28
STROKE I. Tinjauan Teoritis a. Defenisi Anatomifisiologi Otak Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih 100 triliun neuron. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu serebrum (otak besar), serebelum (otak kecil), brainstem (batang otak), dan diensefalon. (Satyanegara, 1998) Serebrum terdiri dari dua hemisfer serebri, korpus kolosum dan korteks serebri. Masing- masing hemisfer serebri terdiri dari lobus frontalis yang merupakan area motorik primer yang bertanggung jawab untuk gerakan-gerakan voluntar, lobur parietalis yang berperanan pada kegiatan memproses dan mengintegrasi informasi sensorik yang lebih tinggi tingkatnya, lobus temporalis yang merupakan area sensorik untuk impuls pendengaran dan lobus oksipitalis yang mengandung korteks penglihatan primer, menerima informasi penglihatan dan menyadari sensasi warna. Serebelum terletak di dalam fosa kranii posterior dan ditutupi oleh duramater yang menyerupai atap tenda yaitu tentorium, yang

Stroke

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bahan stroke

Citation preview

Page 1: Stroke

STROKE

I. Tinjauan Teoritis

a. Defenisi

Anatomifisiologi

Otak

Berat otak manusia sekitar 1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih

100 triliun neuron. Otak terdiri dari empat bagian besar yaitu serebrum

(otak besar), serebelum (otak kecil), brainstem (batang otak), dan

diensefalon. (Satyanegara, 1998)

Serebrum terdiri dari dua hemisfer serebri, korpus kolosum dan korteks

serebri. Masing-masing hemisfer serebri terdiri dari lobus frontalis

yang merupakan area motorik primer yang bertanggung jawab untuk

gerakan-gerakan voluntar, lobur parietalis yang berperanan pada

kegiatan memproses dan mengintegrasi informasi sensorik yang lebih

tinggi tingkatnya, lobus temporalis yang merupakan area sensorik

untuk impuls pendengaran dan lobus oksipitalis yang mengandung

korteks penglihatan primer, menerima informasi penglihatan dan

menyadari sensasi warna.

Serebelum terletak di dalam fosa kranii posterior dan ditutupi oleh

duramater yang menyerupai atap tenda yaitu tentorium, yang

memisahkannya dari bagian posterior serebrum. Fungsi utamanya

adalah sebagai pusat refleks yang mengkoordinasi dan memperhalus

gerakan otot, serta mengubah tonus dan kekuatan kontraksi untuk

mempertahankan keseimbangan sikap tubuh.

Bagian-bagian batang otak dari bawak ke atas adalah medula

oblongata, pons dan mesensefalon (otak tengah). Medula oblongata

merupakan pusat refleks yang penting untuk jantung, vasokonstriktor,

pernafasan, bersin, batuk, menelan, pengeluaran air liur dan muntah.

Pons merupakan mata rantai penghubung yang penting pada jaras

kortikosereberalis yang menyatukan hemisfer serebri dan serebelum.

Mesensefalon merupakan bagian pendek dari batang otak yang berisi

Page 2: Stroke

aquedikus sylvius, beberapa traktus serabut saraf asenden dan

desenden dan pusat stimulus saraf pendengaran dan penglihatan.

Diensefalon di bagi empat wilayah yaitu talamus, subtalamus,

epitalamus dan hipotalamus. Talamus merupakan stasiun penerima dan

pengintegrasi subkortikal yang penting. Subtalamus fungsinya belum

dapat dimengerti sepenuhnya, tetapi lesi pada subtalamus akan

menimbulkan hemibalismus yang ditandai dengan gerakan kaki atau

tangan yang terhempas kuat pada satu sisi tubuh. Epitalamus

berperanan pada beberapa dorongan emosi dasar seseorang.

