10
STUDI PERENCANAAN OPERASI WADUK BUDONG-BUDONG KABUPATEN MAMUJU TENGAH PROVINSI SULAWESI BARAT Nur Ismi Najamuddin 1 , Donny Harisuseno 2 , Pitojo Tri Juwono 2 1) Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya 2) Dosen Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Teknik Pengairan Universitas Brawijaya-Malang, Jawa Timur, Indonesia Jl. MT. Haryono 167 Malang 65145, Indonesia e-mail: [email protected] ABSTRAK Waduk Budong-Budong terletak di Wilayah Sungai Kalukku Karama, Kabupaten Mamuju Tengah, Provinsi Sulawesi Barat diharapkan mampu memenuhi kebutuhan debit untuk penyediaan air irigasi, air baku dan pembangkit listrik tenaga mikro hidro. Untuk itu perlu dilakukan perencanaan pengoperasian waduk agar dapat memenuhi kebutuhan yang direncanakan. Metode yang digunakan dalam studi ini adalah simulasi operasi waduk dengan menggunakan pedoman aturan lepasan berdasarkan tampungan waduk (Rule Curve). Dalam simulasi operasi waduk menggunakan debit inflow dengan empat keandalan debit (26,02%, 50,68%, 75,34%, 97,30%), debit outflow, dan data teknis waduk. Dari perhitungan debit andalan, didapatkan debit rata-rata sebesar 4,411 m 3 /detik. Untuk kebutuhan air irigasi diperoleh debit rata-rata sebesar 0,852 lt/dt/ha atau 4,260 m 3 /detik dan air baku sebesar 0,853 m 3 /detik. Sehingga dari hasil simulasi pola operasi waduk Budong- Budong menghasilkan debit rata-rata sebesar 32,091 m 3 /detik dari berbagai kondisi keandalan (26,02%, 50,68%, 75,34%, 97,30%). Dengan debit lepasan sebesar 32,091 m 3 /detik menghasilkan rata-rata daya sebesar 0,624 MW dan energi listrik sebesar 14,983 MWh. Kata kunci: keandalan debit, simulasi waduk, pola operasi waduk, pedoman operasi ABSTRACT Budong-Budong Reservoir is located in the Kalukku Karama River Region, Central Mamuju District, West Sulawesi Province is expected to be able to meet the demand for water supply for irrigation water supply, raw water and micro hydro power plant. It is therefore necessary to plan the operation of the reservoir in order to meet the planned needs. The method used in this study is to simulate the operation of the reservoir by using the removable rule guideline based on the reservoir reservoir (Rule Curve). In the reservoir operation simulation use inflow discharge with four debit reliability (26,02%, 50,68%, 75,34%, 97,30%), outflow discharge, and technical data of the reservoir. From the calculation of the mainstay debit, obtained average debit of 4,411 m 3 /sec. For irrigation water requirements obtained an average discharge of 0,852 lt/dt/ha or 4,260 m 3 /sec and raw water of 0,853 m 3 /sec. The result of simulation result of Budong-Budong dam operation pattern resulted average debit 32,091 m 3 /sec from various condition of reliability (26,02%, 50,68%, 75,34%, 97,30%). With a discharge discharge of 32,091 m 3 /sec yields an average power of 0,624 MW and an electrical energy of 14,983 MWh. Keywords: discharge reliability, reservoir simulation, reservoir operation, rule curve

STUDI PERENCANAAN OPERASI WADUK BUDONG-BUDONG …pengairan.ub.ac.id/s1/wp-content/uploads/sites/2/2017/01/Studi-Per... · STUDI PERENCANAAN OPERASI WADUK BUDONG-BUDONG KABUPATEN MAMUJU

  • Upload
    phamdat

  • View
    258

  • Download
    4

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: STUDI PERENCANAAN OPERASI WADUK BUDONG-BUDONG …pengairan.ub.ac.id/s1/wp-content/uploads/sites/2/2017/01/Studi-Per... · STUDI PERENCANAAN OPERASI WADUK BUDONG-BUDONG KABUPATEN MAMUJU

STUDI PERENCANAAN OPERASI WADUK BUDONG-BUDONG

KABUPATEN MAMUJU TENGAH PROVINSI SULAWESI BARAT

Nur Ismi Najamuddin1, Donny Harisuseno2, Pitojo Tri Juwono2 1)Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya

2)Dosen Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Teknik Pengairan Universitas Brawijaya-Malang, Jawa Timur, Indonesia

Jl. MT. Haryono 167 Malang 65145, Indonesia

e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Waduk Budong-Budong terletak di Wilayah Sungai Kalukku Karama, Kabupaten Mamuju

Tengah, Provinsi Sulawesi Barat diharapkan mampu memenuhi kebutuhan debit untuk

penyediaan air irigasi, air baku dan pembangkit listrik tenaga mikro hidro. Untuk itu perlu

dilakukan perencanaan pengoperasian waduk agar dapat memenuhi kebutuhan yang

direncanakan.

