13
STRATEGI PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAI SEBAGAI UPAYA UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN DI DALAM NEGERI DAN MENGURANGI IMPOR 1) T. Adisarwanto Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian Jalan Raya Kendal Payak, Kotak Pos 66 Malang 65101 Telp. (0341) 801468, Faks. (0341) 801496 e-mail: [email protected] Pengembangan Inovasi Pertanian 3(4), 2010: 319-331 1) Naskah disarikan dari bahan Orasi Ahli Peneliti Utama yang disampaikan pada tanggal 29 Maret 2004 di Bogor. PENDAHULUAN Permintaan kedelai menunjukkan kenaikan yang cukup besar seiring dengan pertam- bahan jumlah penduduk dan pendapatan masyarakat. Namun, di sisi lain kemampuan memproduksi kedelai di dalam negeri belum mampu mencukupi kenaikan permintaan tersebut (Manurung 2002). Meningkatkan produksi kedelai di da- lam negeri merupakan upaya mutlak yang harus dilakukan untuk mengurangi keber- gantungan pada impor yang sangat besar. Aspek swasembada kedelai lebih dititik- beratkan pada pengurangan volume impor setiap tahun. Untuk jangka panjang, swa- sembada dapat dicapai apabila program peningkatan produksi dapat dilaksanakan dengan komitmen dan kerja keras yang berkesinambungan. Pemerintah terus berupaya mening- katkan produksi kedelai melalui beberapa program, yaitu pengapuran (1984), opsus kedelai (1990), dan gemapalagung (2000). Namun, program-program tersebut tidak didukung sistem perencanaan yang baik dan tidak dilaksanakan secara keberlan- jutan sehingga belum dapat mencapai sa- saran produksi yang ditentukan. Kasryno dan Pribadi (1991) menyarankan empat kebijakan yang dapat ditempuh untuk me- ningkatkan produksi kedelai, yaitu: (1) ke- bijakan harga yang berorientasi pada pro- dusen; (2) pengembangan paket tekno- logi; (3) subsidi sarana produksi; dan (4) pengendalian impor dan perdagangan dalam negeri. KERAGAAN PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI Keberhasilan peningkatan produksi ke- delai yang telah dicapai tidak terlepas dari rekomendasi paket teknologi. Pada kurun waktu 1970-1980, paket teknologi kedelai ditekankan pada penanaman varietas unggul berbiji kecil dengan potensi hasil 1,0-1,5 t/ha, penggunaan rhizobium Legin, takaran pupuk urea 25-50 kg + TSP 50-75 kg + KCl 25-50 kg/ha, dan aplikasi pestisi- da 4-5 kali. Kemudian pada kurun waktu 1980-1990, ada sedikit perubahan yaitu

Strategi Peningkatan Produksi Kedelai

Embed Size (px)

DESCRIPTION

produksi kedelai, upaya memenuhi kebutuhan dalam negeri dan mengurangi impor

Citation preview

Page 1: Strategi Peningkatan Produksi Kedelai

STRATEGI PENINGKATAN PRODUKSI KEDELAISEBAGAI UPAYA UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN

DI DALAM NEGERI DAN MENGURANGI IMPOR 1)

T. Adisarwanto

Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbianJalan Raya Kendal Payak, Kotak Pos 66 Malang 65101

Telp. (0341) 801468, Faks. (0341) 801496e-mail: [email protected]

Pengembangan Inovasi Pertanian 3(4), 2010: 319-331

1) Naskah disarikan dari bahan Orasi Ahli PenelitiUtama yang disampaikan pada tanggal 29Maret 2004 di Bogor.

PENDAHULUAN

Permintaan kedelai menunjukkan kenaikanyang cukup besar seiring dengan pertam-bahan jumlah penduduk dan pendapatanmasyarakat. Namun, di sisi lain kemampuanmemproduksi kedelai di dalam negeri belummampu mencukupi kenaikan permintaantersebut (Manurung 2002).

Meningkatkan produksi kedelai di da-lam negeri merupakan upaya mutlak yangharus dilakukan untuk mengurangi keber-gantungan pada impor yang sangat besar.Aspek swasembada kedelai lebih dititik-beratkan pada pengurangan volume imporsetiap tahun. Untuk jangka panjang, swa-sembada dapat dicapai apabila programpeningkatan produksi dapat dilaksanakandengan komitmen dan kerja keras yangberkesinambungan.

Pemerintah terus berupaya mening-katkan produksi kedelai melalui beberapaprogram, yaitu pengapuran (1984), opsuskedelai (1990), dan gemapalagung (2000).

Namun, program-program tersebut tidakdidukung sistem perencanaan yang baikdan tidak dilaksanakan secara keberlan-jutan sehingga belum dapat mencapai sa-saran produksi yang ditentukan. Kasrynodan Pribadi (1991) menyarankan empatkebijakan yang dapat ditempuh untuk me-ningkatkan produksi kedelai, yaitu: (1) ke-bijakan harga yang berorientasi pada pro-dusen; (2) pengembangan paket tekno-logi; (3) subsidi sarana produksi; dan (4)pengendalian impor dan perdagangandalam negeri.

KERAGAAN PRODUKSI DANIMPOR KEDELAI

Keberhasilan peningkatan produksi ke-delai yang telah dicapai tidak terlepas darirekomendasi paket teknologi. Pada kurunwaktu 1970-1980, paket teknologi kedelaiditekankan pada penanaman varietasunggul berbiji kecil dengan potensi hasil1,0-1,5 t/ha, penggunaan rhizobium Legin,takaran pupuk urea 25-50 kg + TSP 50-75kg + KCl 25-50 kg/ha, dan aplikasi pestisi-da 4-5 kali. Kemudian pada kurun waktu1980-1990, ada sedikit perubahan yaitu

Page 2: Strategi Peningkatan Produksi Kedelai

menggunakan varietas berbiji kecil hinggasedang dengan potensi hasil 1,5-2,0 t/haserta aplikasi mulsa jerami padi dan pupukcair, sedangkan takaran pupuk relatif tetap,hanya takaran pupuk KCl menjadi 75-100kg/ha. Pada kurun waktu 1990-2000, tek-nologi yang direkomendasikan adalah va-rietas berbiji sedang hingga besar denganpotensi hasil 2,0-2,5 t/ha, penggunaanmulsa, saluran drainase, takaran pupukanorganik tetap, serta pengendalian hamadengan pendekatan PHT. Dalam kurunwaktu 30 tahun tersebut diharapkan pro-duktivitas kedelai meningkat dari 1,0 mejadi2,0 t/ha.