Hipotalamus berkaitan dengan pengaturan rangsangan dari sistem

susunan saraf otonom perifer yang menyertai ekspresi tingkah dan

emosi. (Sylvia A. Price, 1995)

Sirkulasi darah otak :

Otak menerima 17 % curah jantung dan menggunakan 20 % konsumsi

oksigen total tubuh manusia untuk metabolisme aerobiknya. Otak

diperdarahi oleh dua pasang arteri yaitu arteri karotis interna dan arteri

vertebralis. Da dalam rongga kranium, keempat arteri ini saling

berhubungan dan membentuk sistem anastomosis, yaitu sirkulus

Willisi.(Satyanegara, 1998)

Arteri karotis interna dan eksterna bercabang dari arteria karotis

komunis kira-kira setinggi rawan tiroidea. Arteri karotis interna masuk

ke dalam tengkorak dan bercabang kira-kira setinggi kiasma optikum,

menjadi arteri serebri anterior dan media. Arteri serebri anterior

memberi suplai darah pada struktur-struktur seperti nukleus kaudatus

dan putamen basal ganglia, kapsula interna, korpus kolosum dan

bagian-bagian (terutama medial) lobus frontalis dan parietalis serebri,

termasuk korteks somestetik dan korteks motorik. Arteri serebri media

mensuplai darah untuk lobus temporalis, parietalis dan frontalis

korteks serebri.

Arteria vertebralis kiri dan kanan berasal dari arteria subklavia sisi

yang sama. Arteri vertebralis memasuki tengkorak melalui foramen

magnum, setinggi perbatasan pons dan medula oblongata. Kedua arteri

ini bersatu membentuk arteri basilaris, arteri basilaris terus berjalan

sampai setinggi otak tengah, dan di sini bercabang menjadi dua

Page 3: Stroke

membentuk sepasang arteri serebri posterior. Cabang-cabang sistem

vertebrobasilaris ini jmemperdarahi medula oblongata, pons,

serebelum, otak tengah dan sebagian diensefalon. Arteri serebri

posterior dan cabang-cabangnya memperdarahi sebagian diensefalon,

sebagian lobus oksipitalis dan temporalis, aparatus koklearis dan

organ-organ vestibular. (Sylvia A. Price, 1995)

Darah di dalam jaringan kapiler otak akan dialirkan melalui venula-

venula (yang tidak mempunyai nama) ke vena serta di drainase ke

sinus duramatris. Dari sinus, melalui vena emisaria akan dialirkan ke

vena-vena ekstrakranial. (Satyanegara, 1998).

b. Etiologi

Ada beberapa factor risiko stroke yang sering teridentifikasi, yaitu ;

1. Hipertensi,

dapat disebabkan oleh aterosklerosis atau sebaliknya. Proses ini dapat

menimbulkan pecahnya pembuluh darah atau timbulnya thrombus sehingga

dapat mengganggu aliran darah cerebral.

2. Aneurisma pembuluh darah cerebral

Adanya kelainan pembuluh darah yakni berupa penebalan pada satu tempat

yang diikuti oleh penipisan di tempat lain. Pada daerah penipisan dengan

maneuver tertentu dapat menimbulkan perdarahan.

3. Kelainan jantung / penyakit jantung

Paling banyak dijumpai pada pasien post MCI, atrial fibrilasi dan

endokarditis.Kerusakan kerja jantung akan menurunkan kardiak output dan

menurunkan aliran darah ke otak. Ddisamping itu dapat terjadi proses

embolisasi yang bersumber pada kelainan jantung dan pembuluh darah.

4. Diabetes mellitus (DM)

Penderita DM berpotensi mengalami stroke karena 2 alasan, yeitu terjadinya

peningkatan viskositas darah sehingga memperlambat aliran darah khususnya

serebral dan adanya kelainan microvaskuler sehingga berdampak juga

terhadap kelainan yang terjadi pada pembuluh darah serebral.