Metode yang digunakan dalam studi ini adalah simulasi operasi waduk dengan

menggunakan pedoman aturan lepasan berdasarkan tampungan waduk (Rule Curve). Dalam

simulasi operasi waduk menggunakan debit inflow dengan empat keandalan debit (26,02%,

50,68%, 75,34%, 97,30%), debit outflow, dan data teknis waduk.

Dari perhitungan debit andalan, didapatkan debit rata-rata sebesar 4,411 m3/detik. Untuk

kebutuhan air irigasi diperoleh debit rata-rata sebesar 0,852 lt/dt/ha atau 4,260 m3/detik dan

air baku sebesar 0,853 m3/detik. Sehingga dari hasil simulasi pola operasi waduk Budong-

Budong menghasilkan debit rata-rata sebesar 32,091 m3/detik dari berbagai kondisi

keandalan (26,02%, 50,68%, 75,34%, 97,30%). Dengan debit lepasan sebesar 32,091

m3/detik menghasilkan rata-rata daya sebesar 0,624 MW dan energi listrik sebesar 14,983

MWh.

Kata kunci: keandalan debit, simulasi waduk, pola operasi waduk, pedoman operasi

ABSTRACT

Budong-Budong Reservoir is located in the Kalukku Karama River Region, Central Mamuju

District, West Sulawesi Province is expected to be able to meet the demand for water supply

for irrigation water supply, raw water and micro hydro power plant. It is therefore necessary

to plan the operation of the reservoir in order to meet the planned needs.

The method used in this study is to simulate the operation of the reservoir by using the

removable rule guideline based on the reservoir reservoir (Rule Curve). In the reservoir

operation simulation use inflow discharge with four debit reliability (26,02%, 50,68%,

75,34%, 97,30%), outflow discharge, and technical data of the reservoir.

From the calculation of the mainstay debit, obtained average debit of 4,411 m3/sec. For

irrigation water requirements obtained an average discharge of 0,852 lt/dt/ha or 4,260

m3/sec and raw water of 0,853 m3/sec. The result of simulation result of Budong-Budong

dam operation pattern resulted average debit 32,091 m3/sec from various condition of

reliability (26,02%, 50,68%, 75,34%, 97,30%). With a discharge discharge of 32,091 m3/sec

yields an average power of 0,624 MW and an electrical energy of 14,983 MWh.

Keywords: discharge reliability, reservoir simulation, reservoir operation, rule curve

Page 2: STUDI PERENCANAAN OPERASI WADUK BUDONG-BUDONG …pengairan.ub.ac.id/s1/wp-content/uploads/sites/2/2017/01/Studi-Per... · STUDI PERENCANAAN OPERASI WADUK BUDONG-BUDONG KABUPATEN MAMUJU

PENDAHULUAN

Pada kehidupan manusia tentu tidak

dapat dipungkiri pasti memerlukan air

sebagai salah satu sumber daya alam yang

dapat memenuhi kebutuhan pokok. Namun

permasalahan ketersedian air bersih

menjadi suatu masalah klasik yang

dihadapi oleh masyarakat Indonesia pada

akhir-akhir ini, baik itu mengenai kuantitas

maupun masalah kualitas air bersih yang ada

(Wardhana dkk., 2013).

Waduk merupakan tampungan air

buatan untuk menampung air pada musim

hujan dan memanfaatkannya pada musim

kemarau. Pengoperasian waduk merupakan

suatu sistem, dengan sub-sistem

ketersediaan air untuk berbagai kebutuhan

air di hilir dan juga menentukan seberapa

besar manfaat waduk yang akan diperoleh

(Hatmoko, 2015).

Bijak dalam mengoperasikan waduk

bertujuan untuk meminimalisir kekurangan

air yang biasanya terjadi pada musim

kemarau dan kelebihan air pada musim

hujan di suatu daerah (Hong et al 2014).