Ketidakseimbangan antara kemampu-an memproduksi kedelai di dalam negeridan kenaikan permintaan sebenarnya telahterjadi dalam kurun waktu cukup lama.Selama periode 1969-1985, kenaikan pro-duksi kedelai mencapai 4,75%, sedangkanlonjakan permintaan mencapai 5,74%/ ta-hun. Selanjutnya pada periode 1983-1989,walaupun produksi meningkat menjadi6,44%/tahun, impor kedelai juga meningkat9,20%/tahun (BPS 1986, 1990).

Impor kedelai di Indonesia sudah terjadisejak zaman penjajahan Belanda padatahun 1929, yaitu sebanyak 68.000 ton dariManchuria, walaupun produksi dalamnegeri sudah mencapai 127.000 t/tahun(Blokhuis dan van Libbenstein 1932 dalamSumarno dan Adisarwanto 2000). Setelahkemerdekaan, impor kedelai dimulai lagipada tahun 1971 sebesar 277 ton, kemudianmeningkat menjadi 171.746 ton pada tahun1976 dan naik lagi menjadi 400.000 ton padatahun 1984 (Silitonga dan Purnomo 1987).

Keberhasilan swasembada beras padatahun 1984 melahirkan pemikiran apakahprogram swasembada dapat juga dilakukanpada kedelai. Oleh karena itu, pemerintahpada tahun 1984/85 melaksanakan programpengapuran pada tanaman kedelai di lahan

masam. Hasilnya terbukti pada tahun 1987-1993 produksi naik 6,03%/tahun, terutamakarena meningkatnya areal panen 5,23%dan produktivitas 1,30%/tahun (Pasan-daran dan Rusastra 2000). Keinginan ber-swasembada kedelai ini masih dilanjutkanmelalui program gemapalagung pada tahun2000. Namun, data menunjukkan produksiyang dicapai masih belum sesuai denganharapan. Di sisi lain, membanjirnya kedelaiimpor dengan harga lebih murah dibandingkedelai dalam negeri sangat menekan usa-ha tani kedelai. Akibatnya, petani tidak ter-tarik lagi menanam kedelai sehingga terjadipenurunan areal panen yang cukup besar.

Rendahnya harga kedelai impor ter-utama disebabkan adanya berbagai upayanegara pengimpor untuk melindungi parapetani kedelainya, khususnya AmerikaSerikat (AS). Pada tahun 1998/99, Depar-temen Pertanian AS (USDA) memberikankredit ekspor kedelai dengan persyaratanlunak kepada para pengimpor kedelai In-donesia melalui program Pl-480 sebesarUS$12 juta. Pada tahun 2000/2001, pem-berian kredit dilanjutkan melalui programGSM-102 sebesar US$650 juta, dan padatahun 2001/2002 naik menjadi US$750 juta.Namun, program ini tidak dapat dilaksa-nakan karena tidak dijamin oleh PemerintahIndonesia. Namun, ada informasi bahwasaat ini negara pengekspor memberikankelonggaran pembayaran LC mundur ke-pada para pengimpor kedelai sehinggakedelai impor tetap dapat bersaing di dalamnegeri (Manurung 2003).

STRATEGI PENINGKATANPRODUKSI KEDELAI

Strategi umum untuk meningkatkan pro-duksi kedelai dapat didekati melalui limasumber pertumbuhan, yaitu menambah

Page 3: Strategi Peningkatan Produksi Kedelai

luas panen, meningkatkan produktivitas,menekan senjang hasil, meningkatkan sta-bilitas, dan mengurangi kehilangan hasil(Puslitbangtan 1991). Kelima upaya ter-sebut harus sinergis satu dengan yang lainmenjadi satu kesatuan untuk mencapaisatu sasaran yaitu peningkatan produksi.

Penambahan Areal Panen

Peningkatan produksi dengan melakukanpenambahan areal panen telah sukses di-laksanakan di India dengan perbandingan60% merupakan lahan bukaan baru dan40% mengganti tanaman, sedangkan diBrasil hampir 100% tambahan areal meru-pakan lahan bukaan hutan. Pada saat ini,kedua negara tersebut telah menjadi ne-gara penghasil utama kedelai di dunia.

Di Indonesia, perkembangan areal pa-nen memperlihatkan tren yang berbedakarena selama 10 tahun (1992-2001) terjadipenurunan areal panen sebesar 55,8%,yaitu dari 1,66 juta hektar pada tahun 1992menjadi 678 ribu hektar pada tahun 2001.Untuk menutupi penurunan areal tanamtersebut, sasaran penambahan areal panendapat dikonsentrasikan pada tiga jenis la-han yang potensial sebagai berikut.

Lahan Sawah

Saat ini pertanaman kedelai di lahan sawahbaru mencapai 65% dari total areal panen.Peluang untuk meningkatkan produksi ke-delai terbuka luas karena tersedia areal po-tensial sekitar 800 ribu ha yang tersebar di10 provinsi (Puslitbangtan 1991). Namun,masalah yang dihadapi adalah menanam-kan kepercayaan dan minat petani agar

mau menanam kedelai kembali. Persoalanharga masih menjadi alasan utama bagipetani untuk tidak menanam kedelai karenadipandang kurang memberi tambahan pen-dapatan, dan menanam tanaman lain lebihmenguntungkan. Altemeier dan Bottema(1991) berpendapat bahwa proteksi hargamerupakan cara yang lebih efektif dalammendorong peningkatan produksi, adopsiteknologi pemupukan, dan penyerapantenaga kerja dibandingkan dengan subsidiharga pupuk.

Upaya menambah luas areal panenlebih dititikberatkan pada lahan sawahirigasi yang ditanami satu atau dua kali padisetahun, yaitu dengan cara memasukkankedelai dalam pola tanam sehingga me-ningkatkan indeks pertanaman (IP) dari IP120-150 menjadi IP 300. Khusus pada lahansawah tadah hujan dengan pola tanampadi-kedelai, pendekatan tidak dilakukandengan menaikkan indeks panen, tetapidengan mengubah cara tanam dari semaibasah untuk tanaman padi menjadi semaikering sehingga waktu tanam kedelai lebihcepat dan produktivitas meningkat dari 1,1t/ha menjadi lebih dari 2,0 t/ha (Suyamtodan Indrawati 1992).

