Upload
tranbao
View
244
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
STUDI KOMPARATIF MODEL BIMBINGAN ROHANI
DALAM MEMOTIVASI KESEMBUHAN PASIEN
DI RUMAH SAKIT ISLAM SUNAN KUDUS DAN
RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU KUDUS
TAHUN 2008
SKRIPSI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam
NURUL AENI 1104037
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2008
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya
sendiri dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk
memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi di lembaga
pendidikan lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan maupun
yang belum atau tidak diterbitkan, sumbernya dijelaskan di dalam tulisan dan
daftar pustaka.
Semarang, 16 Januari 2009
(Nurul Aeni) NIM: 1104037
MOTTO
“ Engkau tidak akan menjadi seorang alim hingga
engkau menjadi orang yang belajar. Dan engkau
tidak dianggap alim tentang suatu ilmu, sampai
engkau mengamalkannya ” ( Nasehat dari Abu Darda’ radhiyallahu ’anhu)
Persembahan
Skripsi ini kupersembahkan untuk yang aku
sayangi dan cintai :
Ibu, Bapak , Kakak-Kakakku,
Saudara kembarku, dan adeku
KATA PENGANTAR
Sesungguhnya, segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hanya
kepadaNya kami memuji, memohon pertolongan dan meminta ampunan. Kami
meminta pertolongan kepada Allah Ta’ala dari kejahatan diri kita dan keburukan
amal perbuatan kita. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah Ta’ala, tak
seorangpun yang dapat menyesatkannya. Dan barang siapa yang disesatkan oleh
Allah Ta’ala, tak seorangpun yang dapat memberinya petunjuk.
Tujuan disusunnya skripsi ini guna melengkapi dan memenuhi salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana strata satu (S.1) Fakultas Dakwah Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang.
Judul skripsi yang penulis pilih adalah “Studi Komparatif Model Bimbingan
Rohani dalam Memotivasi Kesembuhan Pasien di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus
dan Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus”. Penulis menyadari bahwa dalam
menyelesaikan skripsi ini mendapatkan bimbingan, bantuan, dan pertolongan dari
banyak pihak, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof.Dr.H.Abdul Jamil, M.A, selaku Rektor Institut Agama Islam Negeri
Walisongo Semarang.
2. Drs.H.M. Zain Yusuf, M.M, selaku Dekan Fakultas Dakwah Institut Agama Islam
Negeri Walisongo Semarang.
3. Komarudin, M.Ag, dan Safrudin, M.Ag, selaku Ketua dan Sekretaris Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam.
4. Baidi Bukhori, S.Ag, M.Si, selaku Wali Studi.
5. Prof.Dr.H. Ismawati, M.Ag, selaku dosen pembimbing I, dan Yuli Nurkhasanah,
S.Ag, M.Hum, selaku dosen pembimbing II.
6. Siti Fatimah, S.Ag, dan Drs. Muhammad Khadiq selaku staff kerohanian Rumah
Sakit Islam Sunan Kudus.
7. Enly Defen Pe’a, S. Si Teol selaku Staff kerohanian dan seluruh petugas
kerohanian Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus.
8. Ibu, Bapak, Kakak-Kakakku (Eko Purwanti, S.Ag dan Agung Widodo serta Dwi
Anggreani), Saudara Kembarku (Nurul Khasanah), dan adeku (Anis).
9. Teman-teman sepaket (BPI A-B) yang mewarnai hari-hariku.
10. Ibu kos (Dra. Maslachah), Triana Dewi Pramono, dan Khoirunnisa’, dan penghuni
kos lainnya.
11. Saudara-Saudariku KAMMI komisariat IAIN Walisongo Semarang.
12. Mo2n dan Sobat terima kasih atas pengorbanannya.
13. Yayasan An-Nashihah Kudus yang mengenalkan penulis pada hakikat kebenaran.
14. Semua pihak yang telah membantu dan tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis hanya bisa berdoa, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala membalas amal
baik dari pihak-pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian sripsi ini.
Selanjutnya, penulis menyadari bahwa sripksi ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan, serta masih jauh dari kesempuraan. Maka dari itu, saran, kritik,dan
masukan dari berbagai pihak sangat penulis harapkan.
Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi
siapa saja yang membacanya.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................... ii
PENGESAHAN PENGUJI.................................................................... iii
PERNYATAAN .................................................................................... iv
MOTTO ................................................................................................. v
PERSEMBAHAN.................................................................................. vi
KATA PENGANTAR ........................................................................... vii
ABTRAKSI…………………………………………………………... viii
DAFTAR ISI.......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................... x
BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .......................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ................................................... 6
1.3. Tujuan dan manfaat Penelitian................................... 7
1.4. Tinjauan Pustaka ....................................................... 7
1.5. Kerangka Teoritik ..................................................... 9
1.6. Metode Penelitian ..................................................... 13
1.7. Sistematika Penulisan Skripsi .................................... 19
BAB II : MODEL BIMBINGAN ROHANI, MOTIVASI, DAN KESEMBUHAN
PASIEN
2.1. Model Bimbingan Rohani ......................................... 22
2.1.1. Gambaran umum tentang model bimbingan rohani di rumah
sakit……………………………….…… .....22
2.1.2. Pengertian bimbingan rohani ........................... 24
2.1.3. Tujuan dan fungsi bimbingan rohani................ 26
2.1.4. Model-model bimbingan rohani ...................... 28
2.1.5. Konsep model bimbingan rohani ..................... 29
2.2. Motivasi ................................................................... 45
2.2.1. Pengertian motivasi ......................................... 45
2.2.2. Fungsi motivasi ............................................... 46
2.2.3. Teori motivasi .................................................. 47
2.3. Kesembuhan Pasien .................................................. 49
2.3.1. Pengertian kesembuhan pasien ..................... 49
2.3.2. Faktor yang mempengaruhi kesembuhan ...... 50
BAB III : MODEL BIMBINGAN ROHANI DALAM MEMOTIVASI
KESEMBUHAN PASIEN DI RUMAH SAKIT ISLAM SUNAN
KUDUS DAN RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU KUDUS
3.1. Gambaran umum dan pelaksanaan model bimbingan
rohani Rumah Sakit Islam Sunan Kudus .................. 55
3.1.1. Tinjauan umum Rumah Sakit Islam Sunan Kudus 55
3.1.2. Sistem pelayanan Rumah Sakit Islam Sunan Kudus 61
3.1.3. Proses pelaksanaan bimbingan rohani terhadap pasien
di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus ................ 70
3.1.4. Respon pasien terhadap pelaksanaan model bimbingan
rohani di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus…… 75
3.2. Gambaran umum dan pelaksanaan model bimbingan
rohani Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus ………… 81
3.2.1 Tinjauan umum Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus 81
3.2.2 Sistem pelayanan bimbingan rohani Rumah sakit Mardi
Rahayu Kudus………………………………… 85
3.2.3 Proses pelaksanaan bimbingan rohani terhadap pasien di
Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus…………... 92
3.2.4 Respon pasien terhadap pelaksanaan model bimbingan rohani
di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus… 93
BAB IV : ANALISIS MODEL BIMBINGAN ROHANI RUMAH SAKIT ISLAM
SUNAN KUDUS DAN RUMAH SAKIT MARDI
RAHAYU KUDUS
4.1. Analisis pelaksanaan model bimbingan rohani dalam
motivasi kesembuhan pasien Rumah Sakit Islam Sunan
Kudus ......................................................................... 99
4.2. Analisis pelaksanaan model bimbingan rohani dalam memotivasi
kesembuhan pasien rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus
..............................................................................107
4.3. Persamaan dan perbedaan model bimbingan rohani RSI Sunan
Kudus dan Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus ........ 112
4.4. Kelemahan dan kekurangan model bimbingan rohani RSI Sunan
Kudus dan Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus …… 115
BAB V : PENUTUP
5.1. Kesimpulan ..................................................................... 119
5.2. Saran-saran ...................................................................... 121
5.3. Penutup………………………………………………… 121
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT PENDIDIKAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada dasarnya manusia tersusun dari dua unsur yaitu jasmani dan
rohani. Jasmani adalah bentuk fisik atau lahiriah manusia yang disebut dengan
raga. Sedangkan rohani adalah hakekat dan substansi manusia yang sering
disebut jiwa atau roh (Sholeh dan Musbikin, 2005:33). Kedua-duanya harus
sehat, karena apabila manusia sedang sakit akan sangat berpengaruh pada
kehidupannya, selain dia merasakan sakit juga membuat manusia tidak
produktif lagi dan merasa kurang percaya diri. Orang sakit dengan kondisi
seperti itu sangat memerlukan bantuan yang tidak hanya bantuan fisik saja
tetapi juga bantuan non fisik yang berupa bantuan spiritual atau bimbingan
keagamaan.
Agama sebagai pedoman hidup bagi manusia telah memberikan
petunjuk (hudan) tentang berbagai aspek kehidupan, termasuk pembinaan atau
pengembangan mental (rohani) yang sehat (Yusuf dan Nurihsan, 2005: 137).
Dalam pandangan Islam bukan semata memberikan panduan bagaimana
secara fisik mengupayakan kesehatan jasmaninya melainkan kesehatan rohani
juga, yang di dalam Islam sudah terdapat ajaran dan praktek-praktek praktis
yang dapat membina jasmani dan rohani menjadi sehat. Sehat dalam
pandangan Islam adalah keserasian antara aspek tubuh, aspek jiwa, aspek
perasaan dan aspek akal pikiran. Dengan kata lain Islam tidak mengabaikan
2
segi kejiwaan dalam mengobati dan menyembuhkan manusia untuk menjadi
sehat lahir dan batin.
Perhatian ilmuwan dibidang kedokteran umumnya dan kedokteran
jiwa (psikiatri) khususnya terhadap agama semakin besar. Tindakan
kedokteran tidak selamanya berhasil, seorang ilmuwan kedokteran berkata:
“Dokter yang mengobati, tetapi Tuhan yang menyembuhkan” (Hawari, 1996:
13). Tidak hanya di dalam Islam, dalam Kristen juga mengakui kondisi
jasmani dipengaruhi oleh kondisi rohani.
Dalam Roma 6: 12-13 berbunyi:
“Sebab itu hendaklah dosa jangan berkuasa lagi di dalam tubuhmu yang fana, supaya kamu jangan lagi menuruti keingginannya. Dan janganlah kamu menyerahkan anggota-anggota tubuhmu kepada dosa untuk dipakai sebagai senjata kelaliman, tetapi serahkanlah dirimu kepada Allah sebagai orang-orang yang dahulu mati, tetapi sekarang hidup. Dan serahkan anggota-anggota tubuhmu kepada Allah untuk menjadi senjata-senjata kebenaran”(Lembaga Alkitab Indonesia, 1991: 470). Sebagaimana yang penulis uraikan dimuka bahwa manusia terdiri dari
dua unsur yaitu jasmani dan rohani. Dari keduanya inilah menunjukkan bahwa
manusia tidak hanya memerlukan penanganan secara fisik saja, tetapi
diperlukan pula dari sisi rohani, dan keduanya harus berjalan secara integral
dan sinergis. Manakala manusia sakit, baik secara fisik (seperti: kanker,
terserang infeksi pernafasan, jantung, darah tinggi, dan lain-lain) maupun
secara rohani (seperti: cemas, gelisah, stres, depresi, dan lain-lain) tentu ia
akan berupaya untuk menanggulanginya serta berusaha untuk mengobatinya.
Rumah sakit merupakan salah satu alternatifnya, di rumah sakit ia akan
mendapat perawatan serta pengobatan dari para perawat dan para dokter.
3
Dadang Hawari (1996:18) menyebutkan bahwa dalam hal kemampuan
penderitaan dan penyembuhan, ternyata mereka yang religius lebih mampu
mengatasi dan proses penyembuhan penyakit lebih cepat. Untuk
menumbuhkan sikap kereligiusan pasien maka diperlukan adanya bimbingan
rohani bagi pasien di rumah sakit.
Terapi bisa dilakukan melalui berdoa yang menimbulkan kekuatan
jiwa. Collins (1989:4) menyatakan bahwa Tuhan Allah mengatur setiap bagian
hidup kita, mendengar doa anak-anak-Nya, menyelamatkan yang percaya dan
menolong mereka untuk mengatasi segala persoalan hidupnya. Ada banyak
bagian dalam perjanjian baru yang menyinggung ajaran untuk saling
menasehati, membangun, menghibur mereka yang tawar hati, membela
mereka yang lemah dan sabar terhadap semua orang. Jadi setiap orang Kristen
mempunyai tugas untuk menolong orang lain, yang dalam bahasa Yunani,
dipakai kata paraklenis, yang artinya “datang untuk menolong”; arti lebih
luas, ialah memberi penghibur, mendukung, memberi semangat dan
menasehati, dan semuanya itu terdapat dalam konseling dan bimbingan
(Collins; 1989, 11).
Bimbingan keagamaan bertujuan untuk memecahkan problem
perseorangan dengan melalui peningkatan keimanan menurut agamanya
(Arifin, 1994:19). Apabila pasien seorang muslim atau beragama Islam maka
mendapat bimbingan dari Islam yang tugasnya sebagai juru pengingat
(muzakkir) sebagai juru penghibur (mubassyer) hati duka. Sebagaimana
firman Allah surat Al Imron ayat 159 yang menyatakan:
4
ك ن حول ضوا م ب لانف يظ القل ا غل ت فظ و آن م ول ت له ه لن ن الل ة م فبما رحم
ه إن ى الل ل عل فاعف عنهم واستغفر لهم وشاورهم في الأمر فإذا عزمت فتوآ
نالله يحب المتوآلي
Artinya: Maka karena rahmat Allah, engkau (Muhammad) dapat bertindak lemah lembut kepada mereka (kaum kafir) dan jika engkau berlaku kasar dan keras hati maka mereka akan melarikan diri dari padamu, maka maafkanlah mereka dan mintakan ampun atas dosa-dosa mereka. Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu, kemudian apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertakwalah kepada Allah, sungguh Allah mencintai orang yang bertawakkal (Departemen Agama RI, 2006:71). Ayat ini menunjukkan betapa tepatnya seorang rohaniawan membantu
orang lain khususnya pasien untuk mendapatkan jalan pemecahan problema-
problema hidup yang dialami. Dengan hati-hati dan tutur kata yang lemah
lembut serta penuh kasih sayang pasien akan memperoleh daya rohaniah yang
sejuk dan tentram dari padanya.
Sebaliknya pasien yang memeluk agama kristen mendapatkan
bimbingan dari para pendeta atau pastor, yang bertugas memberikan
pelayanan kepada mereka yang membutuhkan petunjuk dan bantuan nasihat
keagamaan, sebagaimana disebutkan di dalam Amsal, 14:31, mat 10: 42.
“Bahwa menolong orang lain, mengurangi penderitaan mereka adalah pekerjaan yang mulia, dan sering kali merupakan langkah yang penting dalam penginjilan”. Seorang pastur dalam keterangan di atas harus rajin berbuat baik,
karena layanan rohani adalah bagian integral dari hidup rohaniawan. Prinsip
untuk menolong orang lain ini harus dipupuk, dan harus menjadi semakin jelas
bila kita tumbuh dalam iman kepada Tuhan Yesus (Collins, 1989:16).
5
Inilah yang telah diupayakan dan dilaksanakan serta diterapkan oleh
Rumah Sakit Islam Sunan Kudus dan Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus yang
berupaya memberikan bantuan terhadap orang yang sakit (pasien) melalui
pengobatan secara medis dan pelayanan spiritual atau bimbingan rohani.
Dengan adanya santunan keagamaan yang dilakukan oleh rohaniawan
diharapkan jiwa pasien akan tertanam perasaan tenang dan tentram.
Dalam membahas pelaksanaan model bimbingan rohani di kedua
rumah sakit tersebut, penulis ingin mengetahui persamaan dan perbedaannya.
Meskipun pelaksanaan model bimbingan rohani Kristen jarang ditemukan,
kecuali di rumah sakit Kristen akan tetapi dipilihnya model bimbingan rohani
Kristen di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus sebagai studi banding dengan
bimbingan rohani Islam di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus. Hal tersebut
dikarenakan menurut penulis belum terdapat penelitian yang membahas secara
komprehensif perbandingan model bimbingan rohani pada rumah sakit Kristen
dan Islam.
Bertitik tolak pada uraian di atas, maka penelitian tentang model
bimbingan rohani di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus dan Rumah Sakit Mardi
Rahayu Kudus sangat penting, karena pada akhir-akhir ini banyak rumah sakit
yang menyediakan pelayanan bimbingan rohani, serta wacana tentang peran
perawat rohani bagi pasien, secara umum mulai marak didiskusikan. Hal ini
bisa dilihat dari pelbagai kajian yang dilakukan oleh pengamat. Pada bulan
Juni 2003, misalnya diadakan pertemuan psikiater dan konselor sedunia di
Wina (Austria), pada pertemuan itu di hasilkan bahwa bimbingan rohani
6
ternyata berdampak kepada peningkatan kesembuhan pasien. Sedangkan di
Indonesia sering diadakan pelatihan-pelatihan terkait dengan bimbigan rohani,
seperti pelatihan SCOPE ( Spiritual Care on Patient Training) yang diadakan
atas kerja sama Rumah Sakit Medika Permata Hijau Jakarta dengan LPM
(Lembaga Pelayanan Masyarakat) Baznas Dompet Dhuafa
(http://www.mail.archive.com/[email protected]).
Dengan memperhatikan keterangan di atas mendorong penulis
melakukan penelitian dengan judul "Studi Komparatif Model Bimbingan
Rohani dalam Memotivasi Kesembuhan Pasien di Rumah Sakit Islam Sunan
Kudus dan Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus".
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas ada beberapa hal yang
menjadi fokus permasalahan dan akan dikaji dalam penelitian ini,
permasalahan tersebut antara lain:
1.2.1 Bagaimana pelaksanaan model bimbingan rohani dalam memotivasi
kesembuhan pasien di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus dan Rumah
Sakit Mardi Rahayu Kudus.
1.2.2 Bagaimana kelebihan dan kekurangan model bimbingan rohani di
Rumah Sakit Islam Sunan Kudus dan Rumah Sakit Mardi Rahayu
Kudus.
7
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian :
1.3.1.1 Untuk mengetahui dan menganalisa pelaksanaan model
bimbingan rohani dalam memotivasi kesembuhan pasien di
Rumah Sakit Islam Sunan Kudus dan Rumah Sakit Mardi
Rahayu Kudus.
1.3.1.2 Untuk mengetahui dan menganalisa kelebihan dan kekurangan
pelaksanaan model bimbingan rohani di Rumah Sakit Islam
Sunan Kudus dan Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus.
1.3.2 Manfaat penelitian adalah:
1.3.2.1 Manfaat teoritis
- Menambah wawasan tentang bimbingan rohani Islam dan
bimbingan rohani Kristen di rumah sakit.
- Menambah keilmuan yang dapat membantu kesembuhan
pasien.
1.3.2.2 Manfaat praktis
- Memberikan gambaran kepada petugas kerohanian rumah
sakit dalam membantu pasien agar sehat jasmani dan rohani.
- Memberikan masukan kepada petugas kerohanian dalam
pelaksanaan bimbingan rohani.
1.4 Tinjauan Pustaka
Untuk memperjelas posisi penelitian penulis, maka penulis sertakan
beberapa hasil penulisan yang ada relevansinya dengan skripsi penulis,
8
dimana isi dari hasil penulisan tersebut sama-sama mengkaji tentang
bimbingan rohani di rumah sakit.
Skripsi yang berjudul “Peran Rohaniawan Islam di Rumah Sakit Islam
Sultan Agung Semarang dalam Memotivasi Kesembuhan Pasien oleh Taufik
tahun 2005. Secara garis besar menerangkan bahwa rohaniawan Islam di
rumah sakit Islam Sultan Agung Semarang berperan sangat besar dalam
memotivasi kesembuhan pasien, karena dengan kehadiran rohaniawan dengan
bimbingan penyuluhan Islamnya pasien bisa tersugesti dan menjadi lebih
tenang serta lebih bersemangat untuk sembuh juga selalu memasrahkan
dirinya seutuhnya kepada Allah Subhanahu wa ta’ala yang tentunya hal ini
akan membantu proses penyembuhan. Sedangkan penulisan yang penulis
lakukan, selain untuk mengetahui penerapan bimbingan rohani Islam di rumah
sakit, tetapi juga untuk mengetahui penerapan bimbingan rohani Kristen dan
kesamaan ada pada pokok kajian penulisan yakni peran bimbingan rohani
dalam memotivasi kesembuhan pasien.
Skripsi yang ditulis oleh Umi Inayati (2006) yang berjudul “Hubungan
Bimbingan Rohani Islam dengan Memotivasi Kesembuhan Pasien di RSU
PKU Muhammadiyah Gombong Kebumen”. Umi Inayati menyimpulkan
bahwa bimbingan rohani Islam memiliki hubungan yang erat dengan
memotivasi kesembuhan pasien, mengingat untuk membantu mengatasi
kesulitan yang dialami pasien dalam hal rohaninya, maka dapat menjadi
pendorong dalam mencapai kesembuhan dan tetap optimis dalam menerima
cobaan dan ujian dari Allah Subhanahu wa ta’ala.
9
Skripsi yang berjudul “Aktivitas Perawat dalam Memotivasi
Kesembuhan atau Khusnul Khotimah Pasien di Rumah Sakit Umum Islam
Harapan Anda Tegal”, oleh Ujiburrokhim lulus tahun 1998, yang isinya:
bahwa dengan melihat kondisi dan situasi pasien yang sangat komplek pada
saat itu, perlu adanya kehadiran da’i atau merawat yang mampu memahami
pasien. Pasien yang dalam kondisi jiwanya labil perlu adanya santunan rohani
dalam rangka memotivasi kesembuhan pasien yang dalam keadaan kritis
dengan cara dibimbing supaya selalu ingat kepada Allah Subhanahu wa ta’ala
yaitu dengan kalimat tayyibah sehingga apabila meninggal dalam keadaan
khusnul khotimah sebagaimana dambaan seorang muslim.
2 Kerangka Teoritik
Untuk mengetahui sumber rujukan yang relevan dengan masalah yang
penulis lakukan perlu disusun kerangka teoritik. Kerangka teoritik merupakan
tuntunan memecahkan masalah dan menentukan prinsip-prinsip hipotesis dan
teori.
1. Model Bimbingan Rohani
Secara harfiah istilah bimbingan merupakan terjemahan dari
“guidance” dari akar kata “guide” berarti 1) mengarahkan (to direct), 2)
memandu (to pilot), 3) mengelola (to manage), dan 4) menyetir (to steer).
Dari definisi diatas dapat diangkat makna sebagai berikut: bimbingan
merupakan suatu proses yang berkesinambungan, bukan kegiatan yang
seketika atau kebetulan. Bimbingan merupakan serangkaian tahapan
10
kegiatan yang sistematis dan berencana yang terarah kepada pencapaian
tujuan (Yusuf dan Nasution, 2005:6).
Sedangkan menurut Sukardi (1995:2), bimbingan adalah proses
pemberian bantuan yang diberikan seseorang atau sekelompok orang
secara terus menerus dan sistematis oleh pembimbing agar individu atau
sekelompok individu menjadi pribadi yang mandiri.
Rohani berasal dari kata roh. Philips (1997:126-127) menyatakan
manusia terdiri atas tri tunggal: jiwa, roh, dan tubuh, sebagaimana dalam
akhir suratnya yang pertama kepada jamaat tesalonika, Rosul Paulus
menulis: semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya
dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara dengan tak bercacat (1
Tes, 5: 23).
Dalam agama Kristen terdapat dua jenis roh: roh jahat dan roh
baik. Roh baik selalu ingin memajukan hidup seseorang dalam
berhubungan dengan Tuhan dengan memberikan suka cita sejati dalam
hidupnya atau dengan kata lain keadaan jiwa yang mengalami gerak batin
sehingga mencintai Tuhan. Sedangkan roh jahat kebalikan dari roh baik
(Shakuntala, 1998:83).
