9

Click here to load reader

STUDI PENGARUH PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK … · Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri ... instalasi vital nasional (pendidikan,

  • Upload
    ledung

  • View
    212

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: STUDI PENGARUH PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK … · Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri ... instalasi vital nasional (pendidikan,

1

STUDI PENGARUH PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI (PLTP) 50 MW DI CISOLOK KABUPATEN SUKABUMI TERHADAP TARIF LISTRIK

REGIONAL JAWA BARAT

Kukuh Sujatmiko Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh November

Kampus ITS Gedung B dan C Sukolilo Surabaya 60111

Abstrak : Kemampuan pembangkit energi listrik di Jawa Barat belum cukup untuk memenuhi konsumsi energi di Jawa Barat. Sehingga harus mentransfer energi dari sistem interkoneksi Jamali. Selain itu pembangkit yang ada di Jawa Barat terdapat oleh PLTG dan PLTGU yang daya pembangkitannya sangat tinggi. Sementara kebutuhan energi semakin meningkat dari tahun ke tahun.

Pembangunan pembangkit listrik panas bumi yang sedang digiatkan merupakan solusi kebutuhan energi baru terbarukan (EBT) untuk mengatasi kebutuhan energi di Jawa Barat dan untuk mengurangi ketergantungan terhadap energi tak terbaharukan. Panas bumi merupakan sumber energi yang ramah lingkungan dan berpotensi besar untuk terjaga keseimbangannya. Sumber energi ini juga cenderung tidak dapat habis karena proses pembentukannya yang menerus selama kondisi gas buang sebesar lebih kecil (100 kg/MWh) bila dibandingkan dengan gas alam (500kg/MWh), minyak bumi (670 kg/MWh) dan yang terbesar adalah batubara (960 kg/MWh).

Dengan pembangunan PLTP Cisolok 50 MW diproyeksikan untuk memenuhi kebutuhan beban dengan mempertimbangkan harga jual, dan daya beli masyarakat di Jawa Barat. Selain itu PLTP Cisolok juga ramah lingkungan karena hanya menghasilkan karbon kredit (CDM) yang rendah..

Kata kunci : Energi Listrik, Energi Panas Bumi, PLTP Cisolok,BPP, Biaya Pokok Penyediaan Tenaga Listrik, Tarif Listrik Regional.

I. PENDAHULUAN Kebutuhan akan energi listrik semakin

bertambah dengan bertambahnya pertumbuhan penduduk. Konsumsi energi listrik yang tidak diimbangi dengan penyediaan energi listrik yang memenuhi menyebabkan terjadinya krisis energi listrik. Di Indonesia, di proyeksikan pertumbuhan energi listrik sebesar 9,2% per tahun dengan rasio elektrifitas 64,3% dan rasio desa berlistrik 91,9%. Penggunaan energi primer terbesar untuk pembangkitan energi listrik adalah batubara sebesar 41% kemudian BBM 34%, gas 14%, hidro 8% dan panas bumi 3%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penggunaan energi primer untuk pembangkitan berasal dari energi fosil.

Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam yang melimpah. Salah satunya adalah banyaknya gunung berapi yang berpotensi besar untuk mengahasilkan energi primer panas bumi.

Kebijakan pemanfaatan energi primer setempat untuk pembangkit tenaga listrik dapat terdiri dari fosil (migas) maupun non-fosil (air, panas bumi, biomassa, angin, panas dan cahaya matahari, arus dan gelombang pasang surut laut, dan nuklir). Pemanfaatan energi primer tersebut memprioritaskan pemanfaatan energi terbarukan dengan tetap memperhatikan aspek teknis, ekonomi, dan keselamatan lingkungan hidup.. Sumber–sumber energi tersebut di atas, perlu dioptimalkan berdasarkan kajian pemerintah mengenai ”Skenario Energi Mix Nasional” dalam jangka waktu tertentu (2005-2025), yang tertuang dalam PerPres No. 5/2006 tentang Kebijakan Energi Nasional (KEN) yang mentargetkan peningkatan peran energi panas bumi menjadi 5% pada tahun 2025.