Lahan Kering

Peluang menambah luas areal panen ke-delai di lahan kering masih besar karenaketersediaannya cukup luas di luar Jawa.Walaupun lahan kering yang tersedia un-tuk menambah areal tanam kedelai cukupluas, dari aspek kesesuaian secara teknisdan ekonomis, mungkin yang sesuai hanyaratusan ribu hektar. Menjalin kerja samakemitraan dengan swasta untuk membukalahan pertanaman kedelai dengan mene-

Page 4: Strategi Peningkatan Produksi Kedelai

rapkan mekanisasi merupakan salah satupendekatan yang tepat. Di samping itu,diperlukan sosialisasi dan keikutsertaanpemerintah daerah dalam pengembanganproduksi kedelai, karena sejalan denganotonomi daerah, dana pembangunan akanterkonsentrasi di daerah. Paket teknologiproduksi kedelai di lahan kering masamtelah tersedia dengan potensi hasil 1,5-2,0t/ha, termasuk tiga varietas unggul baruyang sesuai untuk lahan masam, yaituNanti, Sibayak, dan Tanggamus denganpotensi hasil 1,2-2,0 t/ha (Arsyad et al.2002).

Lahan Pasang Surut/Lebak

Potensi lahan lebak di Kalimantan Selatanseluas 300 ribu hektar selama ini belumdimanfaatkan secara optimal. Paket tekno-logi kedelai untuk lahan ini telah tersediadengan produktivitas 1,5-2,0 t/ha (Damanik1993; Adisarwanto et al. 2000). Di sampingitu, tersedia varietas kedelai unggul barudengan nama Lawit dan Manyapa. Upaya-upaya yang dilakukan untuk menambahareal panen kedelai di lahan lebak tetapharus mempertimbangkan faktor ekologi(biofisik) dan sosial ekonomi.

Peningkatan Produktivitas

Berdasar fakta dan kondisi yang ada di la-han petani, upaya meningkatkan pro-duktivitas kedelai di sentra produksi me-rupakan pendekatan jangka pendek yangpaling tepat saat ini karena tidak memer-lukan tambahan pengetahuan kepadapetani mengenai cara menanam kedelai.Upaya lebih dititikberatkan pada pening-

katan adopsi atau penerapan teknologi pro-duksi yang lebih baik dan unggul diban-dingkan dengan teknologi saat ini, sepertipenggunaan Rhizoplus, pupuk cair, danpupuk hayati. Ada dua strategi pentingdalam menaikkan produktivitas, yaitu me-ningkatkan potensi hasil genetik tanamanserta pengelolaan lahan, hara, dan air secaraterpadu.

Meningkatkan Potensi HasilGenetik Tanaman

Meningkatkan potensi hasil genetik ta-naman dapat dilaksanakan melalui persi-langan galur-galur untuk memperoleh ca-lon varietas unggul baru dengan potensihasil biji lebih dari 3,0 t/ha. Potensi hasilvarietas kedelai yang diperoleh sampaisaat ini belum terlalu tinggi, yaitu masihberkisar antara 1,5-2,5 t/ha, sehingga padasaat ditanam di lapangan dengan tingkatpemeliharaan yang beragam, dan ditambahadanya cekaman biotik dan abiotik yangberaneka macam, potensi hasil biji yangdicapai hanya 50% dari potensi yang se-sungguhnya, yaitu 0,75-1,25 t/ha.

Potensi hasil genetik tanaman kedelaidi daerah Bali dan Nusa Tenggara Baratsecara teoritis dapat mencapai 3,5 t/haapabila dihitung dari banyaknya produksibahan kering tanaman kedelai dan inten-sitas sinar matahari (Sitompul dan Guritno1990, 1993). Untuk mencapai produktivitaspotensial tersebut, salah satu upayanyaadalah melalui pendekatan tipe tanamanideal yang cocok untuk masing-masingagroekologi tanaman kedelai. Pendekatantipe tanaman ideal ini telah berhasil di-terapkan pada tanaman padi dan jagung.Fenotipe kedelai tipe ideal ditandai dengan

Page 5: Strategi Peningkatan Produksi Kedelai

sifat-sifat (1) tinggi tanaman >100 cm; (2)mempunyai batang utama yang kokohsehingga tahan rebah; (3) mampu mem-produksi polong >100 polong berbiji duaatau lebih, terutama pada batang utama dantidak/sedikit bercabang; (4) berukuran bijibesar (14-15 g/100 biji) dan berwarna ku-ning; (5) tipe pertumbuhan determinit; dan(6) umur masak 90-110 hari.

Untuk keunggulan sifat fisiologis ta-naman, Sinclair (1998) menyarankan agarvarietas kedelai unggul memiliki nilai in-deks panen yang tinggi (>50%). Semen-tara Kush (1998) menyarankan, strategipeningkatan produktivitas seyogianyadilakukan melalui pembentukan varietasbaru dengan umur genjah, efisien dalampenggunaan hara, dan mempunyai ke-mampuan fiksasi N yang tinggi.

Hasil pengamatan di lahan petani olehAdisarwanto et al. (1989) menunjukkanbahwa jumlah tanaman yang dipanen se-tiap hektar hanya berkisar antara 100-200ribu tanaman sehingga produktivitas yangdicapai beragam dan rendah. Penggunaanvarietas kedelai tipe ideal dengan fenotipeberbatang kokoh dan tidak/sedikit berca-bang bertujuan agar anjuran populasi ta-naman optimal 400-500 ribu tanaman setiaphektar dapat ditingkatkan menjadi 600 ributanaman sehingga pada saat panen dapatdipenuhi jumlah 300-400 ribu tanaman danproduktivitas 3,5-4,0 t/ha akan tercapai.

