22
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar 1. Skizofrenia a. Pengertian Skizofrenia adalah suatu diskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada pertimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial budaya (Rusdi Maslim, 1997; 46). b. Penyebab a. Keturunan Telah dibuktikan dengan penelitian bahwa angka kesakitan bagi saudara tiri 0,9-1,8 %, bagi saudara kandung 7-15 %, bagi anak dengan salah satu orang tua yang menderita Skizofrenia 40- 68 %, kembar 2 telur 2-15 % dan kembar satu telur 61-86 % (Maramis, 1998; 215 ). b. Endokrin

Studi Kasus

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bab 2

Citation preview

Page 1: Studi Kasus

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar

1. Skizofrenia

a. Pengertian

Skizofrenia adalah suatu diskripsi sindrom dengan variasi penyebab

(banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat

kronis atau deteriorating) yang luas, serta sejumlah akibat yang

tergantung pada pertimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial

budaya (Rusdi Maslim, 1997; 46).

b. Penyebab

a. Keturunan

Telah dibuktikan dengan penelitian bahwa angka kesakitan bagi

saudara tiri 0,9-1,8 %, bagi saudara kandung 7-15 %, bagi anak

dengan salah satu orang tua yang menderita Skizofrenia 40-68 %,

kembar 2 telur 2-15 % dan kembar satu telur 61-86 % (Maramis,

1998; 215 ).

b. Endokrin

Teori ini dikemukakan berhubung dengan sering timbulnya

Skizofrenia pada waktu pubertas, waktu kehamilan atau puerperium

dan waktu klimakterium., tetapi teori ini tidak dapat dibuktikan.

Page 2: Studi Kasus

c. Metabolisme

Teori ini didasarkan karena penderita Skizofrenia tampak pucat,

tidak sehat, ujung extremitas agak sianosis, nafsu makan berkurang

dan berat badan menurun serta pada penderita dengan stupor

katatonik konsumsi zat asam menurun. Hipotesa ini masih dalam

pembuktian dengan pemberian obat halusinogenik

d. Susunan saraf pusat

Penyebab Skizofrenia diarahkan pada kelainan SSP yaitu pada

diensefalon atau kortek otak, tetapi kelainan patologis yang

ditemukan mungkin disebabkan oleh perubahan postmortem atau

merupakan artefakt pada waktu membuat sediaan.

e. Teori Adolf Meyer :

Skizofrenia tidak disebabkan oleh penyakit badaniah sebab hingga

sekarang tidak dapat ditemukan kelainan patologis anatomis atau

fisiologis yang khas pada SSP tetapi Meyer mengakui bahwa suatu

suatu konstitusi yang inferior atau penyakit badaniah dapat

mempengaruhi timbulnya Skizofrenia. Menurut Meyer Skizofrenia

merupakan suatu reaksi yang salah,suatu maladaptasi, sehingga

timbul disorganisasi kepribadian dan lama kelamaan orang tersebut

menjauhkan diri dari kenyataan (otisme).

f. Teori Sigmund Freud

Skizofrenia terdapat (1) kelemahan ego, yang dapat timbul karena

penyebab psikogenik ataupun somatik (2) superego dikesampingkan

sehingga tidak bertenaga lagi dan Id yamg berkuasa serta terjadi

suatu regresi ke fase narsisisme dan (3) kehilangaan kapasitas untuk

pemindahan (transference).

