20
Pusat Penelitian Ekonomi - LIPI, Policy Brief PUSAT PENELITIAN EKONOMI KEDEPUTIAN BIDANG ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DAN KEMANUSIAAN LIPI STRATEGI PENGUATAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA DAN JARING PENGAMAN SOSIAL DI MASA PANDEMI COVID-19 Policy Brief No. 2, Desember 2020

STRATEGI PENGUATAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA …

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: STRATEGI PENGUATAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA …

Pusat Penelitian Ekonomi - LIPI, Policy Brief

PUSAT PENELITIAN EKONOMI

KEDEPUTIAN BIDANG ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DAN KEMANUSIAAN LIPI

STRATEGI PENGUATAN KETAHANAN

PANGAN RUMAH TANGGA DAN

JARING PENGAMAN SOSIAL DI MASA

PANDEMI COVID-19

Policy Brief No. 2, Desember 2020

Page 2: STRATEGI PENGUATAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA …

Pusat Penelitian Ekonomi - LIPI, Policy Brief i

Policy Brief No. 2, Desember 2020

STRATEGI PENGUATAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA DAN JARING PENGAMAN SOSIAL DI MASA PANDEMI COVID-19

TIM PENULIS

Editor: Purwanto dan Esta Lestari

Koordinator Tim Penyusun Policy Brief: Purwanto

Anggota: Esta Lestari Chitra Indah Yuliana Achsanah Hidayatina Felix Wisnu Handoyo Nur Firdaus Atika Zahra Rahmayanti Eka Nurjati Bintang Dwitya Cahyono Rio Novandra Alan Ray Farandy ISBN: 978-602-6303-15-8 (PDF) © Pusat Penelitian Ekonomi, Kedeputian Bidang IPSK - LIPI iii + 14 hlm; 21 x 29,7 cm | Cetakan I, 2020 Diterbitkan oleh: Pusat Penelitian Ekonomi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2E - LIPI) Gedung Widya Graha Lt. 4 & 5 Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 10 Jakarta Selatan, 12710 Telp: 021 - 5207120

Email : [email protected] Website : ekonomi.lipi.go.id Instagram : ekonomi_lipi Youtube : p2ekonomi lipi Facebook : ekonomiLIPI

Page 3: STRATEGI PENGUATAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA …

Pusat Penelitian Ekonomi - LIPI, Policy Brief ii

KATA PENGANTAR

Paparan ringkas untuk rekomendasi kebijakan ini disusun berdasarkan kajian cepat melalui survei secara daring mengenai dampak pandemi COVID-19 terhadap ketahanan pangan rumah tangga. Survei daring dilakukan oleh tim kajian dari Pusat Penelitian Ekonomi (P2E), Kedeputian Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan (IPSK), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang dilaksanakan pada tanggal 15 September - 5 Oktober 2020. Kegiatan ini merupakan bagian dari tanggung jawab P2E – LIPI sebagai lembaga penelitian milik pemerintah dalam memberikan kontribusi akademik atas sebuah permasalahan yang dihadapi bangsa. Pandemi COVID-19 yang masih menjadi permasalahan global hingga saat ini memerlukan berbagai cara atau strategi untuk mengatasi dampak yang muncul, salah satunya adalah tentang kondisi ketahanan pangan di tingkat rumah tangga.

Selama ini perhitungan ketahanan pangan di Indonesia hanya menghitung ketahanan pangan di tingkat wilayah seperti ketahanan pangan Kabupaten/Kota, Provinsi, dan Nasional tanpa mengetahui kondisi ketahanan pangan di level rumah tangga. Oleh karena itu, Pusat Penelitian Ekonomi (P2E) LIPI merasa perlu untuk melakukan analisis ketahanan pangan rumah tangga di masa pandemi untuk menghasilkan gambaran kondisi riil masyarakat yang berkaitan langsung dengan pemenuhan pangan rumah tangga yang merupakan kebutuhan pokok.

Hasil kajian ini memberikan gambaran kondisi ketahanan pangan rumah tangga dan strategi-strategi yang dilakukan oleh masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pangan selama masa pandemi COVID-19. Meskipun secara umum ketahanan pangan rumah tangga cukup baik, tetapi terdapat cukup banyak rumah tangga yang berada dalam kondisi ketahanan pangan rendah terutama pada karakteristik rumah tangga dengan kepala rumah tangga berpenghasilan tidak tetap, bekerja di sektor informal, dan pengeluaran rumah tangga per bulan yang rendah. Pemerintah telah memberikan berbagai bentuk program perlindungan sosial di masa pandemi berupa bantuan tunai maupun non-tunai dan manfaatnya diakui oleh masyarakat. Namun demikian, mempertimbangkan permasalahan muncul dalam proses penyaluran program perlindungan sosial tersebut, kami memberikan beberapa saran dan rekomendasi dalam paparan singkat ini sebagai bahan pertimbangan kebijakan pemerintah terkait dengan upaya penguatan ketahanan pangan rumah tangga hingga masa pandemi COVID-19 ini nantinya benar-benar teratasi dengan baik.

Semoga rekomendasi kebijakan yang kami susun ini dapat bermanfaat bagi Kementerian/ Lembaga terkait. Kami mengucapkan terima kasih terhadap semua pihak atas terselenggaranya kajian ini. Terlebih, rasa terima kasih terbesar kami sampaikan bagi semua penulis dan khususnya Kepala Pusat Penelitian Ekonomi dengan tersusunnya kertas kerja singkat tentang strategi penguatan ketahanan pangan dan jaring pengaman sosial di masa pandemi COVID-19.

