190
STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN, JAKARTA TRISNA NINGSIH SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006

STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

  • Upload
    buibao

  • View
    224

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS

KELEMBAGAAN PELABUHAN PERIKANAN

SAMUDERA NIZAM ZACHMAN, JAKARTA

TRISNA NINGSIH

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2006

Page 2: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Strategi Peningkatan Kapasitas

Kelembagaan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman, Jakarta adalah

karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan

tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks

dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Mei 2006

Trisna Ningsih

C 551030234

Page 3: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

ABSTRAK

TRISNA NINGSIH. Strategi Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pelabuhan

Perikanan Samudera Nizam Zachman, Jakarta (Dibimbing oleh BUDY

WIRYAWAN sebagai ketua komisi pembimbing, DANIEL R. MONINTJA dan

TOMMY H. PURWAKA sebagai anggota).

Saat ini di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman (PPS Nizam

Zachman) terdapat 10 macam kelembagaan. Sekalipun telah diterbitkan SK

Menteri Pertanian No. 1082/Kpts/OT.210/10/99 tentang tata hubungan kerja

antara UPT pelabuhan perikanan dengan instansi terkait dalam pengelolaan

pelabuhan perikanan, namun suasana ketidakharmonisan antara UPT, Perum dan

instansi terkait lain tetap berkembang bahkan cenderung meruncing. Sumber

permasalahan diperkirakan antara lain 1) Adanya kemiripan antara tugas pokok

dan fungsi UPT dengan Perum; 2) Tidak terdapat ketentuan khusus bahwa Perum

dan instansi terkait di dalam segenap aktivitasnya harus berada di bawah

koordinasi UPT; 3) Belum dapat direalisasikannya fungsi kesyahbandaran

perikanan; dan 4) Dukungan dan koordinasi instansi terkait masih lemah.

Penelitian ini bertujuan 1) Mengkaji kelembagaan PPS Nizam Zachman; 2)

Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas dan efisiensi pengelolaan

PPS Nizam Zachman; dan 3) Menyusun strategi peningkatan kapasitas

kelembagaan PPS Nizam Zachman. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan

analisis SWOT dan AHP untuk menentukan strategi peningkatan kapasitas

kelembagaan PPS Nizam Zachman. Berdasarkan hasil identifikasi fungsi dan

kewenangan kelembagaan di PPS Nizam Zachman, terdapat beberapa tumpang

tindih dan kontradiksi fungsi dan wewenang antara kelembagaan/instansi. Strategi

yang dianggap sesuai dalam peningkatan kapasitas kelembagaan PPS Nizam

Zachman adalah 1) penyempurnaan pengelola pelabuhan, 2) peningkatan sarana

dan prasarana pelabuhan, dan 3) peningkatan pelayanan pelabuhan. Dalam upaya

meningkatkan kapasitas kelembagaan PPS Nizam Zachman, maka disarankan

untuk 1) Peningkatan fungsi dan kewenangan kelembagaan di pelabuhan, 2)

Peningkatan kinerja operasional pelabuhan, dan 3) Penelitian lebih lanjut tentang

tingkat pelayanan atau standar kinerja keberhasilan PPS Nizam Zachman.

Kata Kunci : Strategi, Kelembagaan, Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam

Zachman, Analisis Fungsi dan Kewenangan Kelembagaan.

Page 4: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

ABSTRACT

TRISNA NINGSIH. Strategy for Capacity Building in Nizam Zachman Ocean

Fishing Port (PPS NZ), Jakarta. Under the direction of BUDY WIRYAWAN,

DANIEL R. MONINTJA and TOMMY H. PURWAKA.

In Nizam Zachman Ocean Fishing Port (PPS Nizam Zachman), currently

consist of 10 institutions. Even though the regulation by minister of agriculture

had been published on the relationship between technical executor unit (UPT) and

government institution who has the activities in fishing port, mean while

inharmonic environment among the institutions still occurred and tend to increase.

The main constraint among them predicted respectively as follow 1) the similarity

on duty and function between UPT and state owned company (Perum), 2) no

specific regulation that Perum and other institution activities have to under UPT

coordination, 3) realization of fishery harbor has not yet been fully functioning,

and 4) weakness coordination and supporting related institution. The objectives of

the study are 1) to assess institutional of PPS Nizam Zachman, 2) to assess the

influence of effectively and efficiency of PPS Nizam Zachman management, 3) to

compile the capacity building strategy of PPS Nizam Zachman. SWOT analysis

and Analytic Hierarchy Process (PHA) was conducted on this study to compile

alternate strategy and implemented strategy for capacity building of PPS Nizam

Zachman. Based on functional identification and institution authority in PPS

Nizam Zachman, there were overlapping, contradiction functional and authority

among the institution. The appropriate strategies to improve the capacity building

in PPS Nizam Zachman are 1) reform the management in the port, 2)

improvement port infrastructure and facilities, and 3) improvement port services.

To improve the capacity building in PPS Nizam Zachman, advised to 1) improve

port function from infrastructure provider being multi function provider, 2)

improve entrepreneurship of fish port manager, and 3) improve of information

activities access and port facilities.

Keyword : strategy, institutions, Nizam Zachman ocean fishing port, institutional

function and authority analysis.

Page 5: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

© Hak cipta milik Trisna Ningsih, tahun 2006

Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari

Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam

bentuk apa pun, baik cetak, fotocopy, mikrofilm, dan sebagainya.

Page 6: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS

KELEMBAGAAN PELABUHAN PERIKANAN

SAMUDERA NIZAM ZACHMAN, JAKARTA

TRISNA NINGSIH

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

SEKOLAH PASCASARJANA

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2006

Page 7: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Tesis : Strategi Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pelabuhan

Perikanan Samudera Nizam Zachman, Jakarta

Nama Mahasiswa : Trisna Ningsih

Nomor Pokok : C 551030234

Program Studi : Teknologi Kelautan

Sub Program : Perencanaan Pembangunan Kelautan dan Perikanan

Disetujui,

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc

Ketua

Prof. Dr. Daniel R. Monintja Dr. Tommy H. Purwaka, SH, LLM

Anggota Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Teknologi Kelautan

Prof. Dr. Ir. John Haluan, M.Sc Prof. Dr. Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc

Tanggal Ujian : 22 April 2006 Tanggal Lulus : 22 Mei 2006

Page 8: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tasikmalaya pada tanggal 18 Mei 1965 sebagai putra

kedua dari pasangan Almarhum H.M. Thohir dan Almarhumah Hj. E. Ruhaesih

Thohir.

Penulis menyelesaikan Sekolah Dasar di SDN Budi Utomo Pagi III Jakarta

pada tahun 1977, Sekolah Menengah Pertama di SMPN 52 Jakarta pada tahun

1980 dan Sekolah Menengah Atas di SMAN 53 Jakarta pada tahun 1983.

Selanjutnya penulis melanjutkan studi Diploma III Ahli Usaha Perikanan

Jakarta Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Perairan dan lulus pada tahun 1986,

Diploma IV Ahli Usaha Perikanan Jakarta Jurusan Pengelolaan Sumberdaya

Perairan dan lulus tahun 1991 dan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Universitas Satya Negara Indonesia Jurusan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan

lulus pada tahun 2003.

Pada tahun 1986 penulis mulai berkerja di Direktorat Jenderal Perikanan,

Departemen Pertanian dan sejak tahun 2000 penulis bekerja di Direktorat Jenderal

Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan d/h Direktorat Jenderal Peningkatan

Kapasitas Kelembagaan dan Pemasaran, Departemen Kelautan dan Perikanan.

Tahun 2003 penulis melanjutkan pendidikan strata dua sebagai mahasiswa

Program Studi Teknologi Kelautan, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor.

Bogor, Mei 2006

Penulis

Page 9: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

memberikan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian dan penulisan tesis yang berjudul “Strategi Peningkatan Kapasitas

Kelembagaan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman, Jakarta”.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc, Prof. Dr. Daniel R. Monintja dan Dr. Tommy

H. Purwaka, SH., LLM yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan

dalam penulisan tesis ini.

2. Dr. Achmad Poernomo, Dr. Sunoto MES, Ir. A. Bambang Sutedjo, Ir. Hamim,

Ir. Djoko Kusyanto, Ir. Hartoyo, Ir. Rachmat Irawan, Sutaryo, SH, Drs. Joko

Martoyo, MM, Ir. Sudaryati dan Kuryanto AL, sebagai responden dan

narasumber yang telah memberikan saran serta pendapatnya mulai dari

penyusunan sampai pengisian kuesioner.

3. Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan pada

Program Studi Teknologi Kelautan, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian

Bogor.

4. Seluruh jajaran staf di Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Perikanan Samudera

Nizam Zachman, Perum Pelabuhan Perikanan Samudera Jakarta dan Ditjen

Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan atas segala bantuan yang telah

diberikan saat melakukan penelitian dan penyelesaian tesis.

5. Seluruh keluarga besar dan semua pihak yang telah memberikan bantuan

moril, materil serta doa kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang perlu

ditambahkan pada tesis ini, untuk itu penulis sangat mengharapkan bantuan dan

partisipasi semua pihak untuk menyempurnakannya. Terimakasih.

Bogor, Mei 2006

Penulis

Page 10: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

ii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ..…………………………………………………….. i

DAFTAR TABEL …………………………………………..…….……..….. iv

DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………..… vi

DAFTAR LAMPIRAN ………………………………………………....…. viii

1 PENDAHULUAN …………………………………………………..….. 1

1.1 Latar Belakang ………………………………….......………….…. 1

1.2 Perumusan Masalah ……………………………………………..… 4

1.3 Tujuan Penelitian ….…………………………………………….… 7

1.4 Manfaat Penelitian ..……………………………………………..… 7

1.5 Hipotesis …………..………………………………………….…... 8

1.6 Kerangka Pemikiran ……………………………………..….…….. 8

2 TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………….…….. 11

2.1 Pelabuhan Perikanan …………………………………………….… 11

2.2 Klasifikasi Pelabuhan Perikanan …………………………….…… 13

2.2.1 Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) ……………………… 13

2.2.2 Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN) ……………………… 13

2.2.3 Pelabuhan Perikanan Pantai (PPN) …….…………………… 14

2.2.4 Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) …………………………… 15

2.3 Fasilitas Pelabuhan Perikanan …………………………….……..... 16

2.4 Manajemen Strategi …………………………………………......… 18

2.5 Kelembagaan ………………………………………….….…….…. 18

2.6 Teknik Penyusunan Strategi Alternatif ……………………….…... 21

2.6.1 Analisis matriks SWOT …………………………………….. 21

2.6.2 Analytical Hierarchy Process (AHP) …………………..…… 23

2.7 Kajian Penelitian Terdahulu ……………..…………………….….. 26

3 METODOLOGI …………..…………………………………..…..……. 29

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian …………………………….…...…… 29

3.1.1 Analisis fungsi dan kewenangan kelembagaan ………….….. 30

3.1.2 Analisis strategi kinerja pelabuhan perikanan ………………. 32

3.1.3 Analisis strategi peningkatan kapasitas kelembagaan ………. 33

3.2 Metode Pengumpulan Data ………………………………………. 29

3.3 Analisis Data ……………………………………..……….……… 30

Page 11: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

iii

4 PROFIL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM

ZACHMAN ..............................................................................................

37

4.1 Lokasi Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman ………… 37

4.2 Sejarah dan Perkembangan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam

Zachman .….………….................................................................…

39

4.3 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Pelabuhan Perikanan

Samudera Nizam Zachman ....................................................….…

45

4.4 Kebijakan ……………….………………………………………… 46

4.5 Pengelola Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman ……... 51

4.5.1 Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Perikanan Samudera

Nizam Zachman ......................................................................

51

4.5.2 Perum Prasarana Perikanan Samudera .................................... 53

4.6 Instansi Terkait di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam

Zachman ……………….………..................................................…

56

4.7 Kerjasama dengan Swasta di Pelabuhan Perikanan Samudera

Nizam Zachman ...............................................................................

60

4.8 Fasilitas dan Pelayanan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam

Zachman …………….……………………………………………..

62

4.8.1 Fasilitas pokok …………….………………….…………….. 62

4.8.2 Fasilitas fungsional ……………..…………….…………….. 64

4.8.3 Fasilitas penunjang ………….…..…………….…………….. 64

4.9 Operasional Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman ….. 67

4.9.1 Produksi ikan ……………….………………....…………… 68

4.9.2 Armada penangkapan ………….………….………………… 71

4.9.3 Perbekalan .…………………………………....…………..… 74

4.9.4 Pendaratan, distribusi dan pemasaran ikan ….……………... 78

5 HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………….………..………. 91

5.1 Analisis Fungsi dan Kewenangan Kelembagaan ……..……..….… 91

5.2 Analisis Strategi Kinerja Pelabuhan Perikanan ….……………….. 96

5.2.1 Analisis internal ...................................................................... 96

5.2.2 Analisis eksternal .................................................................... 98

5.3 Analisis Strategi Peningkatan Kapasitas Kelembagaan ..……….… 102

5.4 Perumusan Program Pembangunan PPS Nizam Zachman ….……. 109

5.4.1 Program Jangka Pendek (1 tahun) .…….……….………....… 109

5.4.2 Program Jangka Menengah (2-4 tahun) ...…….……………. 110

5.4.3 Program Jangka Panjang (5 tahun) ..….….……………….... 111

6 KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………..…….….… 114

6.1 Kesimpulan …………………………….…………..………..….… 114

6.2 Saran ………………………………………………..…………….. 115

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….…... 116

LAMPIRAN ………………………………………………………..……… 119

Page 12: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

iv

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Strategi yang dihasilkan dari perpaduan antara faktor internal dengan

eksternal .................................................................................................

23

2 Kerangka matriks keserasian (compatibility matrix) fungsi dan

wewenang antar lembaga/instansi ..........................................................

31

3 Matriks paired comparison gabungan ................................................... 32

4 Matriks pendapat pada metode AHP ..................................................... 35

5 Nilai skala banding berpasangan ............................................................ 35

6 Daftar perusahaan perikanan di Kawasan Industri PPS Nizam

Zachman .................................................................................................

61

7 Sarana/fasilitas di PPS Nizam Zachman ................................................ 65

8 Jenis pelayanan di PPS Nizam Zachman ............................................... 66

9 Poduksi ikan yang didaratkan di PPS Nizam Zachman Tahun 2000-

2004 .......................................................................................................

69

10 Frekuensi kapal masuk di PPS Nizam Zachman Tahun 2000-2004 ...... 72

11 Frekuensi kapal keluar di PPS Nizam Zachman Tahun 2000-2004 ...... 73

12 Penyerapan perbekalan kapal perikanan di PPS Nizam Zachman

Tahun 2000-2004 ...................................................................................

77

13 Volume ekspor hasil perikanan di PPS Nizam Zachman Tahun 2000-

2004 .......................................................................................................

82

14 Volume dan nilai ekspor hasil perikanan di PPS Nizam Zachman

Tahun 2000-2004 ...................................................................................

84

15 Matriks keserasian (compatibility matrix) fungsi dan wewenang antar

lembaga/instansi di PPS Nizam Zachman .............................................

91

16 Strategi kinerja PPS Nizam Zachman berdasarkan faktor internal dan

eksternal ………………………………………………………………

100

17 Matriks SWOT strategi kinerja PPS Nizam Zachman ......................... 101

Page 13: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

v

18 Urutan prioritas strategi dalam upaya peningkatan kapasitas

kelembagaan PPS Nizam Zachman ......................................................

104

19 Urutan prioritas faktor penentu dalam upaya peningkatan kapasitas

kelembagaan PPS Nizam Zachman ......................................................

104

20 Urutan prioritas sasaran utama dalam upaya peningkatan kapasitas

kelembagaan PPS Nizam Zachman ......................................................

105

21 Matrik alternatif kegiatan/kebijakan dalam rangka peningkatan

kapasitas kelembagaan PPS Nizam Zachman .......................................

112

Page 14: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

vi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Kerangka pemikiran ............................................................................... 10

2 Analytical Hierarchy Process (Saaty, 1991) ......................................... 25

3 Struktur hirarki dalam upaya peningkatan kapasitas kelembagaan PPS

Nizam Zachman ……………....…………………………....………….

34

4 Skema proses pengolahan data pada AHP …………………................ 36

5 Peta lokasi PPS Nizam Zachman ........................................................... 38

6 Tahap I dan II pembangunan PPS Nizam Zachman periode 1982 s.d

1984 .......................................................................................................

41

7 Tahap III pembangunan PPS Nizam Zachman periode 1984 s.d 1988.. 42

8 Tahap IV pembangunan PPS Nizam Zachman periode 1996 s.d 2001.. 43

9 Master plan tahap V pembangunan PPS Nizam Zachman .................... 44

10 Struktur organisasi UPT PPS Nizam Zachman ..................................... 53

11 Struktur organisasi Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang

Jakarta ....................................................................................................

55

12 Perkembangan produksi ikan yang di daratkan di PPS Nizam

Zachman Tahun 2000-2004 ...................................................................

70

13 Perkembangan jumlah kapal masuk di PPS Nizam Zachman Tahun

2000-2004 ………..……………………………………………………

73

14 Perkembangan jumlah kapal keluar di PPS Nizam Zachman Tahun

2000-2004 ..............................................................................................

74

15 Perkembangan penyerapan perbekalan kapal perikanan di PPS Nizam

Zachman Tahun 2000-2004 ...................................................................

78

16 Perkembangan volume ekspor hasil perikanan di PPS Nizam

Zachman Tahun 2000-2004 ...................................................................

83

17 Perkembangan nilai ekspor hasil perikanan di PPS Nizam Zachman

Tahun 2000-2004 ...................................................................................

85

Page 15: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

vii

18 Grafis hasil pengolahan vertikal AHP strategi peningkatan

kapasitas kelembagaan PPS Nizam Zachman .......................................

103

Page 16: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Mekanisme masuknya komoditi perikanan di PPS Nizam Zachman ... 119

2. Mekanisme pemasaran dan distribusi ikan di PPS Nizam Zachman .... 120

3. Mekanisme keluarnya komoditi perikanan di PPS Nizam Zachman ... 121

4. Pelayanan ekspor di PPS Nizam Zachman ........................................... 122

5. Inventarisasi faktor internal dan faktor eksternal ................................. 123

6. Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 1082/Kpts/OT.210/10/99 ....... 124

7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 23 Tahun 2000..... 136

8. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : KEP.26

I/MEN/2001 .........................................................................................

157

9. Hasil analisis SWOT............................................................................. 174

10. Hasil analisis AHP................................................................................ 179

Page 17: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

1

1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan perikanan yang telah dilaksanakan selama ini telah

menunjukkan hasil yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari semakin luas dan

terarahnya usaha peningkatan produksi perikanan yang pada gilirannya

meningkatkan pula konsumsi ikan, ekspor hasil perikanan, pendapatan petani

nelayan, memperluas lapangan kerja, memberikan dukungan terhadap

pembangunan bidang industri dan menunjang pembangunan daerah serta

pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup.

Menurut Lubis (2000) bahwa dalam usaha menunjang peningkatan

produksi perikanan laut, maka tersedianya prasarana ”Pelabuhan Perikanan”

mempunyai arti yang sangat penting. Pelabuhan perikanan merupakan pusat

pengembangan ekonomi perikanan ditinjau dari aspek produksi, pengolahan dan

pemasaran baik berskala lokal, nasional maupun internasional. Dengan

pengelolaan perikanan yang baik, maka kelancaran operasi penangkapan,

pengolahan maupun pemasarannya menjadi lebih terjamin.

Fungsi pelabuhan perikanan menyangkut berbagai aspek, teristimewa

merupakan lingkungan kerja yang akan melaksanakan pelayanan umum, maka

perlu adanya pengaturan secara lengkap baik mengenai kedudukan, fungsi,

pengelolaaan dan penggunaannya, maupun tujuan serta kewenangannya melalui

peraturan pemerintah.

Kelembagaan kelautan dan perikanan diadakan dan dikembangkan untuk

mencapai tujuan pembangunan kelautan dan perikanan yang telah ditetapkan.

Page 18: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

2

Berbagai pola kelembagaan kelautan dan perikanan, seperti pengelolaan perikanan

terpadu (integrated fisheries management), pengelolaan perikanan berbasis

masyarakat (community based fisheries management), dan pengelolaan perikanan

berbasis kemitraan antara pemerintah, swasta dan masyarakat (public private

partnership fisheries management), ternyata telah dikembangkan, namun sampai

saat ini ternyata belum berhasil (established) atau belum dapat mencapai taraf

kemapanan di masyarakat.

Penetapan perikanan sebagai prime mover dari kebijakan umum

Departemen Kelautan dan Perikanan merupakan cerminan dari suatu harapan

bahwa perikanan akan dapat mengangkat Departemen Kelautan dan Perikanan ke

permukaan sebagai salah satu penggerak pembangunan, namun demikian

kenyataan menunjukkan bahwa perikanan di samping memberi harapan, juga

memiliki banyak permasalahan yang harus ditangani. Beberapa persoalan

mendasar yaitu masih belum jelasnya kebijakan pengelolaan kelautan dan

perikanan secara terpadu, perlu dilandasi oleh konsep yang mengintegrasikan

antara pemanfaatan dan pelestarian. Konsep ini diharapkan dapat menjamin

efektivitas dan efisiensi pelaksanaan disamping pengintegrasian antara aspek

kelautan itu sendiri dengan perikanan dalam pengelolaannya. Hal lain yang masih

menjadi kendala adalah ketidak jelasan kewenangan dan peranan para stakeholder

terkait di berbagai level organisasi, tidak adanya sistem dan mekanisme

penegakan hukum yang efektif, masih rendahnya peran para stakeholder dalam

rangka optimalisasi pemanfaatan potensi laut dan perikanan, masih terbatasnya

kelembagaan kelautan dan perikanan terutama di daerah sehingga sulit

mengimplementasikan momen desentralisasi.

Page 19: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

3

Masih rendahnya kualitas lembaga dan sumberdaya manusia pengelola

sektor kelautan dan perikanan yaitu adanya tumpang tindih kewenangan yang

mengakibatkan benturan kepentingan antar lembaga, merupakan salah satu

indikator bahwa kelembagaan kelautan dan perikanan belum tertata dengan baik

sehingga belum siap untuk melakukan integrasi dan koordinasi.

Pelabuhan Perikanan Samudera Jakarta (PPSJ) yang kini memiliki nama

baru PPS Nizam Zachman merupakan salah satu dari 5 (lima) pelabuhan

perikanan tipe samudera, diresmikan pada tanggal 17 Juli 1984. Semula

pelabuhan perikanan ini berbentuk Project Manajement Unit (PMU) namun

seiring dengan berkembangnya kebutuhan pemakai jasa, maka pada tahun 1992

dibentuk menjadi Perusahaan Umum (Perum) Prasarana Perikanan Samudera.

Perum PPS tersebut mempunyai wewenang dan tanggungjawab dalam

melaksanakan pelayanan kepada masyarakat dengan mengusahakan fasilitas

pelabuhan perikanan yang bersifat komersial, sedangkan Unit Pelaksana Teknis

(UPT) Pelabuhan PerikananSamudera mempunyai wewenang dan tanggungjawab

melaksanakan tugas-tugas umum pemerintah di pelabuhan (non komersial).

Untuk meningkatkan kelancaran pelayanan kepada masyarakat dan

menghindari terjadinya tumpang tindih tugas di lapangan, maka melalui

Keputusan Menteri Pertanian No. 1082/Kpts/OT.210/10/99 ditetapkan Tata

Hubungan UPT Pelabuhan Perikanan dengan Instansi Terkait dalam Pengelolaan

Pelabuhan Perikanan.

Dalam Laporan Tahunan 2004 PPS Nizam Zachman Jakarta, disebutkan

bahwa tujuan pembangunan PPS Nizam Zachman, antara lain :

(1) Meningkatkan kemampuan armada perikanan samudera.

Page 20: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

4

(2) Meningkatkan ekspor hasil-hasil perikanan untuk menambah devisa negara

dari sektor non migas.

(3) Menyediakan lahan untuk kegiatan industri perikanan dalam rangka

meningkatkan nilai tambah produksi perikanan.

(4) Menciptakan lapangan kerja.

(5) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya sekitar PPS Nizam

Zachman melalui pertumbuhan usaha perekonomian seperti pertokoan,

perbekalan dan lainnya.

(6) Meningkatkan pengawasan, keamanan, ketertiban dan kebersihan di

kawasan pelabuhan.

Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, maka diperlukan kelembagaan

kelautan dan perikanan yang kuat dan tangguh, namun fleksibel atau lentur dalam

menyesuaikan dengan lingkungan strategis yang berkembang secara dinamis.

Dalam rangka penataan inilah diperlukan strategi agar kapasitas kelembagaan

pelabuhan perikanan meningkat.

1.2 Perumusan Masalah

Di Indonesia terdapat berbagai kelembagaan yang terlibat di dalam

pengendalian, operasional serta pengelolaan pelabuhan perikanan, namun

demikian menyangkut jumlah dan jenis kelembagaan yang berada di pelabuhan

perikanan tersebut akan berbeda sesuai dengan besarnya ukuran dan lokasi

pelabuhan perikanan.

Di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman yang merupakan

pelabuhan perikanan terbesar di Indonesia, saat ini terdapat 10 macam

Page 21: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

5

kelembagaan yang terlibat di dalam pelaksanaan fungsi-fungsi pengaturan di

pelabuhan diluar industri swasta.

Sekalipun telah diterbitkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 1082/

Kpts/OT.210/10/99 tanggal 13 Oktober 1999 tentang Tata Hubungan Kerja UPT

Pelabuhan Perikanan dengan Instansi Terkait dalam Pengelolaan Pelabuhan

Perikanan, namun suasana ketidakharmonisan antara UPT, Perum dan instansi

terkait lain tetap berkembang bahkan cenderung meruncing.

Sumber permasalahan diperkirakan berasal dari beberapa sebab antara

lain:

(1) Adanya kemiripan antara tugas pokok dan fungsi UPT berdasarkan SK

Menteri Kelautan dan Perikanan No. KEP.261/MEN/2001 tanggal 1 Mei

2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelabuhan Perikanan, dengan

“Maksud, Tujuan dan Bidang Usaha Perum” sebagaimana tercantum dalam

PP No. 23 Tahun 2000 tentang Perum Prasarana Perikanan Samudera.

(2) Tidak terdapat ketentuan khusus baik dalam SK Menteri Kelautan dan

Perikanan di atas, maupun di dalam PP yang menetapkan bahwa Perum di

dalam segenap aktivitasnya harus berada di bawah koordinasi UPT.

(3) Belum dapat direalisasikannya fungsi kesyahbandaran perikanan sesuai SK

Menteri Kelautan dan Perikanan No. KEP.261/MEN/2001 sehingga tertib

Bandar di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman masih

dilaksanakan oleh Syahbandar Perhubungan Laut.

(4) Dukungan dan koordinasi instansi terkait masih lemah, karena instansi

terkait dimaksud secara organisatoris lebih bertanggung jawab kepada

instansi vertikal di atasnya (pimpinannya).

Page 22: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

6

Guna mengatasi permasalahan di atas, alternatif pemecahan yang dapat

dilaksanakan antara lain :

(1) Menyempurnakan/merevisi peraturan guna mencegah kemiripan “Maksud,

Tujuan dan Bidang Usaha” Perum dengan tugas pokok dan fungsi UPT

Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman.

(2) Perlu diberi penegasan bahwa Perum dalam kegiatannya sehari-hari di

dalam lingkungan pelabuhan, harus berada di bawah koordinasi UPT

Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman. Penegasan ini harus

tercantum, baik di dalam PP hasil revisi tentang Perum maupun di dalam SK

Menteri Kelautan dan Perikanan yang akan datang.

(3) Menindaklanjuti tentang tertib Bandar di pelabuhan melalui penerbitan

peraturan.

(4) Menyelenggarakan koordinasi secara berkala dengan instansi terkait guna

membahas permasalahan di pelabuhan perikanan.

Dengan demikian untuk mencapai keberhasilan pembangunan pelabuhan

perikanan tidak lepas dari kelembagaan pelabuhan itu sendiri yang harus sesuai

dengan persyaratan, maka hendaknya pengelola selain menjual jasa-jasanya juga

dapat memanfaatkan dan memelihara fasilitas-fasilitas yang ada secara efektif dan

efisien dan dapat mengkoordinir semua pelaku-pelaku yang ada di pelabuhan

secara baik. Selain itu kelembagaan ekonomi perlu dikembangkan terutama

pemasaran ikan yang kompetitif di pelabuhan perikanan seperti terjalinnya

kemitraan antara nelayan tradisional dengan perikanan industri untuk

menyalurkan hasil tangkapan nelayan. Pemasaran yang efektif dapat

meningkatkan harga ikan yang didaratkan di pelabuhan perikanan.

Page 23: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

7

Oleh karena itu, apabila semua permasalahan tersebut di atas tidak segera

dipecahkan maka akan mempengaruhi kinerja PPS Nizam Zachman khususnya

dan secara umum akan menghambat tujuan pembangunan pelabuhan perikanan itu

sendiri.

Berdasarkan hal tersebut di atas, maka dapat disusun pertanyaan penelitian

antara lain :

(1) Bagaimana kelembagaan/organisasi PPS Nizam Zachman saat ini?

(2) Faktor-faktor apa saja yang menentukan efektivitas dan efisiensi dalam

pengelolaan PPS Nizam Zachman?

(3) Strategi apa yang diperlukan dalam upaya peningkatan kapasitas

kelembagaan PPS Nizam Zachman?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka

penelitian ini bertujuan untuk :

(1) Mengkaji kelembagaan PPS Nizam Zachman.

(2) Mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas dan efisiensi

pengelolaan PPS Nizam Zachman.

(3) Menyusun strategi peningkatan kapasitas kelembagaan PPS Nizam

Zachman.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

(1) Kepentingan praktisi, sebagai masukan kepada pengelola pelabuhan

perikanan dalam upaya pengembangan organisasi yang menyangkut

pembangunan pelabuhan perikanan.

Page 24: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

8

(2) Kepentingan akademis, sebagai bahan informasi untuk menambah referensi

tentang kapasitas kelembagaan pelabuhan perikanan.

1.5 Hipotesis

Hipotesis penelitian adalah kapasitas kelembagaan pengelolaan PPS

Nizam Zachman belum menunjang suatu pengelolaan pelabuhan perikanan yang

kondusif.

1.6 Kerangka Pemikiran

Visi dan misi PPS Nizam Zachman sebagai salah satu Unit Pelaksana

Teknis Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap merupakan acuan dalam

melakukan evaluasi kapasitas kelembagaan. Visi, misi, tujuan dan kebijakan

teknis pengelolaan pelabuhan mempengaruhi kapasitas kelembagaan dan kinerja

pelabuhan. Guna mengetahui kapasitas kelembagaan dan kinerja pelabuhan saat

ini perlu dilakukan evaluasi.

Evaluasi kapasitas kelembagaan akan dilakukan melalui keterkaitan

hubungan kerja antara UPT Pelabuhan Perikanan Samudera dengan Perum

Prasarana Perikanan Samudera dan instansi terkait di PPS Nizam Zachman.

Mengingat kapasitas kelembagaan dapat mempengaruhi kinerja pelabuhan

perikanan, maka evaluasi kinerja pelabuhan akan dilakukan dengan cara

membandingkan capaian-capaian yang diperoleh saat ini terhadap kondisi yang

diharapkan sebagaimana tercermin dalam visi dan misi PPS Nizam Zachman.

Tingkat kinerja pelabuhan perikanan sangat ditentukan oleh kondisi

lingkungan baik internal maupun eksternal, oleh karena itu dalam mengevaluasi

kinerja dilakukan audit lingkungan internal maupun eksternal. Audit lingkungan

internal dilakukan terhadap aspek organisasi dan operasional sedangkan audit

Page 25: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

9

lingkungan eksternal dilakukan terhadap faktor makro (ekonomi, politik,

teknologi dan sosial budaya) dan mikro (persaingan). Audit lingkungan internal

akan menghasilkan faktor-faktor strategis pelabuhan yaitu kekuatan dan

kelemahan, sedangkan audit lingkungan eksternal akan menghasilkan faktor-

faktor peluang dan ancaman. Hasil evaluasi atas faktor internal dan eksternal

selanjutnya akan digunakan dalam analisis SWOT untuk memformulasikan

strategi kinerja pelabuhan.

Pemilihan prioritas strategi peningkatan kapasitas kelembagaan dilakukan

dengan AHP. AHP diawali dengan fokus yaitu peningkatan kapasitas

kelembagaan. Hirarki ke 1 dan 2 adalah faktor yang mempengaruhi peningkatan

kapasitas kelembagaan yaitu faktor internal dan eksternal. Sebagai tingkat hirarki

ke 3 adalah alternatif strategi yang elemen-elemennya diperoleh dari hasil analisis

SWOT. Kerangka pemikiran dapat dilihat pada Gambar 1.

Page 26: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

10

Gambar 1 Kerangka pemikiran

Visi dan Misi

Pelabuhan

Kebjakan Teknis

Kapasitas Kelembagaan

Masa Kini

Masalah Pencapaian

Analisis SWOT

Analisis AHP

Rekomendasi Strategi

Peningkatan Kapasitas

Kelembagaan

Tujuan

Kinerja PPS Nizam

Zachman Masa Kini

Internal Eksternal

Page 27: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

11

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pelabuhan Perikanan

Sesuai dengan Pasal 1 Undang Undang No. 31 Tahun 2004 tentang

Perikanan, bahwa Pelabuhan Perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan

dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan

pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai

tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh, dan/atau bongkar muat ikan yang

dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang

perikanan.

Menurut Lubis (2000) pelabuhan perikanan adalah merupakan pusat

pengembangan ekonomi perikanan ditinjau dari aspek produksi, pengolahan dan

pemasaran baik berskala lokal, nasional maupun internasional. Menurut

Direktorat Jenderal Perikanan (1994) bahwa aspek-aspek tersebut secara rinci

adalah :

(1) Produksi : bahwa pelabuhan perikanan sebagai tempat para nelayan untuk

melakukan kegiatan-kegiatan produksinya, mulai dari memenuhi kebutuhan

perbekalan untuk menangkap ikan di laut sampai membongkar hasil

tangkapannya.

(2) Pengolahan : bahwa pelabuhan perikanan menyediakan sarana-sarana yang

dibutuhkan untuk mengolah hasil tangkapannya.

(3) Pemasaran : bahwa pelabuhan perikanan merupakan pusat pengumpulan dan

pemasaran hasil tangkapannya.

Page 28: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

12

Selanjutnya berdasarkan Pasal 41 dan penjelasan atas Undang Undang No.

31 Tahun 2004 tersebut, dalam rangka pengembangan perikanan, pemerintah

membangun dan membina pelabuhan perikanan yang berfungsi, antara lain

sebagai tempat tambat labuh kapal perikanan, tempat pendaratan ikan, tempat

pemasaran dan distribusi ikan, tempat pelaksanaan pembinaan mutu hasil

perikanan, tempat pengumpulan data tangkapan, tempat pengumpulan data

tangkapan, tempat pelaksanaan penyuluhan serta pengembangan masyarakat

nelayan, dan tempat untuk memperlancar kegiatan operasional kapal perikanan.

Mengingat demikian luasnya fungsi yang harus diselenggarakan oleh

pelabuhan perikanan, maka perlu dirumuskan secara jelas misi sebagai pedoman

maupun dorongan semangat kerja seluruh aparat yang bertugas dalam organisasi.

Pelabuhan perikanan adalah pusat pengembangan masyarakat nelayan dan

ekonomi perikanan, mampu mendorong peningkatan produksi perikanan secara

berkesinambungan karena bermanfaat bagi kehidupan nelayan produsen maupun

kesejahteraan konsumen serta mengkedepankan pemanfaatan teknologi maupun

manajemen yang melindungi serta melayani sebagai kepentingan masyarakat

perikanan terutama industri perikanan tanpa kekecualian, dalam berusaha di

lingkungan pelabuhan perikanan.

Tujuan pembangunan pelabuhan adalah menyediakan fasilitas atau

kemudahan bagi nelayan dan pengusaha perikanan untuk melakukan kegiatan

usaha secara terpadu. Kegiatan tersebut mulai dari kegiatan pra panen sampai

dengan pasca panen, termasuk pengelolaan dan pemasaran hasilnya.

Page 29: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

13

2.2 Klasifikasi Pelabuhan Perikanan

Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : KEP.10/

MEN/2004 tentang Pelabuhan Perikanan, dimana pelabuhan perikanan dapat

dikategorikan menurut kapasitas dan kemampuan masing-masing pelabuhan untuk

menangani kapal yang datang dan pergi serta letak dan posisi pelabuhan.

Pelabuhan perikanan diklasifikasikan menjadi 4 (empat) kategori utama yaitu :

2.2.1 Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS)

PPS dikenal juga sebagai pelabuhan perikanan tipe A atau kelas I.

Terdapat 5 (lima) PPS di Indonesia, yaitu PPS Nizam Zachman di DKI Jakarta,

PPS Cilacap di Jawa Tengah, PPS Belawan di Sumatera Utara, PPS Bungus di

Sumatera Barat dan PPS Kendari di Sulawesi Tenggara.

PPS adalah pelabuhan perikanan yang dapat menampung kapal perikanan

yang mempunyai kemampuan beroperasi di samudera dan lepas pantai yang

sifatnya nasional dan internasional, dengan kriteria sebagai berikut :

(1) Terutama untuk melayani kapal perikanan berukuran > 60 GT.

(2) Melayani kapal perikanan yang beroperasi di perairan lepas pantai, ZEE dan

perairan internasional.

(3) Dapat menampung 100 buah kapal perikanan atau 6.000 GT sekaligus.

(4) Jumlah ikan yang didaratkan sekitar 200 ton/hari atau 40.000 ton/tahun.

(5) Memiliki ± 30 Ha lahan untuk kawasan industri perikanan.

(6) Memberikan pelayanan ekspor industri perikanan.

2.2.2 Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)

PPN dikenal juga sebagai pelabuhan perikanan tipe B atau kelas II.

Terdapat 11 (sebelas) PPN di Indonesia, dimana lokasinya berada di Brondong

Page 30: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

14

(Jawa Timur), Sibolga (Sumatera Utara), Pelabuhan Ratu (Jawa Barat),

Kejawanan dan Pekalongan (Jawa Tengah), Tanjung Pandan (Bangka Belitung),

Pemangkat (Kalimantan Barat), Tual (Maluku), Prigi (Jawa Timur), Ternate dan

Ambon (Maluku).

