Upload
others
View
27
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Studi Biologi Dan Ekologi….
Henky Irawan, Falmi Yandri
ISSN: 2086-8049
Dinamika Maritim Volume 4 nomor 1 tahun 2014 10- 26
10
STUDI BIOLOGI DAN EKOLOGI HEWAN FILUM Mollusca
DI ZONA LITORAL PESISIR TIMUR PULAU BINTAN
Henky Irawan dan Falmi Yandri
Jurusan Ilmu Kelautan. Universitas Maritim Raja Ali Haji. Tanjungpinang
E-mail: [email protected]
Pengutipan ditulis:
Irawan, H dan Yandri, F. 2014. Studi Biologi Dan Ekologi Hewan Filum Mollusca di
Perairan Litoral Pesisir Timur Pulau Bintan. Dinamika Maritim Vol 4.No 1. Hal 10-26.
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan di pesisir timur Pulau Bintan yang masuk dalam
kawasan Konservasi Laut Daerah Kabupaten Bintan (KKLD Kab Bintan). Pemilihan
lokasi berada pada KKLD dikarenakan pada kawasan tersebut di lindungi sehingga
organisme yang berada di kawasan tersebut masih dalam kondisi yang alami dan
keberadaannya tidak terganggu. Lokasi yang dijadikan tempat pengambilan sampel di
sekitar daerah KKLD tersebut adalah Desa Malang Rapat, Desa Teluk Bakau, dan Desa
Gunung Kijang yang berada di Kelurahan Kawal, wilayah perairan laut Pesisir Timur
Kecamatan Gunung Kijang. Pada lokasi-lokasi tersebut penelitian dilakukan pada zona
litoral. Hasil penelitian menemukan 73 spesies hewan Filum Mollusca dimana terdiri dari
26 spesies Kelas Bivalvia dan 47 spesies Kelas Gastropoda di pesisir timur pulau bintan.
Diantara 47 hewan kelas gastropoda masih ada 3 hewan yang belum ada nama ilmiahnya.
Hewan-hewan Kelas Bivalvia dan Gastropoda yang ditemukan memiliki kebiasaan hidup
melekat pada substrat, menetap tetapi tidak melekat pada substrat dan bergerak lambat.
Keberadaan hewan-hewan tersebut juga terkait dengan kondisi substrat pasir dan lumpur
dimana juga ditemukan dalam lambung hal ini terkait dengan kebiasaan makan hewan
tersebut. Kebiasaan makan hewan-hewan tersebut adalah pemakan endapan dan
penyaring makanan.
Kata kunci: Mollusca, Bivalvia, Gastropoda, Zona litoral
ABSTRACT
This research was conducted on the East coast of Bintan Island, in part of marine
conservation area in Bintan region. The locations were chosen in marine conservation
area because the organisem in that area were protected and still in natural condition. The
locations for sampling are at the coastal area of Malang Rapat Village, Teluk Bakau
Villege, and Gunung Kijang Village. Samplings on each location were take place in
litoral zone. The result from this research is there were 73 species of Mullusk wich is 26
species of Bivalvia class and 47 species of Gastropod class that were found in east coas of
Bintan Island. The species of Bivalvia and Gastropod were found live attach ti substrat,
settle but not attach to substrat, and moving slowly. The existence of that species has
relation with subtsrat sand and mud wich is also found in their gut, wich shown relation to
their feeding habit. The feeding habits of of that species were deposit freeder and filter
feeder.
Keyword: Mollusk, Bivalvia, Gastroopod, Litoral Zone
Studi Biologi Dan Ekologi….
Henky Irawan, Falmi Yandri
ISSN: 2086-8049
Dinamika Maritim Volume 4 nomor 1 tahun 2014 10- 26
11
PENDAHULUAN
Hewan dari filum Mollusca
merupakan hewan avertebrata air yang
banyak di kaji dalam beberapa mata
kuliah yang di ajarkan di Fakultas Ilmu
Kelautan dan Perikanan (FIKP),
Universitas Maritim Raja Ali Haji
(UMRAH) yang terletak di
Tanjungpinang Provinsi Kepulauan
Riau.
