8
STUDI PENGARUH STIMULASI ELEKTRIK (ES) PADA PROSES PERCEPATAN PENYEMBUHAN LUKA KULIT MARMUT (Cavia Cobaya) Fuad Ama 1) , Achmad Arifin 2) , Djoko Legowo 3) Jurusan Teknik Elektro ITS, Surabaya 60111, email: [email protected] Abstrak- Pada studi sebelumnya telah dibandingkan proses penyembuhan luka pada hewan marmut sebagai subyek. Masing- masing subyek dengan satu luka dan dengan luas luka awal yang sama. Subyek dibagi atas dua kelompok. Satu kelompok diberi terapi stimulasi elektrik dan kelompok yang lain tidak. Hasil percobaan menunjukkan bahwa terjadi proses percepatan penyembuhan luka untuk kelompok dengan perlakuan terapi stimulasi elektrik. Pada penelitian ini telah dilakukan eksperimen untuk mengetahui pengaruh stimulasi elektrik pada penyembuhan luka. Enam ekor marmut telah digunakan sebagai subyek. Pada setiap subyek dibuat dua luka kiri dan kanan pada punggung belakang. Luka kanan diberi perlakuan stimulasi elektrik dan luka kiri dibiarkan sembuh alami. Luka kiridigunakan sebagai referensi proses penyembuhan dari masing-masing s ubyek. Eksperimen telah dilakukan pada 6 hewan marmut. Stimulasi elektrik berupa pulsa dengan frekuensi 20 Hz, lebar 200 μsec, amplitudo 30 volt. Pemberian stimulasi elektrik dilakukan dengan durasi 30 menit, satu kali sehari, selama 28 hari. Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan histopatologi menunjukkan percepatan penyembuhan pada luka dengan perlakuan terapi stimulasi elektrik. Percepatan rata-rata total dari perlakuan stimulasi elektrik sebesar 1.5 dari perlakuan tanpa stimulasi elektrik. Percepatan itu terdiri dari: 1.27 percepatan pembentukan lapisan jaringan epitel, 1.27 percepatan pada densitas kolagen, 1.04 percepatan pembentukan pembuluh darah baru dan 3 kali percepatan keteraturan jaringan kolagen. Dari hasil eksperimen dapat disimpulkan bahwa terapi stimulasi elektrik pada luka dapat memberikan percepatan proses penyembuhan luka. Yang perlu dikaji selanjutnya adalah kuantitas pemberian terapi yang memberikan hasil optimal. Kata kunci: penyembuhan luka, stimulasi elektrik (ES). 1. PENDAHULUAN Tubuh mempunyai sistem bioelektrik yang dapat mempengaruhi penyembuhan luka, perbaikan sel yang rusak dan mengubah permeabilitas membran sel. Pada kulit yang mengalami luka, diketahui terdapat arus lemah yang terukur antara kulit dan jaringan yang lebih dalam, yang kemudian disebut dengan current of injury (arus luka). Fakta empirik adanya current of injury pada daerah luka inilah yang menjadi landasan pemikiran untuk menerapkan stimulasi elektrik dalam usaha untuk mempercepat proses penyembuhan luka [3]. Luka didefinisikan suatu kerusakan integritas epithel dari kulit [2] atau definisi yang lain terputusnya kesatuan struktur anatomi normal dari suatu jaringan akibat suatu trauma atau rusaknya sebagian jaringan tubuh [6]. Penyembuhan luka adalah suatu bentuk proses usaha untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi. Pertumbuhan pembuluh darah adalah proses penting awal penyembuhan di tempat luka untuk meningkatkan aliran darah [10]. Fibroblas jaringan ikat fibrous adalah sel yang bertanggung jawab untuk sintesa kolagen [9]. Hasil eksperimen sebelumnya telah menghasilkan penetapan durasi 30 menit dengan amplitudo sekitar (25-30) volt. Pemberian ES sebagai terapi pengobatan tambahan secara konvensional [1]. Dan pemberian stimulasi elektrik dapat