Sedangkan kata rohani dalam agama Islam berasal dari kata al-ruh,
diantaranya para ahli sendiri juga tidak memperoleh kata sepakat
mengenai batasannya. Dengan berpedoman kitab suci Al-qur'an, pada
beberapa terjemahan berbahasa Indonesia, ditemukan kata-kata yang sama,
diartikan dengan jiwa, yaitu al-ruh dan al-nafs, yang keduanya itu manusia
11
mempunyai daya hidup (hayat). Menurut pendapat Muhammad Wakid,
manusia hidup adalah manusia yang terdapat dalam dirinya roh, nafs, dan
hayat. Dengan hayatlah manusia dapat hidup, bernafas dengan paru-paru,
dan dengan nafs dia dapat merasa melalui panca indera. Dengan roh
manusia selalu meningkat dalam perkembangan hidupnya. Ketiga unsur
tersebut merupakan satu kesatuan yang saling mempengaruhi satu sama
lainnya (Anshori, 2003:55). Menurut jumhur ulama, al-ruh berarti roh
yang ada dalam badan, hal ini sesuai dalam Al-qur'an surat Al-Isra' ayat
85:
ويسألونك عن الروح قل الروح من أمر ربي وما أوتيتم من العلم إلا قليلا
Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".(Departemen Agama RI,2006:145)
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas, maka bimbingan rohani
Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu
hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat
mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Bimbingan Islami merupakan
proses pemberian bantuan, artinya bimbingan tidak menentukan atau
mengharuskan, melainkan sekedar membantu individu. Individu dibantu,
dibimbing agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah
(Faqih, 2001:4).
2. Motivasi Kesembuhan Pasien.
Motif adalah istilah yang luas pengertiannya, dipergunakan untuk
melingkupi semua macam dan bentuk tingkah laku, yang diarahkan
12
kepada suatu tujuan tertentu. Sedangkan Baihaqi, dkk (2005:43)
mendefinisikan motivasi adalah istilah yang memiliki pengertian sangat
luas, dipergunakan dalam psikologi untuk melingkupi keadaan-keadaan
dan kondisi-kondisi dalam mengaktifkan, memberi energi dan
menggerakkan organisme menuju kepada tingkah laku yang mengarah
pada tujuan tertentu.
Motivasi juga dapat dikatakan kebutuhan psikologis yang telah
memiliki corak atau arah yang harus dipenuhi agar kehidupan kejiwaannya
terpelihara, yaitu senantiasa berada dalam keadaan seimbang yang nyaman
(homeostasis equilibrium). Pada awalnya kebutuhan itu hanya berupa
kekuatan dasar saja. Namun selanjutnya berubah menjadi suatu vector
yang disebut motivasi, karena memiliki kekuatan dan sekaligus arah.
Adanya arah ini menggambarkan bahwa manusia tidak hanya memiliki
kebutuhan melainkan keinginan untuk mencapai sesuatu sesuai dengan
kebutuhan. (Wiramihardja, 2006:7).
Banyak para ahli yang sudah mengemukakan pengertian motivasi
dengan berbagai sudut pandang mereka masing-masing, namun intinya
sama, yakni sebagai suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri
sekarang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu
(Djamarah, 2002:114).
Kesembuhan berasal dari kata sembuh yang berarti sehat kembali,
pulih (Poerwadarminto, 2002:127), sedangkan pasien adalah orang sakit
yang dirawat dokter atau penderita sakit (Poerwadarminto, 2002:834).
13
Dengan adanya motivasi, maka seseorang akan terdorong oleh kekuatan
spiritual akan suatu kebutuhan, kebutuhan yang harus dipenuhi manusia
salah satunya yaitu kebutuhan untuk sehat kembali atau sembuh.
3 Metode Penelitian
a. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, penelitian
kualitatif pada hakekatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan
hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan
tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Untuk itu peneliti harus turun ke
lapangan dan berada disana dalam waktu yang cukup lama (Nasution,
1992:5). Pendekatan yang dipakai adalah pendekatan fenomenologis yaitu
untuk memberikan kajian tentang penerapan model bimbingan rohani di
Rumah Sakit Islam Sunan Kudus dan Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus
b. Definisi Konseptual
Model adalah pola; acuan; ragam (Poerwadarminto, 2002:773).
Walgito (1995:4) menyatakan bimbingan adalah bantuan atau pertolongan
yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu-individu dalam
menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan didalam kehidupannya,
agar individu atau sekumpulan individu-individu itu dapat mencapai
kesejahteraan hidupnya. Sedangkan rohani, berupa roh; yang bertalian atau
berkenaan dengan roh; yang tidak berbadan atau jasmani (Poerwadarminto
2002:2023).
14
Memotivasi adalah memberikan motivasi atau menciptakan suasana
yang subur untuk lahirnya motif. Sedangkan motivasi sendiri adalah suatu
dorongan untuk mewujudkan perilaku tertentu yang terarah kepada suatu
tujuan tertentu (Surya, 2003:98). Kesembuhan berasal dari kata sembuh
yang berarti menjadi sehat kembali dari sakit atau penyakit
(Poerwadarminto, 2002:1027). Setiap penyakit betapapun ringan seperti:
flu, sakit perut, kepala pusing dan sebagainya dirasakan sebagai suatu
gangguan dalam jalan kehidupan sehari-hari, penyakit itu dapat
menyebabkan kecemasan.
Sedangkan pasien adalah orang yang sakit yang dirawat dokter atau
penderita sakit (Poerwadarminto, 2002:834). Pasien biasanya mendapat
perawatan disuatu lembaga yang disebut rumah sakit. Rumah sakit adalah
semacam lembaga yang memberikan bantuan berhubungan dengan urusan
kesehatan seperti: pengobatan, operasi, dan revalidasi (Brouwer, dkk,
1983:7).
c. Definisi Operasional
Definisi operasional ini merupakan usaha memperjelas ruang
lingkup penelitian, sebagaimana termaktub dalam judul penelitian.
Dalam rangka membantu keadaan pasien yang sakit, rumah sakit
memberikan pelayanan spiritual atau bimbingan rohani disamping
pelayanan medis. Telah ditemukan ada bermacam-macam model dalam
mengadakan bimbingan rohani. Model bimbingan rohani yang dimaksud
dalam penulisan ini adalah acuan rohaniawan dalam pelaksanaan
15
bimbingan. Berdasarkan isinya model bimbingan rohani terjadi menurut
agama dan kepercayaan yang dipeluk oleh orang yang membimbing
maupun oleh orang yang dibimbing (Darminta, 2005:22). Agama dan
kepercayaan yang berbeda juga mempunyai kerohanian yang berbeda,
masing-masing mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Telah diketahui
kerohanian menurut agama dikenal ada kerohanian Hindu, Budha, Islam,
Kristen, dan kepercayaan tertentu. Pembahasan dalam tulisan ini lebih
tertuju untuk memahami dan menggali kerohanian Islam dan Kristen yang
diterapkan di rumah sakit.
Sedangkan pasien dalam konteks ini adalah pasien rawat inap,
karena biasanya pasien yang bukan rawat inap dalam arti rawat jalan
kurang membutuhkan bimbingan rohani. Pihak rumah sakitpun terkadang
tidak memberikan pelayanan spiritual atau bimbingan rohani bagi pasien
rawat jalan.
d. Sumber dan jenis Data
Penelitian hendaknya disebutkan sumber data, sumber data adalah
subyek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto, 2006:129). Untuk
memperoleh data-data yang diperlukan, maka dalam hal ini adanya sumber
yang perlu digali atau dicari fenomena yang ada dilapangan (field
research).
Sumber data dalam penelitian ini ada dua yakni dokumen dan
stakeholder penyelenggara bimbingan rohani. Dokumen yang dijadikan
sumber penelitian ini adalah data-data tentang pedoman operasional
16
bimbingan rohani, hasil-hasil rapat evaluasi, doa-doa yang digunakan oleh
perawat rohani, dan laporan-laporan pelaksanaan bimbingan rohani.
Adapun stakeholder yang dijadikan sumber penelitian adalah orang-orang
yang kepentingan dan terkait secara langsung dalam penyelenggaraan
bimbingan rohani yaitu pasien dan keluarganya, pegawai atau karyawan,
petugas perawat rohani Rumah Sakit Islam Sunan Kudus dan Rumah Sakit
Mardi Rahayu Kudus.
Jenis data terbagi menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder
(Narbuko dan Ahmadi, 2005:164). Data primer diperoleh dari sumber
pertama melalui prosedur dan teknik pengambilan data yang dapat berupa
interview, observasi, maupun penggunaan instrumen pengukuran yang
khusus dirancang sesuai dengan tujuannya (Azwar, 2001:36). Adapun
dalam penulisan ini sumber primer adalah pasien dan rohaniawan di
Rumah Sakit Islam Sunan Kudus dan Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus.
Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber
pendukung untuk memperjelas sumber daya primer berupa data
kepustakaan yang berkorelasi kerap dengan pembahasan obyek penelitian
(Moleong, 1998:114). Adapun sumber sekundernya adalah dokter,
perawat, direktur, staf dan karyawan Rumah Sakit Islam Sunan Kudus dan
Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus sebagai penunjang dari sumber primer
disertai buku-buku yang terkait serta dokumentasi dan arsip-arsip resmi
dan sebagainya yang ada kaitannya dengan penulisan ini.
e. Sampel Purposive
17
Dalam penulisan ini, teknik pengambilan sampel dengan teknik
purposive sampling digunakan bila penelitian menduga bahwa
populasinya tidak homogen atau heterogen (Muhadjir, 2007: 42).
Selanjutnya sebagai pendukung penulis menggunakan teknik incidental
sampling yaitu individu yang kebetulan dijumpai dan sesuai dengan ciri-
ciri atau karakteristik subyek penelitian mempunyai kesamaan, yaitu
kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian. Pemilihan teknik
sampel tersebut digunakan dengan menggunakan pertimbangan bahwa
pasien sering berubah, baik karena kematian maupun pindah rumah sakit.
Dalam kaitannya dengan penelitian ini penulis menetapkan sampel
sebanyak 2 petugas kerohanian dan 15 pasien rawat inap (tahun 2008)
pada masing-masing rumah sakit sebagai informan penelitian.
f. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data-data dalam penulisan ini, maka penulis
menggunakan metode:
1. Metode observasi (pengamatan)
Pengamatan adalah alat pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis gejala-gejala
yang diselidiki (Narbuko dan Achmadi, 2005:70). Penelitian ini
dilakukan oleh penulis dengan cara terjun langsung ke lapangan
dengan melihat, mengamati fenomena-fenomena yang ada di rumah
18
sakit tersebut tentang model bimbingan rohani di rumah sakit Islam
Sunan Kudus dan Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus.
2. Metode Interview (wawancara)
Metode interview (wawancara) adalah cara pengumpulan data
dengan cara tanya jawab. Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak
yaitu pewancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai
yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2002:135).
Penulis berdialog langsung dengan pihak rumah sakit yaitu dengan
direktur, rohaniawan, dokter, pasien, untuk menggali data tentang
sejarah, latar belakang berdirinya rumah sakit, kegiatan-kegiatan yang
ada, dan juga untuk mendapatkan tanggapan dari para pasien tentang
adanya bimbingan rohani.
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal
atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah
prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2006:231).
Dokumentasi dalam penelitian ini adalah data-data tentang hasil-hasil
rapat evaluasi, pedoman pelaksanaan, buku bimbingan rohani, laporan-
laporan pelaksanaan bimbingan rohani, dan lain-lain.
4. Metode Kuesioner (Angket)
Metode kuesioner adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian
pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti.
19
Untuk memperoleh data, angket disebarkan kepada responden
(Narboku dan Achmadi, 2005:76).
g. Teknik Analisis Data
Setelah data diperoleh dari observasi, wawancara, dokumentasi dan
kuesioner, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data. Dalam
menganalisa data digunakan teknik deskriptif komparatif. Penelitian
deskriptif bertujuan untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada
sekarang berdasarkan data-data (Narbuko dan Achmadi, 2005:44).
Sedangkan penelitian komparasi akan dapat menentukan persamaan-
persamaan dan perbedaan-perbedaan tentang benda-benda, tentang orang,
tentang prosedur kerja, tetang ide-ide, kritik terhadap orang, kelompok,
terhadap suatu ide atau suatu prosedur kerja (Arikunto, 2006:267). Dari
komparasi tersebut diharapkan dapat ditemukan titik perbedaan dan
persamaan serta implementasinya dalam masyarakat.
4 Sistematika Penulisan Skripsi
Skripsi ini disusun ke dalam lima bab yang mana antara bab satu
dengan bab berikutnya merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat
dipisahkan. Mengingat satu sama lainnya bersifat integral komprehensif.
Bab pertama berisi pendahuluan, merupakan gambaran umum secara
global dengan memuat: latar belakang masalah, pokok permasalahan, tujuan
dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teoritik, metode penelitian
dan sistematika penulisan. Dalam bab pertama ini menggambarkan isi skripsi
20
secara keseluruhan namun dalam satu kesatuan yang ringkas dan padat guna
menjadi pedoman untuk bab II, III, IV, dan V.
Bab kedua tentang gambaran umum model bimbingan rohani,
motivasi, dan kesembuhan pasien. Adapun pembahasannya dibagi menjadi
tiga sub bab. Pertama, mengenai model bimbingan rohani yang meliputi
gambaran umum tentang model bimbingan rohani di Rumah Sakit, pengertian
bimbingan rohani, tujuan dan fungsi bimbingan rohani, model-model
bimbingan rohani, dan konsep model bimbingan rohani ditinjau dari Islam dan
Kristen. Sub bab kedua, mengenai motivasi, yang meliputi pengertian
motivasi, fungsi motivasi, dan teori motivasi. Sementara sub bab ketiga
mengenai kesembuhan pasien, faktor yang mempengaruhui kesembuhan
pasien serta terapi-terapi yang membantu kesembuhan pasien.
Bab ketiga, berisi model bimbingan rohani dakam memotivasi
kesembuhan pasien di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus dan Rumah Sakit
Mardi Rahayu. Adapun pembahasannya dibagi menjadi dua sub bab. Sub bab
pertama, mengenai gambaran umum dan pelaksanaan model bimbingan
rohani Rumah Sakit Islam Sunan Kudus, yang meliputi: tinjauan umum
Rumah Sakit Islam Sunan Kudus, sistem pelayanan bimbingan rohani Rumah
Sakit Islam Sunan Kudus, proses pelaksanana bimbingan rohani terhadap
pasien di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus, dan respon pasien terhadap
pelaksanan model bimbingan rohani di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus. Sub
bab kedua, mengenai gambaran umum dan pelaksanan model bimbingan
rohani Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus, yang meliputi tinjauan umum
21
Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus, sistem pelayanan bimbingan rohani
Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus, proses pelaksanan bimbingan rohani
terhadap pasien di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus, dan respon pasien
terhadap pelaksanan model bimbingan rohani di Rumah Sakit Mardi Rahayu
Kudus.
Bab keempat, tentang analisis komparatif model bimbingan rohani
Rumah Sakit Islam Sunan Kudus dan Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus.
Bab kelima penutup merupakan bab yang meliputi kesimpulan,
dimaksudkan untuk menarik kesimpulan yang dijadikan dasar deduksi, saran-
saran dan kata akhir penulisan.
22
BAB II
MODEL BIMBINGAN ROHANI, MOTIVASI, DAN
KESEMBUHAN PASIEN
2.1 Model Bimbingan Rohani
2.1.1. Gambaran Umum tentang Model Bimbingan Rohani di Rumah Sakit
Secara umum konsep bimbingan telah lama dikenal manusia
melalui sejarah. Sejarah tentang “developing one’s potential”
(pengembangan potensi individu) dapat ditelusuri dari masyarakat-
masyarakat Yunani kuno. Mereka menyakini bahwa dalam diri individu,
terdapat kekuatan-kekuatan yang dapat distimulasikan dan dibimbing ke
arah tujuan-tujuan yang bermanfaat, berguna, atau menguntungkan baik
bagi dirinya sendiri maupun masyarakat ( Yusuf dan Nurihsan, 2005:
85). Di dalam Islam, bimbingan rohani Islam (yang tentunya
menggunakan istilah lain) pada hakikatnya sudah dilaksanakan sejak
zaman Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Banyak butir-
butir al-Qur’an dan Hadist yang menunjukkan bahwa Nabi Muhammad
Shallallahu Alaihi wa Sallam telah mempraktekkan prinsip-prinsip
bimbingan secara perfek. Sehingga dalam waktu kurang lebih 23 tahun
dapat merubah suku bangsa yang semula jahiliyah menjadi umat
bertauhid, berakhlak mulia dan berbudaya tinggi. Dalam konsep Kristen,
Darminta (2006: 5-7) menyatakan dekrit-dekrit Konseli Vatikan II
membuka perspektif hidup beragama secara baru. Hidup beragama
dilihat sebagai hidup menuju ke kesatuan pribadi dengan Allah, orang
23
memerlukan bantuan dan bimbingan dari orang lain yang lebih
berpengalaman. Untuk itu praktek bimbingan rohani berkembang dalam
setiap agama.
Dalam dua dekade terakhir ini aspek bimbingan rohani di bidang
kedokteran semakin mendapat perhatian. Untuk dapat memahami
manusia atau pasien, seorang dokter tidak hanya melihat dari segi fisik,
psikologik, dan sosial budayanya saja, melainkan juga melihat dari sisi
spiritualnya (aspek rohani). Pendekatan spiritual (aspek rohani) dalam
praktek kedokteran bukan untuk tujuan merubah keimanan seseorang
atau pasien terhadap agama yang sudah diyakininya, melainkan untuk
membangkitkan kekuatan spiritual (aspek rohani) dalam menghadapi
penderitaan penyakit.
Sebagian besar klien (pasien) menganut suatu agama, konselor
yang memberikan bantuan kepada klien (pasien), terutama pasien yang
beragama, perlu mendasarkan bantuan konseling atau bimbingan pada
nilai-nilai agama sesuai agama yang dianut oleh klien (pasien) tersebut
(Mu’awanah 2005: 11). Dalam penerapannya, perawat rohani dapat
menggali latar belakang kehidupan beragama dari keluarga pasien, dan
secara rinci, sejauhmana pasien itu sendiri menjalankan ajaran
agamanya, sejauhmana pasien tersebut terikat dengan ajaran agamanya,
sejauhmana kuatnya, dan sejauhmana hal ini mempengaruhi kehidupan
pasien. Dengan hasil pengamatan sementara, perawat rohani dapat
mengetahui terapi religius yang tepat. Agar perawat rohani juga tidak
24
salah terapi, diperlukan juga kemampuan dan pengetahuan psikodinamik
keagamaan atau keimanan dari suatu ajaran agama secara umum atau
khusus. Apabila terdapat perbedaan dalam memberikan psikoterapi
keagamaan, maka sebaiknya dirujuk kepada yang lebih ahli, yaitu
agamawan atau perawat rohani sesuai dengan keyakinan agama dari
pasien yang bersangkutan. Kalau rumah sakit diurus salah satu dominasi
agama, seperti Rumah Sakit Islam, Katolik, atau Protestan, mungkin
kesempatan yang diberikan untuk salah satu dominasi tertentu lebih luas
daripada kesempatan yang diberikan pada yang lain (Brouwer, dkk,
1983: 151).
2.1.2. Pengertian Bimbingan Rohani
Bimbingan secara etimologi merupakan terjemahan dari
“guidance” dalam bahasa Inggris. Secara harfiyah istilah “guidance”
dari akar kata “guide” berarti 1) mengarahkan (to direct), 2) memandu
(to pilot), 3) mengelola (to manage), dan 4) menyetir (to steer) (Yusuf
dan Nasution, 2005: 6).
Secara terminologis, menurut Aryatmi, bimbingan adalah
pertolongan yang diberikan oleh sesorang yang telah diberikan (dengan
pengetahuan, pemahaman ketrampilan-ketrampilan tertentu yang
diperlukan dalam menolong) kepada orang lain yang memerlukan
pertolongan (Kartono dalam Prihatiningtias, 1985: 78).
25
Sedangkan menurut Bimo Walgito (1995: 4), bimbingan adalah
bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh individu atau sekumpulan
individu-individu kepada individu atau sekumpulan individu-individu
lainnya dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam
kehidupannya, agar individu-individu tersebut dapat mencapai
kesejahteraan hidupnya.
Kata “bimbingan rohani” memuat tiga hal yang perlu dijelaskan,
pertama kata bimbingan rohani, kedua pembimbing rohani, dan ketiga
orang yang dibimbing (Darminta, 2005: 15).
a) Bimbingan rohani; merupakan usaha untuk menumbuhkan rohani
(spiritual), sebab pada dasarnya hidup merupakan penyerahan diri
penuh kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Kuasa.
b) Pembimbing rohani; orang yang diminta bimbingan oleh orang yang
memerlukan dan dia merelakan diri untuk membantu perkembangan
rohani orang yang minta bantuan. Adapun secara umum tugasnya
adalah memberikan pelayanan kepada klien (pasien) supaya mampu
mengaktifkan potensi rohani dalam menghadapi dan memecahkan
kesulitan-kesulitan hidupnya.
c) Orang yang dibimbing; seseorang atau individu yang membutuhkan
bantuan untuk memecahkan masalah, untuk menumbuhkan kondisi
rohani, dan lain-lain.
26
2.1.3. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Rohani
Baried Ishom (1986: 260-261) mengemukakan dalam buku Ahmad
Watiknya bahwa tujuan dari bimbingan rohani sebagai santunan di
rumah sakit adalah:
a) Menyadarkan penderita agar dia dapat memahami dan menerima
cobaan yang sedang dideritanya dengan ikhlas.
b) Ikut serta memecahkan dan meringankan problem kejiwaan yang
sedang dideritanya.
c) Memberikan pengertian dan bimbingan pada penderita dalam
melaksanakan kewajiban keagamaan harian yang harus dikerjakan
dalam batas kemampuannya.
d) Perawatan dan pengobatan dikerjakan dengan berpedoman kepada
tuntunan agama.
e) Menunjukan perilaku dan bicara yang sesuai dengan kode etik
kedokteran dan tuntunan agama.
Sedangkan menurut Rohim Faqih (2001: 36-37), tujuan bimbingan
dapat dirumuskan sebagai berikut:
a) Tujuan umum, yaitu membantu individu mewujudkan dirinya
menjadi manusia seutuhnya agar dapat mencapai kebahagiaan di
dunia dan akherat.
b) Tujuan khusus
− Membantu individu agar tidak menghadapi masalah.
27
− Membantu individu mengatasi masalah yang sedang
dihadapinya.
− Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan
kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap baik dan
menjadi lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah
bagi dirinya dan orang lain.
Bagaimanapun tujuan bimbingan rohani adalah menuntun
pertumbuhan hidup rohani orang yang dibimbing (Darminta 2006: 21),
dalam rangka memelihara dan meningkatkan pengamalan ajaran
agamanya. Orang yang sakit tentu merasa tubuhnya tidak stabil, maka
bimbingan rohani sangat diperlukan guna penyembuhan dari segi
psikisnya, karena orang yang sakit psikisnya lemah. Dengan bimbingan
rohani melalui pendekatan agama maka orang yang sakit merasa tenang.
Sedangkan Arifin dan Kartika Wati (1995: 7) menyatakan fungsi
dari bimbingan keagamaan memiliki banyak fungsi, antara lain:
a) Menjadi pendorong (motivator) bagi yang terbimbing agar timbul
semangat dalam menempuh kehidupan.
b) Menjadi pemantap (stabilisator) dan pengerak (dinamisator) untuk
mencapai tujuan yang dikehendaki dengan motivasi ajaran agama.
Sehingga segala sesuatu tugas dilaksanakan dengan dasar ibadah
kepada Tuhan.
c) Menjadi pengarah (direktif) bagi pelaksanaan program bimbingan
agar sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan pasien serta
28
melihat bakat dan minat yang berhubungan dengan cita-cita yang
ingin dicapainya.
2.1.4. Model-Model Bimbingan Rohani
Darminta (2006: 22-26) menyebutkan bermacam-macam model
dalam mengadakan bimbingan rohani, baik itu menurut isi, menurut
model pelaksanaan, maupun bimbingan menurut situasi orang yang
dibimbing.
a) Menurut isi
Bimbingan rohani terjadi menurut agama dan kepercayaan yang
dipeluk oleh orang yang membimbing maupun oleh orang yang
dibimbing. Agama dan kepercayaan menumbuhkan suatu corak hidup
tertentu, yang satu sama lain berbeda dan bahkan mungkin tidak dapat
dipertemukan sama sekali. Agama dan kepercayaan yang berbeda juga
mempunyai kerohanian yang berbeda. Masing-masing mempunyai
tujuan sendiri yang ingin dicapai. Pandangan dan cara menghayati
hiduppun mungkin berbeda pula. Ada bimbingan rohani Hindu, Budha,
Islam, Kristen, dan lain-lain.
b) Menurut model pelaksanaan
Menurut model pelaksanaannya, bimbingan rohani dapat
dibedakan menjadi dua macam:
− Bimbingan rohani yang edukatif dan informatif.
29
Model bimbingan rohani ini bercirikan banyaknya
pengajaran dan informasi yang diberikan. Yang lebih menonjol
ialah bahwa pembimbing lebih banyak memberi informasi berupa
ajaran agama, moral maupun rohani. Adapun orang yang
membimbing biasanya sudah cukup berpengalaman. Menurut
model ini, pihak pembimbing cenderung bersifat otoritatif.
− Bimbingan rohani dalam persahabatan.
Model ini lebih memfokuskan hubungan antara orang yang
membimbing dan orang yang dibimbing. Dasar untuk membangun
hubungan adalah rasa cinta persaudaraan diantara sesama makhluk.
Orang yang membimbing menyediakan diri untuk melayani dan
membantu saudaranya dalam memperkembangkan spiritual
(rohani)nya.
c) Bimbingan menurut situasi orang yang dibimbing
Bimbingan diberikan sesuai dengan kebutuhan dan situasi hidup
orang. Bimbingan rohani dapat dibedakan menurut pengalaman
agamanya, seperti awam, dan maupun yang pintar dalam ajaran
agamanya. Selain itu bimbinganpun diberikan kepada semua kalangan,
seperti bimbingan kepada anak, kaum muda maupun orang tua.
2.1.5. Konsep Model Bimbingan Rohani
1. Konsep model bimbingan rohani dalam Islam
a. Landasan model bimbingan rohani Islam
30
Landasan (fondasi atau dasar pijakan) utama bimbingan
Islam adalah al-Qur’an dan hadits (Musnamar, 1992: 5), sebab
keduanya merupakan sumber dari segala sumber pedoman
kehidupan umat Islam. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah
menurunkan al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia di dunia,
baik berupa larangan maupun kewajiban tertentu sebagai
bimbingan terhadap pribadi dan akhlak umat-Nya sepanjang
hidupnya dalam berhubungan dengan bimbingan rohani.
Sebagaimana dalam surat Ali Imron ayat 104:
⎯ä3 tFø9 uρ öΝä3Ψ ÏiΒ ×π ¨Βé& tβθ ããô‰tƒ ’n< Î) Îösƒ ø:$# tβρ ããΒ ù' tƒ uρ Å∃ρ ã ÷èpR ùQ $$Î/ tβöθ yγ ÷Ζ tƒ uρ Ç⎯tã Ì s3Ψ ßϑø9 $# 4
y7 Í× ¯≈ s9'ρ é& uρ ãΝèδ šχθ ßs Î=øßϑø9 $# ∩⊇⊃⊆∪
Artinya: Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung (Departemen Agama RI, 2006: 63).
Dengan menulusuri ayat-ayat al-Qur’an dan hadits Nabi
Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam diketahui bahwa
konsep kesehatan rohani dalam Islam tampak lebih aplikatif,
menonjol, dan kuat daripada kesehatan fisik. Penjelasan secara
pointer dan aplikatif dalam al-Qur’an maupun hadits menyangkut
hal-hal yang berhubungan dengan “hati” sejalan dengan teori ilmu
kesehatan modern (Zuhroni, dkk, 2003: 83). Al-Qur’an dan
Sunnah Rosulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dapatlah
diistilahkan sebagai landasan dan konseptual bimbingan rohani
Islam. Dari al-Qur’an dan hadits itulah gagasan, tujuan, dan
31
konsep-konsep (pengertian, makna hakiki) bimbingan Islami
bersumber.
b. Latar belakang perlunya bimbingan rohani Islam
Manusia sesuai dengan hakikatnya diciptakan dalam
keadaan yang terbaik, termulia, tersempurna, dibandingkan
makhluk lainnya. Tetapi sekaligus manusia memiliki hawa nafsu
dan perangai atau tabiat buruk. Misalnya suka menuruti hawa
nafsu, lemah, aniaya, terburu nafsu, membantah, dan lain-lain,
karenanya manusia dapat terjerumus ke dalam lembah kenistaan,
kesengsaraan, dan kehinaan. Dengan kata lain, manusia bisa
bahagia hidupnya di dunia maupun di akhirat, dan bisa pula
sengsara dan tersiksa.
Dengan dasar itulah, maka diperlukan adanya upaya untuk
menjaga agar manusia tetap menuju ke arah yang baik dan tidak
terjerumus ke dalam kehinaan dan sengsara. Hakikat manusia yang
memiliki unsur jasmaniah (biologis) dan mental (ruhaniah),
manusia sebagai makluk individu, sosial, dan berbudaya, dan
sebagai makhluk Tuhan (Faqih, 2001: 14).
− Dari segi jasmaniah (biologis)
Manusia memiliki berbagai kebutuhan biologis yang harus
dipenuhi, misalnya makan, minum, pakaian, tempat tinggal,
dan lain-lain. Upaya untuk memenuhi kebutuhan jasmaniah
terkadang manusia menyimpang dari ketentuan dan petunjuk
32
Allah Subhanahu wa Ta’ala secara sadar maupun tidak.
Dengan keyakinan bahwa ketentuan dan petunjuk Allah
Subhanahu wa Ta’ala pasti akan membawa kebahagiaan,
individu yang berbahagia tentulah individu yang mampu hidup
selaras dengan ketentuan Allah Subhanahu wa Ta’ala,
termasuk dalam usahanya memenuhi kebutuhan jasmaniah.
Mengingat hal tersebut maka dalam upaya memenuhi
kebutuhan jasmaniah diperlukan adanya bimbingan.
− Dari segi rohaniah
Dalam kehidupan nyata, kejiwaan manusia tidak terlepas dari
rasa cemas, takut, dan gelisah, maka manusia dalam keadaan
rohani yang demikian (lemah atau memiliki kekurangan) sangat
memerlukan bimbingan. Bimbingan Islam diperlukan untuk
membantu manusia agar dapat memenuhi kebutuhan
psikologisnya dapat senantiasa selaras dengan ketentuan dan
petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala, termasuk mengatasi
kondisi-kondisi kejiwaan yang membuat seseorang menjadi
berada dalam keadaan tidak selaras.
− Dari sudut individu
Telah diketahui bahwa manusia merupakan makhluk individu.
Artinya seseorang memiliki kekhasannya sendiri sebagai suatu
pribadi. Dengan kata lain, keadaan orang perorang mencakup
keadaan jasmaniah dan rohaniahnya bisa membawa ke
33
kehidupan yang tidak selaras dengan ketentuan dan petunjuk
Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ketidaknormalan sosok
jasmaniah, ketidakunggulan (tetapi juga kesuperioritas) potensi
rohani, dapat membawa manusia ke kehidupan yang tidak
selaras. Agar problem-problem tersebut tidak menjadikan
manusia menjadi hidup tidak selaras dengan ketentuan dan
petunjuk Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka bimbingan dari
segi jasmani maupun rohani diperlukan kehadirannya (Faqih,
2001: 17).
c. Unsur-unsur bimbingan rohani Islam
Unsur-unsur bimbingan rohani Islam meliputi:
1. Unsur subjek (klien/pasien) adalah individu yang mempunyai
masalah yang memerlukan bantuan bimbingan rohani. Dalam
pelaksanaan bimbingan seorang klien harus dipandang dari
segi:
− Setiap individu adalah makhluk yang memiliki kemampuan
dasar beragama yang merupakan fitrah dari Tuhan.
− Setiap individu adalah pribadi yang berkembang secara
dinamis dan memiliki corak, watak, dan kepribadian yang
tidak sama.
− Setiap individu adalah pribadi yang masih berada dalam
proses perkembangan yang peka terhadap segala perubahan
(Arifin, 1982: 8).
34
2. Unsur pembimbing adalah orang mempunyai kewenangan
untuk melakukan bimbingan rohani Islam. Adapun yang
menjadi syarat mental psikologis bagi pembimbing adalah:
− Menyakini akan kebenaran agamanya, menghayati serta
mengamalkannya, karena ia menjadi pembawa norma
agama.
− Memiliki sikap dan kepribadian yang menarik terhadap
klien khususnya, dan kepada orang-orang yang ada di
lingkungan sekitarnya.
− Memiliki rasa bertanggung jawab, rasa berbakti tinggi serta
loyalitas terhadap tugas pekerjaannya yang konsisten.
− Memiliki kematangan jiwa dalam bertindak, menghadapi
masalah yang memerlukan pemecahan.
− Mampu mengadakan komunikasi (hubungan) timbal balik
terhadap klien dan lingkungan sekitar.
− Memiliki ketangguhan, kesabaran, serta keuletan dalam
melaksanakan tugas dan kewajibannya, dan lain-lain
(Arifin, 1982: 28-29).
Pekerjaan menjadi pembimbing bukanlah suatu
pekerjaan yang mudah dan ringan, sebab pasien-pasien yang
dihadapi sehari-hari di rumah sakit satu dengan yang lainnya
memiliki permasalahan yang berbeda-beda, masing-masing
35
pasien mempunyai keunikan dan kekhasan baik dalam aspek
tingkah laku, kepribadian, maupun sikap-sikapnya.
3. Unsur isi (materi) adalah suatu yang berkaitan dengan
kebutuhan jasmani dan rohani untuk mencapai kebahagiaan
dunia dan akhirat. Materi disini untuk memberikan bimbingan
pada pasien agar mempunyai ketabahan, kesabaran, dan
tawakal kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala serta tidak putus
asa dalam menerima penyakit.
Adapun sumber materi yang digunakan adalah dari
ajaran agama Islam antara lain:
− Aqidah
Aqidah adalah suatu yang mengharuskan hati menjadi
tenang, tentram dan menjadikan kepercayaan anda yang bersih
dari kebimbangan dan keraguan (Baedawi, 1983: 9).
Kedudukan aqidah sangat sentral dan fundamental,
karena ditautkan dengan rukun iman yang menjadi asas seluruh
ajaran Islam (Ali, 2002: 199). Ajaran aqidah Islam berarti
tentang pokok-pokok keimanan yang mutlak dan mengikat,
sehingga ia harus diyakini, dinyatakan dan diwujudkan dalam
perbuatan. Manifestasi daripada manusia adalah perwujudan
sikap. Pasien dilatih bersikap sabar dan tabah dalam
menghadapi penderitaan dengan cara menyerahkan persoalan
kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, atau memperkuat
36
keimanan pasien. Cara memperkuat keimanan bisa melalui doa,
karena doa adalah obat yang sebaik-baiknya untuk orang
sedang sakit. Sesuai firman Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam
surat Ar-Ra’ad ayat 28:
t⎦⎪ Ï% ©!$# (#θãΖ tΒ# u™ ’⎦ È⌡uΚ ôÜ s? uρ Ο ßγ ç/θè=è% Ìø. É‹ Î/ «! $# 3 Ÿωr& Ìò2 É‹ Î/ «!$#
’⎦ È⌡yϑ ôÜs? Ü>θè= à) ø9$#
Artinya : (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram (Departemen Agama RI, 2002: 252).
− Syariah
Syariah adalah hukum-hukum yang dinyatakan dan
diterapkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai peraturan
atau patokan hidup setiap muslim (Ali, 2002: 235). Adapun
materi yang dijadikan pedoman dalam bidang syariah adalah
mengenai pokok-pokok ibadah yang dirumuskan dalam rohani
Islam, yaitu pasien dianjurkan tetap melaksanakan ibadah.
Berbagai praktek keagamaan, disamping bernilai
bernilai ubudiyah juga memiliki hikmah tertentu, juga bernilai
sebagai salah satu bentuk menjaga kesehatan fisik dan psikis
sekaligus (Zuhruni, dkk, 2003: 83). Salah satunya adalah
sholat. Sholat dapat membersihkan jiwa dan mempunyai
manfaat besar bagi kesehatan (Su’dan, 1997: 101).
37
− Akhlak
Akhlak adalah keadaan yang melekat pada jiwa
manusia yang melahirkan perbuatan, mungkin baik mungkin
buruk (Ali, 2002: 346). Materi bimbingan rohani Islam yang
berbentuk akhlak disini adalah memberikan pelajaran tata cara,
adab atau sopan santun dalam berdoa, serta memberi dorongan
mental yang berupa penuturan langsung tentang ayat-ayat al-
Qur’an dan hadits.
4. Unsur metode adalah suatu cara yang digunakan untuk
memecahkan masalah yang dialami pasien. Dalam hal ini yang
digunakan sebagai proses komunikasi antara pembimbing
dengan klien (pasien), dibagi menjadi dua yaitu:
− Metode individual atau langsung
Pembimbing melakukan komunikasi langsung secara
individual dengan pihak yang dibimbingnya. Diantaranya
adalah percakapan pribadi, yakni pembimbing melakukan
dialog langsung, tatap muka dengan pihak yang dikunjungi
atau dibimbing (Musnamar, 1992: 49).
− Metode kelompok atau tidak langsung
Metode ini sama dengan group guidance, yaitu metode
bimbingan yang dilakukan melalui komunikasi massa (Faqih,
2001: 54). Dalam pelaksanaan bimbingan seorang pembimbing
38
mengarah pembicaran dan sasarannya pada klien (pasien) yang
mempunyai masalah yang sama.
2. Konsep Model Bimbingan Rohani Dalam Kristen
a. Landasan Model Bimbingan Rohani Kristen
Bimbingan rohani merupakan aspek yang sangat berharga
dalam kehidupan Gereja, bila Gereja menghayati hidup dan tugas
perutusannya secara penuh, Gereja tidak hanya mengajarkan
kepada anggota-anggotanya untuk mengenal Tuhan sebagai
Pencipta dan Penyelamat, sebagaimana Tuhan sendiri
menunjukkan diri-Nya. Gereja juga perlu membantu anggota-
anggotanya untuk menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran.
“Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah-Nya dalam roh dan
kebenaran” (Yoh, 4: 24). Darminta (2002 : 27– 28) menyebutkan
dalam Kitab Suci Dalam Perjanjian Lama dapat ditemukan adanya
beberapa orang yang menjadi sahabat Tuhan, seperti Abraham,
Musa dan para Nabi. Mereka bergaul akrab dengan Tuhan,
berbicara dengan Tuhan. Karena mereka sedemikian dekat dengan
Tuhan, mereka pun berperan sebagai pembimbing umat untuk
bergaul dengan Tuhan.
Dalam Perjanjian Baru terdapat suatu ajaran untuk
memberikan bimbingan rohani. Semasa di dunia, Tuhan Yesus
sering kali menolong orang-orang sakit, Gereja diibaratkan sebagai
tubuh Kristus, persekutuan orang yang percaya. Mereka berbakti,
39
berdoa, mengkabarkan Injil, mengajar dan hidup saling tolong-
menolong, bahkan Tuhan Yesus mengatakan, “Dengan demikian
semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku,
yaitu jikalau kamu saling mengasihi” (Yoh, 13: 35).
b. Latar Belakang Perlunya Bimbingn Rohani Kristen
Menurut Alkitab, manusia adalah kesatuan dari tubuh,
jiwa, dan roh. Kata-kata untuk jiwa dan roh tampaknya sering
dipakai secara bergantian, khususnya di Perjanjian Lama. Dilwyn
Price (1997: 159) menyatakan kata dasar Roh dalam bahasa
Ibraninya adalah kata yang biasanya diterjemahkan dengan “jiwa”,
jiwa berarti makhluk yang hidup. Sedang dalam Perjanjian Baru
memakai tiga kata untuk menggambarkan manusia, yaitu tubuh
(soma), jiwa (psyhce), dan roh (pneuma). Tubuh, jiwa dan roh
adalah tritunggal, jadi dalam diri orang yang tidak mengenal
Tuhan sebagai juru selamat, maka rohnya mati. Ketika roh mati
maka terjadi ketidakharmonisan, keseimbangan pikiran dan tubuh
terganggu, dan kemungkinan jadi sakit.
Dengan dasar itulah, maka diperlukan adanya upaya untuk
mengembangkan spiritual (rohani) orang yang dibimbing. Dengan
begitu, manusia diharapkan dapat mengasimilasikan dirinya
dengan Kristus dalam Gereja dan bekerjasama dengan Roh Kudus
dalam perjalanannya menuju kemanusiaan didalam Kristus
(Darminta, 2005: 34).
40
c. Unsur-unsur bimbingan rohani Kristen.
− Pembimbing rohani
Pembimbing rohani mempunyai tugas memberikan bantuan
untuk hidup menuju ke pengalaman iman yang personal, konkret,
dan historis. Dengan demikian, jelaslah bahwa seorang
pembimbing rohani haruslah seorang yang cukup mempunyai
pengalaman dalam menghayati hidup berimannya, bergaul dengan
Tuhan Allah, kenal akan gerakan Roh, dan seorang pendoa sejati
(Darminta, 2005: 37). Dengan kata lain seorang pembimbing
rohani diharapkan dapat mengenal keadaan orang yang dibimbing,
agar sungguh-sungguh dapat hadir secara pribadi. Dari
pengalaman hidupnya bersama Tuhan Allah, seorang pembimbing
diharapkan dapat menjadi penopang agar orang yang dibimbing
tetap mampu memusatkan hidupnya kepada Tuhan Allah.
Beberapa hal yang harus dimiliki oleh seorang
pembimbing, antara lain:
a) Punya kesadaran yang tinggi akan keterbatasannya, maka
dia harus berbicara dengan rendah hati.
b) Punya pengetahuan psikologi yang cukup.
c) Mampu memberikan inspirasi dan dorongan.
d) Mampu menempatkan diri pada keadaan yang berbeda-
beda.
e) Realistis dan tahu bagaimana memahami keadaan.
41
f) Kepribadian yang kuat untuk menghadapi bermacam-
macam keadaan. Tidak mudah tenggelam dan larut dalam
keadaan orang lain maupun dalam hubungan yang
dibinanya.
g) Kedewasaan afeksi yang kuat, untuk tidak memenuhi
kebutuhan-kebutuhan afeksinya kepada orang yang
dibimbingnya.
h) Mampu menumbuhkan kepercayaan.
i) Mempunyai kemampuan untuk komunikasi.
j) Mampu menyimpan semua isi pembicaraan pribadi.
k) Menjadi orang yang beriman kuat dan seorang pendoa
sejati (Darminta, 2005: 52).
− Isi bimbingan rohani
a) Doa
Doa adalah cara kita bercakap-cakap dengan Tuhan,
cara kita berhubungan dengan siapakah diri kita
sesungguhnya, serta usaha menjembatani kedua diri kita
lahiriah dan batiniah dengan Tuhan (Steiger, 1999: 8). Jadi
berdoa adalah hal yang penting bagi setiap orang Kristen,
karena doa merupakan nafas kehidupan rohaninya. Ada yang
menyatakan, “berdoa adalah mempersembahkan keinginan
kita kepada Tuhan, di dalam nama Kristus, dengan
pertolongan Roh Kudus, pernyataan dari isi hati kita yang
42
terdalam, suatu pengalaman dalam komunikasi yang nyata
dengan Pencipta kita (Biehl, dkk, 1999: 11). Doa dapat
menjadi suatu kegiatan yang paling penting dan paling
mendatangkan kuasa dalam sepanjang hidup anda, berikut ini
adalah beberapa alasannya:
Doa dapat membawa sesuatu untuk diri anda pribadi.
Doa mencakup persekutuan dan perhubungan dengan
Tuhan semesta alam.
Doa merupakan kunci untuk memahami kehendak
Tuhan.
Doa ialah anda berbicara kepada Tuhan dan Tuhan
berbicara kepada anda.
Tuhan mendengar dan menjawab doa-doa anda (Biehl,
1999: 12).
b) Pujian
Dalam Perjanjian Baru kata-kata Ibrani ditambahi
kata-kata Yunani, sehingga memberi arti yang lebih luas
mengenai pujian. Salah satu kata Yunani yang terkenal yang
dipakai untuk menyatakan pujian kepada Tuhan ialah
hymnos, dan dari kata hymn dalam bahasa Inggris, ysng
artinya nyanyian pujian (Biehl, dkk, 1999: 15). Berdoa dan
menyanyikan puji-pujian kepada Tuhan, pada saat kesulitan
atau sakit merupakan suatu bentuk penyembahan dan
43
merupakan hal yang positif yang akan mendatangkan
penyembuhan.
Salah satu kata yang paling sering dipakai untuk
menyatakan pujian kepada Tuhan Allah dalam Perjanjian
Lama ialah hallelu, sebuah kata Ibrani yang dalam bahasa
Indonesia diterjemahkan menjadi “haleluya” (Biehl, dkk,
1999: 16).
− Wawancara rohani
Wawancara rohani merupakan pelayanan untuk
membantu agar akrab dengan Tuhan. Wawancara merupakan
bagian dari bimbingan rohani. Yang dicari dalam bimbingan
rohani adalah Kristus, bukannya pembimbing, karena
bimbingan rohani pada dasarnya ialah dari Kristus yang
bangkit dan menyertai manusia melalui Gereja. Pendekatan
melalui nama personal ini justru terjadi lewat bimbingan
rohani, sebab bimbingan terjadi lewat hubungan personal
dengan wawancara dari hati ke hati.
Dalam wawancara rohani, pembimbing rohani harus
mampu membantu orang yang dibimbing untuk membuat
penilaian rohani atas hidupnya berdasarkan kehadiran Tuhan
(Darminta, 2005: 42). Pembimbing harus tahu waktu, kapan
dia harus memindahkan ke hal-hal yang lebih rohani, meski
harus mampu masuk ke dalam pembicaraan tentang hal-hal
44
biasa. Pada saat klien (pasien) mulai berbicara tentang hal
yang serius dan penting, pembimbing harus memperhatikan
dengan sepenuh hati. Pembimbing harus punya kepekaan dan
instuisi. Pembimbing sewaktu mengadakan wawancara
rohani pun perlu memperhatikan posisi dan cara duduknya,
sehingga ada kesatuan hati yang sungguh-sungguh antara
kedua belah pihak, sehingga wawancara itu tetap merupakan
pertemuan personal. Sikap pembimbing selama wawancara
antara lain:
a) Pembimbing harus bersikap ramah, penuh dengan afeksi
yang sehat. Pertemuan sebaiknya dalam suasana penuh
penerimaan dan pemahaman atas pribadi. Dengan kata
lain persahabatan penuh kehangatan, baik dalam kata-
kata yang diucapkan pertama kali dalam pertemuan itu
maupun dalam sikap, mendengarkan dengan seluruh
perhatian.
b) Pembimbing harus bersikap jernih dan sederhana
sehingga orang yang datang kepadanya menjadi krasan.
c) Pembimbing perlu memiliki kelembutan hati dan
kedamaian. Kelembutan hati berarti suatu kemampuan
untuk memahami dan ikut merasakan keadaan dan rasa
perasaan orang lain khususnya pasien.
45
d) Pembimbing harus ikhlas, tulus hati, apa adanya dalam
menerima orang yang dibimbing (Darminta, 2005: 48).
2.2 Motivasi
2.2.1. Pengertian Motivasi
Dalam mendefinisikan konsep motivasi ini didapati suatu
kesulitan, karena motivasi masih merupakan suatu konsep yang masih
kontroversial. Dalam pembahasan psikologi terdapat istilah motivasi.
Kadang-kadang motif dan motivasi itu digunakan secara bersamaan
dan dalam makna yang sama. Beberapa pakar psikologi ada yang
membedakan istilah motif dan motivasi, antara lain bahwa motif
adalah semua macam dan bentuk tingkah laku, yang diarahkan kepada
suatu tujuan tertentu (Baihaqi, dkk, 2005: 43). Motif dapat berupa
kebutuhan dan cita-cita. Motif merupakan tahap awal dari proses
motivasi, sehingga motif baru merupakan suatu kondisi intern atau
disposisi (kesiapsiagaan) saja. Sebab motif tidak selamanya aktif.
Motif aktif pada saat tertentu saja, yaitu apabila kebutuhan untuk
mencapai tujuan sangat mendesak (Shaleh dan Wahab, 2004: 131).
Apabila suatu kebutuhan dirasakan mendesak untuk dipenuhi,
maka motif dan daya pengggerak menjadi aktif. Motif yang aktif inilah
yang disebut motivasi. Motivasi dapat didefinisikan dengan
serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu,
sehingga seorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu dan bila ia
46
tidak suka, maka akan berusaha meniadakan perasaan tidak suka itu.
Jadi motivasi itu dapat dari dalam dan dari luar tetapi motivasi itu
tumbuh dalam diri seseorang (Sadirman, 2001: 73 ).
Dalam kegiatan penyembuhan di rumah sakit, maka motivasi
dapat dikatakan sebagai penggerak didalam diri pasien yang
menimbulkan semangat untuk cepat sembuh sehingga tujuan yang
dikehendaki dapat tercapai.
2.2.2. Fungsi Motivasi
Adapun fungsi motivasi, antara lain:
a) Memotivasi atau mendorong manusia untuk berbuat atau bertidak.
Motif itu sebagai penggerak yang memberikan energi (kekuatan)
pada seseorang untuk melakukan sesuatu.
b) Motivasi itu menentukan arah perbuatan. Yakni kearah perwujudan
suatu tujuan atau cita-cita. Makin jelas pula terbentang jalan yang
harus ditempuh.
c) Motivasi itu menyeleksi perbuatan kita. Artinya menentukan
perbuatan-perbuatan mana yang harus dilakukan, yang serasi guna
mencapai tujuan itu (Syah, 2000: 70-71). Seorang pasien yang
ingin cepat sembuh dari sakit harus punya semangat yang tinggi
dan harus memenuhi perintah dari dokter seperti untuk minum obat
tepat pada waktunya juga bertawakal pada Allah Subhanahu wa
Ta’ala seperti yang diajarkan oleh rohaniawan.
47
2.2.3. Teori Motivasi
Teori-teori motivasi dapat dikategorikan menjadi tiga
kelompok yaitu teori dengan pendekatan isi (content), proses, dan
penguatan. Teori dengan pendekatan isi lebih banyak menekankan
pada faktor apa yang membuat individu melakukan suatu tindakan
dengan cara tertentu (Surya, 2003: 102). Yang tergolong kedalam
kelompok teori ini misalnya teori jenjang kebutuhan dari Maslow.
Teori pendekatan proses, tidak hanya menekankan pada faktor apa
yang membuat individu bertindak dengan cara tertentu, tentang juga
bagaimana individu termotivasi. Yang tergolong teori ini adalah teori
motif berprestasi. Contoh teori dengan pendekatan penguatan lebih
menekankan pada faktor-faktor yang dapat meningkat suatu tindakan
dilakukan atau yang dapat mengurangi suatu tindakan. Yang tergolong
teori ini adalah teori operant conditioning.
− Teori jenjang kebutuhan
Dikembangkan Abraham Maslow dan banyak digunakan
dalam konseling. Menurut teori ini, ada lima tingkatan kebutuhan
dalam diri manusia, yaitu kebutuhan jasmaniah, kebutuhan
memperoleh rasa aman (sehat), kebutuhan sosial, kebutuhan
memperoleh harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri. Kelima jenis
kebutuhan itu mendorong individu melakukan berbagai tindakan.
Sebagai contoh kebutuhan untuk memperoleh rasa aman, sakit
48
akan menimbulkan rasa resah dan gelisah, karena didalamnya tidak
terdapat rasa aman. Maka seseorang akan terdorong untuk
mengobati penyakitnya apabila sakit, karena sehat dapat
menimbulkan rasa aman dan tentram.
− Teori motif berprestasi
Menurut McCelland, pada dasarnya dalam diri setiap orang
terdapat kebutuhan untuk melakukan perbuatan dalam memperoleh
hasil yang sebaik-baiknya, dan mendorong individu untuk
melakukan perbuatan sebaik mungkin, jadi menurut teori ini
perbuatan yang dilakukan seorang itu didorong oleh adanya
kebutuhan untuk berprestasi sebaik mungkin dalam mencapai
tujuan (Surya, 2003: 104). Dalam proses bimbingan dan konseling
klien perlu didorong untuk melakukan pelbagai tindakan yang
berorientasi kualitas dan nilai tambah sehingga dapat menghasilkan
sesuatu secara efektif dan produktif.
− Teori penguatan
Menurut Skinner, setiap respon yang terjadi dari stimulus,
akan menjadi baru yang mendorong untuk berprilaku. Bila
stimulus menghasilkan sesuatu yang memuaskan, maka tindakan
cenderung akan diperkuat, dan sebaliknya apabila kurang
memuaskan maka tindakan itu cenderung akan diperlemah (Surya,
2003:105). Dalam melakukan bimbingan hendaknya pembimbing
memberikan penguatan terhadap tindakan yang dinilai positif atau
49
baik, jadi perawat rohani memberi dorongan untuk menuruti kata
dokter dan tepat minum obat agar pasien cepat sembuh, dan
meninggalkan tindakan-tindakan yang dipandang negatif atau
kurang tepat, sebagai contoh minum obat telat, dan lain-lain.
− Teori hedonisme
Teori ini menyatakan bahwa segala perbuatan manusia,
entah itu disadari ataupun tidak disadari, entah itu timbul dari
kekuatan luar maupun dalam, pada dasarnya mempunyai tujuan
sama, yaitu mencari hal-hal yang menyenangkan dan menghindari
hal-hal yang menyakitkan (Handoko, 1992: 11). Pada intinya
menurut teori ini manusia atau individu menginginkan dirinya
sehat dan akan mencari penyembuhan apabila dirinya merasa sakit.
2.3 Kesembuhan Pasien
2.3.1. Pengertian Kesembuhan Pasien
Setiap penyakit, betapapun ringan, seperti flu, sakit perut,
kepala pusing dan sebagainya dirasakan sebagai suatu gangguan dalam
kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu penyakit tidak disambut dengan
baik. Bagi seorang yang produktif, penyakit dapat menganggu
pekerjaannya, fungsi sosialnya, dan kegiatannya sekaligus merupakan
halangan bagi orang untuk mencapai suatu tujuan. Jadi apabila
seseorang menjadi sakit maka akan mencari kesembuhan.
50
Kesembuhan berasal dari kata sembuh yang berarti menjadi
sehat kembali dari sakit atau penyakit (Poerwadarminto, 2002: 1027).
Sedangkan pasien adalah orang sakit yang dirawat dokter atau pederita
sakit (Poerwadarminto, 2002: 834). Konteks dalam penulisan ini
adalah pasien rawat inap yaitu pasien yang memperoleh pelayanan
kesehatan menginap di rumah sakit. Dibangunnya rumah sakit adalah
dalam rangka menolong orang sakit atau agar tetap sehat. Yang
menjadi objek adalah pasien rawat inap karena biasanya pasien yang
bukan rawat inap dalam arti rawat jalan, sakitnya tidak parah dan
kurang membutuhkan bimbingan rohani. Sedangkan definisi
operasional kesembuhan pasien adalah pasien yang sudah sehat
jasmaninya yaitu terdapatnya keserasian yang sempurna antara
bermacam-macam fungsi jasmani, disertai dengan kemampuan untuk
menghadapi kesukaran-kesukaran yang biasa, yang terdapat dalam
lingkungan, disamping secara positif merasa gesit, kuat, dan
bersemangat (El-Qudsi, 1982: 36).
2.3.1. Faktor yang Mempengaruhi Kesembuhan Pasien
Seorang pasien tidak hanya memerlukan bantuan fisik tetapi
juga bantuan non fisik yang berupa bantuan spiritual dan bimbingan
rohani yang dapat menimbulkan rasa optimis dalam memghadapi
permasalahan hidup. Oleh karena itu, semakin erat hubungan antara
dokter (terutama dokter jiwa) dengan agama, maka semakin baik pula
51
terapi yang dapat ia berikan sebab kadang-kadang penyakit itu terjadi
disebabkan oleh hal-hal yang berhubungan dengan agama (Daradjat,
1993: 31).
WHO telah menyempurnakan batasan sehat dengan
menambahkan satu elemen spiritual (agama) sehingga sekarang ini
yang dimaksud dengan sehat adalah tidak hanya sehat dalam arti fisik
saja, psikologik dan sosial, tetapi juga sehat dalam arti spiritual atau
agama (empat dimensi sehat: bio-psiko-sosio-spiritual) (Hawari, 1997:
12)
Pasien rawat inap yang datang ke rumah sakit memiliki
pelbagai macam perasaan, ada yang tabah dan sabar, ada yang merasa
takut, bingung, kesepian, putus asa, dan perasaan lainnya. Bagi yang
tabah dan sabar, maka mentalitas dan dirinya akan bertambah kuat
serta nilai kerohaniannya akan meningkat, sehingga baginya sakit
bukanlah masalah yang banyak menyita pikiran, karena ia yakin bahwa
di balik sakit yang dideritanya Tuhan akan memberi hikmah yang
banyak, dan akan diberi kesembuhan. Ini merupakan motivasi dari
dalam yang bisa membantu proses penyembuhan bagi pasien.
Sebaliknya bagi yang iman dan jiwanya lemah, maka ia akan resah dan
gelisah yang secara bertahap akan tampak lebih parah dan menyulitkan
bagi orang-orang yang merawat. Dalam kondisi yang demikian maka
layanan bimbingan rohani sangat dibutuhkan untuk memberi dorongan
moral dan spiritual bagi pasien tersebut.
52
Bentuk-bentuk terapi penyembuhan bagi pasien, antara lain:
− Terapi spiritual
Menyembuhkan penyakit dengan mengunakan kekuatan
spiritual sudah lama berkembang pada zaman Nabi Muhammad
Shallallahu Alaihi wa Sallam, serta praktek penyembuhan
spiritual pernah dilakukan oleh sahabat Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam, disamping secara medis dengan mengunakan
madu, sebagai obat utama dengan mantera doa (Salaby, 2002:
71-72).
Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam
membenarkan praktek ruqyat dalam bentuk doa memohon
kesembuhan, berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari
segala yang menimpa manusia dan bermohon kepada-Nya untuk
melenyapkan penyakit yang dideritanya, seperti yang biasa
dilakukan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam
sewaktu menengok orang sakit dengan doa seraya mengusap si
sakit dengan tangan kanannya (Zuhroni, dkk, 2003: 30). Bentuk-
bentuk terapi spiritual antara lain:
a) Membaca fatihatul kitab (Surat al-Fatihah). Al-Fatihah juga
disebut sebagai penjaga stamina, penolak kesedihan, dan
membacanya dengan tartil untuk menyembuhkan penyakit
serta digunakan untuk mengobati orang yang kena sengatan
binatang beracun sehingga sembuh (Al-Jauziyah, 2005: 402).
53
b) Sholat merupakan terapi untuk menentramkan dan
memperkuat jiwa (Al-Jauziyah, 2005: 253). Disamping
berbentuk gerakan-gerakan fisik yang bernilai olahraga fisik
juga memiliki banyak nilai kerohanian yang berguna bagi
mendukung kesehatan rohani dan juga berpengaruh pada
kesehatan jasmani. Sisi rohaninya, bahwa sholat yang
khusyu’ dapat menenangkan urat saraf, mengendorkan
ketegangan atau stess, mengobati kegelisahan hati serta dapat
memberikan ketenangan. Keadaan tersebut dapat menentukan
kesehatan tubuh (Zuhroni, 2003: 58).
Demikian juga didalam Kristen terapi spiritual dilakukan
melalui doa, karena doa dapat menyembuhkan (Price, 2005;
157).
− Terapi zona
Dokter WM.H. Fitzgerald, alumnus Universitas
Vermotadl orang yang menemukan suatu terapi yang disebut
terapi zona. Ia pernah bekerja di rumah sakit Bestor selama dua
setengah tahun dan menjadi anggota staff rumah sakit pusat di
London.
Dokter Fitzgerald pernah membuktikan bahwa penyakit
dapat disembuhkan dengan pijatan pada zona tertentu di telapak
kaki pasien, walaupun sebenarnya metode pijatan ini sudah lama
diketahui ahli pengobatan Tiongkok (Salaby, 2002; 82).
54
− Terapi Juice
Dokter R.A Nainggolan dalam bukunya Diet dan
Therapy, menyatakan bahwa mengkonsumsi minuman juice dari
macam-macam buah dapat mencegah dan menyembuhkan
penyakit (Salaby, 2002: 90).
− Terapi Akupuntur
Suatu teknik pengobatan tradisional China untuk
menghilangkan rasa sakit dan memperbaiki kesehatan. Sejumlah
jarum ditusukkan ke ratusan titik “meridian” pada beberapa
bagian tubuh untuk mengubah aliran energi tubuh atau kekuatan
seseorang untuk menghilangkan sakit dan memperbaiki
kesehatan fisik dan mental (Wilkinson, 2002: 87).
55
BAB III
MODEL BIMBINGAN ROHANI DALAM MEMOTIVASI KESEMBUHAN
PASIEN DI RUMAH SAKIT ISLAM SUNAN KUDUS DAN RUMAH
SAKIT MARDI RAHAYU KUDUS
3.1 Gambaran Umum dan Pelaksanaan Model Bimbingan Rohani Rumah
Sakit Islam Sunan Kudus
3.1.1. Tinjauan Umum Rumah Sakit Islam Sunan Kudus
A. Sejarah Berdirinya
Rumah Sakit Islam Sunan Kudus merupakan institusi
pelayanan kesehatan milik Yayasan Kesehatan Islam Kudus
(YAKIS). Yayasan ini didirikan pada tanggal 08 Juni 1985 M/ 17
Ramadhan 1405 H dengan Akte Notaris Benyamin Kusuma, SH.
Jl. Tanjung No. 03A Telp. (0291) 431242 Kudus.
Tujuan utama didirikannya Yayasan Kesehatan Islam
(YAKIS) adalah menyelenggarakan usaha kesehatan masyarakat
sebagai perwujudan amaliyah sesuai dengan ajaran Islam, turut
membantu pemerintah dalam rangka menyediakan sarana dan
prasarana di Kudus.
Sejak didirikan sampai dengan sekarang telah diadakan
beberapa kali penyempurnaan kepengurusan Yayasan. Adapun
susunan Pengurus Yayasan dan Direksi RSI Sunan Kudus yang
terakhir periode 2007-2012 adalah sebagai berikut:
56
PEMBINA
Penasehat : KH. Sya’roni Achmadi
Ketua : dr.H.A. Zainuri Kosim, Sp.PD.
Sekretaris : H.M. Chusnan Ms, BA
Anggota : 1. H. Nawawi Rusydi
2. H. Tas’an Wartono
3. dr. H. Machfudz Ibawi, Sp.THT
4. H. Fahrur Rozy, SE (Ex Officio MD)
PENGURUS
Ketua Umum : Drs. H. Djuffan Achmad
Ketua : H. Prayitno
Sekretaris Umum : H. Achmad Hasyim, SH
Sekretaris : Drs. H. Koessoebardi SD
Bendahara Umum : Drs. H. Aris Syamsul Ma’arif
Bendahara : H. Saiful Annas NR
Anggota : 1. dr. H. Aris Munandar, MMR, MBA
2. H. Firman Lesmana, SE, MM
3. H. Moersjidi
4. H. Hilman Nadjib
5. Drs. H.M. Faqih, MM
PENGAWAS
Ketua : H.M Dodiek Tas’an Wartono
Anggota : 1. Drs. H. Sonhadji N
2. Drs. H. Musman Tholib, M.Ag
57
Tepat pada tanggal 01 Oktober 1990 M/ 12 Robi’ul Awal
1411 H. Rumah Sakit Islam Sunan Kudus dioperasionalkan
pertama kali yang peresmiannya dilakukan oleh Bapak H. Ismail
Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Tengah (dokumen
Rumah Sakit Islam Sunan Kudus).
B. Kedudukan dan Status
Rumah Sakit Islam Sunan Kudus adalah amal usaha dari
Yayasan Kesehatan Islam Kudus (YAKIS) yang bergerak di
bidang kesehatan.
Adapun status dari Rumah Sakit Islam Sunan Kudus
adalah rumah sakit umum swasta type Madya (type C)
berdasarkan penetapan kelas oleh Dirjen Yanmed Nomor:
YM.00.02.3.4.312 tanggal 28 April 1999.
C. Tujuan, Visi, Misi, Dan Motto
Tujuan, Visi, Misi dan Motto Rumah Sakit Islam Sunan
Kudus diberlakukan dengan tujuan untuk diketahui, dipahami
dan dihayati serta dilaksanakan oleh seluruh karyawan di
lingkungan Rumah Sakit Islam Sunan Kudus.
− Tujuan
Menyelenggarakan usaha-usaha kesehatan yang Islami
kepada semua lapisan masyarakat sehingga tercipta
masyarakat yang sehat lahir batin sebagai sumber daya
manusia yang produktif.
58
− Visi
Memberikan pelayanan kesehatan lahir batin secara Islami
serta terjangkau oleh semua lapisan masyarakat.
− Misi
Menjadi Rumah Sakit Swasta di daerah dengan reputasi
nasional dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat lahir batin serta optimal dengan perilaku Islami.
− Motto
Islami, Sehat, Bersih, Indah, Rapi dan Ramah.
D. Fasilitas dan Pelayanan
Rumah Sakit berusaha untuk melengkapi semua layanan-
layanan yang dibutuhkan konsumen dengan berusaha memenuhi
fasilitas yang sesuai dengan standar dan mutu layanan yang telah
menjadi kesepakatan serta telah ditetapkan oleh tim-tim yang ada
di Rumah Sakit.
# Fasilitas- fasilitas
1. Layanan Unit Gawat Darurat.
2. Layanan Rawat Jalan
− Poliklinik umum
− Poliklinik spesialis
− Poliklinik gigi
− Poliklinik fisioterapi
3. Layanan Rawat Inap (spesialistis)
59
4. Instalasi Bedah Sentral.
5. Kebidanan dan Persalinan.
6. Radiologi dan Ultrasonography
7. CT. Scan dan Hemodialisa (cuci darah)
8. Laboratorium Klinik
9. Instalasi Farmasi/ Apotik
10. Konsultasi Gizi
11. Pemulasaraan Jenazah
12. Utilitas
− 2 unit mobil ambulance
− 2 unit mobil jenazah
13. Layanan General Check Up
14. Sarana Pembakaran Limbah Medik
15. Sarana Ibadah (Masjid dan Mushalla)
16. Instalasi Pengelolaan Air Limbah
# Layanan kesehatan
1. Pelayanan Gawat Darurat
Kegiatan : Buka setiap hari selama 24 jam
Fasilitas : a. Ruang Triage
b. Ruang Resusitasi
c. Ruang Observasi
d. Ruang Bedah Minor/ Tindakan
e. Ruang infeksi
60
Peralatan : a. Ventilator
b. DC-Shock
c. ECG bed side monitor
Ketenagaan : a. Dokter umum 6 orang
b. Dokter Spesialis siap panggil
2. Pelayanan Rawat Jalan
Kegiatan : a. Klinik Umum
b. Klinik Gigi dan Mulut
c. Klinik KB, KIA dan Hamil
d. Klinik Fisioterapi
e. Klinik Spesialis
Ketenagaan : a. Dokter Umum 6 orang
b. Dokter Spesialis 14 orang
c. Dokter Gigi 1 orang
3. Pelayanan Rawat Inap
Kegiatan : Rawat Inap
4. Jenis Pelayanan Rawat Inap
a. Penyakit dalam
b. Bedah umum
c. Kebidanan dan kandungan
d. Penyakit kulit dan kelamin
e. Penyakit THT
f. Penyakit mata
61
g. Penyakit anak
h. Penyakit saraf
i. Bedah tulang
j. Gigi
E. Struktur Organisasi
Dapat dilihat pada lampiran 1.
3.1.2 Sistem Pelayanan Bimbingan Rohani Rumah Sakit Islam Sunan
Kudus
A. Pelayanan
Rumah Sakit Islam Sunan Kudus sebagai institusi
kesehatan Islam berusaha memberikan pelayanan kesehatan
menyeluruh dan paripurna dengan diilhami nafas Islami, sebab
dalam kondisi yang mengalami penderitaan, tidak sehat atau sakit,
dan memerlukan pengobatan sangat mempengaruhi kondisi
kejiwaan yaitu dalam arti jiwa tidak stabil, tidak tenang dan tidak
tentram (gelisah). Manusia tersusun dari dua unsur yaitu unsur
jasmani dan unsur rohani, kedua-duanya saling mempengaruhi.
Alasan tersebutlah yang dijadikan adanya pelayanan kerohanian di
Rumah Sakit Islam Sunan Kudus. Pelayanan kerohanian
merupakan bagian pelayanan kesehatan yang tidak dapat
diabaikan, karena ketenangan mentalitas dan kejiwaan akan
berdampak pada kecepatan dalam penyembuhan. Penyelenggaraan
62
pelayanan kerohanian di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus adalah
pemberian asuhan atau bimbingan keadaan jiwa dan mental berupa
pemberian motivasi, penyediaan buku tuntunan rohani dan
pemberian ceramah, bacaan al-Qur’an tartil serta penyuluhan-
penyuluhan. Adapun tujuan pelayanan kerohanian di Rumah Sakit
Islam Sunan Kudus antara lain pertama terciptanya pelayanan
kesehatan yang menyeluruh baik jasmani maupun rohani, kedua
memenuhi kebutuhan rohani pasien, dan ketiga memberikan
motivasi kepada pasien, sehingga terhindar dari sikap putus asa
dan putus harapan (wawancara dengan petugas kerohanian tanggal
3 desember 2008).
Pelaksanaan pemberian pelayanan kerohanian agar tepat
guna dan tepat sasaran sesuai dengan yang dipesankan pada tujuan
penyelenggaraan pelayanan, maka materi dan jenis pelayanan yang
dilaksanakan:
1. Pemberian buku tuntunan rohani bagi setiap pasien.
2. Pemberian motivasi dan doa pada setiap pasien rawat inap,
lewat kegiatan kunjungan pasien.
3. Pemberian bimbingan atau membacakan surat Yasin bagi
pasien terminal.
4. Pemberian ceramah keagamaan lewat pengeras suara (sound
system).
63
5. Pemberian suasana keagamaan dengan bacaan al-Qur’an tartil
dan lagu-lagu qosidah.
6. Pemberian penyuluhan-penyuluhan lewat sound system.
7. Pemberian buku tuntunan rohani bagi perawat.
8. Pemberian bimbingan pada pasien pra operasi dengan bacaan
doa-doa.
9. Pemberian bimbingan pasien mau melahirkan dan post
melahirkan.
10. Penyediaan sarana ibadah.
Pemberian buku tuntunan rohani bagi pasien di berikan
pada waktu pasien datang rawat inap. Berisi tuntunan tentang
bagaimana bila seseorang sedang mendapat ujian dari Allah
Subhanahu wa Ta’ala berupa sakit, baik dialami sendiri, anggota
keluarga maupun orang lain. Di samping itu, juga berisi tentang
tata cara beribadah bagi orang yang sedang sakit sehingga
meskipun dalam keadaan demikian pasien khususnya dan siapa
saja yang terkait tetap dapat melaksanakan kewajiban dan
mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh
karena itu buku tersebut dapat dijadikan pegangan bagi pasien,
keluarga pasien maupun petugas kesehatan dalam proses
perawatan dan penyembuhan. Hal lain yang juga dilakukan pihak
kerohanian Rumah Sakit Islam Sunan Kudus adalah menyusun
pedoman Bagian Kerohanian Rumah Sakit Islam Sunan Kudus
64
berisi uraian tentang pengertian dan tujuan pelaksanaan pelayanan
kerohanian, memahami kondisi jiwa orang sakit, etika di
lingkungan rumah sakit, tata cara dan doa yang diucapkan untuk
pasien, dan standar operasional dan prosedur pemulasaraan
jenazah. Dengan adanya buku tersebut bertujuan agar petugas
kerohanian terdapat patokan yang seragam serta kompak, sehingga
tidak membingungkan pasien. Semua ini dilakukan agar pelayanan
bisa diberikan secara maksimal agar mempercepat proses
kesembuhan pasien.
Kunjungan kerohanian terhadap pasien rawat inap
dilakukan setiap hari, pada waktu pagi dan siang. Untuk
menunjang kegiatan bimbingan rohani tersebut Rumah Sakit Islam
Sunan Kudus mempercayakan pada dua orang dengan jadwal yang
bergantian. Pasien Putra, dibina oleh perawat rohani Putra,
sedangkan pasien Putri, dibina oleh perawat rohani Putri, kecuali
apabila dalam keadaan darurat, maka harus ditangani oleh kedua-
duanya. Untuk perawatan pasien dengan sakit ringan, perawat
rohani mengajarkan, memperingatkan dan memberi kesempatan
kepadanya supaya senantiasa ingat kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala dan mengerjakan segala amal ibadah yang dapat
mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala seperti
shalat, berdzikir, membaca al-Qur’an dan sebagainya, serta
menyediakan mushalla khusus, bacaan enteng yang berjiwa
65
keagamaan, hiburan-hiburan yang berjiwa keagamaan dan
mewujudkan suasana keagamaan (wawancara dengan petugas
kerohanian tanggal 3 Desember 2008).
Adapun prosedur kunjungan kerohanian pada pasien rawat
inap, antara lain:
1. Mengunjungi pasien-pasien ke ruangan-ruangan dengan
salam, sikap santun, ramah dan penuh perhatian serta
menunjukkan sikap ikut prihatin atas cobaan penderitaan sakit
yang diterimanya.
2. Perkenalan dengan pasien dan keluarga pasien.
3. Bertanya tentang penderitaan (sakit) yang diderita pasien.
4. Mendoakan pasien.
5. Meninggalkan pasien dari ruangan dengan sikap sopan, ramah,
penuh perhatian dan mengucapkan salam.
Kegiatan lain adalah pemberian ceramah keagamaan lewat
pengeras suara atau sound system. Adapun jadwal materi
kerohanian, informasi, penyuluhan, dan lain-lain melalui sound
system di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus sebagai berikut:
No.
JAM MATERI PETUGAS
1. 04.15-04.30 WIB Adzan shalat Shubuh Doa bangun tidur
Satpam/resepsionis
2. 05.00-05.15 WIB Pemberitahuan bagi yang belum sholat Shubuh
Satpam/resepsionis
3. 08.00-08.30 WIB Ucapan selamat datang dan doa Tartil al-Qur’an
Satpam/resepsionis
4. 11.00-11.30 WIB PKM-RS K.3 dan sanitasi
Satpam/resepsionis
66
5. 11.45-12.00 WIB Adzan sholat Dzuhur Satpam/resepsionis 6. 13.00-13.30 WIB Pemberitahuan bagi yang belum
sholat Dzuhur Lagu qasidah, pemberitahuan jam besuk selesai
Satpam/resepsionis
7. 15.00-15.30 WIB Adzan sholat Ashar Satpam/resepsionis 8. 17.00-17.30 WIB Siraman rohani Satpam/resepsionis 9. 17.45-18.00 WIB Adzan sholat Maghrib Satpam/resepsionis 10.
18.15-18.45 WIB Lagu qasidah Pemberitahuan bagi yang belum sholat
Satpam/resepsionis
11.
18.45-19.00 WIB Adzan sholat Isya’ Satpam/resepsionis
12.
20.00-20.15 WIB Pemberitahuan jam besuk selesai Pemberitahuan bagi yang belum sholat Isya’
Satpam/resepsionis
13.
22.00-22.15 WIB Pemberitahuan untuk mengunci pintu-pintu ruangan
Satpam/resepsionis
(Dokumen pedoman bagian kerohanian Rumah sakit Islam Sunan Kudus)
Unit-unit yang terkait dalam penyelenggaraan kegiatan
kerohanian melalui sound system adalah:
1. Bagian kerohanian.
2. Bagian resepsionis.
3. Bagian Satpam.
4. Bagian teknik.
5. Bagian perawatan.
Agenda lain yang merupakan kegiatan hasil kerja sama
dengan ta’mir masjid Al-Muttaqin, dosen STAIN Kudus, dan
semua unit di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus adalah pembinaan
rohani bagi karyawan, yang dilaksanakan setiap hari dalam rangka
meningkatkan ketaqwaan sekaligus pengetahuan dan dapat
diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, yang meliputi:
67
1. Pembinaan dan pengajian bulanan, dilaksanakan pada minggu
kedua. Tema-tema yang diangkat dan didiskusikan merupakan
tema-tema Islam yang aktual dan bertujuan untuk
meningkatkan etos kerja. Adapun nara sumbernya adalah para
dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kudus,
antara lain Ma’mun Mu’min, M.Ag, Sholikul Hadi, M.Ag, dan
lain-lain.
2. Pengajian hari-hari besar Islam (temanya disesuaikan dengan
peringatan hari besar Islam, sedangkan waktunya disesuaikan
dengan pengajian bulanan).
3. Khatmil Qur’an, dilaksanakan setiap 40 hari sekali (selapanan)
tiap hari Rabu Legi pagi hari.
4. Pengajian harian, dengan materi Tafsir al-Qur’an (Senin dan
Selasa), kitab Riyadhush Shalihin (Kamis), pengajian Hadits
(Rabu), dan pengajian Fiqih (Sabtu), dengan nara sumber
petugas kerohanian Rumah Sakit Islam Sunan Kudus
(wawancara dengan petugas kerohanian tanggal 3 Desember
2008).
B. Petugas
Personalia bagian kerohanian Rumah Sakit Islam Sunan
Kudus, sebagai berikut:
No. Nama Pekerjaan/Status Keterangan
1. Drs. Subkhan, MM Kasi kerohanian
68
2. Drs. Mohammad Khadiq Staff kerohanian
3. Siti Fatimah, S. Ag Staff kerohanian
Petugas pelayanan kerohanian sudah diangkat sebagai
pegawai atau karyawan Rumah Sakit Islam Sunan Kudus yang
bertugas setiap hari, dengan jadwal yang bergantian dua hari
sekali. Petugas pelayanan kerohanian harus memiliki rasa sabar
dan ikhlas dalam menjalankan tugasnya.
Keberhasilan sebuah pelayanan tidak semata dilihat dari
segi Sumber Daya Manusianya saja, tetapi juga didukung oleh
fasilitas-fasilitas yang memadai. Baik dari sisi ruangan yang
disertai peralatan yang menunjang, seperti komputer, ruang untuk
konsultasi, lemari, dan lain-lain.
C. Metode
Pada umumnya pelayanan bimbingan rohani memiliki
metode dan teknik masing-masing yang berbeda satu dengan yang
lainnya. Berhasil tidaknya pelayanan bimbingan rohani kepada
pasien tergantung dari macam-macam metode yang digunakan.
Adapun metode yang diterapkan petugas kerohanian dalam
melakukan bimbingan rohani pada pasien di Rumah Sakit Islam
Sunan Kudus sebagai berikut:
1. Metode komunikasi langsung, dimana petugas kerohanian
melakukan komunikasi langsung (bertatap muka) dengan
pasien. Metode ini diberikan kepada semua pasien baik dalam
69
kondisi sakit ringan, sedang, kronis, dan traumatis. Metode ini
dapat dirinci menjadi:
a. Metode individual, dikarenakan pasien sangat heterogen,
maka sangat efektif. Disamping itu bagi pasien yang tidak
boleh berjalan bisa juga didatangi, sehingga dapat
dilakukan dialog secara bebas dan lebih akrab, sehingga
sangat membantu proses penyembuhan.
b. Metode kelompok atau massal, pelaksanaan pembinaan
dengan cara massal tidak hanya ditujukan kepada pasien,
tetapi juga dengan segenap civitas Rumah Sakit Islam
Sunan Kudus serta keluarga pasien.
2. Metode tidak langsung adalah metode yang dilakukan melalui
media komunikasi masa. Metode ini dapat dirinci menjadi:
a. Melalui tulisan, cara ini ditujukan kepada pasien, keluarga
pasien, dan civitas Rumah Sakit Islam Sunan Kudus.
Adapun bimbingan melalui tulisan meliputi:
− Pembuatan bulletin Islam, diterbitkan setiap bulan yang
berisi tentang kesehatan dan kerohanian Islam.
− Buku bimbingan rohani yang berisi tuntunan agama
harian yang praktis.
− Gambar-gambar yang bernafaskan Islami, kaligrafi ayat-
ayat suci al-Qur’an dan hadits-hadits dan lain-lain yang
70
bertemakan kesehatan, dan ditempelkan di tempat-
tempat strategis.
b. Melalui Audio, dengan menggunakan pengeras suara atau
sound system yang diletakkan pada ruang pasien, ruang
perawat, ruang tunggu, dan tempat lain yang stategis.
D. Media
Keberhasilan dan keefektifan sebuah layanan tidak terlepas
dengan adanya media. Berkaitan dengan pelaksanaan bimbingan
rohani bagi pasien di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus media yang
digunakan antara lain buku bimbingan rohani, selain itu bagian
kerohanian juga menyediakan buku pedoman bagian kerohanian,
majalah, jurnal-jurnal yang berkaitan dengan kesehatan bagi
karyawan maupun keluarga pasien.
Media lain yang tidak kalah pentingnya yaitu media audio.
Pemberian suasana keagamaan dengan bacaan al-Qur’an, lagu-
lagu qosidah, dan ceramah keagamaan diharapkan dapat
memberikan dorongan moril kepada pasien agar mempercepat
kesembuhan.
3.1.3 Proses Pelaksanaan Bimbingan Rohani Terhadap Pasien di
Rumah Sakit Islam Sunan Kudus.
Bila seorang manusia sakit maka dialah yang mengalami
berbagai penderitaan: sakit, pusing, panas, muntah-muntah,
71
pendarahan dan sebagainya. Disamping itu jiwanya menjadi gelisah
dan was-was. Kondisi seperti inilah yang membuat pasien tidak cukup
ditangani secara medis saja, tetapi juga memerlukan pelayanan khusus
untuk mempercepat proses penyembuhan. Pelayanan khusus yang ada
di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus adalah pelayanan bimbingan
rohani.
Adapun pelayanan bimbingan rohani dilakukan terhadap:
A. Pasien muslim
Adab bertemu dan ucapan yang disampaikan petugas
pelayanan kerohanian kepada pasien muslim:
− Mengucapkan “Assalamu’alaykum” Pak/Bu!
− Lalu kalau situasi mengizinkan dapat dilanjutkan maka
menanyakan hal kepada pasien atau keluarga yang menunggu.
− Membangkitkan rasa optimis dan berpikir positif, bahwa setiap
penyakit ada obatnya.
− Mengingatkan kepada pasien bahwa sakit adalah ujian dari
Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk mengukur derajat keimanan
dan ketaqwaan.
− Mendoakan kepada pasien dan keluarga agar diberi
kesembuhan.
− Petugas berpamitan dengan mengucapkan salam.
72
B. Pasien operasi
Di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus bimbingan rohani pada
pasien operasi bertujuan untuk meningkatkan kekuatan keimanan
pasien sebelum operasi dilakukan serta memberikan dorongan
moril kepada pasien sebelum operasi dengan bacaan istigfar,
dzikir, dan kalimah thoyyibah. Adapun prosedurnya sebagai
berikut:
− Pasien masuk ruang operasi diterima petugas ruang operasi.
− Petugas operasi memberitahukan kepada petugas kerohanian.
− Pasien dimasukkan ruang persiapan oleh petugas ruang
operasi.
− Petugas kerohanian mengajak keluarga pasien, dan pasien
untuk berdoa bersama dipimpin petugas kerohanian.
− Persiapan selesai pasien dibawa keruang tindakan.
− Petugas operasi menyuruh pasien untuk membaca kalimah
Allah-Allah sampai pasien tidak sadar, hal ini dilakukan dalam
proses anestesi.
C. Pasien Terminal atau Sakaratul Maut.
Manusia yang sedang sakit atau menderita, jiwanya lebih
cenderung untuk mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa
Ta’ala . oleh karena itu segenap tindak tanduk atau tutur kata
perawat dan petugas kerohanian menunjukkan kearifan dan kasih
sayang. Terlebih lagi jika yang sedang sakit keras dan sedang
73
menghadapi sakaratul maut. Adapun yang dilakukan oleh petugas
kerohanian Rumah Sakit Islam Sunan Kudus terhadap pasien
dalam keadaan demikian antara lain:
− Menghadapkan pasien ke arah qiblat, dengan posisi miring di
atas sisi kanan kalau memungkinkan.
− Memperingatkan dan mengajarinya mengucapkan kalimah “ La
Ilahaillalah”.
− Menjaga kebersihan, yang dimaksud kebersihan di sini, selain
kebersihan badan, juga kebersihan aqidahnya dari segala noda
syirik.
− Menjaga jangan sampai pasien terganggu.
− Membacakan surat yasin.
D. Pemulasaraan Jenazah
Pemulasaraan jenazah sebagai salah satu pelayanan dalam
lingkup penunjang medis, juga pelayanan kepada masyarakat
dalam upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit terutama
terhadap pasien yang telah meninggal di Rumah Sakit Islam Sunan
Kudus. Hal ini merupakan tugas dan tanggung jawab rumah sakit
terutama bagi petugas pemulasaraan jenazah. Petugas kerohanian
termasuk pelaksana dari bagian pemulasaraan jenazah. Di Rumah
Sakit Islam Sunan Kudus dalam kegiatan pemulasaraan jenazah
ditetapkan kebijakan berupa:
74
a. Memandikan jenazah
Pelayanan memandikan jenazah di Rumah Sakit Islam
Sunan Kudus ini dilaksanakan atas permintaan keluarga.
Petugas pemulasaraan jenazah, modin, dan dibantu yang lain
sesuai kebutuhan dan tidak menutup kemungkinan jika pihak
keluarga ikut serta dalam memandikan. Dalam memandikan
jenazah ini petugas-petugasnya dibedakan antara jenazah laki-
laki dan jenazah perempuan, juga ada kriteria berat, sedang dan
ringan sesuai kondisi jenazah (dokumentasi)
b. Mengkafani
Mengkafani jenazah adalah rangkaian kegiatan sehabis
memandikan jenazah yang telah bersih dan diwudlukan lalu
dibungkus dengan kain kafan sesuai dengan ajaran Islam.
Dalam mengkafani jenazah ini, dibedakan dalam format
kafannya antara laki-laki dan perempuan, jenazah bayi dengan
dewasa.
c. Menyolatkan
Rangkaian pemulasaraan jenazah selanjutnya adalah
menyolatkan jenazah. Setelah jenazah dikafani kemudian
ditaruh dibrankar jenazah selanjutnya untuk disholatkan
sebelum diadakan pelepasan jenazah.
d. Pelepasan jenazah
75
Merupakan bentuk penghormatan kepada jenazah dengan
mengadakan upacara pemberangkatan yang berisi ucapan bela
sungkawa, memberi nasihat, mendoakan jenazah dan keluarga
dan permintaan maaf kepada keluarga jenazah. Khususnya
untuk jenazah non muslim ada aturan sendiri. Pelaksanaan
pelepasan jenazah ini berlaku untuk semua jenazah di Rumah
Sakit Islam Sunan Kudus.
3.1.4 Respon Pasien Terhadap Pelaksanaan Model Bimbingan Rohani
di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus
Respon pasien dan keluarganya terhadap pelayanan kerohanian
berkisar pada apakah perawat rohani Rumah Sakit Islam Sunan Kudus
mampu berperan pada proses penyembuhan sakit fisik mereka, dengan
cara pemberian motivasi dan bimbingan keagamaan. Adapun untuk
menggali respon pasien terhadap pelaksanaan model bimbingan rohani
digunakan teknik wawancara terstruktur dengan menggunakan angket.
Sedangkan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik
incidental sampling, yaitu individu yang kebetulan dijumpai dan sesuai
dengan cirri-ciri atau karakteristik subyek penelitian yang ditentukan.
Distribusi jawaban responden terkait dengan model bimbingan
rohani dapat dilihat pada tabel berikut:
76
Tabel 1
Informasi tentang pelayanan kerohanian
No. Informasi F Persentase Keterangan 1. 2.
Tahu Tidak tahu
13 2
86% 14%
Jumlah 15 100%
Dari tabel tersebut diketahui bahwa 86% pasien sudah
mengetahui adanya pelayanan kerohanian di Rumah Sakit Islam Sunan
Kudus, sedangkan 14% menyatakan belum mengetahui. Pasien yang
belum mengetahui adanya layanan kerohanian kemungkinan karena
belum mendapatkan kunjungan dari petugas saat dilaksanakan
pembagian angket.
Bentuk pelayanan kerohanian adalah pemberian motivasi karena
mereka membutuhkan dukungan psikologis dan spiritual untuk
menghadapi saat yang berat dalam hidup mereka. Tanggapan pasien
terhadap peran bimbingan rohani dalam memotivasi kesembuhan dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2
Tanggapan Pasien Terhadap Peran Bimbingan Rohani Dalam
Memotivasi Kesembuhan
No. Tanggapan F Persentase Keterangan
1.
2.
3.
Memotivasi
Kurang bisa merasakan
Tidak merasakan
13
0
2
86%
0%
14%
Jumlah 15 100%
77
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 86% pasien
mengatakan termotivasi dengan adanya kunjungan dari perawat rohani.
Tidak ada seorangpun pasien yang mengatakan kurang bisa
merasakan. Sedang 14% mengatakan tidak merasa termotivasi,
kemungkinan 14% tersebut adalah pasien yang belum mendapatkan
kunjungan.
Faktor keyakinan merupakan hal yang sangat penting dalam
proses kesembuhan. Secara psikologis hal tersebut akan memberikan
motivasi pada pasien bahwa penyakitnya dapat disembuhkan.
Keyakinan bahwa setiap penyakit ada obatnya, maka akan ada
‘kesesuaian’ penyakit pasti sembuh, sehingga akan menimbulkan
semangat untuk mencari pengobatan.
Tabel 3
Keyakinan Pasien Bahwa Penyakit Ada Obatnya.
No. Keyakinan F Persentase Keterangan
1.
2.
3.
Yakin (ya)
Ragu-ragu
Tidak yakin
14
1
0
93%
7%
0%
Jumlah 15 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat sebagian besar pasien menyakini
bahwa setiap penyakit ada obatnya. Dalam konsep Islam berpendapat
setiap penyakit ada obatnya, oleh karena itu setiap muslim wajib untuk
berobat.
78
Salah satu indikator tumbuhnya kesadaran agama pasien,
terlihat dari peningkatan kondisi spiritual. Untuk mengetahui
peningkatan kondisi spiritual pasien dengan adanya pelayanan
kerohanian, berikut distribusi jawaban pasien tentang kondisi spiritual
setelah mendapatkan pelayanan kerohanian:
Tabel 4
Tanggapan Pasien Terhadap Peningkatan Kondisi Spiritual Setelah
Mendapat Bimbingan Rohani
No. Tanggapan F Persentase Keterangan 1. 2. 3.
Meningkat Kadang-kadang
Tidak
12 3 0
80% 20% 0%
Jumlah 15 100%
Sebagian besar pasien mengatakan dengan adanya pelayanan
kerohanian di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus meningkatkan kondisi
spiritual mereka. Pada umumnya orang yang sedang sakit mengalami
penurunan kondisi spiritual, oleh karena itu upaya peningkatannya
dianggap sangat perlu karena membantu proses penyembuhan.
Pelayanan kerohanian yang diharapkan pasien adalah
kunjungan yang didalamnya berisi materi yang dianggap mereka tepat,
adapun materi yang diinginkan oleh pasien sebagai berikut:
79
Tabel 5
Materi Kunjungan Yang Diharapkan Pasien
No. Jenis materi F Persentase Keterangan 1. 2. 3.
Doa-doa Materi keagamaan
Doa-doa dan materi keagamaan
7 0 8
47% 0% 53%
Jumlah 15 100%
Dari tabel tersebut diketahui bahwa pasien yang menginginkan
jenis materi berupa doa 47%, hanya materi keagamaan 0%, dan doa-
doa dan materi keagamaan 53%. Dengan kata lain, secara umum
pasien mengharapkan materi kunjungan pelayanan kerohanian adalah
doa-doa dan materi keagamaan. Karena dengan doa-doa dan materi
keagamaan tersebut pasien dapat memperoleh ketenangan dalam
menghadapi penyakit.
Salah satu aspek penting dalam pencapaian pelayanan
kerohanian adalah pemilihan metode kunjungan yang tepat. Berkaitan
dengan metode kunjungan yang diharapkan oleh pasien adalah secara
pribadi dan kelompok. Berikut distribusi jawaban metode yang
diharapkan pasien:
Tabel 6
Metode Kunjungan yang Diharapkan
No. Metode F Persentase Keterangan 1. 2.
Pribadi Kelompok
14 1
93% 7%
Jumlah 15 100%
80
Distribusi jawaban pasien, 93% mengharapkan kunjungan
secara pribadi sehingga dapat dilakukan dialog secara bebas dan lebih
akrab, sehingga sangat membantu proses penyembuhan. Pasien yang
mengharapkan kunjungan secara kelompok 7%.
Hubungan empatis yang dihasilkan melalui kunjungan secara
pribadi, ternyata membantu pasien dalam menghadapi cobaan yang
dialaminya. Hal tersebut dinyatakan oleh pasien Ny. SU, dia adalah
pasien yang sedang menderita penyakit gangguan pada kandungan,
dan akan menjalani operasi. Menurutnya setiap kunjungan petugas
tidak henti-hentinya mengingatkan dirinya untuk sabar dan tawwakal
kepada Allah Ta’ala serta mengajak berdoa bersama agar kondisinya
semakin membaik. Dia merasa senang atas kunjungan petugas karena
perasan khawatir akan terjadi sesuatu setelah operasi membuat Ny. SU
sangat gelisah, namun setelah mendapat kunjungan petugas Ny.SU
menjadi lebih tawwakal. Air mata selalu menetes di pipi manakala
petugas mengajak berdoa (wawancara dengan Ny. SU pasien RSI
Sunan Kudus, 15 Desember 2008).
Hal senada juga dinyatakan oleh Ny. S yang kesehariannya
menjadi buruh pabrik rokok, Ia menjalani perawatan yang cukup lama
(9 hari). Karena terbiasa bekerja, sakit sangat mengganggu
kejiwaannya dikarenakan ketidakpastian menghadapi kondisi yang
seolah-olah menjadikannya terbelenggu atau terpenjara. Setiap kali
didoakan selalu meneteskan air mata, berharap penyakitnya cepat
81
sembuh dan menjalani aktivitas sehari-hari, karena dia adalah tumpuan
keluarga (wawancara dengan Ny. S pasien RSI Sunan Kudus, 15
Desember 2008.).
Adapun data-data para pasien yang berhasil penulis wawancarai
sebagai responden adalah sebagaimana tabel berikut:
Tabel 7
Data pasien (responden) Rumah Sakit Islam Sunan Kudus
No. Nama Umur Lama dirawat Merasakan termotivasi atau
tidak
Keterangan
1. Jamari 55 thn 7 hari Tidak - 2. Fatihatul Jannah 5,5 thn 4 hari Ya Diwakili
keluarga 3. Yuzad Chusna 11 thn 4 hari Ya Diwakili
keluarga 4. Athia A’isy
Bakhita 5 thn 5 hari Ya Diwakili
keluarga 5. Sulasih 35 thn 8 hari Ya - 6. M. Fahmi khotib 11 thn 6 hari Ya Diwakili
keluarga 7. Sunarsih 34 thn 3 hari Ya - 8. Nur Khafid. 28 thn 4 hari Tidak - 9. Syuri’ah 30 thn 7 hari Ya - 10. Umiwati 19 thn 2 hari Ya - 11. Siti Nuryanti 35 thn 5 hari Ya - 12. Rusidah 24 thn 3 hari Ya - 13. Juminah 45 thn 3 hari Ya - 14. Suratni 28 thn 3 hari Ya - 15. Sumirah 54 thn 2 hari Ya -
3.2 Gambaran Umum dan Pelaksanaan Model Bimbingan Rohani Rumah
Sakit Mardi Rahayu Kudus
3.2.1. Tinjauan Umum Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus
A. Sejarah Berdirinya Rumah Sakit
82
Rumah Sakit Umum Mardi Rahayu didirikan pada tanggal
2 Februari 1969. Pada waktu berdiri, Rumah Sakit Umum Mardi
Rahayu merupakan sebuah balai pengobatan yang berdiri pada
tahun 1960. Dari balai pengobatan mengalami perkembangan
hingga pada tahun 1969, berubah menjadi Rumah Sakit khusus Ibu
dan Anak dengan kapasitas 30 tempat tidur.
Sejalan dengan perkembangan Rumah Sakit dan kebutuhan
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, maka pada tahun 1974
dari Rumah Sakit khusus Ibu dan Anak menjadi Rumah Sakit
Umum dengan kapasitas 100 tempat tidur, kemudian berkembang
lagi menjadi 148 tempat tidur dan saat ini sudah menjadi 376
tempat tidur.
Rumah Sakit Umum Mardi Rahayu berlokasi di sebelah
selatan jalan AKBP R. Agil Kusumadya 110 Jati Wetan,
Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus.
B. Jenis, Kelas, dan Status Rumah Sakit
− Jenis Rumah Sakit
Ditinjau dari spesifikasi pelayanan kesehatan maka,
Rumah Sakit Umum Mardi Rahayu Kudus merupakan Rumah
Sakit Umum yaitu rumah sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan yang bersifat umum.
83
− Kelas Rumah Sakit
Berdasarkan jenis dan tingkat pelayanan kesehatan yang
diberikan maka, Rumah Sakit Umum Mardi Rahayu merupakan
rumah sakit swasta Kelas Madya berdasarkan SK Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No.
0000261/YanMed/RSKS/PA/SK/III/1992
− Status Rumah Sakit
Berdasarkan penyelenggaraan dan pembiayaannya
maka, status Rumah Sakit Umum Mardi Rahayu adalah Rumah
Sakit Swasta dibawah Yayasan Kristen Kesehatan Mardi
Rahayu (dokumen Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus).
C. Visi, Misi dan Motto
− Visi
Menjadi Rumah Sakit pilihan utama mendasarkan Kasih
di Jawa Tengah.
− Misi
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang utuh dan
bermutu bagi semua masyarakat yang membutuhkan, sesuai
dengan panggilan Gereja yaitu Pelayanan, Persekutuan, dan
Kesaksian.
− Motto
Kesembuhan dan Keselamatan Anda adalah
Kebahagiaan Kami.
84
D. Fasilitas dan Pelayanan Kesehatan
Adapun jenis pelayanannya adalah sebagai berikut:
− Informasi/operator
− Pendaftaran Rawat Jalan/Inap
− Unit Gawat Darurat (UGD)
− Laboratorium Klinik/Patologi Anatomi(PA)
− Radiologi
− Medical Check-up
− KIinik Umum
− KIinik Konsultasi Gizi
− KIinik BKIA/KB
− KIinik Gigi dan Ortodonti
− KIinik Alergi
− Unit Hemodialisa/Cuci Darah
− Treadmill
− Unit Stroke
− Pelayanan Spesialis
a) Spesialis penyakit dalam
b) Spesialis bedah
c) Spesialis bedah digestive
d) Spesialis urologi
e) Spesialis bedah tulang
f) Spesialis bedah mulut
85
g) Spesialis mata
h) Spesialis syaraf
i) Spesialis kulit dan kelamin
j) Spesialis jiwa
k) Spesialis anak
l) Spesialis THT
m) Spesialis paru
n) Spesialis kebidanan dan kandungan
o) Spesialis rehabilitasi medik
E. Stuktur Organisasi
Dapat dilihat pada lampiran 2.
3.2.2. Sistem Pelayanan Bimbingan Rohani Rumah Sakit Mardi Rahayu
Kudus
A. Pelayanan
Kegiatan Konseling Pastural yang dilakukan di Rumah Sakit
Mardi Rahayu Kudus dalam menunjang kesembuhan pasien
dikelola dan ditangani oleh bagian kerohanian yang direalisasikan
oleh petugas kerohanian berusaha meringankan penderitaan pasien
secara kejiwaan dengan kasih dan motivasi yang ditanamkan.
Pasien didorong berlaku sabar dalam menerima cobaan berupa
penyakit serta sabar untuk memperoleh kesembuhan.
86
Pelayanan kerohanian yang dilaksanakan oleh bagian
kerohanian Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus ini diharapkan dapat
menunjang visi dan misi Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus yaitu
menjadi Rumah Sakit pilihan utama mendasarkan kasih di Jawa
Tengah dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang utuh dan
bermutu bagi semua masyarakat yang membutuhkan sesuai dengan
panggilan Gereja yaitu Pelayanan, Persekutuan dan Kesaksian.
Untuk menunjang visi dan misi tersebut, bagian kerohanian rumah
sakit memberikan jenis pelayanan yang dilaksanakan:
1. Pelayanan terhadap pasien dan keluarga.
2. Pelayanan kerohanian terhadap karyawan.
3. Pelayanan sosial.
4. Pelayanan terhadap pasien stadium terminal.
5. Kesejahteraan karyawan.
6. Studio atau audio.
7. Kepustakaan.
8. Pelayanan kerohanian unit perawatan atau medis.
9. Pelayanan kerohanian unit non medis.
10. Pelayanan konseling.
11. Home visit.
Proses pelaksanaan konseling pasien dilakukan oleh petugas
bagian kerohanian setiap hari mulai pukul 08.30-12.00, dan akan
dikunjungi lagi pada hari-hari berikutnya apabila dirasa perlu.
87
Konseling terhadap pasien bertujuan untuk menyapa, memberikan
kasih, dan menyadarkan pasien agar dia dapat memahami dan
menerima cobaan yang dideritanya secara ikhlas serta meringankan
problem kejiwaan agar proses kesembuhannya lebih cepat
(wawancara dengan petugas kerohanian tanggal 15 Desember
2008).
Sarana untuk mengadakan pelayanan kerohanian terhadap
pasien ialah pertama-tama perjumpaan pribadi antara petugas
kerohanian dan orang yang dibimbing atau pasien, perjumpaan ini
biasanya tejadi secara fisik. Adapun tujuan dari pelayanan
kerohanian adalah pertama membantu pasien, kedua meringankan
persoalan pasien yang bermasalah dan ketiga membantu pasien
mendekatkan diri kepada Tuhan.
Hal-hal yang dilakukan petugas kerohanian pada waktu
kunjungan terhadap pasien, antara lain:
1. Hal pertama yang dilakukan oleh petugas kerohanian sebelum
melakukan kunjungan kepada pasien adalah menemui kepala
perawat ruangan tersebut dan berkonsultasi mengenai kondisi
pasien.
2. Petugas kerohanian mengunjungi pasien pada ruangan tersebut
untuk melakukan bimbingan rohani. Adapun prosedur atau tata
cara kunjungan dalam melakukan bimbingan rohani adalah
sebagai berikut:
88
− Masuk keruangan pasien dengan mengucapkan salam
“selamat pagi/selamat siang/selamat sore/selamat malam”
dengan disertai sikap kasih, ramah, sopan serta penuh
perhatian.
− Menanyakan kabar atau kondisi pasien pada hari tersebut.
a. Bagaimana keadaannya?
b. Apa yang anda rasakan?
c. Sudah diperiksa dokter?
d. Dan lain sebagainya.
− Memberikan motivasi, nasihat agar tetap tabah, sabar serta
optimis akan kesembuhannya.
3. Petugas kerohanian mohon pamit, dengan mengucapkan
“permisi Pak/Bu…….., semoga cepat sembuh.
Selain konseling terhadap pasien, terdapat pula konseling
untuk karyawan. Adapun jadwalnya sebagai berikut:
No. Hari Jam 1. Senin-jum’at 10.30-13.00 WIB 2. Sabtu 10.00-12.00 WIB
B. Petugas
Personalia bagian kerohanian Rumah Sakit Mardi Rahayu
Kudus sebagai berikut:
No. Nama Status Pentanggung jawab 1. Tatik Staff kerohanian Konseling pasien/ karyawan 2. Enly Defen Pe’a, S.Si Teol Staff kerohanian Konseling pasien/ karyawan 3. Marya Maya Siska
Bamonturu, S.Si Teol Staff kerohanian Konseling pasien/ karyawan
89
4. Arief Hidayat, S. Psi Staff kerohanian Konseling pasien/ karyawan 5. Hendro Anwar Staff kerohanian Studio/Audio 6. Pujiti Astuti Staff kerohanian Studio/Audio 7. Marta Staff kerohanian Konsultan karyawan 8. dr. Agus Hartanto Staff kerohanian Home visit
Setiap petugas kerohanian bagian konseling pasien
bertanggung jawab terhadap ruangannya masing-masing dan
melakukan bimbingan pada pasien di ruangan tersebut setiap jam
kerja.
Berbagai jenis pelayanan konseling yang dilakukan bagian
kerohanian didukung oleh fasilitas yang sangat memadai, dan
disediakan ruangan khusus untuk konseling pasien, keluarga
pasien, dan karyawan dengan jadwal yang sudah ada.
Keberadaan perawat, pegawai dan karyawan yang ada di rumah
sakit merupakan partner yang dapat membantu kelancaran
pelaksanaan tugas pelayanan kerohanian bagi pasien di rumah
sakit, oleh karena itu petugas kerohanian selalu berinteraksi dan
berkonsultasi dengan pegawai rumah sakit tentang pasien yang
mendapat kunjungan.
Profesi sebagai petugas kerohanian menuntut seseorang
memiliki jiwa sosial tinggi, mampu berempati dan menjalankan
komunikasi yang baik dengan orang lain khususnya dengan
pasien. Tuntunan pekerjaan tersebut harus mempunyai rasa
tanggung jawab sosial yang tinggi.
90
C. Metode
Berhasil tidaknya kunjungan kepada pasien tidak hanya
tergantung dari macam-macam metode yang digunakan, akan
tetapi tergantung pula pada subyek yang menggunakan metode
itu. Perlu disadari pula bahwa metode dimanapun selalu berubah
mengikuti perubahan dan perkembangan zaman. Adapun metode
yang diterapkan oleh petugas kerohanian dalam melakukan
kunjungan pada pasien di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus
adalah sebagai berikut:
− Face to face atau kunjungan langsung ini dikarenakan pasien
rumah sakit tersebut tidak dalam ruangan yang sama, selain
itu juga mempertimbangkan kondisi fisik pasien. Metode
kunjungan langsung dilakukan dengan menggunakan teknik
percakapan pribadi dalam memberikan anjuran, motivasi,
sugesti, dorongan, dan lain sebagainya. Metode ini memiliki
tingkat efektifitas yang baik, karena dengan menggunakan
metode ini pasien diajak berkomunikasi langsung dengan
petugas kerohanian, dengan metode ini pula pasien merasa
lebih diperhatikan, sehingga dapat membantu proses
kesembuhan.
− Metode tidak langsung adalah metode yang dilakukan melalui
media komunikasi masa. Metode ini dapat dirinci menjadi:
91
a. Melalui tulisan, cara ini ditujukan kepada pasien, keluarga
pasien, dan civitas Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus.
Adapun bimbingan melalui tulisan melalui traktat yang
berisi motivasi-motivasi. Contoh traktat (terlampir)
b. Melalui studio atau audio, dengan menggunakan pengeras
suara atau sound system yang diletakkan pada ruang
pasien, ruang perawat, ruang tunggu, dan tempat lain yang
stategis.
D. Media
Media memiliki peran penting dalam sebuah kegiatan
kerohanian di rumah sakit. Berkaitan dengan pelaksanaan
konseling di rumah sakit, media yang sering digunakan adalah
melalui audio, dalam bentuk berdirinya sebuah studio. Kegiatan
bimbingan terwakili melalui studio. Adapun jadwal studio adalah
pukul 07.30-13.00 dan 16.00-19.00, bentuk kegiatan dari studio
adalah Renungan, Khutbah Pagi dan Sore, Pujian-Pujian,
penyuluhan tentang kesehatan, pemutaran film, lagu-lagu, sapaan
Ulang Tahun dan lain-lain.
Selain media studio untuk memenuhi kebutuhan pasien,
bagian kerohanian membuat perpustakaan yang menyediakan
buku-buku guna menambah pengetahuan dan mengisi waktu
luang, adapun pelayanan perpustakaan untuk pasien dari pukul
92
13.00-14.00 dan untuk karyawan pukul 14.00-selesai
(wawancara dengan petugas kerohanian, 15 Desember 2008).
3.2.3 Proses Pelaksanaan Bimbingan Rohani Terhadap Pasien di
Rumah Sakit Mardi Rahayu
Orang-orang yang menderita, kebingungan, dan kesepian sangat
membutuhkan perhatian khusus dari hamba Tuhan (Collins,1989:
154). Penyakit biasanya menjadi sumber tekanan jiwa bagi orang yang
bersangkutan dan bagi segenap keluarganya. Oleh karena itu Rumah
Sakit Mardi Rahayu memberikan pelayanan kerohanian khusus bagi
pasien untuk memotivasi kesembuhan. Bentuk pelayanan khusus
tersebut antara lain:
A. Pasien stadium terminal.
Pasien yang dalam keadaan sakit parah (stadium terminal)
dan menghadapi kematian, sangat membutuhkan bimbingan.
Untuk itu kunjungan dilakukan lebih intensif dari pasien biasa.
B. Pasien pelayanan sosial.
Bagian kerohanian memberikan keringanan biaya bagi
pasien yang kurang mampu sebagai wujud pelayanan sosial.
Adapun cara-cara untuk mendapatkan pelayanan sosial adalah
sebagai berikut:
− Pasien memenuhi syarat yang telah ditentukan.
− Membawa surat keterangan kurang mampu dari desa.
93
− Apabila pasien warga Gereja, maka membawa surat dari pihak
Gereja.
− Surat diserahkan ke bagian administrasi perawat dan ditindak
lanjuti oleh bagian kerohanian.
− Bagian kerohanian kemudian mengintervieuw pasien yang
membutuhkan pelayanan sosial.
− Hasil wawancara dimasukkan ke bagian administrasi, apabila
disetujui pasien dirawat di rumah sakit dan ditempatkan di
kelas bangsal (wawancara dengan petugas kerohanian tanggal
15 Desember 2008).
3.2.4 Respon Pasien Terhadap Pelaksanaan Model Bimbingan Rohani
di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus
Respon pasien dan keluarganya terhadap pelayanan konseling
berkisar pada apakah petugas kerohanian Rumah Sakit Mardi Rahayu
Kudus mampu berperan pada proses penyembuhan sakit fisik mereka,
dengan cara pemberian motivasi. Adapun untuk menggali respon
pasien terhadap pelaksanaan model bimbingan rohani digunakan
teknik wawancara terstruktur dengan menggunakan angket.
Sedangkan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik
incidental sampling, yaitu individu yang kebetulan dijumpai dan
sesuai dengan ciri-ciri atau karakteristik subyek penelitian yang
ditentukan.
94
Distribusi jawaban responden terkait dengan model bimbingan
rohani dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 8
Informasi Tentang Pelayanan Kerohanian
No. Informasi F Persentase Keterangan 1. 2.
Tahu Tidak tahu
12 3
80% 20%
Jumlah 15 100%
Dari tabel tersebut diketahui bahwa 80% pasien sudah
mengetahui adanya pelayanan kerohanian di Rumah Sakit Mardi
Rahayu Kudus, sedangkan 20% menyatakan belum mengetahui.
Pasien yang belum mengetahui adanya layanan kerohanian
kemungkinan karena usia yang terlalu tua sehingga tidak paham
tentang layanan kerohanian.
Bentuk pelayanan kerohanian adalah pemberian motivasi
karena mereka membutuhkan dukungan psikologis dan spiritual untuk
menghadapi saat yang berat dalam hidup mereka. Tanggapan pasien
terhadap peran bimbingan rohani dalam memotivasi kesembuhan
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 9
Tanggapan Pasien Terhadap Peran Bimbingan Rohani Dalam
Memotivasi Kesembuhan
No. Tanggapan F Persentase Keterangan 1. 2. 3.
Memotivasi Kurang bisa merasakan
Tidak merasakan
12 1 2
80% 7% 13%
Jumlah 15 100%
95
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 80% pasien
mengatakan termotivasi dengan adanya kunjungan dari petugas
kerohanian. Satu orang pasien yang mengatakan kurang bisa
merasakan. Sedang 13% mengatakan tidak merasa termotivasi,
kemungkinan 13% tersebut adalah pasien yang usianya terlalu tua.
Faktor keyakinan merupakan hal yang sangat penting dalam
proses kesembuhan. Secara psikologis hal tersebut akan memberikan
motivasi pada pasien bahwa penyakitnya dapat disembuhkan.
Keyakinan bahwa setiap penyakit ada obatnya, maka akan ada
‘kesesuaian’ penyakit pasti sembuh, sehingga akan menimbulkan
semangat untuk mencari pengobatan.
Tabel 10
Keyakinan Pasien Bahwa Penyakit Ada Obatnya.
No. Keyakinan F Persentase Keterangan 1. 2. 3.
Yakin (ya) Ragu-ragu
Tidak yakin
15 0 0
100% 0% 0%
Tidak ada yang
menjawab Jumlah 15 100%
Dari tabel di atas dapat dilihat semua pasien meyakini bahwa
setiap penyakit ada obatnya.
Salah satu indikator tumbuhnya kesadaran agama pasien,
terlihat dari peningkatan kondisi spiritual. Untuk mengetahui
peningkatan kondisi spiritual pasien dengan adanya pelayanan
kerohanian, berikut distribusi jawaban pasien tentang kondisi spiritual
setelah mendapatkan pelayanan kerohanian:
96
Tabel 11
Tanggapan Pasien Terhadap Peningkatan Kondisi Spiritual Setelah
Mendapat Bimbingan Rohani
No. Tanggapan F Persentase Keterangan 1. 2. 3. 4.
Meningkat Kadang-kadang Tidak meningkat Tidak menjawab
2 0 0 13
13% 0% 0% 87%
Jumlah 15 100%
Persentase pasien menjawab meningkat sebesar 13%,
selebihnya pasien tidak menjawab pertanyaan pada angket.
Pelayanan kerohanian yang diharapkan pasien adalah
kunjungan yang didalamnya berisi materi yang dianggap mereka tepat,
adapun materi yang diinginkan oleh pasien sebagai berikut:
Tabel 12
Materi Kunjungan Yang Diharapkan Pasien
No. Jenis materi F Persentase Keterangan 1. 2. 3. 4.
Doa-doa Motivasi
Doa-doa dan motivasi Tidak menjawab
0 8 6 1
0% 53% 40% 7%
Jumlah 15 100%
Dari tabel tersebut diketahui bahwa pasien yang menginginkan
jenis materi berupa doa-doa 0%, motivasi 53%, dan doa-doa dan
motivasi 40%. Sedangkan ada 1 orang yang tidak menjawab.
Salah satu aspek penting dalam pencapaian pelayanan
kerohanian adalah pemilihan metode kunjungan yang tepat. Berkaitan
dengan metode kunjungan yang diharapkan oleh pasien adalah secara
97
pribadi dan kelompok. Berikut distribusi jawaban metode yang
diharapkan pasien:
Tabel 13
Metode Kunjungan Yang Diharapkan
No. Metode F Persentase Keterangan 1. 2.
Pribadi Kelompok
15 0
100% 0%
Jumlah 15 100%
Distribusi jawaban pasien, 100% mengharapkan kunjungan
secara pribadi sehingga dapat dilakukan dialog secara bebas dan lebih
akrab, sehingga sangat membantu proses penyembuhan. Pasien yang
mengharapkan kunjungan secara kelompok 0%.
Metode kunjungan secara pribadi memiliki tingkat efektifitas
yang baik, dengan metode ini pula pasien merasa lebih diperhatikan,
sehingga dapat membantu proses kesembuhan. Hal ini diakui oleh
pasien Nn. SA, yang menderita Bronkitis, sudah empat kali masuk
rumah sakit. Penyakit tersebut dirasa sangat mengganggu studinya,
tapi setelah mendapat kunjungan dari petugas kerohanian dia merasa
optimis akan kesembuhannya (wawancara dengan pasien Nn. SA,
tanggal 19 Desember 2008).
Hal senada juga dinyatakan oleh D, yang diwakili oleh ibunya.
Dirawat 7 hari dikarenakan patah tulang kaki kiri diakibatkan terjatuh
saat berlari. Menurut ibunya kunjungan yang dilakukan oleh petugas
kerohanian memberikan dampak positif dalam memotivasi
kesembuhan anaknya. Dia (ibunya) juga selama ini sudah pernah
98
dirawat di Rumah Sakit Mardi Rahayu 2 kali saat melahirkan anak
pertama dan anak kedua juga merasakan sangat termotivasi. Karena
kondisi kejiwaan orang yang akan melahirkan anak pertama sangat
rentan sekali, perasaannya diliputi ketakutan tentang kesehatan
anaknya. Namun setelah mendapat kunjungan, kondisi kejiwaannya
menjadi berserah diri kepada Tuhan tentang kondisi dirinya dan
anaknya, dan optimis ketika melahirkan akan selamat (wawancara
dengan pasien D, tanggal 19 Desember 2008).
Adapun data-data para pasien yang berhasil penulis wawancarai
sebagai responden adalah sebagaimana tabel berikut:
Tabel 14
Data pasien (responden) Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus
No. Nama Umur Lama dirawat Merasakan termotivasi atau
tidak
Keterangan
1. Agus H 28 thn 3 hari Kurang - 2. Sunardi 60 thn 3 hari Ya - 3. Sunawi 55 thn 1 hari Ya - 4. Sufiatul Amalia 18 thn 5 hari Ya - 5. Suwarno 45 thn 3 hari Ya - 6. Yuhri 60 thn 3 hari Tidak - 7. Nurhadi - 7 hari Ya - 8. Suwardjo - 6 hari Ya - 9. Kasmito 80 thn 6 hari Ya Diwakili
keluarga 10. Dafa 2,5 thn 7 hari Ya Diwakili
keluarga 11. Kaspani 60 thn 7 hari Tidak - 12. Kusminah - 3 hari Ya - 13. Suradi 57 thn 5 hari Ya - 14. Ana Karuniwati 16 thn 7 hari Ya - 15. Nita 24 thn 3 hari Ya -
99
BAB IV
ANALISIS MODEL BIMBINGAN ROHANI RUMAH SAKIT ISLAM SUNAN
KUDUS DAN RUMAH SAKIT MARDI RAHAYU KUDUS
4.1 Analisis Pelaksanaan Model Bimbingan Rohani dalam Memotivasi Kesembuhan
Pasien Rumah Sakit Islam Sunan Kudus
4.1.1 Analisis Pelaksanaan Model Bimbingan Rohani Rumah Sakit Islam Sunan
Kudus.
Keterpaduan kesehatan pada diri seseorang meliputi aspek spiritual,
psikologis, fisik, dan moral. Di antara upaya untuk mencari penyembuhan apabila
sakit adalah berobat secara medis. Pengobatan secara medis di Rumah Sakit Islam
Sunan Kudus didukung juga pemberian perawatan secara psikis. Perawatan secara
psikis berupa pelayanan kerohanian yang dilakukan oleh petugas kerohanian,
dalam melakukan bimbingan mengunakan pendekatan-pendekatan berupa
nasehat-nasehat agar menerima ketentuan Allah Subhanahu wa Ta’ala berupa
sakit dengan sikap tenang, lapang dada, sabar, optimis, tidak suka mengeluh,
tawakal, dan lain-lain yang semua itu merupakan sebab dan sarana kesembuhan.
Pemberian motivasi untuk kesembuhan pasien akan meningkatkan
keimanan. Orang yang beriman tidak memiliki rasa takut dan rasa sedih karena ia
selalu bersikap positif dan optimis bahwa musibah yang menimpanya bukan
karena kemurkaan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepadanya, tetapi semata-mata
hanya ujian bagi dirinya. Dengan ujian tersebut maka akan mendapat pahala.
Upaya meningkatkan keimanan yang dilakukan oleh petugas kerohanaian dapat
memberi ketenangan bagi pasien dan menguatkan jiwa serta menambah
ketabahan dalam menerima ujian. Karena acapkali keyakinan dan kepercayaan
yang diberikan oleh petugas kerohanian dapat memberikan akibat yang baik bagi
kesembuhan penyakit pasien. Dalam sub bab ini, penulis akan menganalisis
penyelenggara, metode, dan media model bimbingan rohani di Rumah Sakit Islam
Sunan Kudus;
4.1.1.1 Penyelenggara Kerohanian Rumah Sakit Islam Sunan Kudus
Bila dilihat secara umum, keberadaan pelayanan kerohanian itu memang
mendapat dukungan baik dari dokter, perawat, maupun karyawan rumah
sakit pada umumnya. Dikarenakan sifat-sifat yang dipegang oleh petugas
kerohanian Rumah Sakit Islam Sunan Kudus menambah nilai positif bagi
pelayanan untuk pesien rumah sakit secara umum. Nilai-nilai yang dipegang
oleh petugas kerohanian antara lain:
a. Beriman, petugas kerohanian Rumah Sakit Islam Sunan Kudus
memiliki sifat beriman. Karena tugas mereka memberikan nasehat-
nasehat keagamaan kepada pasien, jika tanpa didasari sifat beriman
yang tinggi maka akan berpengaruh nasehat-nasehat tersebut kepada
pasien.
b. Mengasihi dan membimbing jiwa pasien selama dalam pengobatan,
perawatan sampai ia sembuh atau meninggal dunia, supaya selama
sakit pasien lebih dekat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga
bila ia sembuh menjadi orang yang lebih taat kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala dan bila ia meninggal dunia dalam keadaan khusnul
khotimah.
c. Peramah, dalam memberi bimbingan petugas kerohanian Rumah Sakit
Islam Sunan Kudus selalu dengan muka manis, penuh senyum yang
dapat menyenangkan dan menenangkan pasien.
Sifat-sifat di atas yang dipegang oleh petugas kerohanian yang
merupakan sifat baik, ternyata dapat memberi ketenangan bagi pasien
yang dapat berpengaruh baik bagi kesembuhan pasien.
4.1.1.2 Metode Bimbingan Rohani Rumah Sakit Islam Sunan Kudus
Petugas kerohanian harus mampu menganalisa kebutuhan pasien dengan
memperhatikan kondisi fisik dan psikis pasien. Dengan pengetahuan dan
pemahaman akan kebutuhan pasien tersebut maka petugas kerohanian dapat
memilih metode apa yang cocok untuk memotivasi kesembuhan pasien
sehingga bimbingan yang dilakukan bisa berjalan secara efektif.
Metode bimbingan rohani di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus yang
diterapkan oleh petugas kerohanian dibagi menjadi dua; metode langsung
dan tidak langsung. Pertama, metode langsung disampaikan dengan
mengunakan cara face to face atau kunjungan langsung. Bimbingan secara
face to face ini membawa hasil yang sangat besar dalam memotivasi
kesembuhan pasien. Berawal dari dialog secara langsung dan akrab pasien
akan merasa diperhatikan, sehingga proses penyembuhan penyakitnya lebih
cepat. Kedua, metode tidak langsung disampaikan melalui tulisan dan audio,
yang berisi tentang kesehatan ditinjau dari ajaran Islam, serta ayat-ayat al-
Qur’an dan hadits. Pemberian nuansa keagamaan dengan bacaan al-Qur’an
melalui audio bagi pasien membuat jiwanya akan tenang, sebagaimana
firman Allah Subhanahu wa Ta’ala surat al-Isra’ ayat 82:
ãΑÍi”t∴çΡuρ z⎯ÏΒ Èβ#u™öà)ø9$# $ tΒ uθ èδ Ö™!$ xÏ© ×π uΗ ÷qu‘ uρ t⎦⎫ÏΖÏΒ ÷σßϑ ù=Ïj9 Ÿω uρ ߉ƒ Ì“ tƒ t⎦⎫Ïϑ Î=≈ ©à9$# ω Î) #Y‘$ |¡yz
Artinya: Dan kami turunkan dari al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian (Departemen Agama RI, 2002: 290).
Berdasarkan hasil persentase angket mengenai metode bimbingan yang
diharapkan oleh pasien, 93% distribusi jawaban pasien menginginkan
metode bimbingan secara langsung. Hal tersebut membuktikan bahwa
metode bimbingan langsung lebih efektif dalam membantu proses
penyembuhan pasien.
4.1.1.3. Media Bimbingan Rohani Di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus
Doa mengandung unsur psikoterapi yang mendalam, terapi doa ini
tidak kalah pentingnya dibanding dengan terapi-terapi yang lainnya, karena
doa mengandung kekuatan spiritual/kerohanian yang membangkitkan rasa
percaya diri dan rasa optimis (harapan kesembuhan). Rasa percaya diri dan
rasa optimis merupakan dua hal yang esensial bagi penyembuhan suatu
penyakit, disamping obat-obatan dan tindakan medis yang diberikan. Doa
merupakan materi yang disampaikan pada waktu bimbingan. Dalam
penyampaian materi doa ini diperlukan sebuah media. Media bimbingan
rohani di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus melalui pemberian buku
tuntunan bagi pasien. Buku tersebut memuat materi-materi bimbingan
mulai dari bimbingan pelaksanan ibadah saat sakit dan doa-doa yang
dibutuhkan pada waktu orang sakit.
Penggunaan media ini disambut baik oleh pasien, karena doa yang
dimuat di dalamnya bisa dibaca berulang-ulang dan membantu pasien untuk
mengingat doa tertentu pada waktu sakit, misalnya doa ketika sedang sakit,
doa menghilangkan rasa sakit, doa memohon kesembuhan, doa mohon
kesabaran dan ketenangan pada waktu sakit, dan lain-lain. Karena bisa jadi
pasien lupa akan doa-doa tertentu yang dibaca ketika sakit.
Media berupa buku tuntunan bagi pasien juga dirasa sangat membantu
petugas kerohanian dalam memberikan pemahaman tentang materi
bimbingan bagi pasien, baik terkait dengan tata cara ibadah orang sakit
maupun materi lain yang diperlukan pasien. Materi tersebut lebih mudah
disampaikan dengan adanya buku tuntunan pasien, petugas kerohanian
tidak terlalu banyak membutuhkan waktu untuk menjelaskan dan
mempraktekkan sesuatu yang ditanyakan pasien dan keluarga karena
sebagian besar telah dijelaskan dalam buku tersebut.
Apabila seseorang menjalani perawatan di rumah sakit, terpaksa harus
meninggalkan keluarga, sehingga dia merasa kesepian, atau memiliki
banyak waktu luang. Untuk itu sebagai alternatif penyelesaian persoalan
tersebut, petugas kerohanian Rumah Sakit Islam Sunan Kudus dalam
agenda pelayanan kerohaniannya menerbitkan atau mengadakan bulletin
Islam. Hal ini selain untuk memenuhi kebutuhan pasien juga akan
mengurangi beban mental dan mengisi waktu luang agar pasien tidak terlalu
jenuh dengan keadaan rumah sakit, khususnya pasien yang produktif dan
aktif. Namun dalam merealisasikan agenda penerbitan bulletin Islam,
petugas kerohanian memiliki banyak kendala sehingga terpaksa belum
terbit setiap bulannya. Sedangkan agenda penerbitan bulletin Islam tersebut
diprogramkan satu kali terbit setiap bulannya.
Materi kerohanian, informasi, pemberian motivasi dan penyuluhan, dan
lain-lain juga disampaikan melalui media audio atau sound system. Hal
demikian dimaksudkan agar pasien Rumah Sakit Islam Sunan Kudus dapat
sesering mungkin mendengarkan siraman rohani, sehingga akan menambah
keimanan. Bimbingan rohani melalui audio atau sound system di Rumah
Sakit Islam Sunan Kudus telah terjadwal dengan baik, misalnya:
menyiarkan adzan sholat 5 waktu, yang bertujuan untuk mengingatkan
kewajiban seorang muslim berupa sholat. Dari sisi rohani, sholat membantu
menenangkan urat saraf, mengendorkan ketegangan atau stres, mengobati
kegelisahan hati serta dapat memberi ketenangan hati sehingga dapat
membantu kesembuhan penyakit untuk meraih kesehatan fisik. Dengan
sholat, tumbuh sikap kesabaran pasien dalam menjalani perawatan di rumah
sakit, kemudian akan muncul keinginan atau dorongan (motivasi) dalam
diri pasien untuk segera sembuh dari penyakit.
4.1.2 Pelaksanan Model Bimbingan Rohani dalam Memotivasi Kesembuhan Pasien
Rumah Sakit Islam Sunan Kudus.
Bimbingan rohani berupa pertolongan dalam bidang spiritual diharapkan
pasien mampu menjalani ujian berupa sakit melalui dorongan dari kekuatan iman
dan taqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Pelaksanaan model bimbingan
rohani di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus yang dilakukan oleh petugas
kerohanian mempunyai peran dalam memotivasi kesembuhan pasien. Hal ini
dilihat dari hasil penelitian dari 15 responden. Pengaruh pelaksanaan model
bimbingan rohani terhadap kondisi pasien tersebut adalah:
a. Memotivasi kesembuhan pasien, berdasarkan distribusi tanggapan pasien
terhadap pelaksanaan bimbingan rohani dalam memotivasi kesembuhan
pasien, 86 % dari 15 responden menyatakan termotivasi dengan adanya
kunjungan oleh petugas kerohanian.
b. Meningkatkan kondisi spiritual, pada umumnya orang yang sedang sakit
mengalami penurunan kondisi spiritual. Hal ini terbukti 80% dari 15
responden menyatakan mengalami peningkatan spiritual melalui materi-
materi bimbingan rohani.
c. Menghilangkan rasa gelisah dan menumbuhkan rasa tenang pada diri
pasien.
d. Membantu pasien menerima kondisi yang sedang dialami, sehingga
menerima ujian dan dapat berlaku sabar dan tidak putus asa, serta
meningkatkan ketaqwaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Hasil penelitian menyebutkan 86% dari 15 responden yang mengetahui
tentang pelayanan kerohanian di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus, menyatakan
termotivasi untuk menjalani perawatan di rumah sakit dan optimis untuk sembuh
sehingga hal tersebut membantu proses kesembuhan pasien. Hal serupa pun
diungkapkan oleh salah satu perawat di Rumah Sakit Islam Sunan kudus bahwa
pelayanan kerohanian membantu proses kesembuhan. Dengan adanya hal tersebut
seorang perawat bisa memprediksi berapa lama seorang pasien dengan kondisi
penyakitnya akan dirawat di rumah sakit. Akan tetapi setelah pasien mendapat
bimbingan rohani oleh petugas kerohanian ternyata dengan motivasi instinsik
pasien bisa sembuh lebih cepat.
Diantara upaya untuk menjaga kesehatan agar tidak terkena penyakit, dalam
Islam mengenal upaya preventif (pencegahan). Upaya tersebut bertujuan
menyarankan individu atau masyarakat agar memperhatikan kesehatan
lingkungan, membasmi atau menghindari pelbagai penyakit menular. Upaya
preventif juga dimasukkan dalam proses bimbingan rohani Rumah Sakit Islam
Sunan Kudus pada pasien. Salah satunya menganjurkan pasien dan keluarga
untuk menjaga kebersihan, karena kebersihan merupakan salah satu aspek penting
dalam ilmu kedokteran, masalah yang berhubungan dengan kebersihan dalam
terminologi Islam disebut dengan al-Thoharat. Dari sisi pandang kebersihan dan
kesehatan, al-Thoharat merupakan salah satu bagian ibadah.
Sedangkan kewajiban petugas kerohanian dalam kebersihan yang menyangkut
kebersihan akidah dari pasien yang sedang menghadapi sakaratul maut adalah
dengan cara menuntun membaca kalimat La Illahaillallah. Selain pada pasien
sakaratul maut, dalam pelaksanannya petugas kerohanian menasehati pasien
(sakit ringan) dengan berbaik sangka kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala,
mengharap ampunan dan rahmat-Nya, sekalipun ia merasa banyak berdosa,
namun Allah Subhanahu wa Ta’ala dapat memberi rahmat-Nya.
Sedang dalam usaha kuratif, obat merupakan bahan yang digunakan untuk
mengurangi, menghilangkan penyakit, atau menyembuhkan seseorang dari
penyakit. Menurut kalangan ahli medis, obat adalah senyawa untuk mengurangi
gejala atau menyembuhkan penyakit. Dalam Islam, berobat termasuk tindakan
yang dianjurkan.
Berdasarkan hal di atas, kita melihat adanya titik temu antara terapi medis dan
terapi spiritual atau rohani. Bahwa dalam keyakinan Islam proses penyembuhan
terhadap suatu penyakit, berdasarkan hukum kausalitas atau hukum sunnatullah
(campur tangan Allah). Karena itu, banyak tuntunan dalam bentuk doa-doa
mohon kesembuhan atau kesehatan, maka sebenarnya penyembuh yang hakiki
adalah berasal dari Tuhan.
4.2 Analisis Pelaksanaan Model Bimbingan Rohani dalam Memotivasi Kesembuhan
Pasien Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus
4.2.1 Analisis Pelaksanaan Model Bimbingan Rohani Rumah Sakit Mardi Rahayu
Kudus.
Di dalam ilmu kedokteran, penyebab penyakit bisa juga disebabkan karena
ada gangguan pada jiwa atau psikis seseorang. Sehingga dewasa ini tenaga medis
makin yakin bahwa penyakit dan proses penyembuhan penyakit bersifat
psychosomatic, yaitu dengan melihat segi kejiwaan seseorang disamping juga
jasmaninya, oleh karena itu pada sejumlah rumah sakit sudah mulai menetapkan
konsep ini.
Jika penyakit menyerang, cara yang tepat adalah mencari terapi medis dan
terapi rohani atau spiritual (berdoa). Dengan demikian, ada semacam kerja sama
dalam upaya penyembuhan, sehingga banyak isi dari Alkitab berbicara tentang
penyembuhan penyakit dengan penyembuhan spiritual atau rohani. Upaya
penyembuhan selain dari segi medis, Rumah Sakit Mardi Rahayu
Kudus juga melakukan konseling pastoral. Karena orang sakit itu tidak
sepenuhnya sembuh kalau masih ada masalah psikologis, misalnya kecemasan,
stres, dan tekanan mental atau kepribadian tertentu yang dapat menyebabkan
penyakit fisik.
Gangguan psikis yang sering dialami oleh orang sakit adalah rasa putus asa,
terutama pada pasien yang menderita penyakit kronis yang susah sembuh. Upaya
untuk membantu pasien agar tidak putus asa terhadap penyakitnya, Rumah Sakit
Mardi Rahayu Kudus memberikan pelayanan konseling berupa konseling pastoral
yang ditangani oleh bagian kerohanian. Petugas bagian kerohanian memotivasi
pasien agar mampu bersikap lebih tenang, sabar, ikhlas, dan tidak putus asa untuk
mempercepat kesembuhan pasien. Dalam sub-bab ini penulis akan menganalisis
penyelenggara, metode, dan media model bimbingan rohani di Rumah Sakit
Mardi Rahayu Kudus.
4.2.1.1 Penyelenggara Model Bimbingan Rohani Rumah Sakit Mardi Rahayu
Kudus
Penyelenggara konseling pastoral di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus
di bawah tanggung jawab bagian kerohanian. Di lihat dari Sumber Daya
Manusia (SDM) yang ada telah menunjang dengan baik pelayanan
kerohanian Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus. Secara umum keberadaanya
juga mendapat dukungan yang baik dari dokter, perawat, maupun karyawan
rumah sakit pada umumnya. Bimbingan rohani yang dilakukan petugas
kerohanian dalam melakukan kegiatannya banyak menggunakan pendekatan
psikologis dan psikososial, sehingga ada kesan yang baik pada pasien, antara
lain:
a. Petugas kerohanian Rumah Sakit Mardi Rahayu bersikap penuh
kehangatan, baik dalam kata-kata maupun dalam sikap, sehingga
pasien merasa diperhatikan.
b. Penyantun terhadap pasien, artinya mempunyai perasaan lekas
merasakan kesukaran orang lain (sakit yang dialami pasien), dan turut
berduka cita dengan orang yang kesusahan serta menghormati pasien
sebagai hamba Tuhan.
c. Dapat membuka dialog yang terbuka, ramah, serta mempunyai
pengalaman dalam menghayati hidup keimanannya, dan bergaul dekat
dengan Tuhan.
4.2.1.2 Metode Bimbingan Rohani Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus
Metode yang digunakan petugas kerohanian Rumah Sakit Mardi Rahayu
adalah metode langsung dan metode tidak langsung. Untuk menciptakan
hubungan yang baik melalui metode langsung (komunikasi langsung berupa
face to face) antara petugas kerohanian dengan pasien itu lebih bersifat
pribadi, karena kemungkinan permasalahan setiap pasien berbeda dengan
pasien yang lain. Fungsi komunikasi langsung yang diterapkan petugas
kerohanian Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus antara lain; pertama,
menciptakan hubungan yang baik antara petugas kerohanian dengan pasien;
kedua, mendapatkan informasi tentang pribadi pasien, terutama sifat
traumatic yang dialami pasien tentang penyakitnya, lebih lanjut lagi, apabila
mempunyai keluhan yang bersifat traumatic dan butuh pertolongan lebih
lanjut, petugas kerohanian kemudian berkonsultasi dengan yang lebih
kompeten misalnya perawat atau dokter; ketiga, membantu pasien dengan
memberi kasih, dorongan atau motivasi yang bisa memperingan kondisi
pasien, sehingga pasien bergerak kearah tujuan tertentu sesuai dengan sifat
kebutuhan yang hendak dipenuhi yaitu kesehatan.
Pengoptimalan metode bimbingan rohani Rumah Sakit Mardi Rahayu
Kudus didukung juga dengan penggunaan metode komunikasi tidak
langsung. Diantaranya, dengan menggunakan metode komunikasi massal
berupa tulisan dan studio (audio), dan metode tulisan dalam bentuk traktat.
Didalam traktat memuat ayat-ayat Alkitab tentang harapan yang harus
dimiliki seseorang kepada Tuhan. Pengharapan telah menjadi bagian hakiki
dari kehidupan manusia, dan tentu saja setiap orang di dunia ini
mengharapkan masa depan indah, masa depan yang cerah, dan masa depan
gilang gemilang. Dengan harapan-harapan tersebut, maka pasien akan
terdorong untuk melakukan semua hal untuk mempercepat kesembuhannya.
4.2.1.3 Media Bimbingan Rohani Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus
Seperti kita ketahui, media adalah segala bentuk yang digunakan untuk
penyaluran informasi. Salah satu media yang digunakan petugas kerohanian
Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus adalah media audio atau studio. Media
ini melengkapi media berupa tulisan yang ada yang mempunyai banyak
keunggulan. Media audio yang digunakan di rumah sakit memuat hiburan
untuk pasien, pesan dari bimbingan rohani dapat ditata menjadi suatu kisah
yang dihiasi dengan musik agar tercipta suasana yang tenang dan tentram,
sehingga pasien tidak jenuh dengan kondisi rumah sakit. Sedangkan media
tulisan atau cetak yang digunakan oleh petugas kerohanian adalah dalam
bentuk traktat, traktat tersebut memuat materi-materi motivasi yang ada
dalam Alkitab. Media cetak atau tulisan ini memiliki keunggulan yaitu
materi yang diberikan memiliki jangka waktu yang lama.
4.2.2 Pelaksanaan Model Bimbingan Rohani dalam Memotivasi Kesembuhan Pasien
Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus.
Kegiatan bimbingan rohani di rumah sakit jelas dapat memberi nilai tambah
dalam hal pelayanan bagi pasiennya. Pengaruh pelaksanaan model bimbingan
rohani bagi pasien di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus adalah:
a. Bimbingan rohani merupakan pelengkap pengobatan dan pelayanan medis
bagi pasien yang dapat memotivasi kesembuhan pasien. Berdasarkan
distribusi tanggapan pasien 80% dari 15 responden menyatakan termotivasi
dengan adanya bimbingan rohani tersebut.
b. Menumbuhkan rasa tenang pada diri pasien, serta menghilangkan rasa gelisah
pada diri pasien.
c. Memberikan sugesti pada diri pasien melalui materi yang disampaikan.
Penyakit mempengaruhi seluruh aktivitas manusia, sakit tubuh dapat
mempengaruhi pikiran dan sakit pikiran dapat mempengaruhi tubuh. Pikiran
mungkin tidak dapat menyebabkan penyakit fisik, tetapi pikiran dapat
mempengaruhi penyakit yang diderita oleh pasien. Oleh sebab itu, petugas
kerohanian memberikan dorongan agar pasien tenang dalam menghadapi penyakit.
Hasil penelitian menyebutkan 80% dari 15 responden yang mendapat bimbingan
rohani menyatakan termotivasi untuk menjalani perawatan di rumah sakit dan
optimis untuk sembuh sehingga hal tersebut membantu proses kesembuhan pasien.
Dari hasil penelitian juga menyatakan 100% responden yakin bahwa setiap penyakit
ada obatnya, secara psikologis hal tersebut dapat memotivasi pasien untuk sabar
dalam penyakitnya.
Bimbingan rohani yang disampaikan oleh petugas kerohanian dalam membina
mental pasien, merupakan jalan untuk membebaskan manusia dari kegelisahan dan
kerisauan hati yang disebabkan oleh penyakit yang dideritanya, serta membantu
memecahkan masalah yang sedang dihadapinya. Dengan terbebasnya pasien dari
rasa gelisah, maka akan menumbuhkan semangat pada diri pasien dalam
menghadapi cobaan penyakitnya, hal ini sangat baik bagi perkembangan mental
pasien yang sedang down mentalnya.
4.3 Persamaan dan Perbedaan Model Bimbingan Rohani Rumah Sakit Islam Sunan
Kudus dan Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus
Persamaan dan perbedaan model bimbingan rohani Rumah Sakit Islam Sunan
Kudus dan Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus, dipengaruhi oleh beberapa faktor
antara lain:
a. Landasan pada teks kitab suci masing-masing.
Dalam mengkomunikasikan model bimbingan rohani harus berpegang pada
prinsip agama yang tertuang pada teks suci (kitab). Rumusan prinsip model
bimbingan rohani, tentunya harus tetap mengacu pada landasan atau dasar yang
bersumber pada ajaran kedua agama, sebagai isi dari bimbingan rohani.
Landasan teologis dalam agama Islam dan Kristen tersebut, banyak memuat
ajaran-ajaran yang pada hakikatnya mengarah pada terapi spiritual atau rohani dan
saling tolong menolong. Al-Qur’an misalnya, di dalamnya banyak pedoman untuk
menjaga kondisi fisik yang dipengaruhi kondisi psikis. Demikian juga dalam hadits
Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam yang berbunyi:
نإوالأ يف دسجلا ةغضم اذإ تحلص حلص دسجلا هلآ اذإو تدسف دسف دسجلا ،هلآ الأ
يهو بلقلا
Artinya: “Ketahuilah, di dalam jasad ada segumpal daging. Apabila baik, maka baiklah seluruh jasadnya, dan apabila rusak maka rusaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah, dia adalah hati” HR. Al-Bukhori dan Muslim dari Abu Abdillah An-Nu’man bin Basyir (Arbain Nawawiyah no.6).
Dalam konteks Kristen, prinsip bimbingan rohani juga menempati posisi yang
sangat penting sebagai ajaran universal Kristen. Sebagaimana terdapat di Yakobus
5: 13-16:
“Kalau ada seorang di antara kamu yang menderita, baiklah ia berdoa! Kalau ada seorang yang bergembira baiklah ia menyanyi! Kalau ada seorang diantara kamu yang sakit, baiklah ia memanggil para penatua jemaat, supaya mereka mendoakan dia serta mengolesnya dengan minyak dalam nama Tuhan. Dan doa yang lahir dari iman akan menyelamatkan orang sakit itu dan Tuhan akan membangunkan dia; dan jika ia telah berbuat dosa, maka dosanya itu akan diampuni. Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya” (Lembaga Alkitab Indonesia, 1991: 702).
Pesan Alkitab di atas merupakan pedoman prinsip dalam penyelenggaran model
bimbingan rohani. Formulasi terapi spiritual yang tertuang dalam Alkitab, baik
Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru banyak memuat hal yang berorientasi
pada peningkatan aspek positif dan pengikisan aspek negatif yang didasari lemah
lembut. Alkitab juga berbicara tentang penyembuhan penyakit, penyembuhan
kepribadian kita, serta penyembuhan tubuh, jiwa, dan roh.
Rumah Sakit Islam Sunan Kudus dan Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus dalam
menjalankan model bimbingan rohani sama-sama berlandaskan pada doktrin kitab
suci masing-masing, dimana kegiatan tersebut merupakan implementasi teks suci
yang merupakan bagian inheren dari doktrin kedua agama.
Dari sini tampak bahwa, kendati antara Islam dan Kristen memiliki doktrin
yang bersifat eksklusif tentang bimbingan rohani, keduanya sangat diharapkan
mempunyai terapi spiritual atau rohani pada pasien di rumah sakit. Adapun dalam
pengembangan terapi spiritual atau rohani, baik Rumah Sakit Islam Sunan Kudus
dan Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus, menitikberatkan pada pelayanan dan
pemenuhan kebutuhan pokok pasien yaitu perhatian pada sisi psikologis pada saat
perawatan di rumah sakit.
b. Visi dan misi
Persamaan dan perbedaan tersebut juga dipengaruhi oleh tujuan sesuai dengan
visi dan misi rumah sakit. Rumah Sakit Islam Sunan Kudus dalam visinya
memberikan pelayanan kesehatan lahir dan batin secara Islami serta terjangkau oleh
semua lapisan masyarakat dan menjadi Rumah Sakit Swasta di daerah dengan
reputasi nasional dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat lahir
dan batin secara optimal dengan prilaku Islami. Sedangkan misinya adalah
menyatukan kesehatan batin disamping kesehatan lahir atau fisik dalam mengatasi
penderitaan dan mempercepat proses penyembuhan.
Demikian juga visi Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus adalah menjadi Rumah
Sakit pilihan utama mendasarkan kasih di Jawa Tengah. Sedangkan misinya adalah
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang utuh dan bermutu bagi semua
masyarakat yang membutuhkan, sesuai dengan panggilan Gereja yaitu, Pelayanan,
Persekutuan, dan Kesaksian. Sebagaimana dalam I Korintus 12: 26-28:
“Karena itu jika satu anggota menderita, semua anggota turut menderita; jika satu anggota dihormati; semua anggota turut bersukacita. Kamu semua adalah tubuh Kristus dan kamu masing-masing adalah anggotanya. Dan Allah telah menetapkan beberapa orang jemaat: pertama sebagai rasul, kedua sebagai nabi, ketiga sebagai pengajar. Selanjutnya mereka yang mendapat karunia untuk mengadakan mujizat, untuk menyembuhkan, untuk melayani, untuk memimpin, dan untuk berkata-kata dalam bahasa roh” (Lembaga Alkitab Indonesia, 1991: 528).
Pelayanan Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus menyatukan pengobatan fisik
dan psikis, yang disebut pengobatan holistik. Pengobatan holistik berarti mengobati
secara utuh; dalam istilah Alkitab meliputi jiwa, tubuh dan roh.
Dari persamaan-persamaan yang telah disebut di atas, terdapat pula perbedaan
model bimbingan rohani Rumah Sakit Islam Sunan Kudus dan Rumah Sakit Mardi
Rahayu Kudus. Letak perbedaannya terdapat pada isi materi yang disampaikan pada
pasien. Pada Rumah Sakit Islam Sunan Kudus, materi yang disampaikan berupa
nasehat-nasehat keagamaan untuk meningkatkan keimanan pasien, sedangkan pada
Rumah Sakit mardi Rahayu Kudus materi yang disampaikan berupa motivasi
kesembuhan bagi pasien. Hal ini dikarenakan, sebagian besar pasien Rumah Sakit
mardi Rahayu Kudus menganut agama yang berbeda dengan petugas kerohanian,
sehingga materi yang disampaikan berupa psikologik dan psikososial.
4.4 Kelemahan dan Kelebihan Model Bimbingan Rohani Rumah Sakit Islam Sunan
Kudus dan Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus
Berbicara mengenai kelemahan dan kelebihan model bimbingan rohani Rumah
Sakit Islam Sunan Kudus dan Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus, haruslah berangkat
dari konsep dan aplikasi model yang diterapkan serta pengaruh yang dikembangkan.
Disamping itu faktor pendukung seperti: Sumber Daya Manusia (SDM), dana, media,
metode, dan sarana prasarana yang lain yang tersedia juga ikut mempengaruhi
kelemahan dan kelebihan yang dimiliki oleh kedua model bimbingan rohani tersebut.
Faktor pendukung Rumah Sakit Islam Sunan Kudus adalah kondisi Islami Rumah
Sakit Islam Sunan Kudus yang dikelola oleh Yayasan Kesehatan Islam Kudus
(YAKIS) mendukung adanya pelayanan bimbingan rohani atau spiritual, sehingga
petugas kerohanian dalam melakukan aktivitasnya sudah sesuai dengan visi dan misi.
Secara psikologis tidak ada beban, bahkan secara kejiwaan akan mendukung aktivitas
dakwah. Sedangkan faktor pendukung petugas kerohanian Rumah Sakit Mardi
Rahayu Kudus adalah memiliki kode etik yang ada, antara lain; pertama, hubungan
petugas kerohanian dengan pasien ditentukan oleh kepribadian, pengetahuan, dan
skill. Tanggung jawab utama adalah kesejahteraan pasien, tanggung jawab yang lain
adalah mengormati martabat pasien; kedua, petugas tidak membedakan pasien
berdasarkan agama, ras, warna kulit. Manfaat tindakan non-diskriminatif akan
memberi penghargaan kepada pasien.
4.4.1 Kelebihan-Kelebihan Model Bimbingan Rohani Rumah Sakit Islam Sunan
Kudus dan Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus.
Adapun kelebihan-kelebihan model bimbingan rohani Rumah Sakit Islam
Sunan Kudus adalah:
− Petugas kerohanian memiliki kualifikasi sebagai juru dakwah yang
menguasai tentang isi al-Qur’an dan sunnah Nabi Muhammad Shallallahu
Alaihi wa Sallam, hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam,
menguasai ilmu-ilmu pengetahuan yang ada hubungannya dengan tugas
berdakwah, dan pribadi yang bertaqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
− Adanya pembagian tugas (job description) yang jelas. Hal ini tampak pada
pelaksanaan bimbingan rohani yaitu pasien laki-laki, dibimbing oleh
petugas kerohanian laki-laki. Demikian pula apabila pasiennya wanita,
maka petugas kerohaniannya wanita. Hal ini sangat efektif dikarenakan
pasien dengan bermacam-macam keadaan, seperti apabila dijumpai pasein
perempuan yang baru melahirkan, maka apabila tidak ada job description
yang jelas, petugas kerohanian laki-laki akan “risih” jika akan memberi
bimbingan rohani.
− Adanya kesesuaian antara materi dan sasaran pasien, dikarenakan sebagian
besar pasien yang dirawat beragama Islam, maka materi (nasehat-nasehat
keagamaan) yang diberikan oleh petugas kerohanian sangat efektif dalam
meningkatkan spiritual pasien.
− Lebih bersifat edukatif dan informatif, model bimbingan rohani Rumah
Sakit Islam Sunan Kudus yang dilaksanakan oleh petugas kerohanian lebih
banyak memberi informasi berupa ajaran (materi) agama dan moral. Pihak
petugas kerohanian cenderung bersifat mentransfer ajaran-ajaran agama
kepada orang yang dibimbing (pasien).
Sedangkan kelebihan-kelebihan model bimbingan rohani Rumah Sakit
Mardi Rahayu Kudus adalah:
− Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang professional artinya Sumber
Daya Manusia (petugas kerohanian) memiliki latar belakang pendidikan
yang sesuai, misalnya: sarjana psikologi, dokter, dan lain-lain.
− Mekanisme dan job description yang teratur. Setiap program atau kegiatan
pelaksanaan media model bimbingan rohani ada penanggung jawabnya
sendiri-sendiri, misalnya: media studio atau audio, kepustakaan, dan lain-
lain.
− Hasil observasi menunjukkan metode yang diterapkan oleh Rumah Sakit
Mardi Rahayu Kudus lebih variatif, artinya menggunakan banyak metode
yang diterapkan. Metode yang diterapkan adalah pengunaan media
kepustakaan yang berguna dalam upaya peningkatan pengetahuan dan
ketrampilan petugas kerohanian khususnya dan untuk karyawan pada
umumnya, serta bagi berguna bagi pasien untuk mengisi waktu luang.
− Model bimbingan rohani di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus lebih
memfokuskan hubungan antara orang yang membimbing dan orang yang
dibimbing. Dasar untuk membangun hubungan adalah rasa cinta
persaudaraan di antara sesama makhluk (hamba Tuhan). Orang yang
membimbing menyediakan diri untuk melayani dan membantu saudaranya
dalam memgembangkan spiritual (rohani)nya.
4.4.2 Kelemahan-Kelemahan Model Bimbingan Rohani Rumah Sakit Islam Sunan
Kudus Dan Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus.
Kelemahan model bimbingan rohani Rumah Sakit Islam Sunan Kudus adalah
kurang tersedianya ruang konsultasi. Hal ini disebabkan waktu kunjungan petugas
kerohaian antara pasien satu dengan pasien yang lainnya relatif singkat,
sedangkan pasien membutuhkan waktu yang lama untuk mengutarakan
permasalahannya. Oleh karena itu perlu adanya ruang konsultasi kerohanian, agar
pasien lebih terbuka lagi dalam mengutarakan permasalahan dalam waktu yang
cukup lama sehingga bisa timbul kepuasan dari seorang pasien hingga akhirnya
dapat menentramkan hati pasien.
Sedangkan kelemahan model bimbingan rohani Rumah Sakit Mardi Rahayu
Kudus adalah kurangnya sosialisasi tentang adanya pelayanan konseling pastural
yang ditangani oleh bagian kerohanian, sehingga sebagian pasien kurang bisa
memanfaatkan pelayanan kerohanian. Bagi pasien yang seharusnya mengambil
manfaat dengan adanya pelayanan tersebut, berupa menyaluran keluhan-keluhan
yang dialami, dan lain-lain. Sehingga nantinya bisa ditindak lanjuti oleh petugas
kerohanian dengan berkonsultasi kepada perawat atau dokter.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Model bimbingan rohani dalam bentuk terapi psikologis dan psikospiritual atau
religius diterapkan di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus dan Rumah Sakit Mardi
Rahayu Kudus, sebagai pelengkap pengobatan dan pelayanan medis rumah sakit. Di
dalam pelaksanaan model bimbingan rohani di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus dan
Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus, maka penulis menarik kesimpulan:
1. Pelaksanaan model bimbingan rohani dalam memotivasi kesembuhan pasien di
Rumah Sakit Islam Sunan Kudus dan di Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus
mempunyai prinsip yang sama, yaitu dengan memperhatikan aspek-aspek
spiritual atau rohani sehingga mampu mempertinggi kemampuan pasien dalam
mengatasi penderitaan dan mempercepat proses penyembuhan. Pelaksanaanya
dengan memberi motivasi atau dorongan yang dilakukan oleh petugas kerohanian
melalui materi yang disampaikan dengan metode dan media yang tersedia,
sehingga pasien merasa tenang, tidak putus asa, dan optimis atas kesembuhannya.
Dengan demikian, untuk dapat memahami pasien seutuhnya, pelayanan di Rumah
Sakit Islam Sunan Kudus dan Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus melihat
pasiennya tidak hanya dari segi fisik, psikologik, dan sosial budayanya saja,
melainkan juga melihat dari sisi spiritual (aspek kerohanian/psikoreligius). Terapi
Psikologik dan terapi psikoreligius dalam praktek bimbingan rohani di Rumah
Sakit Islam Sunan Kudus dan Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus bukan
bertujuan untuk mengubah keyakinan pasien terhadap agama yang dianutnya,
melainkan untuk membangkitkan kekuatan kerohanian atau spiritualnya dalam
menghadapi penderitaan penyakit dan untuk memotivasi kesembuhan pasien.
2. Terdapat kelebihan dan kekurangan pelaksanaan model bimbingan rohani dalam
memotivasi kesembuhan pasien di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus dan Rumah
Sakit Mardi Rahayu Kudus yang disebabkan faktor-faktor seperti: Sumber Daya
Manusia (SDM), dana, media, metode, dan sarana prasarana yang lain yang
tersedia. SDM petugas kerohanian Rumah Sakit Islam Sunan Kudus memiliki
kualifikasi sebagai juru dakwah yang menguasai tentang isi al-Qur’an dan sunnah
Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam, sedangkan SDM petugas
kerohaninan Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus professional artinya Sumber
Daya Manusia (petugas kerohanian) memiliki latar belakang pendidikan yang
sesuai, misalnya: sarjana psikologi, dokter, dan lain-lain. Selain itu juga terdapat
persamaan dan perbedaan pelaksanaan model bimbingan rohani di Rumah Sakit
Islam Sunan Kudus dan Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus. Adapun persamaan
pelaksanaan model bimbingan rohani Rumah Sakit Islam Sunan Kudus dan
Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus adalah:
a. Rumusan prinsip model bimbingan rohani yang mengacu pada landasan yang
bersumber pada ajaran kedua agama, yaitu teks suci al-Qur’an dan Alkitab.
b. Visi dan misi rumah sakit yang menyatukan pengobatan fisik dan psikis,
sering disebut pengobatan holistik, yaitu menyatukan terapi psikologik dan
terapi psikoreligius.
Sedangkan perbedaannya terdapat pada isi materi yang disampaikan pada
pasien. Pada Rumah Sakit Islam Sunan Kudus, materi yang disampaikan berupa
nasehat-nasehat keagamaan untuk meningkatkan keimanan pasien, sedangkan
pada Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus materi yang disampaikan berupa
motivasi kesembuhan bagi pasien. Hal ini dikarenakan, sebagian besar pasien
Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus menganut agama yang berbeda dengan
petugas kerohanian, sehingga materi yang disampaikan berupa psikologik dan
psikososial.
5.2 Saran-Saran
Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan terhadap model bimbingan rohani
dalam memotivasi kesembuhan pasien di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus dan
Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus, maka terdapat beberapa hal yang menjadi saran
adalah:
1. Perlu adanya upaya sosialisasi bimbingan rohani kepada masyarakat melalui
berbagai media yang bisa dengan mudah diakses oleh berbagai kalangan.
2. Dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan kerohanian di rumah sakit, perlu
kiranya diadakan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan pelayanan kerohanian.
3. Petugas kerohanian perlu memahami latar belakang pasien sehingga dalam
menyajikan materi disesuaikan dengan latar belakang pasien tersebut, sehingga
dapat menerimanya.
5.3 Penutup
Demikian hasil penelitian model bimbingan rohani dalam memotivasi
kesembuhan pasien di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus dan Rumah Sakit Mardi
Rahayu Kudus. Penulis mengucapkan syukur Alhamdulillah kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala yang senantiasa memberikan taufik dan hidayah-Nya,
sehingga penulis berhasil menyelesaikan penyusunan skripsi ini
Dalam penulisan skripsi yang berjudul “Studi Komparatif Model Bimbingan
Rohani dalam Memotivasi Kesembuhan Pasien di Rumah Sakit Islam Sunan Kudus
dan Rumah Sakit Mardi Rahayu Kudus". Meskipun telah berusaha semaksimal
mungkin, namun menyadari akan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang
penulis miliki, maka tidak menutup kemungkinan adanya kritik yang membangun,
bimbingan dan pertolongan dari para cendekiawan dan pakar ilmu baik secara
langsung maupun tidak langsung kepada penulis demi kesempurnaan skripsi ini.
Sebagai kata terakhir penulis berharap semoga penulisan skripsi ini bermanfaat
khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi para pembaca semua. Dan semoga
Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, Amin yaa
robbal’alamin.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Jauziyah, Ibnu Qoyyim. 2005. Metode Pengobatan Nabi. (Diterjemahkan Abu Umar Basyir Al-Maidani). Jakarta: Griya Ilmu.
Ali, Muhammad Daud. 2002. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Raja Grasindo
Persada.
Anshori, M. Afif. 2003, Dzikir Demi Kedamaian Jiwa. Yoqyakarta: Pustaka Pelajar.
An-Nawawi, Syaikh Imam. 2005. (Penerjemah: Wahid Ahmadi) Hadits-Hadits Arbain Nawawiyah. Surakarta: Era Intermedia.
Arifin. 1994. Teori-Teori Konseling Umum dan Agama. Jakarta: Golden Terayu Press.
. 1995. Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama. Jakarta: Golden Teraya Press.
Arifin, dan Kartikawati. 1995. Materi Pokok Bimbingan Dan Konseling. Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, Syaifuddin. 2001. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Baedawi, Muhammad. 1983. Aqidah Islam. Bandung: Al-Ma’arif.
Baihaqi, dkk. 2005. Psikiatri (Konsep Dasar dan Gangguan-Gangguan). Bandung: Refika Aditama.
Biehl, Bobb and James W. Hagelganz. 1999. (Diterjemahkan Eviyanti Agus). Praying (How To Start And Keep Going); Berdoa Bimbingan Pribadi Untuk Meningkatkan Kehidupan Doa. Bandung: Yayasan Kalam Hidup.
Brouwer, dkk. 1983. Rumah Sakit dalam Cahaya Ilmu Jiwa. Jakarta: Grafidian.
Collins, Gary R. 1989. (Diterjemahkan Esther Susabda). Efektif Christian Counseling. Malang: Seminari Al-Kitab Asia Tenggara.
Daradjat, Zakiyah,dkk. 1993. Islam untuk Disiplin Ilmu Kedokteran dan Kesehatan 1. Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam.
Darminta, SJ. 2006. Praksis Bimbingan Rohani.Yogyakarta: Kanisius.
Departemen Agama RI. 2000. Al Quran dan terjemahannya. Bandung: CV. Diponegoro.
El-Qudsi, Abdul Aziz. 1992. Pokok-Pokok Kesehatan Jiwa. Jakarta: Bulan Bintang.
Djamarah, Syaiful Bahri.2002. Psikilogi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Farisi, Salman, http://www.mail.archive.com/[email protected].
Faqih, Ainur Rahim. 2001. Bimbingan dan Konseling dalam Islam. Yogyakarta: UII Press.
Handoko, Martin. 1992. Motivasi Daya Pengerak Tingkah Laku. Yogyakarta: Kanisius.
Hawari, Dadang. 1998. Al-Qur'an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa.
Lembaga Alkitab Indonesia. 1991. Perjanjian Baru. Jakarta: Percetakan Lembaga Alkitab Indonesia.
Lembaga Alkitab Indonesia. 1991. Alkitab; Perjanjian Lama. Bogor: Percetakan Lembaga Alkitab Indonesia.
Moleong, Lexy J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Muhadjir, Noeng. 2007. Metodologi Keilmuan Paradigma Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixe., Yogyakarta: Rake Sarasin.
Mu’awanah, Elvi. 2005. Re-learning Pribadi Sehat Melalui Konseling. Surabaya: El-kaf.
Musnawar, Thohari. 1995. Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam. Yogyakarta: UII Press.
Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. 2007. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara.
Nasution. 1992. Metode Penelitian Narutalistik Kualitatif. Bandung: Transito.
Bagian Kerohanian. tt. Pedoman Bagian kerohanian. Kudus: Rumah Sakit Islam Sunan Kudus.
Phillips, Mc Candish.1997. Dunia Roh; Suatu Ringkasan dari Al kitab, Dunia Supranatural dan Bangsa Yahudi. Bandung: Yayasan Kalam Hidup.
Pratiknya, Ahmad Watik, dkk. 1986. Etika, Islam, dan Kesehatan; Sumbangan Islam dalam Menghadapi Problema Kesehatan Indonesia. Jakarta: Rajawali.
Price, Dilwyn. 1997. (Diterjemahkan Okdriati Handoyo)Is Anyone of You Sick: Apa yang Harus Dilakukan Kala Orang Kristen Jatuh Sakit. Yogyakarta: Andi Offset.
Prihatiningtyas, Siti. tt. Dakwah Islam dengan Pendekatan Bimbingan dan Konseling. Semarang: Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang.
Poerwodarminto. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Sadirman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo.
Salabi, Mas Rahim. 2002. Mengatasi Kegoncangan Jiwa Perspektif al-Qur’an dan Sains. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Shaleh, Abdul Rahman dan Muhbib Abdul Wahab. 2005. Psikologi Suatu Pengantar; dalam Perspektif Islam. Jakarta: Prenada Media.
Steiger, Sherry Hansen. 1999. The Power of Prayer to Heal and Transfor Your Life. Jakarta: Pusaka Delapratasa.
Salam, Fathurrahman, dkk. 1986. Pengantar Ilmu Fiqh, Ush-Fiqh. Yogyakarta: Bina Usaha.
Syah, Muhibin. 2000. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Shakuntalan, Bambang. 1998. Roh Baik dan Roh Jahat. Yogyakarta: Kanisius.
Sholeh, Mohammad dan Musbikin, Imam. 2005. Agama sebagai Terapi: Telaah Menuju Ilmu Kedokteran Holistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sukardi, Dewa Ketut. 1995. Proses Bimbingn dan Penyuluhan di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Surya, Mohamad. 2003. Psikologi Konseling, Bandung: Pustaka Bani Quraisy.
Walgito, Bimo. 1995. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Yogyakarta: Andi Offset.
Wilkinson, Greg. 2002. Seri Kesehatan, Bimbingan Dokter pada Stres. Jakarta: Dian Rakyat.
Wiramihardja, Sutardjo A. 2006. Pengantar Psikologi Klinis. Bandung: Refika Aditama.
Yusuf, Syamsul dan Nurihsan, Jundika. 2005. Bimbingan dan Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Zuhroni, dkk. 2003. Islam untuk Disiplin Ilmu Kedokteran dan Kesehatan 2 (Fiqh Kontemporer). Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam
BIODATA PENULIS
Nama : Nurul Aeni
NIM : 1104037
Tempat, Tanggal Lahir : Kudus, 25 Januari 1985
Alamat Asal : Ds. Ngembal Rejo, No: 407, Rt: 04, Rw: 01, Bae,
Kudus, 59322
Email : [email protected]
Website : www.nurulaeni.wordpress.com
Pendidikan :
1. TK. PERTIWI NGEMBAL REJO, KUDUS
2. SD. N. NGEMBAL REJO V, KUDUS
3. MTs. N. KUDUS 01
4. MAN 2 KUDUS
5. IAIN WALISONGO SEMARANG, FAKULTAS DAKWAH
ANGGATAN 2004.
Motto :
DEMI ISLAM, PERGILAH MENGEJAR IMPIAN
.
Instrumen Wawancara dengan Direktur Rumah Sakit Umum Kristen Mardi
Rahayu Kudus
1. Bagaimana keadaan umum, sejarah berdirinya dan perkembangan Rumah
Sakit Umum Kristen Mardi Rahayu Kudus ?
2. Bagaimana struktur organisasinya ?
3. Bagaimana sarana dan prasarana Rumah Sakit Umum Kristen Mardi Rahayu
Kudus ?
4. Apa yang menjadi falsafah, visi dan misi di Rumah Sakit Umum Kristen
Mardi Rahayu Kudus ?
5. Apakah yang melatarbelakangi kegiatan keagamaan di Rumah Sakit Umum
Kristen Mardi Rahayu Kudus ?
6. Apa saja hambatan dalam usaha pengembangan kegiatan keagamaan ?
7. Apa usaha untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut ?
8. Apakah menurut anda kegiatan kegiatan kerohanian dapat memotivasi
kesembuhan pasien ?
Instrumen Interview dengan Dokter/Perawat di Rumah Sakit Umum Kristen
Mardi Rahayu Kudus
1. Bagaimana pendapat anda dengan adanya program kerohanian di Rumah Sakit
Umum Kristen Mardi Rahayu Kudus ?
2. Apakah dari bimbingan rohani yang dilakukan oleh rohaniawan memang
dapat membantu untuk memotivasi kesembuhan pasien ?
Instrumen angket penelitian dengan pasien di Rumah Sakit Islam Sunan
Kudus
1. Apakah selama anda disini mendapat bimbingan rohani dari
rohaniawan/perawat rohani ?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
2. Apakah anda merasa dengan adanya bimbingan berperan dalam memotivasi
kesembuhan anda ?
a. Ya b. Kurang bisa merasakan c. Tidak pernah
3. Apakah anda merasa senang dengan bimbingan rohani yang dilakukan oleh
rohaniawan/perawat rohani ?
a. Ya b. Biasa saja c. Tidak
4. Apakah anda merasa lebih baik setelah mendapat bimbingan rohani ?
a. Ya b. Biasa saja c. Tidak
5. Manfaat apakah yang anda rasakan dengan adanya bimbingan rohani ?
a. Hati menjadi tenang b. Kadang tenang kadang tidak
c. Tidak merasakan manfaatnya
6. Apakah dengan bimbingan rohani dapat memberi peningkatan kondisi
spiritual/rohani anda ?
a. Ya b. Kadang c. Tidak
7. Metode apa yang diterapkan oleh rohaniawan/perawat rohani
a. Kunjungan langsung b. Kelompok
8. Apa pendapat anda tentang metode tersebut ?
a. Sesuai b. Kurang sesuai c. Tidak sesuai
9. Materi apa sajakah yang diterapkan oleh rohaniawan atau perawat rohani ?
a. Do’a – do’a b. Materi keagamaan
10. Apa pendapat anda tentang materi tersebut ?
a. Sesuai b. Kurang sesuai c. Tidak sesuai
11. Apakah anda selalu melaksanakan yang dianjurkan oleh rohaniawan ?
a. Ya b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
12. Apakah anda percaya bahwa segala penyakit ada obatnya ?
a. Ya b. Kurang percaya c. Tidak percaya
13. Apakah anda percaya bahwa semua ini atau penyakit yang sedang anda
rasakan ini merupakan ketentuan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala ?
a. Ya b. Kurang percaya c. Tidak percaya
14. Apakah anda percaya bahwa segala penyakit ada obatnya dan Allah
Subhanahu Wa Ta’ala yang menyembuhkan penyakit tersebut ?
a. Ya b. Kurang percaya c. Tidak percaya
Instrumen Wawancara dengan Rohaniawan di Rumah Sakit Umum Kristen
Mardi Rahayu Kudus.
1. Apa pendidikan terakhir anda ?
2. Kapan anda mulai menjadi rohaniawan atau perawat rohani di Rumah Sakit
Umum Kristen Mardi Rahayu Kudus ?
3. Apakah tujuan anda dalam memberikan bimbingan rohani di Rumah Sakit
Umum Kristen Mardi Rahayu Kudus?
4. Apa motivasi anda melakukan bimbingan rohani ?
5. Apakah pasien merasa senang dengan adanya bimbingan rohani yang anda
lakukan ?
6. Apakah anda merasa bahwa bimbingan rohani yang anda berikan berperan
memberikan motivasi kesembuhan pada pasien ?
7. Usaha apa saja yang dilakukan oleh Rumah Sakit Umum Kristen Mardi
Rahayu Kudus untuk membantu motivasi kesembuhan pasien ?
8. Bagaimana model pelaksanaan bimbingan rohani yang anda lakukan untuk
memotivasi kesembuhan pasien ?
9. Materi apa saja yang disampaikan dalam bimbingan rohani ?
10. Metode apa saja yang diterapkan dalam bimbingan rohani ?
11. Apakah perbedaan penyakit pasien akan mempengaruhi dalam perbaikan
bimbingan rohani ?
12. Apakah anda melihat dampak positif bagi pasien setelah anda memberikan
bimbingan rohani ?
13. apakah yang menjadi faktor-faktor penghambat dan faktor pendukung dalam
pelaksanaan model bimbingan rohani ?
14. Apa yang menjadi pedoman anda dalam melakukan bimbingan rohani ?
15. Apakah perawat rohani masuk dalam struktur organisasi rumah sakit ?
BIODATA PENULIS
Nama : Nurul Aeni
NIM : 1104037
Tempat, Tanggal Lahir : Kudus, 25 Januari 1985
Alamat Asal : Ds. Ngembal Rejo, No: 407, Rt: 04, Rw: 01,
Bae,
Kudus, 59322
Email : [email protected]
Website : www.nurulaeni.wordpress.com
Pendidikan :
1. TK. PERTIWI NGEMBAL REJO, KUDUS
2. SD. N. NGEMBAL REJO V, KUDUS
3. MTs. N. KUDUS 01
4. MAN 2 KUDUS
5. IAIN WALISONGO SEMARANG, FAKULTAS DAKWAH
ANGGATAN 2004.
Motto :
DEMI ISLAM, PERGILAH MENGEJAR IMPIAN