PPN adalah pelabuhan perikanan yang dapat menampung kapal perikanan

yang mempunyai kemampuan beroperasi di lepas pantai yang sifatnya regional

dan nasional, dengan kriteria sebagai berikut :

(1) Terutama untuk melayani kapal perikanan berukuran 15- 60 GT.

(2) Melayani kapal ikan yang beroperasi di perairan ZEE Indonesia dan perairan

nasional.

(3) Mampu menampung sekaligus 75 buah kapal perikanan atau 3.000 GT.

(4) Jumlah ikan yang didaratkan sekitar 40-50 ton/hari atau sekitar 8.000-

15.000 ton/tahun.

2.2.3 Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP)

PPP dikenal juga sebagai pelabuhan perikanan tipe C atau kelas II.

Terdapat 44 (empat puluh empat) PPP di Indonesia, dimana lokasinya berada di

Asemdoyong, Bacan, Bajomulyo, Banjarmasin, Bawean, Blanakan, Bondet,

Cilauteureun, Ciparage, Dagho, Eretan, Hantipan, Karangantu, Karimun Jawa,

Kota Agung, Kupang, Kwandang, Labuhan Lombok, Labuhan Maringgai,

Lampulo, Lekok, Lempasing, Mayangan, Morodemak, Muara Ciasem, Muncar,

Paiton, Pondok Dadap, Sadeng, Sikakap, Sorong, Sungai Liat, Tarakan, Tarempa,

Tasik Agung,, Tawang, Tegalsari, Teladas, Teluk Batang, Tobelo, Tumumpa,

Wonokerto.

Page 31: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

15

PPP adalah pelabuhan perikanan yang dapat menampung kapal perikanan

yang mempunyai kemampuan beroperasi di pantai yang sifatnya regional, dengan

kriteria sebagai berikut :

(1) Melayani kapal perikanan berukuran 5-15 GT.

(2) Melayani kapal ikan yang beroperasi di perairan pantai.

(3) Mampu menampung 50 buah kapal perikanan atau 500 GT sekaligus.

(4) Jumlah ikan yang didaratkan sekitar 15-20 ton/hari atau sekitar 3.000-4.000

ton/tahun.

2.2.4 Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)

PPI merupakan pelabuhan kecil yang umumnya dikelola oleh daerah,

untuk mendukung kegiatan penangkapan ikan di daerah pantai. Terdapat 585 PPI

di Indonesia, yang digunakan untuk kapal-kapal nelayan setempat untuk

mendaratkan dan memasarkan hasil tangkapan, dengan kriteria sebagai berikut :

(1) Melayani kapal perikanan yang beroperasi di perairan pantai.

(2) Melayani kapal berukuran sampai dengan 10 GT.

(3) Mampu menampung 20 buah kapal perikanan atau 200 GT

(4) Jumlah ikan yang didaratkan sekitar 10 ton/hari atau 2.000 ton/tahun.

Kriteria ini akan menentukan dalam peningkatan klasifikasi PP/PPI yang kegiatan

operasional mengalami peningkatan dengan adanya pembangunan/pengembangan

sarananya (Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, 2001).

Menurut Lubis (2000) pelabuhan perikanan dapat diklasifikasikan menurut

letak dan jenis usaha perikanannya. Pelabuhan perikanan bila dilihat dari

banyaknya faktor yang ada, pengklasifikasiannya dapat dipengaruhi oleh berbagai

parameter antara lain :

Page 32: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

16

(1) Luas lahan, letak dan konstruksi bangunannya.

(2) Tipe dan ukuran kapal yang masuk pelabuhan.

(3) Jenis perikanan skala usahanya.

(4) Distribusi dan tujuan ikan hasil tangkapan.

Pengklasifikasian pelabuhan perikanan seperti tersebut di atas pada

dasarnya dibuat untuk mempermudah dalam pengelolaan khususnya dan

pengembangan pelabuhan pada umumnya.

2.3 Fasilitas Pelabuhan Perikanan

Di dalam pelaksanaan fungsi dan peranannya, pelabuhan perikanan

dilengkapi dengan berbagai fasilitas. Fasilitas-fasilitas yang terdapat di pelabuhan

perikanan umumnya terdiri dari fasilitas pokok, fungsional dan tambahan/

penunjang.

Fasilitas pokok dan penunjang bersifat pelayanan umum bagi masyarakat

dan pengusaha perikanan, dimana pembangunannya membutuhkan biaya yang

relatif mahal maka menjadi kewajiban pemerintah. Fasilitas fungsional (cold

storage, pabrik es, Bahan Bakar Minyak (BBM) dan lain-lain) yang bersifat

komersial pembangunannya dapat diserahkan kepada swasta sebagai mitra kerja

di bawah bimbingan, pembinaan dan pengaturan oleh pemerintah.

Lubis (2000) menjelaskan bahwa guna mendukung fungsi-fungsi tujuan

pembangunan pelabuhan, maka pelabuhan perikanan dilengkapi dengan fasilitas

yang dibedakan atas 3 (tiga) kelompok sebagai berikut :

Page 33: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

17

(1) Fasilitas pokok

Fasilitas pokok atau juga dikatakan infrastruktur adalah fasilitas dasar atau

pokok yang diperlukan dalam kegiatan di suatu pelabuhan. Fasilitas ini

berfungsi untuk menjamin keamanan dan kelancaran kapal baik sewaktu

berlayar keluar masuk pelabuhan maupun sewaktu berlabuh di pelabuhan.

Fasilitas-fasilitas pokok tersebut antara lain terdiri dari : dermaga, kolam

pelabuhan, alat bantu navigasi, breakwater atau pemecah gelombang dan

tanah untuk industri.

(2) Fasilitas fungsional

Fasilitas fungsional dikatakan juga suprastruktur adalah fasilitas yang

berfungsi meninggikan nilai guna dari fasilitas pokok yang dapat menunjang

aktifitas di pelabuhan. Fasilitas-fasilitas ini diantaranya tidak harus ada di

suatu pelabuhan namun fasilitas ini disesuaikan dengan kebutuhan

operasional pelabuhan perikanan tersebut. Sebagai contoh, ada kalanya suatu

pelabuhan tidak memerlukan cold storage karena ikan-ikan yang didaratkan

semuanya habis terjual dalam bentuk segar. Fasilitas-fasilitas fungsional ini

antara lain TPI, balai pertemuan nelayan, tangki BBM, tangki air, radio

komunikasi, instalasi listrik, pabrik es, cold storage, dock/slipway dan

bengkel.

(3) Fasilitas penunjang

Fasilitas penunjang adalah fasilitas yang secara tidak langsung

meningkatkan peranan pelabuhan atau para pelaku mendapatkan

kenyamanan melakukan aktifitas di pelabuhan. Fasilitas-fasilitas penunjang

Page 34: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

18

ini antara lain kantor pengelola pelabuhan, jalan di dalam komplek,

perumahan, toko, kamar mandi umum dan tempat ibadah.

2.4 Manajemen Strategi

Strategi pada intinya adalah keterampilan dan ilmu memenangkan

persaingan. Persaingan dalam dunia bisnis adalah perebutan pangsa pasar, pada

kondisi yang selalu berubah. Oleh karena itu strategi perlu selalu dikelola agar

tujuan organisasi dalam jangka pendek, jangka menengah dan panjang dapat

dicapai.

Menurut David (1999) definisi manajemen strategis adalah seni dan

pengetahuan untuk merumuskan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi

keputusan lintas fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai

sasarannya. Pengertian yang senada juga diberikan oleh Wheelen dan Hunger

(2000) bahwa manajemen strategi adalah sekumpulan keputusan dan tindakan

manajerial yang menentukan kinerja jangka panjang suatu organisasi.

Menurut David (1999) proses manajemen strategis yang efektif dan efisien

diterapkan dengan menggunakan suatu model manajemen strategis, dimana model

tersebut membagi proses manajemen strategi ke dalam 3 (tiga) tahap yaitu tahap

formulasi strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi.

2.5 Kelembagaan

Kelembagaan dapat diartikan dalam 2 (dua) pengertian, pertama

kelembagaan sebagai institusi yaitu lembaga atau organisasi berbadan hukum

untuk mengelola suatu kegiatan, dan kedua pelembagaan nilai atau

institutionalized. Kelembagaan sebagai institusi dikembangkan melalui 3 (tiga)

aspek yaitu peningkatan kemampuan aparatur yang bekerja di lembaga tersebut

Page 35: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

19

dan memobilisasi tenaga untuk bekerja di lembaga tersebut, penyediaan fasilitas

(ruang kantor, peralatan dan bahan serta fasilitas lainnya untuk mengoperasikan

lembaga tersebut); serta penyediaan dana operasional dan pemeliharaan serta

pembangunan untuk membiayai kegiatan lembaga tersebut.

Pelembagaan nilai-nilai dikembangkan dengan memasyarakatkan hasil-

hasil yang dikerjakan oleh lembaga tersebut ke masyarakat yang menjadi sasaran

atau pengguna jasa tersebut. Nilai-nilai yang dilembagakan bisa berupa peraturan

per Undang Undangan, peraturan daerah, tata ruang pesisir dan lautan dan bentuk-

bentuk lainnya yang dihasilkan oleh lembaga tersebut.

Menurut Mubyarto (1987), yang dimaksud dengan lembaga adalah

organisasi atau kaidah-kaidah, baik formal maupun informal, yang mengatur

perilaku dan tindakan anggota masyarakat tertentu, baik dalam kegiatan rutin

sehari-hari maupun dalam usahanya untuk mencapai tujuan tertentu. Hayami dan

Kikuchi (1987) mendefinisikan bahwa lembaga (pranata) adalah sebagai aturan-

aturan yang dikukuhkan dengan sanksi oleh para anggota komunitas. Ruttan

(1985), mendefinisikan bahwa lembaga sebagai aturan perilaku yang menentukan

pola-pola tindakan dan hubungan sosial, sedangkan organisasi adalah kesatuan

sosial yang memiliki kewenangan untuk pengambilan keputusan, seperti keluarga,

perusahaan dan kantor dengan menjalankan pengendalian terhadap berbagai

sumberdaya.

Menurut Purwaka (2004), kelembagaan (K) adalah satu set atau satu

perangkat peraturan per Undang Undangan yang mengatur tata kelembagaan

(Institutional Arrangement : IA) dan mekanisme/kerangka kerja kelembagaan

(Institutional Framework : IF) dalam rangka fungsionalisasi kapasitas potensial

Page 36: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

20

(Potential Capacity : PC), daya dukung (Carrying Capacity : CC), dan daya

tampung (Absorptive Capacity : AC). AC juga disebut sebagai daya lentur

kelembagaan, yaitu kelenturan sesuatu lembaga dalam menghadapi dan

mengantisipasi dinamika perubahan yang terjadi di dalam pembangunan kelautan.

Kelembagaan tersebut dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut :

K = f (IA, IF) (PC, CC, AC)

dimana :

K : Kelembagaan

f : Fungsi

IA : Tata kelembagaan (bersifat statis)

IF : Kerangka kerja/mekanisme kelembagaan (bersifat dinamis) yaitu tata

kelembagaan dalam keadaan bergerak atau bekerja

PC : Kapasitas potensial

CC : Daya dukung

AC : Daya tampung

Di dalam IA dan IF, masing-masing mengandung PC, CC dan AC, dimana

PC, CC dan AC adalah kapasitas kelembagaan. Dengan demikian, pengembangan

kapasitas kelembagaan adalah upaya optimalisasi kapasitas kelembagaan dalam

kerangka tata dan mekanisme kelembagaan. Dalam kaitan ini, analisis

pengembangan kapasitas kelembagaan dapat mempergunakan politik, ekonomi,

sosial, budaya dan hankam sebagai tools of analysis. Tools of analysis ini juga

dapat dipergunakan dalam upaya membuat desain kelembagaan.

Page 37: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

21

2.6 Teknik Penyusunan Strategi Alternatif

Formulasi strategi adalah perumusan rencana jangka panjang untuk

mengelola peluang dan ancaman secara efektif dengan memperhatikan kekuatan

dan kelemahan yang ada pada organisasi. Formulasi strategi juga meliputi

perumusan misi organisasi, menentukan tujuan, dan merumuskan kebijakan-

kebijakan organisasi.

Tahap formulasi strategi meliputi proses audit. Faktor lingkungan internal

dan eksternal yang dapat mempengaruhi keadaan organisasi dimasa datang, serta

menyusun strategi alternatif dan memilih strategi yang layak untuk dilaksanakan

oleh suatu organisasi.

Audit faktor lingkungan internal dan eksternal organisasi merupakan

kegiatan identifikasi, evaluasi, dan diseminasi berbagai faktor internal dan

eksternal untuk diinformasikan kepada pengambil keputusan dalam organisasi.

Lingkungan eksternal terdiri dari 2 (dua) variabel yaitu peluang (Opportunities)

dan ancaman (Threats), sedangkan lingkungan internal juga terdiri dari 2 (dua)

variabel yaitu kekuatan (Strengths) dan kelemahan (Weakness). Menurut Wheelen

dan Hunger (2000) lingkungan eksternal berkaitan dengan lingkungan tugas dan

lingkungan sosial. Adapun yang dimaksud dengan lingkungan internal adalah

berbagai bidang fungsional, sumberdaya dan budaya kerja dalam organisasi.

Teknik untuk memadukan faktor-faktor internal dan eksternal untuk

mendapatkan strategi alternatif melalui analisis sebagai berikut :

2.6.1 Analisis matriks SWOT

Analisis SWOT adalah analisis kualitatif yang digunakan untuk

mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk memformulasikan

Page 38: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

22

strategi suatu kegiatan. SWOT adalah singkatan dari Strength, Weakness,

Opportunities dan Threats (Rangkuti, 2002).

Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal yang

dipresentasikan melalui peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan

faktor internal kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness). Kedua faktor

tersebut memberikan dampak positif yang berasal dari peluang dan kekuatan, dan

negatif yang berasal dari ancaman dan kelemahan.

Dalam analisis SWOT juga digunakan matriks SWOT (Rangkuti, 2002).

Matriks tersebut dapat menghasilkan 4 (empat) set kemungkinan alternatif

strategis sebagai berikut : Strategi SO, strategi ST, strategi WO dan strategi WT.

Matriks SWOT menampilkan enam kotak, dua kotak di bagian paling atas

adalah kotak faktor internal yaitu kekuatan dan kelemahan, sedangkan dua kotak

di sebelah kiri adalah kotak faktor eksternal yaitu peluang dan ancaman. Empat

kotak lainnya A, B, C dan D merupakan kotak isi strategi yang timbul sebagai

hasil kontak antara faktor internal dan eksternal. Keempat isi strategis adalah

sebagai berikut (Tabel 1) :

(1) Strategi SO atau Comparative Advantage (keunggulan komparatif) yaitu

pengambil keputusan telah melihat peluang yang tersedia dan juga memiliki

posisi internal yang kuat. Organisasi menggunakan kekuatan untuk

memanfaatkan peluang.

(2) Strategi ST atau Mobilization Advantage (pengerahan keuntungan),

interaksi antara ancaman dari luar yang diidentifikasi oleh pengambil

keputusan dengan kekuatan organisasi. Dalam hal ini organisasi

menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman.

Page 39: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

23

(3) Strategi WO atau Investement/Divestment (bertambah/berkurang), dimana

peluang yang tersedia sangat menyakinkan, tetapi tidak ada kemampuan

organisasi untuk menggarap dan memberikan reaksi positif. Organisasi akan

meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang.

(4) Strategi WT atau Damage (rugi), merupakan keadaan yang paling lemah

bagi organisasi. Pada keadaan ini ancaman dari luar dihadapkan pada

sumberdaya organisasi yang sangat lemah. Organisasi perlu mengendalikan

kelemahan untuk menghindari ancaman.

Tabel 1 Strategi yang dihasilkan dari perpaduan antara faktor internal dengan

eksternal

INTERNAL KEKUATAN (S) KELEMAHAN (W) X1 X1

X2 X2

. .

. .

EKSTERNAL Xn Xn

PELUANG (O) (Strategi SO) (Strategi WO) X1 a a

X2 b b

. . .

. . .

Xn n n

ANCAMAN (T) (Strategi ST) (Strategi WT)

X1 a a

X2 b b

. . .

. . .

Xn n n

Sumber : Rangkuti, 2002

2.6.2 Analytical Hierarchy Process (AHP)

Dalam mengambil keputusan seringkali harus memecahkan suatu masalah

hubungan antar komponen dalam sistem yang kompleks seperti sumberdaya,

hasil-hasil yang diinginkan atau tujuan-tujuan, kelompok orang dan sebagainya.

Analytical Hierarchy Process (AHP) atau Proses Hirarki Analitik (PHA) adalah

Page 40: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

24

merupakan analisis yang digunakan untuk memahami kompleksitas sistem dan

dapat meningkatkan kualitas prediksi dalam mengambil keputusan. Dalam

penerapannya, Saaty (1991) menyarankan sedapat mungkin menghindari adanya

penyederhanaan seperti dengan membuat asumsi-asumsi, dengan tujuan dapat

diperoleh model-model yang kuantitatif.

AHP merupakan suatu metode pengambilan keputusan yang sederhana

dan fleksibel yang menampung kreativitas dalam rancangannya terhadap suatu

masalah. Metode ini ditujukan untuk memodelkan problem tak terstruktur, baik

dalam bidang ekonomi, sosial maupun sains manajemen yang dikembangkan

pertama sekali oleh Thomas L. Saaty pada tahun 1970-an, seorang ahli

matematika dari university of Pittsburg Amerika Serikat.

Prinsip dasar AHP adalah penyusunan hirarki, penerapan prioritas dan

prinsip konsistensi (Saaty, 1991). Tolok ukur kekonsistenan pendapat responden

diukur dengan menggunakan rasio konsistensi atau Consistency Ratio (CR). Dari

hasil AHP ditentukan urutan/tingkatan pengaruh elemen-elemen dalam suatu

hierarki.

Prinsip menyelesaikan masalah dengan menggunakan AHP adalah

dipergunakannya hirarki untuk menguraikan sistem yang komplek menjadi

elemen-elemen yang lebih sederhana. Hirarki dari metode ini dibagi menjadi

fokus, faktor, aktor, tujuan dan alternatif seperti terlihat pada Gambar 2.

Page 41: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

25

Fokus :

Faktor :

Aktor :

Tujuan :

Alternatif :

Gambar 2 Analytical Hierarchy Process (Saaty, 1991)

AHP mempunyai beberapa keuntungan sebagai berikut :

(1) Memberi suatu model tunggal yang mudah dimengerti, luwes untuk

anekaragaman persoalan yang tak terstruktur.

(2) Memadukan ancangan deduktif dan ancangan berdasarkan sistem dalam

memecahkan persoalan kompleks.

(3) Dapat menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam suatu sistem

dan tidak memaksakan pemikiran linier.

(4) Mencerminkan kecenderungan alami pikiran untuk memilah-milah elemen-

elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokkan

unsur yang serupa dalam setiap tingkat.

(5) Memberi suatu skala dalam mengukur hal-hal yang tidak terwujud untuk

mendapatkan prioritas.

Sasaran Utama

(Ultimate Goal)

Faktor yang terlibat

(internal dan eksternal)

Alternatif Strategi

Tujuan dari pelaku

Pelaku yang terlibat

Page 42: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

26

(6) Melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang digunakan

dalam menetapkan berbagai prioritas.

(7) Menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap alternatif.

(8) Mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan

memungkinkan orang memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan-tujuan

mereka.

(9) Tidak memaksakan konsensus tetapi mensintesis suatu hasil yang

representatif dari penilaian yang berbeda-beda.

(10) Memungkinkan orang memperhalus definisi mereka pada suatu persoalan

dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian mereka melalui

pengulangan.

2.7 Kajian Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang pelabuhan perikanan telah dilakukan beberapa peneliti

di Indonesia dengan berbagai pendekatan analisis yang digunakan diantaranya

adalah :

(1) Hayati (2001) dengan topik penelitian yaitu Strategi Peningkatan Kinerja

Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat.

Penelitian tersebut telah dapat menginventarisasi dan mengidentifikasi

faktor-faktor dominan yang menentukan kinerja pelabuhan, merumuskan

sasaran kerja pelabuhan, mengkaji faktor-faktor yang harus ditingkatkan dan

merumuskan rekomendasi strategi peningkatan kinerja pelabuhan.

(2) Furuta (2002) dengan topik penelitian yaitu Dampak Bantuan Pinjaman dari

Pemerintah Jepang terhadap Perikanan Tangkap di Indonesia : Studi Kasus

tentang Pengembangan Pelabuhan PPS Jakarta oleh OECF (JBIC). Hasil

Page 43: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

27

penelitian menunjukkan antara lain bahwa pengembalian bantuan pinjaman

dari OECF/JBIC, diperhitungkan akan sulit dituntaskan bila didasarkan pada

penerimaan pelabuhan pada masa kini, khususnya dengan sistem

pengelolaan yang seluruhnya dilakukan oleh pemerintah. Pengalihan

pengelolaan ke pihak swasta mungkin dapat menjadi solusi untuk

meningkatkan kemampuan pengembalian pinjaman, namun masih perlu

pengkajian yang lebih dalam.

(3) Susilowati (2003) dengan topik penelitian yaitu Analisis Peran Pelabuhan

Perikanan dan Hubungannya dengan Kesejahteraan Masyarakat. Hasil

penelitian tersebut menunjukkan bahwa keberadaan PPS Jakarta telah

memberikan dampak ganda baik bagi masyarakat maupun pemerintah

daerah.

(4) Firmansyah (2004) dengan topik penelitian yaitu Analisis Ekspor Ikan Tuna

Indonesia dari PPS Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi

ikan tuna dari PPS Jakarta berpengaruh positif terhadap nilai ekspor ikan

tuna Indonesia. Jika produksi ikan tuna Indonesia meningkat maka nilai

ekspor Indonesia juga meningkat.

(5) Suparman (2004) dengan topik penelitian yaitu Formulasi Strategi

Pengembangan Perusahaan Umum Prasarana Perikanan Samudera di

Indonesia. Penelitian tersebut telah dapat menginventarisasi dan

mengidentifikasi faktor-faktor eksternal dan intenal yang mempengaruhi

kinerja Perum PPS dan merumuskan rekomendasi strategi yang layak

dilaksanakan Perum PPS untuk mengembangkan unit-unit usaha yang

dikelolanya.

Page 44: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

28

Dari hasil inventarisasi kajian penelitian terdahulu, maka didapat bahwa

topik penelitian tentang kelembagaan di pelabuhan perikanan khususnya di PPS

Nizam Zachman sampai saat ini belum ada yang melakukan. Berdasarkan hal

tersebut di atas, maka penulis memilih topik penelitian yaitu Strategi Peningkatan

Kapasitas Kelembagaan PPS Nizam Zachman Jakarta. Dari hasil penelitian

diharapkan nantinya teridentifkasi kelembagaan/organisasi PPS Nizam Zachman

saat ini, faktor-faktor yang menentukan efektivitas dan efisiensi dalam

pengelolaan PPS Nizam Zachman, dan strategi yang diperlukan dalam upaya

peningkatan kapasitas kelembagaan PPS Nizam Zachman.

Page 45: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

29

3 METODOLOGI

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam

Zachman yang terletak di Teluk Jakarta dan termasuk dalam perairan Teluk

Jakarta. Berada pada wilayah pengelolaan perikanan (WPP-03) Laut Jawa.

Penelitian ini dilaksanakan selama 5 (lima) bulan mulai April s.d Agustus 2005.

3.2 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan sekunder yang bersifat

kualitatif dan kuantitatif. Data primer yang dikumpulkan adalah data tentang

keterkaitan hubungan kerja antara UPT Pelabuhan Perikanan Samudera dengan

Perum Prasarana Perikanan Samudera dan instansi terkait di pelabuhan perikanan,

sedangkan data sekunder adalah berupa uraian tugas dan tata hubungan

kelembagaan yang terlibat di dalam pelaksanaan fungsi-fungsi pengaturan di

pelabuhan serta data-data internal mengenai kinerja pelabuhan perikanan selama

ini.

Data primer dikumpulkan melalui wawancara dan kuesioner dari

responden dan narasumber yang terpilih dengan sengaja (purposive) dengan

ketentuan bahwa yang bersangkutan memiliki pemahaman terhadap perencanaan

pembangunan pelabuhan perikanan, faktor yang mempengaruhi pelabuhan

perikanan dan pengelolaan pelabuhan perikanan. Responden dan narasumber yang

berpartisipasi dalam penelitian ini yaitu Direktur Kelembagaan Pemerintah,

Direktorat Jenderal Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Pemasaran; Kepala

UPT PPS Nizam Zachman; Direktur Pengembangan dan Tata Pelabuhan, Perum

Page 46: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

30

Prasarana Pelabuhan Samudera; Kasubdit Pengawasan Penangkapan Ikan

Wilayah Barat, Direktorat Pengawasan Sumberdaya Ikan, Direktorat Jenderal

Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan; Kasubdit Tata Operasional

Pelabuhan Perikanan, Direktorat Prasarana Pelabuhan Perikanan, Direktorat

Jenderal Perikanan Tangkap; Kepala TPI Muara Baru, Dinas Peternakan,

Perikanan dan Kelautan Propinsi DKI Jakarta, dan Ketua Asosiasi Tuna

(ASTUIN) Wilayah Jakarta.

Data sekunder dikumpulkan melalui studi pustaka dan studi literatur,

diperoleh dari Departemen Kelautan dan Perikanan, UPT PPS Nizam Zachman,

Perum PPS, Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Propinsi DKI Jakarta, TPI

Muara Baru, Institut Pertanian Bogor dan instansi terkait lainnya.

3.3 Analisis Data

3.3.1 Analisis fungsi dan kewenangan kelembagaan

Analisis fungsi dan kewenangan dilakukan untuk menelusuri terjadinya

konflik antar lembaga/instansi yang disebabkan oleh adanya tumpang tindih

fungsi dan wewenang dari setiap lembaga/instansi yang terlibat dalam

pengelolaan pelabuhan perikanan. Sebelum dianalisis, dilakukan identifikasi

terhadap semua lembaga/instansi yang saling berinteraksi baik sektoral maupun

fungsional pada semua tingkat pemerintahan yang berpengaruh terhadap

pemanfaatan dan pengelolaan pelabuhan perikanan.

Analisis fungsi dan wewenang kelembagaan, dengan mengidentifikasikan

input-input dan faktor intervensi. Adapun input yang dimaksudkan disini adalah

peraturan perundang-undangan serta kebijakan-kebijakan yang mempengaruhi

permasalahan dimaksud, serta lembaga-lembaga atau instansi pemerintah yang

Page 47: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

31

diberi kewenangan untuk melaksanakan peraturan perundang-undangan dan

kebijakan dalam pengelolaan pelabuhan perikanan. Sedangkan faktor

intervensinya adalah berupa kesenjangan pertanggungjawaban, tumpang tindih

serta duplikasi kepentingan antar lembaga/instansi yang pada akhirnya

menimbulkan terjadinya konflik.

Teknik pengolahan data primer untuk penentuan bobot kelembagaan

dilakukan dengan menyajikan data dalam bentuk tabulasi data menggunakan

matriks keserasian (compatibility matrix). Metode ini digunakan untuk

memberikan bobot dengan mensinergikan suatu kegiatan diantara lembaga/

instansi yang ada di pelabuhan perikanan (Tabel 2).

Langkah-langkah penyelesaian pembobotan adalah sebagai berikut :

(1) Mengajukan identifikasi kegiatan terhadap kelembagaan dalam suatu

matriks pendapat individu.

(2) Mengisi matriks dengan skala perbandingan berpasangan.

(3) Membuat matriks pendapat gabungan dari matriks dengan skala

perbandingan berpasangan.

Tabel 2 Kerangka matriks keserasian (compatibility matrix) fungsi dan wewenang

antar lembaga/instansi

Lembaga/Instansi A B C ...

A S K SK

B

C

...

Keterangan :

S = Sinergi

K = Kontradiksi

SK = Sangat Kontradiksi

Page 48: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

32

3.3.2 Analisis strategi kinerja pelabuhan perikanan

Strategi kinerja pelabuhan perikanan dapat ditentukan oleh kombinasi

faktor internal dan eksternal. Kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam

analisis SWOT yaitu membandingkan antara faktor internal kekuatan dan

kelemahan dengan faktor eksternal peluang dan ancaman.

Penentuan bobot dan nilai setiap faktor internal dan eksternal dilakukan

oleh responden. Pembobotan dilakukan dengan cara membandingkan tingkat

kepentingan suatu faktor terhadap faktor lainnya secara berpasangan dengan

metode Paired Comparison (Kinnear, 1996), sebagai berikut (Tabel 3) :

(1) Menyusun faktor-faktor internal dan eksternal dalam suatu matriks pendapat

individu.

(2) Mengisi matriks dengan skala perbandingan berpasangan yang dilakukan

secara individu. Angka untuk menilai pembobotan adalah sebagai berikut :

Nilai 1, jika faktor horizontal kurang penting dari faktor vertikal.

Nilai 2, jika faktor horizontal sama penting dari faktor vertikal.

Nilai 3, jika faktor horizontal lebih penting dari faktor vertikal.

(3) Menghitung bobot masing-masing faktor yaitu, bobot B = T : ∑ T, dimana T

= t1 + t2 + t3 + tn

Tabel 3 Matriks paired comparison gabungan

Faktor Internal

dan Eksternal

A

B

C

D

Total

Bobot

A t1 t2 t3 T B

B

C

...

Total ∑ T 1

Sumber : Kinnear, 1996

Page 49: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

33

3.3.3 Analisis strategi peningkatan kapasitas kelembagaan

Analisis kuantitatif dilakukan terhadap faktor yang mempengaruhi

pengelolaan pelabuhan dan untuk merumuskan hasil dari data, digunakan alat

Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan tujuan untuk menentukan alternatif

strategi berdasarkan skala prioritas (Saaty, 1991). AHP digunakan untuk

pengambilan keputusan yang dapat digunakan dalam penentuan atau

merencanakan suatu strategi. Melalui analisa ini dimasukkan pertimbangan-

pertimbangan logis dari faktor-faktor yang berpengaruh, pelakunya dan tujuan

masing-masing dari suatu permasalahan yang kompleks menjadi sederhana dan

tersusun dalam suatu hirarki. Tingkat konsistensi merupakan penentu utama

sebagai pertimbangan pokok keputusan strategi yang diambil.

Langkah-langkah penyelesaian AHP adalah sebagai berikut :

(1) Mendefinisikan persoalan dan merinci pemecahan persoalan yang

diinginkan.

(2) Membuat struktur hirarki secara menyeluruh, sebagaimana diringkaskan

pada Gambar 3 berikut ini.

Page 50: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

34

Strategi Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman

Legalitas Hukum Koordinasi Kinerja Pelabuhan

Peraturan yang Berlaku

Pengaturan Fungsi dan Wewenang

Kerjasama Antar Instansi Terkait

Kerjasama Dengan Stake Holder

Ketersediaan Fasilitas Pelabuhan

Tingkat Pelayanan Pelabuhan

Kualitas SDM Kelembagaan Pengelola Pelabuhan

Tujuan

Level 3 : Strategi

Level 1 : Faktor

Level 2 : Sub Faktor

Gambar 3 Struktur hirarki dalam upaya peningkatan kapasitas kelembagaan PPS Nizam Zachman

Penyempurnaan

Pengelolaan Pelabuhan

Peningkatan Sarana dan

Prasarana

Peningkatan Pelayanan

Pelabuhan

Page 51: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

35

(3) Menyusun matrik banding berpasangan (Tabel 4)

Tabel 4 Matriks pendapat pada metode AHP

Fokus A1 A2 A3 ........ An

A1 a11 a12 a13 .......... a1n

A2 a21 a22 a23 .......... a2n

A3 a31 a32 a33 .......... a3n

........ .......... .......... .......... .......... ..........

An an1 an2 an3 .......... ann

Sumber : Saaty, 1991

(4) Mengumpulkan semua pertimbangan yang diperlukan dari hasil melakukan

perbandingan berpasangan antar elemen pada langkah untuk mengisi matriks

banding berpasangan, digunakan skala banding yang tertera pada Tabel 5.

Tabel 5 Nilai skala banding berpasangan

Nilai Skala Definisi Penjelasan

1 Kedua elemen sama

pentingnya

Dua elemen mempengaruhi sama

kuat pada sifat ini

3 Elemen yang satu sedikit

lebih penting dari lainnya

Pengalaman atau pertimbangan

sedikit menyokong satu elemen atas

lainnya

5 Elemen yang satu jelas

lebih penting dibanding

elemen lainnya

Pengalaman atau pertimbangan

dengan kuat disokong dan

dominasinya terlihat dalam praktek

7 Satu elemen sangat jelas

lebih penting dibanding

elemen lainnya

Satu elemen dengan kuat disokong

dan dominasinya terlihat dalam

praktek

9 Satu elemen mutlak lebih

penting dibanding elemen

lainnya

Sokongan elemen yang satu atas

yang lain terbukti memiliki tingkat

penegasan tertinggi

2,4,6,8 Nilai-nilai diantara kedua

pertimbangan diatas

Kompromi diperlukan diantara dua

pertimbangan

Kebalikan

Nilai-nilai

diatas

Bila nilai-nilai diatas dianggap membandingkan antara elemen A

dan B, maka nilai-nilai kebalikan (1/2, 1/3, 1/4 .... 1/9) digunakan

untuk membandingkan kepentingan B terhadap A.

Sumber : Saaty, 1991

Page 52: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

36

(5) Memasukkan nilai-nilai kebalikannya beserta bilangan 1 sepanjang diagonal.

(6) Melaksanakan langkah 3, 4 dan 5 untuk semua tingkatan dan hirarki tersebut.

(7) Mensintesis prioritas untuk melakukan pembobotan.

(8) Mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hirarki.

Pengolahan data dengan AHP ini menggunakan Expert Choice (Gambar 4).

Gambar 4 Skema proses pengolahan data pada AHP

Mulai

Identifikasi Masalah

Penyusunan Hirarki

Pengisian Matriks Pendapat

Individu

Pengujian Konsistensi Rasio

Terpenuhi ?

Penyusunan Matriks Gabungan

Pengolahan

Vektor Prioritas

Selesai

Tidak

Ya

Revisi

Page 53: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

37

4 PROFIL PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA NIZAM ZACHMAN

4.1 Lokasi Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman

Berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. Kep.04/Men/

2004 telah ditetapkan perubahan nama Pelabuhan Perikanan Samudera Jakarta

(PPSJ) menjadi Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman yang terletak di

daerah Muara Baru, Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta

Utara. Secara geografis terletak pada 06005' - 06007' LS dan 106050' - 106050' BT

(Gambar 5). Kelurahan Penjaringan di Jakarta Utara mempunyai batas

administratif yaitu :

(1) Sebelah utara : Pantai Laut Jawa, Jalan Pluit Selatan (wilayah

Kelurahan Pluit).

(2) Sebelah selatan : Jalan Bandengan Utara.

(3) Sebelah barat : Waduk Pluit sebelah barat, Jalan Jembatan Tiga dan

Kali Muara Karang.

(4) Sebelah timur : Alur Pelabuhan Sunda Kelapa, Kali Jelakeng (wilayah

Kelurahan Ancol).

Kelurahan Penjaringan merupakan salah satu kawasan industri yang

terdapat di Jakarta Utara. Hal ini terlihat dari penggunaan lahan yang sebagian

besar dipergunakan untuk perusahaan yaitu seluas 243,27 Ha atau 61,52 % dari

luas kelurahan ini, sedangkan lahan pemukiman 31,46 % dan sisanya 7,02 %

dipergunakan untuk industri. Luas lokasi PPS Nizam Zachman adalah 98 Ha atau

25,29 % dari total luas kelurahan ini.

Page 54: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

38

Gambar 5 Peta lokasi PPS Nizam Zachman

Page 55: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

39

4.2 Sejarah dan Perkembangan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Perencanaan pembangunan PPS Nizam Zachman dimulai sejak tahun

1972, studi kelayakan dipercayakan kepada Pemerintah Jepang melalui Overseas

Technical Cooperation Agency (OTCA) of Japan sekarang bernama Japanese

International Cooperation Agency (JICA). PPS Nizam Zachman mulai dibangun

tahun 1980 dengan pembiayaan bantuan lunak pemerintah Jepang melalui

Overseas Economic Cooperation Fund (OECF) dan dana APBN.

Tujuan utama pembangunan PPS Nizam Zachman yaitu untuk menjawab

tantangan pembangunan perikanan nasional Indonesia dalam menggali

sumberdaya perikanan yang tersebar dari perairan pantai sampai perairan Zona

Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia melalui cara-cara yang lebih modern.

Perencanaan teknis pembangunan pelabuhan dilaksanakan oleh Pacific

Consultans International dari Jepang yang bekerjasama dengan PT Inconeb dari

Indonesia.

Pembangunan awal PPS Nizam Zachman dilaksanakan dalam beberapa

tahapan pembangunan (Gambar 6, Gambar 7, Gambar 8) sebagai berikut :

(1) Pembangunan Tahap I (5 Maret 1980 - 31 Desember 1982), meliputi

pembangunan fasilitas pokok/dasar yaitu pembuatan kolam pelabuhan,

dermaga, penahan gelombang, lampu navigasi dan reklamasi tanah.

(2) Pembangunan Tahap II (22 Maret 1982 - 31 Maret 1984), terdiri dari

pembangunan fasilitas fungsional yaitu gedung pelelangan ikan, cold

storage, pabrik es, kantor pelabuhan, dermaga bongkar muat, mesin

pendingin, pembangkit listrik, galangan kapal dan sarana lainnya.

(3) Pembangunan Tahap III (1984-1992), meliputi pembangunan fasilitas

Page 56: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

40

penunjang yaitu pembangunan jalan komplek PPS Nizam Zachman,

perkantoran, masjid, pos polisi, pertokoan dan tempat pemrosesan ikan.

Periode 1988-1992 perpanjangan dermaga sepanjang 150 m, perluasan cold

storage, kantor Perum Prasarana Perikanan Samudera, gedung pemasaran

ikan, tempat penginapan, 2 tansit sheds, MCK, dan industri pengolahan

ikan.

