungguhnya mereka membuat hal-hal yang

menimbulkan amarah kita

Makna Ghaiẕa dipakai kepada Fir„aun marah kepada Nabi Musa dan

kaumnya Bani Isrâ′il yang berhasil kabur dari kezhalimannya Fir„aun.

3. Kata ات غيظ

Kata ini dalam bentuk isim Mashdar dari wazan لت فع

Page 95: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

5

Surah Al-Furqân ayat 12

ها إذا ل

ان بعيد طمعىا

ك ن م تهم م

ازأ

ظ ي

غ

٦١وشفيرا ح

12. Apabila neraka itu melihat mereka dari tempat yang jauh,

mereka mendengar kegeramannya dan suara nyalanya

Makna Ghaiẕa dipakai kepada api neraka, karena suaranya kedengaran

dari nyala dan jilatannya karena api neraka itu sedang marah kepada orang

berdusta pada hati kiamat. Ayat ini terkait dengan surah Al-Mulk ayat 8.

Lanjutan Analisis Penulis dari BAB IV.

a. Makna Ghaḏab

Dari penelusuran ayat-ayat yang ditulis penulis akan ada beberapa subjek, obyek

dalam memahami makna Ghaḏab yaitu sebagai berikut,

Subyek = Allah, Nabi Musa, dan Nabi Yunus

Obyek = Kaum Yahudi, Kaum Munafik, Kaum Bani Isra‟il pengikut

Nabi Musa, Nabi Harun, Wanita Bani Isra‟il, Seorang Istri.

Kemudian, penulis akan menguraikan subyek, obyek secara khusus dan

menguraikan keterangan ayat.

1. Kaum Yahudi مغضو,ب غض,غضب ب

Surah : Al-Maidah ayat 60

ه وعىه ٱلل

ه من ل

عىد ٱلل

ىبت

لك مث

ن ذ س م

م بش

ئك ب

هل هل أ

ضبق

غ

قسدة

يه وجعل منهم ٱل

عل

بيل ء ٱلظضل عن طىا

ا وأ

اه

ك س م

ئك ش

ول

أ

ىث

غ

ىاشس وعبد ٱلط

خ

١٠وٱل

Subyek : Allah

Obyek : Kaum Yahudi dan Wanita Bani Isra‟il

Tentang : Larangan memancing Ikan pada hari Sabtu

Surah : Al-Mujadalah ayat 14

ىما ق

ىا

ىل

رن ج

ى ٱل

س ئل

م ج

لضب۞أ

رب غ

ك

ى ٱل

حلفىن عل منهم و

م ول

ىك ا هم م يهم م

ه عل

ٱلل

مىن عل ٦١وهم

Subyek : Allah

Obyek : Kaum Yahudi

Tentang : Perolok-olokan Islam.

Surah Al-Mumtanahanah ayat 13

ىما ق

ىا

خىل

ج

ل

رن ءامىىا

ها ٱل ي

أضب

از من غ ف

ك

ئع ٱل ما

خسة ك

من ٱل

ئظىا د

يهم ق

ه عل

ٱلل

قبىز ب ٱل

صح

٦٩أ

Subyek : Allah

Obyek : Kaum Yahudi

Page 96: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

6

Tentang : Keputusasaan kaum Yahudi di dalam kuburan.

Surah Al-Baqarah ayat 61

ءو وبا

ىت

ظك

وٱل

ت

ل يهم ٱلر

ضبوضسبت عل

فسون ب بغ

ك

ىا

اه

هم ك ن

لك بأ

ه ذ

ن ٱلل ه م

ت ٱلل ا

بي ىن ٱلىقخل حو

ير ٱل

عخدون ن بغ

ىا

اه

ك و

لك بما عصىا

ذ

١٦قSubyek : Allah

Obyek : Kaum Yahudi

Tentang : Kedurhakaan Kaum Yahudi

Surah Al-Baqarah ayat 90

ل زن ن

يا أ

ه بغ

هصل ٱلل

أ

بما

فسوا

ك ن

هفظهم أ

بهۦ أ

روا

ت

ظما ٱشء بئ

ا

ش ى من

ضلهۦ عل

ه من ف

ٱلل

ى ضب عل

ءو بغ

با

من عبادهۦ ف ضب

هين غ اب م

فسن عر

ك

٣٠ولل

Subyek : Allah

Obyek : Kaum Yahudi

Tentang : Murtadnya Kaum Yahudi

Surah Ali Imrân ayat 112

ءو اض وبا ن ٱلى ه وحبل م

ن ٱلل بحبل م

ئل

قفىا

ن ما ث أ

ت

ل يهم ٱلر

ضبضسبت عل

ه بغ

ن ٱلل م

فسون بك

ىا

اه

هم ك ن

لك بأ

ذ

ىت

ظك

يهم ٱل

وضسبت عل

ىن ٱل

قخل ه و

ت ٱلل لك بما ا

ذ

ير حقء بغ

هبيا

عخدون ىا

اه

ك و

٦٦١عصىا

Subyek : Allah

Obyek : Kaum Yahudi

Tentang : Keingkaran Kaum Yahudi dalam perjanjian Allah dengan tali

manusia.