Kualitas benih yang ditanam masih me-rupakan masalah yang serius bagi petanisehingga jumlah optimal populasi tanamanselalu tidak dapat dipenuhi. Benih hasilpanenan musim sebelumnya sering digu-nakan untuk tanam berikutnya. Upayamemperbaiki sistem perbenihan untukmemperoleh benih berkualitas tinggi ditingkat petani masih perlu digalakkan, baikmelalui pembinaan kelompok tani maupunpengembangan penangkar benih swasta.

Pengelolaan Lahan, Hara, dan Airsecara Terpadu

Keterpaduan pengelolaan lahan, hara, danair merupakan salah satu syarat untuk me-ningkatkan produktivitas. Pada saat ini,kondisi kesuburan lahan sawah perta-naman kedelai sangat memprihatinkan.Hasil penelitian Adisarwanto dan Riwa-nodja (2002) pada tanah Entisol di JawaTengah, Jawa Timur, Bali, dan NTB me-nunjukkan lebih dari 75% memiliki kan-dungan C-organik tanah rendah sampaisangat rendah, demikian pula untuk kadarhara N, K, dan S. Untuk mengatasi kendalatersebut, penambahan bahan organik ko-toran ayam sebanyak 10-20 t/ha sangatdianjurkan (Kuntyastuti 1998). Pada tanahVertisol, penambahan kotoran ayam 20 t/ha dapat menaikkan kadar C-organik tanahdan meningkatkan efisiensi pupuk P padakedelai (Kuntyastuti 2000).

Sampai saat ini, pemupukan masihmerupakan penambahan input terpentinguntuk meningkatkan produktivitas ta-naman. Agar pemupukan memiliki efisiensiyang tinggi, diperlukan penetapan takarananjuran pupuk untuk spesifik lokasi. Untukitu, penetapan kebutuhan pupuk harus se-lalu didasarkan pada hasil penelitian dilokasi tersebut dalam jangka waktu ter-tentu. Analisis tanah dan tanaman meru-pakan metode yang praktis dan akuratdalam menunjang penetapan kebutuhanpupuk. Di lahan sawah dengan pola tanampadi-padi-kedelai atau padi-kedelai-kedelai,takaran anjuran pupuk harus mempertim-bangkan efek residu pupuk dari tanamanpadi.

Adisarwanto et al. (1996) menyatakanbahwa tanaman kedelai setelah padi sawahyang dipupuk sesuai program intensifikasikhusus atau umum, tidak memerlukantambahan pupuk NPK karena sudah di-

Page 6: Strategi Peningkatan Produksi Kedelai

cukupi dari residu pupuk pada tanamanpadi. Pendapat ini dikuatkan oleh Sumarnoet al. (1989) yang menyatakan bahwakedelai lebih respons terhadap residu pu-puk yang ditinggalkan dari tanaman sebe-lumnya.

Anjuran pemupukan secara umumuntuk lahan sawah adalah urea 50 kg , SP3650-75 kg, dan KCl 50-100 kg/ha (Adi-sarwanto et al. 1996). Aplikasi pupukhayati untuk setiap sentra produksi kedelaidiperlukan karena keanekaragaman kesu-buran tanah yang ada di lahan petani.

Aspek lain yang tidak kalah pentingadalah pengelolaan air. Kekurangan mau-pun kelebihan air berpengaruh terhadapproduktivitas kedelai. Kondisi cekamankekeringan yang masih dapat ditoleransioleh tanaman kedelai adalah lengas tanahpada awal pertumbuhan 50%, saat ber-bunga 75%, dan pembentukan biji 75% airtersedia (Rahmianna 2002). Sebaliknya, bilakondisi tanah mengalami kelebihan airmaka tanah jenuh air yang dapat ditoleransitanaman kedelai adalah apabila tanah ter-sebut masih berada sekitar 85% jenuh air(Savitri et al. 2003). Di samping itu, kondisikejenuhan air pada 85% juga optimal untukpemupukan P (Masudah et al. 2003). Tek-nologi produksi kedelai pada lahan basah(jenuh air) telah tersedia dengan produk-tivitas sekitar 2,0 t/ha (Adisarwanto 2001).

Menekan Senjang Hasil

Pengertian senjang hasil adalah beda an-tara rata-rata hasil pertanaman kedelai ditingkat petani dibandingkan dengan hasilpenelitian/demplot. Saat ini, senjang hasilmasih besar sehingga masih terbuka pe-luang untuk meningkatkan produksi. Un-tuk menekan besarnya senjang hasil dapat

dilakukan dengan dua strategi, yaitu pe-nerapan teknologi produksi spesifik lokasidan meningkatkan penyuluhan tentangkedelai.

Penerapan Teknologi ProduksiSpesifik Lokasi

Besarnya senjang hasil di tingkat petanilebih banyak disebabkan oleh faktor bio-fisik dan sosial ekonomi. Proses alih tek-nologi budi daya kedelai kepada petaniumumnya masih berjalan lambat karenatingkat adopsi teknologi juga masih ren-dah. Di lain pihak, paket teknologi produksikedelai yang dianjurkan ke petani jugamasih bersifat umum, padahal kondisi dilapangan mempunyai sifat lingkungantumbuh yang spesifik. Hasil penelitianAdisarwanto et al. (1994a, 1994b) menun-jukkan bahwa penerapan paket teknologiyang sama pada hamparan yang samadapat memberikan hasil yang beragam. Halini disebabkan kemampuan individu petaniyang berbeda, di samping karena kesubur-an tanah dan skala usaha yang juga bera-gam. Ini mengindikasikan bahwa paketteknologi spesifik lokasi untuk masing-masing sentra produksi kedelai harus di-buat.

Kondisi di lapangan juga menunjukkanbahwa penerapan komponen teknologiproduksi kedelai oleh petani tidak lengkap.Penerapan saluran drainase, misalnya,ternyata kualitas saluran (lebar dan keda-laman saluran, jumlah, serta letak saluran)belum sesuai dengan anjuran. Demikianpula penggunaan jerami sebagai mulsadalam petakan, belum memenuhi minimumtakaran 5 t/ha. Selain itu, cara penempatanjerami sebagai mulsa masih belum meratasehingga gulma tumbuh subur. Evaluasi

Page 7: Strategi Peningkatan Produksi Kedelai

paket teknologi produksi kedelai di daerahNTB menunjukkan adanya keragamantingkat produksi yang dicapai petani an-tarwaktu tanam, lokasi, dan musim (Adi-sarwanto et al. 1992; Indrawati 1995; Ra-hayu et al. 2000). Aplikasi paket teknologisecara benar dan tepat mampu memperolehhasil >2,0 t/ha (Adisarwanto et al. 1998).