STUDI PENGARUH STIMULASI ELEKTRIK (ES) PADA PROSES

  • Upload
    vutuyen

  • View
    213

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: STUDI PENGARUH STIMULASI ELEKTRIK (ES) PADA PROSES

STUDI PENGARUH STIMULASI ELEKTRIK (ES) PADA PROSES PERCEPATAN PENYEMBUHAN LUKA KULIT

MARMUT (Cavia Cobaya)

Fuad Ama1), Achmad Arifin2), Djoko Legowo3) Jurusan Teknik Elektro ITS, Surabaya 60111, email: [email protected] Abstrak- Pada studi sebelumnya telah dibandingkan proses penyembuhan luka pada hewan marmut sebagai subyek. Masing-masing subyek dengan satu luka dan dengan luas luka awal yang sama. Subyek dibagi atas dua kelompok. Satu kelompok diberi terapi stimulasi elektrik dan kelompok yang lain tidak. Hasil percobaan menunjukkan bahwa terjadi proses percepatan penyembuhan luka untuk kelompok dengan perlakuan terapi stimulasi elektrik. Pada penelitian ini telah dilakukan eksperimen untuk mengetahui pengaruh stimulasi elektrik pada penyembuhan luka. Enam ekor marmut telah digunakan sebagai subyek. Pada setiap subyek dibuat dua luka kiri dan kanan pada punggung belakang. Luka kanan diberi perlakuan stimulasi elektrik dan luka kiri dibiarkan sembuh alami. Luka kiridigunakan sebagai referensi proses penyembuhan dari masing-masing s ubyek. Eksperimen telah dilakukan pada 6 hewan marmut. Stimulasi elektrik berupa pulsa dengan frekuensi 20 Hz, lebar 200 μsec, amplitudo 30 volt. Pemberian stimulasi elektrik dilakukan dengan durasi 30 menit, satu kali sehari, selama 28 hari. Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan histopatologi menunjukkan percepatan penyembuhan pada luka dengan perlakuan terapi stimulasi elektrik. Percepatan rata-rata total dari perlakuan stimulasi elektrik sebesar 1.5 dari perlakuan tanpa stimulasi elektrik. Percepatan itu terdiri dari: 1.27 percepatan pembentukan lapisan jaringan epitel, 1.27 percepatan pada densitas kolagen, 1.04 percepatan pembentukan pembuluh darah baru dan 3 kali percepatan keteraturan jaringan kolagen. Dari hasil eksperimen dapat disimpulkan bahwa terapi stimulasi elektrik pada luka dapat memberikan percepatan proses penyembuhan

luka. Yang perlu dikaji selanjutnya adalah kuantitas pemberian terapi yang memberikan hasil optimal. Kata kunci: penyembuhan luka, stimulasi elektrik (ES).

1. PENDAHULUAN Tubuh mempunyai sistem bioelektrik

yang dapat mempengaruhi penyembuhan luka, perbaikan sel yang rusak dan mengubah permeabilitas membran sel. Pada kulit yang mengalami luka, diketahui terdapat arus lemah yang terukur antara kulit dan jaringan yang lebih dalam, yang kemudian disebut dengan current of injury (arus luka). Fakta empirik adanya current of injury pada daerah luka inilah yang menjadi landasan pemikiran untuk menerapkan stimulasi elektrik dalam usaha untuk mempercepat proses penyembuhan luka [3].

Luka didefinisikan suatu kerusakan integritas epithel dari kulit [2] atau definisi yang lain terputusnya kesatuan struktur anatomi normal dari suatu jaringan akibat suatu trauma atau rusaknya sebagian jaringan tubuh [6].

Penyembuhan luka adalah suatu bentuk proses usaha untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi. Pertumbuhan pembuluh darah adalah proses penting awal penyembuhan di tempat luka untuk meningkatkan aliran darah [10]. Fibroblas jaringan ikat fibrous adalah sel yang bertanggung jawab untuk sintesa kolagen [9].