Pada obesitas dapat terjadi hipertensi dan peningkatan kadar kolesterol

ehingga dapat mengakibatkan gangguan pada pembuluh darah, salah satunya

pembuluh drah otak

Page 4: Stroke

c. Tanda dan gejala

Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung pada daerah dan

luasnya daerah otak yang terkena.

a. Pengaruh terhadap status mental

· Tidak sadar : 30% - 40%

· Konfuse : 45% dari pasien biasanya sadar

b. Daerah arteri serebri media, arteri karotis interna akan menimbulkan:

· Hemiplegia kontralateral yang disertai hemianesthesia (30%-80%)

· Afasia bila mengenai hemisfer dominant (35%-50%)

· Apraksia bila mengenai hemisfer non dominant(30%)

c. Daerah arteri serebri anterior akan menimbulkan gejala:

· hemiplegia dan hemianesthesia kontralateral terutama tungkai (30%-80%)

· inkontinensia urin, afasia, atau apraksia tergantung hemisfer mana yang

terkena

d. Daerah arteri serebri posterior

· Nyeri spontan pada kepala

· Afasia bila mengenai hemisfer dominant (35-50%)

e. Daerah vertebra basiler akan menimbulkan:

· Sering fatal karena mengenai pusat-pusat vital di batang otak

· Hemiplegia alternans atau tetraplegia

· Kelumpuhan pseudobulbar (kelumpuhan otot mata, kesulitan menelan, emosi

labil)

Apabila dilihat bagian hemisfer mana yang terkena, gejala dapat berupa:

Page 5: Stroke

d. Patofisiologi

1. Stroke non hemoragik

Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh thrombus

atau embolus. Trombus umumnya terjadi karena berkembangnya aterosklerosis

pada dinding pembuluh darah, sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke

area thrombus menjadi berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi

kompleks iskemia akhirnya terjadi infark pada jaringan otak. Emboli disebabkan

oleh embolus yang berjalan menuju arteri serebral melalui arteri karotis.

Terjadinya blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba

berkembang cepat dan terjadi gangguan neurologist fokal. Perdarahan otak dapat

ddisebabkan oleh pecahnya dinding pembuluh darah oleh emboli.

2. Stroke hemoragik

Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau

ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen intracranial yang

seharusnya konstan. Adanya perubahan komponen intracranial yang tidak dapat

dikompensasi tubuh akan menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan

menyebabkan herniasi otak sehingga timbul kematian. Di samping itu, darah yang

mengalir ke substansi otak atau ruang subarachnoid dapat menyebabkan edema,

spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah tersebut menimbulkan

aliran darah berkurang atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak.

e. Manifestasi klinik  

1. Kehilangan motorik

2. Kehilangan komunikasi

3. Gangguan perseptual

4.  Kerusakan aktifitas mental dan efek psikologis 

5. Disfungsi kandung kemih

f. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan penunjang disgnostik yang dapat dilakukan adalah :

Page 6: Stroke

1. laboratorium: mengarah pada pemeriksaan darah lengkap, elektrolit,

kolesterol, dan bila perlu analisa gas darah, gula darah dsb.

2. CT scan kepala untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan atau infark

3. MRI untuk mengetahui adanya edema, infark, hematom dan bergesernya

struktur otak

4. angiografi untuk mengetahui penyebab dan gambaran yang jelas mengenai

pembuluh darah yang terganggu

g. Penatalaksanaan Medis

Secara umum, penatalaksanaan pada pasien stroke adalah:

1. Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah dan

boleh dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil

2. Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat, bila perlu

diberikan ogsigen sesuai kebutuhan

3. Tanda-tanda vital diusahakan stabil

4. Bed rest

5. Koreksi adanya hiperglikemia atau hipoglikemia

6. Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit

h. Data Penunjang

Laboratorium :

1. Gula darah 287

2. Albumin 3,7

3. Globulin 3,2

4. Bilirubin 1,12

5. Kolesterol 282

6. Trigiserida 86

7. HDl 58

8. LDL 207

9. Leukosit 13.800

10. CT scan : Perdarahan intraserebral

Page 7: Stroke

Penatalaksanaan terapy medis :