Selain itu, juga dapat memaksimalkan

manfaat ekonomi kepada masyarakat (Sui et

al 2013).

Pengoperasian suatu waduk dapat

diklasifikasikan dalam dua kelompok yaitu

model simulasi dan optimasi, walaupun

banyak model optimasi meliputi simulasi

(Wurbs, 2005). Kedua praktek tersebut

menjadi pendukung keputusan untuk

mengembangkan peraturan operasi waduk

untuk sistem pengelolaan air waduk tunggal

atau multi guna. Model tersebut bertujuan

untuk mengoptimalkan alokasi air kepada

pengguna dan meminimalkan risiko seperti

kekurangan air, banjir atau dampak

lingkungan. Persamaan yang digunakan

adalah keseimbangan air (Wurbs, 1993).

Kemajuan penelitian tentang

pemodelan/simulasi operasi waduk saat ini

fokus pada pengendalian banjir, pasokan air

ke rumah tangga, dan tenaga air. Sedangkan

penelitian untuk irigasi lebih sedikit karena

agrikultur dianggap lebih fleksibel dari pada

pengelolaan air lainnya (Vicente et al.,

2015).

Lain halnya dengan penelitian pada

lokasi yang direncanakan pengembangan

proyek irigasi dengan intensitas hujan pada

lokasi tersebut berada pada level rendah –

sedang sehingga dibutuhkan waduk sebagai

alternatif penyuplai air saat musim kemarau.

Adapun faktor lain yaitu untuk

meningkatkan perekonomian masyarakat

yang sebagian besar bekerja sebagai petani

sawah (Loucks et al., 2005).

Dalam studi ini akan dibahas tentang

rencana operasi waduk Budong–Budong di

Kabupaten Mamuju tengah. Tujuannya ialah

untuk merencanakan pedoman strategi

pengoperasian waduk yang optimal untuk

mencapai pelayanan utama yaitu irigasi dan

air baku serta memanfaatkan lepasan dari

kedua kebutuhan tersebut untuk

membangkitkan PLTMH.

Operasi waduk Budong-Budong

direncanakan empat alternatif kondisi debit

dengan keandalan 26,02% (debit air tahun

cukup), keandalan 50,68% (debit air tahun

normal), keandalan 75,34% (debit air tahun

rendah), dan keandalan 97,30% (debit air

tahun kering).

Dengan adanya perencanaan operasi

waduk ini diharapkan dapat meningkatkan

perekonomian, mengurangi permasalahan

kekurangan dan kelebihan air di daerah

Kabupaten Mamuju Tengah.

METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi Studi

Daerah studi terletak di Kabupaten

Mamuju Tengah Provinsi Sulawesi Barat.

Berada pada Daerah Aliran Sungai (DAS)

Budong-Budong yang merupakan bagian

dari Wilayah Sungai Kalukku Karama. Luas

DAS Budong-Budong 136,76 km2 dengan

panjang sungai utamanya ±131,45 km.

Sungai Budong-Budong terletak di antara

7o13’ sampai 8o00’ Lintang Selatan dan

110o00’ sampai 110o 27’ Bujur Timur.

Page 3: STUDI PERENCANAAN OPERASI WADUK BUDONG-BUDONG …pengairan.ub.ac.id/s1/wp-content/uploads/sites/2/2017/01/Studi-Per... · STUDI PERENCANAAN OPERASI WADUK BUDONG-BUDONG KABUPATEN MAMUJU

Gambar 1. Peta Lokasi Studi

Data Pendukung Studi

Dalam studi ini diperlukan data-data

untuk analisa dan perhitungan. Adapun data

yang diperlukan meliputi:

1. Data curah hujan 20 tahun (1987–2006)

2. Data klimatologi tahun 2014

3. Data penduduk 5 tahun (2011–2015)

4. Data pola tata tanam yang meliputi jenis

tanaman, intensitas tanam dan periode

tanam

5. Data teknis waduk yang mendukung

analisa perencanaan operasi waduk antara

lain elevasi muka air normal, elevasi

minimum operasional waduk, elevasi tail

water level waduk, volume tampungan

efektif, dan volume tampungan mati.

Tahap Penyelesaian Studi

1. Menghitung debit aliran sungai

Pada studi ini dilakukan perhitungan

debit sungai disebabkan karena di daerah

studi tidak terdapat debit pengukuran

AWLR.