Hasil eksperimen sebelumnya telah menghasilkan penetapan durasi 30 menit dengan amplitudo sekitar (25-30) volt. Pemberian ES sebagai terapi pengobatan tambahan secara konvensional [1]. Dan pemberian stimulasi elektrik dapat

Page 2: STUDI PENGARUH STIMULASI ELEKTRIK (ES) PADA PROSES

mempengaruhi penyembuhan dengan hasil terapi penyembuhan luka dengan prediksi penyembuhan dua kali lebih cepat dari yang tanpa terapi stimulasi elektrik, dan percobaan ini dilakukan pada hewan coba yang berbeda [7].

Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perbedaan pengaruh stimulasi elektrik (ES) terhadap proses penyembuhan luka pada kulit marmut melalui pemeriksaan histopatologi.

STIMULASI ELEKTRIK

Stimulasi elektrik adalah merupakan transfer energi ke luka dengan penggunaan arus elektrik dan menempatkan elektroda disekitar luka sehingga arus elektrik mengalir melewati luka untuk percepatan penyembuhan luka. Penggunaan stimulasi elektrik ini adalah sebagai pengobatan tambahan untuk penyembuhan luka yang telah dikemukakan beberapa tahun sejak dikenalkan bahwa kulit mempunyai medan elektrik dan kehadiran luka mengganggu medan elektrik ini [4].

Penyusunan elektroda dapat mempengaruhi distribusi medan elektrik pada luka. Pada penelitian klinis stimulasi elektrik untuk proses percepatan penyembuhan luka, dan ada 2 model penyusunan elektroda yang digunakan yaitu model DC+ dan DC+/-. Kedua model ini menghasilkan distribusi medan elektrik yang berbeda dalam jaringan yang distimulasi.

Gambar 1 Model penyusunan elektroda pada

luka [8]

Proses Penyembuhan Luka

Tubuh secara normal akan merespon atas terjadinya cedera dengan serangkaian proses yang disebut dengan respon

peradangan, yang dikarakteristikkan dengan lima tanda utama, yaitu be ngkak (swelling), kemerahan (redness), panas (heat), nyeri (pain) dan kerusakan fungsi (impaired function). Proses penyembuhan luka merupakan proses biologis yang dinamis dengan tujuan akhir pemulihan fungsi dan integritas jaringan serta meliputi berbagai mekanisme yang kompleks yaitu, proses pembekuan darah, proses inflamasi, proliferasi sel, koagulasi, fibroplasia, epitelisasi, kontraksi, pembentukan pembuluh darah baru (angiogenesis), dan rekonstruksi matriks ekstrasel atau repair and remodeling. Interaksi faktor-faktor pertumbuhan dan sel epitel fibroblas dan sel endotel berperan penting dalam proses biologis penyembuhan luka. Penilaian proses penyembuhan luka dapat juga dilakukan dengan pengukuran luas permukaan, kedalaman, volume dan tampilan klinis seperti granulasi dan eksudat luka.

Gambar 2. Penyembuhan luka normal [Robert F, 2004]

Secara garis besar proses penyembuhan luka dibagi tiga fase: fase inflamasi, fase proliferasi dan fase maturasi (fase epithelisasi dan remodelling). Umumnya proses penyembuhan luka normal dibagi dalam tiga tahap ditunjukkan pada Gambar 2. Fase biologis penyembuhan luka[Robert F, 2004]: 1. Fase inflammasi, yaitu tahap peradangan luka, bengkak dan nyeri berwarna merah. Segera setelah timbulnya luka terjadi vasokonstriksi lokal yang menghentikan pendarahan dan darah dalam luka membeku. Setelah 5-10 menit tahap inflammasi akut mulai terjadi kemudian sesudah itu lekosit