Surah Al-Syȗra ayat 16

ه ىن في ٱلل ج

حا رن

يهم وٱل

هم وعل عىد زب

تهم داحضت هۥ حج

من بعد ما ٱطخجيب ل ضب

هم غ

ول

دد

اب ش ٦١عر

Subyek : Allah

Obyek : Kaum Yahudi

Tentang : Pembantahan Kaum Yahudi terhadap para sahabat Rasulullah.

Surah Al-Fâtihah

ٱل

ط ير صس

يهم غ

عمت عل

وضىبرن أ

غ ين ٱل

لا ٱلض

يهم ول

١عل

Subyek : Allah

Obyek : Kaum Yahudi

Tentang : Kecelaan dan kecercaan perbuatan Kaum Yahudi.

2. Kaum Munafik غضب

ىما ق

ىا

ىل

رن ج

ى ٱل

س ئل

م ج

لضب۞أ

رب غ

ك

ى ٱل

حلفىن عل منهم و

م ول

ىك ا هم م يهم م

ه عل

ٱلل

مىن عل ٦١وهم

Page 97: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

7

Subyek : Allah

Obyek : Kaum Munafik

Tentang : Membantu Kaum Yahudi untuk menghancurkan Islam. Wanita Bani Isra‟il غضب .3

Surah : Al-Maidah ayat 60

ه وعىه ٱلل

ه من ل

عىد ٱلل

ىبت

لك مث

ن ذ س م

م بش

ئك ب

هل هل أ

ضبق

غ

قسدة

يه وجعل منهم ٱل

عل

بيل ء ٱلظضل عن طىا

ا وأ

اه

ك س م

ئك ش

ول

أ

ىث

غ

ىاشس وعبد ٱلط

خ

١٠وٱل

Subyek : Allah

Obyek : Wanita Bani Isra‟il

Tentang : kemurtadan Wanita Bani Isra‟il.

4. Harun dan Bani Isra‟il , غضب بانغض Surah Al-A‟raf ayat 150

ىمهۦ ى ق

ئل

ى ا زجع مىس نول

ضب

ى غ

ق

ل وأ

م

ك مس زب

خم أ

عجل

فخمىوي من بعدي أ

لظما خ

ال بئ

طفا ق

أ

ق ادوا

ىم ٱطخضعفىوي وك

ق

م ئن ٱل

ال ٱبن أ

يه ق

هۥ ئل جس خيه

ض أ

بسأ

ر

خ

ىاح وأ

ل ٱل

ل

ني ف

ىه

خل

مت بي ٱل

ش

لمين ح

ىم ٱلظ

ق

ني مع ٱل

جعل

ج

ء ول

٦٥٠عدا

Subyek : Nabi Musa

Obyek : Harun

Tentang : Pengingkaran janji Harun dengan Nabi Musa.

Surah Tâ Hâ ayat 86

ىمهۦ ى ق

ئل

ى سجع مىس نف

ضب

عهد غ

م ٱل

يك

ال عل

ط

ف أ

م وعدا حظىا

ك م زب

عدك م

لىم أ

ق ال

ق

طفا

أ

م يك

حل عل ن

م أ زدج

م أ

أ ضب

ىعدي غ فخم م

لخ

أم ف

ك ب

ن ز ٦١م

Subyek : Nabi Musa

Obyek : Kaum Bani Isra‟il

Tentang : Penyimpangan Kaum Bani Isra‟il terhadap ajaran Nabi Musa.

5. Istri غضب Surah Al-Nȗr ayat 9

دقين ان من ٱلص

ئن ك

يها

ه عل

ضب ٱلل

ن غ

أ

مظت

خ

٣وٱل

Subyek : Allah

Obyek : Istri

Tentang : Tuduhan Zina terhadap Istri.

6. Nabi Yunus بامغاض Surah Al-Anbiyâ ayat 87

هب ىن ئذ ذ ا ٱلى

ضباوذ

ىك مغ

هت طبح

أ

ه ئل

ئل

ن ل

ت أ م

لىادي في ٱلظ

يه ف

قدز عل ن ه

ن ل

ن أ

ظ

ف

لمين ىت من ٱلظ

ي ك

٦١ئو

Subyek : Allah

Page 98: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

8

Obyek : Kaum Ninawa, Iraq.