1. Therapy neopodex 2x1

2. Aspark 1x1

3. Brainac 250

4. Vitamin K 2x1

5. Ranitidine 2x1

6. Kalnek 2x1

Kasus

Ibu R 71 tahun MRS tanggal 12 juli 2009 dengan alasan masuk rumah sakit lebih kurang 6

jam, sebelum masuk rumah sakit jatuh dikamarmandi dan tidak sadar diri. Waktu kejadian

pasien sadar tapi tidak bisa bicara sampai di IGD, pasien tidak sadar tanda-tanda vital TD=

Page 8: Stroke

220/100 mmHg, N = 90x/mnt, S = 36 derajat celcius, P = 24x/mnt. Atas kolaborasi dengan

dokter di IGD pasien di pasang kateter, NGT, infus, Kaen 3B 20 tts/i drip dengan benosetam

6 ampul sampai dengan 6 kolf.riwayat kesehatan yang lalu 4 tahun yang lalu ibu R pernah di

rawat di Ruangan VIP RSAM dengan Stroke dengan penyebabnya hipertensi dan DM yang

menahun. Dilakukan pemeriksaan fisik kesadaran koma, GCS $ E1 M2 V1, TD : 180/90

mmHg, N= 88x/i, P=24 x/mnt, a= 37 derajat celcius, pupil dan isokor 3mm, kekuatan otot

11111 11111

11111 11111. Pemeriksaan neurologi belum diperiksa, kapilary revil 3 detik,

pemeriksaan lab: gula darah 287, albumin 3,7, globulin 3,2, bilirubin 1,12, kolesterol 282,

trigliserida 86, HDL 58, LDL 207, HB 15,2, Leukosit 13.800. Ht 42 %. CT scan : perdarahan

intraserebral, therapy Neupodex 2x1, Aspark 1x1, Brainac 250, Vitamin K 2x1, Ranitidine

2x1, kalnex 2x1.

II. PENGKAJIAN :

1. Data Demografi

Nama : Ny. R

Umur : 71 th

Page 9: Stroke

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat : kamang

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Agama : Islam

Status Marital : janda

Tanggal MRS : 12 juli 2009

Jam MRS : 13.00

Ruang Rawat : Ruang melati

Diagnosa Medis : Stroke Haemoragik

No MR : 025757

Nama penanggung jawab : Tn. T

Umur : 35 tahun

Pekerjaan : Swasta

Hubungan dengan klien : anak

2. Status umum dan tanda-tanda vital

Staus kesadaran : Koma (GCS=4)

Keadaan umum : Lemah

Tinggi badan : 160 cm

Berat badan : 55 kg

Nadi : 90x/mnt

Suhu : 36 derajat celcius

Pernafasan : 24x/mnt

Tekanan darah : 220/100 mmHg

3. Riwayat Kesehatandan Keperawatan

1. Keluhan Utama ( Saat Masuk Rumah Sakit )

klien mengalami penurunan kesadaran sejak lebih kurang 6jam

sebelum masuk rumah sakit.Menurut hasil anamnesa masuk di IGD bahwa

Ny. R pingsan tidak sadarkan diri saat jatuh di kamar mandi, waktu

kejadian pasien sadar tapi tidak bisa bicar dan sampai di IGD pasien tidak

sadar.

2. Keluhan Utama ( Saat Pengkajian )

Page 10: Stroke

Saat ini pasien kesadaran koma, BAB belum lancar terdapat warna

kehitaman dan merah segar, terpasang poli kateter hari IV mengalir lancar-

warna urine keruh kemerahan. Terpasang infuse kaen 3B 20 tts/idrip

dengan benosetam 6 ampul sampai dengan 6 kolf.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Keluarga mengatakan bahwa klien mengalami stroke dengan

penyebabnya hipertensi dan DM yang menahun hipertensi sejak 20 tahun

lalu, danberobat tidak teratur waktu di rawat du Ruangan VIP RSAM.

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat penyakit keturunan : keluarga mengatakan tidak ada anggota

keluarga yang mengalami sakit seperti pasien, termasuk penyakit-penyakit

kencing manis, darahtinggi dan lainnya.