Page 3: STUDI PENGARUH STIMULASI ELEKTRIK (ES) PADA PROSES

dalam waktu 2-3 hari jelas terlihat pada luka dan menunjukkan mulai proses penyembuhan. Pada fase inflamasi terjadi respons vaskuler dan seluler yang terjadi akibat luka pada jaringan lunak. Tujuan yang hendak dicapai adalah menghentikan perdarahan dan membersihkan area luka dari benda asing, sel-sel mati dan bakteri untuk mempersiapkan dimulainya proses penyembuhan. Pada awal phase ini, kerusakan pembuluh darah akan menyebabkan keluarnya platelet yang berfungsi dalam proses hemostasis (pembekuan darah). 2. Fase proliferasi, yaitu tahap pertumbuhan sel-sel jaringan di tempat luka. Pada luka ada krusta sebagai hasil serum yang mengering berwarna kuning-hitam. Setelah 2 hari tahap inflammasi, kolagen dikeluarkan dan dimulai proses ikatan dan proses ke arah penggabungan yang kuat antara tepi luka. Dalam waktu 4-6 hari, jaringan granulasi sehat berwarna merah muda membentuk dasar untuk menyokong dan memberi makan epitelium yang meluas. Angiogenesis suatu proses pembentukan pembuluh kapiler baru didalam luka, mempunyai arti penting pada tahap proliferasi proses penyembuhan luka. Pada fase ini fibroplasia dan angiogenesis merupakan proses terintegrasi dan dipengaruhi oleh substansi yang dikeluarkan oleh platelet dan makrofag (growth factors). 3. Fase epithelisasi dan remodeling (Penyudahan), yaitu tahap pertumbuhan jaringan kulit (epitel) dan perbaikan menuju seperti kulit semula. Krusta lepas dan sudah tumbuh jaringan epitel untuk menjadi seperti kulit semula. Kontraksi luka adalah proses penyempitan luka yang disebabkan oleh miofibroblast yang terdapat di seluruh tubuh terutama terpusat di sekitar luka. Pada luka kulit akan sembuh dengan baik dalam waktu 2 sampai 3 minggu, luka fasia abdomen akan rapat dalam waktu 6 minggu tetapi tetap terus berkembang semakin erat selama 6 bulan, tendo atau ligamentum membutuhkan waktu sekurang-kurangnya 3 bulan dan berakhir sampai kurang lebih 12 bulan

2. METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya, dimulai bulan April 2010 hingga Februari 2011. Selanjutnya bisa lihat diagram blok penelitian (gambar 1).

Gambar 3. Diagram Blok Penelitian

1. Subyek Penelitian

Subyek penelitian menggunakan hewan coba marmut jantan sebanyak 24 ekor dengan umur 6-7 bulan dan berat badan berkisar antara 600-650 gram. Terapi menggunakan stimulasi elektrik gelombang kotak, frekuensi 20Hz, dan lebar pulsa 200µs.

2. Alat Stimulasi Elektrik (ES)

Salah satu model karakteristik stimulasi elektrik (ES) yang dikembangkan di Laboratorium Sendai di Jepang adalah sebagai berikut: 1. Berbentuk impuls, dengan lebar pulsa

sebesar 200 µs. 2. Frekuensi sinyal sebesar 20 Hz. 3. Besar arus yang diijinkan maksimum 60

mA. 4. Amplitudo tegangan DC sebesar (0–100)V

bergantung karakteristik subyek. 5. Mode monophasic signal (sinyal tunggal

polaritas).

Page 4: STUDI PENGARUH STIMULASI ELEKTRIK (ES) PADA PROSES

Sinyal stimulasi elektrik (Gambar 2) dapat ditarik kesimpulan sinyal ES berupa sinyal impuls. Dengan melihat karakteristik sinyal ES tersebut dapat didesain sebuah rangkaian elektronika. Rangkaian elektronika ini harus dapat mengeluarkan sinyal bentuk impuls dengan ketentuan yang ada, juga dapat menghasilkan tegangan maksimum 100VDC.

Gambar 2. Model Sinyal ES.

Dua buah elektroda diletakkan 1 cm

di sekitar luka sehingga arus listrik mengalir melalui luka. Mode peletakan elektroda adalah DC+/- ditunjukkan pada Gambar 3. Pada hewan coba untuk setiap perlakuan merupakan penelitian awal yang bertujuan untuk melihat kecenderungan perilaku percepatan proses penyembuhan luka terhadap penggunaan stimulasi elektrik.