(4) Pembangunan Tahap IV (1993-2001), meliputi perbaikan dan peningkatan

fasilitas-fasilitas yang ada di kawasan PPSJ dengan biayanya berasal dari

bantuan pemerintah Jepang dan dari anggaran pemerintah Indonesia.

Pembangunan tahap ini meliputi pengurukan pasir dan pekerjaan

penimbunan, pembangunan dermaga dengan kedalaman air 7,5 m (fasilitas

perbaikan kapal, sistem pembuangan air kotor laut, perbaikan revetment, dan

pemasangan fasilitas listrik dan air), pembangunan gedung Muara Baru

Center A (pekerjaan jalan, area parkir dan sistem drainase), pekerjaan

walkyway sepanjang jalan di area PPS Nizam Zachman beserta

perlengkapan-perlengkapannya, pengadaan Handling Equipment (forklift 8

unit, towing tractor 3 unit, truck crane 2 unit, dump truck 2 unit dan

garbage car 12 unit).

Untuk mengantisipasi perkembangan kegiatan perikanan di PPS Nizam

Zachman pada masa-masa mendatang, diperlukan perluasan areal guna pelayanan

yang lebih baik. Master Plan Tahap V Pembangunan PPS Nizam Zachman, antara

lain meliputi pengembangan tanggul pemecah gelombang dan lampu navigasi,

perpanjangan dermaga timur dan dermaga barat, pengembangan areal perbaikan

kapal (floating repair), dan pengembangan industri perikanan (Gambar 9).

Page 57: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

41

Gambar 6 Tahap I dan II pembangunan PPS Nizam Zachman periode 1982 s.d 1984

Page 58: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

42

Gambar 7 Tahap III pembangunan PPS Nizam Zachman periode 1984 s.d 1988

Page 59: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

43

Gambar 8 Tahap IVpembangunan PPS Nizam Zachman periode 1996 s.d 2001

Page 60: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

44

Gambar 9 Master plan Tahap V pembangunan PPS Nizam Zachman PPS Nizam Zachman diresmikan oleh Presiden RI pada tanggal 17 Juli

1984, dan mulai beroperasi secara penuh pada tahun 1986. Untuk melaksanakan

pengelolaan pembangunan fisik pelabuhan lanjutan, dibentuklah Project

Management Unit (PMU) PPSJ. Pada April 1992 PMU PPSJ diubah status dan

fungsinya menjadi 2 (dua) badan terpisah yaitu :

(1) Unit Pelaksana Teknis (UPT) PPSJ, melalui Surat Keputusan Menteri

Pertanian No. 644/KPTs/OT.210/X/91.

(2) Perum Prasarana Perikanan Samudera, melalui Surat Keputusan Menteri

Pertanian No. 427/Kpts/KU.440/6/93.

Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya Kepala UPT PPS Nizam Zachman

bertanggung jawab secara langsung kepada Direktur Jenderal Perikanan Tangkap,

Departemen Kelautan dan Perikanan, sedangkan Direktur Utama Perum Prasarana

Perikanan Samudera bertanggungjawab secara langsung kepada Menteri Negara

BUMN.

Page 61: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

45

4.3 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Sesuai dengan perannya sebagai unit pelayanan teknis, PPS Nizam

Zachman memiliki visi, misi dan tujuan yang sesuai dengan perannya. Adapun

visi, misi dan tujuan tersebut adalah sebagai berikut :

Visi :

Visi PPS Nizam Zachman merupakan bagian yang integral dari visi Departemen

Kelautan dan Perikanan. Visi ini merupakan kesepakatan bersama antara seluruh

staf, instansi terkait dan swasta yang eroperasional di kawasan pelabuhan. Adapun

visi PPS Nizam Zachman adalah “Terwujudnya PPS Nizam Zachman sebagai

pusat pertumbuhan dan pengembangan ekonomi perikanan terpadu”.

Misi :

(1) Menciptakan lapangan kerja dan iklim usaha yang kondusif.

(2) Pemberdayaan masyarakat perikanan.

(3) Meningkatkan mutu, keamanan pangan dan nilai tambah.

(4) Menyediakan sumber data dan informasi perikanan.

(5) Meningkatkan pengawasan dan pengendalian sumberdaya perikanan.

Tujuan Pembangunan :

Tujuan pembangunan yang hendak dicapai dalam operasional PPS Nizam

Zachman merupakan penjabaran dan penjelasan dari tugas pokok dan fungsi serta

misi yang sudah ditetapkan. Adapun tujuan pembangunan PPS Nizam Zachman

adalah :

(1) Meningkatkan kemampuan armada perikanan samudera.

(2) Meningkatkan ekspor hasil-hasil perikanan untuk menambah devisa negara

dari sektor non migas.

Page 62: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

46

(3) Menyediakan lahan untuk kegiatan industri perikanan dalam rangka

meningkatkan nilai tambah produksi perikanan.

(4) Menciptakan lapangan kerja.

(5) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya sekitar PPS Nizam

Zachman melalui pertumbuhan usaha perekonomian seperti pertokoan,

perbengkelan dan lainnya.

(6) Melaksanakan pengumpulan, pengolahan dan penyajian data dan statistik

perikanan dalam rangka pengembangan dan pengolahan sistem informasi

dan publikasi perikanan.

(7) Meningkatkan pengawasan, keamanan, ketertiban dan kebersihan di

kawasan pelabuhan.

4.4 Kebijakan

Kebijakan pada dasarnya merupakan ketentuan-ketentuan yang disepakati

oleh semua pengguna jasa pelabuhan yang ditetapkan oleh pimpinan pelabuhan

untuk dijadikan pedoman atau petunjuk dalam melaksanakan kegiatan di

pelabuhan, sehingga akan tercapai kelancaran dan keterpaduan dalam mencapai

tujuan dan sasaran dari misi dan visi.

Kebijakan pemerintah yang telah ditetapkan baik berupa Undang Undang,

Keppres, Peraturan Pemerintah maupun Keputusan Menteri dengan tujuan

menunjang pengelolaan dan pelayanan pelabuhan perikanan adalah sebagai

berikut :

(1) UU No. 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran.

(2) UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.

(3) UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Page 63: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

47

(4) UU No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.

(5) PP No. 11 Tahun 1985 tentang Pembinaan Kepulauan.

(6) PP No. 2 Tahun 1990 tentang Perum Prasarana Perikanan Samudera.

(7) PP No. 19 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran dan/atau

Perusakan Laut.

(8) PP No. 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Lingkungan Hidup.

(9) PP No. 54 Tahun 2002 tentang Usaha Perikanan.

(10) PP No. 62 Tahun 2002 tentang Tarif Jasa atas Jenis Penerimaan Negara

Bukan Pajak.

(11) Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 4 Tahun 1995 tentang Struktur

Organisasi Dinas Perikanan DKI Jakarta.

(12) Peraturan Daerah DKI Jakarta No. 3 Tahun 1999 tentang Retribusi Daerah.

(13) Keputusan Menteri Perhubungan No. KM.35/AL.106/PHB-1985 tanggal 5

Pebruari 1985 tentang Pelabuhan Perikanan.

(14) Keputusan Bersama Menteri Pertanian dan Menteri Perhubungan No.

493/Kpts/IK.410/7/96 dan No. SK.2/AL.106/PHB-96 tentang

Penyelenggaraan Pelabuhan Perikanan sebagai Prasarana Perikanan.

(15) Keputusan Bersama Direktur Jenderal Perikanan dan Direktur Jenderal

Perhubungan Laut No. IK.610/D5.10588/96 tanggal 25 September 1996

tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Pelabuhan Perikanan.

(16) Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 3 Tahun

1999 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelenggaraan Pelelangan Ikan oleh

Koperasi Primer Perikanan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

Page 64: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

48

(17) Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia No. 1082/Kpts/OT.210/

10/99 tanggal 13 Oktober 1999, tentang Tata Hubungan Kerja UPT

Pelabuhan Perikanan dengan Perum Prasarana Perikanan Samudera dan

Instansi Terkait di Pelabuhan Perikanan.

(18) Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 2297

Tahun 2000 tentang Pembagian Persentase Pengenaan Retribusi Pemakaian

Tempat Pelelangan Ikan dan Biaya Penyelenggaraan Pelelangan Ikan oleh

Koperasi Perikanan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Muara Baru.

(19) Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. Kep.26.1/MEN/2001

tanggal 1 Mei 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelabuhan Perikanan.

(20) Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. Kep.02/MEN/2002 tentang

Pedoman Pelaksanaan Pengawasan Penangkapan Ikan.

(21) Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. Kep.03/MEN/2002 tentang

Log Book Penangkapan dan Pengangkutan Ikan.

(22) Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. Kep.10/MEN/2003 tentang

Perizinan Usaha Penangkapan Ikan.

PPPS Nizam Zachman telah menetapkan beberapa kebijakan operasional

pelabuhan dengan mengacu kepada kebijakan pemerintah dan publik yang

meliputi bidang teknis dan manajerial dalam pelayanan kepada masyarakat

perikanan dengan strategi kebijakan sebagai berikut :

(1) Menciptakan iklim usaha yang kondusif

Langkah-langkah yang ditempuh PPS Nizam Zachman dalam menciptakan

iklim usaha yang kondusif adalah :

Page 65: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

49

1) Menyediakan fasilitas pokok, fasilitas fungsional dan fasilitas penunjang

dalam jumlah yang memadai.

2) Tersedianya sistem operasional dengan prosedur yang jelas, sehingga

mudah dipahami dan dipatuhi oleh pemakai jasa pelabuhan.

3) Menciptakan keamanan, ketertiban dan kebersihan yang memadai.

4) Menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat.

(2) Memberikan pelayanan prima kepada pemakai jasa pelabuhan

Memberikan pelayanan prima kepada pemakai jasa pelabuhan adalah suatu

hal yang telah ditetapkan, hal ini bertujuan agar kecepatan dan ketepatan

usaha di pelabuhan dapat terealisasi.

Langkah-langkah yang ditempuh pelabuhan dalam memberikan pelayanan

prima adalah :

1) Melaksanakan pelayanan 24 jam sepanjang tahun kepada pemakai jasa

pelabuhan.

2) Melaksanakan pelayanan terpadu (satu atap) bersama-sama instansi

terkait kepada pemakai jasa pelabuhan.

3) Menjelaskan masalah/kasus secara tepat dan profesional.

4) Menyediakan sarana/prasarana yang lengkap di dalam kawasan

pelabuhan sehingga kebutuhan pemakai jasa pelabuhan dapat terpenuhi.

(3) Mendorong peningkatan skill pegawai pelabuhan

Sumberdaya manusia yang terampil dan profesional di bidangnya

merupakan salah satu persyaratan modal kerja. Dalam kenyataannya di

lapangan, sumberdaya manusia dimaksud belum seluruhnya terpenuhi.

Keterbatasan staf dalam memahami uraian tugas pokok dan fungsi yang

Page 66: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

50

diemban oleh unit kerja, sering pula menyebabkan pencapaian kinerja tidak

optimal.

Untuk menuju sumberdaya manusia yang terampil dan profesional di

bidangnya harus ditempuh berbagai langkah-langkah yaitu :

1) Memberikan kesempatan kepada pegawai/staf untuk belajar pada jenjang

pendidikan yang lebih tinggi (S1 atau S2).

2) Mengikutsertakan kepada pegawai/staf dalam pelatihan keterampilan

dan kursus manajemen kepelabuhanan serta berbagai kegiatan apresiasi

yang dieselenggarakan oleh Departemen Kelautan dan Perikanan.

(4) Mendorong kesadaran hukum aparat pemerintah, pengusaha serta

pemakai jasa pelabuhan lainnya dalam memanfaatkan sumberdaya

kelautan dan perikanan secara berkelanjutan dan lestari

Pemanfaatan sumberdaya perikanan yang tidak terkendali dengan

menggunakan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan sangat berpotensi

merusak lingkungan. Untuk itu diperlukan pembinaan dan penyuluhan

kepada masyarakat perikanan agar lebih memahami dan mematuhi peraturan

ataupun perundangan sektor kelautan dan perikanan. Beberapa langkah yang

ditempuh adalah :

1) Membentuk kelompok SISWASMAS yang anggotanya terdiri dari

nelayan, pengusaha perikanan dan instansi terkait untuk bersama-sama

melakukan pengawasan dalam pengendalian sumberdaya perikanan dan

kelautan.

Page 67: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

51

2) Penerapan LLO, LBP terhadap kapal-kapal penangkap ikan untuk

memonitoring data jenis dan alat tangkap yang digunakan serta wilayah

fishing ground.

3) Pemasangan VMS (Vessel Monitoring System) pada kapal penangkap

ikan, sehingga dapat mengetahui kapal yang bersangkutan dalam

penangkapannya sudah dalam posisi yang ditetapkan dalam dokumen

SPI.

4.5 Pengelola Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman

4.5.1 Unit Pelaksana Teknis PPS Nizam Zachman

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No.

Kep.26.1/ MEN/2001 tanggal 1 Mei 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja,

bahwa PPS Nizam Zachman adalah Unit Pelaksana Teknis Departemen Kelautan

dan Perikanan di bidang prasarana pelabuhan perikanan yang berada dibawah dan

bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perikanan Tangkap.

PPS Nizam Zachman dipimpin oleh seorang Kepala Pelabuhan yang

membawahi bagian Tata Usaha, bidang Pengembangan, bidang Tata Operasional

dan kelompok Jabatan Fungsional. Kelompok jabatan fungsional yang ada di PPS

Nizam Zachman adalah jabatan fungsional untuk Pengawasan Sumberdaya Ikan

(WASDI), sedangkan kelompok jabatan fungsional lainnya belum terealisasi.

Tugas PPS Nizam Zachman memfasilitasi produksi, pemasaran hasil

perikanan tangkap dan pengawasan sumberdaya ikan. Fungsi yang dijalankan

UPT PPS Nizam Zachman didalam melaksanakan tugasnya adalah sebagai

berikut:

Page 68: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

52

(1) Perencanaan, pengembangan, pemeliharaan serta pemanfaatan sarana

pelabuhan perikanan.

(2) Pelayanan teknis kapal perikanan dan kesyahbandaran perikanan.

(3) Koordinasi pelaksanaan urusan keamanan, ketertiban, dan pelaksanaan

kebersihan kawasan pelabuhan perikanan.

(4) Pengembangan dan fasilitas pemberdayaan masyarakat perikanan.

(5) Pelaksanaan fasilitas dan koordinasi di wilayahnya untuk peningkatan

produksi, distribusi, dan pemasaran hasil perikanan.

(6) Pelaksanaan pengawasan penangkapan, penanganan, pengolahan,

pemasaran, dan mutu hasil perikanan.

(7) Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan dan penyajian data dan statistik

perikanan.

(8) Pengembangan dan pengelolaan sistem informasi dan publikasi hasil riset,

produksi, dan pemasaran hasil perikanan tangkap di wilayahnya.

(9) Pemantauan wilayah pesisir dan fasilitas wisata bahari.

(10) Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

Sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No.

Kep.26.1/MEN/2001 pada Bab 1 pasal 3 terdapat 3 (tiga) fungsi tambahan

pelabuhan perikanan yaitu :

(1) Pemantauan wilayah pesisir dan fasilitas wisata bahari.

(2) Pelaksanaan pengawasan mutu hasil perikanan.

(3) Pengembangan dan pengelolaan sistem informasi dan publikasi hasil riset.

Ketiga fungsi tersebut diatas sampai saat ini belum dilaksanakan di PPS Nizam

Zachman.

Page 69: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

53

Susunan organisasi UPT PPS Nizam Zachman sesuai dengan Surat

Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. Kep.26.1/MEN/2001 saat ini

adalah seperti pada Gambar 10 :

Gambar 10 Struktur organisasi UPT PPS Nizam Zachman

4.5.2 Perum Prasarana Perikanan Samudera

Perum Prasarana Perikanan Samudera didirikan berdasarkan PP No. 2

Tahun 1990 selanjutnya disempurnakan dengan PP No. 23 tahun 2000 adalah

sebuah BUMN yang mempunyai misi sebagai pelayan umum dalam bidang

KEPALA

BAGIAN TATA USAHA

SUBBAGIAN KEUANGAN

BIDANG PENGEMBANGAN

SUBBAGIAN UMUM

BIDANG TATA OPERASIONAL

SEKSI KESYAHBANDARAN

PERIKANAN

SEKSI SARANA

KELOMPOK JABATAN

FUNGSIONAL

SEKSI TATA PELAYANAN

SEKSI PEMASARAN DAN

INFORMASI

Page 70: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

54

penyediaan jasa sarana dan prasarana pelabuhan perikanan. BUMN tersebut

ditugaskan mengusahakan 9 (sembilan) pelabuhan perikanan sebagai cabang

perusahaan dengan kantor pusat di Jakarta. Adapun pelabuhan perikanan yang

diusahakan sebagai Cabang Perum Prasarana Perikanan Samudera adalah PPS

Jakarta, PPS Belawan, PPN Pekalongan, PPN Brondong, PPN Prigi, PPN

Pemangkat, PPP Lampulo, PPP Tarakan, dan PPP Banjarmasin.

Perum Prasarana Perikanan Samudera merupakan suatu perusahaan yang

bersifat menyediakan pelayanan bagi kepentingan umum dan sekaligus bertujuan

mendapatkan keuntungan. Tujuan dari Perum Prasarana Perikanan adalah untuk :

(1) Meningkatkan pendapatan masyarakat nelayan melalui penyediaan dan

perbaikan sarana dan prasarana pelabuhan perikanan.

(2) Mengembangkan wiraswasta perikanan serta untuk mendorong usaha

industri perikanan dan pemasaran hasil perikanan.

(3) Memperkenalkan dan mengembangkan teknologi pengolahan hasil

perikanan dan sistem rantai dingin dalam bidang perikanan; dan

(4) Menumbuhkembangkan kegiatan ekonomi perikanan sebagai komponen

kegiatan ne1ayan dan masyarakat perikanan.

Pelayanan terhadap industri penangkapan ikan terhadap kebutuhan

perbekalan dilakukan oleh Seksi Pelayanan Usaha Subseksi Perbekalan sedangkan

untuk kebutuhan perbaikan kapal pada Seksi Teknik Subseksi Galangan dan

Bengkel Kapal. Pengelolaan terhadap industri pengolahan juga dilakukan oleh

Perum Prasarana Perikanan Samudera seperti sewa lahan dan sewa bangunan

yang ditangani oleh Subseksi Aneka Jasa. Sewa lahan yang dibebankan kepada

industri pengolahan adalah Rp 1.500/m2/tahun. Apabila membangun bangunan

diatas tanah tersebut maka dikenakan beban sebesar Rp 8.610/m2 yang dibayarkan

sekali saja saat bangunan berdiri.

Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta adalah salah satu

cabang dari Perum Prasarana Perikanan Samudera yang berada di area PPS Nizam

Zachman. Struktur organisasi Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang

Jakarta seperti pada Gambar 11 berikut :

Page 71: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

55

Gambar 11 Struktur organisasi Perum Prasarana Perikanan Samudera Cabang Jakarta

Kepala Cabang

Subbag Tata Usaha

Urusan Kepegawaian

Seksi Pelayanan Usaha

Urusan Tata Laksana

Seksi Teknik

Subseksi Aneka sarana Subseksi Cold Storage

Subseksi Perbekalan Kapal

Subseksi Galangan dan Tata Kapal

Subseksi Instalasi

Urusan Keuangan

Urusan RT & Perlengkapan

Subseksi Aneka Jasa

Subseksi Fasilitas Pendingin

Subseksi Galangan dan Bengkel

Page 72: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

56

4.6 Instansi Terkait di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman

Sesuai dengan pasal 3 dalam Surat Keputusan Menteri Pertanian No.

1082/Kpts/ OT.210/10/99 tanggal 13 Oktober 1999 tentang Tata Hubungan Kerja

Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Perikanan dengan Instansi Terkait dalam

Pengelolaan Pelabuhan Perikanan, saat ini di PPS Nizam Zachman terdapat 10

(sepuluh) macam kelembagaan yang terlibat di dalam pelaksanaan fungsi-fungsi

pengaturan di pelabuhan di luar industri swasta sebagai berikut :

(1) UPT Pelabuhan Perikanan Samudera; mempunyai wewenang dan

tanggung jawab dalam hal mengatur dan mengkoordinasikan semua kegiatan

dan fasilitas-fasilitas yang bersifat non komersial yang berada di pelabuhan

perikanan.

(2) Perum Prasarana Perikanan Samudera; mempunyai wewenang dan

tanggung jawab dalam hal melaksanakan pengusahaan dan pelayanan jasa

dan barang yang menunjang kegiatan pelabuhan perikanan yang

menyangkut pengusahaan sarana bersifat produktif dan ekonomis (fasilitas-

fasilitas komersial).

(3) Departemen Perhubungan; mempunyai tugas terutama menyangkut

tanggung jawab pelaksanaan surveillance guna menjamin keamanan kapal

serta keselamatan ABK maupun penumpang di kapal. Petugas Departemen

Perhubungan termasuk Syahbandar yang ditugaskan di PPS Nizam Zachman

bertugas menerbitkan surat ijin berlayar bagi kapal-kapal ikan yang hanya

berlaku untuk 1 (satu) hari saja, tanpa ijin tersebut kapten kapal dapat

memperoleh sanksi yang berat. Petugas tersebut bertugas untuk menarik

Page 73: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

57

pungutan terhadap setiap kapal yang keluar masuk yang berkaitan dengan

sarana navigasi.

(4) Departemen Kesehatan; klinik kesehatan yang ada memiliki Seksi

Perawatan dan Seksi Sanitasi dengan dipimpin oleh Kepala Klinik. Seksi

Perawatan bertanggung jawab dalam hal melakukan pencegahan penyebaran

penyakit menular dari kapal-kapal yang datang dari pelabuhan di luar negeri

(seperti SARS), serta memberikan pertolongan pertama kepada ABK dan

para penumpang kapal. Pelayanan kesehatan ini diberikan selama 24 jam

dan rata-rata 3-4 pasien menerima perawatan setiap hari. Seksi ini juga

melakukan pemeriksaan kesehatan para ABK termasuk memberikan

vaksinasi dan pengobatan.

Seksi Sanitasi bertugas melakukan inspeksi terhadap kondisi kebersihan

kapal-kapal ikan berdasarkan standar internasional sekaligus memberikan

sertifikat yang berlaku untuk 6 (enam) bulan. Rata-rata terdapat 8 (delapan)

kapal yang harus di inspeksi setiap harinya. Disamping itu dilakukan pula

inspeksi terhadap kondisi keberhasilan pelabuhan perikanan (misalnya

penyediaan air bersih dan penjualan makanan). Permasalahan yang dihadapi

Klinik Kesehatan adalah menyangkut kurangnya tenaga petugas, tidak

adanya tenaga dokter dan kurangnya peralatan rumah sakit.

(5) Departemen Kehakiman dan Hak Azasi Manusia; unit kerja departemen

ini melakukan pengawasan terhadap masuknya warganegara maupun ABK

negara asing, dan bertanggung jawab melakukan pemeriksaan maupun

pemantauan masalah penyelundupan dan imigran gelap.

Page 74: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

58

(6) Departemen Keuangan; keberadaan unit kerja departemen ini bertujuan

untuk mencegah penyelundupan barang-barang illegal, melakukan

penyidikan terhadap pelanggaran kepabeanan dan Undang Undang

Pelayaran serta mengawasi kegiatan ekspor dan impor bahan-bahan yang

dibatasi dan berada di bawah pengawasan kepabeanan.

(7) Kepolisian; unit kerja ini bertugas selama 24 jam dalam 2 shift, wilayah

tanggung jawabnya meliputi seluruh kompleks pelabuhan ditambah zona

perairan 2 mil dari dermaga. Selama ini terdapat beberapa kasus

penyelundupan obat-obat terlarang, pencurian jaring ikan dan peralatan

navigasi. Pihak Kepolisian memiliki kewenangan untuk melakukan

penyidikan guna mencegah terjadinya tindak kejahatan di lingkungan

pelabuhan perikanan. Unit kerja ini bertanggung jawab pula melakukan

inspeksi di laut serta melaksanakan Undang Undang yang menyangkut ZEE

dan kelautan guna mencegah penyelundupan barang-barang maupun

pelanggaran batas wilayah perairan secara illegal oleh kapal-kapal asing.

Frekuensi kedatangan kapal-kapal asing selama ini tidak banyak, hanya

berkisar 1 kapal setiap 3 bulan.

(8) Direktorat Jenderal Pengendalian Sumberdaya Kelautan dan

Perikanan, DKP; unit kerja ini memiliki tugas pokok yaitu 1)

mengoperasikan kapal patroli guna melakukan kegiatan Monitoring Control

and Surveillance (MCS); 2) melaksanakan sistem informasi dan sosialisasi

yang menyangkut MCS; dan 3) melakukan inspeksi terhadap log book hasil

pencatatan kapal-kapal ikan yang berukuran diatas 30 GT.

Page 75: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

59

Kapal patroli diawaki oleh 13 ABK termasuk seorang perwira AL, 1 (satu)

trip perjalanan pengawasan memakan waktu 3 (tiga) minggu dengan

diselingi istirahat di daratan 1 (satu) minggu. Kapal-kapal illegal yang

tertangkap dikenakan hukuman berdasarkan UU No. 31 Tahun 2004 tentang

Perikanan. Inspeksi kapal patroli dilakukan terhadap ijin penangkapan

apakah masih berlaku, kegiatan penangkapan apakah dilakukan di perairan

dan dengan alat tangkap seperti yang ditentukan dalam surat ijin. Selama

bulan Januari s.d Desember 2004, kapal patroli telah menangkap 32 (tiga

puluh dua) kapal dari berbagai jenis alat penangkap ikan yang masuk ke PPS

Nizam Zachman dengan berbagai jenis tindak pelanggaran administratif.

Komunikasi radio antara kapal patroli dengan stasiun radio yang berada di

pelabuhan maupun antar sesama pelabuhan perikanan telah berjalan dengan

baik. Komunikasi pemantauan dilakukan terus menerus selama 24 jam.

Laporan bulanan yang dikirimkan kepada segenap pihak yang

berkepentingan melalui UPT PPS Nizam Zachman, disusun oleh unit kerja

Ditjen PSDKP ini berdasarkan semua data log book dari kapten kapal.

(9) Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Provinsi DKI Jakarta; unit

kerja ini berada di gedung TPI yang dimiliki Perum Prasarana Perikanan

Samudera. Penyelenggaraan kegiatan pelelangan ikan dilakukan oleh

Koperasi Perikanan Jakarta dan diawasi oleh Dinas Peternakan, Perikanan

dan Kelautan Provinsi DKI Jakarta. Sekitar 25 ton ikan dilelang setiap

harinya dan kebanyakan hasil tangkapan berasal dari kapal-kapal ikan kecil

berukuran 5-30 GT. Kegiatan pelelangan dilakukan antara Pk. 06.00 - 11.00

pagi dan terdapat sekitar 20-30 pedagang ikan yang mengikuti pelelangan

Page 76: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

60

tersebut. Anggota Koperasi Perikanan diatas berjumlah 200 orang. Retribusi

pelelangan dikenakan sebesar 5 % untuk setiap penjualan ikan, dan hasilnya

dibagi antara Dinas Perikanan Provinsi DKI Jakarta dan Koperasi. Retribusi

pelelangan 5 % ini dibebankan kepada nelayan sebesar 3 % dan pedagang

ikan 2 %.

(10) Pusat Karantina Ikan, DKP; unit kerja ini bertugas untuk menerbitkan

sertifikat kesehatan bagi ekspor ikan untuk konsumsi manusia.

4.7 Kerjasama dengan Swasta di Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman PPS Nizam Zachman yang memiliki tanah seluas 98 Ha dalam melayani

kebutuhan masyarakat perikanan telah membagi arealnya kedalam 3 (tiga)

kawasan yaitu kawasan industri 48 ha, kawasan Perum Prasarana Perikanan

Samudera dan UPT 10 ha dan kawasan kolam pelabuhan 40 ha.

Industri perikanan yang ada meliputi industri penangkapan ikan dan

industri pengolahan hasil perikanan. Industri penangkapan ikan merupakan ujung

tombak dalam mengadakan aktivitas penangkapan ikan, yang selanjutnya hasil

tangkapannya akan didaratkan di pelabuhan perikanan. Salah satu industri

penangkapan yang utama di PPS Nizam Zachman adalah industri penangkapan

tuna. Sedangkan industri pengolahan yang ada di pelabuhan perikanan berperan

dalam menampung sebagian hasil tangkapan yang didaratkan, untuk kemudian

diolah menjadi produk yang memiliki nilai mutu dan nilai jual yang lebih baik.

Sampai tahun 2004 perusahaan swasta (investor) yang memanfaatkan

kawasan industri perikanan di PPS Nizam Zachman sejumlah 39 (tiga puluh

sembilan) perusahaan dan 1 (satu) perorangan, selengkapnya dapat dilihat pada

Tabel 6 berikut :

Page 77: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

61

Tabel 6 Daftar perusahaan perikanan di Kawasan Industri PPS Nizam Zachman

No. Nama Perusahaan Jenis Usaha Luas Lahan

(m2) 1 PT. Safritindo Dwi Santoso Processing, Cold Storage dan

Pengalengan 19.327

2 PT. Sandimas Gapura Fasi1itas Sarana Perikanan 18.038

3 PT. Lucky Samudera Pradana Industri Pengalengan dan Pengolahan 21.100

4 PT. Danau Matano P. Raya Processing dan Cold Storage 13.892

5 PT. Bumi Agro B. Lestari Industri Pengolahan, Pembekuan dan Penyimpanan Ikan

2.508

6 PT. Durian Sari Wangi Processing dan Cold Storage 2.442,5

7 PT. Fajar Cakrawala Sumbaindo

Industri Pengolahan dan Cold Storage 7.980

8 PT. Mitra Mina Segera Industri Pengolahan dan Cold Storage 1.710

9 PT. Unggul Mina Lestari Industri Pengolahan dan Cold Storage 1.710

10 PT. Lautan Bahari Sejahtera Processing Fillet Ikan Tuna ekspor 4.442,5

11 PT. Intimas Surya Industri Pengolahan dan Cold Storage 2.508

12 PT. Sumbindo Perintis Processing dan Cold Storage 2.910

13 PT. Jakarta Cold Storage Industry

Processing dan Cold Storage 2.722

14 PT. Muara Manggalindo Industri Perikanan dan Fasi1itas Penunjang

18.353

15 PT. Hotan Jaya Graha Industri perikanan, Cold Storage dan Pabrik es

16.900

16 PT. Bali Sumber Hayati Indah Industri Penanganan dan Pengolahan Hasil Perikanan

1. 740

17 PT. Bangkit Lautan Mas Industri Penanganan dan Pengolahan Hasil Perikanan

1.300

18 PT, Tridaya Eramina Bahari Industri Penanganan dan Pengolahan Hasil Perikanan

1.300

19 PT. Gabungan Era Mandiri Industri Penanganan dan Pengolahan Hasil Perikanan

1.740

20 PT. Red Ribbon Indonesia Corporation

Industri Penanganan dan Pengolahan Hasil Perikanan

2.345

21 PT. Daya Mulur Karetindo Industri Penanganan dan Pengolahan Hasil Perikanan

2.345

22 PT. Bahtera Laju Khatulistiwa Fisheries

Industri Penanganan dan Pengolahan Hasil Perikanan

15.000

23 PT. Karya Cipta Bayu Mina Pratama

Industri Penanganan dan Pengolahan Hasil Perikanan

3.196

24 PT. Bonecom Industri Perikanan dan Pengalengan 67.840

25 PT. Sekar Laut Industri dan Pengolahan Hasil Laut 6.240

26 PT. Kedamaian Industri dan Pengolahan Hasil Laut 2.599

27 PT. Halimas Sakti Industri dan Pengolahan Hasil Laut 2.600

28 PT. Pummar Cold Industri dan Pengolahan Hasil Laut 6.130

29 PT. Dwisandha Senjaya Industri dan Pengolahan Hasil Laut 3.880

30 PT. Luxe Utama Indonesia Processing dan Cold Storage 3.144

31 PT. Lola Mina Processing dan Cold Storage 7.217

Page 78: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

62

No. Nama Perusahaan Jenis Usaha Luas Lahan

(m2) 32 PT. Luki Rejeki Jayadi Industri Penanganan dan Pengolahan

Hasil Perikanan 3.126

33 PT. Panggung Interprise Processing, Cold Storage dan pabrik es

5.632

34 PT. Sandimas Aquatek Processing dan Cold Storage 16.165

35 PT. Pertuni Processing dan Cold Storage 16.807

36 PT. Kurnia Mina Sejahtera Fasilitas Industri Perikanan 5.305

37 PT. Proskuneo Kadarusman Industri Pembuatan Kapal, Perawatan Kapal dan Galangan Kapal

17.000

38 PT. Alam Jaya Processing dan Cold Storage 1.980

39 PT. Panutan Minasabha Kantor, Toko dan Hotel 8.037

40 Agus Wijaya (perorangan) Processing dan Cold Storage 1.980

Jumlah 339.151

Sumber : UPT PPS Nizam Zachman, 2004

4.8 Fasilitas dan Pelayanan Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Fasilitas-fasilitas PPS Nizam Zachman yang disiapkan untuk melayani

pengguna jasa adalah sebagai berikut :

4.8.1 Fasilitas pokok

Fasilitas pokok (dasar) yang tersedia di PPS Nizam Zachman meliputi

kolam pelabuhan, pemecah gelombang (break water), dermaga/jetty, turap

(revetment) dan tanah industri perikanan. Luas kawasan pelabuhan perikanan

adalah 110 ha, terdiri dari daratan 70 ha dan 40 ha berupa kolam pelabuhan.

Keadaan dasar yang ada sampai saat ini kondisinya sudah cukup baik, setelah

adanya perbaikan yang dilakukan oleh Proyek Pengembangan PPS Jakarta Tahap

IV. Adapun fasilitas dasar yang terdapat di PPS Nizam Zachman terdiri dari :

(1) Kolam Pelabuhan

Dengan telah diselesaikannya pekerjaan kolam pelabuhan sebesar 356.383

m3 dan alur masuk pelabuhan sebesar 102.409 m3 oleh Proyek

Pembangunan PPS Jakarta Tahap IV, maka kedalaman kolam pelabuhan

Page 79: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

63

menjadi 4,5-7 m dan diharapkan kapal perikanan dengan bobot 1.500 GT

dapat merapat di dermaga pelabuhan.

(2) Dermaga/Jetty

PPS Nizam Zachman mempunyai dermaga yang panjangnya 2.224 m,

dimana 1.524 m dermaga dan 150 m jetty merupakan hasil pekerjaan Proyek

Tahap I dan II serta jetty 200 m hasil pekerjaan Proyek Pembangunan PPS

Jakarta Tahap IV. Dengan panjang dermaga 2.224 m, maka daya tampung

tambat kapal sebanyak rata-rata 281 buah kapal dengan berbagai variasi

ukuran kapal.

(3) Tanah Industri

Luas tanah industri di pelabuhan sebesar 40 ha dan telah disewakan

seluruhnya kepada investor sebanyak 39 (tiga puluh sembilan) perusahaan

dan 1 (satu) perorangan. Pengusaha yang menyewa lahan tanah industri

bergerak di bidang industri pengolahan ikan, cold storage, canning, pabrik

es, industri pembuatan kapal dan galangan kapal.

(4) Pemecah Gelombang (Break Water)

Pemecah gelombang terdiri dari 2 (dua) bangunan yaitu sebelah barat

sepanjang 751 m dan sebelah timur sepanjang 290 m. Kondisi pemecah

gelombang sampai saat ini masih dapat berfungsi dengan baik.

(5) Turap (revetment)

Turap terdiri dari 2 (dua) bagian, yaitu sebelah barat sepanjang 1.324 m dan

sebelah Timur sepanjang 1.510 m. Turap sebelah barat bagian utara yang

rusak sepanjang 160 m dan turap sebelah timur sepanjang 1.510 m telah

diperbaiki oleh Proyek Pembangunan PPS JakartaTahap IV.

Page 80: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

64

4.8.2 Fasilitas fungsional

Fasilitas fungsional yang tersedia, sebagian besar telah dimanfaatkan :

(1) Tempat Pelelangan Ikan mempunyai luas 3.367 m2, tempat ini merupakan

tempat kegiatan pelelangan ikan hasil tangkapan. Penyelenggaraan lelang

dilaksanakan oleh petugas Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan

Provinsi DKI Jakarta.

(2) Pabrik es yang dikelola oleh Perum Prasarana Perikanan Samudera dengan

kapasitas 150 ton/hari, untuk memenuhi kebutuhan nelayan ada juga pabrik

es yang dikelola oleh swasta dengan kapasitas 240 ton/hari.

(3) Gudang pendingin (cold storage), gudang pendingin yang ada didalam

pelabuhan dan dikelola oleh Perum Prasarana Perikanan Samudera

mempunyai kapasitas 1.000 ton. Pemakaian gudang pendingin oleh pihak

ketiga dilakukan dengan sistem sewa.

(4) Ruang Procesing, ruangan ini dipergunakan untuk memproses ikan-ikan

yang akan diperdagangkan baik untuk tujuan ekspor maupun lokal.

4.8.3 Fasilitas penunjang

Fasilitas penunjang yang ada antara lain kantor UPT, Perum Prasarana

Perikanan Samudera, pos pelayanan terpadu, Balai Penyuluhan Nelayan, MCK,

sarana peribadatan, pos keamanan dan penerangan jalan seluruh kawasan

pelabuhan perikanan (kecuali penerangan jalan kawasan industri dan dermaga

pelabuhan dilayani oleh Perum Prasarana Perikanan Samudera).

Fasilitas yang ada di PPS Nizam Zachman sudah cukup baik, namun

masih perlu lagi peningkatan kapasitas fasilitas guna meningkatkan pelayanan

bagi masyarakat, seperti peningkatan kapasitas slipway sehinga tidak ada lagi

Page 81: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

65

kapal yang melakukan perbaikan di area kolam pelabuhan. Berikut Tabel 7

merupakan fasilitas-fasilitas yang ada di PPS Nizam Zachman.