5. Pola sensori dan kognitif

Sensori : belum dinilai karena klien mengalami apasia dan apatis/gelisah

Kognitif : Proses berfikir, isi pikiran, daya ingat, orientasi (tempat, waktu,

orang) belum dapat di nilai.

6. Status Neurologi

Tingkat kesadaran koma

GCS : 4 E2 M1 V1

Tanda-tanda rangsang selaput otak : kaku kuduk (-), tanda lasegue

>700/>700, tanda kernig >1350 />1350 , tanda brudzinski I dan II (-)

Syaraf cranial : N. olfaktorius, N. Optikus, N. okulomotorius,

N.trokhlearis, N. trigenimus, B. Abdusen kesan tidak kelainan, N.

fasialis;kesan parese (mulut encong kekiri) N. Vestibulo: tidak ada

kelainan, N.glosofaringeus; ada gangguan menelan, N. vagus, N.

aksesorius; tidak ada kelaianan, N. Hipoglosus: kesan ada kelainan

(NC VII, IX, XII; kesanada kelainan)

Motorik : gaya berjalan tidak dapat di evaluasi, atropi (-), hipertropi

(-),gerakan tidak disadari (-)

Kekuatan otot: 11111 1111

11111 1111

Page 11: Stroke

Sensibilitas : belum dievaluasi.

4. Pemeriksaan fisik

1. Status kesehatan umum

Keadaan penyakit berat, keadaan umum tampak lemah, kesadaran koma,

tekanan darah 220/100 mmHg, suhu tubuh 36◦C,pernapasan 24 X/menit,

nadi 90X/menit (regular), GCS :E4 M6 Vapasia. BB( sakit ): tidak

diketahui, BB ( Sblm Sakit ) ; tidak diketahui, hasil pengukuran LL 25 cm.

(BB=2xLL; 50 kg).

2. Sistem integument

Tidak tampak ikterus, permukaan kulit kering, tekstur kasar, rambut

hitamdan berminyak , tidak botak, perubahan warna kulit; muka tampak

pucat

3. KepalaNormo cephalic, simetris, nyeri kepala/sakit kepala, benjolan tidak

ada.

4. Muka

Asimetris, odema , otot muka dan rahang kekuatan lemah , sianosis tidakada

5. Mata

Alis mata, kelopak mata normal, konjuktiva anemis (+/+), pupil isokor,

scleraikterus (-/ -), reflek cahaya positif. Tajam penglihatan tidak dapat

dievalusai,mata tampak cowong.

6. Telinga

Secret, serumen, benda asing, membran timpani dalam batas normal

7. Hidung

Deformitas, mukosa, secret, bau, obstruksi tidak ada, pernafasan

cupinghidung tidak ada.

8. Mulut dan faring

Bau mulut , stomatitis (-), gigi banyak yang hilang, lidah merah

merahmudah, kelainan lidah tidak ada. Terpasang NGT

9. Leher

Page 12: Stroke

Simetris, kaku kuduk tidak ada, vena jugularis 5 + 2cm H2O. tidak

adabenjolan limphe nodul.

10. Thoraks

Gerakan dada simitris, retraksi supra sternal (-), retraksi intercoste (-),

perkusiresonan, rhonchi -/- pada basal paru, wheezing -/-, vocal fremitus

tidakteridentifikasi.

11. Jantung

Batas jantung kiri ics 2 sternal kiri dan ics 4 sternal kiri, batas kanan ics

2sternal kanan dan ics 5 mid axilla kanan.perkusi dullness. Bunyi S1 dan

S2tunggal; dalam batas normal, gallop(-), mumur (-). capillary refill 2 – 3

detik .

12. Abdomen

Bising usus; hiperperistaltik, bunyi bruit sangat jelasa, tidak ada

benjolan,nyeri tekan tidak ada, perabaan massa tidak ada, hepar tidak teraba,

asites (-).