6

Page 3: Studi Kasus

g. Eugen Bleuler

Penggunaan istilah Skizofrenia menonjolkan gejala utama penyakit

ini yaitu jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni

antara proses berfikir, perasaan dan perbuatan. Bleuler membagi

gejala Skizofrenia menjadi 2 kelompok yaitu gejala primer

(gaangguan proses pikiran, gangguan emosi, gangguan kemauan dan

otisme) gejala sekunder (waham, halusinasi dan gejala katatonik atau

gangguan psikomotorik yang lain).

h. Teori lain

Skizofrenia sebagai suatu sindroma yang dapat disebabkan oleh

bermacam-macaam sebab antara lain keturunan, pendidikan yang

salah, maladaptasi, tekanan jiwa, penyakit badaniah seperti lues otak,

arterosklerosis otak dan penyakit lain yang belum diketahui.

i. Ringkasan

Sampai sekarang belum diketahui dasar penyebab Skizofrenia. Dapat

dikatakan bahwa faktor keturunan mempunyai pengaruh. Faktor

yang mempercepat, yang menjadikan manifest atau faktor pencetus

(presipitating factors) seperti penyakit badaniah atau stress

psikologis, biasanya tidak menyebabkan Skizofrenia, walaupun

pengaruhnyaa terhadap suatu penyakit Skizofrenia yang sudah ada

tidak dapat disangkal.( Maramis, 1998;218 ).

c. Pembagian Skizofrenia

Kraepelin membagi Skizofrenia dalam beberapa jenis berdasarkan

gejala utama antara lain :

a. Skizofrenia Simplek

7

Page 4: Studi Kasus

Sering timbul pertama kali pada usia pubertas, gejala utama berupa

kedangkalan emosi dan kemunduran kemauan. Gangguan proses

berfikir sukar ditemukan, waham dan halusinasi jarang didapat, jenis

ini timbulnya perlahan-lahan.

b. Skizofrenia Hebefrenia

Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada

masa remaja atau antaraa 15-25 tahun. Gejala yang menyolok ialah

gangguan proses berfikir, gangguan kemauaan dan adaanya

depersenalisasi atau double personality. Gangguan psikomotor

seperti mannerism, neologisme atau perilaku kekanak-kanakan

sering terdapat, waham dan halusinaasi banyak sekali.

c. Skizofrenia Katatonia

Timbulnya pertama kali umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta

sering didahului oleh stress emosional. Mungkin terjadi gaduh

gelisah katatonik atau stupor katatonik.

d. Skizofrenia Paranoid

Gejala yang menyolok ialah waham primer, disertai dengan waham-

waham sekunder dan halusinasi. Dengan pemeriksaan yang teliti

ternyata adanya gangguan proses berfikir, gangguan afek emosi dan

kemauan.

e. Episode Skizofrenia akut

8

Page 5: Studi Kasus

Gejala Skizofrenia timbul mendadak sekali dan pasien seperti dalam

keadaan mimpi. Kesadarannya mungkin berkabut. Dalam keadaan

ini timbul perasaan seakan-akan dunia luar maupun dirinya sendiri

berubah, semuanya seakan-akan mempunyai suatu arti yang khusus

baginya.

f. Skizofrenia Residual

Keadaan Skizofrenia dengan gejala primernya Bleuler, tetapi tidak

jelas adanya gejala-gejala sekunder.Keadaan ini timbul sesudah

beberapa kali serangan Skizofrenia.

g. Skizofrenia Skizo Afektif

Disamping gejala Skizofrenia terdapat menonjol secara bersamaaan

juga gejala-gejal depresi (skizo depresif) atau gejala mania (psiko-

manik). Jenis ini cenderung untuk menjadi sembuh tanpa defek,

tetapi mungkin juga timbul serangan lagi.

B. Isolasi Sosial

a. Pengertian

Isolasi Sosial adalah kondisi kesepian yang diekspresikan

oleh individu dan dirasakan sebagai hal yang ditimbulkan oleh orang

lain dan sebagai suatu keadaan negatif yang mengancam. Dengan

karakteristik : tinggal sendiri dalam ruangan, ketidakmampuan untuk

berkomunikasi, menarik diri, kurangnya kontak mata. Ketidak

sesuaian atau ketidakmatangan minat dan aktivitas dengan

perkembangan atau terhadap usia. Preokupasi dengan pikirannya

sendiri, pengulangan, tindakan yang tidak bermakna.