Meningkatkan Penyuluhantentang Kedelai

Hasil penelitian pengembangan teknologikedelai di sentra produksi di Jatim, Bali,dan NTB (Adisarwanto et al. 1993, 1994a,1994b, 1995a, 1995b, 1996) menunjukkanbahwa dengan pengawalan yang ketat se-jak awal pertumbuhan sampai panen, di-ikuti penjelasan kepada petani tentangcara penerapan komponen teknologi yangtepat dan benar serta dukungan instansiterkait (penyuluh), hasil kedelai di tingkatpetani dapat naik menjadi 1,5-3,0 t/ha. Ke-berlanjutan pembinaan kepada petani se-yogianya tetap dilakukan oleh penyuluhmaupun instansi terkait agar paket tekno-logi diterapkan secara utuh.

Peningkatan Stabilitas Hasil

Keragaan hasil tanaman kedelai di la-pangan sering kali tidak sesuai denganharapan akibat cekaman biotik dan abiotik.Penurunan hasil akibat cekaman keduafaktor tersebut berkisar antara 20-80%, ber-gantung pada saat, lama, dan tingkat ce-kaman yang terjadi. Strategi yang dapatdilaksanakan agar tanaman mempunyaitingkat stabilitas hasil biji yang tinggi di-uraikan berikut ini.

Perbaikan Ketahanan TanamanTerhadap Hama­Penyakit Utama

Upaya perbaikan ketahanan tanaman ber-tujuan membuat varietas unggul baru ke-delai tahan terhadap hama-penyakit. Untuksaat ini, pencarian induk/bahan tanamansumber gen tahan menjadi prioritas utamadalam kegiatan pemuliaan tanaman. Eva-luasi ketahanan terhadap hama werengkedelai (Phaedonia inclusa Stall), lalatkacang (Ophiomyia phaseoli Tr.), danpengisap polong (Riptortus linearis L.)baru dimulai pada tahun 1977 (Harnoto etal. 1977). Di Balitkabi, kegiatan tersebutdimulai tahun 1990 terhadap hama pe-ngisap polong, dan telah ditemukan duagalur yang menunjukkan sifat tahan/to-leran pengisap polong, yaitu IAC 80-596-2 dan IAC 100 (Suharsono 2001). Selainitu juga ditemukan beberapa galur tahanhama ulat grayak (Adie dan Tridjaka 2000).Di masa mendatang, penggunaan varietastahan dapat mengurangi biaya produksidan tidak mencemari lingkungan.

Pengendalian Hama Terpadu (PHT)

Jenis hama yang menyerang tanamankedelai cukup banyak. Menurut Marwoto(2001), ada 11 jenis serangga hama utamayang berpotensi besar merusak tanamankedelai. Cara pengendalian hama terpadu(PHT) merupakan pendekatan yang palingtepat dengan mengombinasikan beberapakomponen pengendalian untuk menekanserangan hama tersebut. Penerapan PHTdapat menekan intensitas dan luas serang-an hama 50-60% (Marwoto 2001).

Beberapa komponen biopestisida yangramah lingkungan adalah NVP, feromon

Page 8: Strategi Peningkatan Produksi Kedelai

seks, dan parasitoid Trichogrammatoideabactrae-bactrae. Pembentukan sekolahlapang PHT merupakan salah satu upayamensosialisasikan PHT kepada petani.

Serangan penyakit pada tanaman ke-delai tidak sebesar serangan hama karenajenis dan jumlah penyakit lebih sedikit diban-ding hama. Penyakit utama pada tanamankedelai yaitu karat daun. Penggunaan fu-ngisida triadimefon pada umur 39, 63, dan77 hari setelah tanam efektif menekan serang-an penyakit tersebut (Hardaningsih 1995).

Pembentukan Tanaman ToleranCekaman Abiotik

Cekaman abiotik yang dimaksud antaralain adalah kekeringan, kelebihan air, tanahmasam, dan tanah basa. Penurunan hasilakibat cekaman abiotik berkisar antara 40-80% apabila tidak dikelola secara benar.Pembentukan varietas unggul toleran ce-kaman abiotik memerlukan waktu yang la-ma karena mekanisme toleransi bersifatkompleks dan belum dapat dimengerti de-ngan jelas. Namun, pada tahun 1995 telahdilepas dua varietas kedelai toleran lahanmasam, yaitu Slamet dan Sindoro (Sunarto1996). Selanjutnya, pada tahun 2001 di-hasilkan tiga varietas unggul kedelai baru,yaitu Nanti, Tanggamus, dan Sibayak de-ngan potensi hasil biji 1,5-2,0 t/ha (Arsyadet al. 2002). Untuk toleransi terhadap ce-kaman kekeringan baru ditemukan bebe-rapa galur harapan (Suyamto dan Soegi-yatni 2002).

Teknologi Budi Daya Kedelaiuntuk Tanah Jenuh Air

Kedelai memerlukan air untuk pertum-buhannya, tetapi apabila air terlalu ba-

nyak maka pertumbuhan menjadi terham-bat dan hasil rendah. Pertanaman kedelaiyang mengalami cekaman kelebihan airatau jenuh air banyak ditemukan di Jateng,Jatim, Bali, dan NTB pada areal 500 ribu ha(Sumarno 1986) dengan tingkat penurunanhasil beragam antara 20-75% (Sumarno etal. 1989; Adisarwanto et al. 1989). Untukmengatasi kondisi tanah jenuh air, telahditemukan teknologi produksi kedelaiuntuk kondisi tanah basah dengan pro-duktivitas sekitar 2,0 t/ha. Komponen paketteknologi tersebut antara lain adalah mem-buat bedengan lebar 1,60 m dan ditanamiempat lajur berjarak 40 cm x 10 cm, ke-dalaman saluran 30 cm, dan varietas kedelaiyang cocok yaitu yang berbiji kecil sampaisedang (Adisarwanto 2001).

Menekan Kehilangan Hasil Saatdan Pascapanen

Serangkaian kegiatan yang telah dilakukansecara sempurna sejak awal sampai panenakan sia-sia apabila penanganan panen danpascapanen tidak optimal. Panen yang ter-lalu awal, yaitu pada saat masih banyakpolong berwarna hijau, atau terlalu lambatsehingga banyak polong yang pecah men-jadi penyebab sekitar 10-15% biji hilang/tercecer. Untuk itu, panen harus dilakukantepat waktu dengan ciri banyaknya daunyang masih ada pada tanaman sekitar 5%dan 95% polong berubah warna menjadicoklat kekuningan. Panen kedelai tepatwaktu dapat menekan kehilangan hasilmenjadi sekitar 5%.

Memotong batang kedelai memakaiparang/sabit bergerigi yang tajam dapatmengurangi kehilangan hasil. Panen de-ngan cara mencabut tanaman mempunyaibanyak kelemahan karena banyak bintilakar yang ikut terbawa panen.

Page 9: Strategi Peningkatan Produksi Kedelai

Membawa hasil panen berupa brang-kasan dari lapangan ke rumah denganmenggunakan alat transportasi tradisionalseperti dokar dan sepeda atau dipikul masihsering dilakukan petani. Hal ini akan ber-akibat banyak biji kedelai yang tercecer se-lama dalam perjalanan.

Akhir-akhir ini berkembang sistemupah borongan menggunakan alat peron-tok yang dilaksanakan langsung di lahanpetani, khususnya untuk panen musim ke-marau. Penggunaan perontok dapat me-ngurangi kehilangan hasil 5-10% karenajumlah biji yang pecah dan hilang selamaproses pembijian menjadi berkurang. Ka-dar air 13-15% dalam biji kedelai adalahyang optimal untuk proses pembijianmenggunakan perontok agar biji tidakpecah. Untuk panen musim hujan, peng-gunaan alat pengering merupakan jalan ke-luar yang terbaik.

Dari kelima strategi tersebut, kontri-busi perluasan areal panen dan pening-katan produktivitas adalah yang palingbanyak, diperkirakan mencapai 70-80%,dengan catatan apabila dilaksanakan te-rencana secara apik dan benar.

DUKUNGANFAKTOR EKSTERNAL

Di samping aspek kesiapan dan keterse-diaan teknologi produksi, sumber daya,dan faktor lain, faktor pendukung eks-ternal yaitu kelembagaan dan kebijakanmerupakan mata rantai penting dan tidakdapat dipisahkan dalam peningkatan pro-duksi kedelai. Empat faktor pendukungyang diperlukan agar tujuan tersebut ter-capai diuraikan berikut ini.

Petani dan Kelompoknya

Jumlah petani kedelai saat ini lebih dari 75%berumur 45 tahun dengan pendidikanterbanyak sekolah dasar. Dengan SDMseperti tersebut, diperlukan pembinaankemampuan petani dan kelompoknya agarpartisipasi petani dalam proses produksikedelai lebih meningkat dan bersifat man-diri. Selain itu juga diperlukan pengem-bangan kualitas kelompok tani agar terjadikekompakan antaranggota dalam kelom-pok dan peningkatan kerja sama antar-kelompok yang lebih baik. Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa adopsiteknologi produksi kedelai oleh petani ma-sih dihadapkan pada beberapa hambatan,antara lain persepsi petani terhadap tek-nologi, kemampuan modal petani yangterbatas, skala usaha yang sempit dan ter-pencar, risiko kegagalan panen yang besar,dan kecilnya insentif bagi petani.

Peningkatan Kerja SamaAntarinstansi/Departemen Terkait

Kerja sama antarkementerian/instansi ter-kait, antara lain Kementerian Pertanian, Per-dagangan, Bulog, Koperasi, dan Pemda per-lu ditingkatkan. Kerja sama tersebut diper-lukan untuk memantapkan keterkaitan sis-tem produksi yang lebih luas, yaitu antaraindustri dan perdagangan, sehingga akhir-nya kedelai dapat dikelola secara optimal.

Penyuluhan

Dalam era otonomi daerah, posisi penyu-luh pertanian cukup sulit untuk melaku-

Page 10: Strategi Peningkatan Produksi Kedelai

kan kegiatannya karena beragamnya ke-lembagaan penyuluh yang ada di setiap ka-bupaten. Di sisi lain, peran penyuluh perta-nian tanaman pangan, khususnya kedelai,sangat diharapkan agar petani dapat ber-partisipasi aktif tidak hanya dalam mening-katkan pengetahuan tentang teknologi pro-duksi kedelai, tetapi juga aspek organisasi,permintaan, dan pasar kedelai. Untuk itu,pembinaan organisasi, tugas, dan wewe-nang penyuluh pertanian perlu dilakukan.

Kebijakan

Dalam era perdagangan yang tidak meng-untungkan antara negara pengekspor danpengimpor kedelai, di mana pengimpor le-bih dirugikan, pemerintah perlu meninjaukembali subsidi yang telah dikurangi/diha-pus. Di India, pemerintah masih membe-rikan subsidi tidak langsung terhadap har-ga benih dan alsintan serta menetapkantarif impor kedelai. Dalam beberapa per-temuan yang membahas masalah kedelaiimpor juga telah disarankan pemberlakuantarif impor ini.

Pelaksanaan Bantuan Langsung Ma-syarakat (BLM) melalui program BangkitKedelai 2003 oleh Direktorat Kacang-ka-cangan dan Umbi-umbian merupakan salahsatu kebijakan yang menguntungkan peta-ni dalam aspek permodalan. Namun, masihdiperlukan pembinaan agar modal tersebutdapat terus berkembang di tingkat kelom-pok tani. Aspek kepastian harga yang la-yak bagi petani masih memerlukan campurtangan kebijakan pemerintah.

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Peningkatan produktivitas merupakanstrategi utama dalam meningkatkan

produksi kedelai dan perlu didukungpengembangan varietas tipe ideal de-ngan potensi hasil biji >2,5 t/ha.

2. Strategi kedua adalah menambah arealpanen dengan dukungan dan partisi-pasi aktif pemerintah daerah, BUMN,dan swasta.

3. Dalam kondisi sistem perdaganganyang tidak adil, pemerintah perlu mem-pertimbangkan kebijakan harga yanglebih baik dan berpihak kepada petanikedelai.

