9
WORKSHOP GEOTECHNICAL SOLUTION FOR ROAD DEVELOPMENT 21 September 2015 STUDI KASUS KONTRAK EPC PADA PROYEK PEMBANGUNAN TEROWONGAN JALAN Seng Hansen Universitas Agung P odomoro, Jl. Letjend S. Parman Kav. 28, Jakarta, Indon esia Alamat e mail: seng.hansen@p odomorouniversity.ac.id ‘Sebuah perubahan besar terjadi pada 2400 kaki dalam terowongan dimana kontraktor menghadapi sebuah t anah tidak stabil, yang terbukti sangat sulit untuk ditopang. Semua  pekerjaan tertunda selama 4 bulan sedangkan pihak pemilik proyek dan kontraktor bersengketa perihal kondisi perubahan yang dihadapi dan berdiskusi tentang bagaimana caranya untuk melanjutkan pekerjaan konstruksi’ . Kutipan dari seb uah kasu s yang didiskusikan dalam the US National Committee pada Tunnell ing Techno logy Subcommittee on Contr acting Pr actice s (The Academy, 1976) menyorot 2 hal dalam pekerjaan terowongan: (1) Perihal ketidakpastian kondisi tanah/geologis (2) Masa lah-masalah kontrak tual yang muncul dari ‘kondisi-k ondisi perubaha n’ ketika ketidakpastian itu terjadi 1 DEFINISI KONTRAK Menurut Pasal 1313 KUH Perdata, kontrak atau perjanjian dapat didefinisikan sebagai: “Suatu persetuj uan adal ah suat u perbuatan di mana sa tu or ang at au lebi h mengika tkan dir i terhada p satu ora ng lain atau lebi h.“ Sedangkan di dalam PP 54 Tahun 2010, kontrak didefinisikan sebagai: “Kontrak Pengadaan barang/jasa yang selanjutnya disebut kontrak adalah  perjanjian tertulis antara PPK dengan penyedia barang/jasa atau pelaksana swakola.” Terdapat 3 aspek utama yang menjadi sorotan dalam pekerjaan konstruksi, yaitu aspek biaya, mutu dan waktu. Dengan demikia n, kontrak konstruksi sebenarnya leb ih dekat dengan kontrak keteknikan (engineering contract ) dibandingkan dengan kontrak umum (  general contract ). Hal ini mengingat k ontrak konstruk si merupakan perwujudan dar i karakteristik-karakteristik pelaksanaan proyek konstruksi yang sarat dengan aspek teknis yang mencakup lingkup biaya, mutu dan waktu. Aspek biaya, mutu dan waktu inilah yang menjadi fokus perbincangan manajemen proyek dan kontrak konstruksi. Sedangkan kontrak umu m adalah kontrak yang menitikberatkan pada aspek legal terkait distribusi hak dan kewajiba n serta resiko para pihak ya ng berkontrak. Meskipun 1 Evert Hoek, Geotechnical Considerations in Tunnel Design and Contract Preparation.

Studi Kasus Kontrak Epc Pada Proyek Pembangunan Terowongan Jalan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Studi Kasus Kontrak EPC pada Proyek Pembangunan Terowongan Jalan

Citation preview

Page 1: Studi Kasus Kontrak Epc Pada Proyek Pembangunan Terowongan Jalan

7/17/2019 Studi Kasus Kontrak Epc Pada Proyek Pembangunan Terowongan Jalan

http://slidepdf.com/reader/full/studi-kasus-kontrak-epc-pada-proyek-pembangunan-terowongan-jalan 1/9

WORKSHOP GEOTECHNICAL SOLUTION FOR ROAD DEVELOPMENT 

21 September 2015

STUDI KASUS KONTRAK EPC PADA PROYEK PEMBANGUNAN

TEROWONGAN JALAN

Seng Hansen

Universitas Agung Podomoro, Jl. Letjend S. Parman Kav. 28, Jakarta, Indonesia

Alamat email: [email protected]

‘Sebuah perubahan besar terjadi pada 2400 kaki dalam terowongan dimana kontraktor 

menghadapi sebuah tanah tidak stabil, yang terbukti sangat sulit untuk ditopang. Semua

 pekerjaan tertunda selama 4 bulan sedangkan pihak pemilik proyek dan kontraktor 

bersengketa perihal kondisi perubahan yang dihadapi dan berdiskusi tentang bagaimana

caranya untuk melanjutkan pekerjaan konstruksi’ .