Mengekspresikan perasaan penolakan atau kesepian yang

ditimbulkan oleh orang lain. Mengalami perasaan yang berbeda

9

Page 6: Studi Kasus

dengan orang lain, merasa tidak aman ditengah orang banyak. (Mary

C. Townsend, Diagnose Kep. Psikiatri, 1998; hal 252).

Isolasi sosial merupakan keadaan di mana individu atau

kelompok mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan

untuk meningkatkan keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak

mampu untuk membuat kontak (Carpenito ,L.J, 1998: 381). Menurut

Rawlins, R.P & Heacock, P.E (1988 : 423) isolasi sosial menarik diri

merupakan usaha menghindar dari interaksi dan berhubungan

dengan orang lain, individu merasa kehilangan hubungan akrab,

tidak mempunyai kesempatan dalam berfikir, berperasaan,

berprestasi, atau selalu dalam kegagalan.

b. Tanda dan Gejala

Data subjektif :

a. Mengungkapkan perasaan tidak berguna, penolakan oleh lingkungan

b. Mengungkapkan keraguan tentang kemampuan yang dimiliki

Data objektif

a. Tampak menyendiri dalam ruangan

b. Tidak berkomunikasi, menarik diri

c. Tidak melakukan kontak mata

d. Tampak sedih, afek datar

e. Adanya perhatian dan tindakan yang tidak sesuai atau imatur dengan

perkembangan usianya

f. Kegagalan untuk berinterakasi dengan orang lain didekatnya

g. Kurang aktivitas fisik dan verbal

h. Tidak mampu membuat keputusan dan berkonsentrasi

i. Mengekspresikan perasaan kesepian dan penolakan di wajahnya

10

Page 7: Studi Kasus

c. Rentang Respon Sosial

Menurut Stuart dan Sundeen (1995) respon sosial individu berada dalam

rentang adaptif sampai dengan maladaptif

  

Adaptif                                                                 Maladaptif

Menyendiri                         Manipulasi                        Kesepian        

Otonomi                             Menarik Diri                     Impulsif

Kebersamaan                      Ketergantungan                 Narkisisme

Saling ketergantungan

Keterangan :

Respon adaptif

Yaitu respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial

kebudayaan secara umum yang berlaku di masyarakat. Dimana

individu dalam menyelesaikan masalahnya masih dalam batas norma.

 Menyendiri

Respon yang masih dibutuhkan individu untuk menuangkan apa yang

telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara mengevaluasi

diri untuk menentukan langkah selanjutnya

 Otonomi

Kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide

pelaksanaan perasaan dalam hubungan sosial.

Bekerjasama

Suatu kondisi hubungan interpersonal dimana individu tersebut

mampu untuk saling memberi dan menerima.

11

Page 8: Studi Kasus

Interdependen

Saling ketergantungan antar individu dengan yang lain dalam interaksi

sosial dalam membina hubungan independen.

      Respon mal adaptif

Adalah respon yang diberikan individu dalam menyelesaikan

masalahnya, menyimpang dari norma-norma sosial kebudayaan suatu

tempat.

   Menarik diri

Terjadi apabila individu menemukan kesakitan dalam membina

hubungan secara terbuka dengan orang lain.

   Manipulasi

Individu menganggap orang lain sebagai objek individu serta tak

dapat membina hubungan sosial secara mendalam.

   Tergantung

Individu gagal mengembangkan rasa percaya diri atau kemampuan

untuk mengembalikan rasa percaya diri.

Curiga

Bila individu gagal mengembalikan rasa percaya diri dengan orang

lain.

d. Faktor Predisposisi dan Faktor Presipitasi

a. Faktor Predisposisi

1)    Faktor perkembangan

Kemampuan membina hubungan yang sehat tergantung dari

pengalaman selama proses tumbuh kembang. Setiap tahap tumbuh

kembang memilki tugas yang harus dilalui indifidu dengan sukses,

karna apabila tugas perkembangan ini tidak terpenuhi akan

menghambat perkembangan selanjutnya, kurang stimulasi kasih

sayang,perhatian dan kehangatan dari ibu (pengasuh)pada bayi akan

12

Page 9: Studi Kasus

membari rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa

percaya.