Gambar 3. Peletakan elektroda

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Histopatologi Eksperimen Pengujian eksperimen ini hanya menggunakan satu ekor marmut dengan dua luka. Sedangkan dalam eksperimen ini dilakukan pada hewan coba marmut jantan berumur (6-7) bulan dengan bobot (600–650) gr, eksperimen kedua dengan menggunakan 6 ekor marmut untuk melanjutkan eksperimen dengan membandingkan hasil terapi stimulasi elektrik dengan tanpa terapi stimulasi

elektrik. Hewan coba diberi luka jenis luka dalam (full thickness) stadium I II, dengan pemberian durasi konsisten 30 menit on perhari.

Sebelum dilukai rambut pada kulit dibersihkan terlebih dahulu, dan selanjutnya marmut dilakukan operasi oleh dokter hewan untuk dilukai. Operasi dilakukan pada marmut pada bagian punggung belakang kanan dan pada bagian punggung belakang kiri, operasi luka dimulai kulit sampai ke dermis, dengan ukuran luka operasi yaitu: panjang 1cm kali lebar 1cm dan kedalaman 3 mm. Setelah operasi luka selesai maka kita menunggu hewan marmut sampai sadar kembali dari pembiusan operasi. Pada eksperimen kedua ini dosis pemberian stimulasi elektrik dilakukan pada luka marmut dipunggu belakang sebelah kanan diterapi stimulasi elektrik dengan amplitudo tegangan 30 volt dan selama 30 menit/hari sekali selama 28 hari. Setelah hari yang ke 28 dilakukan pengambilan kulit yang sudah mulai mengering dari masing-masing luka kulit perlakuan maupun luka kulit kontrol, untuk pengujian pada 6 hewan coba marmut (M) secara histopatologi, hasil skor rata-rata bisa dilihat pada tabel 1. Nilai proses kesembuhan luka berdasarkan jaringan epitel (EP), densitas jaringan ikat kolagen (DK), dan jaringan pembuluh darah baru atau angiogenesis (AG), maturasi (MT), dan imflamasi (IM).

Tabel 1. Hasil Skoring Penyembuhan Luka Eksperimen

M Skor

Rata2

Skor EP DK AG MT IM M1L 1 4 8 0 11 4.8 M1R 3 7 9 10 11 8.0 M2L 3 6 9 0 11 5.8 M2R 3 7 9 10 11 8.0 M3L 1 4 9 0 11 5.0 M3R 1 6 9 10 0 5.2 M4L 3 6 9 10 11 7.8 M4R 3 7 8 10 11 7.8 M5L 1 6 8 10 11 7.2 M5R 1 7 9 10 11 7.6 M6L 2 4 8 0 11 5.0 M6R 3 4 9 10 11 7.4 Keterangan :

Page 5: STUDI PENGARUH STIMULASI ELEKTRIK (ES) PADA PROSES

M1L: Kelompok tanpa stimulasi elektrik (Kontrol) dari marmut dengan dua luka M1R: Kelompok yang distimulasi elektrik (Perlakuan) dari marmut dengan dua luka M2L: Kelompok tanpa stimulasi elektrik (Kontrol) dari marmut dengan dua luka M2R: Kelompok yang distimulasi elektrik (Perlakuan) dari marmut dengan dua luka M3L: Kelompok tanpa stimulasi elektrik (Kontrol) dari marmut dengan dua luka M3R: Kelompok yang distimulasi elektrik (Perlakuan) dari marmut dengan dua luka M4L : Kelompok tanpa stimulasi elektrik (Kontrol) dari marmut dengan dua luka M4R: Kelompok yang distimulasi (Perlakuan) dari marmut dengan dua luka M5L: Kelompok tanpa stimulasi elektrik (Kontrol) dari marmut dengan dua luka M5R: Kelompok yang distimulasi (Perlakuan) dari marmut dengan dua luka M6L: Kelompok tanpa stimulasi elektrik (Kontrol) dari marmut dengan dua luka M6R: Kelompok yang distimulasi (Perlakuan) dari marmut dengan dua luka

Setelah operasi luka selesai maka kita menunggu hewan marmut sampai sadar kembali dari pembiusan operasi. Pada eksperimen kedua ini dosis pemberian stimulasi elektrik dilakukan pada luka marmut dipunggu belakang sebelah kanan diterapi stimulasi elektrik dengan amplitudo tegangan 30 volt dan selama 30 menit/hari sekali selama 28 hari. Setelah hari yang ke 28 dilakukan pengambilan kulit yang sudah mulai mengering dari masing-masing luka kulit perlakuan maupun luka kulit kontrol, untuk dilakukan pengujian secara histopatologi dan hasilnya skor rata-rata bisa dilihat pada tabel 4.2. Nilai proses kesembuhan luka berdasarkan jaringan epitel, densitas jaringan ikat kolagen (serabut kolagen), dan jaringan pembuluh darah baru, maturasi, dan imflamasi.