Dari pengamatan dan penelitian
pendahuluan yang telah di lakukan
selama tiga tahun di daerah perairan laut
Pulau Bintan maka sangat banyak
keanekaragaman hewan-hewan di zona
litoral pesisir timur pulau Bintan yang di
temukan sehingga sangat berpotensi
untuk di teliti karena mengingat telah
adanya lembaga akademis yang juga
bergerak di bidang penelitian seperti
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
UMRAH dan belum adanya data
mengenai hewan-hewan dari filum
Mollusca ini secara terperinci di
Kepulauan Riau umumnya dan Pulau
Bintan khususnya.
Beberapa hewan dari filum
Mollusca yang sudah dikenal umum
adalah siput gonggong, kerang bulu,
cumi-cumi dan sotong. Hingga saat ini
belum ada informasi yang terperinci
mengenai biologi dan ekologi hewan-
hewan tersebut yang terdapat di perairan
laut Pulau Bintan, maka oleh karena itu
sangat perlu di lakukan penelitian agar
dapat memperoleh data mengenai
biologi dan ekologi hewan-hewan filum
Mollusca tersebut.
Tujuan dari studi biologi dan
ekologi hewan filum mollusca di zona
litoral pesisir timur pulau bintan adalah
untuk menggali informasi mengenai
biologi dan ekologi hewan filum
Mollusca yang terdapat di perairan
Pulau Bintan sehingga informasi
tersebut nantinya dapat berguna
khususnya dalam memperkaya bahan
ajar mata kuliah avertebrata air,
Budidaya Laut dan Pesisir, Bioteknologi
Laut, Bahan Hayati Laut,
Keanekaragaman Hayati Laut, Biologi
Laut, dan Ekologi Perairan yang di
ajarkan di Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan, Universitas Maritim Raja Ali
Haji, Tanjungpinang Provinsi
Kepulauan Riau.
Di harapkan dengan adanya
informasi dari daerah sendiri yang
bersifat spesifik lokal hewan filum
Mollusca yang ada di zona litoral
pesisir timur pulau bintan itu sendiri
maka akan menambah wawasan
mahasiswa dan membuat mahasiswa
FIKP UMRAH lebih mengenal potensi
keanekaragaman hayati laut daeranya
sendiri.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Agustus hingga November 2013
yang bertempat di Kawasan Konservasi
Laut Daerah Kabupaten Bintan (KKLD
kab Bintan). Pemilihan lokasi berada
pada KKLD di karenakan pada kawasan
tersebut di lindungi sehingga organisme
yang berada di kawasan tersebut masih
dalamm kondisi yang alami dan
keberadaannya tidak terganggu, lalu dari
hasil pengamatan penelitian pendahulian
yang telah di lakukan di sekitar daerah
KKLD tersebut hewan filum Mollusca
dapat dengan mudah di temukan.
Lokasi yang di jadikan tempat
pengambilan sampel di sekitar daerah
KKLD tersebut adalah Desa Malang
Rapat, Desa Teluk Bakau, dan Desa
Gunung Kijang yang berada di
Kelurahan Kawal, wilayah perairan laut
Pesisir Timur Kecamatan Gunung
Kijang.
Studi Biologi Dan Ekologi….
Henky Irawan, Falmi Yandri
ISSN: 2086-8049
Dinamika Maritim Volume 4 nomor 1 tahun 2014 10- 26
12
Gambar 1. Peta KKLD Pulau Bintan,
Kab Bintan Prov Kepulauan
Riau. Sumber Satker
Direktorat Konservasi dan
Taman Nasional Laut
Direktorat Jenderal
Kelautan, Pesisir, Pulau-
Pulau Kecil Departemen
Kelautan Dan Perikanan.
2009.
Gambar 2. Peta Kecamatan Kabupaten
Bintan Provinsi Kepulauan Riau. Sumber Bappeda Kabupaten Bintan.2009.
Prosedur Kerja Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode survey lapangan
untuk mengambil hewan Mollusca yang
ditemukan, metode wawancara dengan
nelayan dan penduduk sekitar lokasi,
dan metode sampling dengan
mengambil hewan Mollusca sebanyak 3
individu sebagai sampel untukstudi
biologi yaitu pengamatan morfologi dan
anatomi di laboratorium dan mengambil
data kualitas perairan dengan 3 kali
ulangan. Setiap kegiatan penelitian di
dokumentasikan dengan menggunakan
kamera digital.