4. Untuk memantapkan petani dalamupaya meningkatkan produksi kedelai,perlu dipikirkan kembali adanya ke-bijakan pemerintah berupa pemberiansubsidi tidak langsung kepada petanimelalui harga benih bermutu dan peng-gunaan alsintan.

DAFTAR PUSTAKA

Adie, M.M. dan Tridjaka. 2000. Daya hasilgalur-galur kedelai hasil seleksi tahanulat grayak. hlm. 214-220. ProsidingKinerja Teknologi untuk MeningkatkanProduktivitas Tanaman Kacang-ka-cangan dan Umbi-umbian. Pusat Pene-litian dan Pengembangan TanamanPangan, Bogor.

Adisarwanto, T., Marwoto, B.S. Radjit, A.G.Manshuri, dan C. Floyd .1989. Surveibudi daya kedelai di lahan petani JawaTimur. Balai Penelitian Tanaman Pa-ngan Malang. 20 hlm.

Adisarwanto, T., A. Kasno, N. Saleh, B.S.Radjit, Marwoto, dan Sumarno. 1992.Studi Pertumbuhan Baru Produksi Ke-delai di NTB. Monograf Balittan Ma-lang No. 10. 57 hlm.

Adisarwanto, T. 1993. Pengembanganpaket teknologi untuk meningkatkanproduksi kedelai di NTB. hlm. 160-174.

Page 11: Strategi Peningkatan Produksi Kedelai

Laporan Hasil Penelitian ARM 1992/1993. Balai Penelitian Tanaman PanganMalang.

Adisarwanto, T., B.S. Radjit, H. Kunty-astuti, Suhartina, dan Marwoto. 1994a.Paket teknologi kedelai di lahan sawah.Laporan ARM TA 1993/1994. Balai Pe-nelitian Tanaman Pangan Malang.

Adisarwanto, T., Sudjarwoto, B.S. Radjit,Marwoto, H. Kuntyastuti, dan Suyam-to. 1994b. Penelitian pengembanganpaket teknologi budidaya kedelai se-telah padi sawah di Bali. hlm. 419-491.Hasil Penelitian Kacang-kacanganAPBN 1993/1994. Balai PenelitianTanaman Pangan Malang.

Adisarwanto, T., B.S. Radjit, Suhartina,dan H. Kuntyastuti. 1995a. Perakitanpaket teknologi kedelai di lahan pro-duktivitas rendah. Edisi Khusus Balit-kabi No. 1: 1-8.

Adisarwanto, T., Marwoto, B.S. Radjit, H.Kuntyastuti, Suhartina, Nila P., danTridjaka. 1995b. Evaluasi paket tek-nologi yang sesuai untuk daerah sentraproduksi kedelai Ponorogo. Edisi Khu-sus Balitkabi No. 1: 9-23.

Adisarwanto, T., H. Kuntyastuti, dan Su-hartina. 1996. Paket teknologi usahatani kedelai setelah padi di lahan sawah.Edisi Khusus Balitkabi No. 8: 27-44.

Adisarwanto,T., B.S. Santoso, and Su-marno. 1998. Technology package forsoybean after wetland rice in Indo-nesia. p. 498-499. Proc. World SoybeanResearch Conference V. (Eds.). BanpotNapampeth. Bangkok, Thailand.

Adisarwanto, T., N. Saleh, Marwoto, danN. Sunarlim. 2000. Teknologi ProduksiKedelai. Pusat Penelitian dan Pengem-bangan Tanaman Pangan, Bogor. 26hlm.

Adisarwanto, T. 2001. Bertanam kedelai ditanah jenuh air: Opsi inovatif penge-

lolaan air untuk kedelai di lahan sawahirigasi. Buletin Palawija 1: 24-32.

Adisarwanto, T. dan Riwanodja. 2002. Ke-ragaan tanaman dan status hara NPKSpada kedelai di lahan sawah pada polapadi-kedelai-kedelai. Laporan TeknisHasil Penelitian TA 2001. Balai Pene-litian Tanaman Kacang-kacangan danUmbi-umbian, Malang. hlm.20-30.

Altemeier, K. and T. Bottema. 1991. Agri-cultural Diversification in Indonesia:Price responses and linkganes in thefood crop sector, 1969-1988 on outlookto 2000. Working Paper Series No. 11.CGPRT Centre, Bogor. 21 pp.

Arsyad, D.M., Purwantoro, H. Kuswan-toro, dan M.M. Adie. 2002. Keragaangalur-galur kedelai toleran lahan keringmasam. hlm. 109-120. Risalah SeminarHasil Penelitian Tanaman Kacang-ka-cangan dan Umbi-umbian. Pusat Pene-litian dan Pengembangan TanamanPangan, Bogor.

BPS. 1986. Buku Saku Statistik Indonesia.BPS, Jakarta. 444 hlm.

BPS. 1990. Produksi Padi dan Palawija. BPS,Jakarta. 224 hlm.

Damanik, A. 1993. Teknologi Produksi Ke-delai di lahan pasang surut tipe C. HasilPenelitian Kedelai di Lahan PasangSurut. Balai Penelitian Tanaman Pa-ngan Banjarbaru. 35 hlm.

Hardaningsih, S. 1995. Pengaruh pem-berian pupuk KCl dan fungisida padatanaman kedelai terhadap seranganjamur karat. hlm. 135-140. Risalah Se-minar Hasil Penelitian Tanaman PanganTahun 1994. Balai Penelitian TanamanPangan Malang.

Harnoto, W. Tengkano, dan D. Soekar-na.1977. Hama penting kedelai dan carapengendaliannya. hlm. 677-648. RisalahSimposium I Peranan Hasil PenelitianPadi dan Palawija dalam Pembangunan

Page 12: Strategi Peningkatan Produksi Kedelai

Pertanian, Maros, 26-29 September1977.

Indrawati. 1995. Keunggulan KompetitifUsaha Tani Kedelai di Lahan KeringKabupaten Sumbawa, NTB. Balai Pe-nelitian Tanaman Kacang-kacangandan Umbi-umbian Malang. 20 hlm.

Kasryno, F. dan N. Pribadi. 1991. Evaluasikebijaksanaan kedelai di Indonesia danalternatif pengembangannya. hlm.1-18.Risalah Lokakarya PengembanganKedelai: Potensi, kendala dan peluang.Pusat Penelitian dan PengembanganTanaman Pangan, Bogor.