Jakarta, 28 Desember 2020

Prof. Dr. Tri Nuke Pudjiastuti, MA.

Page 4: STRATEGI PENGUATAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA …

Pusat Penelitian Ekonomi - LIPI, Policy Brief iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .............................................................................................................................................. iii

KONDISI MAKRO EKONOMI DI MASA PANDEMI COVID-19 .................................................................... 1

KONDISI INFLASI DI MASA PANDEMI COVID-19 ..................................................................................... 2

DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA: METODE ........... 3

DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP PENGELUARAN KONSUMSI DAN PERUBAHAN PEKERJAAN

RUMAH TANGGA .......................................................................................................................... 4

PERUBAHAN PERILAKU KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA DI MASA PANDEMI COVID-19 ............ 5

DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA ............................ 7

KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MENURUT KONDISI RUMAH TANGGA .................................. 8

KETAHANAN PANGAN PADA KELOMPOK RUMAH TANGGA DENGAN COMORBID DAN CONFIRMED

CASE COVID-19 ............................................................................................................................. 9

STRATEGI PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN RUMAH TANGGA DI MASA PANDEMI COVID-19 ...... 11

MANFAAT PERLINDUNGAN SOSIAL DI MASA PANDEMI COVID-19 ...................................................... 12

REKOMENDASI KEBIJAKAN ................................................................................................................... 14

Page 5: STRATEGI PENGUATAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA …

Pusat Penelitian Ekonomi - LIPI, Policy Brief 1

KONDISI MAKRO EKONOMI DI MASA PANDEMI COVID-19

andemi COVID-19 yang terjadi di

awal tahun 2020 telah mengubah

skenario perencanaan

pembangunan Indonesia secara

menyeluruh. Resesi telah nyata didepan

mata dengan kontraksi pertumbuhan

selama dua kuartal 2020 (Gambar 1).

Lumpuhnya sektor-sektor ekonomi

produktif seperti industri pengolahan,

transportasi, dan pariwisata membawa

dampak pada hilangnya sumber

pendapatan sebagian masyarakat yang

terdampak langsung, seperti adanya

pengurangan jam kerja hingga

penghentian hubungan kerja (PHK) tidak

dapat dihindari. Akibatnya terjadi

penurunan pendapatan rumah tangga,

bertambahnya pengangguran, dan

meningkatnya rumah tangga miskin.

Gambar 1. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2020 Sumber : BPS, diolah

Kondisi kerentanan masyarakat yang

kehilangan sumber pendapatan

membawa kekhawatiran pada

kemampuan mereka dalam memenuhi

kebutuhan dasar khususnya pangan.

Ketahanan pangan Indonesia sebelum

pandemi tercatat berada di peringkat 70

dari 103 negara dengan nilai index 20,1

menurut Global Hunger Indeks dan di

peringkat 62 dari 113 negara dengan nilai

index 62,6 menurut perhitungan Global

Food Security Index tahun 2019.

Berbekal dari kondisi ketahanan pangan

secara nasional tersebut, menjadi wajar

adanya kekhawatiran terhadap ancaman

kerawanan pangan di masa pandemi

COVID-19. Pengeluaran konsumsi total

rumah tangga di masa pandemi yang

mengalami penurunan dalam

kontribusinya bagi pertumbuhan

ekonomi nasional dari rata-rata sebesar

56-57% menjadi sebesar 53-54% selama

masa pandemi COVID-19. Kerawanan

pangan dapat terjadi bila produksi,

distribusi, dan konsumsi pangan

terganggu sehingga aksesibilitas pangan

bagi rumah tangga menjadi menurun.

Permasalahan aksesibilitas terhadap

pangan meliputi ketersediaan produk dan

keterjangkauan harga pangan.

P

-3,49%-6,00%

-4,00%

-2,00%

0,00%

2,00%

4,00%

6,00%

2018 Q1 2018 Q2 2018 Q3 2018 Q4 2019 Q1 2019 Q2 2019 Q3 2019 Q4 2020 Q1 2020 Q2

Y o Y Q o Q

Page 6: STRATEGI PENGUATAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA …

Pusat Penelitian Ekonomi - LIPI, Policy Brief 2

KONDISI INFLASI DI MASA PANDEMI COVID-19

Saat ini tercatat tingkat inflasi Indonesia

pada bulan Januari – November 2020

berada pada 1,23 persen dan tingkat

inflasi year on year (YoY) sebesar 1,59

persen (BPS, 2020). Secara khusus, inflasi

komponen makanan pergerakannya

cenderung fluktuatif (Gambar 2),

dimana untuk kelompok makanan,

minuman dan tembakau sepanjang Maret

hingga Agustus 2020, mengalami tren

yang cenderung menurun sebelum

kembali mengalami peningkatan dari

Agustus hingga Oktober 2020 menjadi

2,25 persen. Menurunnya beberapa

sektor konsumsi ini disebabkan oleh sisi

permintaan yang masih melemah akibat

adanya Pandemi COVID-19.

Pada komoditas pangan seperti beras

Medium kualitas I, pergerakan harga

mulai terlihat dari bulan Januari 2020.

Selama pandemi bulan Maret hingga Juli,

harga beras mengalami volatilitas yang

relatif lebih berfluktuatif. Namun harga

beras jenis ini termasuk relatif stabil

tinggi di atas Harga Eceran Tertinggi

(HET). Berdasarkan data Pusat Informasi

Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional,

rata-rata harga beras tipe Medium pada

17 April 2020 berada pada level Rp

11.945/kg. Sementara harga eceran

tertinggi untuk beras jenis ini mengacu

pada Peraturan Menteri Perdagangan

(Permendag) nomor 57 tahun 2017

sebesar Rp 9.450/kg.