Biologi Mollusca
A. Identifikasi
Identifikasi hewan Mollusca
dilakukan dengan membawa sampel dari
lokasi pengamatan ke laboratorium dan
mengidentifikasi ciri-ciri spesies yang
mengacu pada panduan identifikasi
filum Coelenterata (Suginyo, Widigdo,
Wardianto, Krisanti,. 2005) dan
dikonfirmasi serta di daftarkan World
B. Pengamatan Morfologi
Pengamatan morfologi juga di
lakukan di laboratorium dan yang
dilakukan adalah dengan
menggambarkan bentuk, tubuh, ciri-ciri
spesifik, yang mengacu kepada
morfologi dalam bahan ajar avertebrata
air filum Mollusca oleh Irawan, 2012.
C. PengamatanAnatomi
Pengamatan anatomi juga
dilakukan di laboratorium dan yang
dilakukan adalah dengan membedah
tubuh hewan-hewan filum Mollusca
tersebut untuk melihat organ-organ
dalamnya lalu menggambarkannya,
yang mengacu kepada anatomi dalam
bahan ajar avertebrata air filum
Mollusca oleh Irawan, 2012.
Ekologi Mollusca
A. Gambaran habitat
Penggambaran habitat Mollusca
dilakukan dengan mengamati keadaan
lingkungan sekitar lokasi penelitian
secara deskriptif.
B. Pengamatan kondisi perairan
Pengamatan kondisiperairan
dengan melihat parameter: Fisika, Kimia
dan Biologi dalam pengamatan in ijuga
di lakukan sampling hewan Mollusca
yang diamati lebih lanjut di
laboratorium.Parameter fisika yang di
amati adalah: kecerahan, kedalaman,
danpasangsurut. Parameter Kimia yang
di amati adalah DO, pH, Salinitasbaik
yang ada di permukaandan di
dasarperairan.
C. Pengamatan sedimen
Pengamatan sedimen dilakukan
dengan mengambil sedimen permukaan
di lokasi ditemukannya Mollusca.
Sedimen dibawa kelaboratorium untuk
diamatistruktur dan jenisnya secara
deskriptif dengan
mikroskop.Karakteristik sedimen yang
diamati adalah tipe sedimen, warna
sedimen, dan organisme yang menempel
pada sedimen tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Biologi
Studi Biologi Dan Ekologi….
Henky Irawan, Falmi Yandri
ISSN: 2086-8049
Dinamika Maritim Volume 4 nomor 1 tahun 2014 10- 26
13
Telah ditemukan 75 spesies
hewan Filum Mollusca dimana terdiri
dari 26 spesies Kelas Bivalvia dan 47
spesies Kelas gastropoda di pesisir timur
pulau bintan. Diantar 47 hewan kelas
gastropoda masih ada 3 hewan yang
belum ada nama ilmiahnya.
Ekologi
1. Suhu
Dari hasil pengukuran suhu
perairan Kampung Galang Batang
berkisar antara 27-30oC. Kawal 26-32,1
oC. Teluk Bakau 28-30
oC dan Malang
Rapat 28-34,5 o
C. Adapun waktu
pengukuran suhu di tiap lokasi
dilakukan pada pagi dan siang hari.
Hasil pengukuran siang hari dengan
suhu tertinggi terjadi di perairairan
Malang Rapat dengan 34,5oC dan pagi
hari suhu terendah terdapat di Kawal
dengan 26 oC.
Perubahan suhu mengalami
kenaikan dari pagi menjeleng siang hari
dan kembali turun pada sore hari. Tinggi
rendah suhu perairan sangat dipengaruhi
oleh intensitas penyinaran matahari.
Tingginya suhu pada siang hari
dikarenakan posisi matahari tegak lurus
dan tidak condong. Berdasarkan
pengukuran suhu perairain didapatkan
bahwa suhu perairan di masing-masing
lokasi masih dalam kondisi normal atau
mendukung kehidupan biota.
2. Salinitas
Salinitas adalah tingkat keasinan
atau kadar garam yang terlarut dalam
air. Salinitas perairan sangat penting
untuk mengetahui karakteristik dari
suatu perairan tersebut. Hasil
pengukuran salinitas perairan Kampung
Galang Batang berkisar antara 20-30‰.
Kawal 18 - 30‰. Teluk Bakau 30,1 –
33,2‰ dan Malang Rapat 34,9-36,5 ‰.
Hasil pengukuran salinitas pada saat
pasang tertinggi terdapat di Malang
Rapat dan waktu terendah terdapat di
Kawal.