Tentang : Keingkaran Kaum Ninawa terhadap ajaran Nabi Yunus.

b. Makna Ghaiẕa

Dari penelusuran ayat-ayat yang ditulis penulis akan ada beberapa subjek, obyek

dalam memahami makna Ghaḏab yaitu sebagai berikut,

Subyek = Kaum Asad dan Gaṯafan, Orang Kafir, Orang Ẕalim, Neraka

Obyek = Nabi Muhammad, Kaum Muslimin, Orang yang berinfak,

Manusia.

Kemudian, penulis akan menguraikan subyek, obyek secara khusus dan

menguraikan keterangan ayat.

1. Kaum Asad dan Gaṯafan يغيظ Surah Al-Hajj ayat 15

يقم ل

ء ث

ما ى ٱلظ

يمدد بظبب ئل

لخسة ف

يا وٱل

ه ه في ٱلد

ىصسه ٱلل ن

ن ل

ن أ

ظ ان

س من ك

يىظ

لع ف

ط

يدهۥ ما هبن ك

ر هل

غي ٦٥

Subyek : Kaum Asad dan Gaṯafan

Obyek : Nabi Muhammad

Tentang : Pertolongan Allah tak sampai kepada Nabi Muhammad

2. Orang Kafir غيظ Surah „Ali Imran ayat 119.

ءىا

ال

م ق

قىك

ا ل

هۦ وئذ

لب ك

كخ

مىىن بٱل

إ

م وج

ك

ىه حب

ىنهم ول حب

ء ج

ول

هخم أ

أ ه

ىا

لا خ

ا وئذ امى

عىا امل من عض

ه م ٱل

يك

ل

ي

غ

دوز ٱل اث ٱلص

بر

ه عليم

ئن ٱلل

م

يظك

بغ

ىا

ل مىج

٦٦٣ق

Subyek : Orang Kafir

Obyek : Kaum Muslimin

Tentang : Kedengkian orang Kafir terhadap kaum Muslimin

3. Orang Ẕalim غيظ

Surah „Ali Imran ayat 134.

ظمين ك

ء وٱل

ا س ء وٱلض

ا س ىفقىن في ٱلظ رن

ٱل

ي

غ

حظىين ٱل

حب ٱل ه

اض وٱلل عافين عن ٱلى

وٱل

٦٩١ Subyek : Orang Ẕalim

Obyek : Orang yang berinfak

Tentang : Kemarahan orang yang berinfak karena terjerumus ke dalam hal

yang diharamkan.

4. Api Neraka غيظ

Surah Al-Mulk ayat 8

ز من مياد ج

ك

ج

ي

غ

رس ٱل

م ه

جك

أ م

ل أ

تها

صه

هم خ

لىج طأ

قي فيها ف

ل أ

ما

ل ٦ك

Subyek : Neraka

Page 99: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

9

Obyek : Manusia

Tentang : Kemarahan Neraka kepada orang pendusta hari kiamat.

Dari penjelasan di atas sudah diuraikan, penulis akan menjelaskan dengan

menggunakan tabel.

Page 100: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

10

Tabel Ayat-Ayat Al-Qur’an kata Ghaḏab dan Ghaiẕa

No Kata

Ghaḏab Surah Teks Subjek Objek Isi /konteks ayat

Al-Mâ′idah غضب .1

ayat 60

ه عى

ه ومن ل

ضبٱلل

غ

قسدة

يه وجعل منهم ٱل

عل

اشس ى

خ

وٱل

Allah

Kaum

Yahudi dan

Wanita

Bani Isra‟il

Allah memurkai Kaum Yahudi dan

menjadikan sifat mereka seperti kera.

Kaum Yahudi telah melanggar aturan

Allah mengenai larangan memancing

ikan pada hari sabtu. Mereka

memancing dan memakan ikan dengan

sembunyi sembunyi, padahal Allah

mengharamkan mereka memancing ikan

dan memakannya, di mana ikan-ikan

bermunculan pada hari sabtu. Di sebuah

desa Ailah dan Tursina, namanya

Madyan.

Adapun murkanya Allah kepada orang

menjadi sifat seperti babi adalah wanita

Bani Isra‟il yang ia menjadi terakhir

merusak Islam, dan akhirnya wanita

tersebut keluar dari Islam dan melarikan

diri. Kemudian perempuan itu kembali

kepada agama Allah , dengan penuh

tangisan penyesalan.