Gambar 2. Tingkat Inflasi pada Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau dan Kelompok Penyediaan Makanan dan Minuman/Restoran

Sumber : BPS, diolah

0,00%

2,00%

4,00%

6,00%

8,00%

01/2020 02/2020 03/2020 04/2020 05/2020 06/2020 07/2020 08/2020 09/2020 10/2020

Food, Beverage and Tobacco Food and Beverage Provision/Restaurant

Page 7: STRATEGI PENGUATAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA …

Pusat Penelitian Ekonomi - LIPI, Policy Brief 3

Gambar 3. Pergerakan Harga Beras Kualitas Medium I (Januari – Desember 2020)

Sumber: PIHPS 2020, diolah (harga komoditas 2/01/2020 = 100)

DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA: METODE

Kajian singkat ini disusun berdasarkan

survei daring yang menyasar responden

rumah tangga selama rentang waktu tiga

minggu antara 15 September hingga 5

Oktober 2020. Selain melalui survei

daring, studi ini juga ditunjang oleh kajian

literatur dan diskusi kelompok terarah

dengan beberapa pakar untuk menggali

informasi terkait sosio-demografis

masyarakat dan kaitannya dengan pola

belanja dan pola konsumsi pangan.

Survei ini berhasil menjaring lebih dari

2.400 responden rumah tangga berusia

diatas 17 tahun namun hanya 62% hasil

kuesioner yang berhasil dimanfaatkan

secara utuh yaitu 1.489 responden. Salah

satu kelemahan studi ini adalah kurang

optimalnya proses verifikasi

sebagaimana layaknya wawancara tatap

muka sehingga konsistensi jawaban sulit

dikontrol dan validitas hasil lebih sulit

Krisis Kesehatan Global WHO (31/1)

Kasus Pertama COVID-19 Indonesia (2/3)

Pemberlakuan PSBB di Jakarta (10/4)

Bulan Ramadhan (24/4)

PSBB transisi di Jakarta (5/6)

PEMBAGIAN KRITERIA WAKTU

98,50

99,00

99,50

100,00

100,50

101,00

101,50

02

/01

/20

20

14

/01

/20

20

24

/01

/20

20

05

/02

/20

20

17

/02

/20

20

27

/02

/20

20

10

/03

/20

20

20/

03/2

020

02

/04

/20

20

15

/04

/20

20

27

/04

/20

20

11

/05

/20

20

26

/05

/20

20

08

/06

/20

20

18

/06

/20

20

30

/06

/20

20

10

/07

/20

20

22

/07

/20

20

04

/08

/20

20

14

/08

/20

20

31

/08

/20

20

10/

09/2

020

22

/09

/20

20

02

/10

/20

20

14

/10

/20

20

26

/10

/20

20

10

/11

/20

20

20

/11

/20

20

02

/12

/20

20

15

/12

/20

20

Tabel 1.Sebaran Responden Berdasarkan Pulau

Gambar 4. Cleaning Data Method

Page 8: STRATEGI PENGUATAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA …

Pusat Penelitian Ekonomi - LIPI, Policy Brief 4

tercapai. Untuk meminimalisir hal

tersebut, kontrol dilakukan dengan

mendesain daftar pertanyaan yang

bersifat langsung serta ditunjang dengan

konfirmasi melalui wawancara lanjutan

via telepon kepada sejumlah 25

responden dari berbagai karakteristik

yang mewakili populasi responden

seperti status sosial ekonomi, demografi,

dan ketahanan pangan rumah tangganya.

DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP PENGELUARAN KONSUMSI DAN PERUBAHAN PEKERJAAN RUMAH TANGGA

Kebijakan Pembatasan Sosial Skala Besar

(PSBB) sebagai Langkah awal

pencegahan penyebaran infeksi

berimplikasi pada mandegnya kegiatan

ekonomi. Pembukaan kembalii di bulan

Juni melalui penerapan masa transisi ini

diiringi dengan pembukaan kembali

tempat usaha dan banyak perusahaan

yang sudah menerapkan karyawannya

untuk bekerja ke kantor kembali

walaupun belum sepenuhnya normal

yaitu dari 54,5% menjadi 36%.

Kebijakan masa transisi tersebut

menjadikan tingkat pengeluaran rumah

tangga yang menurun telah berkurang

menjadi 10,4%, sedangkan rumah tangga

yang tingkat pengeluarannya tetap

meningkat menjadi 82,6%, dan tingkat

pengeluaran rumah tangga yang naik

berkurang menjadi 7%.

Fase transisi sempat memberikan

harapan pada berakhirnya pandemi

COVID-19 sebagaimana banyak

diprediksi. Bulan Juni menjadi

momentum sebagian besar rumah tangga

mengejar ketertinggalan dari segi

ekonomi setelah tiga bulan pertama masa

Definisi ketahanan pangan yang digunakan merujuk pada UU No. 18/2012 yang juga

sejalan dengan definisi LSRO (1990). Namun studi ini ditujukan pada unit rumah tangga

dengan mengacu pada definisi Badan Pusat Statistik. Dalam mengukur ketahanan pangan

rumah tangga, studi ini mengadopsi pengukuran ketahanan pangan rumah tangga dari USDA

(2000), yang membagi ketahanan pangan menjadi dua klasifikasi, yaitu rumah tangga tahan

pangan dan rumah tangga rawan pangan. Rumah tangga rawan pangan dibagi menjadi 3

kelompok, yaitu rawan pangan tanpa kelaparan, rawan pangan dengan kelaparan moderat,

dan rawan pangan dengan kelaparan akut. Terminologi kerawanan pangan dan kelaparan

yang digunakan disini adalah kondisi yang diakibatkan oleh kendala sumber daya finansial

dan bukan factor lain, seperti kondisi sedang diet atau kesibukan tertentu yang menyebabkan

tertundanya makan (USDA, 2000).

62,7%

22,7%14,6%

82,6%

7,0% 10,4%

Tetap Naik Turun

Maret - Mei

Juni - Sekarang (periode survei)

Gambar 5. Perubahan tingkat pengeluaran

rumah tangga selama pandemi COVID-19

Page 9: STRATEGI PENGUATAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA …

Pusat Penelitian Ekonomi - LIPI, Policy Brief 5

pandemi Maret - Mei 2020. Banyak

perusahaan yang sudah mengizinkan

kembali karyawannya untuk bekerja di

kantor. Pasar dan tempat perbelanjaan

lainnya juga sudah dibuka kembali pada

masa transisi dengan pembatasan jam

buka operasional. Hal yang senada juga

dialami oleh perubahan jumlah rumah

tangga yang sementara dirumahkan. Pada

Bulan Maret jumlah rumah tangga yang

sementara dirumahkan meningkat

menjadi 4,9%, sedangkan pada Bulan Juni

menurun menjadi 2,9%. Kondisi yang

berbeda terjadi pada aktivitas mencari

pekerjaan atau menggangur yang

cenderung meningkat selama pandemi

COVID-19. Hal ini disebabkan oleh kinerja

sektor-sektor usaha masih belum pulih

sepenuhnya, meskipun pemerintah telah

melonggarkan aktivitas keluar rumah

dengan diterapkannya periode masa

transisi.

PERUBAHAN PERILAKU KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA DI MASA PANDEMI COVID-19

Penerapan protokol kesehatan 3M

(memakai masker, mencuci tangan

dengan sabun secara teratur, dan

menghindari kerumunan)

mempengaruhi perilaku konsumsi dan

belanja pangan. Rumah tangga cenderung

lebih nyaman dan percaya pada makanan

yang diolah sendiri, seperti yang

ditunjukkan oleh hampir 70% rumah

tangga yang lebih sering memasak

dirumah dibandingkan sebelum pandemi.

Sebaliknya hanya sekitar 6% rumah

tangga yang tidak melakukan atau lebih

jarang memasak dirumah. Mereka

terutama adalah rumah tangga pribadi

(belum menikah) dan hidup sendiri baik

di rumah maupun menyewa sehingga

konsumsi pangan terpenuhi dengan

membeli akibat pertimbangan biaya

maupun kepraktisan.

Prinsip kehati-hatian dengan

menghindari interaksi langsung dalam

pembelian bahan pangan diutamakan

bagi rumah tangga yang biasa memasak

0,3%6,5%

91,6%

1,6%4,3%

54,5%

36,4%

4,8%2,9%

36,2%

55,7%

5,2%

Smntara dirmhkan Bkrja di rmh Bkrja di kntr/luar rmh Cari kerja/menganggur

Sebelum pandemi Maret - Mei Juni - Sekarang (periode survei)

Gambar 6. Perubahan status dan pola bekerja selama pandemi COVID-19

Page 10: STRATEGI PENGUATAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA …

Pusat Penelitian Ekonomi - LIPI, Policy Brief 6

dirumah. Pembelian bahan pangan

mentah di pasar dan makanan jadi di

warung makan atau restoran menjadi

lebih jarang dilakukan.

Pembelian bahan pangan mentah di pasar

semakin jarang dan bahkan tidak

dilakukan oleh sekitar 60% responden.

Konsumsi makanan jadi semakin jarang

dilakukan oleh lebih dari 81% responden

menyusul pengenaan PSBB dibeberapa

wilayah utamanya perkotaan yang

mengharuskan penutupan berbagai

tempat umum termasuk restoran.

Berbeda dengan hasl riset daring lain

yang menunjukkan peningkatan tajam

belanja daring, (misal. BPS (2020)

menunjukkan peningkatan belanja

makanan secara daring sebesar 51%oleh

kelompok milenial), kelompok rumah

tangga yang didominasi oleh generasi

baby boomers, cenderung memilih

memasak untuk memastikan asupan

pangan anggota rumah tangganya.

Bahkan, pada beberapa rumah tangga

tanpa tanggungan keluarga, aktivitas

yang berubah dari bekerja di kantor

menjadi bekerja di rumah justru

menurunkan belanja makanan siap saji

karena lebih banyak menghabiskan

waktu di rumah.

Terdapat cukup banyak rumah tangga

(11%) yang menyatakan lebih menyukai

dan tetap belanja langsung baik ke pasar

maupun ke warung sayur untuk jenis

bahan makanan. Beberapa pertimbangan

meliputi: bahan pangan yang mudah

rusak, kebebasan dalam memilih bahan

pangan secara langsung dengan

pertimbangan kesegaran, dan kuantitas

pembelian yang lebih fleksibel. Pembelian

bahan pangan segar umumnya dilakukan

di wilayah perkotaan yang dapat

4,84

53,66

30,29

11,2216,79

64,27

13,775,17

Tidak melakukan Lebih jarang Tetap Lebih sering

Pasar Restoran/Warung

27,2

33,78

17,3921,63

39,89

21,76

14,78

23,57

Tidak melakukan Lebih jarang Tetap Lebih sering

Gambar 8. Pembelian Bahan Pangan dan Makanan Jadi melalui Daring (%)

Bahan Pangan Makanan Jadi

Gambar 7. Perubahan frekuensi belanja bahan pangan dan pangan jadi menurut tempat (%)

Page 11: STRATEGI PENGUATAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA …

Pusat Penelitian Ekonomi - LIPI, Policy Brief 7

memastikan distribusi dan transportasi

yang cepat.

DAMPAK PANDEMI COVID-19 TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA

Berdasarkan hasil survei daring selama

periode Maret – September, mayoritas

responden masih berada dalam kondisi

tahan pangan, yaitu sebesar 64,07%.

Sementara itu, ada sekitar 35,93%

responden berada dalam kondisi rawan

pangan di mana 23,84% rawan pangan

tanpa kelaparan, sebanyak 10,14% rawan

pangan dengan kelaparan moderat, dan

1,95% rawan pangan dengan kelaparan

akut. Hasil ini menunjukkan bahwa

sebagian besar rumah tangga memang

masih memiliki kemampuan untuk

mengakses pangan dan ketersediaan

pangan masih mencukupi. Hasil survei ini

sejalan dengan kondisi umum

masyarakat yang relatif tidak banyak

mengalami gejolak dari sisi pemenuhan

kebutuhan pangan. Namun demikian,

adanya kelompok masyarakat dalam

kondisi tidak tahan pangan perlu menjadi

perhatian serius dari pemerintah.

Kelompok rumah tangga yang berada

pada kondisi rawan pangan, mereka

merasa khawatir untuk tidak dapat

mencukup kebutuhan pangan dan

mereka yang mengalami masalah akses,

khususnya karena keterbatasan sumber

daya finansial, kualitas dan kuantitas

konsumsi pangan mereka mengalami

penurunan selama pandemi COVID-19.

Kekhawatiran ini bisa saja disebabkan

karena kondisi yang tidak menentu

sehingga tidak memiliki ekspektasi

apakah beberapa waktu ke depan mereka

masih dapat memenuhi kebutuhan

pangan mereka secara normal atau

seperti biasanya atau justru mengalami

perubahan karena adanya perubahan

pendapatan, gejolak harga, dan lain

sebagainya. Kondisi semacam ini tidak

dapat dideteksi oleh perhitungan

ketahanan pangan secara nasional dan

hanya dapat diketahui dari teknik survei

di level rumah tangga seperti yang

dilakukan dalam kajian ini.

Selama pandemi COVID-19, seringkali

masyarakat menerima informasi yang

tidak relevan terkait kebijakan

pemerintah untuk melakukan lockdown

atau tidak. Beberapa daerah memiliki

sistem buka tutup pasar yang tidak setiap

hari sehingga menjadi kendala bagi

rumah tangga dalam memenuhi

kebutuhannya terlebih dalam kondisi

pandemi COVID-19, masyarakat

cenderung menyimpan bahan makanan

untuk meminimalisir aktivitas di luar

rumah.

64,07%

23,84%

10,14%1,95%

Food security status

Food secureFood insecure without hunger

Gambar 9. Status Ketahanan Pangan Rumah

Tangga di Masa Pandemi COVID-19: Hasil

Survei 2020 (15 September - 5 Oktober)

Page 12: STRATEGI PENGUATAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA …

Pusat Penelitian Ekonomi - LIPI, Policy Brief 8

KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MENURUT KONDISI RUMAH TANGGA

Rumah tangga rawan pangan umumnya

rumah tangga dengan pengeluaran rata-

rata tergolong rendah (kelompok miskin),

memiliki tanggungan anak, dan

penghasilan yang tidak menentu.

Pengeluaran rumah tangga dapat menjadi

proksi untuk mengukur pendapatan yang

mencerminkan tingkat kerentanan

ekonomi sebagai indikator untuk

menganalisis ketahanan pangan

(Pujilestari, 2020; Smith dan Subandoro,

2007). Semakin rendah pengeluaran

rumah tangga, maka cenderung semakin

sedikit pula persentase rumah tangga

yang tahan pangan.

Kelompok responden yang termasuk

rumah tangga rawan pangan dengan

kelaparan akut, sebagian besar memiliki

pengeluaran per bulan paling rendah

yaitu maksimal Rp 1,8 juta per bulan.

Meskipun demikian, proporsi rumah

tangga berstatus rawan pangan dengan

kelaparan akut ini, yang memiliki

pengeluaran menengah, yaitu Rp3,1-4,8

juta dan Rp4,8-7,2 juta per bulan, justru

lebih banyak yaitu 17,2% dibandingkan

dengan rumah tangga yang pengeluaran

rendah, yakni antara Rp1,81-3 juta per

bulan sebesar 6,9%. Persentase rumah

tangga yang memiliki tanggungan anak

lebih banyak pada kedua kelompok

pengeluaran menengah tersebut, yaitu

73% dan 79%, dibandingkan dengan

kelompok rumah tangga yang

pengeluarannya lebih sedikit, yaitu 67%.

8,4%

25,1%

35,8%

58,6%

17,6%20,6% 21,2%

6,9%

19,4%21,7% 22,5%

17,2%

22,3%

17,7%13,2%

17,2%

32,3%

14,9%7,3%

0,0%

<=1,8 jt 1.8-3 jt 3.1-4.8 jt 4.81-7.2 jt >=7.21 jt

Rawan pangan

Tanpa Kelaparan Rawan pangan

Kelaparan ModeratRawan pangan

Kelaparan AkutTahan Pangan

Gambar 10. Ketahanan Pangan Rumah Tangga Menurut Besaran Pengeluaran Rumah Tangga

Page 13: STRATEGI PENGUATAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA …

Pusat Penelitian Ekonomi - LIPI, Policy Brief 9

Pada kelompok rumah tangga yang dalam

kondisi rawan pangan mayoritas

merupakan rumah tangga dengan

tanggungan anak (39,2%), sebaliknya

kelompok rumah tangga yang tahan

pangan sebagian besar ialah rumah

tangga tanpa tanggungan anak (73,3%).

Kelompok rumah tangga yang termasuk

rumah tangga rawan pangan menurut

klasifikasi jenis pekerjaan, sebagian besar

ialah pengemudi, buruh tani, dan

pengangguran. Sebanyak 90,2% dari total

responden pengemudi berstatus rumah

tangga rawan pangan. Kemudian, 84,8%

dari total responden buruh

tani/petani/nelayan berstatus rumah

tangga rawan pangan. Menjadi

pengangguran termasuk yang menjadi

faktor paling dominan dalam

mempengaruhi kerawanan pangan

sebagaimana ditunjukkan dari hasil

survei bahwa 68% dari total responden

yang menjadi pengangguran saat periode

survei ini berstatus rumah tangga rawan

pangan.

KETAHANAN PANGAN PADA KELOMPOK RUMAH TANGGA DENGAN COMORBID DAN CONFIRMED CASE COVID-19

Kondisi rumah sakit yang tidak

memungkinkan untuk melakukan

pemeriksaan kesehatan rutin karena

meningkatnya resiko penularan COVID-

19 membuat kelompok comorbid dituntut

untuk dapat lebih mandiri, khususnya

bagaimana memenuhi kebutuhan

konsumsi pangan untuk menjaga tubuh

yang sehat sehingga meminimalisir

kunjungan ke dokter.

Hasil survei menunjukkan bahwa baik

rumah tangga dengan dan atau tanpa ada

comorbid, berada dalam kondisi tahan

pangan, yaitu masing-masing sebesar

59,7% dan 66,6%. Artinya, kondisi

pangan di Indonesia masih relatif aman di

mana pangan yang tersedia dapat diakses

dan dimanfaatkan baik oleh rumah

tangga yang memiliki masalah penyakit

bawaan atau tidak.

60,8%

39,2%

73,3%

26,7%

Food secure

Foodinsecure

HH without dependant HH with dependant

Gambar 11. Ketahanan Pangan Rumah Tangga berdasarkan status Tanggungan Keluarga

HH without children HH with children

Page 14: STRATEGI PENGUATAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA …

Pusat Penelitian Ekonomi - LIPI, Policy Brief 10

Selanjutnya, tidak hanya terkait dengan

comorbid, rumah tangga dengan anggota

keluarga yang sedang hamil pun penting

untuk diketahui status ketahanan

pangannya. Hal ini mengingat bahwa ibu

hamil perlu untuk mengkonsumsi

kebutuhan nutrisi sebaik mungkin agar

dapat melahirkan bayi yang sehat.

Hasil survei menunjukkan bahwa kondisi

64,4% rumah tangga dengan anggota

keluarga yang sedang hamil berada pada

level rumah tangga tahan pangan.

Artinya, rumah tangga tersebut masih

memiliki kemampuan yang baik dalam

pemenuhan gizi ibu hamil.

Dari hasil survei diketahui terdapat

rumah tangga yang anggota keluarganya

terinfeksi COVID-19. Kelompok

masyarakat ini diperkirakan termasuk

yang akan mengalami masalah

pemenuhan kebutuhan pangan. Namun

demikian, hasil survei menunjukkan

sebanyak 58,8% responden menyatakan

masih dapat memenuhi kebutuhan

pangannya. Dengan kata lain, mereka

berada dalam kondisi tahan pangan.

Responden mengaku masih memiliki

akses untuk memenuhi kebutuhan

pangan dengan daring. Pemenuhan

kebutuhan pangan juga dibantu oleh

tetangga sekitar mengingat bahwa dalam

kondisi pandemi COVID-19. Hal ini

menunjukkan modal sosial bekerja dalam

masyarakat melalui budaya tolong

menolong kepada mereka yang terinfeksi

COVID-19.

59,70%

66,60%

40,30%

33,40%

HH withcomorbid

HHwithout

comorbid

Food insecure Food secure

64,40%

33,80%

Food secure

Food insecure

Gambar 12. Ketahanan Pangan Rumah Tangga berdasarkan status Comorbid dalam Keluarga

Gambar 13. Ketahanan Pangan Rumah Tangga berdasarkan status Kehamilan Anggota Keluarga

41,20%58,80%

Food insecure Food secure

Gambar 14. Ketahanan Pangan Rumah Tangga berdasarkan status positif COVID-19 dalam Keluarga

Page 15: STRATEGI PENGUATAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA …

Pusat Penelitian Ekonomi - LIPI, Policy Brief 11

STRATEGI PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN RUMAH TANGGA DI MASA PANDEMI COVID-19

Hasil survei menunjukkan bahwa

masyarakat dengan kriteria rawan

pangan dengan kelaparan moderat dan

rawan pangan dengan kelaparan akut

mengalami goncangan yang cukup dalam.

Pasalnya, pada kelompok kelaparan

moderat dan akut terdapat masing-

masing sejumlah 16% dan 25%

responden yang menyatakan menjual

asetnya untuk dapat makan. Sejalan

dengan hal itu, rumah tangga yang

bekerja sebagai petani (16,1%),

pengemudi (15,7%), dan pengangguran

(20,4%), mengalami tekanan yang cukup

besar hingga mereka harus menjual aset.

Selain itu, penggunaan tabungan untuk

memenuhi kebutuhan pangan menimpa

seluruh rumah tangga baik yang memiliki

ketahanan pangan, rawan pangan tanpa

kelaparan, rawan pangan dengan

kelaparan moderat dan akut.

Selanjutnya, ada sebanyak 18% dan 13%

rumah tangga rawan pangan dengan

kelaparan moderat dan akut yang harus

berhutang untuk dapat memenuhi

kebutuhan pangannya. Berdasarkan jenis

pekerjaan, kelompok rumah tangga yang

bekerja sebagai pengemudi tercatat

sebanyak 18,6% harus berhutang untuk

memenuhi kebutuhan pangannya.

Pandemi COVID-19 telah menyebabkan

sejumlah rumah tangga mengalami

tekanan, hingga harus berhutang,

menguras tabungan, dan bahkan menjual

aset. Rumah tangga rawan pangan dengan

kelaparan moderat (RPKM) dan akut

(RPKA) berdasarkan status pekerjaannya

adalah sebagai pekerja tidak tetap dan

pengangguran/pencari kerja, merupakan

kelompok masyarakat yang paling

tertekan dibandingkan kelompok lainnya.

Tabel 2. Strategi Pemenuhan Kebutuhan Pangan Rumah Tangga berdasarkan status Ketahanan Pangan Keluarga

Strategi Status Ketahanan Pangan

TP RPTK RPKM RPKA

Jual aset 5% 9% 16% 25%

Ambil tabungan 35% 30% 23% 20%

Pinjam makanan 1% 2% 4% 4%

Jual hasil pertanian

2% 3% 4% 5%

Hutang 3% 10% 18% 13%

Konsumsi pangan murah

18% 14% 8% 5%

Minta bantuan saudara

1% 4% 7% 9%

Minta bantuan pemerintah

1% 3% 7% 7%

Memanfaatkan cadangan pangan

12% 9% 6% 5%

Beli pangan lokal 23% 16% 8% 7%

Masyarakat meyakini pola konsumsi

tertentu yang dapat meningkatkan

imunitas tubuh. Konsumsi empon-empon

(minuman herbal), protein hewani,

sayuran, dan buah-buahan menempati

urutan tertinggi masing-masing sebesar

11,9%; 13,4%; 14,4%; dan 14,7%

responden.

Konsumsi sayuran cenderung mengalami

peningkatan pada kelompok rumah

tangga berpendapatan rendah dan tinggi.

Akan tetapi, kelompok rumah tangga

dengan pengeluaran menengah

mengonsumsi sayuran lebih rendah dari

masyarakat dengan pengeluaran

diibawahnya.

Page 16: STRATEGI PENGUATAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA …

Pusat Penelitian Ekonomi - LIPI, Policy Brief 12

Gambar 15. Konsumsi Pangan Favorit Rumah Tangga di Masa Pandemi COVID-19

MANFAAT PERLINDUNGAN SOSIAL DI MASA PANDEMI COVID -19

Pemerintah mengimplementasikan

beberapa bantuan sosial baik berupa

uang tunai maupun paket sembako

(bantuan non-tunai). Program bantuan

uang tunai sebesar Rp 600.000 diberikan

kepada masyarakat selama 3 bulan yaitu

bulan April, Mei dan Juni. Kemudian,

bantuan non-tunai berupa paket

sembako dengan nilai sebesar Rp

300.000 juga dikucurkan sejak awal

pandemi COVID-19. Adanya program

Bantuan Langsung Tunai (BLT) maupun

non-BLT dari Pemerintah Pusat

diharapkan mampu menjaga daya beli

dan membantu ketahanan pangan

masyarakat di tengah pandemi.

Hasil survei menghasilkan temuan bahwa

75% responden tidak menerima bantuan

sosial, sedangkan 25% menerima

bantuan sosial selama pandemi COVID-

19. Bantuan sosial yang dimaksudkan

dalam survei ini adalah jenis bantuan

yang diterima selama pandemi COVID-19

baik berupa uang tunai maupun non-

tunai (sembako) yang berasal dari

pemerintah dan non-pemerintah.

25%

75%

Menerima Tdk Menerima

0,0%

10,0%

20,0%

30,0%

40,0%

50,0%

60,0%

<=1,8 jt 1.8-3 jt 3.1-4.8 jt 4.81-7.2 jt >=7.21 jt

Empon-empon Buah-buahan Sayura Protein Hewani

Gambar 16. Prosentase Responden Penerima Bantuan Sosial

Page 17: STRATEGI PENGUATAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA …

Pusat Penelitian Ekonomi - LIPI, Policy Brief 13

Gambar 17. Prosentase Responden Penerima Bantuan Sosial Berdasarkan

Pengeluaran Rumah Tangga Per Bulan

Dari 25% rumah tangga penerima

manfaat, 74,4% diantaranya merupakan

rumah tangga dengan pengeluaran

kurang dari 4,8 juta per bulan. Hal ini

menunjukkan penerima bantuan sosial

sudah menyasar rumah tangga yang

rentan miskin.

Bantuan social dianggap cukup

membantu rmah tangga, terutama

mereka yang kehilangan pekerjaan akibat

pandemic. Bantan dianggap bermanfaat

karena membantu membayar cicilan

pinjaman dan pembelian sembako.

Hasil survei juga menunjukkan bahwa

rumah tangga bukan penerima manfaat

bantuan sosial didominasi mayoritas

rumah tangga dengan klasifikasi tahan

pangan (69,5%). Namun demikian,

diketahui pula bahwa 20% non-penerima

bantuan merupakan rumah tangga

dengan rawan pangan tanpa kelaparan.

Lebih lanjut, 8,9% non-penerima bantuan

berada pada status rawan pangan

kelaparan moderat, dan sebanyak 1,3%

responden non-penerima bantuan

berada pada status rawan pangan dengan

kelaparan akut. Artinya bahwa dalam

penyaluran program bantuan sosial

selama masa pandemi COVID-19 masih

terdapat kelompok masyarakat yang

berhak mendapat bantuan tetapi tidak

terjangkau oleh program-program

bantuan tersebut.

30,67%

23,20%

20,53%

14,13%

11,47%

<=1.8 Jt 1.8-3 Jt 3.1-4.8 Jt 4.81-7.2 Jt >=7.21 Jt

Page 18: STRATEGI PENGUATAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA …

Pusat Penelitian Ekonomi - LIPI, Policy Brief 14

REKOMENDASI KEBIJAKAN

Kedua, Kementerian Dalam Negeri perlu menyempurnakan data Single

Identity Number (SIN) bagi kebutuhan program Social Safety Net (SSN)

dengan memanfaatkan kemajuan teknologi informasi sehingga database

yang dimiliki oleh setiap instansi terkait bisa selalu memperbaharui dengan

adanya perubahan data penerima bantuan termasuk dalam menjaring

kemungkinan adanya tambahan masyarakat yang seharusnya juga berhak

menerima bantuan pemerintah di masa depan. Selain itu, SIN membantu

pemerintah untuk mengontrol jenis konsumsi yang dapat dibelanjakan bagi

masyarakat penerima SSN/Bansos.

Ketiga, Kementerian Pertanian tetap meningkatkan kapasitas produksi

pangan nasional dengan mengupayakan pencegahan kluster COVID-19 di

sektor pertanian serta semakin memperluas areal tanam pada komoditi

pangan strategis dan komoditi pangan yang selama ini lebih banyak

mengandalkan impor. Hal ini dapat dilakukan dengan mendukung program

food estate tidak hanya untuk produksi beras tetapi juga komoditi pangan

lainnya, termasuk bagi peternakan dan perikanan.

Keempat, Bulog harus dioptimalkan perannya pada penguatan kapasitas

logistik komoditi pangan strategis yang dapat ditetapkan melalui peraturan pemerintah dalam menjaga keseimbangan permintaan dan penawarannya.

Pertama, mendukung Kementerian Sosial untuk tetap melanjutkan program

perlindungan sosial sepanjang tahun 2021 dengan target dan sasaran yang

lebih akurat serta mekanisme penyaluran bantuan yang lebih efisien.

Pemberian bantuan dalam bentuk barang (sembako) yang telah

menimbulkan permasalahan hukum bisa digantikan dengan cash transfer

kepada rekening penerima bantuan sehingga dana yang diperoleh dapat

dimanfaatkan secara fleksibel oleh masyarakat.

Pusat Penelitian Ekonomi LIPI merekomendasikan dan mendukung beberapa

langkah jangka pendek dan jangka menengah yang memungkinkan untuk segera

ditindaklanjuti pemerintah sebagai berikut:

Kelima, Kementerian Kesehatan dan Badan Ketahanan Pangan harus

semakin mengedukasi masyarakat terkait dengan diversifikasi pangan lokal

tidak saja untuk meningkatkan ketahanan pangan tetapi juga mencapai keseimbangan gizi rumah tangga.

Keenam, Bappenas dan BPS perlu menyusun dan melaksanakan survei

dan monitoring ketahanan pangan di level rumah tangga melalui SUSENAS

untuk memperoleh data dan informasi yang lebih detail dibandingkan data

indeks ketahanan pangan secara agregat.

Page 19: STRATEGI PENGUATAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA …

SUSUNAN RED AKSI P OLICY BRIEF

TIM PENGARAH

Tri Nuke Pudjiastuti

(Deputi Bidang IPSK - LIPI)

Agus Eko Nugroho

(Kepala Pusat Penelitian Ekonomi)

Carunia Mulya Firdausy

Latif Adam

Maxensius Tri Sambodo

TIM PENULIS

Editor:

Purwanto dan Esta Lestari

Koordinator Tim Penyusun Policy Brief:

Purwanto

Anggota:

Esta Lestari

Chitra Indah Yuliana

Achsanah Hidayatina

Felix Wisnu Handoyo

Nur Firdaus

Atika Zahra Rahmayanti

Eka Nurjati

Bintang Dwitya Cahyono

Rio Novandra

Alan Ray Farandy

LAY OUT

Tim Penulis

Page 20: STRATEGI PENGUATAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA …

Policy Brief

STRATEGI PENGUATAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA DAN

JARING PENGAMAN SOSIAL DI MASA PANDEMI COVID-19

Diterbitkan oleh:

Pusat Penelitian Ekonomi, Kedeputian Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial dan

Kemanusiaan, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

Gedung Widya Graha Lt. 4 & 5 Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 10

Jakarta Selatan, 12710

Telp.: 021 - 5207120 Email: [email protected]