Tinggi rendahnya salinitas suatu
perairan sangat tergantung dari suplai air
tawar dan air asin. Kisaran salinitas di
daerah Teluk Bakau dan Malang Rapat
pada waktu pasang maupun surut
dikarenakan suplai air asin dari laut
lebih dominan dibandingkan air tawar
dari sungai dan ini ditunjang dengan
kondisi di daerah tersebut relativ tidak
ditemukan sungai sebagai pensuplai air
tawar keperairan.
3. Keruhan
Hasil pengukuran tingkat
keruhan di masing-masing tempat
didapatkan rata-rata di Galang Batang
1,9 ntu, Kawal 1,8 ntu. Teluk Bakau
0,39 ntu dan Malang Rapat 0,29 ntu.
Kekeruhan suatu perairan sangat
dipengaruhi oleh banyak sedikitnya
jumlah partikel tersuspensi yang
terdapat di kolom perairan yang
bersumber dari aliran sungai yang
memasuki perairan, maupun hasil
pengadukan sedimen didasar perairan
yang disebabkan oleh arus maupun
gelombang. Meningkatnya kekeruhan
dikolom perairan menyebabkan
kecerahan di perairan menjadi
berkurang.
4. Kecerahan
Hasil pengukuran tingkat
kecerahan perairan Kampung Galang
Batang berkisar antara 134 cm – 153.5
cm, Kawal 148 - 163 cm. Teluk Bakau
100 % dan Malang Rapat 100%.
Pengukuran kecerahan perairan
dilakukan pada siang hari karena
intensitas cahaya dan posisi matahari
berada tegak lurus dengan bumi,
rendahnya nilai kecerahan di desa
Galang Batang dan Kawal sangat erat
dengan suplai air tawar yang bersal dari
sungai karena di daerah ini terdapat
sungai yang bermuara kelaut yang
membawa partikel-partikel tersuspensi.
Sementara di Malang Rapat dan Teluk
Bakau tingginya tingkat kecerahan
menunjukan bahwa perairan tersebut
sangat sedikit mengandung partikel-
partikel tersuspensi. tingkat
kecerahannya 100%, Hal ini di
karenakan pada saat pengukuran letak
piringan sechidisk menyentuh dasar
perairan
Studi Biologi Dan Ekologi….
Henky Irawan, Falmi Yandri
ISSN: 2086-8049
Dinamika Maritim Volume 4 nomor 1 tahun 2014 10- 26
14
Kecerahan sangat penting
karena erat kaitanya dengan proses
fotosintesis yang terjadi diperairan. Dari
hasil pengukuran yang didapat di
Kampung Galang Batang Desa Gunung
Kjang termasuk perairan yang subur.
Syukur. (2002) dalam Iman,M.S, (2010)
kecerahan keeping secchi < 3 m adalah
tipe perairan yang subur eutropik, antara
3-6 m kesuburan sedang mesotrofik dan
> 6 meter digolongkan pada tipe
perairan kurang subur oligotrofik.
5. Arus
Arus yang diukur adalah arus
permukaan. Arus selama pengukuran di
perairan Galang Batang berkisar antara
0,17 – 1,28 m/dtk. Kawal 0,27 – 3,31
m/dtk. Teluk Bakau 1,2- 1,25 m/dtk dan
Malang Rapat 1,9-2,5 m/dtk. Cepat
lambatnya arus sangat berpengaruh
terhadap karakteristek endapan sedimen
didasar perairan. Pada arus yang kuat
karakteristik sedimen di dasar perairan
cendrung pasir dan berbatuan dan arus
yang lambat cendrung dasar perairannya
berlumpur.
6. Derajat Keasaman ( pH )
Pengukuran yang di lakukan di
Galang Batang 7,05. Kawal 7,12. Teluk
Bakau 8,02 dan Malang Rapat 8,14.
Hasil pengukuran ditemukan bahwa
nilai pH perairan di masing-masing
tempat berada diatas 7, ini dapat
dinyatakan bahwa perairan tersebut
cendrung bersifat basa yang disebabkan
oleh banyaknya suplai air asin dari laut
yang mendominasi di perairan pantai
karena parairan laut cendrung bersifat
basa.
7. Dissolved Oxygen ( DO )
Setelah melakukan pengukuran
kandungan oksigen terlarut pada siang
hari di perairan dengan rata-rata desa
Galang Batang 7,15. Kawal 7,1. Teluk
Bakau 7,5 dan Malang Rapat 8,1.