Tabel 7 Sarana/fasilitas di PPS Nizam Zachman

No. Jenis Sarana/Fasilitas Kapasitas/ Spesifikasi

Aset/Pengelola

1 Kolam Pelabuhan UPT/Perum PPS - Luas 40 ha - Kedalaman -4,5 s/d – 7,5

2 Pemecah Gelombang (Breakwater) UPT/Perum PPS - Sisi Kiri 750 - Sisi Kanan 290

3 Dermaga/Jetty 1.874 m UPT/Perum PPS 4 Tanah Perum PPS

- Hak Pakai 31 ha - Hak Pengelolaan/Industri 40 ha

5 Turap(Revetment) UPT PPS NZ - Sisi Barat 1.480 ha - Sisi Timur 1.560 ha

6 Jalan Kawasan Pelabuhan 53.256 m UPT PPS NZ 7 Saluran Pembuangan Air 9.611,25 m UPT PPS NZ 8 Gedung TPI 3.367 m2 Perum PPS 9 Gedung PPI 992 Lapak 6.431 m2 Perum PPS 10 Gudang Ikan 29 Unit 1.374 m2 Perum PPS 11 Ruang Pengepakan Ikan 56 Unit 1.120 m2 Perum PPS 12 Ruang Pengolahan Ikan 18 Unit 26.245 m2 Perum PPS 13 Gudang Perbekalan Kapal 5 Unit 1.620 m2 Perum PPS 14 Balai Pertemuan Nelayan 234 m2 UPT PPS NZ 15 Rambu Navigasi (hijau dan merah) 2 Unit UPT PPS NZ 16 Gedung Kantor UPT/PPS NZ 969,50 m2 UPT PPS NZ 17 Kantor Pelayanan Terpadu 1.682 m2 UPT PPS NZ 18 Pos Jaga Permanen 349,50 m2 UPT PPS NZ 19 Pos Jaga Terpadu 84,50 m2 UPT PPS NZ 20 Pos Kamla 32,40 m2 UPT PPS NZ 21 Mushola 2 Unit UPT PPS NZ 22 Lapangan Parkir GPKN 2.094,701 m2 UPT PPS NZ 23 Perahu Sampah 1 Unit UPT PPS NZ 24 Gedung Penunjang Kegiatan

Nelayan 6.730 m (114

Unit) UPT/Perum PPS

25 Dock/Slipway Perum PPS - Kapasitas 500 GT 2 Unit - Kapasitas 50 GT 1 Unit

26 Perbengkelan 6 Unit (1.390 m) Perum PPS 27 Cold Storage 1.000 ton Perum PPS 28 Dump-Truck 2 Unit UPT PPS NZ

Page 82: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

66

No. Jenis Sarana/Fasilitas Kapasitas/ Spesifikasi

Aset/Pengelola

29 Crane-Truck 2 Unit UPT PPS NZ 30 Towing-Tractor 3 Unit UPT PPS NZ 31 Fork Lift Solar 3 Unit UPT PPS NZ 32 Fork Lift Battery 5 Unit Perum PPS 33 Pabrik Es 200 ton Perum PPS 34 MCK/Toilet 15 Unit UPT PPS NZ 35 Pos Keamanan 150 m2 UPT PPS NZ 36 Foul Seawater Cleaning 8.450 m2 UPT PPS NZ 37 Unit Pengolah Limbah Cair (UPL) 1.000 m3 UPT PPS NZ 38 Tuna Landing center (TLC) 29 Unit 13.143 m2 UPT/Perum PPS 39 Instalasi Penyaluran Air Bersih 1.200 ton Perum PPS 40 Stasiun pengisian Bahan Bakar

untuk Bunker (SPBB) 4 Unit 15.000 ton/bulan Swasta/Perum

PPS 41 Instalasi Penyaluran Daya 5.206 KVA Perum PPS

Listrik 400 KVA UPT PPS NZ 42 Telepon 168 SST Perum PPS

5 SST UPT PPS NZ 43 Bangunan Pompa 1 Unit UPT PPS NZ 44 Sea Water Intake 1 Unit UPT PPS NZ 45 Kios Pedagang Kaki 5 107 Unit UPT PPS NZ 46 Kawasan PPS Nizam Zachman 110 ha UPT/Perum PPS

Sumber : UPT PPS Nizam Zachman, 2004

Berbagai kegiatan pelayanan kepada masyarakat perikanan yang dilakukan

oleh instansi terkait, dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini :

Tabel 8 Jenis pelayanan di PPS Nizam Zachman

No. Jenis Kegiatan Kapasitas Pelayanan

Penyelenggara Keterangan

1 Kapal Masuk/Keluar 24 jam UPT PPS NZ Tdk ada libur 2 Tambat/Labuh 24 jam Perum PPS Cab. Jkt Tdk ada libur 3 Keselamatan Pelayaran 24 jam Syahbandar Tdk ada libur 4 Kesehatan ABK 24 jam Kantor Kesehatan Tdk ada libur 5 Ekspor/Impor 24 jam Kantor Bea Cukai Tdk ada libur 6 ABK Asing 24 jam Imigrasi Tdk ada libur 7 Pelelangan Ikan (TPI) Siang hari

(Pk. 06.00 s/d 18.00)

Koperasi Mina Muara Makmur

Tdk ada libur

8 Pemasaran Ikan (PPI) 24 jam Dinas Peternakan, Perikanan & Kelautan, dan Perum PPS

Tdk ada libur

9 Keamanan dan Ketertiban 24 jam UPT, Perum PPS, Polri dan Kamla

Tdk ada libur

10 Kebersihan Pelabuhan 24 jam UPT PPS NZ Tdk ada libur

Page 83: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

67

No. Jenis Kegiatan Kapasitas Pelayanan

Penyelenggara Keterangan

11 Pas Masuk Pelabuhan 24 jam UPT PPS NZ Tdk ada libur 12 Pengendalian Kebakaran 24 jam Dinas Pemadam

Kebakaran Tdk ada libur

13 Pembinaan nelayan 24 jam Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan

Senin s.d Jumat

14 Pengumpulan Data Statistik Perikanan

Jam Kerja UPT PPS NZ, Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Jakarta

Senin s.d Jumat

15 Pembinaan Mutu Hasil Perikanan

Jam Kerja UPT PPS NZ, Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Jakarta

Senin s.d Jumat

16 Pembinaan Organisasi Profesi, Kelompok Tenaga Kerja &Koperasi

Jam Kerja Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Prop. DKI Jakarta

Senin s.d Jumat

17 Penataan Kawasan Pelabuhan

24 jam UPT PPS NZ Senin s.d Jumat

18 Cold Storage 24 jam Perum PPS Cab. Jkt Tdk ada libur 19 Bengkel Siang Hari Perum PPS Cab. Jkt Tdk ada libur 20 Dock/slipway Siang Hari Perum PPS Cab. Jkt Tdk ada libur Pabrik Es/Pengadaan Es Siang Hari Perum PPS Cab. Jkt Tdk ada libur 21 Pengadaan Air/Listrik/

Telepon 24 jam Perum PPS Cab. Jkt Tdk ada libur

22 Sewa Tanah Industri Jam Kerja Perum PPS Cab. Jkt Senin s.d Jumat

23 Pemasangan Reklame Jam Kerja UPT PPS NZ, Perum PPS Cab. Jakarta

Senin s.d Jumat

24 Pelayanan Bahan Bakar Minyak (BBM) Kapal

24 jam Perum PPS Cab. Jakarta

Tdk ada libur

25 Pengawasan Sumber Daya Ikan

24 jam Pengawas Perikanan PPS NZ

Tdk ada libur

26 Pelayanan Alat berat 24 jam UPT PPS NZ Tdk ada libur 27 Penyewaan ruangan 24 jam Perum PPS Cab. Jkt Tdk ada libur 28 Tuna Landing Centre (TLC) 24 jam Perum PPS Cab. Jkt Tdk ada libur 29 Unit Pengolahan Limbah

(UPL) 24 jam UPT PPS NZ Tdk ada libur

30 Sea Water Intake 24 jam UPT PPS NZ Tdk ada libur

Sumber : UPT PPS Nizam Zachman, 2004

4.9 Operasional Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman

Operasional pelabuhan PPS Nizam Zachman dapat dilihat dari tingkat

pemanfaatan masing-masing fasilitas/sarana dan prasarana yang dimiliki PPS

Nizam Zachman. Sarana dan prasarana yang dimilki PPS Nizam Zachman telah

operasional sejak diresmikan oleh Presiden RI tanggal 17 Juli 1984 dan

Page 84: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

68

kondisinya masih berfungsi dengan baik untuk melayani kebutuhan nelayan

maupun masyarakat perikanan lainnya yang memerlukan jasa pelabuhan.

Sejak diresmikan tersebut, operasional pelabuhan perikanan ditandai

dengan beberapa aktivitas pelabuhan seperti aktivitas produksi perikanan,

aktivitas kapal, pelayanan kebutuhan logistik, aktivitas penggunaan alat tangkap

dan lain-lain selalu mengalami perubahan-perubahan.

4.9.1 Produksi ikan

Produksi ikan di PPS Nizam Zachman dibedakan menjadi dua, yaitu

produksi yang berasal dari laut dan produksi yang berasal dari darat/daerah lain

(Tabel 9). Produksi ikan yang berasal dari laut adalah ikan yang dibawa dengan

kapal perikanan, sedangkan produksi yang berasal dari darat/daerah lain adalah

ikan yang dibawa dengan kendaraan seperti mobil dan truk dari luar pelabuhan

seperti Muara Angke, Kalibaru, Indramayu dan Surabaya.

Produksi ikan yang didaratkan dari laut di PPS Nizam Zachman berasal

dari Laut Jawa, terdiri dari ikan yang didaratkan dari kapal tuna, ship to ship

(transhipment), kapal non tuna dan kapal udang. Jenis ikan yang didaratkan antara

lain : tuna, tongkol, tenggiri, layaran, udang, dan lain-lain.

Produksi ikan yang masuk PPS Nizam Zachman melalui darat, merupakan

ikan yang didatangkan dari daerah yang sebagian besar terletak di daerah pesisir

utara dan selatan Pulau Jawa seperti : Batang, Kendal, Pekalongan, Binuangan,

Cilacap, Indramayu, Tuban, dan Gresik serta dari daerah luar Jawa. Ikan tersebut

diangkut dari luar daerah/Jakarta menggunakan truk pengangkut yang dikemas

menggunakan kotak kayu/drum plastik. Jenis ikan yang didaratkan antara lain

bandeng, kembung, kakap, mujair, tembang, mas, tawes, dan lain-lain.

Page 85: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

69

Tabel 9 Produksi ikan yang didaratkan di PPS Nizam Zachman Tahun 2000-2004

Produksi (Ton) Tahun

Laut Darat Jumlah Pertumbuhan

(%)

2000 53.470,5 27.904,2 81.374,7 - 2001 35.760,6 33.414,9 69.175,5 -1,50 2002 32.725,7 22.818,8 55.544,5 -1,97 2003 32.021,4 5.518,3 37.539,6 -3,24 2004 33.554,9 7.170,8 40.725,7 8,49

187.533,1 96.827,0 Jumlah

284.360,0 % 65,95 34,05

Sumber : Laporan Tahunan UPT PPS Nizam Zachman Tahun 2004

Dari Tabel 9 di atas terlihat bahwa sejak tahun 2000 sampai dengan 2004

produksi ikan yang didaratkan di PPS Nizam Zachman mengalami fluktuasi. Pada

tahun 2000 total produksi ikan yang didaratkan di PPS Nizam Zachman sebesar

81.374,7 ton, jumlah ini menurun sebesar -1,50 % pada tahun 2001 menjadi

69.175,5 ton dan menurun lagi pada tahun 2002 sebesar -1,97 % menjadi 55.544,5

ton. Pada tahun 2003 kembali turun -3,24 % menjadi 37.539,6 ton dan pada tahun

2004 naik sebesar 8,49 % atau menjadi 40.725,7 ton.

Berdasarkan persentase, produksi ikan yang berasal dari laut sebesar 65,95

% lebih banyak dibandingkan dengan produksi ikan yang berasal dari darat sebesar

34,05 %. Keadaan ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain 1) mahalnya biaya

transportasi/angkutan berkaitan dengan adanya kenaikan harga BBM, dan 2)

sulitnya mendapatkan bahan baku/ikan disebabkan berkurangnya jumlah kapal yang

melaut.

Page 86: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

70

y = -11293x + 2E+07

R2 = 0,9189

0

10.000

20.000

30.000

40.000

50.000

60.000

70.000

80.000

90.000

2000 2001 2002 2003 2004

Tahun

Volu

me

(Ton

)

Produksi Ikan Linear (Produksi Ikan)

Gambar 12 Perkembangan produksi ikan yang didaratkan di PPS Nizam Zachman Tahun 2000-2004

Pada Gambar 12 di atas, menunjukkan perubahan (trend) yang terjadi pada

produksi perikanan yang didaratkan di PPS Nizam Zachman. Perubahan yang

terjadi ini juga dapat dibentuk menjadi persamaan linear, dimana setiap satuan

perubahan dapat memperkirakan seberapa besar produksi ikan yang didaratkan di

PPS Nizam Zachman. Persamaan linear pada produksi ikan diatas adalah y = -

11293x + 2.107 R2 = 0,92 (y=volume produksi ikan, x=periode/tahun, dan R2=

koefisien determinasi). Maka persamaan diatas menunjukkan setiap tahun bahwa

terjadi penurunan jumlah/volume produksi ikan yang didaratan di PPS Nizam

Zachman sebesar 11.293,4 ton. Hal ini disebabkan antara lain karena 1)

berkurangnya jumlah kapal yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPS Nizam

Zachman berkaitan dengan terjadinya perpindahan tempat mendarat ke pelabuhan

lain (misalnya Muara Angke); 2) banyaknya kapal yang mengalami kerusakan

sehingga tidak bisa melaut, hal ini dapat ditunjukkan dari jumlah kapal yang

menjalani perbaikan meningkat dari tahun ke tahun; dan 3) perubahan cuaca yang

tidak menentu.

Page 87: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

71

4.9.2 Armada penangkapan

Jenis armada penangkapan ikan yang ada di PPS Nizam Zachman terdiri

dari kapal yang berukuran < 20 GT sampai dengan > 200 GT dengan alat tangkap

dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu kelompok tuna dan non tuna. Kelompok

tuna yaitu kegiatan penangkapan ikan yang menggunakan alat tangkap long line

dengan tujuan utama penangkapan adalah ikan tuna seperti yellow fin, big eye,

albacore dan cakalang, selain itu juga jenis black marlin, meka, layaran dan cucut.

Kelompok alat tangkap non tuna terdiri dari gill net, payang, purse seine, jaring

tangsi (jaring rampus), muroami, dan fish net dengan tujuan utama penangkapan

adalah ikan tongkol, tenggiri dan cumi-cumi.

Bahan kapal terbagi menjadi tiga jenis yaitu kayu, fiber dan besi. Kapal

kayu umumnya terdiri dari kapal-kapal tradisional sedangkan kapal fiber dan besi

digunakan oleh kapal tuna (long line) meskipun ada juga yang menggunakan

kapal kayu.

Armada pennagkapan dengan ukuran < 30 GT merupakan kapal-kapal

tradisional dengan daerah penangkapan berada di Laut Jawa meliputi perairan

Utara Jawa sampai perairan Selatan Kalimantan, dan hasil tangkapannya

dipasarkan untuk tujuan lokal. Sedangkan armada penangkapan dengan ukuran >

30 GT merupakan kapal-kapal industri penangkapan ikan yang memiliki daerah

penangkapan ikan hingga mencapai perairan Samudera Hindia meliputi perairan

Barat Sumatera dan perairan Selatan Jawa dan hasil tangkapan yang diperoleh

dipasarkan untuk tujuan ekspor.

Perkembangan armada penangkapan di PPS Nizam Zachman tahun 2000-

2004 secara rinci dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini :

Page 88: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

72

Tabel 10 Frekuensi kapal masuk di PPS Nizam Zachman Tahun 2000-2004

Frekuensi Kapal Masuk (kali)

Pertum buhan

(%)

Tahun

< 20 20-30 30-50 50-100 100-200 >200 Jumlah

2000 1.331 1.579 742 1.292 1.493 143 6.580 - 2001 1.190 1.367 700 1.376 2.034 133 6.800 3,34 2002 919 1.493 403 1.067 1.955 113 5.950 -12,5 2003 779 1.489 238 753 1.466 131 4.856 -18,39 2004 628 1.394 214 863 1.430 107 4.636 -4,53

4.847 7.322 2.297 5.351 8.378 627 Jumlah 28.822

% 16,8 25,4 8,0 18,6 29,1 2,2 Sumber : Laporan Tahunan UPT PPS Nizam Zachman Tahun 2004

Dari tabel di atas menunjukkan pada tahun 2000 jumlah kapal yang masuk

6.580 kali, jumlah ini meningkat sebesar 3,34 % pada tahun 2001 menjadi 6.800

kali. Tahun 2002 jumlah kapal yang masuk turun -12,5 % atau menjadi 5.950 kali,

tahun 2003 kembali turun -18,39 % menjadi 4.856 kali dan tahun 2004 turun lagi -

4,53 % menjadi 4.636 kali.

Pada tabel persentase terlihat, armada penangkapan ukuran > 30 GT

berjumlah 16.653 kali atau 57,8 % dari total tiap ukuran kapal. Armada

penangkapan ini merupakan kapal-kapal industri penangkapan ikan yang memiliki

daerah penangkapan ikan hingga mencapai perairan Samudera Hindia dan hasil

tangkapan yang diperoleh dipasarkan untuk tujuan ekspor. Armada yang besar

tersebut menyimpan potensi yang besar apabila dapat dijalankan secara optimal,

sehingga kontribusi sektor perikanan terhadap perekonomian nasional dapat

ditingkatkan. Armada penangkapan ukuran < 30 GT berjumlah 12.169 kali atau

42,2 %, merupakan kapal-kapal tradisional dengan daerah penangkapan berada di

perairan Laut Jawa dan hasil tangkapan yang diperoleh dipasarkan untuk tujuan

lokal.

Page 89: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

73

Gambar 13 Perkembangan jumlah kapal masuk di PPS Nizam Zachman Tahun 2000-2004

Dari persamaan linear pada Gambar 13 tersebut, yaitu y = -583,2x + 1.106

R2 = 0,88 (y=jumlah kapal masuk, x=periode/tahun, dan R2= koefisien

determinasi) menunjukkan setiap tahun bahwa terjadi penurunan jumlah kapal

masuk di PPS Nizam Zachman sebesar 583 kali. Penurunan ini disebabkan oleh

beberapa hal antara lain 1) kapal-kapal tersebut berpindah ke pelabuhan lain

(misalnya ke Muara Angke) dan 2) banyaknya kapal yang mengalami kerusakan

sehingga tidak bisa melaut, hal ini dapat ditunjukkan dari jumlah kapal yang

menjalani perbaikan meningkat dari tahun ke tahun.

Tabel 11 Frekuensi kapal keluar di PPS Nizam Zachman Tahun 2000-2004

Frekuensi Kapal Keluar (kali)

Pertum buhan

(%)

Tahun

< 20 20-30 30-50 50-100 100-200 >200 Jumlah

2000 1.325 1.531 747 1.295 1.461 144 6.503 - 2001 1.202 1.376 691 1.358 1.993 132 6.752 3,82 2002 918 1.460 385 1.051 1.968 113 5.895 -12,69 2003 735 1.488 222 760 1.493 128 4.826 -18,13 2004 602 1.301 214 819 1.358 93 4.387 -9,09

Sumber : UPT PPS Nizam Zachman Tahun 2004

y = -583,2x + 1E+06

R2 = 0,8787

0

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

8.000

2000 2001 2002 2003 2004

Tahun

Kap

al

Masu

k (

kali

)

Kapal Masuk Linear (Kapal Masuk)

Page 90: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

74

Dari Tabel 11 di atas menunjukkan tahun 2000 jumlah kapal yang keluar

6.503 kali, jumlah ini meningkat sebesar 3,82 % pada tahun 2001 menjadi 6.752

kali. Tahun 2002 jumlah ini turun -12,69 % atau menjadi 5.895 kali, tahun 2003

kembali turun -18,13 % menjadi 4.826 kali dan tahun 2004 kembali turun -9,09 %

menjadi 4.387 kali.

Gambar 14 Perkembangan jumlah kapal keluar di PPS Nizam Zachman Tahun

2000 – 2004 Dari persamaan linear pada Gambar 14 tersebut, yaitu y = -615,8x + 1.106

R2 = 0,89 (y=jumlah kapal keluar, x=periode/tahun, dan R2= koefisien

determinasi) menunjukkan setiap tahun bahwa terjadi penurunan jumlah kapal

keluar di PPS Nizam Zachman sebesar 615 kali. Penurunan ini disebabkan oleh

beberapa hal antara lain banyaknya armada yang tidak operasi lagi karena

umurnya sudah tua sedangkan kemampuan peremajaan armada baru sangat

terbatas.

4.9.3 Perbekalan

Aktivitas yang disiapkan sebelum melakukan operasi penangkapan ikan

adalah mempersiapkan perbekalan yang akan dibawa. Perbekalan yang dibawa

y = -615,8x + 1E+06

R2 = 0,8873

0

1.000

2.000

3.000

4.000

5.000

6.000

7.000

8.000

2000 2001 2002 2003 2004Tahun

Kap

al

Kel

uar

(Kali

)

Kapal Keluar Linear (Kapal Keluar)

Page 91: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

75

meliputi es, solar, air bersih, umpan dan bahan makanan bagi anak buah kapal

(ABK). Secara rinci perbekalan kapal perikanan di PPS Nizam Zachman, dapat

dilihat pada Tabel 12.

(1) Es

Es merupakan salah satu perbekalan kapal yang berfungsi untuk

mengawetkan ikan dengan cara menurunkan suhu ikan, sehingga pada

akhirnya penurunan mutu ikan dapat dihambat. Bentuk penggunaan es pada

kapal industri penangkapan adalah es curah agar lebih memudahkan

penanganan saat di palka serta pendinginan yang dilakukan terhadap ikan

lebih merata.

Kebutuhan perbekalan es di PPS Nizam Zachman disediakan oleh Perum

PPS. Es dari Perum PPS tidak dijual langsung ke armada penangkapan ikan

tetapi dijual melalui agen-agen yang berjumlah 10 (sepuluh), dari agen-agen

tersebut armada penangkapan ikan mendapat pasokan es.

Untuk memasok kebutuhan es dalam operasi penangkapan ikan, Perum PPS

mengoperasikan/mengelola 2 unit pabrik es dengan kapasitas 150 ton/hari

dan pabrik es yang dikelola pihak swasta yaitu PT. Safritindo Dwi Santoso

yang mempunyai kapasitas 240 ton/hari. Menurut keterangan dari pihak

pelabuhan, permintaaan es rata-rata sebesar 9.000-10.000 es balok/hari yang

dihasilkan Perum PPS sebanyak 3.000 es balok/hari, sedangkan PT.

Safritindo Dwi Santoso menghasilkan 4.000 es balok/hari.

Untuk mencukupi kebutuhan es tersebut biasanya mengambil dari luar

pelabuhan walaupun es dari luar baru boleh masuk ketika es dari Perum PPS

sudah terjual semua. Pabrik es yang berada di luar kawasan pelabuhan yaitu

Page 92: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

76

PT. Kaharaja, PT. Pamada, PT. UFO Crane, PT. Puga Utama, PT. Eslar

Utama, PT. Wirontono dan PT. Rawesja menghasilkan 23.000-26.000 es

balok/hari.

(2) Solar

Solar merupakan salah satu perbekalan penting dalam melakukan operasi

penangkapan ikan yang dibawa saat melaut, diperlukan sebagai bahan bakar

mesin diesel yang merupakan mesin utama bagi armada penangkapan ikan.

Kebutuhan solar armada penangkapan ikan di kawasan PPS Nizam Zachman

disuplai oleh 2 (dua) Stasiun Pengisi Bahan Bakar (SPBB), yaitu PT. Tri

Harun dan PT. Fajarida.

Aktivitas yang dilakukan bagi industri penangkapan ikan untuk memperoleh

solar di PPS Nizam Zachman adalah mendapatkan Buku Langganan

Bungker (BLB), buku tersebut akan diberi nomor sebagai pelanggan.

Aktivitas selanjutnya adalah mendapatkan izin pengisian solar dari UPT PPS

Nizam Zachman dan Syahbandar, setelah mendapat izin kapal baru bisa

mengisi solar di SPBB sesuai dengan jumlah liter yang telah disetujui.

Kapal-kapal industri penangkapan ikan harus mengantri dulu sebelum

mendapatkan solar karena banyaknya kapal yang melakukan aktivitas

mengisi perbekalan solar. Bagi armada industri penangkapan ikan yang

membutuhkan solar > 75 ton dapat membeli dari SPBB Pertamina Tanjung

Priok. Adanya pembatasan pembelian solar di PPS Nizam Zachman sebesar

maksimum 75 ton untuk setiap pembelian, karena terbatasnya suplai solar

serta untuk mencegah penjualan solar ke pihak-pihak tertentu dengan harga

murah.

Page 93: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

77

(3) Air Bersih

Suplai air bersih untuk kapal perikanan di PPS Nizam Zachman dapat

diperoleh dari air PAM dan air truk tangki. Air PAM dikelola oleh Perum

PPS, sedangkan air truk tangki berasal dari luar PPS Nizam Zachman, yaitu

dari PT. Soraya yang terletak tidak jauh dari kawasan PPS Nizam Zachman.

(4) Umpan

Umpan merupakan perbekalan yang dibawa oleh kapal long line sebagai

umpan pancing bagi ikan tuna. Ada dua jenis umpan yaitu umpan hidup dan

umpan beku. Umpan hidup yang digunakan biasanya ikan bandeng

sedangkan umpan beku adalah ikan layang.

Tabel 12 Penyerapan perbekalan kapal perikanan di PPS Nizam Zachman Tahun 2000-2004

Jenis Perbekalan (Ton)

Tahun Es BBM Solar

Air Bersih

Umpan Hidup

Garam Minyak Tanah

Jumlah

Pertum

buhan

(%)

2000 209.034,7 144.440,2 478.669,5 6.362,2 801,3 968,7 840.276,6 - 2001 199.464,3 144.835,4 506.508,0 7.480,2 665,9 934,4 859.888,2 2,33 2002 177.657,9 141.037,9 477.735,0 6.033,1 636,6 1.031,4 804.131,9 -6,48 2003 104.887,9 124.767,6 450.694,0 3.196,4 541,9 894,1 684.981,9 -14,82 2004 97.582 123.440,0 483.780,0 4.602,2 900,0 616,0 710.920,2 3,79

Sumber : UPT PPS Nizam Zachman, 2004

Dari Tabel 12 di atas menunjukkan tahun 2000 penyerapan perbekalan

kapal perikanan sebesar 840.276,6 ton, jumlah ini meningkat sebesar 2,33 % pada

tahun 2001 menjadi 859.888,2 ton. Tahun 2002 jumlah ini turun -6,48 % atau

menjadi 804.131,9 ton, tahun 2003 kembali turun -14,82 % menjadi 684.981,9 ton

dan tahun 2004 naik 3,39 % menjadi 710.920,2 ton.

Page 94: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

78

Gambar 15 Perkembangan penyerapan perbekalan kapal perikanan di PPS Nizam Zachman Tahun 2000-2004

Dari persamaan linear pada Gambar 15 tersebut, dihasilkan y = -43362x +

9.107 R2 = 0,77 (y=jumlah penyerapan perbekalan, x=periode/tahun, dan R2=

koefisien determinasi) menunjukkan setiap tahun bahwa terjadi penurunan jumlah

penyerapan perbekalan di PPS Nizam Zachman sebesar 43.362 ton. Penurunan ini

disebabkan oleh beberapa hal antara lain menurunnya setiap tahun aktivitas

armada penangkapan yang melaut.

4.9.4 Pendaratan, distribusi dan pemasaran ikan

Aktivitas pendaratan hasil tangkapan meliputi pembongkaran ikan dari

palka sampai ikan diangkut ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Kapal tradisional

mendaratkan hasil tangkapannya di TPI sedangkan untuk kapal longline

mendaratkan hasil tangkapannya di Tuna Landing Center (TLC). TLC yang

berada di dermaga timur sengaja dikhususkan untuk mendaratkan hasil tangkapan

kapal longline.

y = -43362x + 9E+07

R2 = 0,7707

200000

400000

600000

800000

1000000

2000 2001 2002 2003 2004

Tahun

Ton

Penyerapan Perbekalan Linear (Penyerapan Perbekalan)

Page 95: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

79

Bagi kapal longline, sebelum dilakukan pendaratan hasil tangkapan maka

diadakan persiapan terlebih dahulu. Aktivitas persiapan yang dilakukan adalah

dengan melakukan pemasangan alat peluncur yang berfungsi memindahkan ikan

dari kapal longline ke unit-unit penanganan sekaligus berfungsi untuk melindungi

ikan tuna dari sinar matahari secara langsung. Aktivitas pembongkaran ikan tuna

dimulai dengan mendaratnya kapal di dermaga timur, sebelum dilakukan

pembongkaran ikan maka es yang digunakan untuk mendinginkan ikan terlebih

dahulu dibuang dari dalam palka. Aktivitas dilanjutkan dengan mengeluarkan ikan

dengan menggunakan bantuan katrol, yaitu dengan cara mengikat ekor ikan

dengan tali yang kemudian ditarik menggunakan bantuan katrol dari dalam palka

sampai ke atas deck. Sesampainya di atas deck, ikan diletakkan pada alat peluncur

selanjutnya didorong meluncur menuju kedalam unit penanganan tuna untuk

dilakukan penanganan lebih lanjut.

Bagi kapal gillnet aktivitas pendaratan ikan berlangsung di dermaga barat

dekat dengan TPI. Pembongkaran ikan dilakukan dengan menggunakan bantuan

tris. Tris atau basket atau keranjang ikan adalah wadah berbentuk kotak terbuat

dari plastik dengan kapasitas 70 kg ikan. Ikan dari dalam palka dimasukkan ke

dalam tris, kemudian diangkat ke atas deck dengan menggunakan bantuan tali.

Ikan yang telah berada di deck lalu disortir sesuai dengan jenis, ukuran dan

mutunya dan ditempatkan pada tris yang berbeda-beda, tujuannya adalah untuk

memudahkan saat pelelangan dilakukan. Pemindahan tris dari kapal ke TPI

menggunakan lori. Pemindahan ini dilakukan di ruangan terbuka sehingga sinar

matahari mengenai langsung ikan. Tidak adanya pemberian es pada ikan semakin

menurunkan mutu ikan tersebut. Proses pembongkaran ini berlangsung selama

Page 96: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

80

dua sampai tiga jam, tergantung banyaknya hasil tangkapan yang didaratkan.

Mekanisme pemasaran ikan di PPS Nizam Zachman Jakarta adalah

sebagai berikut : ikan yang masuk ke PPS Nizam Zachman yang berasal dari laut

khususnya kelompok ikan tuna (tuna, meka, marlin, yellow fin, big eye) di proses,

sebagian ke industri pengolahan ikan dan di ekspor langsung ke negara Jepang,

Singapura, Belanda, Inggris dan Amerika Serikat sedangkan sebagian lagi dibawa

ke pelelangan untuk dilelang. Ikan-ikan non tuna (tradisional) setelah didaratkan

dari kapal, kemudian masuk ke TPI untuk di lelang. Sete1ah diadakan transaksi

le1ang dan terjadi kesepakatan harga, ikan dibawa ke pasar baik pasar lokal

maupun ekspor.

Mekanisme pemasaran dan distribusi ikan di PPS Nizam Zachman, dapat

dilihat pada Lampiran 1.

Pelelangan yang ada di PPS Nizam Zachman diselenggarakan oleh

Koperasi Mina Muara Makmur selaku pihak yang ditunjuk oleh Dinas

Peternakan, Perikanan dan Kelautan Propinsi DKI Jakarta. Aktivitas yang

dilakukan sebelum pelelangan adalah penimbangan ikan, kemudian tris yang telah

ditimbang tersebut dikelompokkan berdasarkan kapal yang mendaratkan.

Pelelangan yang ada di TPI PPS Nizam Zachman dinamakan “opow” karena

pembeli lelang dan penjual lelang adalah orang yang sama yaitu pemilik kapal,

walaupun demikian aktivitas lelang tetap diadakan karena merupakan patokan

nilai retribusi yang harus dibayar ke pemerintah daerah sebesar dari total nilai

lelang. Sesuai dengan Perda DKI Jakarta, retribusi lelang sebesar 5 %, dimana 3

% dikenakan kepada pemegang lelang dan sisanya dikenakan kepada produsen

ikan.

Page 97: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

81

Hasil tangkapan yang didaratkan di TLC tidak diadakan pelelangan. Ikan

yang didaratkan akan langsung masuk ke unit-unit penanganan tuna setelah

aktivitas pembongkaran dilakukan. Namun, data pendaratan ikan masih dapat

dicatat karena pihak perusahaan akan memberikan laporannya sehingga retribusi

sebesar 5 % tetap bisa ditarik. Tidak adanya mekanisme kontrol dari pihak PPS

Nizam Zachman, membuat keakuratan data yang diberikan oleh perusahaan

diragukan karena kemungkinan adanya kepentingan-kepentingan tertentu dari

perusahaan tersebut. Mekanisme masuk/keluarnya komoditi perikanan dapat

dilihat pada Lampiran 2 dan 3.

(1) Pasar lokal

Ikan yang berasal dari pelelangan tersebut di atas serta ikan yang berasal dari

beberapa daerah penghasil utama perikanan diangkut lewat darat/truk

dipasarkan melalui Pusat Pemasaran Ikan (PPI) pada malam hari sekitar

pukul 20.00-02.00 WlB, kemudian didistribusikan ke daerah-daerah di

sekitar Jabotabek seperti Bekasi, Depok, Tangerang, bahkan sampai ke

Sukabumi dan Cilegon.

(2) Pasar ekspor

Kegiatan ekspor hasil perikanan dilakukan bentuk segar maupun beku yang

terdiri dari ekspor segar meliputi jenis tuna, bawal, udang, tenggiri, meka

dan jenis ikan lainnya dilakukan melalui Bandara Sukarno Hatta

(Cengkareng) dengan menggunakan jasa cargo, serta ekspor beku yang

terdiri dari jenis ikan tuna, kakap, kerapu, meka, marlin, lobster, udang dan

jenis ikan lainnya dilakukan melalui pelabuhan umum Tanjung Priok dengan

menggunakan Kontainer. Ekspor ikan dalam keadaan beku juga dilakukan

Page 98: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

82

melalui transhipment (ship to ship) dengan ukuran kapal pengangkut sampai

dengan 2.500 GT.

Adapun mekanisme pelayanan ekspor dapat dilihat pada Lampiran 4.

Volume ekspor tahun 2004 sebesar 26.740,24 ton terdiri dari ekspor segar

sebesar 10.218, 29 ton dan ekspor beku sebesar 15.521,95 ton. Nilai ekspor

ikan segar sebesar US$ 111.067.332 dan nilai ekspor ikan beku sebesar US$

129.870.845 sehingga total nilai ekspor sebesar US$ 240.936.177. Negara

tujuan ekspor seperti Asia, Amerika dan Eropa. Lebih rinci ekspor ikan dapat

dilihat dalam Tabel 13 berikut :

Tabel 13 Volume ekspor hasil perikanan di PPS Nizam Zachman Tahun 2000- 2004

Ton

Ekspor Tuna Ekspor Udang Ekspor Lainnya Tahun Segar Beku Segar Beku Segar Beku 2000 8.273 5.475 1.945 4.210 4.702 8.722 2001 7.519 6.368 963 2.943 2.290 3.937 2002 9.532 4.744 1.762 4.456 559 1.602 2003 6.212 8.099 327 2.142 1.245 6.608 2004 8.935 8.164 146 1.804 1.137 6.554

40.471 32.850 5.143 15.555 9.933 27.423 73.321 20.698 37.356

Jumlah

131.375 % 55,81 15,76 28,43

Sumber : UPT PPS Nizam Zachman Tahun 2004 Jumlah ekspor yang dilakukan PPS Nizam Zachman selama kurun waktu 5

tahun terakhir sangat berfluktuasi baik dari komoditi tuna, udang atau komoditi

lainnya. Berdasarkan persentase komoditi ekspor, lebih banyak pada komoditi

ekspor tuna sebesar 55,81 %, disusul ekspor lainnya sebesar 28,43 % dan terakhir

ekspor udang sebesar 15,76 %.

Dari komoditi ekspor tuna, sebesar 55,2 % produk segar dan 44,8 produk

beku. Kondisi ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain produk segar

Page 99: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

83

mempunyai nilai yang lebih tinggi di pasar internasional karena memiliki mutu

yang lebih baik dibandingkan dengan produk beku.

Gambar 16 Perkembangan volume ekspor hasil perikanan di PPS Nizam Zachman Tahun 2000-2004

Dari persamaan linear pada Gambar 16 tersebut, yaitu y = -1256,1x +

3.106 R2 = 0,22 (y=jumlah penyerapan perbekalan, x=periode/tahun, dan R2=

koefisien determinasi) menunjukkan setiap tahun bahwa terjadi penurunan volume

ekspor hasil perikanan di PPS Nizam Zachman sebesar 1.256,1 ton. Penurunan ini

disebabkan oleh beberapa hal antara lain pengurangan jumlah permintaan dan

juga melemahnya nilai mata uang rupiah terhadap dolar.

Tabel 14 berikut ini menyajikan volume dan nilai ekspor hasil perikanan

di PPS Nizam Zachman dalam kurun waktu tahun 2000-2004.

y = -1256,1x + 3E+06

R2 = 0,2227

10000

20000

30000

40000

2000 2001 2002 2003 2004

Tahun

Ton

Volume Ekspor Linear (Volume Ekspor)

Page 100: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

84

Tabel 14 Volume dan nilai ekspor hasil perikanan di PPS Nizam Zachman Tahun 2000-2004

Ikan Segar Ikan Beku Jumlah Tahun Ton US$ Ton US$ Ton US$ 2000 14.920 89.338.034 18.407 91.684.372 33.327 181.022.406 2001 10.772 86.466.347 13.248 69.289.562 24.020 155.755.909 2002 11.853 91.387.316 10.802 50.033.299 22.655 141.420.615 2003 7.784 63.337.249 16.849 76.334.601 24.633 139.671.850 2004 10.218 111.067.332 16.522 129.870.845 26.740 240.938.177

Sumber : UPT PPS Nizam Zachman Tahun 2004

Data tersebut memperlihatkan bahwa dari tahun 2000-2004 industri

perikanan di PPS Nizam Zachman mengekspor ikan dalam bentuk segar sebesar

55.547 ton sedangkan untuk ekspor dalam bentuk beku sebesar 75.828 ton sehingga

total jumlah produk perikanan yang diekspor dari tahun 2000-2004 sebesar 131.375

ton. Rata-rata produksi per tahun untuk ekspor produk segar sebesar 11.109 ton,

jumlah ini lebih kecil bila dibandingkan dengan rata-rata ekspor produk beku

sebesar 15.166 ton ikan per tahun. Hal ini merupakan salah satu indikasi bahwa

permintaan terhadap produk ikan beku semakin meningkat, berarti industri

pengolahan ikan harus meningkatkan aktivitasnya untuk memenuhi permintaan

produk ikan beku tersebut.

Page 101: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

85

Gambar 17 Perkembangan nilai ekspor hasil perikanan di PPS Nizam Zachman Tahun 2000-2004

Gambar 17 di atas memperlihatkan bahwa total nilai produksi untuk produk

segar dari tahun 2000 s.d 2004 sebesar US$ 441.596.278 nilai ini lebih besar

apabila dibandingkan dengan nilai produk beku yang hanya US$ 417.212.679. Nilai

produksi rata-rata untuk produk ikan segar per tonnya US$ 88.319.256, sedangkan

nilai rata-rata produk ikan beku per tonnya hanya US$ 83.442.536. Produk segar

mempunyai nilai yang lebih tinggi di pasar internasional karena memiliki mutu

yang lebih baik dibandingkan dengan produk beku.

Secara umum operasional pelabuhan PPS Nizam Zachman saat ini adalah

cukup optimal, walaupun masih terdapat beberapa kekurangan yang nantinya akan

mempengaruhi kinerja operasional pelabuhan. Kekurangan/permasalahan tersebut

antara lain :

25000000

50000000

75000000

100000000

125000000

150000000

2000 2001 2002 2003 2004

Tahun

US $

Nilai Ekspor Segar Nilai Ekspor Beku

Page 102: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

86

(1) Mutu ikan; berkurangnya mutu ikan mulai disebabkan karena proses

penangkapan, penanganan ikan diatas kapal hingga pada saat kapal bongkar.

Penggunaan alat tangkap yang tidak merujuk pada code of conduct responsible

fisheries menyebabkan ikan yang ditangkap mengalami kerusakan fisik dan

banyak ikan yang ditangkap dengan ukuran yang tak layak tangkap. Proses

penanganan hasil tangkapan di kapal yang belum profesional sangat berpotensi

merusak mutu hasil tangkapan, hal ini dimungkinkan pemberian es dan proses

pembekuan dilakukan setelah melewati fase igormortis. Mutu ikan juga akan

berkurang disaat kapal bongkar, banyak jenis ikan yang bongkar di PPS

Nizam Zachman ditangani dengan tidak efektif dan efisien. Industri perikanan

terutama yang berskala kecil, dapat menderita kerugian ekonomis sangat besar

akibat rendahnya harga, kemunduran mutu ikan. Hal yang sama dapat dialami

pula oleh ekonomi nasional akibat kehilangan pasar di luar negeri. Secara

nyata, permintaan konsumen terhadap mutu ikan yang baik berkembang cepat.

Negara-negara pengimpor sangat menghendaki kondisi tempat pendaratan

ikan yang bersih dan higienis, sebagai suatu persyarat yang telah mereka

tetapkan guna memenuhi standar mutu yang tinggi terhadap produk hasil

perikanan.

(2) Ketertiban dan keamanan; karena jumlah personil keamanan dan ketertiban

tidak dapat menjangkau seluruh wilayah pelabuhan atau dengan kata lain

jumlah personil keamanan dan ketertiban tidak proposional dengan luas

wilayah PPS Nizam Zachman yaitu 100 Ha ditangani hanya 22 personil.

(3) Lingkungan/Sampah; masih banyaknya limbah cair dan padat dari proses

kegiatan di pelabuhan dan tidak lancarnya saluran mengakibatkan bau yang

Page 103: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

87

tidak sedap, selain itu juga karena banyaknya kapal yang memperbaiki di

dermaga maka banyak kayu-kayu yang berserakan di sekitar dermaga. Pada

bulan-bulan mendekati bulan puasa, volume sampah meningkat sampai 40 m3

per hari, dengan jenis sampah organik yaitu daun. Semua limbah ini, jika tidak

ditangani secara tepat akan menimbulkan kontaminasi terhadap produksi ikan

serta mengakibatkan degradasi lingkungan pelabuhan sebagai akibat polusi.

Biaya memperbaiki segenap permasalahn ini begitu mahalnya, setelah

semuanya terjadi. Pencucian ikan menggunakan air kolam pelabuhan yang

kotor dan cara penanganannya dengan kondisi sanitasi yang rendah,

merupakan faktor yang menyebabkan cepatnya terjadi pembusukan ikan serta

resiko membahayakan kesehatan, karena baik ikan maupun air sudah

terkontaminasi.

(4) Dermaga, banyak dijumpai kapal ikan yang ingin merapat di dermaga, tidak

bisa bersandar sebagaimana mestinya. Hal ini disebabkan karena adanya kapal

ikan yang rusak dan selalu bersandar di dermaga, bahkan ada yang merapat

sampai lama sekali dan hal ini mengganggu untuk merapatnya kapal ikan yang

lain sehingga fungsi dermaga bukan untuk merapatkan kapal tetapi

dipergunakan juga untuk memperbaiki kapal. Nilai fungsi dari dermaga

menjadi turun.

(5) Jalan akses ke PPS Nizam Zachman, kondisi jalan masuk menuju PPS

Nizam Zachman sekarang ini sangat padat dan selalu mengalami kemacetan

karena besarnya volume lalu lintas yang sebagian besar berupa traktor dan

trailer/ kontainer, truk, bis, mobil, bajaj, becak, sepeda, ojek, gerobak dan

Page 104: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

88

lainnya. Kapasitas lalu lintas jalan hanya cukup untuk dua jalur jalan (satu

lajur per arah) yang membahayakan para pengendara motor dan pejalan kaki.

Untuk mengatasi permasalah tersebut diatas, upaya yang perlu

dilakukan antara lain :

(1) Dalam penanganan ikan agar dapat diperoleh ikan dengan mutu baik adalah

sosialisasi baik secara langsung maupun tidak langsung metode penangkapan

yang efektif dengan menggunakan alat penangkapan yang ramah lingkungan.

Lembaga/instansi yang mempunyai peran yang sangat besar dalam

penanganan ikan di PPS Nizam Zachman adalah UPT berkoordinasi dengan

Dinas Peternakan, Kelautan dan Perikanan Propinsi DKI Jakarta serta Perum

PPS.

(2) Guna meningkatkan ketertiban dan keamanan, mengusulkan agar personil

Satpam UPT serta personil KP3 ditambah sesuai dengan kebutuhan luas

kawasan 100 Ha.

(3) Sehubungan lahan tempat pembuangan akhir sampah di DKI Jakarta sudah

tidak memungkinkan lagi, maka diusulkan alternatif lain yaitu pembangunan

dan pengadaan mesin pengolah sampah berupa insenerator.

Untuk menangani problema lingkungan, dalam hal ini UPT sama sekali tidak

memiliki kewenangan menyangkut aspek pengelolaan lingkungan. UPT setiap

hari melakukan pembersihan di PPS Nizam Zachman bekerjasama dengan

pihak KUD. Karena ukuran pelabuhan yang demikian luas, diperlukan waktu

berjam-jam untuk membersihkan perairan disekitar dermaga dari kantong-

kantong plastik, sampah dan benda-benda terapung lainnya. Namun demikian,

mereka tidak memiliki cara untuk membuang lapisan minyak serta

Page 105: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

89

mengendalikan pencemaran. Maka disarankan UPT berkoordinasi dengan

Perum PPS, Departemen Kesehatan, dan unit kerja dari lembaga/instansi

terkait yang berwenang terhadap masalah kelestarian lingkungan (misal :

Pemerintah Propinsi DKI Jakarta (Bappedalda), Kementerian Negara

Lingkungan Hidup, dll).

(4) Dalam rangka efisiensi penggunaan pelabuhan, sudah seharusnya PPS Nizam

Zachman memperbaiki sistem manajemen untuk standar pelabuhan perikanan

yang baik dan bila perlu standar internasional. Alternatif permasalahan di

dermaga melalui penegakan peraturan pelabuhan untuk menjaga ketertiban

penggunaan sarana dan prasarana pelabuhan sesuai fungsinya. Untuk

mengurangi antrian cukup lama masuk galangan kapal, perlu penambahan

fasilitas galangan kapal/dock melalui dana cost recovery atau bantuan proyek

luar negeri.

(5) Guna melayani semua kegiatan di kawasan pelabuhan dengan permintaan

pelayanan pelabuhan yang terus meningkat, maka diperlukan jalan

penghubung utama yang cukup dari dan menuju ke kawasan pelabuhan serta

jaringan jalan raya yang menghubungkan pelabuhan dengan jalan tol atau

dengan pelabuhan umum utama, dan bila diperlukan menyediakan jalur rel

kereta api untuk memudahkan distribusi ke daerah pedalaman. Alternatif

pelebaran jalan di PPS Nizam Zachman sangat sulit mengingat sisi badan jalan

telah dipenuhi dengan bangunan-bangunan rumah, toko dan lainnya.

Penghancuran bangunan-bangunan di sisi jalan tersebut tidak akan efektif dan

usaha pembebasan tanah atau tukar guling memerlukan prosedur hukum.

Alternatif terbaik adalah membangun jalan layang yang berhubungan dengan

Page 106: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

90

pintu keluar jalan tol Mangga Dua/Glodok dan sisi barat jalan menuju Muara

Karang dan Muara Angke, untuk memperlancar arus lalu lintas dan

mengakomodasi laju kendaraan ukuran sedang dan besar di area komplek PPS

Nizam Zachman. Maka disarankan sebagai tindak lanjut pembangunan tahap 4

(1993-2001, telah selesai pada tahun 2002), usulan proyek masa depan di PPS

Nizam Zachman (bantuan pemerintah Jepang).

Page 107: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

91

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Analisis Fungsi dan Kewenangan Kelembagaan

Untuk menganalisis fungsi dan kewenangan dari setiap lembaga/instansi di

PPS Nizam Zachman, digunakan matriks keserasian (compatibility matrix) seperti

tercantum pada Tabel 15 berikut :

Tabel 15 Matriks keserasian (compatibility matrix) fungsi dan wewenang antar

lembaga/instansi di PPS Nizam Zachman

Pusat Karantina Ikan (J) K

Dinas DKI Jakarta (I) S/K S

Ditjen PSDKP (H) S - -

Kepolisian (G) S/K S - -

Dep. Keuangan (F) K - - - -

Dep. Kehakiman dan HAM (E) K - - - -

Dep. Kesehatan (D) K - - - - -

Dep. Perhubungan (C) SK - - - - - -

Perum PPS (B) S/K/SK - - - - S - S

UPT PPS (A) S/K/SK SK K K K S/K S S/K K

Lembaga/Instansi A B C D E F G H I J

Keterangan :

S = Sinergi

K = Kontradiksi

SK = Sangat Kontradiksi

Mengacu pada matriks hasil identifikasi fungsi dan kewenangan di atas,

terdapat beberapa kegiatan yang sinergis antara kelembagaan/instansi yang berada

di PPS Nizam Zachman antara lain sebagai berikut :

(1) Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 1082/Kpts/OT.210/10/99,

UPT mempunyai wewenang dan tanggung jawab dalam hal mengatur dan

mengkoordinasikan semua kegiatan dan fasilitas-fasilitas yang bersifat non

komersial yang berada di pelabuhan perikanan. Sedangkan Perum

mempunyai wewenang dan tanggung jawab dalam hal melaksanakan

pengusahaan dan pelayanan jasa dan barang yang menunjang kegiatan

pelabuhan perikanan yang menyangkut pengusahaan sarana bersifat

Page 108: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

92

produktif dan ekonomis (fasilitas-fasilitas komersial). Hal ini terlihat sinergi

dalam pengelolaan kolam pelabuhan, pemecah gelombang (breakwater),

Dermaga/Jetty, Gedung Penunjang Kegiatan Nelayan, Tuna Landing center

(TLC), pemasangan reklame, dan keamanan/ketertiban di kawasan PPS

Nizam Zachman.

(2) Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 1082/Kpts/OT.210/10/99,

UPT dan Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Propinsi DKI

Jakarta terlihat hubungan sinergi dalam Pengumpulan Data Statistik

Perikanan dan Pembinaan Mutu Hasil Perikanan.

(3) Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 1082/Kpts/OT.210/10/99,

UPT, Perum dan Kepolisian melaksanakan hubungan sinergi dalam

kegiatan keamanan dan ketertiban di kawasan PPS Nizam Zachman.

(4) Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 1082/Kpts/OT.210/10/99,

Perum dan Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Propinsi DKI

Jakarta terlihat hubungan sinergi dalam pelaksanaan kegiatan Pemasaran

Ikan (PPI).

Selanjutnya selain terdapat kegiatan yang sinergis antara kelembagaan/

instansi yang berada di PPS Nizam Zachman, terdapat juga beberapa tumpang

tindih dan kontradiksi fungsi dan wewenang antara kelembagaan/instansi yang

berada di PPS Nizam Zachman antara lain sebagai berikut :

(1) Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 1082/Kpts/OT.210/10/99

UPT mempunyai wewenang dan tanggung jawab dalam hal mengatur dan

mengkoordinasikan semua kegiatan dan fasilitas-fasilitas yang bersifat non

komersial yang berada di pelabuhan perikanan.

Page 109: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

93

Mengacu pada kebijakan pemerintah tersebut diatas, sampai saat ini seluruh

lembaga/instansi yang ada di PPS Nizam Zachman belum mematuhi

sepenuhnya kebijakan tersebut karena instansi terkait dimaksud secara

organisatoris lebih bertanggung jawab kepada instansi vertikal di atasnya

(Pimpinannya).

Disimpulkan terdapat hubungan tidak sinergi/kontradiksi antara UPT dengan

8 (delapan) instansi terkait yang terlibat di dalam pengelolaan PPS Nizam

Zachman.

(2) Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No. 1082/Kpts/OT.210/10/99

UPT bertanggungjawab melaksanakan konstruksi dan pemeliharaan

quaywall dan dermaga, sedangkan Perum juga berwenang melakukan

konstruksi dan pemeliharaan dermaga berdasarkan Keputusan Menteri

Pertanian No. 1082/Kpts/ OT.210/10/99 dan Peraturan Pemerintah No. 23

Tahun 2000. Hal ini mengakibatkan terjadinya tumpang tindih fungsi dan

wewenang antara UPT dan Perum.

Mengacu pada kebijakan pemerintah tersebut diatas, kondisi saat ini UPT

telah melaksanakan konstruksi dan pemeliharaan dermaga dan quaywall

dengan anggaran proyek DKP, sedangkan Perum sejauh ini tidak

melaksanakan sesuatu pekerjaan konstruksi dan pemeliharaan dermaga dan

mooring quays. Hal ini mengakibatkan terjadinya hubungan yang sangat

kontradiksi antara UPT dan Perum.

(3) UPT menegaskan bahwa tambat labuh adalah kegiatan non komersial,

sehingga pemungutan biayanya dilakukan UPT, sedangkan Perum

menganggap tambat labuh sebagai kegiatan komersial sehingga mereka

Page 110: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

94

berhak memungut biayanya. Hal ini mengakibatkan terjadinya tumpang

tindih fungsi dan wewenang antara UPT dan Perum.

UPT tidak melakukan pengumpulan biaya tambat labuh, bila Perum sudah

beroperasi di pelabuhan perikanan ybs. Sedangkan berdasarkan PP No. 23

tahun 2000 Perum berhak mengumpulkan biaya docking, namun tidak

menetapkan Perum berhak mengumpulkan biaya tambat labuh, sekalipun

berwenang mengoperasikan dermaga.

Mengacu pada kebijakan pemerintah tersebut diatas, UPT mengumpulkan

biaya tambat labuh dimana Perum tidak beroperasi. Besarnya fee sesuai

ketentuan pemerintah Rp. 1.500/m dan UPT menyetorkan penghasilan ini ke

Kas Negara. Sedangkan Perum mengumpulkan biaya tambat labuh dan

biaya docking di pelabuhan tempatnya beroperasi. Biaya tambat labuh

ditetapkan Perum (di PPS Nizam Zachman sebesar Rp. 12.000/m). Tarif ini

sangat tinggi, sehingga nelayan meminta diturunkan. Hal ini mengakibatkan

terjadinya hubungan yang sangat kontradiksi antara UPT dan Perum.

(4) Dermaga tambat dan dermaga bongkar dimiliki oleh UPT, namun Perum

mengoperasikannya dan memperoleh penghasilan. Perum tidak menyetorkan

penghasilan ini kepada UPT. Hal ini mengakibatkan terjadinya tumpang

tindih fungsi dan wewenang antara UPT dan Perum.

Kondisi saat ini Perum menyewakan sarana pelabuhan kepada perusahaan

swasta dan memungut sewanya. Hal ini mengakibatkan terjadinya hubungan

yang sangat kontradiksi antara UPT dan Perum.

(5) Pengendalian, manuver serta pemanduan kapal menuju dermaga bongkar

dan dermaga tambat, seharusnya adalah pelayanan publik yang diberikan

Page 111: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

95

UPT. Penegakan peraturan merupakan tugas pemerintah. Dalam

kenyataannya, tugas ini dilakukan oleh Perum sekaligus memungut biaya

pelayanannya. Hal ini mengakibatkan terjadinya tumpang tindih fungsi dan

wewenang antara UPT dan Perum.

UPTmemandang segenap sarana dasar (penahan gelombang, dermaga

bongkar, dermaga labuh) harus dikontrol dan dikelola UPT. Pengendalian

dan pemanduan kapal menuju dermaga bongkar dan dermaga tambat

merupakan tugas terpenting UPT. Pungutan jasa dengan tarif yang wajar,

dilakukan UPT berdasarkan Peraturan Pemerintah. Dalam kenyataannya,

Perum melakukan tugas tersebut sementara tarif yang dikenakan dirasakan

pemilik kapal sangat tinggi. Hal ini mengakibatkan terjadinya hubungan

yang sangat kontradiksi antara UPT dan Perum.

(6) UPT memiliki kewenangan hukum menerbitkan clearance keluar masuk

kapal (STBLKK), sedangkan Departemen Perhubungan juga memiliki

mandat menerbitkan ijin berlayar bagi kapal-kapal yang meninggalkan

pelabuhan berdasarkan SK Menhub No. KM 62 Tahun 2002. Hal ini

mengakibatkan terjadinya tumpang tindih fungsi dan wewenang antara UPT

dan Perum.

Menteri Pertanian menghendaki penyederhanaan proses dengan hanya

menerbitkan satu ijin yakni STBLKK oleh UPT. Pada tahun 1996 Dephub

menyetujui gagasan tersebut dan menyerahkan kewenangan dan

menerbitkan ijin kepada UPT. Namun ketika pemerintahan berganti, Dephub

merubah kebijaksanaannya dan melanjutkan hak mereka menerbitkan ijin.

Saat ini kedua Menteri menerbitkan ijin yang sama. Mereka tidak memungut

Page 112: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

96

fee atas penerbitan ijin tersebut. Namun Dephub menarik fee dari kapal-

kapal yang meninggalkan pelabuhan sebesar Rp. 100/GT terhadap jasa

sarana navigasi. Hal ini mengakibatkan terjadinya hubungan yang sangat

kontradiksi antara UPT dan Perum.

Berdasarkan kondisi tersebut di atas, sehingga hipotesis penelitian yaitu

kapasitas kelembagaan pengelolaan PPS Nizam Zachman belum menunjang suatu

pengelolaan pelabuhan perikanan yang kondusif, dapat diterima.

5.2 Analisis Strategi Kinerja Pelabuhan Perikanan

Analisis strategi kinerja pelabuhan perikanan menggunakan SWOT

(Strength, Weakness, Opportunities dan Threats). Analisis ini didasarkan pada

logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang

(Opportunities) yang dimiliki, namun secara bersamaan dapat meminimalkan

kelemahan (Weakness) dan ancaman (Threats). Hasil analisis SWOT sebagai

berikut :

5.2.1 Analisis internal

Analisis terhadap faktor internal pelabuhan perikanan meliputi 2 (dua)

komponen yakni komponen kekuatan dan kelemahan.

Kekuatan (Strength)

Faktor-faktor yang dianggap sebagai kekuatan pelabuhan perikanan diantaranya

adalah sebagai berikut :

(1) Tersedianya fasilitas pokok (dasar) meliputi kolam pelabuhan, pemecah

gelombang (break water), dermaga/jetty, turap (revetment) dan tanah

industri perikanan; fasilitas fungsional meliputi TPI, pabrik es, cold storage,

dan ruang processing; dan fasilitas penunjang meliputi antara lain kantor

Page 113: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

97

UPT, Perum, pos pelayanan terpadu, Balai Penyuluhan Nelayan, MCK,

sarana peribadatan, dan pos keamanan.

(2) Pelabuhan sebagai pusat aktivitas perekonomian masyarakat.

(3) Letak geografis yang strategis karena berada pada posisi dekat dengan

daerah penangkapan ikan (fishing ground) di laut teritorial atau ZEE.

(4) Dekat pasar domestik dan luar negeri.

(5) Pada saat musim ikan menjadi tempat persinggahan bagi nelayan dari daerah

lain.

(6) Memiliki armada penangkapan ikan yang didominasi oleh kapal motor.

(7) Memiliki areal untuk pengembangan pelabuhan.

Kelemahan (Weakness)

Selain faktor kekuatan yang dimiliki, terdapat faktor yang merupakan kelemahan

pelabuhan perikanan diantaranya adalah sebagai berikut :

(1) Pengetahuan dan kemampuan SDM rendah.

(2) Kuantitas dan kualitas produk masih rendah dan diversifikasi produk belum

beragam.

(3) Dukungan dan koordinasi instansi terkait masih lemah.

(4) Pengelolaan pelabuhan belum didukung peraturan yang memadai

(5) Kurangnya dana operasional dan pemeliharaan fasilitas prasarana pelabuhan.

(6) Informasi pasar belum dikuasai dengan baik karena belum dikembangkannya

teknologi sistem informasi.

(7) Belum berfungsinya kesyahbandaran perikanan.

Page 114: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

98

5.2.2 Analisis eksternal

Analisis eksternal dilakukan terhadap komponen dari luar peluang dan

ancaman terhadap kelancaran dan kelangsungan kinerja pelabuhan perikanan.

Peluang (Opportunity)

Faktor-faktor yang dianggap sebagai peluang bagi kelancaran kinerja pelabuhan

perikanan diantaranya adalah sebagai berikut :

(1) Meningkatnya konsumsi ikan.

(2) Peningkatan devisa berkaitan dengan ekspor dari produk perikanan

(3) Peningkatan pendapatan pelabuhan (PNBP) dan Pendapatan Asli Daerah

(PAD) melalui pelayanan jasa di pelabuhan.

(4) Permintaan komoditi perikanan di pasar domestik dan luar negeri

meningkat.

(5) Pembangunan sarana dan prasarana di pelabuhan menambah peluang usaha.

(6) Kemudahan mendapatkan bantuan kredit dari perbankan.

(7) Kemajuan teknologi penginderaan jarak jauh (Remote sensing) dan citra

satelit serta informasi internet.

(8) Bertambahnya minat investor terhadap sektor perikanan.

Ancaman (Threat)

Selain faktor peluang yang dimiliki, terdapat faktor yang dianggap ancaman bagi

kinerja pelabuhan perikanan diantaranya adalah sebagai berikut :

(1) Berkembangnya pesaing yang dapat menyediakan sarana prasarana sejenis.

(2) Meningkatnya degradasi sumberdaya pesisir dan lautan.

(3) Intensitas pencurian ikan tinggi.

(4) Penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan

Page 115: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

99

(5) Menurunnya stock ikan di perairan.

(6) Duplikasi peraturan dan beragamnya jenis pungutan perikanan.

(7) Persaingan pasar domestik dan dunia terhadap komoditi perikanan

meningkat.

(8) Gangguan kebersihan dan keamanan.

Berdasarkan hasil identifikasi terhadap faktor-faktor kekuatan dan

kelemahan internal serta faktor peluang dan ancaman eksternal terhadap kinerja

PPS Nizam Zachman, diformulasikan strategi pada matriks SWOT berdasarkan

pertimbangan obyek penulis. Strategi tersebut adalah :

(1) Strategi SO. Strategi ini diformulasikan dengan menggunakan kekuatan

untuk memanfaatkan peluang.

(2) Strategi ST. Strategi ini diformulasikan dengan menggunakan kekuatan

untuk mengatasi ancaman.

(3) Strategi WO. Strategi ini diformulasikan dengan meminimalkan kelemahan

untuk memanfaatkan peluang.

(4) Strategi WT. Strategi ini diformulasikan dengan mengendalikan kelemahan

untuk menghindari ancaman.

Secara lengkap strategi pada matriks SWOT dapat dilihat pada Tabel 16

berikut :

Page 116: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

100

Tabel 16 Strategi kinerja PPS Nizam Zachman berdasarkan faktor internal dan

eksternal

FAKTOR INTERNAL KEKUATAN (S) KELEMAHAN (W) 1. Pengetahuan dan

kemampuan SDM rendah

2. Dukungan dan koordinasi

instansi terkait masih

lemah

3. Kurangnya dana

operasional &

pemeliharaan fasilitas

prasarana pelabuhan

4. Pengelolaan pelabuhan

belum didukung peraturan

yang memadai

1. Memiliki fasilitas

pelabuhan yang lengkap

2. Berdekatan dengan daerah

penangkapan

3. Dekat pasar domestik dan

luar negeri

4. Pada saat musim ikan

menjadi tempat

persinggahan nelayan

daerah lain

5. Armada penangkapan

didominasi oleh kapal

motor 5. Belum didukung teknologi

sistem informasi yang

memadai

FAKTOR EKSTERNAL

PELUANG (O) STRATEGI SO STRATEGI WO Gunakan kekuatan untuk

memanfaatkan peluang

Perbaiki kelemahan untuk

meraih peluang melalui : 1. Meningkatnya konsumsi

ikan

2. Pembangunan sarana &

prasarana di pelabuhan

menambah peluang usaha

3. Kemudahan mendapatkan

bantuan kredit dari

perbankan

4. Kemajuan teknologi

penginderaan jarak jauh dan

citra satelit serta informasi

internet

5. Bertambahnya minat

investor terhadap sektor

perikanan

1. Meningkatkan pelayanan

pelabuhan

2. Pembinaan

kewirausahaan

1. Meningkatkan kualitas

SDM melalui pelatihan dan

studi banding

2. Meningkatkan kerjasama/

koordinasi antar instansi

terkait

ANCAMAN (T) STRATEGI ST STRATEGI WT Gunakan kekuatan untuk

mengatasi ancaman

melalui:

Perbaiki kelemahan untuk

mengatasi ancaman

melalui: 1. Berkembangnya pesaing

yang dapat menyediakan

sarana prasarana sejenis

2. Degradasi sumberdaya

pesisir dan lautan

3. Intensitas pencurian ikan

tinggi

4. Duplikasi peraturan dan

beragamnya jenis pungutan

perikanan

5. Persaingan pasar domestik

dan dunia terhadap komoditi

perikanan

1. Penyempurnaan

pengelolaan pelabuhan

2. Kemudahan berinvestasi

di pelabuhan

1. Meningkatkan sarana dan

prasarana pelabuhan

2. Meningkatkan ketersediaan

modal

Page 117: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

101

Berdasarkan faktor-faktor strategis kinerja PPS Nizam Zachman dianalisis

pula matriks SWOT untuk menggambarkan relasi diantara faktor-faktor yang ada.

Hubungan antara faktor-faktor tersebut menghasilkan 8 (delapan) kemungkinan

strategi kinerja yang dikelompokkan dalam 4 strategi utama, yaitu strategi SO,

strategi ST, strategi WO dan strategi WT (Tabel 17).

Tabel 17 Matriks SWOT strategi kinerja PPS Nizam Zachman

No. Strategi Faktor Terkait Jumlah

Bobot

Prioritas

Strategi SO 1. Meningkatkan pelayanan pelabuhan S1, S4, S5, 01, 02, 04 0,432 3

2. Pembinaan kewirausahaan S1, S3, 03, 05 0,276 7

Strategi ST 1. Penyempurnaan pengelolaan

pelabuhan

S1, S2, S3, S4, S5,

01, 02, 03, 04, 05

0,706 1

2. Kemudahan berinvestasi di

pelabuhan

S1, S2, S3, 05 0,290 5

Strategi WO 1. Meningkatkan kualitas SDM melalui

pelatihan dan studi banding

W1, W5, 03 0,206 8

2. Meningkatkan kerjasama/koordinasi

antar instansi terkait

W2,W04, W5, 02,

03, 04

0,418 4

Strategi WT 1. Meningkatkan sarana dan prasarana

pelabuhan

W1, W2, W3, W5,

T1, T2, T3, T5

0,486 2

2. Meningkatkan ketersediaan modal W2, W3, T3, T5 0,281 6

Berdasarkan hasil penilaian bobot masing-masing faktor, dapat dipilah dan

ditentukan secara garis besar strategi yang mempengaruhi kinerja PPS Nizam

Zachman sebagai berikut :

(1) Penyempurnaan pengelolaan pelabuhan

(2) Peningkatan fasilitas pelabuhan

(3) Peningkatan pelayanan pelabuhan

(4) Peningkatan kerjasama/Koordinasi antar instansi terkait

(5) Kemudahan berinvestasi di PPS Nizam Zachman

Page 118: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

102

5.3 Analisis Strategi Peningkatan Kapasitas Kelembagaan

Pengolahan data dilakukan setelah kuesioner terkumpul dan diisi oleh 7

(tujuh) orang responden. Ketujuh orang responden yang berpartisipasi adalah :

Direktur Kelembagaan Pemerintah, Direktorat Jenderal Peningkatan Kapasitas

Kelembagaan dan Pemasaran; Kepala UPT PPS Nizam Zachman; Direktur

Pengembangan dan Tata Pelabuhan, Perum Prasarana Pelabuhan Samudera;

Kasubdit Pengawasan Penangkapan Ikan Wilayah Barat, Direktorat Pengawasan

Sumberdaya Ikan, Direktorat Jenderal Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan

Perikanan; Kasubdit Tata Operasional Pelabuhan Perikanan, Direktorat Prasarana

Pelabuhan Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap; Kepala TPI Muara

Baru, Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Propinsi DKI Jakarta, dan Ketua

Asosiasi Tuna (ASTUIN) Wilayah Jakarta.

Grafis Hasil Pengolahan Vertikal AHP Strategi Peningkatan Kapasitas

Kelembagaan PPS Nizam Zachman dapat dilihat pada Gambar 18 berikut ini :

Page 119: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

103

Gambar 18 Grafis hasil pengolahan vertikal AHP strategi peningkatan kapasitas kelembagaan PPS Nizam Zachman

Page 120: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

104

Berdasarkan hasil AHP didapat informasi sebagai berikut : alternatif

strategi yang dianggap paling sesuai dalam peningkatan kapasitas kelembagaan

PPS Nizam Zachman adalah penyempurnaan pengelolaan pelabuhan. Hal ini

ditunjukkan dengan nilai prioritas yang paling tinggi 37,31 %. Alternatif

berikutnya adalah peningkatan sarana dan prasarana pelabuhan dengan nilai

prioritas 35,91 %. Urutan prioritas terakhir adalah peningkatan pelayanan

pelabuhan dengan nilai prioritas 26,78 % (Tabel 18).

Tabel 18 Urutan prioritas strategi dalam upaya peningkatan kapasitas kelembagaan

PPS Nizam Zachman

No Alternatif Strategi Vektor Prioritas

(VP)

Prioritas

1 Penyempurnaan pengelolaan

pelabuhan

0.3731 1

2 Peningkatan sarana dan prasarana

pelabuhan

0.3591 2

3 Peningkatan pelayanan

pelabuhan

0.2678 3

Sementara itu faktor penentu yang dianggap paling berperan dalam

menentukan keberhasilan upaya peningkatan kapasitas kelembagaan PPS Nizam

Zachman adalah faktor legalitas hukum. Hal ini ditunjukkan dengan nilai prioritas

yang paling tinggi legalitas hukum 40,64 %. Prioritas berikutnya adalah kinerja

pelabuhan dengan nilai prioritas 34,69 %. Urutan prioritas terakhir adalah

koordinasi dengan nilai prioritas 24,66 % (Tabel 19).

Tabel 19 Urutan prioritas faktor penentu dalam upaya peningkatan kapasitas

kelembagaan PPS Nizam Zachman

No Faktor Penentu Vektor Prioritas

(VP)

Prioritas

1 Legalitas hukum 0.4064 1

2 Kinerja Pelabuhan 0.3469 2

3 Koordinasi 0.2466 3

Page 121: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

105

Sasaran utama yang harus diprioritaskan dalam upaya peningkatan

kapasitas kelembagaan PPS Nizam Zachman adalah kerjasama antar instansi

terkait. Hal ini ditunjukkan dengan nilai prioritas yang paling tinggi kerjasama

antar instansi terkait 15,55 %. Prioritas berikutnya adalah kualitas SDM 14,75 %,

peraturan yang berlaku 14,33 %, pengelola pelabuhan 14,32 %, pengaturan fungsi

dan wewenang 11,99 %, tingkat pelayanan pelabuhan 11,15 %, kerjasama dengan

stakeholder 9,12 %. Urutan prioritas terakhir adalah ketersediaan fasilitas

pelabuhan dengan nilai prioritas 8,79 % (Tabel 20).

Tabel 20 Urutan prioritas sasaran utama dalam upaya peningkatan kapasitas

kelembagaan PPS Nizam Zachman

No Sasaran Utama Vektor Prioritas

(VP)

Prioritas

1 Kerjasama antar instansi 15,55 1

2 Kualitas SDM 14,75 2

3 Peraturan yang berlaku 14,33 3

4 Pengelola pelabuhan 14,32 4

5 Pengaturan fungsi dan

wewenang

11,99 5

6 Tingkat pelayanan pelabuhan 11,15 6

7 Kerjasama dengan stakeholder 9,12 7

8 Ketersediaan fasilitas pelabuhan 8,79 8

Dari penilaian para responden, alternatif strategi yang dapat diterapkan

dalam upaya peningkatan kapasitas kelembagaan PPS Nizam Zachman berturut-

turut adalah 1) Penyempurnaan pengelolaan pelabuhan; 2) Peningkatan sarana dan

prasarana pelabuhan; dan 3) Peningkatan pelayanan pelabuhan.

Prioritas pertama adalah penyempurnaan pengelolaan pelabuhan.

Pengelolaan berasal dari kata manajemen yang didefinisikan sebagai proses dari

kegiatan yang menggunakan sumberdaya secara efisien dan efektif guna mencapai

tujuan yang telah ditentukan. Pengelolaan atau manajemen digunakan sejak masa

perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating),

Page 122: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

106

sampai dengan pengendalian (controlling) berakhirnya suatu kegiatan. Dengan

demikian untuk mencapai keberhasilan pembangunan pelabuhan perikanan tidak

lepas dari kelembagaan pelabuhan itu sendiri yang harus sesuai dengan

persyaratan, maka hendaknya pengelola selain menjual jasa-jasanya juga dapat

memanfaatkan dan memelihara fasilitas-fasilitas yang ada secara efektif dan

efisien dan dapat mengkoordinir semua pelaku-pelaku yang ada di pelabuhan

secara baik yaitu adanya keterkaitan dan keharmonisan hubungan antara pengelola

pelabuhan dengan instansi terkait, pedagang, nelayan, pengolah dan buruh. Selain

itu sebagai dampak menipisnya pembiayaan negara yang dibutuhkan untuk

pengelolaan mendorong diperlukannya pemikiran baru untuk mewujudkan

kelompok pelabuhan yang termasuk dalam klasifikasi prasarana perikanan

tersebut untuk berkembang dari Strategic Management Unit (termasuk klasifikasi

UPT) menjadi Strategic Business Unit (termasuk klasifikasi Perum). Selain itu

kelembagaan ekonomi perlu dikembangkan terutama pemasaran ikan yang

kompetitif di pelabuhan perikanan seperti terjalinnya kemitraan antara nelayan

tradisional dengan perikanan industri untuk menyalurkan hasil tangkapan nelayan.

Pemasaran yang efektif dapat meningkatkan harga ikan yang didaratkan di

pelabuhan perikanan.

Hal-hal yang perlu diterapkan dalam pengelolaan PPS adalah 1) kompetisi,

diperlukannya pranata mekanisme bersaing dalam pengusahaan pelabuhan, 2)

budaya, berkembangnya budaya organisasi pengelola pelabuhan yang transparan

dengan bertumpu pada ketersediaan data informasi serta memiliki akuntabilitas

kinerja, 3) modal, mampu memperluas akses pengusahaan/permodalan dan 4)

Page 123: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

107

perusahaan, memiliki indikator kinerja yang berorientasi pada dampak/manfaat

keberadaan pelabuhan.

Prioritas kedua adalah peningkatan sarana dan prasarana pelabuhan. PPS

Nizam Zachman saat ini menghadapi kondisi sebagai berikut 1) banyaknya kapal-

kapal yang melakukan kegiatan floating repair (perbaikan diatas air) di dermaga/

kolam pelabuhan, sehingga daya tampung kolam/dermaga sudah tidak memadai,

2) masih banyaknya pemakai jasa belum disiplin dalam sistem operasional

jaringan Unit Pengolah Limbah (saringan pipa tidak dipasang), 3) tata cara

bongkar muat, labuh dan lelang belum dapat diterapkan dengan baik dan benar, 4)

gangguan stabilitas morfologi pantai (sedimentasi dan abrasi). Berkaitan dengan

hal tersebut, dalam rangka pengembangan pelabuhan PPS Nizam Zachman

diantaranya mendapat bantuan OECF dan Proyek Pengembangan Pelabuhan

Perikanan Samudera Jakarta.

Peningkatan pelayanan pelabuhan menempati prioritas ke tiga. Mengingat

fungsi pelabuhan perikanan menyangkut berbagai aspek serta dalam kenyataannya

akan merupakan lingkungan kerja yang akan melaksanakan pelayanan umum,

maka perlu ada pengaturan secara lengkap baik mengenai kedudukan, fungsi,

pengelolaan, dan penggunaannya maupun tugas-tugas serta kewenangannya

dengan peraturan pemerintah. Terdapat 10 (sepuluh) fungsi PPS Nizam Zachman

perlu dirinci dalam pedoman yang berisi pemahaman sederhana sehingga mudah

dimengerti. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin ketertiban dalam pelaksanaan

operasional pelabuhan. Penekanan adalah pada pelayanan yang disediakan oleh

pelabuhan yaitu 1) pelayanan kedatangan dan keberangkatan kapal, 2) tambat

Page 124: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

108

labuh dan pembongkaran ikan, 3) penimbangan, pelelangan dan pengepakan, 4)

pengisian perbekalan, dan 5) perbaikan kapal.

Pelaku penentu yang paling berpengaruh dalam upaya peningkatan

kapasitas kelembagaan PPS Nizam Zachman adalah :

(1) DKP khususnya Ditjen Perikanan Tangkap merupakan lembaga yang

mempunyai peran yang sangat besar/bertanggungjawab dalam peningkatan

kapasitas kelembagaan PPS Nizam Zachman mengingat pelabuhan

merupakan Unit Pelaksana Teknis Ditjen Perikanan Tangkap.

(2) UPT Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman dengan segenap

fungsi melaksanakan pembangunan, pengelolaan dan pemeliharaan

pelabuhan mengingat UPT tersebut berada langsung di bawah pengendalian

dan supervisi Ditjen Perikanan Tangkap.

(3) Perum Prasarana Perikanan Samudera yang berada di bawah Menteri Negara

BUMN bertanggungjawab mengoperasikan semua sarana komersial dan

mempunyai peran dalam menyediakan pelayanan bagi kepentingan umum/

pengguna jasa.

(4) Dinas Peternakan, Kelautan dan Perikanan Propinsi DKI Jakarta sebagai unit

yang ditunjuk sebagai pelaksana pelelangan di PPS Nizam Zachman belum

befungsi sebagaimana mestinya. Pelelangan ikan tuna tidak pernah

dilakukan, sehingga sulit sekali memperoleh gambaran yang jelas tentang

pemasaran/ transaksi ikan tuna di tempat pendaratan. Petugas terpaksa

melakukan metoda sampling untuk pengumpulan datanya.

(5) Instansi terkait di PPS Nizam Zachman adalah dukungan dalam rangka

upaya peningkatan kapasitas kelembagaan PPS Nizam Zachman, antara lain :

Page 125: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

109

meningkatkan keterpaduan program di pelabuhan, penyuluhan, bantuan

ketertiban dan keamanan, serta mengkonsentrasikan semua kegiatan perikanan

di pelabuhan.

5.4 Perumusan Program Pembangunan PPS Nizam Zachman

Berdasarkan Rencana Strategis (Renstra) tahun 2005-2009 dan

Perencanaan Kinerja (Renja) Tahun 2005 PPS Nizam Zachman Jakarta, telah

dirumuskan program sebagai berikut :

5.4.1 Program Jangka Pendek (1 tahun)

1) Optimalisasi fasilitas bongkar muat ikan dan pemasaran ikan.

2) Peningkatan usaha penangkapan ikan.

3) Optimalisasi pemanfaatan lahan kawasan industri.

4) Melaksanakan kegiatan kebersihan, ketertiban dan keamanan secara

terpadu.

5) Memfasilitas pengenalan PPS Nizam Zachman dan produk hasil

perikanan kepada masyarakat perikanan.

6) Melaksanakan koordinasi dengan Dinas Perikanan terkait tentang :

i) Mutu hasil perikanan mulai pra penangkapan sampai pasca

penangkapan.

ii) Sanitasi dan higienitas industri perikanan

7) Melaksanakan pengumpulan data di semua sektor kegiatan pelabuhan.

8) Meningkatkan kualitas dan kuantitas SDM.

9) Meningkatkan sarana/fasilitas penunjang pengumpulan data.

10) Pengembangan sistem sarana pengawasan serta penanggulangan IUU

Fishing.

Page 126: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

110

11) Pengembangan SISWASMAS.

12) Penerapan peraturan dan penegakkan hukum.

13) Mengikut sertakan dan memberi kesempatan dalam kursus dan

pelatihan serta melanjutkan pendidikan.

14) Menyusun perencanaan di bidang kepegawaian.

15) Menyelenggarakan administrasi umum

16) Pembangunan dan pengadaan sarana/fasilitas yang mendukung K-3

dan jasa pelabuhan.

17) Rehabilitasi dan perawatan sarana/fasilitas yang mendukung K-3 dan

jasa pelabuhan.

18) Melaksanakan koordinasi dengan bagian/bidang lain dalam

merencanakan peningkatan PNBP dan efisiensi alokasi anggaran.

19) Melaksanakan penyusunan pelaporan.

5.4.2 Program Jangka Menengah (2 - 4 tahun)

1) Meningkatkan dan melengkapi sarana/prasarana baik dasar, fungsional

maupun penunjang untuk mendukung kegiatan operasional pelabuhan.

Sarana/prasarana meliputi zonasi peruntukan lahan dalam rangka

mendukung teknologi pasca panen, mengganti fasilitas yang sudah

usang dengan pembangunan baru, dll.

2) Menentukan wilayah keamanan dan ketertiban yang maksudnya adalah

menentukan daerah-daerah tertutup dan daerah terbuka.

3) Menentukan kriteria daerah tertutup dan daerah terbuka.

4) Membentuk satuan keamanan yang mengamankan/menjaga daerah-

daerah tersebut.

Page 127: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

111

5.4.3 Program Jangka Panjang (5 tahun)

1) Program kredit perikanan untuk pengembangan sektor swasta.

2) Program terpadu untuk penyempurnaan pemasaran ikan dan kualitas

ikan.

3) Program terpadu untuk pembentukan jaringan sistem informasi

kelautan dan perikanan.

4) Rencana induk untuk program pengembangan pelabuhan perikanan

skala nasional.

5) Penilaian dan evaluasi terhadap fungsi dan peranan pelabuhan

perikanan.

Dalam rangka mendukung program pembangunan PPS Nizam Zachman

yang telah dirumuskan dalam Renstra dan Renja Pelabuhan, alternatif kegiatan/

kebijakan dalam rangka peningkatan kapasitas kelembagaan PPS Nizam Zachman

antara lain (Tabel 21) :

Page 128: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

112

Tabel 21 Matrik alternatif kegiatan/kebijakan dalam rangka peningkatan kapasitas kelembagaan PPS Nizam Zachman

Identifikasi

Permasalahan

Hasil Penelitian Implikasi Kebijakan Penanggung Jawab Manfaat Yang

Diharapkan

Tumpang tindih dan

kontradiksi fungsi dan

wewenang antara

kelembagaan/instansi

Penyempurnaan

pengelola pelabuhan

- Meninjau ulang SK

Mentan No. 1082/

Kpts/OT.210/10/99

tanggal 13 Oktober

1999 tentang tata

hubungan kerja UPT

dengan instansi terkait

dalam pengelolaan

pelabuhan perikanan

- Menetapkan peraturan

pemerintah tentang

tugas pokok dan

fungsi

- Membuat pedoman/

Juklak/Juknis PP

secara rinci

- Penerapan peraturan

dan penegakan hukum

- Peningkatan kapasitas

kelembagaan

pemasaran

- Penertiban

pelaksanaan lelang di

TPI

- Ditjen Perikanan

Tangkap

- Departemen Keuangan

- Ditjen Perhubungan

Laut

- UPT PPS

- Dinas Peternakan,

Kehutanan dan

Peningkatan kinerja

pelabuhan

Page 129: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

113

Identifikasi

Permasalahan

Hasil Penelitian Implikasi Kebijakan Penanggung Jawab Manfaat Yang

Diharapkan

- Penertiban dermaga,

tambah labuh, dll

- Penyediaan

perbekalan

Perikanan Prop DKI

Jakarta

- Perum PPS

Pengelolalaan pelabuhan

belum optimal

Peningkatan sarana dan

prasarana pelabuhan

- Peningkatan sarana

perbekalan

- Penyediaan areal

untuk docking

- Peningkatan sarana

penanganan,

pengolahan dan

pemasaran ikan

Ditjen Perikanan

Tangkap

- Peningkatan

pengaturan dan

pemanfaatan fasilitas

pelabuhan

- Peningkatan kualitas

produksi

Belum tercipta pelayanan

prima

Peningkatan pelayanan

pelabuhan

- Efisiensi pelayanan

- Pertemuan secara

periodik dengan

instansi terkait dan

organisasi masyarakat

- Membentuk jaringan

sistem informasi

pelabuhan

- Ditjen Perikanan

Tangkap

- UPT PPS

- Perum PPS

- Peningkatan

pengaturan dan

pemanfaatan fasilitas

pelabuhan

- Peningkatan kualitas

produksi

- Peningkatan

koordinasi dengan

instansi terkait

Page 130: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

114

6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil identifikasi, pengolahan data dan analisis yang

dilakukan terhadap Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman, maka dapat

disimpulkan sebagai berikut :

(1) Secara umum operasional pelabuhan PPS Nizam Zachman saat ini adalah

cukup optimal, walaupun masih terdapat beberapa kekurangan yang

nantinya akan mempengaruhi kinerja operasional pelabuhan. Untuk itu

diperlukan strategi dalam meningkatkan kinerja PPS Nizam Zachman antara

lain 1) penyempurnaan pengelolaan pelabuhan, 2) peningkatan fasilitas

pelabuhan, 3) peningkatan pelayanan pelabuhan, 4) peningkatan kerjasama/

koordinasi antar instansi terkait, dan 5) kemudahan berinvestasi di PPS

Nizam Zachman.

(2) Hasil identifikasi fungsi dan kewenangan kelembagaan di PPS Nizam

Zachman, terdapat beberapa kegiatan yang sinergis/harmonis antara

kelembagaan/instansi yang berada di PPS Nizam Zachman. Disisi lain

dijumpai juga beberapa tumpang tindih dan kontradiksi fungsi dan

wewenang antar kelembagaan/instansi. Hal ini mengakibatkan kapasitas

kelembagaan pengelolaan PPS Nizam Zachman belum menunjang suatu

pengelolaan pelabuhan perikanan yang kondusif, sehingga hipotesis

penelitian dapat diterima.

(3) Strategi yang dianggap sesuai dalam peningkatan kapasitas kelembagaan

PPS Nizam Zachman adalah 1) penyempurnaan pengelola pelabuhan, 2)

Page 131: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

115

peningkatan sarana dan prasarana pelabuhan, dan 3) peningkatan pelayanan

pelabuhan.

6.2 Saran

Dalam upaya meningkatkan kapasitas kelembagaan PPS Nizam Zachman,

maka berdasarkan hasil penelitian disarankan sebagai berikut :

(1) Peningkatan fungsi dan kewenangan kelembagaan di pelabuhan, perlu

dibuat 1) pengaturan secara lengkap baik mengenai kedudukan, fungsi,

pengelolaan, dan penggunaannya maupun tugas-tugas serta kewenangannya

dengan peraturan pemerintah. PP tersebut selanjutnya dibuat pedoman

secara rinci yang berisi pemahaman sederhana sehingga mudah dimengerti,

dan 2) penyempurnaan peraturan yang sudah tidak sesuai lagi diterapkan di

lapangan, dan 3) secara berkala diselenggarakan koordinasi dengan instansi

terkait membahas permasalahan di pelabuhan.

(2) Untuk meningkatkan kinerja operasional pelabuhan, perlu dilakukan upaya

antara lain 1) sosialisasi baik secara langsung maupun tidak langsung

tentang penanganan ikan yang baik dan perlunya sanitasi dan hygienis, 2)

penambahan personil keamanan/ketertiban, 3) pembangunan dan pengadaan

mesin pengolah sampah berupa insenerator, dan 4) peningkatan sarana dan

prasarana pelabuhan

(3) Perlu penelitian lebih lanjut tentang tingkat pelayanan atau standar kinerja

keberhasilan PPS Nizam Zachman.

Page 132: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

116

DAFTAR PUSTAKA

David, F.R 1999. Strategic Management. 7th

Edition. Prentice Hall International.

New Jersey. Halaman 23.

Direktorat Jenderal Perikanan, 1994. Petunjuk Teknis Pengelolaan Pelabuhan

Perikanan. Direktorat Bina Prasarana. Direktorat Jenderal Perikanan.

Jakarta. 140 halaman.

Direktorat Jenderal Perikanan, 2000. Pedoman Pengelolaan Pelabuhan Perikanan

dan Pangkalan Pendaratan Ikan. Direktorat Jenderal Perikanan.

Departemen Pertanian. Jakarta. 76 halaman.

Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, 2001. Buku Manual Operasional

Pelabuhan Perikanan/Pangkalan Pendaratan Ikan. Direktorat Prasarana

Perikanan Tangkap. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Jakarta.

132 halaman.

Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, 2002. Laporan Tahunan Pelabuhan

Perikanan Samudera Jakarta Tahun Anggaran 2002. Direktorat

Jenderal Perikanan Tangkap. Departemen Kelautan dan Perikanan.

Jakarta. 51 halaman.

Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, 2004. Laporan Tahunan Pelabuhan

Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta Tahun Anggaran 2004.

Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Departemen Kelautan dan

Perikanan. Jakarta. 43 halaman.

Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, 2004. Rencana Strategis (Renstra) tahun

2005-2009 dan Perencanaan Kinerja (Renja) Tahun 2005 PPS Nizam

Zachman Jakarta. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Departemen

Kelautan dan Perikanan. Jakarta. Halaman 18-37.

Firmansyah, 2004. Analisis Ekspor Ikan Tuna Indonesia dari Pelabuhan Perikanan

Samudera Jakarta. Program Studi Magister Manajemen Agribisnis.

Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Ttidak dipublikasikan.

Halaman 86.

Furuta, N. 2002. Dampak Bantuan Pinjaman dari Pemerintah Jepang terhadap

Perikanan Tangkap di Indonesia : Studi Kasus tentang Pengembangan

Pelabuhan PPS Jakarta oleh OECF (JBIC). Program Studi Teknologi

Kelautan. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Tidak dipublikasikan. Halaman 137.

Hayami dan Kikuchi, 1987. Dilema Ekonomi Desa. Suatu pendekatan Ekonomi

Terhadap Perubahan Kelembagaan di Asia. Penerjemah Zahara D.

Noer. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Halaman 34.

Page 133: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

117

Hayati, R. 2001. Strategi Peningkatan Kinerja Pelabuhan Perikanan Nusantara

Pelabuhan Ratu, Sukabumi, Jawa Barat. Program Studi Magister

Manajemen Agribisnis. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak

dipublikasikan. Halaman 8.

Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 1082/Kpts/OT.210/10/99 tentang Tata

Hubungan Kerja Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan Perikanan Dengan

Instansi Terkait Dalam Pengelolaan Pelabuhan Perikanan. 12 halaman.

Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : KEP.26 I/MEN/2001 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Pelabuhan Perikanan. Jakarta. 17 halaman.

Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : KEP.10/MEN/2004 tentang

Pelabuhan Perikanan. Jakarta. 21 halaman.

Kinnear, TC and Taylor. 1996. Marketing Research : An Applied Approach. Mc

Graw Hill Book Company. Singapore. Halaman 36.

Lubis, E. 2000. Pengantar Pelabuhan Perikanan (Buku I). Laboratorium

Pelabuhan Perikanan Jurusan PSP. Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 71 halaman.

Mubyarto, 1987. Politik dan Pembangunan Pedesaan. Cetakan kedua. Penerbit

Sinar Harapan. Jakarta. 196 halaman.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 23 Tahun 2000 tentang

Perusahaan Umum (Perum) Prasarana Perikanan Samudera (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 48). Jakarta. 21

halaman.

Purwaka, T. 2004. Pokok-Pokok Pikiran Untuk Mengembangkan Grand Design

Kelembagaan Kelautan dan Perikanan. Materi Kuliah Program

Pascasarjana. Program Studi Teknologi Kelautan (TKL-PPKP). Bogor.

43 halaman.

Rangkuti, F. 2002. Analisis SWOT. Tehnik Membedah Kasus Bisnis. Reorientasi

Konsep Perencanaan Strategis untuk menghadapi Abad 21. PT.

Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 188 halaman.

Ruttan, V. W. 1985. Tiga Kasus Terjadinya Pembaharuan Kelembagaan. Dalam

Kasryno, Faisal dan Stepanek, Joseph F (Peny). Dinamika

Pembangunan Pedesaan. Yayasan Obor Indonesia dan Penerbit PT.

Gramedia. Jakarta. Halaman 56.

Saaty T. 1991. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. Seri Manajemen

No. 134. PT. Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta. 112 halaman.

Page 134: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

118

Suparman, A. 2004. Formulasi Strategi Pengembangan Perusahaan Umum

Prasarana Perikanan Samudera di Indonesia. Program Studi Magister

Manajemen Agribisnis. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak

dipublikasikan. Halaman 6.

Susilowati, B. 2003. Analisis Peran Pelabuhan Perikanan dan Hubungannya

dengan Kesejahteraan Masyarakat (Studi Kasus di Pelabuhan

Perikanan Samudera Jakarta Kelurahan Penjaringan Jakarta). Program

Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak dipublikasikan.

Halaman 94.

Undang Undang Nomor : 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118). Jakarta. 56 halaman.

Wheelen,T.L dan J.David Hunger. 2000. Strategic Management Business Policy,

Concept and Cases. 8th

Edition. Prentice Hall. Upper Saddle River.

New Jersey. Halaman 26.

Page 135: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

LAMPIRAN

Page 136: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

119

Lampiran 1 Mekanisme masuknya komoditas perikanan di PPS Nizam Zachman

DARI LAUT

Pemakaian

jasa melapor

kedatangan

kapal

LAPORAN KEDATANGAN

KAPAL ke PPS NZ mengisi Form

Rangkap 2 (dua) :

1. Dinas Perikanan DKI Jakarta

2. Perum. PPS

IKAN

Transit shed/

Perusahaan/TLC

- Pengisian

Formulir PPS NZ

Tempat

Pelelangan Ikan

(TPI)

- untuk dilelang

- PPI/TPI

- Industri Perikanan/

Perusahaan Processing

- Kapal

- Lain-lain

POS MASUK PPS NZ Rangkap 3:

1. UPT PPS NZ

2. Dinas Perikanan DKI Jakarta

3. Perum PPS

DARI DARAT

Pemakai jasa

mengisi form yang

sudah disediakan

PPS NZ, lalu

menyerahkannya

ke Petugas PPS

NZ di Pintu Masuk

EKSPOR

Perusahaan Procesing/

industri perikanan

- Pengisian Formulir

PPS NZ

Kapal

- Transhipment

- Ijin Ka.PPS NZ

dan Bea Cukai

1

2

Page 137: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

120

Lampiran 2 Mekanisme pemasaran dan distribusi ikan di PPS Nizam Zachman

KAPAL TUNA

DIDARATKAN

KAPAL

PERIKANAN

(LAUT)

KAPAL ANGKUT

KAPAL TRADISIONAL

DIANGKUT

LEWAT

TRUK

(DARAT)

DERMAGA

DERMAGA

DERMAGA

UDANG SEGAR/

BEKU

IKAN SEGAR

DARI KAPAL KE

KAPAL

TLC

(EKSPOR SEGAR)

TEMPAT

PELELANGAN

IKAN (TPI)

INDUSTRI PERIKANAN/PERUSAHAAN

PROCESING DAN PEMBEKUAN

PUSAT

PEMASARAN

IKAN

PENGEPAKAN

PENGECER

IKAN SEGAR/BEKU

TUNA LOKAL

TUNA BEKU PELABUHAN

LAUT

PENGECER

E

K

S

P

O

R

L

O

K

A

L

PELABUHAN

LAUT

Page 138: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

121

Lampiran 3 Mekanisme keluarnya komoditi perikanan di PPS Nizam Zachman

Keterangan : 1. a. Surat jalan dapat diberikan apabila pemilik ikan melampirkan Surat Bukti Lelang dan Surat Bukti Lainnya

b. Pelayanan surat jalan dilakukan di Kantor Tempat Pelelangan Ikan (TPI)

c. Tembusan surat Jalan diberikan kepada Petugas PPS NZ di Pos Pintu Keluar PPS NZ

2. Perum PPS/Perusahaan/Perorangan yang membawa komoditi perikanan keluar kawasan PPS NZ harus menyerahkan bukti

kepemilikannya/Surat Jalan pada Petugas PPS NZ di Pos Pintu Keluar PPS NZ

TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI)

PUSAT PEMASARAN IKAN (PPI)

PPS NZ

MEMBUAT

SURAT JALAN :

- Surat Bukti Lelang

- Surat Bukti

Lainnya

POS KELUAR

PPS NZ

Pemeriksaan

Surat Jalan

KELUAR

PPS NZ

Coldstorage PERUM PPS/Industri

Perikanan/Perusahaan Procesing/

Perorangan di Kawasan PPS NZ

Membuat Surat Jalan

masing-masing

Page 139: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

122

Lampiran 4 Pelayanan ekspor di PPS Nizam Zachman

*) Pemberitahuan Ekspor Barang

Sesuai dengan SK Menteri Pertanian No. 1082/Kpts/OT.210/10/99 tentang Tata Hubungan Kerja UPT PPS dengan Instansi Terkait

dinyatakan bahwa UPT PPS NZ bertugas mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan ekspor impor dengan instansi terkait lainnya.

UPT PPS NZ

Mengkoordinasikan

Pelayanan Kegiatan

Ekspor – Impor di

Kawasan PPS NZ

Mengeluarkan

Sertifikat Mutu Ekspor

Hasil Perikanan

DINAS

PERIKANAN

DKI JAKARTA

KANTOR BEA

DAN CUKAI

KELUAR

KAWASAN

PPS NZ

Mengeluarkan Dokumen

Ekspor – Impor

(PEB)*

Page 140: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

123

Lampiran 5 Inventarisasi faktor internal dan faktor eksternal

KUESIONER STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA

NIZAM ZACHMAN

Pertanyaan dimaksudkan untuk menginventarisasi tentang faktor internal (kekuatan dan kelemahan) serta faktor eksternal (peluang dan

ancaman) yang paling mempengaruhi kinerja Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman.

KEKUATAN KELEMAHAN PELUANG ANCAMAN

1. Tersedianya fasilitas pelabuhan

yang lengkap

2. Pelabuhan sebagai pusat aktivitas

perekonomian masyarakat

3. Letak geografis yang strategis

karena berada pada posisi dekat

dengan daerah penangkapan ikan

(fishing ground) di laut teritorial

atau ZEE

4. Dekat pasar domestik dan luar

negeri

5. Pada saat musim ikan menjadi

tempat persinggahan bagi nelayan

dari daerah lain

6. Memiliki armada penangkapan ikan

yang didominasi oleh kapal motor

7. Memiliki areal untuk

pengembangan pelabuhan

1. Pengetahuan dan kemampuan SDM

rendah

2. Kuantitas dan kualitas produk masih

rendah dan diversifikasi produk belum

beragam

3. Dukungan dan koordinasi instansi

terkait masih lemah

4. Pengelolaan pelabuhan belum

didukung peraturan yang memadai

5. Kurangnya dana operasional dan

pemeliharaan fasilitas prasarana

pelabuhan

6. Informasi pasar belum dikuasai dengan

baik karena belum dikembangkannya

teknologi sistem informasi

7. Belum berfungsinya kesyahbandaran

perikanan

1. Meningkatnya konsumsi ikan

2. Peningkatan devisa berkaitan

dengan ekspor dari produk

perikanan

3. Peningkatan PNBP dan PAD

melalui pelayanan jasa di

pelabuhan

4. Permintaan komoditi

perikanan di pasar domestik

dan luar negeri meningkat

5. Pembangunan sarana dan

prasarana di pelabuhan

menambah peluang usaha

6. Kemudahan mendapatkan

bantuan kredit dari perbankan.

7. Kemajuan teknologi

penginderaan jarak jauh

(Remote sensing) dan citra

satelit serta informasi internet

8. Bertambahnya minat investor

terhadap sektor perikanan

1. Berkembangnya pesaing yang

dapat menyediakan sarana

prasarana sejenis

2. Meningkatnya degradasi

sumberdaya pesisir dan lautan

3. Intensitas pencurian ikan

tinggi

4. Penggunaan alat tangkap yang

tidak ramah lingkungan

5. Menurunnya stock ikan di

perairan

6. Duplikasi peraturan dan

beragamnya jenis pungutan

perikanan

7. Persaingan pasar domestik dan

dunia terhadap komoditi

perikanan meningkat

8. Gangguan kebersihan dan

keamanan

Page 141: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

124

Lampiran 6 Keputusan Menteri Pertanian No.1082/Kpts/OT.210/10/99

MENTERI PERTANIAN

REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN

NOMOR : 1082/Kpts/OT.210/10/99

TENTANG

TATA HUBUNGAN KERJA

UNIT PELAKSANA TEKNIS PELABUHAN PERIKANAN

DENGAN INSTANSI TERKAIT DALAM

PENGELOLAAN PELABUHAN PERIKANAN

MENTERI PERTANIAN,

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka kelancaran pelaksanaan pengelolaan

pelabuhan perikanan, telah ditetapkan Tata Hubungan

Kerja antara UPT Pelabuhan Perikanan dengan Perum

Prasarana Perikanan Samudera dan instansi terkait

lainnya dengan Keputusan Menteri Pertanian Nomor

329/Kpts/OT.210/5/1991.

b. Bahwa dalam penerapannya masih ditemukan tumpang

tindih tugas di lapangan, sehingga perlu untuk

menetapkan kembali batas tugas, wewenang dan

tanggung jawab dengan instansi yang terkait dalam

pengelolaan pelabuhan perikanan.

c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

dalam huruf a dan b perlu menyempurnakan dan

menetapkan Keputusan Menteri Pertanian tentang Tata

Hubungan Kerja UPT Pelabuhan Perikanan dengan

Instansi Terkait dalam Pengelolaan Pelabuhan Perikanan.

Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1990 tentang

Perusahaan Umum (PERUM) Prasarana Perikanan

Samudera.

3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 61 Tahun

1998 tentang Kedudukan, Tugas, Susunan Organisasi

dan Tata Kerja Departemen.

4. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 122/M

Tahun 1998 mengenai Susunan Kabinet Reformasi

Pembangunan.

5. Keputusan Bersama Menteri Pertanian dan Perhubungan

Nomor 492/Kpts/Ik.120/7/96 tentang Penyederhanaan

Nomor SK.1/AL.003/PHIB-96 Perijinan Kapal Perikanan

Page 142: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

125

6. Keputusan Menteri Pertanian Nomor 1016/Kpts/OT.210/-

12/1998 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN TENTANG TATA

HUBUNGAN KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS

PELABUHAN PERIKANAN DENGAN INSTANSI

TERKAIT DALAM PENGELOLAAN PELABUHAN

PERIKANAN

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan :

a. Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pelabuhan Perikanan adalah instansi di

lingkungan Departemen Pertanian yang berada di bawah dan bertanggung

jawab kepada Direktur Jenderal Perikanan dan mempunyai tugas mengelola

Pelabuhan Perikanan Samudera, Pelabuhan Perikanan Nusantara, dan

Pelabuhan Perikanan Pantai.

b. Instansi terkait adalah instansi pemerintah, Perum dan atau swasta yang

berkaitan dengan pelaksanaan fungsi pelabuhan perikanan.

c. Perum adalah Perusahaan Umum Prasarana Perikanan Samudera yang

didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1990.

d. Sarana pelabuhan perikanan adalah sarana-sarana yang menunjang fungsi

pelabuhan perikanan yang meliputi sarana pokok, sarana fungsional dan

sarana penunjang.

e. Sarana pokok adalah sarana yang dipergunakan untuk menjamin keselamatan

umum, termasuk untuk tempat berlabuh dan bertambat serta bongkar muat

hasil perikanan.

f. Sarana fungsional adalah sarana yang secara langsung dimanfaatkan untuk

keperluan sendiri maupun diusahakan lebih lanjut oleh BUMN, BUMD,

Badan Hukum Indonesia dan perorangan.

g. Sarana penunjang adalah sarana yang secara tidak langsung meningkatkan

kesejahteraan nelayan dan masyarakat umum.

h. Sarana komersial adalah sarana di pelabuhan perikanan yang dapat dikelola

secara produktif dan ekonornis.

i. Sarana non komersial adalah sarana di pelabuhan perikanan yang tidak dapat

dikelola secara produktif dan ekonomis.

j. Sarana pelayanan umum adalah sarana di pelabuhan perikanan yang

pemanfaatannya oleh masyarakat umum.

k. Swasta adalah badan usaha atau perorangan yang melakukan kegiatan usaha di

pelabuhan perikanan.

l. Pelayanan teknis kapal perikanan adalah pelayanan kepada kapal perikanan

yang meliputi pelayanan Surat Tanda Bukti Lapor Kedatangan/Keberangkatan

Page 143: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

126

Kapal (STBLKK), Surat Izin Berlayar (SIB) dan Pengawasan Penangkapan

Ikan.

Pasal 2

Pelabuhan Perikanan sebagai prasarana perikanan mempunyai fungsi dan peranan

sebagai :

a. Pusat pengembangan masyarakat nelayan.

b. Tempat berlabuh kapal perikanan.

c. Tempat pendaratan ikan hasil tangkapan.

d. Tempat untuk memperlancar kegiatan-kegiatan kapal perikanan.

e. Pusat penanganan dan pengolahan hasil perikanan.

f. Pusat pemasaran dan distribusi ikan hasil tangkapan.

g. Pusat pelaksanaan pembinaan mutu hasil perikanan.

h. Pusat pelaksanaan penyuluhan dan pengumpulan data dan

i. Pusat pengawasan penangkapan dan pengendalian pemanfaatan sumberdaya

ikan.

Pasal 3

(1) Instansi yang terkait dalam pengelolaan pelabuhan perikanan terdiri atas :

a. UPT Pelabuhan Perikanan.

b. Perum.

c. Dinas Perikanan.

d. Kesehatan Hewan.

e. Kesehatan Pelabuhan.

f. Imigrasi.

g. Bea dan Cukai.

h. Karantina Ikan dan

i. Polri.

(2) Kewenangan masing-masing instansi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

adalah sebagai berikut :

a. UPT Pelabuhan Perikanan mempunyai wewenang dan tanggung jawab :

1. Menyelenggarakan pembangunan, pengembangan, pemeliharaan dan

pengelolaan sarana pokok dan penunjang yang menjadi asset

pemerintah.

2. Menyelenggarakan pelayanan teknis terhadap kapal perikanan.

3. Menyelenggarakan keamanan, ketertiban dan kebersihan di pelabuhan

perikanan.

4. Menyelenggarakan fungsi kesyahbandaran khususnya dalam

menerbitkan Surat Izin Berlayar (SIB) bagi kapal perikanan di

pelabuhan perikanan yang terletak di luar daerah lingkungan kerja

pelabuhan umum dan

5. Mengkoordinasikan kegiatan instansi terkait di pelabuhan perikanan.

b. Perum mempunyai wewenang dan tanggung jawab melaksanakan

pelayanan barang dan atau jasa dan pengusahaan sarana komersial

pelabuhan perikanan.

Page 144: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

127

c. Dinas Perikanan mempunyai wewenang dan tanggung jawab

melaksanakan pembinaan teknis perikanan sesuai dengan kewenangan

Pemerintah Daerah di bidang perikanan.

d. Kantor Syahbandar mempunyai wewenang dan tanggung jawab

melaksanakan pengawasan yang berkaitan dengan keselamatan bagi kapal

perikanan.

e. Kantor Kesehatan pelabuhan mempunyai wewenang dan tanggung jawab

melakukan penanganan dan pengawasan kesehatan di pelabuhan perikanan

antara lain meliputi pemberian vaksinasi, pengobatan yang sakit, dan

pemeriksaan yang meninggal di kapal perikanan untuk menanggulangi/

mencegah timbulnya/berjangkitnya penyakit menular.

f. Kantor Imigrasi mempunyai wewenang dan tanggung jawab melaksanakan

pengawasan terhadap Anak Buah Kapal (ABK) asing yang keluar/masuk

wilayah Republik Indonesia.

g. Kantor Bea dan Cukai mempunyai wewenang dan tanggung jawab

melaksanakan pengawasan terhadap barang-barang muatan kapal

perikanan dari/ke luar negeri yang berkaitan dengan pabean.

h. Karantina Ikan mempunyai wewenang dan tanggung jawab melaksanakan

karantina ikan baik antar area maupun antar negara.

i. Polri mempunyai wewenang dan tanggung jawab melaksanakan

penanganan, penyidikan dan penanggulangan kasus-kasus kejahatan

umum/kriminal.

BAB II

PENGELOLAAN SARANA POKOK PELABUHAN PERIKANAN,

PELAYANAN TAMBAT LABUH DAN BONGKAR MUAT

Pasal 4

Pengelolaan Sarana Pokok Pelabuhan Perikanan

(1) UPT Pelabuhan Perikanan mempunyai kewajiban, wewenang dan tanggung

jawab :

a. Melaksanakan pembangunan, pengembangan dan rehabilitasi dermaga dan

kolam pelabuhan.

b. Melaksanakan pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan pemecah

gelombang (break water), sarana bantu navigasi dan turap (revetment)

serta sarana penunjang Iainnya.

(2) Perum mempunyai kewajiban, wewenang dan tanggung jawab :

a. Melaksanakan pemeliharaan dermaga dan kelengkapannya antara lain

bolder, vender, penerangan dan lantai dermaga.

b. Melaksanakan pemantauan dan pengawasan atas kondisi dermaga dan

kolam pelabuhan secara berkala dan berkesinambungan.

Page 145: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

128

Pasal 5

Pclayanan Tambat Labuh dan Bongkat Muat

(1) UPT Pelabuhan Perikanan rnempunyai kewajiban, wewenang dan tanggung

jawab :

a. Mengkoordinasikan instansi-instansi yang terkait dengan kegiatan

pelayanan kapal-kapal perikanan dalam kolam pelabuhan.

b. Melaksanakan pengawasan dan pemberian izin kapal perikanan keluar/

masuk kolam pelabuhan dengan menerbitkan Surat Tanda Bukti Lapor

Kedatangan/Keberangkatan (STBLKK) dan

c. Melakukan pemantauan kegiatan pemberian pelayanan tambat labuh dan

bongkar muat.

(2) Perum mempunyai kewajiban, wewenang dan tanggungjawab :

a. Melaksanakan pelayanan tambat labuh dan bongkar muat.

b. Menata kegiatan kapal-kapal perikanan di kolam pelabuhan.

c. Memberikan pelayanan kebutuhan perbekalan kapal (es, garam, BBM dan

lain-lainnya).

d. Melaksanakan pemungutan jasa tambat labuh dan

e. Menerima dan mengelola jasa tambat labuh sesuai dengan peraturan

perundangan yang berlaku.

BAB III

PENGELOLAAN TANAH KAWASAN INDUSTRI

Pasal 6

(1) UPT Pelabuhan Perikanan mempunyai kewajiban, wewenang dan tanggung

jawab :

a. Melaksanakan pemantauan dan pengawasan atas kondisi prasarana

pendukung kawasan industri.

b. Mengkoordinasikan pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan

prasarana pendukung kawasan industri perikanan meliputi jalan,

drainase, dan penerangan.

c. Memberikan rekornendasi atas pembangunan dalam rangka pemanfaatan

tanah kawasan industri berdasarkan Rencana Induk (master plan)

Pelabuhan dan

d. Melakukan pemantauan dan pengawasan atas penggunaan tanah kawasan

industri oleh pihak ketiga sesuai dengan peruntukannya berdasarkan

Rencana Induk Pelabuhan.

(2) Perum mempunyai kewajiban, wewenang dan tanggungjawab :

a. Melaksanakan pembangunan, pengembangan dan pemeliharaan prasarana

pendukung di dalam kawasan industri perikanan meliputi jalan, drainase,

dan penerangan.

b. Menyewakan tanah kepada pihak ketiga untuk kegiatan industri/usaha

perikanan.

Page 146: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

129

c. Membuat perjanjian dengan pihak ketiga atas penggunaan tanah kawasan

industri yang disewakan.

d. Memproses dan menyimpan sertifikat hak atas tanah kawasan iridustri di

lingkungan wilayah kerja pelabuhan penkanan atas nama Perum.

e. Memungut bea atas penggunaan tanah kawasan industri dari pihak ketiga,

yaitu berupa bea pembangunan (development charge) dan sewa atas tanah;

dan

f. Menerima dan mengelola penerimaan sewa atas tanah kawasan industri

sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB IV

PENGELOLAAN SARANA FUNGSIONAL, SARANA PENUNJANG DAN

PENGUSAHAAN BARANG DAN ATAU JASA YANG BERASAL

DARI PIHAK KETIGA

Pasal 7

PengeIolaan Sarana Fungsional

(1) Perum mempunyai kewajiban, wewenang dan tanggung jawab membangun,

mengembangkan, memelihara, mengelola dan mengusahakan :

a. Sarana pasar grossir ikan (Tempat Pelelangan Ikan).

b. Cold storage dan gudang ikan.

c. Pabrik es.

d. Bengkel dan dok kapal.

e. Ruang penanganan, pengolahan dan pengepakan ikan.

f. Bangunan/ruang kantor, gudang dan pertokoan.

g. Tangki dan bahan bakar.

h. Alat angkut, bongkar muat dan alat bantu lainnya.

i. Jasa sarana telekomunikasi.

j. Bangunan sebagai sarana pemasaran ikan.

(2) Dalam hal kapasitas pengelolaan barang dan atau jasa yang dilakukan oleh

Perum belum dapat memenuhi kebutuhan pemakai jasa di pelabuhan

perikanan, Perum dapat melakukan kerjasama dengan pihak ketiga dan

diketahui oleh UPT Pelabuhan Perikanan.

Pasal 8

Pengelolaan Sarana Penunjang dan Pengusahaan Barang dan atau Jasa

yang Berasal dari Pihak Ketiga

(1) UPT Pelabuhan Perikanan mempunyai kewajiban, wewenang dan tanggung

jawab membangun, mengembangkan, memelihara sarana penunjang yang

meliputi :

a. Balai Penyuluhan Nelayan.

b. MCK.

c. Sarana peribadatan.

Page 147: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

130

d. Pos Keamanan; dan

e. Penerangan jalan di luar kawasan industri.

(2) Perum mempunyai kewajiban, wewenang dan tanggungjawab :

a. Menyediakan fasilitas pelayanan telepon, teleks, dan faxsimile.

b. Menyediakan fasilitas pelayanan listrik; dan

c. Menyediakan fasilitas pelayanan air bersih.

(3) Perum dapat bekerjasama dengan pihak ketiga dalam hal penyaluran bahan-

bahan perbekalan kapal antara lain umpan, es, air, garam, BBM serta

penyediaan bahan-bahan dan atau suku cadang kapal perikanan.

BAB V

PELAYANAN KAPAL, PASAR GROSIR IKAN DAN

PELAKSANAAN EKSPOR IMPOR

Pasal 9

Pelayanan Kapal

(1) Kapal perikanan berbendera Indonesia maupun berbendera asing yang masuk

ke pelabuhan perikanan wajib melapor ke UPT Pelabuhan Perikanan, Kantor

Syahbandar, Kantor Kesehatan Pelabuhan, Kantor Imigrasi, Kantor Bea Cukai

dan Perum pada saat masuk dan atau keluar pelabuhan perikanan.

(2) Berdasarkan laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), instansi yang

dilaporkan mempunyai kewajiban, wewenang dan tanggungjawab:

a. UPT Pelabuhan Perikanan, melaksanakan pengawasan kapal perikanan

dan memberikan pelayanan penerbitan Surat Tanda Bukti Lapor

Kedatangan/Keberangkatan Kapal (STBLKK).

b. Kantor Syahbandar, memeriksa dan menyimpan Surat Kapal (asli) dan

Daftar Anak Buah Kapal (ABK).

c. Kantor Kesehatan Pelabuhan, melaksanakan pemeriksaan kesehatan

ABK.

d. Kantor Imigrasi, melaksanakan pemeriksaan dokumen apabila terdapat

ABK warga negara asing.

e. Kantor Bea dan Cukai, melaksanakan pemeriksaaan muatan yang

berkaitan dengan barang-barang pabean; dan

f. Perum memberikan pelayanan :

1) Perbekalan kapal dan ABK.

2) Tambat labuh.

3) Bengkel dan dok kapal; dan

4) Jasa/fasilitas/barang lainnya.

(3) Kapal yang melakukan bongkar muat hasil perikanan mendapatkan pelayanan:

a. Penyediaan tenaga dan sarana bongkar muat oleh Perum.

b. Pengawasan barang-barang pabean oleh Kantor Bea dan Cukai.

Page 148: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

131

c. Pembinaan rnutu hasil perikanan oleh Dinas Perikanan; dan

d. Pengecekan penggunaan alat penangkapan ikan dan hasil tangkapannya

oleh UPT Pelabuhan Perikanan.

(4) Kapal yang secara khusus masuk pelabuhan perikanan untuk melakukan

perbaikan/docking wajib mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari UPT

Pelabuhan Perikanan, dan selanjutnya dilakukan :

a. Pemeriksaan kerusakan kapal oleh Syahbandar; dan

b. Pelayanan perbaikan oleh Perum.

(5) Kapal-kapal perikanan yang akan rneninggalkan pelabuhan perikanan wajib

memperoleh pelayanan/penyelesaian administrasi kepelabuhanan (port

clearance) mengenai :

a. Pemenuhan kewajiban-kewajiban penggunaan fasilitas/barang dan

atau jasa dan Perum dan atau swasta.

b. Pengecekan kesehatan Anak Buah Kapal (ABK) dan Kantor Kesehatan

Pelabuhan.

c. Pengecekan muatan kapal dan Kantor Bea dan Cukai.

d. Pengecekan ABK asing dan Kantor Imigrasi.

e. Surat Tanda Bukti Lapor Kedatangan/Keberangkatan Kapal (STBLKK)

dari UPT Perikanan; dan

f. Surat Izin Berlayar (SIB) dan Kantor Syahbandar Perikanan.

Pasal 10

Pasar Grosir Ikan

(1) Perum mempunyai kewajiban, wewenang dan tanggungjawab membangun,

mengembangkan dan mengelola pasar grosir ikan beserta sarana

pendukungnya.

(2) Penyelenggaraan kegiatan pasar grosir ikan di pelabuhan perikanan

dilaksanakan oleh Dinas Perikanan berdasarkan peraturan perundang

undangan yang berlaku dan ketentuan yang digariskan oleh Perum.

(3) UPT Pelabuhan Perikanan mempunyai kewajiban, wewenang dan tanggung

jawab melaksanakan pengawasan atàs penyelenggaraan pasar grosir ikan.

Pasal 11

Pelaksanaan Ekspor impor

(1) Pelayanan dalam pelaksanaan ekspor impor hasil perikanan dan bahan alat

perikanan di pelabuhan perikanan meliputi :

a. Sertifikat mutu ekspor hasil perikanan dan Dinas Perikanan.

b. Dokumen ekspor impor dan Kantor Bea dan Cukai.

c. Sertifikat kesehatan ikan hidup (ekspor) dan Petugas Karantina Ikan.

d. Sertifikat kesehatan ikan hidup (impor) apabila disyaratkan negara

tujuan oleh Petugas Karantina Ikan; dan

e. Pelayanan tenaga dan sarana bongkar muat dari Perum.

Page 149: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

132

(2) Pelayanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dikoordinasikan oleh UPT

Pelabuhan Perikanan.

BAB VI

PEMBINAAN MUTU HASIL PERIKANAN, PENYULUHAN, DATA DAN

STATISTIK, DAN PENGAWASAN PENANGKAPAN IKAN

Pasal 12

Pembinaan Mutu Hasil Perikanan

(1) Untuk menjamin mutu hasil perikanan yang didaratkan/diberangkatkan dari

pelabuhan perikanan, Dinas Perikanan wajib memberikan pembinaan dalam

kegiatan penanganan, pengolahan, pengepakan dan pengangkutan hasil

perikanan.

(2) Pembinaan mutu hasil perikanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

dikoordinasikan oleh UPT Pelabuhan Perikanan.

Pasal 13

Penyuluhan

(1) Dinas Perikanan wajib menyelenggarakan penyuluhan kepada nelayan dan

atau pengusaha perikanan di pelabuhan perikanan.

(2) Pelaksanaan penyuluhan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),

dikoordinasikan oleh UPT Pelabuhan Perikanan.

(3) Penggunaan sarana pelabuhan perikanan untuk keperluan penyuluhan

dilakukan setelah mendapatkan persetujuan UPT Pelabuhan Perikanan.

Pasal 14

Data dan Statistik

(1) Pengumpulan data dan statistik perikanan di pelabuhan perikanan dilakukan

oleh Dinas Perikanan dan UPT Pelabuhan Perikanan

(2) Setiap unit usaha yang beroperasi di pelabuhan perikanan (Perum, Koperasi,

Swasta) wajib memberikan data yang dibutuhkan oleh Dinas Perikanan dan

UPT Pelabuhan Perikanan.

(3) Pelaksanaan pengumpulan data dan statistik sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) dikoordinasikan oleh UPT Pelabuhan Perikanan.

Pasal 15

Pengawasan Penangkapan Ikan

(1) Dalam rangka pengendalian penangkapan ikan, sewaktu-waktu dapat

dilakukan pemeriksaan teknis atas kapal perikanan yang bersandar di

pelabuhan perikanan oleh Pengawas Penangkapan Ikan setelah diterbitkan

Surat Perintah Pemeriksaan oleh UPT Pelabuhan Perikanan.

Page 150: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

133

(2) Dalam melaksanakan tugasnya, Pengawas Penangkapan Ikan bertanggung

jawab dan memberikan laporan hasil pemeriksaannya kepada UPT

Pelabuhan Perikanan.

(3) Hasil pemeriksaan kapal perikanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)

selanjutnya dilaporkan oleh Kepala UPT Pelabuhan Perikanan kepada

Direktur Jenderal Perikanan secara berkala atau sewaktu-waktu apabila

dianggap perlu.

BAB VII

KEAMANAN, KETERTIBAN DAN KEBERSIHAN

Pasal 16

(1) Penyelenggaraan keamanan dan ketertiban di pelabuhan perikanan menjadi

wewenang dan tanggung jawab UPT Pelabuhan Perikanan.

(2) Dalam penyelenggaraan keamanan dan ketertiban sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1), khususnya pengelolaan pas masuk dan parkir UPT Pelabuhan

Perikanan mempunyai kewajiban wewenang dan tanggung jawab :

a. Membangun, mengembangkan dan memelihara fasilitas fisik keamanan,

dan ketertiban;

b. Menyelenggarakan pas masuk dan parkir;

c. Memungut dan mengelola bea pas masuk dan parkir sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku;

d. Menata kegiatan arus kendaraan masuk dan atau keluar serta parkir di

lingkungan pelabuhan perikanan; dan

e. Melaksanakan pengawasan terhadap kegiatan keluar masuk kendaraan/

orang dan muatan dan dari ke pelabuhan perikanan.

(3) Dalam rangka menjaga keamanan dan ketertiban di lingkungannya masing-

masing setiap unit kerja/unit usaha yang beroperasi di pelabuhan perikanan

dapat membentuk Satuan Pengamanan (Satpam) intern.

(4) Apabila terjadi kasus, yang mengganggu keamanan dan ketertiban

lingkungan, maka Satpam intern wajib melaporkan kepada UPT Pelabuhan

Perikanan melalui pimpinan unit kerja/unit usahanya masing-masing untuk

mendapatkan penyelesaian lebih lanjut.

Pasal 17

(1) UPT Pelabuhan Perikanan mempunyai kewajiban, wewenang dan tanggung

jawab menyelenggarakan kebersihan di pelabuhan perikanan.

(2) UPT Pelabuhan Perikanan mempunyai kewajiban, wewenang dan tanggung

jawab melakukan pembinaan terhadap pelaksanaan kebersihan pada unit

kerja/unit usaha di pelabuhan perikanan.

Page 151: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

134

(3) UPT Pelabuhan Perikanan mempunyai kewajiban, wewenang dan tanggung

jawab membangun, mengembangkan, dan mengelola sarana fisik kebersihan

dan Instalasi Pengolahan Limbah.

BAB VIII

PEMBINAAN ORGANISASI PROFESI KELOMPOK TENAGA KERJA

DAN KOPERASI

Pasal 18

(1) Pembinaan organisasi profesi, kelompok tenaga kerja dan atau serikat

pekerja serta koperasi dilakukan oleh Dinas Perikanan.

(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) apabila menghadapi

permasalahan dikoordinasikan oleh UPT Pelabuhan Perikanan untuk

selanjutnya diselesaikan dengan instansi yang berwenang.

BAB IX

LAIN-LAIN

Pasal 19

(1) Dalam rangka pemberdayaan Perum, Pemerintah dapat melakukan

penyertaan modal melalui pembangunan dan atau pengembangan sarana

fungsional sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Sumber modal sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan lebih

lanjut oleh Menteri Pertanian berdasarkan usul dari Perum setelah

berkonsultasi dengan Direktur Jenderal Perikanan.

BAB X

PENUTUP

Pasal 20

Dengan berlakunya Keputusan ini maka Keputusan Menteri Pertanian Nomor

329/Kpts/OT.210/5/1991 dan Nomor 03/Kpts/OT.210/1/1993 dinyatakan tidak

berlaku.

Page 152: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

135

Pasal 21

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : J a k a r t a

Pada tanggal : 13 Oktober 1999

MENTERI PERTANIAN,

SOLEH SOLAHUDDIN

SALINAN Keputusan ini disampaikan Kepada Yth :

1. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan.

2. Menko EKUIN.

3. Menko Wasbang dan PAN.

4. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Bappenas.

5. Menteri Dalam Negeri.

6. Menteri Kehakiman.

7. Menteri Keuangan.

8. Menteri Perhubungan.

9. Menteri Kesehatan.

10. Kepala Kepolisian RI.

11. Kepala BPKP.

12. Pimpinan unit kerja Eselon I lingkup Departemen Pertanian.

13. Gubernur Kepala Daerah Propinsi di seluruh Indonesia.

14. Direksi Perum Prasarana Perikanan Samudera.

15. Para Kepala UPT Pelabuhan Perikanan.

Page 153: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

136

Lampiran 7 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 23 Tahun 2000

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 23 TAHUN 2000

TENTANG

PERUSAHAAN UMUM (PERUM)

PRASARANA PERIKANAN SAMUDERA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. Bahwa dengan diundangkannya Peraturan Pemerintah

Nomor 13 Tahun 1998 tentang Perusahaan Umum (Perum),

maka pengaturan tentang Perusahaan Umum (Perum)

Prasarana Perikanan Samudera sebagaimana diatur dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1990 tentang

Perusahaan Umum (Perum) Prasarana Perikanan Samudera

perlu disesuaikan.

b. Bahwa sehubungan dengan hal tersebut dalam huruf a, maka

dipandang perlu untuk mengatur kembali peraturan tentang

Perusahaan Umum (Perum) Prasarana Perikanan Samudera

dengan Peraturan Pemerintah.

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat 2 dan Pasal 33 Undang Undang Dasar 1945.

2. Undang Undang Nomor 19 Prp Tahun 1960 tentang

Perusahaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1960 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor

1989).

3. Undang Undang Nomor 9 Tahun 1969 tentang Penetapan

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang Nomor 1

Tahun 1969 tentang Bentuk-bentuk Usaha Negara

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor

16, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2890) menjadi

Undang Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1969 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Nomor

2904).

4. Undang Undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor

46, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3299).

5. Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 1996 tentang

Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1996 Nomor 107, Tambahan Lembaran Negara

Nomor 3661).

6. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1998 tentang

Perusahaan Umum (Perum) (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 1998 Nomor 16, Tambahan Lembaran

Negara Nomor 3732);

Page 154: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

137

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PERUSAHAAN

UMUM (PERUM) PRASARANA PERIKANAN

SAMUDERA

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan :

(1) Perusahaan Umum (Perum) Prasarana Perikanan Samudera, yang

selanjutnya disebut Perusahaan, adalah Badan Usaha Milik Negara

sebagaimana diatur dalam Undang Undang Nomor 9 Tahun 1969, yang

bidang usahanya berada dalam lingkup tugas dan kewenangan Menteri,

dimana seluruh modalnya dimiliki negara berupa kekayaan negara yang

dipisahkan dan tidak terbagi atas saham.

(2) Pembinaan adalah kegiatan untuk memberikan pedoman bagi perusahaan di

bidang perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian dengan maksud agar

Perusahaan dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara berdaya guna

dan berhasil guna serta dapat berkembang dengan baik.

(3) Pengawasan adalah seluruh proses kegiatan penilaian terhadap perusahaan

dengan tujuan agar perusahaan melaksanakan tugas dan fungsinya dengan

baik dan berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

(4) Pemeriksaan adalah kegiatan untuk menilai perusahaan dengan cara

membandingkan antara keadaan yang sebenarnya dengan keadaan yang

seharusnya dilakukan, baik dalam bidang keuangan maupun dalam bidang

teknis operasional.

(5) Pengurusan sebagai badan usaha adalah kegiatan pengelolaan perusahaan

dalam upaya mencapai tujuan perusahaan sebagai badan usaha, sesuai

dengan kebijakan pengembangan usaha yang ditetapkan oleh Menteri

Keuangan dan pembinaan yang digariskan oleh Menteri.

(6) Menteri Keuangan adalah Menteri yang mewakili pemerintah dalam setiap

penyertaan kekayaan negara yang dipisahkan untuk dimasukkan ke dalam

Perusahaan.

(7) Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang perikanan.

(8) Direksi adalah organ perusahaan yang bertanggung jawab atas kepengurusan

perusahaan untuk kepentingan dan tujuan perusahaan serta mewakili

perusahaan baik di dalam maupun di luar pengadilan.

(9) Dewan Pengawas adalah organ perusahaan yang bertugas melakukan

pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi dalam menjalankan

kegiatan kepengurusan perusahaan.

Page 155: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

138

BAB II

PENDIRIAN PERUSAHAAN

Pasal 2

Perusahaan yang didirikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1990

dilanjutkan berdirinya dan meneruskan usaha-usaha selanjutnya berdasarkan

ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini.

BAB III

ANGGARAN DASAR PERUSAHAAN

Bagian Pertama

Umum

Pasal 3

(1) Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 adalah Badan Usaha Milik

Negara yang diberi tugas dan wewenang untuk menyelenggarakan usaha-

usaha pelayanan kepada pengguna jasa pelabuhan perikanan dan usaha-

usaha lain yang berkaitan dengan perikanan.

(2) Perusahaan melakukan usaha-usaha berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam

Peraturan Pemerintah ini dan peraturan perundang-undangan lainnya yang

berlaku.

(3) Dengan tidak mengurangi ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini,

terhadap perusahaan berlaku Hukum Indonesia.

Bagian Kedua

Tempat Kedudukan dan Jangka Waktu

Pasal 4

Perusahaan berkedudukan dan berkantor pusat di Jakarta.

Pasal 5

Perusahaan didirikan untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.

Bagian Ketiga

Sifat, Maksud dan Tujuan

Pasal 6

Sifat usaha dari Perusahaan adalah menyediakan pelayanan bagi kemanfaatan

umum dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengurusan

perusahaan.

Page 156: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

139

Pasal 7

Maksud dan tujuan perusahaan adalah untuk :

(1) Meningkatkan pendapatan masyarakat nelayan melalui penyediaan dan

perbaikan sarana dan atau prasarana pelabuhan perikanan.

(2) Mengembangkan wiraswasta perikanan serta untuk merangsang dan atau

mendorong usaha industri perikanan dan pemasaran hasil perikanan.

(3) Memperkenalkan dan mengembangkan teknologi pengolahan hasil

perikanan dan sistem rantai dingin dalam perdagangan dan distribusi bidang

perikanan.

(4) Menumbuhkembangkan kegiatan ekonomi perikanan sebagai komponen

kegiatan nelayan dan masyarakat perikanan.

Bagian Keempat

Kegiatan dan Pengembangan Usaha

Pasal 8

Untuk mencapai maksud dan tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7,

Perusahaan menyelenggarakan usaha-usaha sebagai berikut :

(1) Melaksanakan usaha pelayanan umum bidang kegiatan prasarana perikanan.

(2) Menyediakan fasilitas-fasilitas yang ada kaitannya dengan program

pemerintah dalam mengembangkan industri perikanan di Indonesia.

(3) Membangun, memelihara dan mengusahakan dermaga untuk bertambat dan

bongkar muat ikan.

(4) Jasa terminal.

(5) Membantu mengatasi masalah-masalah yang dihadapi nelayan/kapal yang

berkaitan dengan sarana atau prasarana pelabuhan perikanan.

(6) Mengoperasionalkan dan memberikan bantuan manajemen pengelolaan aset

pihak ketiga yang berkaitan dengan usaha perikanan.

(7) Melakukan kegiatan lain yang dapat menunjang tercapainya maksud dan

tujuan perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, dengan persetujuan

Menteri Keuangan.

Pasal 9

Untuk mendukung pembiayaan kegiatan perusahaan dalam rangka mencapai

maksud dan tujuan perusahaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, perusahaan

dapat :

(1) Melakukan kerjasama usaha atau patungan (joint venture) dengan badan

usaha lain.

(2) Membentuk anak perusahaan.

(3) Melakukan penyertaan modal dalam badan usaha lain.

Page 157: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

140

Pasal 10

(1) Perusahaan menyelenggarakan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8

pada :

a. Pelabuhan Perikanan di Muara Baru, Jakarta.

b. Pelabuhan Perikanan di Pekalongan, Jawa Tengah.

c. Pelabuhan Perikanan di Belawan, Sumatera Utara.

d. Pelabuhan Perikanan di Brondong, Jawa Timur.

e. Pelabuhan Perikanan di Lampulo, Daerah Istimewa Aceh.

f. Pelabuhan Perikanan di Pemangkat, Kalimantan Barat.

g. Pelabuhan Perikanan di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

h. Pelabuhan Perikanan di Tarakan, Kalimantan Timur.

i. Pelabuhan Perikanan di Prigi, Jawa Timur.

(2) Penambahan pelabuhan-pelabuhan perikanan lainnya ditetapkan dengan

Keputusan Presiden atas usul Menteri, setelah mendapat persetujuan dari

Menteri Keuangan.

Bagian Kelima

Modal

Pasal 11

(1) Modal perusahaan merupakan kekayaan negara yang dipisahkan dari

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan tidak terbagi atas saham-

saham.

(2) Besarnya modal perusahaan pada saat Peraturan Pemerintah ini diundangkan

adalah sebesar seluruh nilai penyertaan modal negara dalam perusahaan.

Pasal 12

Setiap penambahan dan pengurangan penyertaan modal negara dalam perusahaan

ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

Pasal 13

(1) Penerbitan obligasi dalam rangka pengerahan dana masyarakat oleh

perusahaan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

(2) Rencana penerbitan obligasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), harus

diberitahukan oleh perusahaan kepada para kreditor tertentu.

Pasal 14

(1) Apabila perusahaan menerbitkan obligasi sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 13 ayat (1), dan selanjutnya negara melakukan pengurangan

penyertaan modal pada perusahaan, maka pengurangan penyertaan modal

negara tersebut harus diberitahukan kepada kreditor sebelum ditetapkan

dengan Peraturan Pemerintah.

Page 158: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

141

(2) Pengurangan penyertaan modal negara sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1), tidak boleh merugikan kepentingan pihak ketiga.

Pasal 15

Semua alat-alat likuid yang tidak segera diperlukan oleh perusahaan disimpan

dalam bank sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Bagian Keenam

Pembinaan

Pasal 16

(1) Pembinaan perusahaan dilakukan oleh Menteri Keuangan dan pelaksanaan

pembinaan sehari-hari dilakukan oleh Menteri.

(2) Pembinaan perusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan

dengan menetapkan kebijakan pengembangan usaha.

(3) Kebijakan pengembangan usaha merupakan arah dalam mencapai tujuan

Perusahaan, baik menyangkut kebijakan investasi, pembiayaan usaha,

sumber pembiayaannya, penggunaan hasil usaha perusahaan dan kebijakan

pengembangan lainnya.

(4) Pembinaan sehari-hari sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan

dengan memberikan pedoman bagi Direksi dan Dewan Pengawas dalam

menjalankan kegiatan operasional perusahaan.

(5) Pedoman sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) disusun berdasarkan

kebijakan pengembangan usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat (2).

(6) Dalam rangka memantapkan pembinaan dan pengawasan perusahaan,

Menteri Keuangan dan Menteri sewaktu-waktu apabila diperlukan dapat

meminta keterangan dari Direksi dan Dewan Pengawas.

Pasal 17

Menteri Keuangan dan atau Menteri tidak bertanggung jawab atas segala akibat

perbuatan hukum yang dilakukan perusahaan dan tidak bertanggungjawab atas

kerugian perusahaan melebihi nilai kekayaan negara yang telah dipisahkan ke

dalam perusahaan, kecuali apabila :

(1) Menteri Keuangan dan atau Menteri baik langsung maupun tidak langsung

dengan itikad buruk memanfaatkan perusahaan semata-mata untuk

kepentingan pribadi.

(2) Menteri Keuangan dan atau Menteri terlibat dalam perbuatan melawan

hukum yang dilakukan perusahaan; atau

(3) Menteri Keuangan dan atau Menteri langsung maupun tidak langsung secara

melawan hukum menggunakan kekayaan perusahaan.

Page 159: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

142

Bagian Ketujuh

Direksi

Pasal 18

(1) Kepengurusan perusahaan dilakukan oleh Direksi.

(2) Jumlah anggota Direksi paling banyak 5 (lima) orang, dan seorang

diantaranya diangkat sebagai Direktur Utama.

(3) Penambahan jumlah anggota Direksi melebihi jumlah sebagaimana

dimaksud dalam ayat (2), dilakukan dengan persetujuan Presiden.

Pasal 19

Yang dapat diangkat menjadi anggota Direksi adalah orang perorangan yang :

(1) Memenuhi kriteria keahlian, integritas, kepemimpinan, pengalaman dan

berkelakuan baik serta memiliki dedikasi untuk mengembangkan usaha guna

kemajuan perusahaan;

(2) Mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan pailit

atau tidak pernah menjadi anggota Direksi, Komisaris atau Dewan Pengawas

yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu Perseroan atau Perum

dinyatakan pailit; dan

(3) Berkewarganegaraan Indonesia.

Pasal 20

(1) Antara anggota Direksi dilarang memiliki hubungan keluarga sampai derajat

ketiga baik menurut garis lurus maupun garis ke samping, termasuk

hubungan yang timbul karena perkawinan.

(2) Jika hubungan keluarga sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terjadi

sesudah pengangkatan anggota Direksi, maka anggota Direksi tersebut harus

mengajukan permohonan kepada Menteri Keuangan untuk dapat

melanjutkan jabatannya.

(3) Permohonan kepada Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud dalam ayat

(2) diajukan dalam jangka waktu paling lambat 1 (satu) bulan sejak

terjadinya hubungan keluarga.

(4) Anggota Direksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), dapat melanjutkan

jabatannya sampai dikeluarkannya keputusan Menteri Keuangan bagi

anggota Direksi tersebut mengenai dapat atau tidak dapat melanjutkan

jabatan.

(5) Keputusan Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4)

diberikan dalam jangka waktu paling lambat 2 (dua) bulan terhitung sejak

permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diajukan.

Page 160: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

143

(6) Dalam hal keputusan Menteri Keuangan belum dikeluarkan dalam jangka

waktu sebagaimana dimaksud dalam ayat (5), Menteri Keuangan dianggap

memberikan keputusan bahwa anggota Direksi dapat melanjutkan

jabatannya.

Pasal 21

Anggota Direksi dilarang memangku jabatan rangkap :

(1) Direktur Utama atau Direktur pada Badan Usaha Milik Negara, Daerah dan

Swasta atau jabatan lain yang berhubungan dengan kepengurusan

perusahaan.

(2) Jabatan struktural dan fungsional lainnya dalam instansi/lembaga Pemerintah

Pusat atau Daerah.

(3) Jabatan lainnya sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Pasal 22

(1) Anggota Direksi diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Keuangan

berdasarkan usul Menteri.

(2) Anggota Direksi diangkat untuk masa jabatan 5 (lima) tahun, dan dapat

diangkat kembali.

Pasal 23

(1) Anggota Direksi dapat diberhentikan sebelum habis masa jabatannya oleh

Menteri Keuangan setelah mendengar pertimbangan Menteri, apabila

berdasarkan kenyataan anggota Direksi :

a. Tidak melaksanakan tugasnya dengan baik;

b. Tidak melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan dan atau

ketentuan Peraturan Pemerintah ini;

c. Terlibat dalam tindakan yang merugikan perusahaan;

d. Dipidana penjara karena melakukan perbuatan pidana kejahatan dan atau

kesalahan yang bersangkutan dengan kepengurusan perusahaan.

(2) Keputusan pemberhentian karena alasan sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) huruf a, huruf b dan huruf c diambil setelah yang bersangkutan diberi

kesempatan membela diri.

(3) Pembelaan diri sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilakukan secara

tertulis dan disampaikan kepada Menteri Keuangan dalam jangka waktu 1

(satu) bulan terhitung sejak anggota Direksi yang bersangkutan diberitahu

secara tertulis oleh Menteri Keuangan tentang rencana pemberhentian

tersebut.

Page 161: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

144

(4) Selama rencana pemberhentian sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) masih

dalam proses, maka anggota Direksi yang bersangkutan dapat melanjutkan

tugasnya.

(5) Jika dalam jangka waktu 2 (dua) bulan terhitung sejak tanggal penyampaian

pembelaan diri sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) Menteri Keuangan

tidak memberikan keputusan pember-hentian anggota Direksi tersebut, maka

rencana pemberhentian tersebut menjadi batal.

(6) Pemberhentian karena alasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf d,

merupakan pemberhentian tidak dengan hormat.

(7) Kedudukan sebagai anggota Direksi berakhir dengan dikeluarkannya

keputusan pemberhentian oleh Menteri Keuangan.

Pasal 24

(1) Direksi diberi tugas dan mempunyai wewenang untuk :

a. Memimpin, mengurus dan mengelola perusahaan sesuai dengan tujuan

perusahaan dengan senantiasa berusaha meningkatkan daya guna dan

hasil guna perusahaan.

b. Menguasai, memelihara dan mengurus kekayaan perusahaan.

c. Mewakili perusahaan di dalam dan di luar pengadilan.

d. Melaksanakan kebijakan pengembangan usaha dalam mengurus

perusahaan yang telah digariskan Menteri Keuangan.

e. Menetapkan kebijakan perusahaan sesuai dengan pedoman kegiatan

operasional yang ditetapkan oleh Menteri.

f. Menyiapkan Rencana Jangka Panjang serta Rencana Kerja dan

Anggaran Perusahaan.

g. Mengadakan dan memelihara pembukuan dan administrasi perusahaan

sesuai dengan kelaziman yang berlaku bagi suatu perusahaan.

h. Menyiapkan struktur organisasi dan tata kerja perusahaan lengkap

dengan perincian tugasnya.

i. Melakukan kerjasama usaha, membentuk anak perusahaan dan

melakukan penyertaan modal dalam badan usaha lain dengan

persetujuan Menteri Keuangan.

j. Mengangkat dan memberhentikan pegawai perusahaan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

k. Menetapkan gaji, pensiun/jaminan hari tua dan penghasilan lain bagi

para pegawai perusahaan serta mengatur semua hal kepegawaian

lainnya, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

l. Menyiapkan Laporan Tahunan dan laporan berkala.

(2) Untuk menyelenggarakan tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1), Direksi berwenang menetapkan kebijakan teknis dan non

teknis sesuai dengan kebijakan perusahaan sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) huruf e.

Page 162: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

145

Pasal 25

(1) Dalam menjalankan tugas-tugas perusahaan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 24 :

a. Direktur Utama dapat bertindak atas nama Direksi berdasarkan

persetujuan para anggota Direksi lainnya.

b. Para Direktur berhak dan berwenang bertindak atas nama Direksi,

masing-masing untuk bidang yang menjadi tugas dan wewenangnya.

(2) Apabila salah satu atau beberapa anggota Direksi berhalangan tetap

menjalankan pekerjaannya atau apabila jabatan itu terluang dan

penggantinya belum diangkat atau belum memangku jabatannya, maka

jabatan tersebut dipangku oleh anggota Direksi lainnya yang ditunjuk

sementara oleh Menteri Keuangan.

(3) Dalam jangka waktu paling lambat 2 (dua) bulan terhitung sejak terjadinya

keadaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), Menteri Keuangan

menunjuk anggota Direksi yang baru untuk memangku jabatan yang

terluang sebagaimana dimaksud dalam ayat (2).

(4) Apabila semua anggota Direksi berhalangan tetap menjalankan

pekerjaannya atau jabatan Direksi terluang seluruhnya dan belum diangkat,

maka sementara waktu pengurusan perusahaan dijalankan oleh Dewan

Pengawas.

(5) Dalam menjalankan tugas dan kewenangan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 24 ayat (1) huruf c, Direksi dapat melaksanakan sendiri atau

menyerahkan kekuasaan tersebut kepada :

a. Seorang atau beberapa orang anggota Direksi; atau

b. Seorang atau beberapa orang pegawai Perusahaan baik sendiri maupun

bersama-sama; atau

c. Orang atau badan lain.

d. Yang khusus ditunjuk untuk hal tersebut.

Pasal 26

Dalam melaksanakan tugasnya Direksi wajib mencurahkan perhatian dan

pengabdiannya secara penuh pada tugas, kewajiban dan pencapaian tujuan

perusahaan.

Pasal 27

Anggota Direksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (5) huruf a tidak

berwenang mewakili perusahaan apabila :

(1) Terjadi perkara di depan pengadilan antara perusahaan dengan anggota

Direksi yang bersangkutan.

(2) Anggota Direksi yang bersangkutan mempunyai kepentingan yang

bertentangan dengan kepentingan perusahaan.

Page 163: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

146

Pasal 28

Besar dan jenis penghasilan Direksi ditetapkan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 29

(1) Rapat Direksi diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sekali.

(2) Dalam rapat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibicarakan hal-hal yang

berhubungan dengan Perusahaan sesuai dengan tugas, kewenangan dan

kewajibannya.

(3) Keputusan rapat Direksi diambil atas dasar musyawarah untuk mufakat.

(4) Dalam hal tidak tercapai kata mufakat, maka keputusan diambil berdasarkan

suara terbanyak.

(5) Untuk setiap rapat dibuatkan risalah rapat.

Pasal 30

(1) Rencana Jangka Panjang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1)

huruf f, sekurang-kurangnya memuat :

a. Evaluasi pelaksanaan Rencana Jangka Panjang sebelumnya.

b. Posisi perusahaan pada saat perusahaan menyusun Rencana Jangka

Panjang.

c. Asumsi-asumsi yang dipakai dalam penyusunan Rencana Jangka

Panjang.

d. Penetapan sasaran, strategi, kebijakan dan program kerja Rencana

Jangka Panjang beserta keterkaitan antara unsur-unsur tersebut.

(2) Rancangan Rencana Jangka Panjang yang telah ditandatangani bersama

dengan Dewan Pengawas disampaikan kepada Menteri Keuangan melalui

Menteri, untuk disahkan.

(3) Pengesahan oleh Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)

dilakukan setelah dibahas bersama dengan Menteri.

Pasal 31

(1) Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 24 ayat (1) huruf f sekurang-kurangnya memuat :

a. Rencana kerja Perusahaan.

b. Anggaran Perusahaan.

c. Proyeksi keuangan pokok Perusahaan.

d. Hal-hal lain yang memerlukan pengesahan oleh Menteri Keuangan.

(2) Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) diajukan kepada Menteri Keuangan melalui Menteri, paling lambat 60

(enam puluh) hari sebelum tahun anggaran dimulai, untuk memperoleh

pengesahan.

Page 164: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

147

(3) Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) disahkan oleh Menteri Keuangan selambat-lambatnya 30 (tiga puluh)

hari setelah tahun anggaran berjalan.

(4) Dalam hal Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan belum disahkan oleh

Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), maka Rencana

Kerja dan Anggaran Perusahaan tersebut dianggap sah untuk dilaksanakan

sepanjang telah memenuhi ketentuan tata cara penyusunan Rencana Kerja

dan Anggaran Perusahaan.

(5) Kewenangan pengesahan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan

sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dapat dilimpahkan oleh Menteri

Keuangan kepada Menteri.

Bagian Kedelapan

Dewan Pengawas

Pasal 32

(1) Pada Perusahaan dibentuk Dewan Pengawas.

(2) Jumlah anggota Dewan Pengawas disesuaikan dengan kebutuhan

perusahaan paling sedikit 2 (dua) orang dan paling banyak 5 (lima) orang,

seorang diantaranya diangkat sebagai Ketua Dewan Pengawas.

(3) Dewan Pengawas dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab

menjalankan tugas untuk kepentingan dan tujuan perusahaan.

Pasal 33

Yang dapat diangkat sebagai Dewan Pengawas adalah orang perorangan yang :

(1) Memiliki dedikasi, memahami masalah-masalah manajemen perusahaan dan

dapat menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan tugasnya; dan

(2) Mampu melaksanakan perbuatan hukum dan tidak pernah dinyatakan pailit

atau menjadi anggota Direksi, Komisaris atau Dewan Pengawas yang

dinyatakan bersalah menyebabkan suatu Perseroan, Perum dinyatakan pailit.

Pasal 34

Anggota Dewan Pengawas tidak dibenarkan memiliki kepentingan yang

bertentangan dengan atau mengganggu kepentingan perusahaan.

Pasal 35

Dewan Pengawas terdiri dari unsur-unsur pejabat departemen teknis yang

bersangkutan, Departemen Keuangan dan departemen/instansi lain yang

kegiatannya berhubungan dengan Perusahaan, atau pejabat lain yang diusulkan

oleh Menteri.

Page 165: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

148

Pasal 36

(1) Anggota Dewan Pengawas diangkat dan diberhentikan oleh Menteri

Keuangan berdasarkan usul Menteri.

(2) Anggota Dewan Pengawas diangkat untuk masa jabatan yang sama dengan

anggota Direksi dan dapat diangkat kembali.

(3) Pengangkatan anggota Dewan Pengawas tidak bersamaan waktunya dengan

pengangkatan anggota Direksi.

Pasal 37

(1) Anggota Dewan Pengawas dapat diberhentikan sebelum habis masa

jabatannya oleh Menteri Keuangan setelah mendengar pertimbangan

Menteri, apabila berdasarkan kenyataan anggota Dewan Pengawas :

a. Tidak melaksanakan tugasnya dengan baik.

b. Tidak melaksanakan ketentuan perundang-undangan dan atau ketentuan

Peraturan Pemerintah ini.

c. Terlibat dalam tindakan yang merugikan Perusahaan; atau

d. Dipidana penjara karena dipersalahkan melakukan perbuatan pidana

kejahatan dan atau kesalahan yang berkaitan dengan tugasnya

melaksanakan pengawasan dalam perusahaan .

(2) Keputusan pemberhentian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), huruf a,

huruf b dan huruf c diambil setelah yang bersangkutan diberi kesempatan

membela diri.

(3) Pembelaan diri sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilakukan secara

tertulis dan disampaikan kepada Menteri Keuangan dalam jangka waktu 1

(satu) bulan terhitung sejak anggota Dewan Pengawas yang bersangkutan

diberitahu secara tertulis oleh Menteri Keuangan tentang rencana

pemberhentian tersebut.

(4) Selama rencana pemberhentian sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) masih

dalam proses, maka anggota Dewan Pengawas yang bersangkutan dapat

menjalankan tugasnya.

(5) Jika dalam jangka waktu 2 (dua) bulan terhitung sejak tanggal penyampaian

pembelaan diri sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) Menteri Keuangan

tidak memberikan keputusan pemberhentian anggota Dewan Pengawas

tersebut, maka rencana pemberhentian tersebut menjadi batal.

(6) Pemberhentian karena alasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf d,

merupakan pemberhentian tidak dengan hormat.