Kutipan dari sebuah kasus yang didiskusikan dalam the US National Committee pada

Tunnelling Technology Subcommittee on Contracting Practices (The Academy, 1976)

menyorot 2 hal dalam pekerjaan terowongan:

(1) Perihal ketidakpastian kondisi tanah/geologis

(2) Masalah-masalah kontraktual yang muncul dari ‘kondisi-kondisi perubahan’

ketika ketidakpastian itu terjadi1

DEFINISI KONTRAK 

Menurut Pasal 1313 KUH Perdata, kontrak atau perjanjian dapat didefinisikan sebagai:

“Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dimana satu orang atau lebih

mengikatkan diri terhadap satu orang lain atau lebih.“ 

Sedangkan di dalam PP 54 Tahun 2010, kontrak didefinisikan sebagai:

“Kontrak Pengadaan barang/jasa yang selanjutnya disebut kontrak adalah

 perjanjian tertulis antara PPK dengan penyedia barang/jasa atau pelaksana

swakola.” 

Terdapat 3 aspek utama yang menjadi sorotan dalam pekerjaan konstruksi, yaitu aspek 

biaya, mutu dan waktu. Dengan demikian, kontrak konstruksi sebenarnya lebih dekat 

dengan kontrak keteknikan (engineering contract ) dibandingkan dengan kontrak umum

( general contract ). Hal ini mengingat kontrak konstruksi merupakan perwujudan dari

karakteristik-karakteristik pelaksanaan proyek konstruksi yang sarat dengan aspek 

teknis yang mencakup lingkup biaya, mutu dan waktu. Aspek biaya, mutu dan waktu

inilah yang menjadi fokus perbincangan manajemen proyek dan kontrak konstruksi.

Sedangkan kontrak umum adalah kontrak yang menitikberatkan pada aspek legal

terkait distribusi hak dan kewajiban serta resiko para pihak yang berkontrak. Meskipun

1Evert Hoek, Geotechnical Considerations in Tunnel Design and Contract Preparation.

Page 2: Studi Kasus Kontrak Epc Pada Proyek Pembangunan Terowongan Jalan

7/17/2019 Studi Kasus Kontrak Epc Pada Proyek Pembangunan Terowongan Jalan

http://slidepdf.com/reader/full/studi-kasus-kontrak-epc-pada-proyek-pembangunan-terowongan-jalan 2/9

 

demikian, pengetahuan aspek

agar kontrak memiliki kekuata

Gambar 1. Tig

PERANAN KONTRAK 

Dilihat dari fungsinya, sebuah

1) Membuat sebuah hubu

2) Mendistribusikan resik 

3) Menyatakan semua hak

4) Menyatakan semua per

Dengan memahami peranan

berkontrak dapat mencapai tu

pekerjaan dilaksanakan tepat

BENTUK-BENTUK KONTRAK

Terdapat berbagai macam be

ke dalam 4 (empat) kategori

kontrak konstruksi yang akan

WORKSHOP GEOTECHNICAL SOLUTION FOR ROA

egal kontrak tetap menjadi poin yang perlu

n hukum.

  a aspek utama dalam industri konstruksi

 

ontrak konstruksi memiliki 4 peranan penti

gan yang berkekuatan hukum (legal relation

 

kewajiban dan tanggung jawab para pihak 

  stiwa: kondisi-kondisi dan prosedur berkon

  kontrak inilah maka diharapkan para

juan utama dari dilaksanakannya pekerjaan

aktu, tepat mutu dan tepat biaya.

  KONSTRUKSI

  tuk kontrak konstruksi. Bentuk-bentuk ini

engan aspek yang berbeda (N. Yasin). Salah

ibahas dalam paparan ini adalah EPC.