Kuntyastuti, H. 1998. Efisiensi pupuk K, Sdan pupuk organik pada tanamankedelai. Laporan Teknis Hasil Peneli-tian TA 1997/1998. Balai PenelitianTanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang. 14 hlm.

Kuntyastuti, H. 2000. Pemanfaatan pupukalternatif organik dan anorganik padakedelai di lahan sawah dan lahan ke-ring. Kumpulan Makalah Unggulan.Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang.14 hlm.

Kush, G. S. 1998. Strategies for increasingcrop productivity. p. 19-44. In V.LChopra, R.B. Singh, and A. Varma(Eds.). Crop Productivity and Sustain-ability-Shaping the future. Proceedingof the second International Crop Scien-ce Congress. Oxford & IBH Publ., NewDelhi-Calcutta, India.

Manurung, R.M.H. 2002. Tantangan danpeluang pengembangan tanaman ka-cang-kacangan dan umbi-umbian. hlm.19-40. Risalah Seminar Teknologi Ino-vatif Tanaman Kacang-kacangan danUmbi-umbian Mendukung KetahananPangan. Malang, 25-26 Juni 2003. BalaiPenelitian Tanaman Kacang-kacangandan Umbi-umbian, Malang. hlm.19-40.

Manurung, R.M.H. 2003. Upaya KhususTerobosan Pengembangan ProduksiAgribisnis Kedelai 2003. DirektoratKacang-kacangan dan Umbi-umbian,Jakarta. 28 hlm.

Marwoto. 2001. Pengendalian hamaterpadu pada budidaya kedelai. BulletinParawija 1: 15-23.

Masudah, F.Z., B. Guritno, M. Santoso,dan T. Adisarwanto. 2003. ResponKedelai (Glycine max L.Merr) Terha-dap Pemupukan Fosfor pada Kele-ngasan Tanah yang Berbeda. Tesis,Universitas Brawijaya, Malang. 107hlm.

Pasandaran, E. dan I W. Rusastra. 2000.Perspektif ekonomi kedelai di pasar do-mestik dan internasional. hlm. 1-10.Prosiding Lokakarya Penelitian danPengembangan Kedelai di Indonesia.BPPT, Jakarta.

Puslitbangtan. 1991. Sumber PertumbuhanProduksi Padi dan Kedelai. Potensi danPeluang. Pusat Penelitian dan Pengem-bangan Tanaman Pangan, Bogor. 76hlm.

Rahayu, M., Sirajuddin, K. Wahyu, danDzanuri. 2000. Pengkajian Sistem UsahaPertanian (SUP) Kedelai MendukungGerakan Kedelai Mandiri Tahun 2000.IP2TP Mataram. 29 hlm.

Rahmianna, A.A. 2002. Produktivitas ke-delai pada berbagai tingkat keterse-diaan air pada beberapa fase pertum-buhan tanaman. hlm. 61-70. ProsidingTeknologi Inovatif Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian. PusatPenelitian dan Pengembangan Tanam-an Pangan. Bogor.

Savitri, S.S., S. Bahri, Syekhfani, dan T. Adi-sarwanto. 2003. Respon Varietas Kede-lai (Glycine max L. Merr.) pada Perbe-daan Kondisi Lengas Tanah. Tesis, Uni-versitas Brawijaya, Malang. 102 hlm.

Page 13: Strategi Peningkatan Produksi Kedelai

Silitonga, C. and S. Purnomo.1987. Prospectof self sufficiecy in soybean and itsimplication for future impact. p. 29-36.In J.W.T. Bottema, F. Dauphin, andGijsbers (Eds.). Soybean Research andDevelopment in Indonesia. CGPRTCentre, Bogor.

Sinclair, T.R. 1998. Perspective on phy-siological research advance in soy-bean and future research direction. p.245-249. Proceeding of World SoybeanResearch V. (Eds.). Banpot Napampeth.Bangkok. Thailand.

Sitompul, S.M. dan B. Guritno. 1990. Eva-luasi potensi dan faktor pembatas pro-duksi beberapa tanaman pangan di Nu-sa Tenggara Barat. hlm.8-17. RisalahLokakarya Perbaikan Teknologi Ta-naman Pangan. Balai Penelitian Ta-naman Pangan Malang.

Sitompul, S.M. dan B. Guritno. 1993.Potensi produksi tanaman pangan diBali. hlm. 42-52. Risalah Seminar Kom-ponen Teknologi Budidaya TanamanPangan di Propinsi Bali. Balai PenelitianTanaman Pangan Malang.

Suharsono. 2001. Kajian Aspek KetahananBeberapa Genotipe Kedelai TerhadapPengisap Polong Riptortus linearis F.(Hemiptera: Alydidae). Disertasi, Uni-versitas Gadjah Mada, Yogyakarta. 166hlm.

Sumarno. 1986. Response of soybean(Glycine max L.Merr.) genotypes tocontinues culture. Indones. J. Crop Sci.2(2): 71-78.

Sumarno, F. Daulphin, A. Rahim, N. Su-narlim, B. Santoso, and H. Kuntyastuti.1989. Soybean Yield Gap Analysis inJava. A Report of the SYGAP Project,CGPRT Centre, Bogor.

Sumarno dan T. Adisarwanto. 2000. Per-kembangan penelitian budidaya ke-delai di Indonesia. hlm. 17-38. Prosi-ding Lokakarya Penelitian dan Pengem-bangan Produksi Kedelai di Indonesia.BPPT, Jakarta.

Sunarto. 1996. Pemuliaan kedelai untuktoleransi terhadap tanah masam dankeracunan aluminium. hlm. 95-100.Prosiding Lokakarya Penelitian danPengembangan Produksi Kedelai diIndonesia. BPPT, Jakarta.

Suyamto, H. dan Indrawati. 1992. Pene-litian pengembangan kedelai di Sum-bawa (NTB). Laporan Bulanan. BalaiPenelitian Tanaman Pangan Malang. 20hlm.

Suyamto dan Soegiyatni S. 2002. Evaluasitoleransi galur-galur kedelai terhadapkekeringan. hlm. 218-224. ProsidingTeknologi Inovatif Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian.