Upload
barone-curtis-ward
View
225
Download
7
Embed Size (px)
DESCRIPTION
bahan stroke
Citation preview
STROKE
I. Tinjauan Teoritis
a. Defenisi
Anatomifisiologi
Otak
Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih
100 triliun neuron. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu serebrum
(otak besar), serebelum (otak kecil), brainstem (batang otak), dan
diensefalon. (Satyanegara, 1998)
Serebrum terdiri dari dua hemisfer serebri, korpus kolosum dan korteks
serebri. Masing-masing hemisfer serebri terdiri dari lobus frontalis
yang merupakan area motorik primer yang bertanggung jawab untuk
gerakan-gerakan voluntar, lobur parietalis yang berperanan pada
kegiatan memproses dan mengintegrasi informasi sensorik yang lebih
tinggi tingkatnya, lobus temporalis yang merupakan area sensorik
untuk impuls pendengaran dan lobus oksipitalis yang mengandung
korteks penglihatan primer, menerima informasi penglihatan dan
menyadari sensasi warna.
Serebelum terletak di dalam fosa kranii posterior dan ditutupi oleh
duramater yang menyerupai atap tenda yaitu tentorium, yang
memisahkannya dari bagian posterior serebrum. Fungsi utamanya
adalah sebagai pusat refleks yang mengkoordinasi dan memperhalus
gerakan otot, serta mengubah tonus dan kekuatan kontraksi untuk
mempertahankan keseimbangan sikap tubuh.
Bagian-bagian batang otak dari bawak ke atas adalah medula
oblongata, pons dan mesensefalon (otak tengah). Medula oblongata
merupakan pusat refleks yang penting untuk jantung, vasokonstriktor,
pernafasan, bersin, batuk, menelan, pengeluaran air liur dan muntah.
Pons merupakan mata rantai penghubung yang penting pada jaras
kortikosereberalis yang menyatukan hemisfer serebri dan serebelum.
Mesensefalon merupakan bagian pendek dari batang otak yang berisi
aquedikus sylvius, beberapa traktus serabut saraf asenden dan
desenden dan pusat stimulus saraf pendengaran dan penglihatan.
Diensefalon di bagi empat wilayah yaitu talamus, subtalamus,
epitalamus dan hipotalamus. Talamus merupakan stasiun penerima dan
pengintegrasi subkortikal yang penting. Subtalamus fungsinya belum
dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi lesi pada subtalamus akan
menimbulkan hemibalismus yang ditandai dengan gerakan kaki atau
tangan yang terhempas kuat pada satu sisi tubuh. Epitalamus
berperanan pada beberapa dorongan emosi dasar seseorang.
Hipotalamus berkaitan dengan pengaturan rangsangan dari sistem
susunan saraf otonom perifer yang menyertai ekspresi tingkah dan
emosi. (Sylvia A. Price, 1995)
Sirkulasi darah otak :
Otak menerima 17 % curah jantung dan menggunakan 20 % konsumsi
oksigen total tubuh manusia untuk metabolisme aerobiknya. Otak
diperdarahi oleh dua pasang arteri yaitu arteri karotis interna dan arteri
vertebralis. Da dalam rongga kranium, keempat arteri ini saling
berhubungan dan membentuk sistem anastomosis, yaitu sirkulus
Willisi.(Satyanegara, 1998)
Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteria karotis
komunis kira-kira setinggi rawan tiroidea. Arteri karotis interna masuk
ke dalam tengkorak dan bercabang kira-kira setinggi kiasma optikum,
menjadi arteri serebri anterior dan media. Arteri serebri anterior
memberi suplai darah pada struktur-struktur seperti nukleus kaudatus
dan putamen basal ganglia, kapsula interna, korpus kolosum dan
bagian-bagian (terutama medial) lobus frontalis dan parietalis serebri,
termasuk korteks somestetik dan korteks motorik. Arteri serebri media
mensuplai darah untuk lobus temporalis, parietalis dan frontalis
korteks serebri.