2)      Faktor biologi

Genetik adalah salah satu faktor pendukung ganguan jiwa, fakor

genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptive ada bukti

terdahulu tentang terlibatnya neurotransmitter dalam perkembangan

ganguan ini namun tahap masih diperlukan penelitian lebih lanjut.

3)      Faktor sosial budaya

Faktor sosial budaya dapat menjadi faktor pendukung terjadinya

ganguan dalm membina hubungan dengan orang lain, misalnya angota

keluarga, yang tidak produktif, diasingkan dari orang lain.

4)      Faktor komunikasi dalam keluarga

Pola komunikasai dalam keluarga dapat mengantarkan seseorang

kedalam ganguan berhubungan bila keluarga hanya

mengkounikasikan hal-hal yang negative akan mendorong anak

mengembangkan harga diri rendah.

Jadi, yang dapat dikatakan faktor predisposisi terjadinya perilaku

menarik diri adalah kegagalan perkembangan yang dapat

mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya orang lain,

ragu takut salah, putus asa terhadap hubungan dengan orang lain,

menghindar dari orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan dan

merasa tertekan.

b. Faktor Prestasi

Adapun faktor pencetus terdiri dari 4 sumber utama yang dapat

menentukan alam perasaan adalah:

Kehilangan ketertarikan yang nyata atau yang dibayangkan,

termasuk kehilangan cinta seseorang. Fungsi fisik, kedudukan

atau harga diri, karena elemen aktual dan simbolik melibatkan

konsep kehilangan, maka konsep persepsi lain merupakan hal

yang sangat penting.

13

Page 10: Studi Kasus

Peristiwa besar dalam kehidupan, sering dilaporkan sebagai

pendahulu episode depresi dan mempunyai dampak terhadap

masalah-masalah yang dihadapi sekarang dan kemampuan

menyelesaikan masalah.

Peran dan ketegangan peran telah dilaporkan mempengaruhi

depresi terutama pada wanita

Perubahan fisiologis di akibatkan oleh obat-obatan berbagai

penyakit fisik seperti infeksi, meoplasma dan gangguan

keseimbangan metabolik dapat mencetus gangguan alam

perasaan. (Gail W.Stuart- dkk. Edisi III. 1998)

Faktor Pendukung

Faktor genetik dianggap mempunyai transmin gangguan

efektif melalui riwayat keluarga atau keturunan.

Teori agresi menyerang kedalam menunjukkan bahwa depresi

terjadi karena perasaan marah yang ditujukan pada diri sendiri.

Teori kehilangan objek merasakan kepada perpisahan

traumatik individu dengar benda atau yang sampai sangat

berarti.

Teori organisasi kepribadian mengenai bagian konsep yang

negatif dan harga diri rendah mempengaruhi sistem keyakinan

penilaian seseorang terhadap dirinya.

Metode kognitif menyatakan bahwa depresi merupakan

masalah kognitif yang didominasi oleh evaluasi negatif

seseorang terhadap diri dunia seseorang di masa depan

seseorang.

Metode ketidakberdayaan yang dipelajari menunjukkan bahwa

semata-mata trauma menyebabkan depresi tetapi keyakinan

bahwa seseorang tidak mampu mengendalikan terhadap hasil

yang penting dalam kehidupannya. Oleh karena itu dia

menolak respon dan adaktif.

14

Page 11: Studi Kasus

Model perilaku berkembang dari kerangka teori belajar sosial

yang mengasumsikan keinginan penyebab depresi terlacak

pada kerangka keinginan positif dalam berinteraksi dengan

lingkungan.