Page 101: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

11

Surah Al-

Mujâdalah

ayat 14

ىا

ىل

رن ج

ى ٱل

س إل

م ج

ل۞أ

ا يهم مه عل

ضب ٱلل

ىما غ

ق

منهم

م ولىك هم م

رب وهم ك

ى ٱل

عل

ىن

حلف و

مىن

عل

Allah

Kaum

Yahudi dan

Kaum

Munafik

Kemurkaan Allah kepada kaum Yahudi

yang telah memperolok-olok Islam, dan

kemurkaan Allah kepada kaum Munafik

dan menjadi penasehat mereka untuk

menghancurkan Islam.

Surah Al-

Mumtahanah

ayat 13

لىا

رن ءامى

ها ٱل ي

أ

ه ضب ٱلل

ىما غ

ق

ىا

ىل

تج

من ئظىا د

يهم ق

عل

از ف

ك

ئع ٱل ما

خسة ك

ٱل

بىز ق

ب ٱل

صح

من أ

Allah Kaum

Yahudi

Kaum Yahudi telah berputus asa dari

pahala Allah di akhirat lantaran

kekafiran mereka dan karena mereka

mendustakan kerasulan Muhammad

Ṣalallahu ‘alaih wa al-salâm, padahal

mereka tahu dia Nabi. Dan mereka

mendustakan kerasulan Isa ‘alaih al-

salâm, dan para Rasul lain berputus asa

untuk mendapatkan pahala dan

kemuliaan dari Allah kepada mereka.

Page 102: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

12

Al-Baqarah غضب .2

ayat 61

ت

ل يهم ٱلر

عل

وضسبت

ب ض

ءو بغ

وبا

ت

ى

ظك

وٱل

ه ن ٱلل م

Allah Kaum

Yahudi

Kemurkaan Allah kepada kaum Yahudi

karena mereka mengingkari ayat-ayat

Allah (durhaka) dan membunuh para

Nabi tanpa ada alasan yang benar

kemudian mereka ditimpakan kepada

mereka yakni kenistaan dan kehinaan,

inilah balasan kekufuran mererka.

Page 103: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

13

Al-Baqarah

ayat 90

ى ب عل

ض

ءو بغ

با

ف

ب

ض

Allah غ

Kaum

Yahudi

Kaum Yahudi kembali murtad—setelah

mereka sebelumnya memohon

kemenangan dan pertolongan dengan

kedatangan Nabi Muhammad, mereka

durhaka dengan Nabi Ṣallahu ‘alaih wa

al-salâm, setelah beliau diutus menjadi

rasul. kedurhakaan mereka disertai rasa

dengki dan iri. Sebagaimana terdahulu

Allah timpakan kepada mereka sebelum

murka-Nya yang kedua lantaran

kekufuran mereka yang sebelumnya

terhadap Isa bin Maryam, atau karena

mereka menyembah sapi, atau karena

dosa mereka yang lainnya terdahulu

yang dengannya berhak untuk mendapat

murka Allah.

Ali „Imrân

ayat 112

ن ما أت

ل يهم ٱلر

عل

ضسبت

ه ن ٱلل بحبل م

إل

ىا

قف

ث

ءو اض وبا

ن ٱلى وحبل م

ه وضسبتن ٱلل ب م

ض

بغ

Allah Kaum

Yahudi

Kaum Yahudi sang pendusta yang

mendustakan Nabi Muhammad, jika

mereka berpegang kepada perjanjian

Allah (dengan membayar jizyah) dan tali

manusia (jaminan keamanan) maka ia

akan mendapat rahmat dari Allah. Tetapi

mereka ingkar dan mendustakan Nabi

SAW, mereka ditimpa kehinaan di mana

pun mereka berada dan ditimpa kehinaan

dalam bentuk kesulitan hidup dan

kefakiran.

Page 104: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

14

ت

ى

ظك

يهم ٱل

عل

Ṯâ Hâ ayat

86

م عهد أ

م ٱل

يك

ال عل

ط

ف

أ

م يك

حل عل ن

م أ

زدج

أ

م ت

ف

لخ

أم ف

ك ب

ن ز م ب ض

غ

ىعدي م

Nabi Musa

„Alaih al-

Salâm

Kaum Bani

Isra‟il

Kemarahan besar Nabi Musa terhadap

kaum Bani Isra‟il yang melanggar janji

dengan-Nya, mereka masih menyembah

patung anak lembu (sapi). Dan

kemarahan besar terhadap saudaranya

Harun yang mengingkari perjanjian

dengan-Nya untuk mengikuti

perintahnya melarang kaumnya

menyembah anak lembu.