Jawa Barat sebagai propinsi dengan jumlah penduduk terbesar, yang merupakan salah satu pusat kegiatan industri manufaktur dan lokasi instalasi vital nasional (pendidikan, litbang dan hankam) serta berbatasan dengan Ibu Kota Negara merupakan daerah pengkonsumsi energi listrik yang terbesar dengan laju permintaan yang tinggi, dengan komposisi konsumsi menurut sektor: industri, rumah tangga, transportasi dan komersial. Seiring semakin berkembangnya perekonomian dan perencanaan pemerintahan daerah Jawa Barat terkait pembangunan ketersediaan dan kualitas infrastruktur wilayah khususnya rencana pembangunan, pengembangan wilayah, pemukiman, dan industri dan tingkat laju pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi maka diperlukan pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik Baru. Untuk itu pembangunan PLTP Cisolok 50 MW Di Cisolok Cisukarame Jawa Barat Diharapkan mampu menyumbangkan pasokan daya sebesar 50 MW untuk mendukung kebutuhan energi listrik pada rencana pembangunan tersebut, dan memberikan pengaruh terhadap tarif listrik regional Jawa Barat.

Page 2: STUDI PENGARUH PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK … · Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri ... instalasi vital nasional (pendidikan,

2

II. TEORI PENUNJANG

Panas Bumi Panas bumi didefinisikan sebagai panas yang berasal dari dalam bumi. Sedangkan energi panas bumi adalah energi yang ditimbulkan oleh panas tersebut. Panas bumi menghasilkan energi yang bersih (dari polusi) dan berkesinambungan atau dapat diperbarui. Sumberdaya energi panas bumi dapat ditemukan pada air dan batuan panas di dekat permukaan bumi sampai beberapa kilometer di bawah permukaan. Bahkan jauh lebih dalam lagi sampai pada sumber panas yang ekstrim dari batuan yang mencair atau magma. Untuk menangkap panas bumi tersebut harus dilakukan pemboran sumur seperti yang dilakukan pada sumur produksi minyak bumi. Sumur tersebut menangkap air tanah yang terpanaskan, kemudian uap dan air panas dipisahkan. Uap air panas dibersihkan dan dialirkan untuk memutar turbin. Air panas yang telah dipisahkan dimasukkan kembali ke dalam reservoir melalui sumur injeksi yang dapat membantu untuk menimbulkan lagi sumber uap. Listrik tenaga panas bumi adalah listrik yang dihasilkan dari panas bumi. Panas bumi dapat menghasilkan listrik yang reliabel dan hampir tidak mengeluarkan gas rumah kaca. Panas bumi sebagaimana didefinisikan dalam Undang-undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas bumi, adalah sumber energi panas yang terkandung di dalam air panas, uap air dan batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara genetik semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem panas bumi dan untuk pemanfaatannya diperlukan proses penambangan. Panas bumi mengalir secara kontinyu dari dalam bumi menuju ke permukaan yang manifestasinya dapat berupa: gunung berapi, mata air panas, dan geyser.

Energi Panas Bumi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi

menggunakan uap dari sumber panas bumi sebagai sumber energi primernya. Sedangkan energi panas bumi mempunyai beberapa macam jenis, sesuai dengan kondisi geologi daerah tersebut. Energi panas bumi teriri dari 3 macam yaitu

1) Energi Panas Bumi Uap Basah 2) Energi Panas Bumi Air Panas 3) Energi Panas Bumi Batuan Panas

Proses Terjadinya Energi Listrik

Sebagian besar pembangkit listrik menggunakan uap. Uap dipakai untuk memutar turbin yang kemudian mengaktifkan generator untuk menghasilkan listrik. Banyak pembangkit listrik masih menggunakan bahan bakar fosil untuk

mendidihkan air guna menghasilkan uap. Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) pada prinsipnya sama seperti Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), hanya saja pada PLTU, uap dibuat di permukaan menggunakan boiler, sedangkan pada PLTP uap berasal dari reservoir panas bumi. Pembangkit yang digunakan untuk merubah panas bumi menjadi tenaga listrik secara umum mempunyai komponen yang sama dengan power plant lain yang bukan berbasis panas bumi, yaitu terdiri dari generator, turbin sebagai penggerak generator, heat exchanger, chiller, pompa, dan sebagainya. Ada tiga macam teknologi pembangkit listrik tenaga panas bumi yaitu dry steam, flash steam, dan binary cycle.

Model Peramalan Kebutuhan Listrik Dengan Metode DKL 3.01. PT PLN

Model yang digunakan dalam metode DKL 3.01 untuk menyusun perkiraan adalah model sektoral. Perkiraan kebutuhan energi listrik model sektoral yakni dengan umenyusun perkiraan kebutuhan energi listrik pada tingkat wilayah/distribusi. Pendekatan yang digunakan dalam menghitung kebutuhan listrik adalah dengan mengelompokkan pelanggan menjadi empat sektor yaitu :

1. Sektor Rumah Tangga 2. Sektor Bisnis 3. Sektor Publik 4. Sektor Industri.

Biaya Pembangkitan Tenaga Listrik

Biaya pembangkitan total tanpa biaya eksternal merupakan penjumlahan dari biaya modal, biaya bahan bakar, biaya operasional dan perawatan, serta biaya lingkungan.