III. Pengkajian Data

a. Data objektif

Klien tidak sadar/ kesadaran koma (GCS = 4)

Klien tidak bisa bicara

Tanda-tanda Vital :

TD : 220/100 mmHg

N : 90 x/mnt

S : 36 derajat celcius

P : 24x/mnt

Klien terpasang kateter

Klien terpasang NGT

Klien terpasang infus Kaen 3 B 20tts/i, drip dengan benosetam 6

ampul sampai dengan 6 kolf

Klien pernah dirawat di ruang VIP RSAM dengan pemeriksaan fisik:

Kesadaran koma

GCS 4 E1 M2 V1

Page 13: Stroke

Tanda-tanda vital :

Pupil dan isokor 3mm

Kekuatan otot 11111 11111

11111 11111

Kapilary revil 3 dtk

Pemeriksaan lab : gula darah 287, albumin 3,7, globulin 3,2,

bilirubin 1,12, kolesterol 282, trigliserida 86, HDL 58, LDL 207,

HB 15,2, Leukosit 13.800. Ht 42 %. CT scan : perdarahan

intraserebral.

b. Data subjektif

Keluarga klien mengatakan tidak ada riwayat keluarganya yang

menderita penyakit seperti ini

Anak klien mengatakan sedih melihat keadaan orang tuanya

c. Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1 DO :

Klien tidak sadar/

kesadaran koma (GCS

= 4)

Klien tidak bisa bicara

Tanda-tanda Vital :

TD : 220/100 mmHg

N : 90 x/mnt

S : 36 derajat celcius

P : 24x/mnt

Kesadaran koma

GCS 4 E1 M2 V1

DS :

penumpukan sputum (karena kelemahan, hilangnya refleks batuk)

Bersihan jalan

nafas tidak

efektif

Page 14: Stroke

Keluarga klien

mengatakan tidak ada

riwayat keluarganya

yang menderita

penyakit seperti ini

2 DO :

Klien tidak sadar/

kesadaran koma

(GCS = 4)

Klien tidak bisa

bicara

Tanda-tanda Vital :

TD : 220/100 mmHg

N : 90 x/mnt

S : 36 derajat celcius

P : 24x/mnt

Kesadaran koma

GCS 4 E1 M2 V1

DS :

Keluarga klien

mengatakan tidak ada

riwayat keluarganya

yang menderita

penyakit seperti ini

Anak klien mengatakan

sedih melihat keadaan

orang tuanya

kerusakan neuromuscular, kerusakan sentral bicara

Gangguan

komunikasi

verbal

d. Diagnosa Keperawatan

Page 15: Stroke

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif pada ibu R b.d. adanya penumpukan sputum (karena kelemahan, hilangnya refleks batuk)

2. (Risiko) gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan pada ibu R b.d. intake nutrisi tidak adekuat

IV. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi Rasional

1 Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d. penumpukan sputum (karena kelemahan, hilangnya refleks batuk)

DO :

Klien tidak

sadar/

kesadaran

koma (GCS

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam Pasien mampu mempertahankan jalan nafas yang paten.

Kriteria hasil :

a. Bunyi nafas vesikuler

b. RR normal

1. Auskultasi bunyi nafas

2. Ukur tanda-tanda vital

3. Berikan posisi semi fowler sesuai dengan kebutuhan (tidak bertentangan dgn masalah keperawatan

1. Bunyi nafas mempengaruhi jalan nafas

2. Vital Sign mempengaruhi sistem nafas

3. Dengan posisi semi fowler pasien akan nyaman

4. Agar tidak terjadi penyumbatan jalan nafas

Page 16: Stroke

= 4)

Klien tidak

bisa bicara

Tanda-tanda

Vital :

TD : 220/100

mmHg

N : 90 x/mnt

S : 36 derajat

celcius

P : 24x/mnt

Kesadaran

koma

GCS 4 E1

M2 V1

DS :

Keluarga klien mengatakan tidak ada riwayat keluarganya yang menderita penyakit seperti ini

c. Tidak ada tanda-tanda sianosis dan pucat

d. Tidak ada sputum

e. TTV normal

f. kesadaran komposmentis

lain)