2. Analisa kebutuhan air di hilir

Kebutuhan yang dilayani oleh waduk

Budong – Budong ialah irigasi, air baku,

dan PLTMH.

3. Analisa debit andalan

Metode yang digunakan untuk analisa

debit andalan ialah karakteristik aliran

dengan empat kondisi keandalan debit

yaitu debit air tahun cukup 26,02%, debit

air tahun normal 50,68%, debit air tahun

rendah 75,35%, debit air tahun kering

97,30%.

4. Simulasi pola operasi waduk berdasarkan

tampungan waduk tiap keandalan debit

sesuai dengan hukum kontinuitas waduk

yang memberi hubungan antara masukan,

keluaran, dan perubahan tampungan.

5. Pedoman lepasan operasi waduk

Budong–Budong untuk tiap kondisi

keandalan debit (debit air tahun cukup

26,02%, debit air tahun normal 50,68%,

debit air tahun rendah 75,35%, debit air

tahun kering 97,30%).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Debit Aliran Sungai Metode FJ. Mock

Data yang digunakan dalam perhitungan

debit aliran sungai metode FJ. Mock, yaitu

data hujan 20 tahun (1987–2006),

klimatologi dan karakteristik DAS. Setelah

dilakukan perhitungan, hasil hitung debit FJ.

Mock diuji dengan metode regresi linier

dengan melihat keterkaitan hubungan debit

FJ. Mock dengan data hujan (dapat dilihat

pada gambar 2). Pengujian dengan metode

ini dilakukan karena di lokasi studi tidak

tersedia data debit pengukuran (AWLR).

Lokasi Studi

DAS Budong-Budong

Page 4: STUDI PERENCANAAN OPERASI WADUK BUDONG-BUDONG …pengairan.ub.ac.id/s1/wp-content/uploads/sites/2/2017/01/Studi-Per... · STUDI PERENCANAAN OPERASI WADUK BUDONG-BUDONG KABUPATEN MAMUJU

Gambar 2. Grafik Hubungan Curah Hujan dengan Debit FJ. Mock Tahun 1987–2006

Pada gambar 2 di atas, bisa dilihat grafik

hubungan antara data hujan dengan debit FJ.

Mock selama 20 tahun memiliki pola yang

sama, apabila hujan rendah maka debit

sungai juga rendah seperti pada tahun 1988,

1989, 1996, 1997, 2001 dan juga tahun-

tahun lainnya.

Kebutuhan Air Baku

Untuk menghitung kebutuhan air baku

dalam studi ini berpedoman pada Kriteria

Perencanaan Ditjen Cipta Karya Dina PU

1996. Berdasarkan kriteria untuk kota

sedang dengan proyeksi selama 40 tahun

maka didapatkan kebutuhan air sebagai

berikut.

Tabel 1. Kebutuhan Air Baku Tahun 2054

Jumlah kebutuhan air yang harus

dipenuhi dengan jumlah penduduk hasil

proyeksi 40 tahun kedepan adalah sebesar

0,853 m3/detik.

Kebutuhan Air Irigasi

Analisa kebutuhan air irigasi

berpedoman pada Kriteria Perencanaan

Irigasi (KP – 01). Dalam studi ini, analisa

kebutuhan air irigasi dengan luas lahan

sebesar 5000 ha, pola tata tanam padi – padi

– palawija, awal musim tanam bulan Juli,

dan efisiensi irigasi sebesar 80% diperoleh

rata-rata nilai kebutuhan air irigasi sebesar

0,827 lt/dt/ha.

Analisa Debit Andalan

Debit andalan dihitung dengan empat

kondisi, yaitu: debit air cukup 26,02%

peluang terjadi sebanyak 95 hari dalam

setahun; debit air normal 50,68% peluang

terjadi sebanyak 185 hari dalam setahun;

debit air rendah 75,34% peluang terjadi

sebanyak 275 hari dalam setahun; debit air

kering 97,30% peluang terjadi sebanyak 355

hari dalam setahun. Empat kondisi

keandalan debit tersebut merupakan

alternatif pilihan dalam penyusunan

pedoman operasi waduk Budong-Budong.

Di bawah ini merupakan gambaran hasil dari

keempat kondisi debit andalan.