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) di
masing-masing perairan tergolong baik
untuk organisme akuati dalam perairan,
dengan demikian pada siang hari
kandungan oksigen terlarut akan tinggi
hal ini di karenakan seiringnya tingginya
intensitas cahaya matahari yang
menyinari perairan akan menyebabkan
lajunya proses fotosintesis oleh tumbuh-
tumbuhan terutama jenis fitoplankton
yang menghasilkan kandungan oksigen.
8. Substrat.
Tipe tanah/substrat secara tidak
langsung juga menjadi salah satu faktor
penentu kehidupan biota bentos
terutama Filum Mollusca, dimana tipe
suptrat seperti yang kita ketahui, pada
substrat yang berlumpur pekat dan
selalu tergenang air laut menyebabkan
tanah kekurangan oksigen dan mudah
menempel sehingga dibutuhkan adaptasi
yang tinggi dalam merespon situasi ini
seperti yang terjadi pada jenis-jenis
mollusca yang mengembangkan
adaptasi morfologinya dengan setae (
bulu halus ) untuk mencegah terjadinya
penyumbatan pada system respirasi.
Hasil pengukuran substrat di
laboratorium, dengan menggunakan
saringan bertingkat dengan ukuran mesh
2,36mm, 2,00mm, 1,18mm,
500μm(0,5mm), 250μm(0,25mm),
125μm(0,125mm), dan
106μm(0,106mm), di dapat
penggolongan substrat menurut
Wenworth pada subtrat dasar perairan
Galang Batang cendrung lumpur
berpasir, Kawal cendrung pasir
berlumpur, Teluk Bakau berpasir dan
Malang Rapat berpasir.
KESIMPULAN DAN SARAN
Jenis hewan Filum Mollusca
yang di temukan di zona litoral pesisir
timur Pulau Bintan adalah dari kelas
Bivalvia dan Gastropoda, hal ini terkait
dengan kebiasaan hidup hewan kedua
kelas tersebut yang menempel pada
substrat, bergerak lambat bahkan
cenderung menetap.
kulalitas air di di zona litoral
pesisir timur Pulau Bintan mendukung
untuk kehidupan hewan-hewan tersebut.
Ekosistem yang ditemukan adalah
ekosistem hutan mangrove, padang
lamun dan terumbu karang dimana di
Studi Biologi Dan Ekologi….
Henky Irawan, Falmi Yandri
ISSN: 2086-8049
Dinamika Maritim Volume 4 nomor 1 tahun 2014 10- 26
15
ketiga ekosistem ini ditemukan hewan
dari kelas Bivalvia dan Gastropoda.
Keberadaan hewan kelas
Bivalvia dan Gastropoda ini terkait
dengan lingkungannya adalah
ketersediaan makanan dan kebiasaan
makan dimana dalam kebiasaan makan
hewan kelas Bivalvia dan Gastropoda
ini pemakan sedimen dan penyaring
makanan. Substrat pada zona litoral
tersebut adalah sedimen pasir dan
lumpur yang juga di temukan dalam
pencernaan hewan-hewan tersebut.
Masih ada 3 hewan kelas
Gastropoda yang belum ada nama
ilmiahnya ketika di rujuk pada bank data
dunia World Register of Marine Species
sehingga hewan-hewan tersebut
berpotensi untuk di daftarkan sebagai
temuan spesies baru.
Data dari penelitian ini dapat
dijadikan rujukan untuk penellitian
berikutnya dalam keanekaragaman dan
struktur komunitas hewan mollusca di di
zona litoral pesisir timur Pulau Bintan.
Zona litoral pesisir timur Pulau
Bintan dapat dijadikan sebagai lokasi
laboratorium alam dalam mempelajari
hewan-hewan mollusca kelas Bivalvia
dan Gastropoda.
TERIMAKASIH
Terimakasih kepada Lembaga Penelitian
Universitas Maritim Raja Ali Haji yang
telah memberikan dana untuk kegiatan
penelitian studi biologi dan ekologi
hewan filum mollusca di zona litoral
pesisir timur pulau bintan
DAFTAR PUSTAKA
Bappeda Kabupaten Bintan.2009. Peta
Admin Kab. Bintan. Bank
Data Bappeda Bintan.
Kabupaten Bintan.