  D DEVELOPMENT 

 

iperhatikan

 

g, yaitu:

  ship)

 

rak 

  pihak yang

  konstruksi –

 

dapat dibagi

  satu bentuk 

 

Page 3: Studi Kasus Kontrak Epc Pada Proyek Pembangunan Terowongan Jalan

7/17/2019 Studi Kasus Kontrak Epc Pada Proyek Pembangunan Terowongan Jalan

http://slidepdf.com/reader/full/studi-kasus-kontrak-epc-pada-proyek-pembangunan-terowongan-jalan 3/9

WORKSHOP GEOTECHNICAL SOLUTION FOR ROAD DEVELOPMENT 

21 September 2015

Gambar 2. Bentuk-bentuk kontrak konstruksi (N. Yasin)

FILOSOFI KONTRAK EPC

EPC merupakan singkatan untuk  Engineering (Rekayasa), Procurement  (Pengadaan)

dan Construction (Konstruksi). Dengan demikian pada prinsipnya EPC adalah sebuah

tipe kontrak konstruksi dimana kontraktor bertanggung jawab atas proses rekayasa,

pengadaan hingga pelaksanaan konstruksi di lapangan.

Dengan demikian, pada proyek-proyek dengan kontrak EPC, maka kontraktor

menerima resiko yang jauh lebih besar daripada pada proyek dengan kontrak 

tradisional. Pada proyek dengan kontrak tradisional, kontraktor hanya bertanggung

jawab untuk proses pengadaan dan konstruksi saja. Sedangkan pemilik proyek 

(berkoordinasi dengan konsultan) akan menyediakan informasi data dan gambar

(desain) kepada kontraktor untuk dilaksanakan di lapangan. Tetapi pada proyek-

proyek EPC, kontraktorlah yang bertanggung jawab atas proses desain atau rekayasa.

Oleh karena itu biasanya proyek-proyek EPC hanya akan dikerjakan oleh dan

dipercayakan kepada kontraktor yang memang sudah memiliki pengalaman

mengerjakan proyek serupa dan ahli di bidang tersebut.

Proyek-proyek yang biasa menerapkan kontrak EPC antara lain proyek-proyek 

pembangkit listrik, instalasi gas, pabrik, infrastruktur dll yang biasanya merupakan

proyek berskala besar (mega scale projects). Popularitas metode kontrak ini pula yang

menyebabkan organisasi-organisasi seperti FIDIC untuk merespon kebutuhan bentuk 

Page 4: Studi Kasus Kontrak Epc Pada Proyek Pembangunan Terowongan Jalan

7/17/2019 Studi Kasus Kontrak Epc Pada Proyek Pembangunan Terowongan Jalan

http://slidepdf.com/reader/full/studi-kasus-kontrak-epc-pada-proyek-pembangunan-terowongan-jalan 4/9

WORKSHOP GEOTECHNICAL SOLUTION FOR ROAD DEVELOPMENT 

21 September 2015

standar kontrak konstruksi yang disebut  FIDIC Conditions of Contract for EPC/Turnkey

Contracts (the Silver Book ).

Adapun kelebihan dan kelemahan dari bentuk kontrak EPC dapat dilihat pada tabel di

bawah ini.

Kelebihan KelemahanTanggung jawab terpusat (single point 

responsibility)

Kontrol pemilik proyek berkurang

Kepastian nilai dan durasi proyek dapat

ditentukan lebih awal

Membutuhkan komitmen yang kuat dari kedua

belah pihak 

Dapat diperoleh desain yang lebih dapat

dikerjakan (buildability)

Kontraktor dapat mengalami kesulitan

manajemen biaya

Durasi pekerjaan dapat dipercepat Penyeleksian kontraktor yang lebih ketat

Efisiensi Kesulitan dalam melakukan klaim VO

Meminimalkan munculnya klaim

Administrasi dan koordinasi lebih sederhana

Bagi pemilik proyek, kesalahan penunjukkan kontraktor berakibat fatal pada kegagalanmetode EPC ini. Di sisi lain, kontraktor harus memastikan bahwa dirinya mampu dan

memiliki kapabilitas untuk mengerjakan tipe proyek tersebut. Kontraktor juga harus

memastikan kondisi financial pemilik proyek berada dalam kondisi sehat sehingga

pemilik proyek tidak akan mengalami kendala dalam melaksanakan kewajibannya

melakukan pembayaran kepada kontraktor.