Page 105: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

15

Al-Syȗra

ayat 16

ه في ٱلل

ىن ج

حا رن

وٱل

هۥ جيب ل

من بعد ما ٱطت

هم عىد زب ت

تهم داحض حج

اب هم عر

ول ب

ض

يهم غ

وعل

دد

ش

Allah Kaum

Yahudi

Kaum Yahudi mendapat kemurkaan dari

Allah karena mereka membantah

sahabat-sahabat Rasulullah tentang

agama mereka, dan sangat antusias

untuk menghalangi mereka dari beliau,

serta berusaha mengalihkan mereka dari

Islam kepada kekafiran.

Page 106: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

16

Al-Nȗr ayat 9

ه ب ٱلل

ض

ن غ

أ

مظت

خ

وٱل

من ان

إن ك

يها

عل

دقين

ٱلص

Allah Istri

Penjelasan ini dalam surah Al-Nur dari

ayat 6-8 bahwa tuduhan istri benar jika

suaminya melakukan berzina, dan

bersumpah yang keempat kali. Tetapi,

jika ia seorang istri melakukan sumpah

kelima sebagaimana firman Allah di ayat

9, maka dia kena laknat dan murka

Allah.

Al-A‟raf ayat غضبان

150.

ىمهۦ ى ق

إل

ى ا زجع مىس ول

اطف

أ

ن

ضب

غ

Nabi Musa Kaum Bani

Isra‟il.

Penjelasan ini sama dengan surah Ṯâ Hâ

ayat 86. Ketika Nabi Musa marah

kepada kaummnya dan saudaranya

Harun yang masih ingkar janji

dengannya, maka Nabi Musa marah dan

menarik rambutnya, sampai ia

mengatakan, “janganlah aku termasuk

orang yang ẕalim,” dan Musa berdoa

kepada Allah dan akhirnya

kemarahannya pun reda.

Page 107: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

17

Al-Fâtihah مغضوب

ayat 7

عمتورن أ

ٱل

ط صس

يهم ضىب عل

غ ير ٱل

يهم غ

عل

ين

لا ٱلض

ول

Allah Kaum

Yahudi

Kemurkaan Allah atas makhluk yang

dimurkai-Nya adalah dengan

menimpakan azab dan hukuman-Nya,

baik di dunia maupun di akhirat atas

perbuatan mereka yang memberikan

celaan dan cercaan.

Al-Anbiyâ مغاضبا

ayat 87

ضبا هب مغ

ىن إذ ذ

ا ٱلى

وذ

يه دز عل

ق

ن ه

ن ل

ن أ

ظ

ف

ت م لادي في ٱلظ

ى ف

ن ل

أ

ي ك إو

ى

طبح

هت

أ

ه إل

إل

لمين

من ٱلظ

ىت

ك

Nabi

Yunus

Kaum

Ninawa,

Iraq.

Nabi Yunus pergi dari Kaum Ninawa

karena mereka ingkar patuhi ajarannya

dan juga dakwahnya hingga beliau pergi

dari kaumnya dalam keadaaan marah

dan berdoa pada Allah agar azabnya

segera datang kepada kaum Ninawa.

Tetapi azab tersebut tidak jadi datang

karena kaum tersebut sudah bertaubat.

Page 108: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

18

No Kata

Ghaiẕa Surah Teks Subjek Objek Isi /konteks ayat

3.

Al-Hajj ayat يغيظ

15

ن ن ل

ن أ

ظ

ان

من ك

يا ه ه في ٱلد

ىصسه ٱلل

ى يمدد بظبب إل

لخسة ف

وٱل

س يىظ

لع ف

ط

يق

م ل

ء ث

ما ٱلظ

غيظ يدهۥ ما

هبن ك

ر هل

Kaum

Muslimin

Nabi

Muhammad

Kaum muslimin mengira bahwa

pertolongan Allah tidak akan datang dan

wahyu tidak diturunkan kepada Nabi

Muhammad lantaran menganggap

lambat datangnya kehidupan yang

lapang atau rezeki yang luas. Sehingga

mereka sakit hati karena Allah tidak

memberinya rezeki sampai ia

merentangkan tali dan mencekik leher ke

atap Baitullah.