Bupati Bintan 2007 Keputusan Bupati
Bintan Nomor : 36/VIII/2007
TENTANG Kawasan
Konservasi Laut Daerah
Kabupaten Bintan. KAbupaten
Bintan.
COREMAP.2013.
http://www.coremap.or.id/datin/
molusc/
Irawan, H. 2012. Bahan Ajar Avetebrata
Air, Filum Mollusca. Handout
Irawan, H. 2012. Penuntun Praktikum
Avertebrata Air, , Filum
Mollusca.
McKenzie, L. 2007. Undertanding
Sediment. Seagrass Watch.
Nuraini dan Rusliadi. 2009. Buku Ajar
Avertebrata Air.
PUSBANGDIK UNRI.
Pekanbaru.
Satker Direktorat Konservasi dan Taman
Nasional Laut Direktorat
Jenderal Kelautan, Pesisir,
Pulau-Pulau Kecil Departemen
Kelautan Dan Perikanan. 2009.
Mengenal Kawasan Konservasi
Perairan (Laut) Daerah.
Program rehabilitasi dan
pengelolaan terumbu karang
(COREMAM II). Direktorat
Jenderal Kelautan, Pesisir,
Pulau-Pulau Kecil Departemen
Kelautan Dan Perikanan. Jakarta
Selatan. ISBN 978-602-8717-
30-4.
Suginyo.S., Widigdo,B., Wardianto,Y.,
dan Krisanti,M. 2005.
Avertebrata Air Jilid I. Penebar
Swadaya. Jakarta
World Register of Marine Species.
2013.
http://www.marinespecies.org
Studi Biologi Dan Ekologi….
Henky Irawan, Falmi Yandri
ISSN: 2086-8049
Dinamika Maritim Volume 4 nomor 1 tahun 2014 10- 26
16
Tabel 1. Spesies dan tempat ditemukannya hewan filum Mollusca di pesisir timur pulau
Bintan
No
Gambar dan nama ilmiah
Tampat ditemukan
Desa gunung
kijang
Daerah kawal
Desa malang
rapat
pulau pucung
Desa malang
rapat
tanjung keling
Desa malang rapat teluk
dalam
Desa Teluk
Bakau
1
Anadara antiquata (Linnaeus, 1758)
√
3
Isognomon californicum (Conrad, 1837)
√
3
Isognomon isognomum (Linnaeus,
1758)
√ √ √ √
4
Isognomon radiatus (Anton, 1838)
√ √
5
Pecten maximus (Linnaeus, 1758)
√
Studi Biologi Dan Ekologi….
Henky Irawan, Falmi Yandri
ISSN: 2086-8049
Dinamika Maritim Volume 4 nomor 1 tahun 2014 10- 26
17
6
Placuna sp
√
7
Barbatia foliata (Forsskål in Niebuhr,
1775)
√
8
Barbatia novaezealandiae (E. A. Smith,
1915)
√
9
Pitar albidus (Gmelin, 1791)
√
10
Coecella chinensis (Deshayes, 1855)
11
Gafrarium sp
√ √ √
Studi Biologi Dan Ekologi….
Henky Irawan, Falmi Yandri
ISSN: 2086-8049
Dinamika Maritim Volume 4 nomor 1 tahun 2014 10- 26
18
12
Fragum unedo (Linnaeus, 1758)
√
13
Circe scripta (Linnaeus, 1758)
√
14
Lioconcha berthaulti (Lamprell dan
Healy, 2002)
√ √
15
Hippopus porcellanus (Rosewater,
1982)
√
16
Lima vulgaris (Link, 1807)
√
17
Atrina (Atrina) vexillum (Born, 1778)
√
Studi Biologi Dan Ekologi….
Henky Irawan, Falmi Yandri
ISSN: 2086-8049
Dinamika Maritim Volume 4 nomor 1 tahun 2014 10- 26
19
18
Atrina zelandica (Gray, 1835)
√ √ √
19
Atrina chinensis (Deshayes, 1841)
√
20
Pinna muricata (Linnaeus, 1758)
√
21
Corculum cardissa (Linnaeus, 1758)
√
22
Tridacna crocea (Lamarck, 1819)
√
23
Tridacna squamosa (Lamarck, 1819)
√
Studi Biologi Dan Ekologi….