Lapisan epidermis merupakan bagian terluar dari kulit yang dibentuk oleh sel-sel keratinosit. Berdasarkan letaknya, lapisan sel-sel keratinosit dibedakan menjadi lapisan

basal (a), spinosum (b), granulosum (c) dan lapisan corneum (d) (Gambar 4.9).

Gambar 4.9. Lapisan epidermis kulit normal.

Lapisan dermis terletak di bawah lapisan epidermis. Lapisan ini merupakan bagian kulit paling tebal yang dibentuk oleh jaringan ikat padat tidak teratur. Jaringan ikat penyusun lapisan dermis terutama didominasi oleh sabut kolagen, selain sabut elastis dan retikuler. P ada lapisan dermis terdapat banyak pembuluh darah (panah) serta adnexa kulit meliputi folikel rambut (fr), kelenjar keringat, kelenjar lemak dan kelenjar mamae (tiga bagian terakhir tidak tampak pada slide ini. (Gambar 4.10).

Gambar 4.10. Lapisan dermis kulit

normal. Sabut- kolagen (panah) pada lapisan dermis nampak berwarnah epsinofilik dengan arah yang tidak teratur (Gambar 4.11).

Page 6: STUDI PENGARUH STIMULASI ELEKTRIK (ES) PADA PROSES

Gambar 4.11 Sabut kolagen penyusun lapisan

dermis. 1. Gambar Mikroskopis Marmut pertama

Proses penyembuhan pada marmut 1 dilakukan pemeriksaan histopatologi pada hari ke 28 dan dari Gambar A dan B masing-masing menunjukkan lapisan epidermis dan dermis pada luka yang tidak distimulasi elektrik dari kelompok (L). Sementara itu, Gambar C dan D masing menunjukkan lapisan epidermis dan dermis pada luka yang mendapat stimulasi elektrik dari kelompok (R). Nampak bahwa proses reepitalisasi dari keduanya berbeda dimana pada kelompok 1R (Gambar C) berjalan baik dengan skor 3, sedangkan kelompok 1L (Gambar A) mempunyai skor 1, namun demikian proses maturisasi jaringan ikat pada lapisan dermis keduanya berbeda, dimana pada ke lompok 1R (Gambar D) jaringan ikat pada lapisan dermisnya didominasi oleh sabut kolagen yang tebal, sedangkan kelompok 1L (Gambar B) disusun oleh sabut elastis yang lebih halus, demikian juga jumlah pembuluh darah baru pada kelompok 1R berjalan baik dengan skor 9, sedangkan kelompok 1L mempunyai jumlah pembuluh darah baru dengan skor 8 (lihat Gambar 4 dan Gambar 5).

Gambar 4. Perbandingan proses penyembuhan pada marmut 1

2.Gambar Mikroskopis Marmut Kedua

Proses penyembuhan pada marmut 2 dilakukan pemeriksaan histopatologi pada hari ke 28 da n perbandingan proses penyembuhan pada perlakuan 2. Gambar E dan F masing-masing menunjukkan lapisan epidermis dan dermis pada luka yang tidak mendapat stimulasi elekterik dari kelompok 2 (2L) . Sementara itu, gambar G dan H masing menunjukkan lapisan epidermis dan dermis pada luka yang mendapat stimulasi elekterik dari kelompok 2 ( 2R). Nampak bahwa proses reepitalisasi dari kedua kelompok tersebut berjalan baik dengan skor sama 3, namun demikian proses maturisasi jaringan ikat pada lapisan dermis keduanya berbeda, dimana pada kelompok 2R (gambar H) jaringan ikat pada lapisan dermisnya didominasi oleh sabut kolagen (panah putih) yang tebal, sedangkan kelompok 2L (gambar F) disusun oleh sa but elastis (panah hitam) yang lebih halus (lihat Gambar 4.14 dan Gambar 4.15).

F

Page 7: STUDI PENGARUH STIMULASI ELEKTRIK (ES) PADA PROSES

Gambar 4.14. Perbandingan proses

penyembuhan pada marmut 2.

Pembahasan Hasil Histopatologi Eksperimen Kedua Dari data dan tabel hasil eksperimen kedua dapat dibuat tabel rekap sebagai beikut;

Tabel 4.7a. Rekap Perhitungan Hasil Data Histopatologi

M Epitelisasi

Densitas Kolagen Angiogenesis

L R L R L R 1 1 3 4 7 8 9 2 3 3 6 7 9 9 3 1 1 4 6 9 9 4 3 3 6 7 9 8 5 1 1 6 7 8 9 6 2 3 4 4 8 9

Rata2 1,83 2,33 5,00 6,33 8,50 8,83 SD 0,98 1,03 1,10 1,21 0,55 0,41 CV 53,6% 44,3% 21,9% 19,1% 6,4% 4,6%

Kesimpulan

Dari penelitian terhadap hewan coba

marmut (cavia cobaya) tentang pengaruh terapi stimulasi elektrik (ES) pada proses penyembuhan luka kulit marmut dapat ditarik kesimpulan rata-rata skor pada hari ke 28 nilai skor rata-rata marmut luka sebelah kanan yang diterapi stimulasi elektrik menunjukkan percepatan penyembuhan lebih besar dari luka sebelah kiri tanpa stimulasi elektrik sebesar 1.2 dengan rincian tiap unsurnya; percepatan pembentukan jumlah lapisan jaringan epitel sebesar 1.27 dari jumlah lapisan epitel pada luka kulit kontrol, percepatan pembentukan jumlah densitas

kolagen sebesar 1.27 dari luka kulit kontrol, percepatan angeogenesis (pembuluh darah baru) sebesar 1.78 dari luka kulit kontrol, percepatan densitas jaringan ikat kolagen, dan keteraturan struktur jaringan ikat kolagen (maturasi) sebesar 3 kali dari luka kulit kontrol.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Aleksandra J, Renata Karba, (1994),

"Low Frequency Pulsed Current and Pressure Ulcer Healing",IEEE transactions on Rehabilitation Engineering, Vol.2 No.4, hal. 225-233.

[2] Brown DL. Wound. In: In: Brown DL, Borschel GH, editors. Michigan Manual of Plastic Surgery. 1st ed. Philadelphia, USA: Lippincott Williams & Wilkins;2004.p.1-9

[3] Carrie Sussman, (1998), Electrical Stimulation for Wound Healing, Wound Care Collaborative Practice Manual for Therapists and Nurses chapter 16, Place Torrance.

[4] Cigna Health Care Coverage Position (2007), Electrical Stimulation for Wound Healing, Coverage Position Number: 0351.

[5] Enoch S, Price P. Cellular, molecular, and biochemical differences in the pathophysiology of healing between acute wounds, chronic wounds and wounds in the aged. World Web Wound (serial online) 2007 (cited April 8, 2007). Available from URL: HYPERLINK http//www.worldwebwound.com

[6] Rahmawati, dkk, “Pengaruh Stimulasi Listrik Terhadap Pembuluh Darah Dan Jaringan Ikat Fibrous Penyembuhan Luka”, Makalah Poltek Malang, 2009.

[7] Renata Karba, at all, “Dc electrical stimulation for chronic wound healing enhancement”, Bioelectrochemistry and Bioenergetics, no. 43, 1997, hal. 265-270.

[8] Robert F. Diegelmann at all, (2004), “Wound healing: an overview of acute, fibrotic and delayed healing”, Frontiers in Bioscience, no. 9, hal. 283-289.

Page 8: STUDI PENGARUH STIMULASI ELEKTRIK (ES) PADA PROSES

[9] Robbins, “Basic Pathology”, Prentice Hall, 2005.