Tahun

2054

1 Proyeksi Jumlah Penduduk jiwa 247835

2 Cakupan Pelayanan % 90

3 Kebutuhan Air lt/jiwa/hari 120

lt/hari 26766146

lt/detik 309.793

5 Kebutuhan Non Domestik lt/detik 46.469

lt/detik 92.938

m3/detik 0.093

lt/detik 449.200

m3/detik 0.449

lt/detik 539.040

m3/detik 0.539

lt/detik 853.481

m3/detik 0.853

9 Faktor Jam Puncak

6 Kehilangan Air

7 Total Kebutuhan Air Rata-rata

8 Faktor Hari Maksimum

No. Uraian Satuan

4 Kebutuhan Air Baku

Page 5: STUDI PERENCANAAN OPERASI WADUK BUDONG-BUDONG …pengairan.ub.ac.id/s1/wp-content/uploads/sites/2/2017/01/Studi-Per... · STUDI PERENCANAAN OPERASI WADUK BUDONG-BUDONG KABUPATEN MAMUJU

Gambar 3. Grafik Perbandingan Inflow Berdasarkan Empat Kondisi Keandalan Debit

Berdasarkan gambar 3 di atas, bisa

dilihat adanya perbedaan dari tiap keandalan

debit. Misalnya debit air tahun cukup,

menggambarkan keandalan debit inflow

paling besar dibandingkan dengan ketiga

kondisi debit yang lainnya. Meskipun

demikian, prosentase terjadinya debit air

tahun cukup paling rendah yaitu 26,02% (95

hari) dengan arti lain, intensitas hujan yang

terjadi pada tahun tersebut lebih besar

daripada tahun lainnya.

Perhitungan debit andalan berdasarkan

karakteristik aliran adalah:

Debit air tahun cukup keandalan 26,02%

diperoleh debit maksimum sebesar

28,611 m3/detik, debit minimum sebesar

2,377 m3/detik, dan debit rerata sebesar

7,616 m3/detik.

Debit air tahun normal keandalan

50,68% diperoleh debit maksimum

sebesar 21,284 m3/detik, debit minimum

sebesar 0 m3/detik, dan debit rerata

sebesar 5,720 m3/detik.

Debit air tahun rendah keandalan

75,34% diperoleh debit maksimum

sebesar 7,5 m3/detik, debit minimum

sebesar 0,113 m3/detik, dan debit rerata

sebesar 3,197 m3/detik.

Debit air tahun kering keandalan 97,30%

diperoleh debit maksimum sebesar 4,115

m3/detik, debit minimum sebesar 0

m3/detik, dan debit rerata sebesar 11,108

m3/detik.

Produksi Daya PLTMH

Produksi daya PLTMH menggunakan

debit outflow dari irigasi dan air baku untuk

tiap kondisi keandalan debit. Daya PLTMH

dihitung dengan efisiensi PLTMH 80% dan

head loss berdasarkan analisa minor-major

losses sebesar 2,225 m. Daya yang

dihasilkan akan berbeda-beda sesuai dengan

debit lepasan yang dikeluarkan oleh waduk.

Sehingga untuk pola lepasan dengan debit

keandalan tahun cukup akan menghasilkan

daya yang paling maksimal. Sebaliknya

pada pola lepasan debit tahun kering maka

daya yang dihasilkan paling rendah.

Pedoman Lepasan Operasi Waduk

Dalam studi ini, untuk mengoptimalkan

pelayanan kebutuhan di hilir memerlukan

pedoman pengoperasian waduk.

Optimal yang dimaksud adalah

memaksimalkan lepasan untuk kebutuhan di

hilir sesuai dengan inflow dan kondisi

tampungan waduk. Apabila kondisi

tampungan menurun maka prosentase

lepasan sesuai kebutuhan juga ikut menurun

begitupun sebaliknya.

Dalam penerapan pengoperasian waduk

di lapangan hanya melihat dari kondisi

elevasi muka air waduk. Jika elevasi muka

air waduk akhir periode <+49 maka

prosentase lepasan periode berikutnya

adalah 0%. Sedangkan apabila elevasi muka

air waduk akhir periode diantara +67

<HMAW> +65 maka prosentase lepasan

berikutnya adalah 80%.