Metode biologi menguraikan perubahan kimia dalam tubuh

terjadi selama masa depresi, termasuk depresi katakoloni,

disfungsi endoktrim dan variasi periodik serta irama biologis.

C. PENDEKATAN PROSES KEPERAWATAN

No. Data Masalah

1. DS :

- Klien mengatakan malas berinteraksi dengan

orang lain.

DO :

- Klien lebih banyak berdiam diri di tempat tidurnya

- Klien jarang berinteraksi dengan orang lain.

- Tatapan mata klien tertuju pada satu titik

Isolasi Sosial

Diagnosa Keperawatan

Isolasi Sosial

15

Page 12: Studi Kasus

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN ISOLASI SOSIAL

No. DiagnosaKeperawatan

Tujuan KriteriaEvaluasi Intervensi

1. IsolasiSosial Klienmampu :1.Menyadari penyebab isolasi sosial.2.Berinteraksi dengan orang lain.

Setelah pertemuan klien mampu ;1.Membina hubungan saling percaya.2.Menyadari penyebab isolasi sosial,keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain.3.Melakukan interaksi dengan orang lain secara bertahap.

SP 1

1. Identifikasi penyebab- siapa yang satu runah dengan klien?- siapa yang dekat dengan klien? Apa alasannya?

2. Tanyakan keuntungan dan kerugian berinteraksi dengan orang lain.- Tanyakan pendapat klien tentang kebiasaan berinteraksi dengan orang lain.

- Diskusikan keuntungan bila klien memiliki banyak teman dan bergaul akrab dengan orang lain.- Diskusikan kerugian bila klien hanya mengurung diri dan tidak bergaul dengan orang lain.- Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik klien.

3. Latih berkenalan- Jelaskan kepada klien cara berinteraksi dengan orang lain.

16

Page 13: Studi Kasus

- Berikan contoh cara berinteraksi dengan orang lain.- Beri kesempatan klien mempraktekan cara berinteraksi dengan orang lain yang dilakukan di hadapan perawat.- Mulailah bantu klien berinteraksi dengan satu orang teman/perawat- Bila klien sudah menunjukan kemajuan tingkatkan jumlah interaksi dengan 2 orang dan seterusnya.- Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh klien.- evaluasi perasaan klien setelah berinteraksi dengan orang lain- Masukan jadwal kegiatan klien.

SP2 - Evaluasi SP 1

- Latih berhubungan sosial secara bertahap.

- Masukan dalam jadwal kegiatan klien.

17

Page 14: Studi Kasus

Keluarga mampu: merawat pasienisolasi di rumah

Setelah pertemuan keluarga mampu menjelaskan tentang :- Masalah isolasi sosial dan

dampaknya pada pasien

- Penyebab isolasi sosial

- Sikap keluarga untuk membantu

pasien mengatasi isolasi sosialnya

- Pengobatan yang berkelanjutan

dan mencegah putus obat

Tempta rujukan dan fasilitas kesehatan yang tersedia bagi pasien

SP 3 - Evaluasi SP 1 dan SP 2

- Latih cara berkenalan dengan 2 orang atau

lebih.

- Masukan jadwal kegiatan klien.

SP 1 - Identifikasi masalah yang dihadapi keluarga

dalma merawat pasien

- Penjelasan isolasi sosial

- Cara merawat pasien isolasi sosial

- Latih (simulasi)

- RTL keluarga/jadwal keluarga untuk

merawat pasien

SP 2- Evaluasi SP 1

- Latih (langsung ke pasien)

- RTL keluarga/jadwal keluarga untuk

merawat pasien

18

Page 15: Studi Kasus

SP 3- Evaluasi SP 1 dan SP 2

- Latih (langsung ke pasien)

- RTL keluarga/jadwal keluarga untuk

merawat pasien

SP 4- Evaluasi kemampuan keluarga

- Evaluasi kemampuan pasien

- Rencana tindak lanjut keluarga

Follow up

Rujukan

19