4 penghisapan lender dan pasang OPA jika kesadaran menurun

5. Bila sudah memungkinkan lakukan fisioterapi dada dan latihan nafas dalam

6. Kolaborasi:

Pemberian ogsigen

Laboratorium: Analisa gas darah, darah lengkap dll

Pemberian obat sesuai kebutuhan

5. Merupakan suatu cara untun latihan nafas efektif

2 Gangguan komunikasi verbal b.d. kerusakan neuromuscular, kerusakan sentral

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam Komunikasi klien dapat berjalan dengan baik

1. Evaluasi sifat dan beratnya afasia pasien, jika berat

1. Merupakan syarat untuk mengevaluasi klien dg ggg

Page 17: Stroke

bicaraDO :

Klien

tidak

sadar/

kesadaran

koma

(GCS =

4)

Klien

tidak bisa

bicara

Tanda-

tanda Vital

:

TD : 220/100

mmHg

N : 90 x/mnt

S : 36 derajat

celcius

P : 24x/mnt

Kesadara

n koma

GCS 4 E1

M2 V1

DS :

Keluarga

klien

mengataka

n tidak ada

riwayat

keluargany

a yang

Kriteria hasil :

a. Klien dapat mengekspresikan perasaan

b. Memahami maksud dan pembicaraan orang lain

c. Pembicaraan pasien dapat dipahami

d. kesadaran komposmentis

hindari memberi isyarat non verbal

2. Lakukan komunikasi dengan wajar, bahasa jelas, sederhana dan bila perlu diulang

3. dengarkan dengan tekun jika pasien mulai berbicara

4. Berdiri di dalam lapang pandang pasien pada saat bicara

5. Latih otot bicara secara optimal

6. Libatkan keluarga dalam melatih komunikasi verbal pada pasien

7. Kolaborasi dengan ahli terapi wicara

komunikasi2. Agar mudah

dipahami oleh klien

3. Untuk menentukan komunikasinya bagaimana

4. Agar dapat dimengerti dan jelas bagi pasien

5. Agar otot terbiasa melakukan aktivitas

6. Keluarga dapat membantu dalam melatih komunikasi klien

7. Suatu penanganan medis

Page 18: Stroke

menderita

penyakit

seperti ini

Anak klien

mengatakan

sedih

melihat

keadaan

orang tuanya

8.

V. Implementasi dan Evaluasi

No No

diagnosa

Tanggal/

waktu

implementasi evaluasi

1 1 20 juli 2009

jam 12.00 wib

1. Mengauskultasi bunyi nafas

2. Mengukur tanda-tanda vital

3. Memberikan posisi semi fowler sesuai dengan kebutuhan (tidak bertentangan dgn masalah keperawatan lain)

4. Melakukan penghisapan lender dan pasang OPA jika kesadaran menurun

S : - keluarga

klien

mengatakan

nfasnya

masih sesak

O : - klien

tampak sesak

nafas

A :bersihan

Jalan nafas

Page 19: Stroke

5. Melakukan fisioterapi dada dan latihan nafas dalam

6. Mengkolaborasikan:

Pemberian ogsigen

Laboratorium: Analisa gas darah, darah lengkap dll

Pemberian obat sesuai kebutuhan

klien belum

teratasi

P : Intervensi

dilanjutkan 1,

3, 4, 5, 6

2 2 20 juli2009

Jam 12.00 wib

1. Mengevaluasi sifat dan beratnya afasia pasien, jika berat hindari memberi isyarat non verbal

2. Melakukan komunikasi dengan wajar, bahasa jelas, sederhana dan bila perlu diulang

3.Mendengarkan dengan tekun jika pasien mulai berbicara

4. Berdiri di dalam lapang pandang pasien pada saat bicara

5. Melatih otot bicara secara optimal

6. Melibatkan keluarga dalam melatih komunikasi verbal pada pasien

7. Mengkolaborasikan dengan ahli terapi wicara

S: keluarga

klien

mengatakan

klien belum

mampu

berbicara

O: klien

belum dapat

berbicara

dengan jelas

A : masalah

belum teratasi

P : intervensi

dilanjutkan

2,4,5

Page 20: Stroke