Arteria vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteria subklavia sisi
yang sama. Arteri vertebralis memasuki tengkorak melalui foramen
magnum, setinggi perbatasan pons dan medula oblongata. Kedua arteri
ini bersatu membentuk arteri basilaris, arteri basilaris terus berjalan
sampai setinggi otak tengah, dan di sini bercabang menjadi dua
membentuk sepasang arteri serebri posterior. Cabang-cabang sistem
vertebrobasilaris ini jmemperdarahi medula oblongata, pons,
serebelum, otak tengah dan sebagian diensefalon. Arteri serebri
posterior dan cabang-cabangnya memperdarahi sebagian diensefalon,
sebagian lobus oksipitalis dan temporalis, aparatus koklearis dan
organ-organ vestibular. (Sylvia A. Price, 1995)
Darah di dalam jaringan kapiler otak akan dialirkan melalui venula-
venula (yang tidak mempunyai nama) ke vena serta di drainase ke
sinus duramatris. Dari sinus, melalui vena emisaria akan dialirkan ke
vena-vena ekstrakranial. (Satyanegara, 1998).
b. Etiologi
Ada beberapa factor risiko stroke yang sering teridentifikasi, yaitu ;
1. Hipertensi,
dapat disebabkan oleh aterosklerosis atau sebaliknya. Proses ini dapat
menimbulkan pecahnya pembuluh darah atau timbulnya thrombus sehingga
dapat mengganggu aliran darah cerebral.
2. Aneurisma pembuluh darah cerebral
Adanya kelainan pembuluh darah yakni berupa penebalan pada satu tempat
yang diikuti oleh penipisan di tempat lain. Pada daerah penipisan dengan
maneuver tertentu dapat menimbulkan perdarahan.
3. Kelainan jantung / penyakit jantung
Paling banyak dijumpai pada pasien post MCI, atrial fibrilasi dan
endokarditis.Kerusakan kerja jantung akan menurunkan kardiak output dan
menurunkan aliran darah ke otak. Ddisamping itu dapat terjadi proses
embolisasi yang bersumber pada kelainan jantung dan pembuluh darah.
4. Diabetes mellitus (DM)
Penderita DM berpotensi mengalami stroke karena 2 alasan, yeitu terjadinya
peningkatan viskositas darah sehingga memperlambat aliran darah khususnya
serebral dan adanya kelainan microvaskuler sehingga berdampak juga
terhadap kelainan yang terjadi pada pembuluh darah serebral.
Pada obesitas dapat terjadi hipertensi dan peningkatan kadar kolesterol
ehingga dapat mengakibatkan gangguan pada pembuluh darah, salah satunya
pembuluh drah otak
c. Tanda dan gejala
Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung pada daerah dan
luasnya daerah otak yang terkena.
a. Pengaruh terhadap status mental
· Tidak sadar : 30% - 40%
· Konfuse : 45% dari pasien biasanya sadar
b. Daerah arteri serebri media, arteri karotis interna akan menimbulkan:
· Hemiplegia kontralateral yang disertai hemianesthesia (30%-80%)
· Afasia bila mengenai hemisfer dominant (35%-50%)
· Apraksia bila mengenai hemisfer non dominant(30%)
c. Daerah arteri serebri anterior akan menimbulkan gejala:
· hemiplegia dan hemianesthesia kontralateral terutama tungkai (30%-80%)
· inkontinensia urin, afasia, atau apraksia tergantung hemisfer mana yang
terkena
d. Daerah arteri serebri posterior
· Nyeri spontan pada kepala
· Afasia bila mengenai hemisfer dominant (35-50%)
e. Daerah vertebra basiler akan menimbulkan:
· Sering fatal karena mengenai pusat-pusat vital di batang otak
· Hemiplegia alternans atau tetraplegia
· Kelumpuhan pseudobulbar (kelumpuhan otot mata, kesulitan menelan, emosi
labil)
Apabila dilihat bagian hemisfer mana yang terkena, gejala dapat berupa:
d. Patofisiologi
1. Stroke non hemoragik
Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus
atau embolus. Trombus umumnya terjadi karena berkembangnya aterosklerosis
pada dinding pembuluh darah, sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke
area thrombus menjadi berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi
kompleks iskemia akhirnya terjadi infark pada jaringan otak. Emboli disebabkan
oleh embolus yang berjalan menuju arteri serebral melalui arteri karotis.
Terjadinya blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba
berkembang cepat dan terjadi gangguan neurologist fokal. Perdarahan otak dapat
ddisebabkan oleh pecahnya dinding pembuluh darah oleh emboli.