Page 6: STUDI PERENCANAAN OPERASI WADUK BUDONG-BUDONG …pengairan.ub.ac.id/s1/wp-content/uploads/sites/2/2017/01/Studi-Per... · STUDI PERENCANAAN OPERASI WADUK BUDONG-BUDONG KABUPATEN MAMUJU

Tabel 2. Penerapan Aturan Lepasan Operasi

Waduk Budong – Budong

Simulasi Operasi Waduk

Simulasi operasi waduk bertujuan untuk

mengetahui tingkat keandalan atau

kegagalan suatu yang terjadi berdasarkan

perilaku sistem pengoperasian waduk dalam

memenuhi kebutuhannya. Simulasi pola

operasi waduk tiap kondisi keandalan debit

memiliki perlakuan berbeda-beda seperti

pada pada gambar 4 sampai gambar 7.

Gambar 4. Grafik Elevasi Muka Air Waduk Tahun Cukup

Gambar 5. Grafik Elevasi Muka Air Waduk Tahun Normal

NoBatas Minimum

Tampungan Waduk (%)

Batas Minimum Elevasi

Muka Air Waduk (%)

Lepasan

(%)

1 0 H MAW < +49 10

2 10 +53 < H MAW > +49 20

3 20 +56 < H MAW > +53 30

4 30 +59 < H MAW > +56 40

5 40 +61 < H MAW > +59 50

6 50 +63 < H MAW > +61 60

7 60 +65 < H MAW > +63 70

8 70 +67 < H MAW > +65 80

9 80 +68 < H MAW > +67 90

10 90 +70 < H MAW > +68 100

Page 7: STUDI PERENCANAAN OPERASI WADUK BUDONG-BUDONG …pengairan.ub.ac.id/s1/wp-content/uploads/sites/2/2017/01/Studi-Per... · STUDI PERENCANAAN OPERASI WADUK BUDONG-BUDONG KABUPATEN MAMUJU

Gambar 6. Grafik Elevasi Muka Air Waduk Tahun Rendah

Gambar 7. Grafik Elevasi Muka Air Waduk Tahun Kering

Keterangan:

Gambar 4 sampai gambar 7 merupakan

grafik yang menggambarkan kondisi elevasi

tampungan di waduk sehingga memudahkan

dalam mengontrol muka air di waduk. Hasil

simulasi operasi waduk dari empat

keandalan sebagai berikut.

Aturan Lepasan Tahun Cukup

Elevasi muka air waduk terendah terjadi

pada bulan Agustus periode I dengan

elevasi +68,340 meter.

Aturan Lepasan Tahun Normal

Elevasi muka air waduk terendah terjadi

pada bulan September periode III dengan

elevasi +55,247 meter.

Aturan Lepasan Tahun Rendah

Elevasi muka air waduk terendah terjadi

pada bulan September periode II dengan

elevasi +59,101 meter.

Aturan Lepasan Tahun Kering

Elevasi muka air waduk terendah terjadi

pada bulan Mei periode III dengan

elevasi +63,841 meter.

Hasil keempat simulasi pola operasi

tersebut aman karena masih berada di atas

elevasi minimum operasi yaitu +56,4 meter.

Target kebutuhan yang harus dipenuhi

waduk Budong-Budong adalah irigasi seluas

5000 ha dan air baku dengan jumlah

Elevasi Dasar Waduk

Elevasi Minimum Operasional

Tampungan Efektif / Crest Spillway

Tampungan Banjir

Elevasi Puncak Bendungan

Hub. Elevasi dan Periode

Outflow

Page 8: STUDI PERENCANAAN OPERASI WADUK BUDONG-BUDONG …pengairan.ub.ac.id/s1/wp-content/uploads/sites/2/2017/01/Studi-Per... · STUDI PERENCANAAN OPERASI WADUK BUDONG-BUDONG KABUPATEN MAMUJU

penduduk 247835, namun dengan kondisi

debit inflow yang berbeda, maka dalam

pemenuhannya disesuaikan dengan kondisi

tampungan waduk. Gambar 8 sampai

gambar 11 merupakan grafik pedoman pola

operasi yang menggambarkan hubungan

elevasi dengan prosentase lepasan. Berikut

ini adalah hasil dari keempat pola operasi.

Pola Operasi Debit Tahun Cukup

Rata-rata debit lepasan sebesar 52,098

m3/detik mampu memenuhi kebutuhan

di hilir untuk irigasi seluas 5000 ha dan

air baku dengan jumlah penduduk

sebanyak 247835 jiwa. Dari debit

lepasan tersebut menghasilkan energi

sebesar 26,301 MWh dan daya sebesar

1,096 MW.