Ali Imrân غيظ

ayat 119

هم ولىن حب

ء ج

ول

م أ

هت

أ ه

ب كت

بٱل

ىن

مى

ؤ

م وج

ك

ىه حب

ىا

ال

م ق

ىك

ق

ا ل

هۦ وإذ

لك

Orang

Kafir

Kaum

Muslimin

Ketika orang kafir berjumpa dengan

kaum Muslimin, mereka mengatakan,

“Kami beriman”, itu hanya membuat-

buat saja, dan hanya takut kehilangan

harta dan darah mereka. Tetapi ketika

sendirian mereka gigit jari jemari

lantaran sakit hati dan dendam terhadap

kaum Muslimin yang begitu kokoh

persatuannya. Dan mereka berkata,

“sekiranya kami memiliki kekuatan

Page 109: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

19

ىا عض

ىا

لا خ

ا وإذ

ءامى

يظ

غ

امل من ٱل

ه م ٱل

يك

عل

م

يظك

بغ

ىا

ل مىج

هخم ق

أه

اث بر

ه عليم

إن ٱلل

دوز ٱلص

maka akan serang mereka kaum

Muslimin.” Sehingga mati lah mereka

orang kafir karena kemarahannya, dan

Allah akan membalas perbuatan mereka

yang lantaran sakit hati dan dendam

terhadap kaum muslimin.

Ali Imrân

ayat 134

ء ا س في ٱلظ

ىن

ىفق رن

ٱل

ظمين

ك

ء وٱل

ا س وٱلض

عن عافين

وٱل

يظ

غ

ٱل

حب ه اض وٱلل

ٱلى

Orang

ẕalim

Orang yang

berinfak

Orang yang berinfak sabar ketika sedang

terẕalimi, mereka menahan amarahnya

dan Allah menyukai mereka yang

menahan amarahnya dan memaafkan

kesalahan kepada orang ẕalim. Mereka

marah dalam satu perkara jika mereka

jatuh ke dalam hal yang diharamkan.

Contohnya seperti Siti „Aisyah pernah

menjadi marah karena tindakan

pembantunya, tetapi beliau dapat

menguasai diri, karena sifat takwa yang

ada padanya.

Page 110: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

20

حظىين

ٱل

Al-Mulk ayat

8

ما

ل ك

يظ

غ

من ٱل

ز مي

اد ج

ك

ج

هم لىج طأ

قي فيها ف

لأ

رس م ه

جك

أ م

ل أ

تها

صه

خ

Neraka Manusia

Hampir-hampir neraka itu terpecah

belah karena marah kepada manusia

yang bermaksiat kepada Allah dan

sebagai bentuk pembalasan-Nya.

Page 111: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

Tabel Ayat-Ayat Al-Qur’an kata Ghaḏab dan Ghaiẕa

No Kata

Ghaḏab Surah Teks Subjek Objek Isi /konteks ayat

Al-Mâ′idah غضب .1

ayat 60

غضب من لعنو ٱللو و ىم ه وجعل من علي خنازير قردة وٱل ٱل

Allah

Kaum

Yahudi dan

Wanita

Bani Isra‟il

Allah memurkai Kaum Yahudi dan

menjadikan sifat mereka seperti kera.

Kaum Yahudi telah melanggar aturan

Allah mengenai larangan memancing

ikan pada hari sabtu. Mereka

memancing dan memakan ikan dengan

sembunyi sembunyi, padahal Allah

mengharamkan mereka memancing ikan

dan memakannya, di mana ikan-ikan

bermunculan pada hari sabtu. Di sebuah

desa Ailah dan Tursina, namanya

Madyan.

Adapun murkanya Allah kepada orang

menjadi sifat seperti babi adalah wanita

Bani Isra‟il yang ia menjadi terakhir

merusak Islam, dan akhirnya wanita

tersebut keluar dari Islam dan melarikan

diri. Kemudian perempuan itu kembali

kepada agama Allah , dengan penuh

tangisan penyesalan.

Page 112: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

Surah Al-

Mujâdalah

ayat 14

ت ر إلى ٱلذين ألم۞ٱللو غضب ما ا قو ت ولوول ىم ما ىم منكم عليلفون على ويح ىم من

لمون يع كذب وىم ٱل

Allah

Kaum

Yahudi dan

Kaum

Munafik

Kemurkaan Allah kepada kaum Yahudi

yang telah memperolok-olok Islam, dan

kemurkaan Allah kepada kaum Munafik

dan menjadi penasehat mereka untuk

menghancurkan Islam.

Surah Al-

Mumtahanah

ayat 13

أي ها ٱلذين ءامنوا ل ي ٱللو غضب ما ا قو ت ت ولو

يئسوا من قد ىم عليخرة كما يئس أ ٱل

ب أص كفار من ٱل ح ق بور ٱل

Allah Kaum

Yahudi

Kaum Yahudi telah berputus asa dari

pahala Allah di akhirat lantaran

kekafiran mereka dan karena mereka

mendustakan kerasulan Muhammad

Ṣalallahu ‘alaih wa al-salâm, padahal

mereka tahu dia Nabi. Dan mereka

mendustakan kerasulan Isa ‘alaih al-

salâm, dan para Rasul lain berputus asa

untuk mendapatkan pahala dan

kemuliaan dari Allah kepada mereka.