2. Stroke hemoragik
Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau
ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen intracranial yang
seharusnya konstan. Adanya perubahan komponen intracranial yang tidak dapat
dikompensasi tubuh akan menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan
menyebabkan herniasi otak sehingga timbul kematian. Di samping itu, darah yang
mengalir ke substansi otak atau ruang subarachnoid dapat menyebabkan edema,
spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah tersebut menimbulkan
aliran darah berkurang atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak.
e. Manifestasi klinik
1. Kehilangan motorik
2. Kehilangan komunikasi
3. Gangguan perseptual
4. Kerusakan aktifitas mental dan efek psikologis
5. Disfungsi kandung kemih
f. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan penunjang disgnostik yang dapat dilakukan adalah :
1. laboratorium: mengarah pada pemeriksaan darah lengkap, elektrolit,
kolesterol, dan bila perlu analisa gas darah, gula darah dsb.
2. CT scan kepala untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan atau infark
3. MRI untuk mengetahui adanya edema, infark, hematom dan bergesernya
struktur otak
4. angiografi untuk mengetahui penyebab dan gambaran yang jelas mengenai
pembuluh darah yang terganggu
g. Penatalaksanaan Medis
Secara umum, penatalaksanaan pada pasien stroke adalah:
1. Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah dan
boleh dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil
2. Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu
diberikan ogsigen sesuai kebutuhan
3. Tanda-tanda vital diusahakan stabil
4. Bed rest
5. Koreksi adanya hiperglikemia atau hipoglikemia
6. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
h. Data Penunjang
Laboratorium :
1. Gula darah 287
2. Albumin 3,7
3. Globulin 3,2
4. Bilirubin 1,12
5. Kolesterol 282
6. Trigiserida 86
7. HDl 58
8. LDL 207
9. Leukosit 13.800
10. CT scan : Perdarahan intraserebral
Penatalaksanaan terapy medis :
1. Therapy neopodex 2x1
2. Aspark 1x1
3. Brainac 250
4. Vitamin K 2x1
5. Ranitidine 2x1
6. Kalnek 2x1
Kasus
Ibu R 71 tahun MRS tanggal 12 juli 2009 dengan alasan masuk rumah sakit lebih kurang 6
jam, sebelum masuk rumah sakit jatuh dikamarmandi dan tidak sadar diri. Waktu kejadian
pasien sadar tapi tidak bisa bicara sampai di IGD, pasien tidak sadar tanda-tanda vital TD=
220/100 mmHg, N = 90x/mnt, S = 36 derajat celcius, P = 24x/mnt. Atas kolaborasi dengan
dokter di IGD pasien di pasang kateter, NGT, infus, Kaen 3B 20 tts/i drip dengan benosetam
6 ampul sampai dengan 6 kolf.riwayat kesehatan yang lalu 4 tahun yang lalu ibu R pernah di
rawat di Ruangan VIP RSAM dengan Stroke dengan penyebabnya hipertensi dan DM yang
menahun. Dilakukan pemeriksaan fisik kesadaran koma, GCS $ E1 M2 V1, TD : 180/90
mmHg, N= 88x/i, P=24 x/mnt, a= 37 derajat celcius, pupil dan isokor 3mm, kekuatan otot
11111 11111
11111 11111. Pemeriksaan neurologi belum diperiksa, kapilary revil 3 detik,
pemeriksaan lab: gula darah 287, albumin 3,7, globulin 3,2, bilirubin 1,12, kolesterol 282,
trigliserida 86, HDL 58, LDL 207, HB 15,2, Leukosit 13.800. Ht 42 %. CT scan : perdarahan
intraserebral, therapy Neupodex 2x1, Aspark 1x1, Brainac 250, Vitamin K 2x1, Ranitidine
2x1, kalnex 2x1.
II. PENGKAJIAN :
1. Data Demografi
Nama : Ny. R
Umur : 71 th
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : kamang
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Status Marital : janda
Tanggal MRS : 12 juli 2009
Jam MRS : 13.00
Ruang Rawat : Ruang melati
Diagnosa Medis : Stroke Haemoragik
No MR : 025757
Nama penanggung jawab : Tn. T
Umur : 35 tahun
Pekerjaan : Swasta
Hubungan dengan klien : anak
2. Status umum dan tanda-tanda vital
Staus kesadaran : Koma (GCS=4)
Keadaan umum : Lemah
Tinggi badan : 160 cm
Berat badan : 55 kg
Nadi : 90x/mnt
Suhu : 36 derajat celcius
Pernafasan : 24x/mnt
Tekanan darah : 220/100 mmHg
3. Riwayat Kesehatandan Keperawatan
1. Keluhan Utama ( Saat Masuk Rumah Sakit )
klien mengalami penurunan kesadaran sejak lebih kurang 6jam
sebelum masuk rumah sakit.Menurut hasil anamnesa masuk di IGD bahwa
Ny. R pingsan tidak sadarkan diri saat jatuh di kamar mandi, waktu
kejadian pasien sadar tapi tidak bisa bicar dan sampai di IGD pasien tidak
sadar.
2. Keluhan Utama ( Saat Pengkajian )
Saat ini pasien kesadaran koma, BAB belum lancar terdapat warna
kehitaman dan merah segar, terpasang poli kateter hari IV mengalir lancar-
warna urine keruh kemerahan. Terpasang infuse kaen 3B 20 tts/idrip
dengan benosetam 6 ampul sampai dengan 6 kolf.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Keluarga mengatakan bahwa klien mengalami stroke dengan
penyebabnya hipertensi dan DM yang menahun hipertensi sejak 20 tahun
lalu, danberobat tidak teratur waktu di rawat du Ruangan VIP RSAM.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat penyakit keturunan : keluarga mengatakan tidak ada anggota
keluarga yang mengalami sakit seperti pasien, termasuk penyakit-penyakit
kencing manis, darahtinggi dan lainnya.
5. Pola sensori dan kognitif
Sensori : belum dinilai karena klien mengalami apasia dan apatis/gelisah
Kognitif : Proses berfikir, isi pikiran, daya ingat, orientasi (tempat, waktu,
orang) belum dapat di nilai.
6. Status Neurologi
Tingkat kesadaran koma
GCS : 4 E2 M1 V1
Tanda-tanda rangsang selaput otak : kaku kuduk (-), tanda lasegue
>700/>700, tanda kernig >1350 />1350 , tanda brudzinski I dan II (-)
Syaraf cranial : N. olfaktorius, N. Optikus, N. okulomotorius,
N.trokhlearis, N. trigenimus, B. Abdusen kesan tidak kelainan, N.
fasialis;kesan parese (mulut encong kekiri) N. Vestibulo: tidak ada
kelainan, N.glosofaringeus; ada gangguan menelan, N. vagus, N.
aksesorius; tidak ada kelaianan, N. Hipoglosus: kesan ada kelainan
(NC VII, IX, XII; kesanada kelainan)
Motorik : gaya berjalan tidak dapat di evaluasi, atropi (-), hipertropi
(-),gerakan tidak disadari (-)
Kekuatan otot: 11111 1111
11111 1111
Sensibilitas : belum dievaluasi.
4. Pemeriksaan fisik
1. Status kesehatan umum
Keadaan penyakit berat, keadaan umum tampak lemah, kesadaran koma,
tekanan darah 220/100 mmHg, suhu tubuh 36◦C,pernapasan 24 X/menit,
nadi 90X/menit (regular), GCS :E4 M6 Vapasia. BB( sakit ): tidak
diketahui, BB ( Sblm Sakit ) ; tidak diketahui, hasil pengukuran LL 25 cm.
(BB=2xLL; 50 kg).
2. Sistem integument
Tidak tampak ikterus, permukaan kulit kering, tekstur kasar, rambut
hitamdan berminyak , tidak botak, perubahan warna kulit; muka tampak
pucat
3. KepalaNormo cephalic, simetris, nyeri kepala/sakit kepala, benjolan tidak
ada.
4. Muka
Asimetris, odema , otot muka dan rahang kekuatan lemah , sianosis tidakada
5. Mata
Alis mata, kelopak mata normal, konjuktiva anemis (+/+), pupil isokor,
scleraikterus (-/ -), reflek cahaya positif. Tajam penglihatan tidak dapat
dievalusai,mata tampak cowong.
6. Telinga
Secret, serumen, benda asing, membran timpani dalam batas normal
7. Hidung
Deformitas, mukosa, secret, bau, obstruksi tidak ada, pernafasan
cupinghidung tidak ada.
8. Mulut dan faring
Bau mulut , stomatitis (-), gigi banyak yang hilang, lidah merah
merahmudah, kelainan lidah tidak ada. Terpasang NGT
9. Leher
Simetris, kaku kuduk tidak ada, vena jugularis 5 + 2cm H2O. tidak
adabenjolan limphe nodul.