Pola Operasi Debit Tahun Normal

Rata-rata debit lepasan sebesar 34,054

m3/detik dapat memenuhi kebutuhan di

hilir untuk irigasi seluas 3915 ha dan air

baku dengan jumlah penduduk sebanyak

89496 jiwa. Dari debit lepasan tersebut

menghasilkan energi sebesar 14,473

MWh dan daya sebesar 0,603 MW.

Pola Operasi Debit Tahun Rendah

Rata-rata debit lepasan sebesar 30,504

m3/detik hanya dapat memenuhi

kebutuhan di hilir untuk irigasi seluas

3390 ha dan air baku dengan jumlah

penduduk sebanyak 110149 jiwa. Dari

debit lepasan tersebut menghasilkan

energi sebesar 13,774 MWh dan daya

sebesar 0,574 MW.

Pola Operasi Debit Tahun Kering

Rata-rata debit lepasan sebesar 11,706

m3/detik hanya dapat memenuhi

kebutuhan di hilir untuk irigasi seluas

2436 ha dan air baku dengan jumlah

penduduk sebanyak 82612 jiwa. Dari

debit lepasan tersebut menghasilkan

energi sebesar 5,384 MWh dan daya

sebesar 0,224 MW.

Penerapan Pedoman Aturan Lepasan

Waduk Budong-Budong

Penyusunan dan pelaksanaan pedoman

operasi perlu berkoordinasi dengan BMKG

yang mengetahui kondisi iklim dengan

tingkat keakuratan yang cukup baik.

Keputusan dari BMKG mengenai ramalan

cuaca satu tahun kedepan sangat menunjang

dalam peyusunan pola pengoperasian

waduk. Apabila BMKG menetapkan bahwa

satu tahun kedepan merupakan kondisi tahun

kering maka untuk pengoperasian waduk

menggunakan pola aturan operasi tahun

kering. Pada saat memasuki awal musim

cukup maka kondisi tampungan diatur

sedemikian rupa hingga elevasi tampungan

setara dengan elevasi minimum operasional

(LWL/MOL) agar pada saat musim cukup

tidak terjadi limpasan. Sedangkan pada akhir

musim cukup–awal musim kering kondisi

tampungan waduk harus berada pada elevasi

tampungan efektif (HWL) agar mampu

memenuhi kebutuhan air di hilir secara.

Apabila dalam keadaan tertentu tidak

sesuai dengan pola yang telah ditetapkan

maka dilakukan evaluasi dan peninjauan

kembali sesuai SOP yang berlaku. Untuk

kondisi elevasi muka air waduk yang tidak

sesuai pola dengan selisih 1 m maka ada

perubahan terhadap lepasan debit. Misalnya

untuk pedoman lepasan tahun kering, pada

bulan Maret periode III dengan Q hilir

sebesar 1,339 m3/detik direncanakan

prosentase lepasan sebesar 90% dengan

elevasi muka air waduk +66,842 m dengan

catatan elevasi muka air bulan Maret periode

II yang riil di lapangan +67,255 m atau

mendekati (bukan di bawah +67 m) elevasi

tersebut maka pola lepasan boleh digunakan

(seperti pada gambar 11). Tetapi apabila

kondisi elevasi muka air waduk berturut-

turut terus mengalami penurunan lebih dari

1 m maka perlu melakukan revisi pola yang

disesuaikan dengan kondisi aktual dalam 10

hari terakhir dan diusulkan kembali ke

TKPSDA pusat. Pengendalian kondisi

elevasi muka air waduk perlu dilakukan agar

tampungan waduk stabil dan tampungan di

waduk tidak kosong. Empat pedoman

operasi Waduk Budong-Budong disajikan

pada gambar 8 sampai gambar 11.

Page 9: STUDI PERENCANAAN OPERASI WADUK BUDONG-BUDONG …pengairan.ub.ac.id/s1/wp-content/uploads/sites/2/2017/01/Studi-Per... · STUDI PERENCANAAN OPERASI WADUK BUDONG-BUDONG KABUPATEN MAMUJU

Gambar 8. Pedoman Aturan Lepasan Tahun Cukup

Gambar 9. Pedoman Aturan Lepasan Tahun Normal

Gambar 10. Pedoman Aturan Lepasan Tahun Rendah

Gambar 11. Pedoman Aturan Lepasan Tahun Kering

Page 10: STUDI PERENCANAAN OPERASI WADUK BUDONG-BUDONG …pengairan.ub.ac.id/s1/wp-content/uploads/sites/2/2017/01/Studi-Per... · STUDI PERENCANAAN OPERASI WADUK BUDONG-BUDONG KABUPATEN MAMUJU

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Berdasarkan perhitungan debit andalan

diperoleh debit maksimum yaitu 28,611

m3/detik yang terjadi pada kondisi debit

tahun cukup sedangkan untuk debit

minimum yaitu 0 m3/detik yang terjadi

pada kondisi debit tahun kering. Debit

andalan yang mendekati kondisi riil di

lapangan diperkirakan sebesar 21,284

m3/detik yaitu debit tahun normal.

2. Besar debit rerata untuk kebutuhan air

irigasi seluas 5000 ha sebesar 0,827

lt/dt/ha atau 4,133 m3/detik dan untuk

kebutuhan air baku sebesar 0,853

m3/detik atau 853,481 lt/detik.

3. Daya maksimum yang dapat dihasilkan

oleh PLTMH terjadi pada kondisi debit

tahun cukup yaitu 1,096 MW dengan

energy sebesar 26,301 MWh. Sedangkan

daya minimum terjadi pada kondisi debit

tahun kering yaitu 0,224 MW dengan

energi sebesar 5,384 MWh.

4. Dari keempat pedoman pola operasi

yang telah dijelaskan, kondisi keandalan

debit tahun cukup mempunyal hasil yang

maksimal karena mampu memenuhi

target kebutuhan di hilir irigasi seluas

5000 ha dan air baku dengan jumlah

penduduk sebanyak 247835 jiwa.

Sedangkan untuk kondisi debit tahun

kering hanya mampu memenuhi

kebutuhan irigasi seluas 2436 ha dan air

baku dengan jumlah penduduk sebanyak

82612 jiwa.

Saran

1. Untuk studi lebih lanjut perlu dilakukan

kajian mengenai debit inflow apabila di

daerah studi tidak terdapat debit

pengukuran.

2. Dalam merencanakan pola operasi

waduk sebaiknya menggunakan data

historis debit inflow ke waduk tahun

sebelumnya dan memasang alat

pengukuran elevasi tampungan di waduk

untuk mengetahui kondisi elevasi tiap

periode.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 1996. Kriteria Perencanaan

Ditjen Cipta Karya Dinas PU. Jakarta:

Kementrian Pekerjaan Umum.

Anonimous. 2013. Standar Perencanaan

Irigasi Kriteria Perencanaan Bagian

Jaringan Irigasi KP-01. Jakarta:

Kementrian Pekerjaan Umum Direktoral

Jenderal Sumber Daya Air.

Asdak, C. 2004. Hidrologi dan Pengelolaan

Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta:

Universitas Gajah Mada Press.

Fakultas Teknik Universitas Brawijaya.

2015. Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis,

dan Disertasi 2015. Malang: Fakultas

Teknik Universitas Brawijaya.

Hadisusanto, N. 2010. Aplikasi Hidrologi.

Malang: Jogja Mediautama.

Harto, S.Br. 2010. Analisis Hidrologi.

Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada

Limantara, L.M. 2010. Hidrologi Praktis.

Bandung: Lubuk Agung.

McMahon, T. A. & Russel, G. M. 1978.

Reservoir Capacity And Yield.

Amsterdam: Elsevier Scientific

Publishing Company.

Patty, O. F. 1995. Bangunan Tenaga Air.

Jakarta: Erlangga.

Priyantoro, D. 1991. Hidraulika Saluran

Tertutup. Malang: FT Universitas

Brawijaya

Soemarto, C.D. 2010. Hidrologi Teknik.

Jakarta: Penerbit Erlangga.

Soewarno. 1995. Hidrologi Aplikasi Metode

Statistik untuk Analisa Data Jilid 1.

Bandung: Nova.

Soewarno. 1995. Hidrologi Aplikasi Metode

Statistik untuk Analisa Data Jilid 2.

Bandung: Nova.

Soetopo, W. 2010. Operasi Waduk Tunggal.

Malang: Citra Malang.

Sosrodarsono, S. 2003. Hidrologi untuk

Pengairan. Jakarta: Pradya Paramita.

Sudjarwadi. 1988. Operasi Waduk.

Yogyakarta: KMTS Universitas Gajah

Mada.

Triatmodjo, B. 2008. Hidrologi Terapan.

Yogyakarta: Beta Offset.