Henky Irawan, Falmi Yandri
ISSN: 2086-8049
Dinamika Maritim Volume 4 nomor 1 tahun 2014 10- 26
20
24
Anomia trigonopsis (Hutton, 1877)
√
25
Carditopsis smithii (Dall, 1896)
√
26
Pedum spondyloideum (Gmelin, 1791)
√
27
Volema pyrum (Gmelin, 1791)
√
28
Pugilina cochlidium (Linnaeus, 1758)
√ √ √
29
Gibberulus gibberulus (Linnaeus, 1758)
√
30
√
Studi Biologi Dan Ekologi….
Henky Irawan, Falmi Yandri
ISSN: 2086-8049
Dinamika Maritim Volume 4 nomor 1 tahun 2014 10- 26
21
Canarium urceus (Linnaeus, 1758)
31
Canarium mutabile (Swainson, 1821)
√ √
32
Laevistrombus turturella (Röding, 1798)
√ √
33
Vasum turbinellus (Linnaeus, 1758)
√
34
Chicoreus capucinus (Lamarck, 1822)
√ √
35
Chicoreus sp
√ √
36
Semiricinula fusca (Küster, 1862)
√ √
37
Nerita undata (Linnaeus, 1758)
√
38
Narasius pullus
√ √ √
Studi Biologi Dan Ekologi….
Henky Irawan, Falmi Yandri
ISSN: 2086-8049
Dinamika Maritim Volume 4 nomor 1 tahun 2014 10- 26
22
39
Cerithidea cingulata (Gmelin, 1791)
√ √
40
Cerithium zonatum (Wood, 1828)
√
41
Thais sp
√
42
Pictocolumbella ocellata (Link, 1807)
√ √
43
Cypraea tigris (Linnaeus, 1758)
√
44
Mauritia arabica (Linnaeus, 1758)
√
45
Lambis lambis (Linnaeus, 1758)
√ √ √
46
Tectus niloticus (Linnaeus, 1767)
√ √
Studi Biologi Dan Ekologi….
Henky Irawan, Falmi Yandri
ISSN: 2086-8049
Dinamika Maritim Volume 4 nomor 1 tahun 2014 10- 26
23
47
Trochus maculatus (Linnaeus, 1758)
√ √ √
48
Astralium calcar (Linnaeus, 1758)
√ √
49
Cerithium nodulosum (Bruguière, 1792)
√ √
50
Turritella terebra (Linnaeus, 1758)
√
51
Conus tabidus (Reeve, 1844)
√
52
Rhinoclavis (Rhinoclavis) sinensis
(Gmelin, 1791)
√
53
Neverita didyma (Röding, 1798)
√
54
Melo melo (Lightfoot, 1786)
√
Studi Biologi Dan Ekologi….
Henky Irawan, Falmi Yandri
ISSN: 2086-8049
Dinamika Maritim Volume 4 nomor 1 tahun 2014 10- 26
24
55
Cymbiola nobilis (Lightfoot, 1786)
√
56
Conus josephinae (Rolán, 1980)
√
57
Canarium labiatum (Röding, 1798)
√
58
Turbo haynesi (Preston, 1914)
√
59
Turbo bruneus (Röding, 1798)
√
60
Ampullina sp ( Cossman, 1918)
√
61
Angaria delphinus (Linnaeus, 1758)
√
Studi Biologi Dan Ekologi….
Henky Irawan, Falmi Yandri
ISSN: 2086-8049
Dinamika Maritim Volume 4 nomor 1 tahun 2014 10- 26
25
62
Ergalatax junionae (Houart, 2008)
√ √
63
Planaxis sulcatus (Born, 1778)
√ √ √
64
Clypeomorus nympha (Houbrick, 1985)
√
65
Clypeomorus pellucida (Hombron &
Jacquinot, 1852)
√
66
Batillaria zonalis (Bruguière, 1792)
√ √
67
Morula (Morula) nodulosa (C. B.
Adams, 1845)
√ √
68
Semiricinula tissoti (Petit de la Saussaye,
1852)
√
Studi Biologi Dan Ekologi….
Henky Irawan, Falmi Yandri
ISSN: 2086-8049
Dinamika Maritim Volume 4 nomor 1 tahun 2014 10- 26
26
69
Telescopium telescopium (Linnaeus,
1758)
√ √
70
Engina menkeana (Dunker,1860)
√
Jenis hewan Kelas Gastropoda yang belum ada nama ilmiahnya
71
√
72
√
73
√