10. Thoraks
Gerakan dada simitris, retraksi supra sternal (-), retraksi intercoste (-),
perkusiresonan, rhonchi -/- pada basal paru, wheezing -/-, vocal fremitus
tidakteridentifikasi.
11. Jantung
Batas jantung kiri ics 2 sternal kiri dan ics 4 sternal kiri, batas kanan ics
2sternal kanan dan ics 5 mid axilla kanan.perkusi dullness. Bunyi S1 dan
S2tunggal; dalam batas normal, gallop(-), mumur (-). capillary refill 2 – 3
detik .
12. Abdomen
Bising usus; hiperperistaltik, bunyi bruit sangat jelasa, tidak ada
benjolan,nyeri tekan tidak ada, perabaan massa tidak ada, hepar tidak teraba,
asites (-).
III. Pengkajian Data
a. Data objektif
Klien tidak sadar/ kesadaran koma (GCS = 4)
Klien tidak bisa bicara
Tanda-tanda Vital :
TD : 220/100 mmHg
N : 90 x/mnt
S : 36 derajat celcius
P : 24x/mnt
Klien terpasang kateter
Klien terpasang NGT
Klien terpasang infus Kaen 3 B 20tts/i, drip dengan benosetam 6
ampul sampai dengan 6 kolf
Klien pernah dirawat di ruang VIP RSAM dengan pemeriksaan fisik:
Kesadaran koma
GCS 4 E1 M2 V1
Tanda-tanda vital :
Pupil dan isokor 3mm
Kekuatan otot 11111 11111
11111 11111
Kapilary revil 3 dtk
Pemeriksaan lab : gula darah 287, albumin 3,7, globulin 3,2,
bilirubin 1,12, kolesterol 282, trigliserida 86, HDL 58, LDL 207,
HB 15,2, Leukosit 13.800. Ht 42 %. CT scan : perdarahan
intraserebral.
b. Data subjektif
Keluarga klien mengatakan tidak ada riwayat keluarganya yang
menderita penyakit seperti ini
Anak klien mengatakan sedih melihat keadaan orang tuanya
c. Analisa Data
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1 DO :
Klien tidak sadar/
kesadaran koma (GCS
= 4)
Klien tidak bisa bicara
Tanda-tanda Vital :
TD : 220/100 mmHg
N : 90 x/mnt
S : 36 derajat celcius
P : 24x/mnt
Kesadaran koma
GCS 4 E1 M2 V1
DS :
penumpukan sputum (karena kelemahan, hilangnya refleks batuk)
Bersihan jalan
nafas tidak
efektif
Keluarga klien
mengatakan tidak ada
riwayat keluarganya
yang menderita
penyakit seperti ini
2 DO :
Klien tidak sadar/
kesadaran koma
(GCS = 4)
Klien tidak bisa
bicara
Tanda-tanda Vital :
TD : 220/100 mmHg
N : 90 x/mnt
S : 36 derajat celcius
P : 24x/mnt
Kesadaran koma
GCS 4 E1 M2 V1
DS :
Keluarga klien
mengatakan tidak ada
riwayat keluarganya
yang menderita
penyakit seperti ini
Anak klien mengatakan
sedih melihat keadaan
orang tuanya
kerusakan neuromuscular, kerusakan sentral bicara
Gangguan
komunikasi
verbal
d. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif pada ibu R b.d. adanya penumpukan sputum (karena kelemahan, hilangnya refleks batuk)
2. (Risiko) gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan pada ibu R b.d. intake nutrisi tidak adekuat
IV. Rencana Asuhan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi Rasional
1 Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d. penumpukan sputum (karena kelemahan, hilangnya refleks batuk)
DO :
Klien tidak
sadar/
kesadaran
koma (GCS
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam Pasien mampu mempertahankan jalan nafas yang paten.