Pada prakteknya pula, diperlukan tim organisasi kontraktor yang kuat dalam

pelaksanaan proyek EPC. Tim organisasi kontraktor ini tidak hanya handal di bidang

manajemen konstruksi, tetapi juga harus handal di bidang rekayasa proyek terkait. Hal

ini erat kaitannya dengan pemanfaatan teknologi dan metode konstruksi terbaru olehkontraktor. Salah satu karakteristik proyek EPC adalah pada saat serah terima

pekerjaan (sebagaimana dituangkan di dalam kontrak), kontraktor berkewajiban untuk 

melakukan transfer of knowledge kepada pihak/wakil pemilik proyek.

Meskipun resiko pada proyek-proyek EPC lebih banyak diserahkan kepada pihak 

kontraktor, distribusi resiko yang baik antara kedua belah pihak tetap harus diperjelas.

Adapun rekomendasi yang diberikan oleh the US National Committee (1976) untuk 

Teknologi Terowongan agar kontrak untuk pekerjaan konstruksi bawah tanah dapat 

menjadi lebih baik antara lain:

1) Berbagi resiko dan biaya antara pemilik proyek dan kontraktor

2) Penanganan klaim harus dilakukan dengan cepat 

3) Mendorong untuk dilakukan inovasi konstruksi

4) Penghargaan pekerjaan kepada kontraktor yang memenuhi syarat harus

terpenuhi

Page 5: Studi Kasus Kontrak Epc Pada Proyek Pembangunan Terowongan Jalan

7/17/2019 Studi Kasus Kontrak Epc Pada Proyek Pembangunan Terowongan Jalan

http://slidepdf.com/reader/full/studi-kasus-kontrak-epc-pada-proyek-pembangunan-terowongan-jalan 5/9

WORKSHOP GEOTECHNICAL SOLUTION FOR ROAD DEVELOPMENT 

21 September 2015

5) Penghematan biaya dengan cara lain harus dilakukan2

Identifikasi resiko menjadi penting dalam pekerjaan proyek-proyek EPC. Resiko-resiko

ini dapat dikategorikan ke dalam beberapa kelompok yaitu resiko yang berkaitan

dengan konstruksi, resiko yang berkaitan dengan kontrak, resiko yang berkaitan

dengan manajemen proyek, resiko yang berkaitan dengan aspek finansial dan ekonomi,maupun resiko yang berkaitan dengan aspek geografis dan politik. Semua distribusi

resiko-resiko tersebut sebaiknya telah diperjelas dan dituangkan dalam kontrak.

PERTIMBANGAN DALAM KONTRAK EPC UNTUK PROYEK TEROWONGAN JALAN

Yang menjadi permasalahan utama dalam proyek-proyek terowongan adalah unsur

ketidakpastian yang sangat besar terkait kondisi tanah. Dampak dari ketidakpastian ini

adalah bahwasanya dapat saja terjadi kondisi tanah yang menuntut perubahan desain

sewaktu-waktu. Perubahan desain ini akan secara otomatis akan berpengaruh pada

durasi pelaksanaan pekerjaan (perpanjangan waktu) maupun biaya pekerjaan (klaimbiaya tambahan). Klaim terkait perpanjangan waktu dan biaya tambahan ini dapat 

menjadi sengketa yang apabila tidak diselesaikan dengan baik maka dapat berujung

pada pemutusan kontrak pekerjaan. Pada beberapa kasus dimana terjadi pemutusan

kontrak dan kemudian pemilik proyek menunjuk lagi sebuah kontraktor EPC baru

untuk meneruskan pelaksanaan pekerjaan, maka akan ada tinjauan ulang desain dari

pelaksanaan pekerjaan oleh kontraktor sebelumnya. Untuk mengejar ketertinggalan

maka pemilik proyek memberikan instruksi percepatan yang kemudian diklaim oleh

kontraktor sebagai klaim biaya percepatan. Melihat betapa banyak keterkaitan dan

resiko yang bersumber pada ketidakpastian dalam pekerjaan terowongan, maka sudah

sewajarnya para pihak bernegosiasi dan memahami peranan serta resiko merekamasing-masing sebagaimana yang dituangkan dalam kontrak konstruksi.