Al-Baqarah غضب .2

ayat 61

لة علي وضربت ىم ٱلذءو كنة وبا مس وٱل

ٱللو من بغضب

Allah Kaum

Yahudi

Kemurkaan Allah kepada kaum Yahudi

karena mereka mengingkari ayat-ayat

Allah (durhaka) dan membunuh para

Nabi tanpa ada alasan yang benar

kemudian mereka ditimpakan kepada

mereka yakni kenistaan dan kehinaan,

inilah balasan kekufuran mererka.

Page 113: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

Al-Baqarah

ayat 90

ءو بغضب على ف با Allah غضب

Kaum

Yahudi

Kaum Yahudi kembali murtad—setelah

mereka sebelumnya memohon

kemenangan dan pertolongan dengan

kedatangan Nabi Muhammad, mereka

durhaka dengan Nabi Ṣallahu ‘alaih wa

al-salâm, setelah beliau diutus menjadi

rasul. kedurhakaan mereka disertai rasa

dengki dan iri. Sebagaimana terdahulu

Allah timpakan kepada mereka sebelum

murka-Nya yang kedua lantaran

kekufuran mereka yang sebelumnya

terhadap Isa bin Maryam, atau karena

mereka menyembah sapi, atau karena

dosa mereka yang lainnya terdahulu

yang dengannya berhak untuk mendapat

murka Allah.

Ali „Imrân

ayat 112

لة علي ضربت ىم ٱلذا إل ن ما ثقفو أي

ل ٱللو وحب من ل بحب من ءو بغضب ٱلناس وبا من

ىم علي ٱللو وضربت كنة مس ٱل

Allah Kaum

Yahudi

Kaum Yahudi sang pendusta yang

mendustakan Nabi Muhammad, jika

mereka berpegang kepada perjanjian

Allah (dengan membayar jizyah) dan tali

manusia (jaminan keamanan) maka ia

akan mendapat rahmat dari Allah. Tetapi

mereka ingkar dan mendustakan Nabi

SAW, mereka ditimpa kehinaan di mana

pun mereka berada dan ditimpa kehinaan

dalam bentuk kesulitan hidup dan

kefakiran.

Page 114: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

Ṯâ Hâ ayat

86

د عو كم ٱل أفطال عليأن يحل أردتم أم

من غضب كم علي تم لف فأخ ربكم

عدي مو

Nabi Musa

„Alaih al-

Salâm

Kaum Bani

Isra‟il

Kemarahan besar Nabi Musa terhadap

kaum Bani Isra‟il yang melanggar janji

dengan-Nya, mereka masih menyembah

patung anak lembu (sapi). Dan

kemarahan besar terhadap saudaranya

Harun yang mengingkari perjanjian

dengan-Nya untuk mengikuti

perintahnya melarang kaumnya

menyembah anak lembu.

Al-Syȗra

ayat 16

جون في ٱللو وٱلذين يحاتجيب د ما ٱس بع منداحضة عند حجت هم ۥلو

غضب ىم وعلي ربهم شديد عذاب ولهم

Allah Kaum

Yahudi

Kaum Yahudi mendapat kemurkaan dari

Allah karena mereka membantah

sahabat-sahabat Rasulullah tentang

agama mereka, dan sangat antusias

untuk menghalangi mereka dari beliau,

serta berusaha mengalihkan mereka dari

Islam kepada kekafiran.

Page 115: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

Al-Nȗr ayat 9

مسة أن غضب ٱللو وٱل خ إن كان من ىا علي

دقين ٱلص

Allah Istri

Penjelasan ini dalam surah Al-Nur dari

ayat 6-8 bahwa tuduhan istri benar jika

suaminya melakukan berzina, dan

bersumpah yang keempat kali. Tetapi,

jika ia seorang istri melakukan sumpah

kelima sebagaimana firman Allah di ayat

9, maka dia kena laknat dan murka

Allah.

Al-A‟raf ayat غضبان

150.

إلى ولما رجع موسى Nabi Musa اب ن أسف غض ۦمو قو

Kaum Bani

Isra‟il.

Penjelasan ini sama dengan surah Ṯâ Hâ

ayat 86. Ketika Nabi Musa marah

kepada kaummnya dan saudaranya

Harun yang masih ingkar janji

dengannya, maka Nabi Musa marah dan

menarik rambutnya, sampai ia

mengatakan, “janganlah aku termasuk

orang yang ẕalim,” dan Musa berdoa

kepada Allah dan akhirnya

kemarahannya pun reda.