(7) Kedudukan sebagai Dewan Pengawas berakhir dengan dikeluarkannya

keputusan pemberhentian oleh Menteri Keuangan.

Pasal 38

(1) Dewan Pengawas bertugas untuk :

Page 166: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

149

a. Melaksanakan pengawasan terhadap pengurusan perusahaan yang

dilakukan oleh Direksi.

b. Memberi nasihat kepada Direksi dalam melaksanakan kegiatan

pengurusan Perusahaan.

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a termasuk

pengawasan terhadap pelaksanaan :

a. Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan.

b. Ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini.

c. Kebijakan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan dan pedoman yang

disusun oleh Menteri.

d. Ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 39

(1) Dewan Pengawas dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban :

a. Memberikan pendapat dan saran kepada Menteri Keuangan dan Menteri

mengenai Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan yang diusulkan

Direksi.

b. Mengikuti perkembangan kegiatan perusahaan, memberikan pendapat

dan saran kepada Menteri Keuangan dan Menteri mengenai setiap

masalah yang dianggap penting bagi pengurusan perusahaan.

c. Melaporkan dengan segera kepada Menteri Keuangan dan Menteri

apabila terjadi gejala menurunnya kinerja perusahaan.

d. Memberikan nasihat kepada Direksi dalam melaksanakan pengurusan

perusahaan.

(2) Dewan Pengawas melaporkan pelaksanaan tugasnya sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) kepada Menteri Keuangan dan Menteri secara berkala dan

sewaktu-waktu apabila diperlukan.

Pasal 40

Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, Dewan Pengawas mempunyai

wewenang sebagai berikut :

(1) Melihat buku-buku, surat-surat serta dokumen-dokumen lainnya, memeriksa

kas untuk keperluan verifikasi dan memeriksa kekayaan perusahaan.

(2) Memasuki pekarangan, gedung dan kantor yang dipergunakan oleh

perusahaan.

(3) Meminta penjelasan dari Direksi dan atau pejabat lainnya mengenai segala

persoalan yang menyangkut pengelolaan perusahaan.

(4) Meminta Direksi dan atau pejabat lainnya dengan sepengetahuan Direksi

untuk menghadiri Rapat Dewan Pengawas perusahaan.

(5) Menghadiri rapat Direksi dan memberikan pandangan-pandangan terhadap

hal-hal yang dibicarakan.

(6) Berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah ini, memberikan persetujuan

atau bantuan kepada Direksi dalam melakukan perbuatan hukum tertentu.

Page 167: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

150

(7) Berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah ini atau Keputusan Rapat

Pembahasan Bersama, melakukan tindakan pengurusan perusahaan dalam

hal Direksi tidak ada; dan

(8) Memberhentikan sementara Direksi, dengan menyebutkan alasannya

Pasal 41

Untuk membantu kelancaran pelaksanaan tugas Dewan Pengawas, Menteri

Keuangan dapat mengangkat seorang Sekretaris Dewan Pengawas atas beban

perusahaan.

Pasal 42

Jika dianggap perlu Dewan Pengawas dalam melaksanakan tugasnya dapat

memperoleh bantuan tenaga ahli yang diikat dengan kontrak untuk waktu tertentu

atas beban perusahaan.

Pasal 43

Semua biaya yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan tugas Dewan Pengawas

dibebankan kepada perusahaan dan secara jelas dimuat dalam Rencana Kerja dan

Anggaran Perusahaan.

Pasal 44

(1) Rapat Dewan Pengawas diselenggarakan sekurang-kurang 3 (tiga) bulan

sekali.

(2) Dalam rapat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dibicarakan hal-hal

yang berhubungan dengan perusahaan sesuai dengan tugas, kewenangan dan

kewajiban Dewan Pengawas.

(3) Keputusan rapat Dewan Pengawas diambil atas dasar musyawarah untuk

mufakat.

(4) Dalam hal tidak tercapai kata mufakat, maka keputusan diambil berdasarkan

suara terbanyak.

(5) Untuk setiap rapat dibuat risalah rapat.

Bagian Kesembilan

Penetapan Tarif

Pasal 45

Atas usul Direksi, Menteri menetapkan tarif bagi jasa dan fasilitas-fasilitas

tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Page 168: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

151

Bagian Kesepuluh

Satuan Pengawasan Intern

Pasal 46

(1) Satuan Pengawasan Intern melaksanakan pengawasan intern keuangan dan

operasional perusahaan.

(2) Satuan Pengawasan Intern sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dipimpin

oleh seorang Kepala yang bertanggung jawab kepada Direktur Utama.

Pasal 47

Satuan Pengawasan Intern bertugas :

(1) Membantu Direktur Utama dalam melaksanakan pemeriksaan intern

keuangan dan operasional perusahaan serta menilai pengendalian,

pengurusan dan pelaksanaannya pada Perusahaan serta memberikan saran-

saran perbaikannya.

(2) Memberikan keterangan tentang hasil pemeriksaan atau hasil pelaksanaan

tugas Satuan Pengawasan Intern sebagaimana dimaksud dalam huruf a

kepada Direksi.

Pasal 48

Direksi wajib memperhatikan dan segera mengambil langkah-langkah yang

diperlukan atas segala sesuatu yang dikemukakan dalam setiap laporan hasil

pemeriksaan yang dibuat oleh Satuan Pengawasan Intern.

Pasal 49

Atas permintaan tertulis Dewan Pengawas, Direksi memberikan keterangan hasil

pemeriksaan atau hasil pelaksanaan tugas Satuan Pengawasan Intern sebagaimana

dimaksud dalam pasal 47 huruf b.

Pasal 50

Dalam pelaksanaan tugasnya, Satuan Pengawasan Intern wajib menjaga

kelancaran pelaksanaan tugas satuan organisasi lainnya dalam perusahaan sesuai

dengan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing.

Bagian Kesebelas

Sistem Akuntansi dan Pelaporan

Pasal 51

Tahun buku Perusahaan adalah tahun takwim, kecuali jika ditetapkan lain oleh

Menteri Keuangan.

Page 169: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

152

Pasal 52

Perhitungan Tahunan dibuat sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang

berlaku.

Pasal 53

Dalam waktu 5 (lima) bulan setelah tahun buku perusahaan ditutup, Direksi wajib

menyampaikan Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1)

huruf l kepada Menteri Keuangan dan Menteri, yang memuat sekurang-

kurangnya:

(1) Perhitungan Tahunan yang terdiri dari neraca akhir tahun buku yang baru

lampau dan perhitungan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan serta

penjelasan atas dokumen tersebut.

(2) Laporan mengenai keadaan dan jalannya perusahaan serta hasil yang telah

dicapai.

(3) Kegiatan utama Perusahaan dan perubahan selama tahun buku.

(4) Rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang mempengaruhi

kegiatan perusahaan.

(5) Nama anggota Direksi dan Dewan Pengawas; dan

(6) Gaji dan tunjangan lain bagi anggota Direksi dan Dewan Pengawas.

Pasal 54

(1) Laporan Tahunan ditandatangani oleh semua anggota Direksi dan Dewan

Pengawas serta disampaikan kepada Menteri Keuangan dan Menteri.

(2) Dalam hal ada anggota Direksi atau Dewan Pengawas tidak menandatangani

Laporan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), harus disebutkan

alasannya secara tertulis.

Pasal 55

(1) Perhitungan Tahunan disampaikan oleh Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan kepada Direksi untuk diperiksa.

(2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dilakukan oleh

Akuntan Publik yang ditunjuk oleh Badan Pengawasan Keuangan dan

Pembangunan dengan ketentuan bahwa hasil pemeriksaannya disetujui oleh

Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.

(3) Apabila perusahaan mengerahkan dana masyarakat, pemeriksaan

Perhitungan Tahunan dilakukan oleh Akuntan Publik.

(4) Laporan hasil pemeriksaan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan

atau Akuntan Publik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2) dan

ayat (3) disampaikan secara tertulis oleh Direksi kepada Menteri dan

Menteri Keuangan, untuk disahkan.

Page 170: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

153

(5) Perhitungan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) diumumkan

dalam surat kabar harian.

Pasal 56

(1) Pengesahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (4) membebaskan

Direksi dari tanggung jawab terhadap segala sesuatunya yang termuat dalam

Perhitungan Tahunan tersebut.

(2) Dalam hal dokumen Perhitungan Tahunan yang diajukan dan disahkan

tersebut ternyata tidak benar dan atau menyesatkan maka anggota Direksi

dan Dewan Pengawas secara langsung bertanggung jawab terhadap pihak

ketiga yang dirugikan.

(3) Anggota Direksi dan Dewan Pengawas dibebaskan dari tanggung jawab

sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) apabila terbukti bahwa keadaan

tersebut bukan karena kesalahannya.

Pasal 57

(1) Laporan berkala baik laporan triwulan, laporan semester maupun laporan

lainnya tentang kinerja perusahaan disampaikan kepada Dewan Pengawas.

(2) Tembusan laporan berkala sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

disampaikan kepada Menteri Keuangan dan Menteri.

Pasal 58

Laporan Tahunan, Perhitungan Tahunan, laporan berkala dan laporan lainnya

sebagaimana dimaksud dalam Bagian ini, disampaikan dengan bentuk, isi dan tata

cara penyusunan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Bagian Keduabelas

Pegawai Perusahaan

Pasal 59

Pengadaan, pengangkatan, penempatan, pemberhentian, kedudukan, kepangkatan,

jabatan, gaji/upah, kesejahteraan dan penghargaan kepada pegawai perusahaan

diatur dan ditetapkan oleh Direksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Pasal 60

Bagi perusahaan tidak berlaku segala ketentuan eselonisasi jabatan yang berlaku

bagi Pegawai Negeri.

Page 171: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

154

Bagian Ketigabelas

Penggunaan Laba

Pasal 61

(1) Setiap tahun buku, perusahaan wajib menyisihkan jumlah tertentu dari laba

bersih untuk cadangan tujuan, penyusutan dan pengurangan lainnya yang

wajar.

(2) Empat puluh lima persen (45 %) dari sisa penyisihan laba bersih

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipakai untuk :

a. Cadangan umum yang dilakukan sampai cadangan mencapai sekurang-

kurangnya 2 (dua) kali lipat dari modal yang ditempatkan.

b. Sosial dan pendidikan.

c. Jasa produksi.

d. Sumbangan dana pensiun; dan

e. Sokongan dan sumbangan ganti rugi.

(3) Penetapan persentase pembagian laba bersih Perusahaan sebagaimana

dimaksud dalam ayat (2) ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri Keuangan.

Pasal 62

(1) Seluruh laba bersih setelah dikurangi penyisihan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 61 disetorkan sebagai Dana Pembangunan Semesta.

(2) Dana Pembangunan Semesta yang menjadi hak Negara wajib disetorkan ke

Bendahara Umum Negara segera setelah Laporan Tahunan disahkan sesuai

ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah ini.

Bagian Keempatbelas

Ketentuan Lain-lain

Pasal 63

Tata cara penjualan, pemindahtanganan atau pembebanan atas aktiva tetap

Perusahaan serta penerimaan pinjaman jangka menengah/ panjang dan pemberian

pinjaman dalam bentuk dan cara apapun serta tidak menagih lagi dan

menghapuskan dari pembukuan piutang dan persediaan barang oleh perusahaan

ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

Pasal 64

Pengadaan barang dan jasa perusahaan yang menggunakan dana langsung dari

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.

Pasal 65

(1) Selain organ Perusahaan, pihak lain manapun dilarang turut mencampuri

pengurusan perusahaan.

Page 172: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

155

(2) Organ perusahaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) adalah Direksi dan

Dewan Pengawas.

(3) Departemen/instansi pemerintah tidak dibenarkan membebani perusahaan

dengan segala bentuk pengeluaran.

(4) Perusahaan tidak dibenarkan membiayai keperluan pengeluaran departemen/

instansi pemerintah.

Pasal 66

(1) Direksi hanya dapat mengajukan permohonan ke Pengadilan Negeri agar

perusahaan dinyatakan pailit berdasarkan persetujuan Menteri Keuangan.

(2) Dalam hal kepailitan terjadi karena kesalahan atau kelalaian Direksi dan

kekayaan Perusahaan tidak cukup untuk menutup kerugian akibat kepailitan

tersebut, maka setiap anggota Direksi secara tanggung renteng bertanggung

jawab atas kerugian tersebut.

(3) Anggota Direksi yang dapat membuktikan bahwa kepailitan bukan karena

kesalahan atau kelalaiannya, tidak bertanggung jawab secara tanggung

renteng atas kerugian tersebut.

Pasal 67

(1) Anggota Direksi dan semua pegawai perusahaan yang karena tindakan-

tindakan melawan hukum menimbulkan kerugian bagi perusahaan,

diwajibkan mengganti kerugian tersebut.

(2) Ketentuan ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terhadap

anggota Direksi diatur oleh Menteri Keuangan, sedangkan terhadap pegawai

Perusahaan diatur oleh Direksi sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 68

Semua surat dan surat berharga yang termasuk kelompok pembukuan dan

administrasi perusahaan disimpan di tempat perusahaan atau tempat lainnya sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 69

(1) Pembubaran perusahaan dan penunjukan likuidaturnya ditetapkan dengan

Peraturan Pemerintah.

(2) Semua kekayaan perusahaan setelah diadakan likuidasi, menjadi milik

negara.

(3) Likuidatur mempertanggungjawabkan likuidasi kepada Menteri Keuangan.

(4) Menteri Keuangan memberi pembebasan tanggung jawab terhadap

pelaksanaan pekerjaan yang telah diselesaikan likuidatur.

Page 173: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

156

Pasal 70

Pimpinan satuan organisasi dalam perusahaan bertanggung jawab melakukan

pengawasan melekat dalam lingkungan tugasnya masing-masing.

BAB IV

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 71

Pada saat berlakunya Peraturan Pemerintah ini, semua ketentuan pelaksanaan

yang telah ditetapkan dan diberlakukan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor

2 Tahun 1990, masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dan belum

diganti dengan ketentuan baru yang ditetapkan dan diberlakukan berdasarkan

Peraturan Pemerintah ini.

BAB V

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 72

Dengan berlakunya Peraturan Pemerintah ini, maka Peraturan Pemerintah Nomor

2 Tahun 1990 dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 73

Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap

orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini

dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 7 April 2000

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ttd

ABDURRAHMAN WAHID

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 7 April 2000

Pj. SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

ttd

BONDAN GUNAWAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2000 NOMOR 48

Page 174: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

157

Lampiran 8 Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : KEP.26I/MEN/

2001

KEPUTUSAN

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

NOMOR : KEP. 26 I/MEN/2001

TENTANG

ORGANISASI DAN TATA KERJA PELABUHAN PERIKANAN

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

Menimbang : a. Bahwa dalam rangka menunjang peningkatan produksi

perikanan dan pengelolaan sumber daya ikan yang

bertanggung jawab, dipandang perlu menetapkan

Organisasi dan Tata Keja Pelabuhan Perikanan.

b. Bahwa untuk itu perlu ditetapkan Organisasi dan Tata

Kerja Pelabuhan Perikanan dengan Keputusan Menteri.

Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 9 Tahun 1985 tentang Perikanan

(Lembaran Negara Tahun 1985 Nomor 46, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 3299).

2. Undang Undang Nomor 5 Tahun 1994 tentang Pengesahan

United Nations Convention on Biobgical Diversity

(konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa mengenai

Keanekaragaman Hayati (Lembaran Negara Tahun 1994

Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nornor 3556).

3. Undang Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang

Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Tahun

1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor

3669).

4. Undang Undang Nomor 22. Tahun 1999 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999

Nornor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041).

5. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990 tentang

Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara Tahun

1990 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Nomor

3409).

6. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1999 tentang

Pengendailan Pencemaran dan/atau Perusakan Laut

(Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 32, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 33816).

Page 175: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

158

7. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang

Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi

Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000

Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952).

8. Keputusan Presiden Nomor 234/M Tahun 2000

sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden

Nomor 289/M Tahun 2000.

9. Keputusan Presiden Nomor 165 Tahun 2000 tentang

Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan

Organisasi, dan Tata Kerja Departemen sebagaimana telah

diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 37

Tahun 2001.

10. Keputusan Presiden Nomor 177 Tahun 2000 tentang

Susunan Organisasi dan Tuga Departemen sehagaimana

telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 38 Tahun

2001.

11. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : KEP.

01/MEN/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja

Departemen Kelautan dan Perikanan.

Memperhatikan : Persetujuan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

dalam surat Nomor 85/M.PAN/4/2001, tanggal 4 April 2001.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN

PERIKANAN TENTANG ORGANISASI DAN TATA

KERJA PELABUHAN PERIKANAN

BAB I

Bagian Pertama

Kedudukan, Tugas, dan Fungsi

Pasal 1

(1) Pelabuhan perikanan adalah unit pelaksana teknis Departemen Kelautan dan

Perikanan di bidang prasarana pelabuhan perikanan yang berada di bawah

dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perikanan Tangkap.

(2) Pelabuhan perikanan dipimpin oleh seorang Kepala.

Pasal 2

Pelabuhan perikanan mempunyai tugas melaksanakan fasilitasi produksi dan

pemasaran hasil perikanan tangkap di wilayahnya dan pengawasan pemanfaatan

sumberdaya penangkapan untuk pelestariannya.

Page 176: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

159

Pasal 3

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, Pelabuhan

Perikanan menyelenggarakan fungsi :

(1) Perencanaan, pengembangan, pemeliharaan, serta pemanfaatan sarana

pelabuhan perikanan.

(2) Pelayanan teknis kapal perikanan, dan kesyahbandaran pelabuhan perikanan.

(3) Koordinasi pelaksanaan urusan keamanan, ketertiban, dan pelaksanaan

kebersihan kawasan pelabuhan perikanan.

(4) Pengembangan dan fasilitasi pemberdayaan masyarakat perikanan.

(5) Pelaksanaan fasilitasi dan koordinasi di wilayahnya untuk peningkatan

produksi, distribusi, dan pemasaran hasil perikanan.

(6) Pelaksanaan pengawasan penangkapan, penanganan, pengolahan,

pemasaran, mutu hasil perikanan.

(7) Pelaksanaan pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data dan statistik

perikanan.

(8) Pengembangan dan pengelolaan sistem informasi dan publikasi hasil riset,

produksi, dan pemasaran hasil perikanan tangkap di wilayahnya.

(9) Pemantauan wilayah pesisir dan fasilitasi wisata bahari.

(10) Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

Bagian Kedua

Pasal 4

Klasifikasi pelabuhan perikanan :

(1) Pelabuhan Perikanan Samudera.

(2) Pelabuhan Perikanan Nusantara.

Pasal 5

(1) Pelabuhan perikanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, dikelompokkan

menjadi Pelabuhan Perikanan yang belum diusahakan dan Pelabuhan

Perikanan yang diusahakan.

(2) Pelabuhan perikanan yang belum diusahakan adalah pelabuhan perikanan

yang seluruh sarananya dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis Pelabuhan

Perikanan.

(3) Pelabuhan perikanan yang diusahakan adalah pelabuhan perikanan yang

sebagian sarananya dikelola secara produktif dan ekonomis oleh Perum.

Page 177: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

160

BAB II

SUSUNAN ORGANISASI

Bagian Pertama

Pelabuhan Perikanan Samudera

Pasal 6

Pelabuhan Perikanan Samudera yang belum diusahakan terdiri dari :

(1) Bidang Pengusahaan.

(2) Bidang Tata Operasional.

(3) Bagian Tata Usaha.

(4) Kelompok Jabtan Fungsional.

Pasal 7

Bidang Pengusahaan mempunyai tugas melaksanakan pembangunan,

pemeliharaan, pengembangan dan pendayagunaan sarana dan prasarana,

pelayanan jasa, fasilitasi usaha dan wisata bahari, pemberdayaan masyarakat

perikanan, koordinasi peningkatan produksi hasil perikanan, pengendalian

lingkungan, koordinasi urusan keamanan dan ketertiban, serta pelaksanaan

kebersihan kawasan pelabuhan perikanan.

Pasal 8

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, Bidang

Pengusahaan menyelenggarakan fungsi :

(1) Penyusunan rencana dan pelaksanaan pembangunan, pengembangan,

pemeliharaan, pendayagunaan sarana dan prasarana, pengendalian

lingkungan, koordinasi urusan keamanan dan ketertiban, serta pelaksanaan

kebersihan kawasan pelabuhan perikanan.

(2) Pelayanan jasa, fasilitasi usaha dan wisata bahari, pemberdayaan masyarakat

perikanan, koordinasi peningkatan produksi dan pemasaran hasil perikanan.

Pasal 9

Bidang Pengusahaan terdiri dari :

(1) Seksi Sarana.

(2) Seksi Pelayanan dan Pengembangan Usaha.

Pasal 10

(1) Seksi Sarana mernpunyai tugas melakukan penyusunan rencana dan

pelaksanaan pembangunan, pengembangan, pemeliharaan, pendayagunaan

Page 178: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

161

sarana dan prasarana pelabuhan perikanan, pengendalian lingkungan,

koordinasi urusan keamanan dan ketertiban, serta pelaksanaan kebersihan.

(2) Seksi Pelayanan dan Pengembangan Usaha mempunyai tugas melakukan

pelayanan jasa, fasilitas usaha dan wisata bahari, pemberdayaan masyarakat

perikanan, koordinasi peningkatan produksi dan pemasaran hasil perikanan.

Pasal 11

Bidang Tata Operasional mempunyai tugas me!aksanakan pelayanan teknis kapal

perikanan dan kesyahbandaran perikanan, fasilitasi pemasaran dan distribusi hasil

perikanan, pengumpulan, pengolahan, penyajian data dan statistik perikanan, serta

pengembangan dan pengelolaan sistem informasi dan publikasi perikanan.

Pasal 12

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, Bidang Tata

Operasional menyelenggarakan fungsi :

(1) Pelayanan teknis kapal perikanan dan kesyahbandaran perikanan.

(2) Fasilitasi pemasaran dan distribusi hasil perikanan, pengumpulan,

pengolahan, penyajian data dan statistik perikanan serta pengembangan dan

pengelolaan sistem informasi dan publikasi perikanan.

Pasal 13

Bidang Tata Operasional terdiri dari :

(1) Seksi Kesyahbandaran Penikanan.

(2) Seksi Pernasaran dan Informasi.

Pasal 14

(1) Seksi Kesyahbandaran Perikanan mempunyai tugas melakukan pelayanan

teknis kapal perikanan dan kesyahbandaran perikanan.

(2) Seksi Pemasaran dan Informasi mempunyai tugas melakukan fasilitasi

pemasaran dan distribusi hasil perikanan, pengumpulan, pengolahan, dan

penyajian data dan statistik perikanan, serta pengembangan dan pengelolaan

sistem informasi dan publikasi perikanan.

Pasal 15

Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan administrasi keuangan,

kepegawaian, persuratan, kearsipan, perlengkapan, rumah tangga, pelaporan, dan

pengelolaan administrasi pelayanan masyarakat perikanan.

Page 179: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

162

Pasal 16

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, Bagian Tata

Usaha menyelenggarakan fungsi :

(1) Pelaksanaan administrasi keuangan.

(2) Pelaksanaan administrasi kepegawaian, persuratan, kearsipan, perlengkapan,

rumah tangga, pelaporan, dan pengelolaan administrasi pelayanan

masyarakat perikanan.

Pasal 17

Bagian Tata Usaha terdiri dari:

(1) Subbagian Keuangan.

(2) Subbagian Umum.

Pasal 18

(1) Subbagian Keuangan mempunyai tugas melakukan administrasi keuangan.

(2) Subbagian Umum mempunyai tugas melakukan administrasi kepegawaian,

persuratan, kearsipan, perlengkapan, rumah tangga, pelaporan, dan

pengelolaan administrasi pelayanan masyarakat perikanan.

Pasal 19

Pelabuhan Perikanan Samudera yang diusahakan terdiri dari :

(1) Bidang Pengembangan.

(2) Bidang Tata Operasional.

(3) Bagian Tata Usaha.

(4) Kelompok Jabatan Fungsional.

Pasal 20

Bidang Pengembangan mempunyai tugas melaksanakan pembangunan,

pemeliharaan, pengembangan dan pendayagunaan sarana dan prasarana,

pelayanan jasa, fasilitasi usaha dan wisata bahari, pemberdayaan masyarakat

perikanan, koordinasi peningkatan produksi hasil perikanan, pengendalian

lingkungan, urusan keamanan dan ketertiban, serta pelaksanaan kebersihan

kawasan pelabuhan perikanan.

Pasal 21

Dalam melaksanakan tugas sebagamana dimaksud dalam Pasal 20 Bidang

Pengembangan menyelenggarakan fungsi :

Page 180: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

163

(1) Penyusunan rencana dan pelaksanaan pembangunan, pengembangan,

pemeliharaan, pendayagunaan sarana dan prasarana, pengendalian

lingkungan, koordinasi urusan keamanan dan ketertiban, serta pelaksanaan

kebersihan kawasan pelabuhan perikanan.

(2) Pelayanan jasa, fasilitasi usaha dan wisata bahari, pemberdayaan masyarakat

perikanan, koordinasi peningkatan produksi dan pemasaran hasil perikanan,

serta dan pengendalian lingkungan.

Pasal 22

Bidang Pengembangan terdiri dari :

(1) Seksi Sarana.

(2) Seksi Tata Pelayanan.

Pasal 23

(1) Seksi Sarana mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana dan

pelaksanaan pembangunan pengembangan, pemeliharaan, serta

pendayagunaan sarana dan prasarana, pengendalian lingkungan, koordinasi

urusan keamanan dan ketertiban, serta pelaksanaan kebersihan kawasan

pelabuhan perikanan.

(2) Seksi Tata Pelayanan mempunyai tugas melakukan pelayanan jasa, fasilitasi

usaha dan wisata bahari, pemberdayaan masyarakat perikanan, koordinasi

peningkatan produksi dan pemasaran hasil perikanan.

Pasal 24

Bidang Tata Operasional mempunyai tugas melaksanakan pelayanan teknis kapal

perikanan dan kesyahhandaran perikanan, fasilitasi pemasaran dan distnibusi hasil

perikanan, pengumpulan, pengolahan, penyajian data dan statistik perikanan, serta

pengembangan dan pengelolaan sistem informasi dan publikasi perikanan.

Pasal 25

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24, Bidang Tata

Operasional menyelenggarakan fungsi :

(1) Pelayanan teknis kapal perikanan dan kesyahbandaran perikanan.

(2) Fasilitasi pemasaran dan distribusi hasil perikanan, pengumpulan,

pengolahan, penyajian data dan statistik perikanan serta pengembangan dan

pengelolaan sistem informasi dan publikasi perikanan.

Pasal 26

Bidang Tata Operasional terdiri dari :

(1) Seksi Kesyahbandaran Perikanan.

(2) Seksi Pemasaran dan Informasi.

Page 181: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

164

Pasal 27

(1) Seksi Kesyahbandaran Perikanan mempunyai tugas melakukan pelayanan

teknis kapal perikanan dan kesyahbandaran perikanan.

(2) Seksi Pemasaran dan Informasi mempunyai tugas melakukan fasilitasi

pemasaran dan distribusi hasil periknan, pengumpulan, pengolahan, dan

penyajian data dan statistik perikanan, serta pengembangan dan pengelolaan

sistem informasi dan publikasi perikanan.

Pasal 28

Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan administrasi keuangan,

kepegawaian, persuratan, kearsipan, perlengkapan, rumah tangga, pelaporan, dan

pengelolaan administrasi pelayanan masyarakat perikanan.

Pasal 29

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28, Bagian Tata

Usaha menyelenggarakan fungsi :

(1) pelaksanaan administrasi keuangan.

(2) pelaksanaan administrasi kepegawaian, persuratan, kearsipan, perlengkapan,

rumah tangga, pelaporan, dan pengelolaan administrasi pelayanan

masyarakat perikanan.

Pasal 30

Bagian Tata Usaha terdiri dari :

(1) Subbagian Keuangan.

(2) Subbagian Umum.

Pasal 31

(1) Subbagian Keuangan mempunyai tugas melakukan adnninistrasi keuangan.

(2) Subbagian Umum mempunyai tugas melakukan administrasi kepegawaian,

persuratan, kearsipan, perlengkapan, rumah tangga, pelaporan, dan

pengelolaan administrasi pelayanan masyarakat perikanan.

Bagian Kedua

Pelabuhan Perikanan Nusantara

Pasal 32

Pelabuhan Perikanan Nusantara yang belum diusahakan terdiri dari :

(1) Seksi Tata Pengusahaan.

(2) Seksi Tata Pelayanan.

Page 182: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

165

(3) Subbagian Tata Usaha.

(4) Kelompok Jabatan Fungsional.

Pasal 33

Seksi Tata Pengusahaan mempunyai tugas melakukan pembangunan,

pemeliharaan, pengembangan dan pendayagunaan sarana dan prasarana,

pelayanan jasa, fasilitasi usaha dan wisata bahari, pemberdayaan masyarakat

perikanan, koordinasi peningkatan produksi hasil perikanan, pengendalian

lingkungan, koordinasi urusan keamanan dan ketertiban, serta pelaksanaan

kebersihan kawasan pelabuhan perikanan.

Pasal 34

Seksi Tata Pelayanan mempunyai tugas melakukan peiayanan teknis kapal

perikanan dan kesyahbandaran perikanan, fasilitasi pemasaran dan disfribusi hasil

perikanan, pengumpulan, pengolahan, penyajian data dan statistik perikanan, serta

pengembangan dan pengelolaan sistem informasi perikanan.

Pasal 35

Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan administrasi keuangan,

Kepegawaian, persuratan, kearsipan, perlengkapan, dan rumah tangga, pelaporan,

dan serta pengembangan dan pengelolaan sistem informasi dan publikasi

perikanan.

Pasal 36

Pelabuhan Perikanan Nusantara yang diusahakan terdiri dari :

(1) Seksi Pengembangan.

(2) Seksi Tata Pelayanan.

(3) Subbagian Tata Usaha.

(4) Kelompok Jabatan Fungsional.

Pasal 37

Seksi Pengembangan mempunyai tugas melakukan pembangunan, pemeliharaan,

pengembangan dan pendayagunaan sarana dan prasarana, pelayanan jasa, fasilitasi

usaha dan wisata bahari, pemberdayaan masyarakat perikanan, koordinasi

peningkatan produksi hasil perikanan, pengendalian lingkungan, koordinasi

urusan keamanan dam ketertiban, serta pelaksanaan kebersihan kawasan

pelabuhan perikanan.

Page 183: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

166

Pasal 38

Seksi Tata Pelayanan mempunyai tugas melakukan pelayanan teknis kapal

perikanan dan ksyahbandaran perikanan, fasilitasi pemasaran dan distribusi hasil

perikanan, pengumpulan, pengolahan, penyajian data dan statistik perikanan, serta

pengembangan dan pengolahan sistem informasi perikanan.

Pasal 39

Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan administrasi keuangan,

kepegawaian, persuratan, kearsipan, perlengkapan, rumah tangga, pelaporan, dan

pengelolaan administrasi pelayanan masyarakat perikanan.

BAB III

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

Pasal 40

Kelompok Jabatan Fungsional di lingkungan pelabuhan perikanan mempunyai

tugas melaksanakan kegiatan pengawasan penangkapan ikan, pengawasan mutu

hasil perikanan, dan kegiatan fungsional lain yang sesuai dengan tugas masing-

masing jabatan fungsional berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Pasal 41

(1) Kelompok Jabatan Fungsional terdiri dari Pengawas Perikanan, Pengawas

Benih, Pengendali Hama dan Penyakit Ikan, Penyuluh Perikanan, Arsiparis,

Pranata Komputer, Statistasi, Pustakawan, dan jabatan fungsional lainnya

yang diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Masing-masing kelompok jabatan fungsional dikoordinasikan oleh seorang

tenaga fungsional yang ditetapkan oleh Kepala.

(3) Jumlah pejabat fungsional sebagaimanan dimaksud pada ayat (1) Pasal ini

ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.

(4) Jenis dan jenjang jabatan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

Pasal ini diatur sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB IV

TATA KERJA

Pasal 42

Dalam melaksanakan tugas, pimpinan satuan organisasi dan kelompok jabatan

fungsional wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi baik

dalam lingkungan masing-masing maupun antar satuan organisasi dalam

Page 184: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

167

lingkungan pelabuhan perikanan serta dengan instansi lain di luar pelabuhan

perikanan sesuai tugas masing-masing.

Pasal 43

Setiap pimpinan satuan organisasi wajib mengawasi pelaksanaan tugas bawahan

masing-masing dan apabila terjadi penyimpangan agar mengambil langkah-

langkah yang diperlukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

Pasal 44

Setiap pimpinan satuan organisasi bertanggung jawab memimpin dan

mengkoordinasikan bawahan masing-masing dan memberikan bimbingan serta

petunjuk pelaksanaan tugas kepada bawahannya.

Pasal 45

Sebap pimpinan satuan organisasi dan kelompok jabatan fungsional wajib

mengikuti dan mematuhi petunjuk dan bertanggung jawab kepada atasan masing-

masing serta menyampaikan laporan berkala tepat pada waktunya.

Pasal 46

Setiap laporan yan diterima oleh pimpinan satuan organisasi dari bawahan, wajib

diolah dan dipergunakan sebagai bahan penyusunan laporan lebih lanjut dan untuk

rnemberikan petunjuk kepada bawahan.

Pasal 47

Dalam penyampaian laporan kepada atasan, tembusan laporan wajib disampaikan

pula kepada satuan organisasi lain yang secara fungsional mempunyai hubungan

kerja.

Pasal 48

Dalam melaksanakan tugas, setiap pimpinan satuan organisasi dibantu oleh

pimpinan satuan organisasi di bawahnya dan dalam rangka pemberian bimbingan

kepada bawahan masing-masing wajib mengadakan rapat berkala.

BAB V

NAMA, JENIS, DAN LOKASI

Pasal 49

Nama, jenis, dan lokasi pelabuhan perikanan sebagaimana tercantum dalam

Lampiran Keputusan ini.

Page 185: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

168

BAB VI

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 50

Perubahan organisasi dan tata kerja pelabuhan perikanan menurut Keputusan

ditetapkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan setelah terlebih dahulu mendapat

persetujuan tertulis dan Menteri yang bertanggung jawab di bidang

pendayagunaan aparatur negara.

BAB VII

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 51

Dengan berlakunya Keputusan ini, Keputusan Menteri Eksplorasi Laut dan

Perikanan Nomor 69 Tahun 2000 tentang Organisasi dan Tata Kerja Pelabuhan

Perikanan dinyatakan tidak berlaku kecuali untuk Pelabuhan Perikanan Nusantara

Tual dan Pelabuhan Perikanan Pantai yang belum diserahkan kepada Daerah.

Pasal 52

Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

Pada tanggal 1 Mei 2001

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN,

ttd

SARWONO KUSUMAATMADJA

Salinan sesuai dengan aslinya

Kepala Biro Hukum dan Organisasi

ttd

Narmoko Prasmadji

Page 186: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

169

Lampiran : Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : KEP.261/MEN/

2001 tentang Organisasi Pelabuhan Perikanan

PELABUHAN PERIKANAN YANG BELUM DIUSAHAKAN

PELABUHAN PERIKANAN YANG DIUSAHAKAN

No Nama Pelabuhan Jenis Lokasi Propinsi

1 Pelabuhan

Perikanan

Samudera

1. BELUM

DIUSAHAKAN

1. Kendari

2. Cilacap

3. Bungus

Sulawesi

Tenggara

Jawa Tengah

Sumatera Barat

2. DIUSAHAKAN 1. Jakarta

2. Belawan

DKI Jakarta

Sumatera Utara

2 Pelabuhan

Perikanan

Nusantara

1. BELUM

DIUSAHAKAN

1. Tanjung

Pandan

2. Ternate

3. Ambon

4. Pelabuhan

Ratu

5. Sibolga

6. Kejawanan

Kep. Bangka-

Belitung

Maluku Utara

Maluku

Jawa Barat

Sumatera Utara

Jawa Barat

2. DIUSAHAKAN 1. Brondong

2. Prigi

3. Pekalongan

4. Pernangkat

Jawa Timur

Jawa Timur

Jawa Tengah

Kalimantan

Barat

MENTERI KELAUTAN DAN

PERIKANAN,

ttd

SARWONO KUSUMAATMADJA

Salinan sesuai dengan aslinya

Kepala Biro Hukum dan Organisasi

ttd

Narmoko Prasmadji

Page 187: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

170

STRUKTUR ORGANISASI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA YANG DIUSAHAKAN

KEPALA

BAGIAN

TATA USAHA

SEKSI

KESYAHBANDARAN

PERIKANAN

BIDANG TATA

OPERASIONAL

BIDANG

PENGEMBANGAN

SEKSI SARANA

SEKSI PEMASARAN

DAN INFORMASI

KELOMPOK JABATAN

FUNGSIONAL

SEKSI TATA

PELAYANAN

SUBBAGIAN

KEUANGAN

SUBBAGIAN

UMUM

Page 188: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

171

STRUKTUR ORGANISASI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA YANG BELUM DIUSAHAKAN

KEPALA

BAGIAN

TATA USAHA

SEKSI

KESYAHBANDARAN

PERIKANAN

BIDANG TATA

OPERASIONAL

BIDANG

PENGUSAHAAN

SEKSI SARANA

SEKSI PEMASARAN

DAN INFORMASI

KELOMPOK JABATAN

FUNGSIONAL

SEKSI PELAYANAN

DAN PENGEMBANGAN

USAHA

SUBBAGIAN

KEUANGAN

SUBBAGIAN

UMUM

Page 189: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

172

STRUKTUR ORGANISASI

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA YANG DIUSAHAKAN

KEPALA

SUBBAGIAN

TATA USAHA

SEKSI TATA

PELAYANAN

SEKSI

PENGEMBANGAN

KELOMPOK JABATAN

FUNGSIONAL

Page 190: STRATEGI PENINGKATAN KAPASITAS ... - eafm-indonesia.net · dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Mei 2006 Trisna Ningsih C 551030234 . ABSTRAK

173

STRUKTUR ORGANISASI

PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA YANG BELUM DIUSAHAKAN

KEPALA

SUBBAGIAN

TATA USAHA

SEKSI TATA

PELAYANAN

SEKSI TATA

PENGUSAHAAN

KELOMPOK JABATAN

FUNGSIONAL