Dengan demikian, terdapat beberapa kondisi yang perlu dipertimbangkan dalam

pelaksanaan pekerjaan terowongan, yaitu:

1) Kondisi tanah yang tidak pasti

Kasus: selama penggalian terowongan ternyata informasi atau data yang

diperoleh pada saat tender berbeda dengan kenyataan yang dihadapi kontraktor

di lapangan. Pemilik proyek beranggapan bahwa informasi tersebut bersifat 

informasi dini dan kontraktor harus melaksanakan investigasi sendiri untuk 

memastikan keakuratannya sebelum pekerjaan dilaksanakan. Di lain pihak kontraktor beranggapan berhak untuk mengajukan klaim perpanjangan waktu

dan biaya tambahan karena metode kerja yang diajukan sudah disetujui oleh

konsultan MK (wakil pemilik proyek).

2Kajian bentuk kontrak dan analisa resiko kontrak serta metode penggalian pekerjaan terowongan jalan, hal.

31

Page 6: Studi Kasus Kontrak Epc Pada Proyek Pembangunan Terowongan Jalan

7/17/2019 Studi Kasus Kontrak Epc Pada Proyek Pembangunan Terowongan Jalan

http://slidepdf.com/reader/full/studi-kasus-kontrak-epc-pada-proyek-pembangunan-terowongan-jalan 6/9

WORKSHOP GEOTECHNICAL SOLUTION FOR ROAD DEVELOPMENT 

21 September 2015

2) Overbreak terowongan

Kasus: kejadian overbreak  saat penggalian terowongan selalu menjadi masalah

dan bahan sengketa karena tidak adanya kejelasan apakah volume pekerjaan

akibat overbreak tersebut dibayar atau tidak.

3) Perubahan desain

Kasus: akibat adanya perubahan desain yang diinstruksikan oleh konsultan MK,maka terjadi perubahan metode kerja kontraktor. Perubahan metode kerja ini

berdampak pada jumlah dan jenis material, peralatan dan tenaga kerja yang

akan digunakan. Pada kasus dimana sebuah kontraktor telah menyewa peralatan

berat A, tetapi akibat perubahan desain sebagaimana yang

diinstruksikan/disetujui oleh konsultan MK sehingga menyewa lagi peralatan

berat B; kontraktor mengajukan klaim yang berasal dari pembatalan sewa alat 

berat A (termasuk mob-demob alat berat tersebut).

4) Kesalahan pekerjaan kontraktor sebelumnya

Kasus: sebagai akibat pemutusan kontrak dengan kontraktor sebelumnya,

pemilik proyek menunjuk kontraktor baru untuk meneruskan pekerjaanterowongan. Ternyata ketika dilakukan tinjauan hasil pekerjaan, diketahui

bahwa terdapat kesalahan pengerjaan kontraktor sebelumnya yang harus

diperbaiki dengan memberikan perkuatan beton bertulang di dalam terowongan

sebelum pekerjaan penggalian dapat diteruskan. Selain menghadapi klaim biaya

tambahan dan perpanjangan waktu untuk memperbaiki pekerjaan sebelumnya,

pemilik proyek juga berkemungkinan menghadapi klaim tidak langsung sebagai

akibat keterlambatan penyelesaian pekerjaan (karena satu sebab keterlambatan

dapat mempengaruhi berbagai kegiatan lainnya).

5) Kontraktor EPC berbentuk  joint venture

Kasus: proyek-proyek EPC merupakan proyek berskala besar dan biasanyakontraktor EPC yang ditunjuk merupakan joint venture, consortium atau bentuk 

usaha gabungan lainnya. Untuk kasus seperti ini, maka di dalam kontrak 

sebaiknya terdapat klausul perihal tanggung jawab joint venture atau consortium

tersebut.

6) Kontrak dengan lumpsum price

Kasus: terowongan Bjorøy terletak di pesisir barat Norwegia. Kontrak pekerjaan

merupakan  fixed price. Berbeda dengan kontrak unit price yang mana pemilik 

proyek tetap menanggung resiko terkait kondisi tanah, kontrak  fixed price ini

mendistribusikan segala resiko terkait kondisi tanah kepada kontraktor. Selama

penggalian kondisi memburuk ketika penggalian terowongan menemui zonapatahan. Kontraktor memanggil penasehat eksternal untuk membentuk ‘tim ahli’

yang akan memberikan saran terkait keselamatan pengerjaan terowongan ini.

Setelah 3 bulan persiapan, zona tersebut digali dengan menerapkan sebuah

metode yang secara khusus dikembangkan untuk pekerjaan terowongan ini,

yang menggabungkan  pre-grouting secara ekstensif dengan microcement  dan

pemadatan. Secara teknis metode ini berhasil. Kontraktor menyelesaikan proyek 

terlambat 10 bulan dari waktu penyelesaian seharusnya. Kontraktor kemudian

Page 7: Studi Kasus Kontrak Epc Pada Proyek Pembangunan Terowongan Jalan

7/17/2019 Studi Kasus Kontrak Epc Pada Proyek Pembangunan Terowongan Jalan

http://slidepdf.com/reader/full/studi-kasus-kontrak-epc-pada-proyek-pembangunan-terowongan-jalan 7/9

WORKSHOP GEOTECHNICAL SOLUTION FOR ROAD DEVELOPMENT 

21 September 2015

mengajukan klaim biaya tambahan hingga 60% dari  fixed price atas kondisi yang

tidak lazim dan ekstrem tersebut – yang mana tidak lagi sesuai apabila

dikerjakan dengan metode terowongan batu terapan. Timbul sengketa dan kasus

ini pun masuk ke meja pengadilan. Pengadilan tinggi setuju dengan kontraktor

dengan dasar bahwa telah terjadi kondisi tanah yang ekstrem. Keputusan ini

kemudian dibanding dan pengadilan banding pada dasarnya setuju denganpemilik proyek dengan dasar bahwa ketentuan di dalam kontrak mengenai

alokasi resiko sudah jelas dan kedua belah pihak merupakan pihak yang

berpengalaman di bidangnya. Melihat hal ini maka dapat disimpulkan bahwa

kontrak memang telah berfungsi menurut kacamata pemilik proyek tetapi tidak 

bagi kontraktor yang mengalami kerugian besar. Andai kata kontraktor yang

mengerjakan mengalami kebangkrutan dan meninggalkan pekerjaan yang belum

selesai, maka pemilik proyek memiliki resiko terkait waktu dan biaya

keterlambatan penyelesaian pekerjaan. Pilihan lainnya adalah meninggalkan

proyek tersebut tidak selesai.

7) Kontrak dengan unit priceKasus: terowongan Godøy di pesisir barat Norwegia memanfaatkan kontrak unit 

 price dengan sistem reimbursement  sesuai dengan unit price pada saat tender.

Selama penggalian, kualitas batuan ternyata lebih baik dari apa yang diharapkan

(terkait stabilitasnya). Hal ini menyebabkan penghematan di beberapa item

pekerjaan terkait  sprayed concrete daripada volume yang diperkirakan. Tetapi

akibat pergerakan tektonik, terjadi retak/lubang berukuran 1-2mm hingga 25-

30mm. Oleh karena itu kontraktor harus mengerjakan volume  grouting lebih

daripada yang diperkirakan. Pekerjaan grouting ini menaikkan biaya konstruksi

sekitar 5% daripada perkiraan berdasarkan volume sebelumnya. Semua

kegiatan pekerjaan yang dibutuhkan telah tercakup dalam volume dan hargasatuannya. Dalam pelaksanaannya, tidak timbul sengketa atau proses

pengadilan. Inilah tujuan akhir dari maksud berkontrak. Kasus ini merupakan

kasus tipikal untuk pekerjaan terowongan di Norwegia.

LESSON LEARNED

1) Pekerjaan terowongan selalu dianggap sebagai kegiatan rekayasa yang berkaitan

erat dengan unsur ketidak-pastian yang mengakibatkan munculnya resiko-

resiko seperti cost over-runs, time over-runs, dan sengketa. Meskipun telah

dilakukan penyelidikan lapangan untuk persiapan pekerjaan terowongan, kitatidak akan mengetahui secara pasti mekanika batuan yang ada sampai saatnya

terowongan tersebut dikerjakan.

2) Dalam kasus pekerjaan terowongan, informasi akurat yang dibutuhkan pada saat 

penyusunan penawaran kontraktor (terkait metode kerja dan harga penawaran

kontraktor) jarang tersedia mencukupi sehingga pada beberapa kasus

(contohnya untuk proyek-proyek terowongan di Norwegia) memanfaatkan

Page 8: Studi Kasus Kontrak Epc Pada Proyek Pembangunan Terowongan Jalan

7/17/2019 Studi Kasus Kontrak Epc Pada Proyek Pembangunan Terowongan Jalan

http://slidepdf.com/reader/full/studi-kasus-kontrak-epc-pada-proyek-pembangunan-terowongan-jalan 8/9

WORKSHOP GEOTECHNICAL SOLUTION FOR ROAD DEVELOPMENT 

21 September 2015

metode unit price dimana pemilik proyek masih menanggung resiko terkait 

kondisi geologi sedangkan kontraktor menanggung resiko performa.