Al-Fâtihah مغضوب

ayat 7

ط ٱلذين أن ت عم صر ر غي ىم علي

ىم ضوب علي مغ ٱل لين ول ٱلضا

Allah Kaum

Yahudi

Kemurkaan Allah atas makhluk yang

dimurkai-Nya adalah dengan

menimpakan azab dan hukuman-Nya,

baik di dunia maupun di akhirat atas

perbuatan mereka yang memberikan

celaan dan cercaan.

Page 116: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

Al-Anbiyâ مغاضبا

ayat 87

اوذا ٱلنون إذ ذىب مغ ضب ه علي در نق لن أن فظن

ت أن ل يف ف نادى ٱلظلم نك أنت سب إل و إل ح

إني كنت من ٱلظ لمين

Nabi

Yunus

Kaum

Ninawa,

Iraq.

Nabi Yunus pergi dari Kaum Ninawa

karena mereka ingkar patuhi ajarannya

dan juga dakwahnya hingga beliau pergi

dari kaumnya dalam keadaaan marah

dan berdoa pada Allah agar azabnya

segera datang kepada kaum Ninawa.

Tetapi azab tersebut tidak jadi datang

karena kaum tersebut sudah bertaubat.

3.

Al-Hajj ayat يغيظ

15

من كان يظن أن لن ينصره يا ٱللو في ٱلدن

دد يم خرة فل أ وٱلء ثم بسبب إلى ٱلسما

ينظر فل طع يق لما ۥده ىبن كي يذ ىل

يغيظ

Kaum

Muslimin

Nabi

Muhammad

Kaum muslimin mengira bahwa

pertolongan Allah tidak akan datang dan

wahyu tidak diturunkan kepada Nabi

Muhammad lantaran menganggap

lambat datangnya kehidupan yang

lapang atau rezeki yang luas. Sehingga

mereka sakit hati karena Allah tidak

memberinya rezeki sampai ia

merentangkan tali dan mencekik leher ke

atap Baitullah.

Ali Imrân غيظ

ayat 119

ء أول أنتم ه ول يحبونكم تحبون هم

ۦكت ب كلو منون بٱل وتؤا ءامنا قالو وإذا لقوكم

كم علي ا عضوا وإذا خلو ظ غي أنامل من ٱل ٱل

أنتم موتوا قل ه

Orang

Kafir

Kaum

Muslimin

Ketika orang kafir berjumpa dengan

kaum Muslimin, mereka mengatakan,

“Kami beriman”, itu hanya membuat-

buat saja, dan hanya takut kehilangan

harta dan darah mereka. Tetapi ketika

sendirian mereka gigit jari jemari

lantaran sakit hati dan dendam terhadap

kaum Muslimin yang begitu kokoh

persatuannya. Dan mereka berkata,

“sekiranya kami memiliki kekuatan

maka akan serang mereka kaum

Page 117: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

ظكم بغي إن ٱللو بذات ٱلصدور عليم

Muslimin.” Sehingga mati lah mereka

orang kafir karena kemarahannya, dan

Allah akan membalas perbuatan mereka

yang lantaran sakit hati dan dendam

terhadap kaum muslimin.

Ali Imrân

ayat 134

ء ٱلذين ينفقون في ٱلسراظمين ء وٱل وٱلضرا ك

عافين عن ظ وٱل غي ٱلوٱللو يحب ٱلناس

سنين مح ٱل

Orang

ẕalim

Orang yang

berinfak

Orang yang berinfak sabar ketika sedang

terẕalimi, mereka menahan amarahnya

dan Allah menyukai mereka yang

menahan amarahnya dan memaafkan

kesalahan kepada orang ẕalim. Mereka

marah dalam satu perkara jika mereka

jatuh ke dalam hal yang diharamkan.

Contohnya seperti Siti „Aisyah pernah

menjadi marah karena tindakan

pembantunya, tetapi beliau dapat

menguasai diri, karena sifat takwa yang

ada padanya.

Page 118: Studi Qawâ‘id Tafsir Lafaẓ Mutarâdif Ghaḏab dan Ghaiẕa ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42878/1/SUTRIA... · Sehingga dari penelitian ini dapat disimpulkan

Al-Mulk ayat

8

ظ غي تكاد تمي ز من ٱل ج قي فيها فو أل كلما

ألم خزن ت ها سألهم نذير تكم يأ

Neraka Manusia

Hampir-hampir neraka itu terpecah

belah karena marah kepada manusia

yang bermaksiat kepada Allah dan

sebagai bentuk pembalasan-Nya.