M&O biaya

bakarbahan biayamodal biaya an pembangkit Biaya ++=

Sedangkan untuk harga jual energi listriknya,

pajakprosen keuntunganprosen transmisibiayaanpembangkit biaya jual Harga

+++=

2.5.1 Biaya modal (capital cost) Biaya modal pertahun adalah biaya investasi pembangunan pembangkit tenaga listrik yang dipengaruhi oleh faktor suku bunga dengan faktor penyusutan

Tom

Psfd)(fs (CC)Cost Capital

⋅+=

2.5.2 Biaya Bahan Bakar (fuel cost) Biaya operasi ini merupakan biaya yang hanya dikeluarkan apabila pusat pembangkit dioperasikan untuk membangkitkan tenaga listrik.

Page 3: STUDI PENGARUH PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK … · Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri ... instalasi vital nasional (pendidikan,

3

Biaya operasi ini merupakan biaya pembelian uap panas bumi dan minyak pelumas 2.5.3 Biaya operasional dan pemeliharaan Biaya ini harus tetap dikeluarkan meskipun peralatan-peralatan di pusat pembangkit tidak sedang beroperasi. Biaya O & M ini merupakan biaya untuk perawatan pusat pembangkit, dan juga biaya tenaga kerja yang mengoperasikan dan merawat pusat pembangkit.

Beban Puncak Beban puncak merupakan salah satu ukuran besarnya konsumsi energi listrik, sehingga dengan diketahui besar beban puncak, maka akan dapat diperhitungkan produksi atau kapasitas terpasang yang harus tersedia. Perkiraan beban puncak ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

BPt = t

t

xLFEPT

8760

Dimana : BPt = Beban puncak pada tahun t EPTt = Energi produksi pada tahun t LFt = Faktor beban pada tahun t

Ekonomi Investasi Pembangkit Sebelum suatu proyek dilaksanakan perlu

dilakukan analisa dari investasi tersebut sehingga akan diketahui kelayakan suatu proyek dilihat dari sisi ekonomi investasi. Ada beberapa metode penilaian proyek investasi, yaitu : A. Net Pressent Value (NPV) Jika nilai NPV positif maka investasi layak dilaksankan dan jika nilai NPV negatif investasi tidak layak dilaksanakan.

III. KONDISI SISTEM KETANAGALISTRIKAN DI JAWA BARAT

Dalam 5 tahun terakhir, yaitu pada tahun 2003-2008 permintaan tenaga listrik di Propinsi Jawa Barat tumbuh sebesar 39.9 %, sedangkan permintaan energi di Indonesia tumbuh sebesar 42,65 %. Data distribusi listrik di Jawa Barat Tabel 3.1

Tabel 3.1

Jumlah Pelanggan, dan Listrik Terjual di Propinsi Jawa Barat Tahun 2000-2008

Tahun

Pelanggan

Listrik Terjual ( Gwh )

2000 5.685.301 22.069,50 2001 5.980.715 23.614,21 2002 5.713.827 20.025,35 2003 5.933.955 19.966,20 2004 6.143.001 21.786,75

Tahun

Pelanggan

Listrik Terjual ( Gwh )

2005 6.403.417 23.368,34 2006 6.674.872 25.064,74 2007 7.051.034 26.552,64 2008 7.423.439 27.941,85

Sumber : Statistik PLN Fluktuasi demand yang tinggi ini karena

peran permintaan tenaga listrik sektor industri dan bisnis, diikuti sektor rumah tangga dan sosial di Propinsi Jawa Barat sudah sangat dominan, dan di setiap tahunnya selalu mengalami jumlah peningkatan yang signifikan di setiap sektornya, begitu pula di daerah-daerah lainnya di Indonesia. 3.1 Pasokan Tenaga Listrik Propinsi Jawa Barat sampai saat ini mempunyai pembangkit listrik dengan total kapasitas 4.337,05 MW. Rata-rata pembangkit yang sudah ada sudah beroperasi sejak 1996. Dengan lamanya umur pembangkit yang telah beroperasi, maka energi netto yang dihasilkan pembangkit tidak sesuai dengan kapasitasnya, atau mengalami penurunan efesiensi. Pada tabel 3.3 diperlihatkan macam pembangkit dan kapasitasnya pada sistem pembangkitan di Jawa Barat.