3) Apabila menggunakan unit price (yang berarti pemilik proyek menerima resiko

terkait kondisi tanah yang tidak pasti), maka akan mudah dilakukan perhitungan

perubahan volume pekerjaan secara adil. Apabila lumpsum diterapkan (yang

berarti kontraktor menerima resiko terkait kondisi tanah), maka pemilik proyek akan memperoleh nilai pekerjaan yang pasti sehingga tentu saja akan lebih

menarik dan menguntungkan bagi pemilik proyek. Meskipun demikian, metode

lumpsum ini masih memiliki resiko manakala kontraktor tidak mampu

menanggung kerugian dan menyelesaikan pekerjaannya sehingga timbul

sengketa.

4) Dalam pekerjaan terowongan yang sarat dengan ketidakpastian, fleksibilitas

dalam negosiasi kontrak dan kemampuan menghadapi permasalahan di

lapangan merupakan kunci kesuksesan proyek terowongan. Apabila salah satu

pihak yang terlibat dalam negosiasi kontrak bersikap kaku dan tidak seimbang,

maka kemungkinan besar proyek tersebut akan berjalan dengan lancar dansengketa dapat timbul.

5) Pada kondisi geologi yang kompleks, pendekatan ‘design-as-you-go’ (desain

sesuai dengan kebutuhan di lapangan) dapat dilakukan. Oleh karena itu

kontraktor sebaiknya memiliki tim yang ahli dalam pelaksanaan pekerjaan

terowongan dengan penguasaan mekanika batuan/tanah yang baik.

6) Dalam hal terjadi perubahan kondisi tanah yang signifikan (berpotensi menjadi

sengketa), sebaiknya review independen dilakukan oleh pihak ketiga yang tidak 

berkepentingan atau terlibat dengan kedua belah pihak.

7) Proyek-proyek EPC secara karakteristiknya merupakan proyek-proyek dengan

sifat yang sangat kompleks. Kontraktor EPC memiliki tanggung jawab dimulaidari tahap engineering ( planning, programming, estimating, cost plan, design);

tahap  procurement  ( purchasing, expediting, receiving, invoicing); dan hingga

tahap construction (executing, monitoring, closing). Melihat kompleksitasnya,

maka sudah sebaiknya apabila kedua belah pihak duduk bersama dan

bernegosiasi sejelas-jelasnya dalam pembuatan kontrak EPC.

8) Diperlukan bentuk standar kontrak konstruksi untuk proyek-proyek EPC serta

metode standar pengukuran untuk pekerjaan sipil. Sampai saat ini di Indonesia

belum tersedia kedua standar tersebut.

Page 9: Studi Kasus Kontrak Epc Pada Proyek Pembangunan Terowongan Jalan

7/17/2019 Studi Kasus Kontrak Epc Pada Proyek Pembangunan Terowongan Jalan

http://slidepdf.com/reader/full/studi-kasus-kontrak-epc-pada-proyek-pembangunan-terowongan-jalan 9/9

WORKSHOP GEOTECHNICAL SOLUTION FOR ROAD DEVELOPMENT 

21 September 2015

REFERENSI

1) Study on the Management of EPC Projects. Seng Hansen, 2015.

2) Risk Management in EPC Contract – Risk Identification. Rahul Bali & Prof. M.R.

Apte, 2014.

3) Contracts in Norwegian Tunnelling. Norwegian Tunnelling Society, 2012.

4) Kajian Bentuk Kontrak dan Analisa Resiko Kontrak serta Metode PenggalianPekerjaan Terowongan Jalan. Puslitbang Jalan dan Jembatan Kementerian

Pekerjaan Umum. 2012.

5) Contract Management for International EPC Projects. Kyle Costa, 2009.

6) FIDIC Silver Book, 1999.

7) Geotechnical Considerations in Tunnel Design and Contract Preparation. Evert 

Hoek, 1982.