Kriteria hasil :
a. Bunyi nafas vesikuler
b. RR normal
1. Auskultasi bunyi nafas
2. Ukur tanda-tanda vital
3. Berikan posisi semi fowler sesuai dengan kebutuhan (tidak bertentangan dgn masalah keperawatan
1. Bunyi nafas mempengaruhi jalan nafas
2. Vital Sign mempengaruhi sistem nafas
3. Dengan posisi semi fowler pasien akan nyaman
4. Agar tidak terjadi penyumbatan jalan nafas
= 4)
Klien tidak
bisa bicara
Tanda-tanda
Vital :
TD : 220/100
mmHg
N : 90 x/mnt
S : 36 derajat
celcius
P : 24x/mnt
Kesadaran
koma
GCS 4 E1
M2 V1
DS :
Keluarga klien mengatakan tidak ada riwayat keluarganya yang menderita penyakit seperti ini
c. Tidak ada tanda-tanda sianosis dan pucat
d. Tidak ada sputum
e. TTV normal
f. kesadaran komposmentis
lain)
4 penghisapan lender dan pasang OPA jika kesadaran menurun
5. Bila sudah memungkinkan lakukan fisioterapi dada dan latihan nafas dalam
6. Kolaborasi:
Pemberian ogsigen
Laboratorium: Analisa gas darah, darah lengkap dll
Pemberian obat sesuai kebutuhan
5. Merupakan suatu cara untun latihan nafas efektif
2 Gangguan komunikasi verbal b.d. kerusakan neuromuscular, kerusakan sentral
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam Komunikasi klien dapat berjalan dengan baik
1. Evaluasi sifat dan beratnya afasia pasien, jika berat
1. Merupakan syarat untuk mengevaluasi klien dg ggg
bicaraDO :
Klien
tidak
sadar/
kesadaran
koma
(GCS =
4)
Klien
tidak bisa
bicara
Tanda-
tanda Vital
:
TD : 220/100
mmHg
N : 90 x/mnt
S : 36 derajat
celcius
P : 24x/mnt
Kesadara
n koma
GCS 4 E1
M2 V1
DS :
Keluarga
klien
mengataka
n tidak ada
riwayat
keluargany
a yang
Kriteria hasil :
a. Klien dapat mengekspresikan perasaan
b. Memahami maksud dan pembicaraan orang lain
c. Pembicaraan pasien dapat dipahami
d. kesadaran komposmentis
hindari memberi isyarat non verbal
2. Lakukan komunikasi dengan wajar, bahasa jelas, sederhana dan bila perlu diulang
3. dengarkan dengan tekun jika pasien mulai berbicara
4. Berdiri di dalam lapang pandang pasien pada saat bicara
5. Latih otot bicara secara optimal
6. Libatkan keluarga dalam melatih komunikasi verbal pada pasien
7. Kolaborasi dengan ahli terapi wicara
komunikasi2. Agar mudah
dipahami oleh klien
3. Untuk menentukan komunikasinya bagaimana
4. Agar dapat dimengerti dan jelas bagi pasien
5. Agar otot terbiasa melakukan aktivitas
6. Keluarga dapat membantu dalam melatih komunikasi klien
7. Suatu penanganan medis
menderita
penyakit
seperti ini
Anak klien
mengatakan
sedih
melihat
keadaan
orang tuanya
8.
V. Implementasi dan Evaluasi
No No
diagnosa
Tanggal/
waktu
implementasi evaluasi
1 1 20 juli 2009
jam 12.00 wib
1. Mengauskultasi bunyi nafas
2. Mengukur tanda-tanda vital
3. Memberikan posisi semi fowler sesuai dengan kebutuhan (tidak bertentangan dgn masalah keperawatan lain)
4. Melakukan penghisapan lender dan pasang OPA jika kesadaran menurun
S : - keluarga
klien
mengatakan
nfasnya
masih sesak
O : - klien
tampak sesak
nafas
A :bersihan
Jalan nafas
5. Melakukan fisioterapi dada dan latihan nafas dalam
6. Mengkolaborasikan:
Pemberian ogsigen
Laboratorium: Analisa gas darah, darah lengkap dll
Pemberian obat sesuai kebutuhan
klien belum
teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan 1,
3, 4, 5, 6
2 2 20 juli2009
Jam 12.00 wib
1. Mengevaluasi sifat dan beratnya afasia pasien, jika berat hindari memberi isyarat non verbal
2. Melakukan komunikasi dengan wajar, bahasa jelas, sederhana dan bila perlu diulang
3.Mendengarkan dengan tekun jika pasien mulai berbicara
4. Berdiri di dalam lapang pandang pasien pada saat bicara
5. Melatih otot bicara secara optimal
6. Melibatkan keluarga dalam melatih komunikasi verbal pada pasien
7. Mengkolaborasikan dengan ahli terapi wicara
S: keluarga
klien
mengatakan
klien belum
mampu
berbicara
O: klien
belum dapat
berbicara
dengan jelas
A : masalah
belum teratasi
P : intervensi
dilanjutkan
2,4,5