Tabel 3.3

Unit Pembangkit di lingkungan Sektor Pembangkitan Jawa Barat

Sumber :distamben Propinsi Jawa Barat 3.2 Konsumsi Energi Listrik Kelompok

Konsumen Konsumsi energi listrik di Propinsi Jawa Barat

menunjukkan pemakaian yang terus meningkat tiap tahunnya. Hal ini disebabkan jumlah penduduk yang cenderung meningkat setiap tahunnya, semakin berkembangnya sektor industri dan semakin meningkatnya kemajuan daerah di propinsi Jawa Barat. Sektor industri merupakan

Page 4: STUDI PENGARUH PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK … · Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri ... instalasi vital nasional (pendidikan,

4

sektor yang paling banyak membutuhkan energi diikuti dengan sektor komersil (bisnis), penerangan jalan, gedung pemerintah.

Hal ini terjadi karena di Jawa Barat merupakan sentral wilayah yang terdapat sektor industri, dan bisnis terbesar, yang merupakan wilayah perkembangan peradaban yang maju, dan berbatasan dengan Ibu Kota Negara, yang merupakan pusat perekonomian nasional. Untuk data konsumsi energi listrik kelompok konsumen di Jawa Barat dan di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 3.2

Tabel 3.2 Konsumsi Energi Listrik Kelompok Konsumen

GWh

Sumber : Statistik PLN 3.3 Permintaan Energi Listrik di Jawa Barat

Permintaan energi listrik di Jawa Barat dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Khususnya pada saat beban puncak terjadi peningkatan permintaan konsumsi listrik yang signifikan. Antara pukul 16.30-24.00 permintaan energi listrik meningkat yang terkadang melebihi kapasitas pembangkit, sehingga status cadangan operasi tekadang mengalami defisit Pada saat beban puncak terjadi di bulan November 2009 pada pukul 19.30 dengan permintaan energi listrik sebesar 5.387 MW. Dengan daya mampu netto yang ada di Jawa Barat Sebesar 3.469 MW, maka sistem mengalami divisit sebesar 1.918 MW sementra ini devisit energi ini diatasi dengan transfer dari Propinsi lain yang terinterkoneksi pada sistem Jawa-Madura-Bali. Daya mampu dan beban puncak Propinsi Jawa Barat disajikan pada Tabel 3.4

Tabel 3.4 Beban Puncak Propinsi Jawa Barat

Tahun Daya Mampu (MW)

Beban Puncak (MW)

2001 3.469,64 4810,74 2002 3.469,64 4840,15 2003 3.469,64 4869,56 2004 3.469,64 4899,15 2005 3.469,64 4928,92 2006 3.469,64 4958,87 2007 3.469,64 4989,00 2008 3.469,64 5019.31

Sumber : Statistik PLN

Gambar 3.1 Kondisi sistem, 18 November 2009

IV. ANALISA PEMBANGUNAN PLTP

CISOLOK 50 MW

4.1 Potensi Panas Bumi Cisokok Cisukarame kabupaten Sukabumi Jawa Barat PLTP Cisolok 50 MW terletak di Jawa Barat,

wilayah administratif Kabupaten Sukabumi sebelah Utara dengan Kab. Bogor, sebelah Selatan dgn samudera Indonesia, sebelah Barat dgn Kab. Lebak, disebelah timur dengan Kab. Cianjur, Rencana pengembangan panas bumi di Jawa Barat sebagai optimalisasi pemanfaatan dan pengembangan potensi panas bumi serta Mendukung percepatan peningkatan kapasitas pembangkit listrik dalam program percepatan pembangunan pembangkit tahap ke-2, salah satunya adalah di Cisolok Cisukarame Jawa Barat yang berkapasitas 50 MW. Posisi Cisolok Cisukarame dapat dilihat pada Gambar 4.1

URAIAN CISOLOK CISUKARAME Lokasi Dekat Kawasan Wisata Pelabuhan

Ratu Proyeksi Pasokan Listrik

Mendukung Pengembangan Jawa Barat Selatan

Manifestasi Permukaan

Mata Air Panas, Geyser, Solfatar, Alterasi Hidrothermal, Suhu 81 - 98º C

Potensi Hipotetik 50 MW Terduga 133 MWPrediksi Potensi Listrik

Cisilok 3 x 5 MW, Cisukarame 2 x 15 MW

Sistem Panas Bumi Aktivitas Tektonik dan intrusi andesitis pada sedimen marin

Gambar 4.1 Posisi dan Potensi Cisolok

Cisukarame,Kabupaten Sukabumi Jawa Barat

Page 5: STUDI PENGARUH PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK … · Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri ... instalasi vital nasional (pendidikan,

5

Provinsi Jawa Barat memiliki potensi panas

bumi terbesar sekitar 6.101 MWe dari total Indonesia (27.791 MWe). Kontribusi energi panas bumi Jawa Barat terhadap nasional 2006 adalah yang terbesar, yaitu 775 MW dari total 857 MW (90,43%). Diperlukannya eksplorasi panas bumi lebih lanjut, sehingga potensi panas bumi yang ada di Jawa Barat dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit PLTP, untuk mencapai rasio elektrifikasi sesuai harapan dan target sehingga dapat mengurangi dan menghilangkan terjadinya difisit energi listrik dan meningkatkan perekonomian di Jawa Barat. Lokasi kegiatan lapangan bidang panas bumi di Jawa Barat dapat dilihat pada Gambar 4.2

Gambar 4.2 Lokasi kegiatan lapangan bidang panas bumi di Jawa Barat

Sumber panas bumi di Cisolok Cisukarame

adalah sumber uap panas, sehingga cocok apabila digunakan jenis teknologi binary cycle sebagai pambangkitan energi listrik. Pada sistem binary cycle, air panas bumi digunakan untuk memanaskan apa yang disebut dengan working fluid pada heat exchanger. Working fluid kemudian menjadi panas dan menghasilkan uap berupa flash. Uap yang dihasilkan di heat exchanger tadi lalu dialirkan untuk memutar turbin dan selanjutnya menggerakkan generator untuk menghasilkan sumber daya listrik. Uap panas yang dihasilkan di heat exchanger inilah yang disebut sebagai secondary (binary) fluid. Binary Cycle Power Plants ini sebetulnya merupakan sistem tertutup. Jadi tidak ada yang dilepas ke atmosfer.

4.2 Peramalan dengan Metode DKL 3.01

Tabel 4.3 Proyeksi Konsumsi Energi Listrik per Kelompok

Pelanggan (GWh) Jawa Barat

4.3 Neraca Daya Sistem Kelistrikan Jawa Barat Dengan dibangunnya PLTP Cisolok 50 MW pada tahun 2014 maka akan didapatkan neraca daya Propinsi Jawa Barat seperti pada Tabel 4.4. Pada tahun 2014 PLTP Cisolok 50 MW beroperasi dan menambah pasokan daya 50 MW. Namun tetap saja akan mengalami defisit energi, Defisit energi di Propinsi Jawa Barat dapat diatasi dengan transfer dari Propinsi lain yang sudah terinterkoneksi melalui sistem jaringan Interkoneksi Jamali, dan PLTP Cisolok mampu memberikan tambahan daya energi listrik sebesar 50 MW yang akan dikonsumsi oleh masyarakat Jawa Barat

Tabel 4.4 Proyeksi Neraca Daya (MW) di Jawa Barat

4.4 Analisa Ekonomi

4.4.1. Analisa Biaya Pembangkitan PLTP

Untuk Guna menentukan biaya pembangkit di Cisolok ini ada beberapa parameter yang harus diperhitungkan. Parameter-parameter tersebut adalah biaya modal, biaya operasi dan maintenance (O&M) dan Biaya bahan bakar (Fuel cost) Biaya pembangkitan total didapat dengan persamaan

Page 6: STUDI PENGARUH PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK … · Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri ... instalasi vital nasional (pendidikan,

6

BP = CC + FC + O&M Cost

Sehingga biaya pembangkitan / KWh pada PLTP Cisolok dengan suku bunga 12%, 9%, 6% dan adalah :

Tabel 4.6

Biaya pembangkitan pada PLTP Cisolok

4.4.2 Analisa Daya Beli Masyarakat

Masyarakat Jawa Barat pada tahun 2008 rata-rata mengkonsumsi listrik sebesar 5%-10%, sedangkan rata-rata anggota keluarga adalah 4 orang, dengan pengeluaran riil perkapita penduduk Jawa Barat (pada Tabel 4.7), jika diasumsikan setiap penduduk propinsi Jawa Barat mengeluarkan dana sebesar 10% untuk membayar listrik, maka dari pengeluaran riil untuk membayar listrik dibutuhkan (pada Tabel 4.7) setiap bulannya, sehingga kemampuan daya beli masyarakat Jawa Barat berdasarkan perhitungan adalah sebesar (pada Tabel 4.7) per bulan, maka dapat diketahui rata-rata pemakaian dayanya sebesar 1300 VA

Tabel 4.7

Pengeluaran Riil Perkapita dan Pengeluaran Biaya Listrik Masyarakat Jawa Barat

Sehingga dapat menghitung daya beli

masyarakat Propinsi Jawa Barat adalah sebagai berikut:

W

PDaya

1040

8,01300)(

=

×=

Maka kita dapat mengetahui jumlah Kwh/bulan dengan cara: Kwh/Bulan = 1,04x 30 x 24 x0,8 = 599.04 KWh/ bulan Bila tarif untuk biaya beban tarif tegangan 1300 VA = Rp 30.100,- Blok I 30 kwh, yaitu pemakaian 0-30 KWh Blok II 60 kwh, pemakaian 30-60 KWh Blok III > 60 kwh, pemakaian di atas 60 KWh Dengan Tarif Dasar Listrik pada sektor rumah tangga sebesar Rp 554,17,-

Maka: Daya beli = (599.04 x Rp 554,17/KWh) + 30.100 = Rp 362.069,99,-

Perbandingan antara daya beli Listrik dengan pendapan perkapita yang digunakan untuk keperluan listrik =

KWhbeliDaya 94,76717,554362.070,00

501740=×=

Dengan harga pembangkitan total pada suku bunga 6% sebesar Rp.795/kwh, sehingga menunjukkan bahwa harga jual listrik PLTP Cisolok masih di atas daya beli masyarakat pada pengeluaran sebesar 767,94/kwh. Agar masyarakat sebagai konsumen mampu membeli energi tersebut maka diadakan subsidi oleh pemerintah. Karena energi listrik merupakan tolak ukur bagi perkembangan dan kemajuan teknologi suatu daerah maka subsidi pembangunan pembangkit ini termasuk prasarana. 4.4.3 Analisa Nilai Sekarang (Net Present

Value) Metode NPV merupakan metode yang dipakai

untuk menilai usulan proyek investasi yang mempertimbangkan nilai waktu dari uang (time value of money) sehingga arus kas yang dipakai adalah arus kas yang telah di discount atas dasar biaya modal perusahaan. Dengan usia pembangkit 25 tahun, faktor bunga sebesar 12%, 9% dan 6%, serta harga jual listrik/KWh, maka net present value dapat dihitung.

Tabel 4.8

Analisa NPV

Karena pada tahun ke-25 dengan subsidi 50% pada suku bunga 12%, 9% dan 6 % NPV belum positif maka pada subsidi 85% pada tahun ke-22 pada suku bunga 9% dan 6% NPV sudah positif atau kembali modal maka proyek ini layak 4.4.4 Analisa Perhitungan Harga Pokok

Penyediaan setelah pembangunan PLTP • BPP Tenaga Listrik Sebelum Pembangunan

PLTP Cisolok 50 MW dan Masih Mendapatkan Subsidi Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1985 adalah sebesar Rp. 640,46,-

Tahun ke-

NPV

Subsidi 85%

Suku bunga 12%

Suku bunga 9%

Suku bunga 6%

22 -242.1 4.573092 360.7658

Page 7: STUDI PENGARUH PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK … · Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri ... instalasi vital nasional (pendidikan,

7

• BPP Tenaga Listrik setelah dibangunnya PLTP Cisolok 50 MW jika dianggap isolated dan tanpa subsidi adalah Rp 760,52,-

• Sehingga di dapatkan harga BPP baru Isolated dan tanpa subsidi setelah PLTP Cisolok dibangun adalah Rp. 760,52,- x 0,8 = Rp.608,41,- turun 5 % dari BPP awal.

4.5 Analisa Perhitungan Harga Jual per

Kelompok Konsumen Setelah PLTP Cisolok Beroperasi Biaya Pokok Penyediaan (BPP) Tenaga Listrik

Sebelum Pembangunan PLTP Cisolok 50 MW dan Masih Mendapatkan Subsidi Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1985 untuk wilayah Jawa Barat adalah sebesar Rp. 640,46,-, sedangkan Biaya Pokok Penyediaan (BPP) Tenaga Listrik Setelah Pembangunan PLTP Cisolok 50 MW dan dianggap terisolasi dan tanpa subsidi dari pemerintah Berdasarkan UU No. 30 Th. 2009 dengan harga jual yang baru adalah sebesar Rp. 608,41,- Penentuan harga jual daerah Jawa Barat dapat di tentukan dengan rumus :

BPPbaruTotal

PersektorpersektorpersektorHJ ×=

Dari rumus di atas maka pengaruh harga jual

listrik per kelompok konsumen saat beroperasinya PLTP Cisolok 50 MW dengan BPP baru di Propinsi Jawa Barat dapat Di lihat pada Tabel 4.9

Tabel 4.9

Harga Jual Listrik Baru di Jawa Barat setelah PLTP Cisolok Beroperasi Tanpa Subsidi

(Rp./kWh)

Melihat dari Tabel 4.9 harga jual listrik persektor Propinsi Jawa Barat yang dianggap terisolasi dan tanpa subsidi masih lebih tinggi dari daya beli masyarakat Jawa Barat. Hal ini dapat diatasi dengan terhubungkannya Propinsi Jawa Barat dalam sistem interkoneksi Jawa-Madura-Bali, sehingga mengurangi jam kerja dari PLTG dan PLTGU yang memiliki biaya operasi yang paling mahal yaitu sebesar Rp. 1.278,45,- dan Rp. 3.298,03,- di Jawa Barat, serta merealisasikan program pemerintah Tahap II sebesar 12.000 MW dengan kapasitas total 11.144 MW sebanyak 19 % adalah PLTP dalam menghadapi krisis energi listrik, berdasarkan kajian pemerintah mengenai ”Skenario Energi Mix Nasional” dalam

jangka waktu tertentu (2005-2025), yang tertuang dalam Kebijakan Energi Nasional (KEN). Dimana potensi panas bumi di Jawa Barat sangat besar sehingga dengan penambahan PLTP di Jawa Barat yang biaya operasinya hanya sebesar Rp. 746,61,- maka akan menurunkan BPP Pembangkitan Jawa Barat, sehingga harga jual listrik tercapai oleh daya beli masyarakat. 4.6. Analisa Lingkungan Prakiraan dampak penting dalam pembangunan PLTP Cisolok ini, Upaya pemantauan lingkungan untuk kegiatan Pembangunan PLTP ini prakiraan dampak yang terjadi akan ditinjau dalam 4 (empat) tahapan: 1. Tahap Persiapan 2. Tahap Konstruksi 3. Tahap Operasional

4. Tahap Pasca Operasi Pada tahap operasi ini pula PLTP Cisolok

mempunyai dampak lingkungan yang sekarang menjadi pusat perhatian dunia, yaitu mengenai pemanasan global (global warming) yang diakibatkan dari gas CO2. Panas bumi termasuk energi terbarukan yang bersih lingkungan, akan tetapi PLTP juga masih menghasilkan CO2. Apabila dibandingkan dengan pembangkit listrik dengan tenaga fossil, maka PLTP mempunyai produksi CO2 yang lebih kecil daripada pembangkit yang lainnya. Dengan ratifikasi “kyoto protocol” menunjukkan komitmen negara maju tekait global warming untuk insentif atau carbon credit terhadap pembangunan (clean development mecahnism) berdasarkan seberapa besar pengurangan CO2 dibandingkan dengan base line yang telah ditetapkan.

Gambar 4.3 Grafik Emisi Gas dari Bermacam-

macam Pembangkit Dari gambar grafik 4.3 untuk pembangkit dengan bahan bakar panas bumi memiliki emisi yang paling rendah yaitu 100kg/KWh. Jika Pembangunan PLTP Cisolok 50 MW tidak menghasilkan karbon kredit maka mendapat uang sebesar 4,5 cent./KWh. Karena PLTP memiliki 100

Page 8: STUDI PENGARUH PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK … · Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri ... instalasi vital nasional (pendidikan,

8

kg/KWh dengan batas rata-rata 728 kg/KWh maka CDM yang di dapat adalah sebagai berikut:

cent

centCDM

88,3

5,4728

100728

=

×−

=

Jadi PLTP akan mendapat 3,88 cent/kWh atau Rp.388/kWh. Kredit karbon atau disebut Clean Development Mechanism (CDM) mungkin tidak berlaku jika pembangunan PLTP Cisolok 50 MW bisa beroperasi pada tahun 2014, karena prosedur tetap dari “Kyoto Protocol” hanya berlaku sampai pada tahun 2013 dan masih menunggu konfrensi selanjutnya apakah diperpanjang atau tidak.

V. KESIMPULAN 1. Pada tahun 2008 Pertumbuhan energi listrik

Jawa Barat sebesar 5,2% per tahun dan Ratio Elektrifikasi 65,37 % dan beban puncak di Propinsi Jawa Barat pada tahun 2006 dan sebelumnya rata-rata mengalami difisit energi, selain itu berdasarkan peramalan untuk tahun-tahun mendatang juga mengalami difisit emergi, maka perlu segera di bangun pemmbangkit baru karena semakin bertambahnya konsumsi energi Propinsi Jawa Barat

2. Harga jual (BPP) dari energi listrik di Propinsi Jawa Barat yang diasumsikan isolated dan tanpa subsidi dari pemerintah setelah di bangunnya PLTP Cisolok adalah Rp 608,41,- harga ini turun sebesar 5 % dari BPP Propinsi Jawa Barat sebelum pembangunan PLTP Cisolok yang mencapai Rp. 640,46,- Daya beli masyarakat sebesar Rp 767,94 sehingga jika di asumsikan kenaikan sebesar 10% maka pada tahun 2010 daya beli masyarakat diperkirakan mencapai Rp 844,73,-. Harga ini bisa diturunkan jika PLTG dan PLTGU di Jawa Barat di ganti dengan pembangkit baru yaitu PLTP, atau dengan interkoneksi dengan propinsi lain yang harga pembangkitannya rendah yaitu Interkoneksi Jamali, sehingga di dapatkan BPP baru yang terjangkau oleh daya beli masyarakat. Sedangkan waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan modal investasi setelah subsidi 85 % dari pemerintah tergantung dari patokan bunga bank yang di pakai untuk bunga 12% belum mencapai nilai positif pada tahun ke 25, yang digunakan adalah pada bunga 9% pada tahun ke-22 dan bunga 6% pada tahun ke-13.

3. Pengaruh pembangunan PLTP Cisolok 50 MW terhadap perkembangan IPM adalah dengan dibangunnya PLTP diharapkan mampu mendongkrak perekonomian wilayah

Sukabumi dan Jawa Barat sehingga setelah dibangunnya PLTP IPM Propinsi Jawa Barat akan semakin meningkat dengan seiringnya reduksi sortfall. Jika reduksi sortfall tinggi maka untuk pencapaian IPM tinggi akan lebih cepat.

4. Dengan biaya investasi 150 juta dolar wilayah jawa barat belum mampu untuk melakukan pembangunan pembangkit. Untuk itu perlu adanya subsidi dari pemerintah. Dari hasil perhitungan yang dilakukan subsidi yang diberikan adalah 85%. Subsidi di berikan sedemikian besar karena biaya pembangkitan yang masih terlalu tinggi dari daya beli masyarakat Jawa Barat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Direktorat Jenderal Geologi Dan Sumber Daya Mineral, 2004, Berita DJGSM : Pengembangan Energi Panas Bumi, Tanggal 7 Januari 2004, Jakarta

2. Djiteng Marsudi Ir, 2005, “Pembangkitan Energi Listrik”, Erlangga, Jakarta.

3. Djoko Santoso Ir, 2006, “Pembangkitan Tenaga Listrik”, Diktat Kuliah, Teknik Elektro ITS, Surabaya

4. Ferianto Raharjo, 2007, “Ekonomi Teknik Analisis Pengambilan Keputusan”, ANDI, Yogyakarta.

5. Herman, Danny Z., 2003, Makalah : Studi Sistem Panas Bumi Aktif Dalam Rangka Penyiapan Konservasi Energi Panas Bumi, Yogyakarta.

6. Menko Kesra dan TKPK, 2006, Buku Panduan Kongres Nasional Pembangunan Manusia Indonesia, Jakarta

7. Purnomo Yusgiantoro, 2000, “Ekonomi Energi Teori dan Praktek”. LP3ES, Jakarta.

8. Syariffuddin, Mahmudsyah, 2008, “Energi Panas Bumi”, Surabaya.

9. Wahyuningsih, R. 2005, “Potensi dan Wilayah Kerja Pertambangan Panas Bumi di Indonesia”, Kolokium Hasil Lapangan Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Jakarta

10. http:// www.bappedajabar/jabar dalam angka 2007.html

11. http://www.pln-pabar.com/sektorpemb/jabar.html 12. http://www.esdm.go.id/renew.html 13. http://www.djlpe.go.id/keputusan menteri energi

dansumber daya mineral/no:55k/30/mem/2003.html 14. http://202.106.220.3/statistik/tahunan.asp? 15. http://www.pertamina.com/index.php?option=com_

content&task=view&id=3015&Itemid=341 16. http:// www.pemdajabar.com 17. http:// hdks.pln-jawa-bali.co.id 18. http://www.gatra.com/2007-03-22/versi_cetak.php 19. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30

Tahun 2009 20. http://www.distamben-jabar.go.id 21. http:// bps-jabar.com 22. Statistik PLN 2007 Jakarta 23. Statistik PLN 2008 Jakarta

Page 9: STUDI PENGARUH PEMBANGUNAN PEMBANGKIT LISTRIK … · Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri ... instalasi vital nasional (pendidikan,

9

Kukuh Sujatmiko, lahir di

Nganjuk, Jawa Timur pada tanggal 24 Oktober 1985. Setelah lulus dari SMU 1 Nganjuk, melanjutkan studi di D3 Universitas Jember dan lulus pada tahun 2006. Setelah lulus D3, Pada Tahun 2007 melanjutkan studi ke jenjang strata 1 (S1) melalui program lintas jalur di Jurusan Teknik Elektro – ITS, Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga.