Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA TANI JAGUNG DI DESA
MARAYOKA KECAMATAN BANGKALA KABUPATEN JENEPONTO
SUDARMIN
1059 60210115
SKRIPSI
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA TANI JAGUNG DI DESA
MARAYOKA KECAMATAN BANGKALA KABUPATEN JENEPONTO
SUDARMIN
1059 60210115
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Strata Satu (S-1)
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2019
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: Strategi
Pengembangan Usahatani Jagung di Desa Marayoka Kecamatan Bangkala
Kabupaten Jeneponto. Adalah benar merupakan hasil karya yang belum di
ajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi apapun. Semua sumber data
dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.
KATA PENGANTAR
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Alahamdulillahirabbil’alamin, segala puji hanya milik Allah SWT. Penulis
panjatkan kehadirat-Nya yang telah memberikan limpahan rahmat, karunia dan
kekuatan sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Salam dan salawat
senantiasa penulis haturkan kepada Rasulullah Muhammad SAW sebagai satu-
satunya uswa dan qudwah dalam menjalankan aktivitas keseharian di atas
permukaan bumi ini, juga kepada keluarga beliau, para sahabatnya, dan orang-
orang mukmin yang senantiasa istiqomah meniti jalan hidup ini, hingga akhir
zaman dengan Islam sebagai satu-satunya agama yang diridhai Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini, terwujud berkat uluran tangan dari insan-
insan yang telah digerakkan hatinya oleh Sang Khaliq untuk memberikan
dukungan, bantuan dan bimbingan bagi penulis. Oleh karena itu, penulis
menghaturkan terima kasih yang tak terhingga, atas segala bantuan moril dan
materil yang diberikan kepada penulis.
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang sedalam-dalamnya, penulis
sampaikan kepada:
1. Bapak dan Ibu saya yang tiada hentinya mendoakan, memberikan kasih
sayang yang luar biasa dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitan ini.
2. Dr. H. Burhanuddin, S.P.,M.P. selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar.
3. Dr. Sri Mardiyati, S.P,M.P. selaku Ketua jurusan agribisnis Universitas
Muhammadiyah Makassar, sekaligus sebagai pembimbing II yang tiada
hentinya memberikan motivasi kepada mahasiswa agribisnis agar segera
menyelesaikan studinya.
4. Dr. Ir. Kasifah, M.P. sebagai Pembimbing I dan Firmansyah, S.P.,. M.Si.
sebagai pembimbing 2 yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan
dan mengarahkan penulis di dalam penyusunan ini
5. Selaku penguji I Dr. Jumiati, S.P., M.M. dan penguji II Ardi Rumallang,
S.P., M.M. yang memberikan saran-saran pemikiran maupun motivasi kepada
penulis.
6. Bapak dan Ibu Dosen serta staf Tata Usaha Fakultas Pertanian Universitas
Islam Makassar yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan selama
penulis mengikuti kuliah serta membantu penulis yang bersangkutan dengan
administrasi;
7. Bapak Kepala di Desa Marayoka yang telah memberikan izin kepada
penulis untuk melakukan penelitian.
8. Keluarga yang tiada hentinya mendoakan, dan memotivasi penulis dalam
penelitian ini.
9. Rekan- rekan Mahasiswa Agribisnis serta sahabat-sahabat serta semua pihak
yang tidak dapat disebutkan satu- persatu oleh penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, dengan kerendahan hati, penulis menerima saran dan kritik yang
sifatnya konstruktif dari berbagai pihak demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT, penulis memohon ridha dan
magfirahnya, semoga segala dukungan serta bantuan semua pihak mendapat
pahala yang berlipat ganda disisi Allah SWT semoga karya ini dapat bermanfaat
kepada para pembaca, Amin.
Makassar,....Juli 2019
Panulis
Sudarmin
ABSTRAK
SUDARMIN. 105960210115. Strategi Pengembangan Usahatani Jagung di Desa
Marayoka Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto. Di bimbing oleh
KASIFAH dan FIRMANSYAH.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui strategi pengembangan usaha
tani di Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto.
Populasi dalam penelitian ini adalah petani jagung di Desa Marayoka
Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto yaitu sebanyak 225 orang petani.
Teknik penentuan sampel menggunakan Simple Random Sampling. Jumlah
sampel dalam penelitian ini adalah 20% dari total populasi .ini sesuai pendapat
Arikunto (2004), bahwa apabila populasi dibawah dari 100 maka seluruh populasi
dijadikan sampel dan apabila lebih dari 100 maka dapat diambil 20%. Jumlah
sampel dalam penelitian ini adalah 40 Responden.
Hasil penelitian menunjukkan Strategi pengembangan usahatani di Desa
Marayoka Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto menggunakan strategi SO,
dimana strategi ini digunakan untuk memanfaatkan kekuatan dan peluang yang
ada untuk meminimalkan kelemahan dan ancaman dengan Mengoptimalkan
penggunaan lahan dengan tenaga kerja terampil yang ada dan Menjalin
komunikasi baik antara petani,pemerintah dengan pedagang untuk informasi
pemasaran Faktor yang mempengaruhi pengembangan usahatani jagung di Desa
Marayoka Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto adalah faktor internal yang
meliputi: Tersedianya areal pengembangan jagung yang luas, keadaan lahan yang
mendukung dalam budidaya jagung, tersedianya tenaga kerja terampil, sarana
transportasi yang memadai, tidak membutuhkan keahlian khusus dalam budidaya,
lokasi usahatani jauh, modal petani masi lemah, dan faktor eksternal, diantaranya
:Permintaan pasar yang cukup besar, agroklimat lahan yang cukup baik untuk
budidaya jagung, usahatani jagung yang bisa memberikan keuntungan, gangguan
OPT, kualitas dan kuantitas produksi.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... ii
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
ABSTRAK ..................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL........................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii
BAB I. PENDAHULUN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belaka ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................... 5
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................ 5
1.4 Kegunaan Penelitian.................................................................... 5
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 7
2.1 Jagung ......................................................................................... 7
2.2 Pengertian Strategi ..................................................................... 7
2.3 Usaha Tani ................................................................................. 8
2.4 Strategi Pengembangan Usaha Tani............................................ 9
2.5 Analasis SWOT ........................................................................... 10
2.6 Kerangka Pikir ........................................................................... 17
BAB III. METODE PENELITIAN ............................................................. 19
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian .................................................... 19
3.2 Teknik Penentuan Sampel .......................................................... 19
3.3 Jenis dan Sumber Data .............................................................. 19
3.4 Teknik Pengumpulan data ........................................................ 20
3.5 Teknik Analisis Data .................................................................. 20
3.6 Definisi Operasional.................................................................... 21
BAB IV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN ......................................... 23
4.1 Kondisi Geografis ...................................................................... 23
4.2 Keadaan Iklim .............................................................................. 23
4.3 Kondisi Pertanian ....................................................................... 24
4.4 Kondisi Demografis ................................................................... 25
4.5 Keadaan Penduduk ....................................................................... 25
4.6 Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur ......................................... 25
4.7 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian ..................... 26
4.8 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan .................. 27
4.9 Kondisi Lokasi Penelitian ........................................................... 28
4.10 Sarana dan Prasana ..................................................................... 29
BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 30
5.1 Identitas Responden .................................................................... 30
5.1.1 Umur Responden ................................................................. 30
5.1.2 Tingkat Pendidikan ............................................................... 31
5.1.3 Pengalaman Usaha Tani ....................................................... 32
5.2 Faktor Internal Dan Eksternal .................................................... 33
5.3 Strategi ........................................................................................ 36
5.4 Analisis SWOT ........................................................................... 39
5.5 Tahapan Analisis ........................................................................ 40
5.6 Faktor Pengembangan Usahatani Jagung .................................... 45
BAB VI KESIMPULAM DAN SARAN ................................................... 47
6.1 Kesimpulan ................................................................................ 47
6.2 Saran ........................................................................................... 48
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
NO Teks HALAMAN
1. Perkembangan jagung di Kabupaten Jeneponto
periode 2012-2017 ....................................................................... 4
2. Contoh matrik SWOT .................................................................. 15
3. Identitas responden berdasarkan jenis kelamin di desa Marayoka
Kecamantan Bangkala Kabupaten Jeneponto 2019 .................... 25
4. Identitas responden berdasarkan tingkat umur di Desa Marayoka
Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto 2019 ...................... 26
5. Komposisi penduduk menurut bidang usaha di Desa Marayoka
Kecamatan Bangkala kabupaten Jenenponto, 2019 .................. 27
6. Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa Marayoka
Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto ................................ 28
7. Sarana dan prasarana di Desa Marayoka Kecamatan Bangkala
Kabupaten Jenepont Tahun 2019 ................................................. 29
8. Identitas responden bersadarkan umur di Desa marayoka Kecamatan
Bangkala Kabupaten Jeneponto, 2019 ........................................ 30
34
9. Identitas responden bersadarkan tingkat pendiddikan di Desa
MarayoKa Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto,2019 .... 31
10. Jumlah tanggungan keluarga di Desa marayoka Kecamtan Bangkala
Kabupaten Jeneponto tahun 2019 ................................................ 32
11. Pengalaman usahatani di Desa Marayoka Kecamatan Bangkala
Kabupaten Jeneponto Tahun 2019 ............................................... 33
12. Hasil identifikasi data internal dan eksternal di desa Marayoka
Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto,2019 ...................... 34
13. Faktor-faktor yanga menjadi kekuatan,kelemahan,peluang dan
ancaman terhadapa pengembangan jagung di Desa Marayoka
Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto Tahun 2019 ........... 35
15. Faktor strategi internal ................................................................ 40
16. Faktor strategi eksternal .............................................................. 42
14. Matrik SWOT IFAS DAN EFAS .............................................. 44
DAFTAR GAMBAR
No Teks Halaman
1. Diagram analisis SWOT ............................................................. 13
2. Alur kerangka berfikir .................................................................. 18
4. DiSagram strategi SWOT IFAS/EFAS ....................................... 37
2. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jagung ( zea mays L ) merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi
kehidupan manusia dan merupakan komoditi tanaman pangan kedua setelah
padi.akhir akhir ini tanaman jagung semakin meningkat penggunaannya, sebab
hampir seluruh bagian tanaman dapat di mamfaatkan untuk berbagai macam
keperluan seperti pembuatan pupuk kompos, kayu bakar, turus ( lanjarang ),
bahan kertas dan sayuran ( anonim, 2007 ) bahan dasar / bahan olahan untuk di
gunakan minyak goreng, tepung maizena, ethanol, dextrin, aseton, gliserol,
perekat, tekstil dan asam organik bahan bakar nabati ( dinas pertanian dan
kehutanan jeneponto, 2008).
Tanaman jagung memilik banyak fungsi yang lain. Purwanto (2007),
mengemukakan bahwa hampir seluruh bagian tanaman jagung dapat di
mamfaatkan untuk berbagai macam keperluan. Batang dan daung tanaman yang
masih muda dapat digunakan untuk pakan ternak , yang tua (setelh dipanen) dapat
digunakan untuk pupuk hijau atau kompos. Kegunaan lain dari jagung adalah
sebagia pakan ternak, bahan baku farmasi, dextrin, perekat, tekstil, minyak
goreng, dan etanol.
Dewasa ini pemerintah indonesia terus meningkatkan perhatian terhadap
peningkatan produksi jagung untuk memenuhi kebutuhan lokal dan untuk ekspor.
Sulawesi selatan berada peringkat kelima daerah penghasil jagung di indonesia,
memberikan kontrubusi 7% dari total produksi jagung nasional. Rata - rata total
jagung yang diproduksi didaerah ini pada tahun 2009 adalah seluas 213.818
dengan produksi 650.832 ton, atau setara dengan 3.40 ton/Ha. Potensi hasil utama
menggunkan jagung kuning, meningkatlkan teknis budidaya dalm usahatani
jagung dan meningkatkan peran lembaga tani. ( Badan Litbang Pertanian, 2014).
Provinsi Sulawes Selatan adalah salah satu penghasil jagung terbesar di
indonesia. Produksi jagung di Sulwesi selatan tahun 2011 sebanyak 639, 555 ton.
Areal tersebut tersebar pada beberapa Kabuapten, seperti Bone, Sinjai,
Bulukumba, Bnataeng, Jeneponto, Takalar dan Gowa. Selama ini, potensi jagung
di Sulawesi Selatan terbilang besar dengan lahan yang luas yakni 303,812 Ha
yanh tersebar diseluruh wilayah Sulawesi selatan (Badan Litbang Pertanian,
2014).
Kabupaten Jeneponto sebagai salah satu wilayah provinsi Sulawesi Selatan
yang mayoritas masyarakatnya adalah petani, mempunyai permasalahan pertanian
yang kompleks, sehingga memerlukan acuan optimalisasi sumberdaya usahatani
untuk peningkatan pendapatan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten
Jeneponton 2018, menunjukkan luas apanen, produksi dan rata-rata produksi
tanaman jagung dari luas panen pada tahun 2016 adalah 52.182 Ha dan diperoleh
hasil 261.829,12 ton sedangkan tahun 2017 produksinya mengalami peningkatan
menjadi 473.630,83 ton atau naik sekitar 17%. Luas panen mengalami
peningkatan selama periode tahun (2012-2017), demikian pula produksinya
mengalami peningkatan yaitu tahun 2012 sebesar 10,86 % sedang tahun 2013 naik
sebesar 17,74 %. Salah satu Kecamatan yang memiliki luas panen komoditi
jagung di Kabupaten Jeneponto adalah Kecamatan Bangkala dimana tahun 2016
seluas 52.182 Ha dan tahun 2017 sebesar 70,252 Ha. Luasan panen tersebut
disupali dari berbagai desa yang di Kecamatan Bangkala, dimana jika melihat
data jumlah penduduk serta luasan wilayah yang ada maka dapat dikatakan bahwa
desa Marayoka merupakan salah satu desa yang menjadi pilar utama dalam
peningkatan luasan produksi serts produksi jagung setiap tahunnya. Desa
Marayoka memiliki luas wilayah 2,384,16 Ha derngan jumlah penduduk sebanyak
3,631 jiwa. Hal ini, juga didukung oleh kondisi masyarakat yang mayoritas
sebagai petani jagung dan padi.
Melihat potensi yang ada di desa Marayoka dalam hal usahatani jagung
sangat penting dilakukan penelitian lebih lanjut guna mengkaji dan menganalisa
peluang pengembangan usahatani jagung yang berlokasi di Desa Marayoka
Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto, mengingat tanaman jagung adalah
tanaman pangan yang memilik nilai guna yang besar sehingga sangat penting
dilakukan upaya-upaya perombakan dalam usahatani disektor komoditi jagung.
Petani di Desa Marayoka Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto
selama ini meningkatkan produksi jagungnya karena adanya kebijakan pemerintah
dalam hal penyediaan bahan baku seperti bibit dan dibantu oleh tenaga pedagang
dari segi modal, memberikan informasi harga dan juga dibantu penyuluh
pertanian mengenai budidaya jagung, produksi jagung, dan teknologi jagung. Ini
semuanya diberikan Petani di Desa Marayoka Kecamatan Bangkala dalam rangka
pengembangan usahatani jagung Jeneponto. Di samping itu, pemerintah setempat
juga membantu menyediakan bibit unggul jagung kuning, saprodi dan lain-lain
meskipun bantuan tersebut belum mampu memenuhi kebutuhan masyarakat
secara keseluruhan dalam mengembangkan usahataninya.
Adapun data 6 tahun terakhir perkembangan jagung Kabupaten Jeneponto
dapat dilihat tabel 1 yaitu sebagai berikut :
Tabel 1 Luas Tanam, Luas Panen, Produksi, Produktivitas Jagung di Kabupaten
Jeneponto Periode 2012 – 2017.
No. Tahun Luas Tanam
(Ha)
Luas Panen
(Ha)
Produksi
(Ton)
Produktivitas
Rata-rata
(Ton/Ha)
1
2
3
4
5
6
2012
2013
2014
2015
2016
2017
52.149
53.466
49.792
52.279
52.189
70.252
51.877
53.466
49.792
52.279
52,182
70,252
275.982,54
345,332,00
264,764,68
261,270,54
261.859,12
473.640.83
5.29
5,90
5,32
5,41
5,46
7,45
Sumber : Dinas Pertanian Jeneponto, 2018.
Berdasarkan pada Tabel 1 nampak dalam kurung waktu 6 tahun terakhir
luas areal pertanaman jagung menunjukkan bahwa pada tahun 2014-2016 tingkat
produksi jagung menurun. Akan tetapi pada Tahun 2017 jumlah meningkatkan
pesat sebanyak 473,640,83/ ton dengan rata rata 7,45 ton/ha., BPS Jeneponto
(2018). Produksi tersebut menunjukkan bahwa komposisi perkembangan jagung
di Kecamatan Bangkala cukup besar.
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas mendorong peneliti untuk
mengkaji tentang strategi pengembangan usahatani jagung yang berlokasi di
Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto, mengingat tanaman jagung adalah
tanaman pangan yang tidak mudah diadakan perombakan apabila terjadi kerugian
dalam usahatani. Untuk itu strategi pengembangan harus dirumuskan secara
cermat agar tujuan peningkatan pendapatan serta kesejahhteraan petani dapat
tercapai
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana strategi dalam pengembangan usahatani jagung di Desa
Marayoka?
2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pengembangana usahatani
jagung di Desa Marayoka Kecamatan Bangakala Kabupaten Jeneponto?
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Sampai dengan latar belakang dan rumuan masalah pokok di atas maka
penelitian ini bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui strategi dalam pengembangan usahatani jagung di Desa
Marayoka Kabupaten Jeneponto.
3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi pengembangan usahatani jagung
di Desa Marayoka Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto.
1.4 Kegunaan Penelitian
Untuk memperluas wawasan ilmu pengetahuan penulis maupun kalangan
peneliti lainnya yang berhubungan dengan pengembangan jagung dan
produksinya.
Sebagai bahan penulisan tesis dan merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh sarjana pertanian di Universitas Muhammadiyah Makassar.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk
meningkatkan pengembangan jagung di Desa Marayoka, khususnya kepada petani
yang menggunakan varietas jagung.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Jagung (Zea mays L.)
Jagung (Zea mays L.) sebagai salah satu komoditas pangan terus
mengalami kenaikan dalam hal permintaan seiring dengan bertambahnya jumlah
penduduk. Jagung selain sebagai bahan pangan juga mensuplai bahan baku energi
nabati. Hal tersebut dapat tercermin dari masih tingginya permintaan jagung dari
beberapa importir seperti India dan China sedangkan Amerika Serikat dan
Australia sebagai produsen jagung terbesar dunia belum mampu memenuhi
kebutuhan jagung dalan negeri mereka. Permintaan jagung di Indonesia
meningkat sebagai tahunnya sehingga peluang ekspor semakin terbuka
dikarenakan negara penghasil jagungb membatasi ekspor jagung (Azrai , 2013)
Di Indonesia jagung mempunyai hibrida masa depan yang cerah untuk
dikembangkan, baik untuk memenuhi kebutuhan bahan baku makanan sehari –
hari maupun bahan baku industri. Mengingat akan pentingnya jagung sebagai
bahan makan pokok dan bahan baku industri, terutama industri pakan ternak,
peningkatan produksi jagung melalui penanaman jagung unggul jenis hibrida
tidak perlu dikhawatirkan masalah pemasarannya. Produksi jagung hibrida
umumnya bisa mencapai 6 ton / Ha. (Warisno, 2000).
2.2 Pengertian Strategi
Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa
meningkat) dan terus menerus, yang dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang
tujuan yang diharapkan.
a. Menurut Wright (1996)
Stretegi merupakan suatu alat atau tindakan yang digunakan oleh
manajemen untuk mencapai kinerja yang konsisten dengan misi dan tujuan
organisasi.
b. Menurut Johnson and Scholes
Strategi merupakan arah serta ruang lingkup sebuah organisasi dalam jangka
panjang yang mencapai keuntungan bagi organisasi melalui konfigurasi sumber
daya dalam lingkungan yang menantang, Agar memenuhi keperluan pasar serta
melengkapi harapan pemangku kepentingan.
2.3 Usahatani
Usahatani adalah kegiatan usaha manusia untuk mengusahakan tanahnya
dengan maksud untuk memperoleh hasil tanaman atau hewan tanpa
mengakibatkan berkurangnya kemampuan tanah yang bersangkutan untuk
memperoleh hasil selanjutnya (Adiwilaga, 2000).
Menurut Mubyarto (1986) dan Soekartawi (1987), biaya usaha tani
dibedakan menjadi: Biaya tetap (fixed cost): biaya yang relatif tetap jumlahnya,
dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit.
Yang termasuk biaya tetap adalah sewa tanah, pajak, alat pertanian, dan iuran
irigasi; Biaya tidak tetap (variable cost): biaya yang besar kecilnya dipengaruhi
oleh produksi yang diperoleh, seperti biaya saprodi (tenaga kerja, pupuk,
pestisida, dan bibit).
Pendapatan kotor usahatani atau penerimaan usahatani sebagai nilai
produksi total usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual maupun
yang tidak dijual. Untuk menaksir komoditi atau produk yang tidak dijual,
digunakan nilai berdasarkan harga pasar yaitu dengan cara mengalikan produksi
dengan harga pasar (Soekartawi, dkk, 2000).
Soeharjo dan Patong (1973) dan Hernanto (1989), menyatakan Penerimaan
usahatani dapat berupa: (1) hasil penjualan tanaman, ternak,ikan atau produk yang
akan dijual: (2) produk yang dikomsumsi keluarga dan pengusaha selama
melakukan kegiatan: (3) dan kenaikan nilai investasi.
2.4 Strategi Pengembangan Usaha Tani
Strategi pengembangan usahatani jagung di Desa Marayoka perlu
didasarkan pada dukungan teknologi dan pendekatan partisipatif. Dukungan
teknologi dibutuhkan untuk membuat sistem usaha tani menjadi lebih efektif dan
efisien serta berdaya hasil tinggi, sedangkan pendekatan partisipatif ditujukan agar
masyarakat dapat ambil bagian dalam proses pengambilan keputusan atau secara
aktif melakukan pemahaman tentang kondisi kehidupan mereka sehingga tercipta
rencana dan tindakan yang berhasil guna, Saragih (2002). Berdasarkan
karakteristik wilayah dan kondisi sosial masyarakat di Desa Marayoka, seperti
kebutuhan bahan makanan pokok, status kepemilikan lahan, curahan tenaga kerja,
kebiasaan dan pengalaman petani.
Strategi pengembangan jagung meliputi ekstensifikasi lahan pertanian,
penggunaan inovasi teknologi budi daya, dan mitra usaha tani. Ekstensifikasi
lahan pertanian masih sangat dimungkinkan karena potensi lahan yang tersedia
cukup luas. Kendala utama ekstensifikasi adalah minimnya jumlah tenaga kerja
keluarga. Oleh karena itu, selain mengoptimalkan sumber daya manusia,
diperlukan alat dan mesin pertanian. Pembukaan lahan yang dimotori oleh
organisasi keagamaan dan lembaga swadaya masyarakat terbukti mampu
meningkatkan luas panen secara nyata. Introduksi alsintan perlu didukung dengan
sarana prasarana lain, seperti perbengkelan, kios penjual suku cadang, dan jalan.
Inovasi teknologi diarahkan untuk memperbaiki teknologi budi daya yang
diterapkan petani. Teknologi yang perlu diintroduksikan kepada petani adalah
pemupukan organik dan anorganik sesuai takaran anjuran dan pengendalian
OPTsecara terpadu. Pengairan dengan memompa air permukaan atau air tanah
dapat dikaji sebagai upaya mengatasi kekurangan air pada musim kemarau. Mitra
usaha diperlukan untuk menampung produksi jagung dengan harga yang layak
serta menyediakan saprodi dengan harga terjangkau. Mitra difasilitasi oleh
pemerintah daerah agar pelaksanaannya saling menguntungkan.
2.5 Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah analisis kondisi internal maupun eksternal suatu
organisasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang
strategi dan program kerja. Analisis internal meliputi penilaian terhadap faktor
kekuatan (strength) dan kelemahan (weakness). Sementara, analisis eksternal
mencakup faktor peluang (opportunity) dan tantangan (threaths) (Rangkuti,
2016).
Kekuatan (Strenght) kekuatan adalah unsur-unsur yang dapat diunggulkan
oleh perusahaan tersebut seperti halnya keunggulan dalam produk yang dapat
diandalkan, memiliki keterampilan yang juga dapat diandalkan serta berbeda
dengan produk lain yang mana dapat membuatnya lebih kuat dari para
pesaingnya. Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan, atau keunggulan
keunggulan lain relatif terhadap pesaing dan kebuhrhan pasar yang dilayani atau
ingin dilayani oleh perusahaan. Kekuatan adalah kompetensi khusus yang
memberikan keunggulan komparatif bagi perusahaan di pasar. Kekuatan dpat
terkandung dalam sumber daya, keuangan, citra, kepemimpinan pasar, hubungan
pembeli-pemasok, dan faktor-faktor lain.
Kelemahan (Weakness) kelemahan adalah kekurangan atau keterbatasan
dalam hal sumber daya yang ada pada perusahaan baik itu keterampilan atau
kemampuan yang menjadi penghalang bagi kinerja organisasi. Keterbatasan atau
kekurangan dalam sumber daya, keterampilan dan kapabilitas ang secara serius
menghambat kinerja efektif perusahaan. Fasilitas, sumber daya keuangan,
kapabilitas manajemen, keterampilan pemasaran, dan citra merek dapat
merupakan sumber kelemahan.
Peluang (Opportunity) peluang adalah berbagai hal dan situasi yang
menguntungkan bagi suatu perusahaan. Situasi penting yang menguntungkan
dalam lingkungan perusahaan, kecenderungan-kecenderungan penting merupakan
salah satu sumber peluang. Identitifikasi segmen pasar yang tadinya terabaikan,
perubahan pada situasi persaingan atau perafuran, perubahan tekhnologi, serta
membaiknya hubungan dengan pembeli atau pemasok dapat memberikan peluang.
Ancaman (Treats) Ancaman adalah faktor-faktor lingkungan yang tidak
menguntungkan dalam perusahaan jika tidak diatasi maka akan menjadi hambatan
bagi perusahaan yang bersangkutan baik masa sekarang maupun yang akan
datang. Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi sekarang atau yang
diinginkan perusahaan. Masuknya pesaing baru, lambatnya pertumbuhan pasar,
meningkatnya kekuatan tawar-menawar pembeli atau pemasok penting,
perubahan tekhnologi, serta peraturan baru atau yang direvisi dapat menjadi
ancaman bagi keberhasilan perusahaan.
Menurut Rangkuti (2016), menyatakan analisis faktor strategis eksternal
difokuskan pada kondisi yang ada dan kecenderungan yang muncul dari luar,
tetapi dapat memberi pengaruh kinerja organisasi. Setelah mengetahui faktor-
faktor strategi eksternal, selanjutnya susun tabel faktor-faktor Strategis Ekstemal
(External Strategic Factors Analysis Summary/EFAS), dengan langkah sebagai
berikut :
1. Menyusun faktor kekuatan/peluang dan kelemahan/ancaman pada kolom 1.
2. Memberikan bobot masing-masing faktor pada kolom 2,mulai dari 1,0 (sangat
penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Bobot dari semua faktor strategis
yang berupa kekuatan, peluang dan kelemahan/ancaman ini harus berjumlah
satu (1)
3. Menghitung rating dalam (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor
dengan memberi skala mulai dari 4 (sangat buVoutstanding) sampai dengan 1
(sangat tidakbaik/poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut pada kondisi
organisasi. Pemberian nilai rating untuk kekuatan/peluang bersifat positif,
artinya peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya
kecil diberi nilai +1. Sementara untuk rating kelemahan ancaman bersifat
sebaliknya yaitu jika nilai ancamannya besar, maka ratingnya -4 dan jika nilai
ancamannya kecil, maka nilainya -1.
4. Mengalikan bobot faktor pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3. Hasilnya
adalah skor pembobotan untuk masing-masing faktor.
5. Menghitung jumlah skor pembobotan. Nilai ini adalah untuk memetakan
posisi organisasi pada diagram analisa SWOT.
Analisis faktor strategis internal adalah analisis yang menilai
prestasi/kinerja yang merupakan faktor kekuatan dan kelemahan yang ada untuk
mencapai tujuan organisasi. Seperti halnya pada Analisis Faktor Strategis
Ekstemal, maka dengan cara yang sama menyusun tabel faktor-faktor strategis
internal (Internal Strategic Factors Analysis Summary/ IFAS).
Menurut Rangkuti (2016), nilai dari hasil pembobotan tersebut kemudian
dicocokkan pada gambar diagram SWOT :
Opportunity
(-,+) (+,+)
Ubah strategi Progresif
Kuadran II Kuadran I
Weakness Strength
kuadran IV Kuadran III
(-,-) (+,-)
Bertahan Difersifikasi
Threath
Gambar 1. Diagram SWOT
Kuadran I (positif, positif) Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang
kuat dan berpeluang, Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif,
artinya organisasi dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat
dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan
meraih kemaiuan secara maksimal.
Kuadran II (positif, negative) Posisi ini menandakan sebuah organisasi
yang kuat nilmun menghadapi tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang
diberikan adalah Diversifikasi Strategi, artinya organisasi dalam kondisi mantap
namun menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga diperkirakan roda
organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus berputar bila hanya bertumpu
pada strategi sebelumnya. Oleh karenanya, organisasi disarankan untuk segera
memperbanyak ragam strategi taktisnya.
Kuadran III (negatif, positif) Posisi ini menandakan sebuah organisasi
yang lemah namun sangat berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan
adalah Ubah Strategi, artinya organisasi disarankan untuk mengubah strategi
sebelumnya. Sebab, strategi yang lama dikhawatirkan sulit untuk dapat
menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja organisasi.
Kuadran IV (negatif, negatif) Posisi ini menandakan sebuah organisasi
yang lemah dan menghadapi tantangan besar. Rekomendasi strategi yang
diberikan adalah Strategi Bertahan, artinya kondisi intemal organisasi berada
pada pilihan dilematis. Oleh karenanya organisasi disarankan untuk
meenggunakan strategi bertahan mengendalikan kinerja intenal agar tidak
semakin terperosok. stategi ini dipertahankan sambil terus berupaya membenahi
diri.
Alat yang diguanakan menyusun faktor-faktor strategis perusahaan adalah
matriks SWOT. Matriks ini menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan
ancaman internal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan
kelemahan internal yang dimiliki. Matriks ini dapat menghasilkan empat set
kemungkinan alternatif strategis, seperti pada Tabet l. berikut:
Tabel 2. Matrik SWOT (IFAS DAN EFAS).
Faktor internal
Faktor Eksternal
STENGTHS (S)
Tentukan faktor-faktor
Kekuatan
WEAK NESSES (W)
Tentukan faktor-faktor
Kelemahan
OPPORTUNITIES (O)
Tentukan faktor-faktor
peluang
STRATEGI SO
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk mendapatkan
peluang.
STRATEGI WO
Menciptakan strategi
yang meminimalkan
kelemahan untuk
memanfaatkan peluang
THREARTS (T)
Tentukan faktor-faktor
ancaman
STRATEGI ST
Ciptakan strategi yang
menggunakan kekuatan
untuk mengatasi ancaman
STRATEGI WT
Mengatasi kelemahan
dan ancaman untuk
mendapatkan peluang
dan kekuatan.
Sumber: Analisa SWOT Rangkuti (1999)
a. Strategi SO: Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran masyarakat,
yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekutan untuk merebut dan
memanfaatkan peluang yang sebesar-besarnya.
b. Strategi ST: Adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang
dimiliki perusahan untuk mengatasi anacaman.
c. Strategi WO: Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang
yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
d. Strategi WT: Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat
defensive dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta
menghindari ancaman.
Berdasarkan Analisis SWOT merupakan metode yang digunakan untuk
mengevaluasi kekuatan-kekuatan (strengths), kelemahan-kelemahan
(weaknesses), kesempatan-kesempatan (opportunities) dan ancaman-ancaman
(threats) dalam satu proyek, program, atau unit-unit organisasi. Keempat faktor
itulah yang membentuk akronim SWOT (strengths, weaknesses, opportunities,
dan threats) ( Vincent, 2012).
Menurut Vincent Gasperscz (2012), mengemukakan bahwa analisis
SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang
mempengaruhi keempat faktornya, dimana aplikasinya adalah : (a) bagaimana
kekuatan-kekuatan (strengths) yang ada dapat dipergunakan untuk menciptakan
kesempatan-kesempatan (opportunities) yang ada ? (b) bagaimana cara mengatasi
kelemahan-kelemaahan (weaknesses) yang ada agar meningkatkan atau
menciptakan kesempatan-kesempatan (opportunities) yang ada ? (c) selanjutnya
bagaimana kekuatan-kekuatan (strengths) mampu menghadapi dan menangkal
ancaman-ancaman (threats) yang ada ? (d) dan terahir adalah bagaimana cara
mengatasi kelemahan-kelemahan (weaknesses) yang mampu menghindarkan dari
ancaman (threats) yang mungkin terjadi ?
2.6 Kerangka Pikir
Dewasa ini, kerangka acuan bagi pembangunan wilayah selalu dikaitkan
dengan potensi sumber daya untuk dikembangkan secara lebih luas sesuai dengan
karakteristik dan kemampuan wilayah atau pembangunan daerah merupakan
langkah awal yang sangat penting dalam pengembangan agribisnis tanaman
pangan. Agribisnis tanaman pangan merupakan salah satu sumber baru disektor
pertanian. Secara umum konsepsi pengembangan tanaman pangan termasuk
jagung telah mengarah pada sistem agribisnis. Namun dalam penerapan banyak
kendala yang dihadapi dalam usahatani jagung, sehingga sistem agribisnis belum
secara utuh dapat terwujudkan.
Dalam pengembangan usahatani yang sesuai dengan visi mewujudkan
kemampuan berkompetensi, peningkatan produksi, produk yang berkualitas
sehingga dapat bersaing baik di pasar domestik maupun internasional serta
meningkatkan kesejahteraan masyarakat maka strategi dan kebijakan yang ada
perlu dievaluasi, guna menetapkan perencanaan yang lebih sesuai.Pendekatan
masalah dalam penelitian ini berupa evaluasi kondisi perkembangan usahatani
yang telah dikembangkan khususnya untuk tanaman jagung. Kajian dilakukan
melalui sistem melalui sub sistem usahatani, pengolahan dan pemasaran hasil
serta sub sistem penunjang.
Gambar 2. Alur kerangka pikir strategi pengembangan usahatani jagung
Faktor Eksternal
Peluang
Ancaman
Faktor Internal
Kekuatan
Kelemahan
Pengembangan usaha masih
berorientasi pada produksi
Analisi SWOT
Strategi penembangan
usahatani jagung
Alternatif usahatani jagung
Kebijakan Pembangunan Pertanian
III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Marayoka Bangkala Kabupaten
Jeneponto. Penetapan Lokasi penelitian dengan mempertimbangkan bahwa
Kecamatan Bangkala merupakan daerah sentra jagung di Jeneponto. Waktu
penelitian dilaksanakan selama 1 - 2 bulan yaitu dari juli sampai september 2019.
3.2 Teknik Penentuan Sampel/ Informan
Populasi dalam penelitian ini adalah petani jagung di Desa Marayoka
Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto, yang beranggotakan 9 kelompok tani
yang bergabung dalam 1 Gapoktan. Masing-masing satu kelompok tani
beranggotakan 25 orang petani. Sehingga populasi penelitian ini adalah 225 orang
petani. Penentuan sampel petani dilakukan secara purposive dengan mengambil 4
orang kelompok tani yaiu ; ketua, sekretaris, bendahara dan 1 orang anggota,
sehingga jumlah sampel dari semua kelompok tani sebanyak 36 orang, selain itu
diambil secara purposive 4 orang dari pengurus Gapoktan, sehingga total sampel
dari penelitian adalah 40 orang.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Metode yang digunakan adalah survei data yang melalui analisa dokumen,
observasi, wawancara dan dokumentasi. Tahapan yang dilakukan dalam rangka
mengumpulkan data adalah sebagai berikut:
penelitian ini menggunakan 2 (dua) jenis data sebagai bahan pembahasannya,
yang meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari jawaban
responden dan kondisi fisik di lapangan yang didapatkan saat penelitian yang
menyangkut obyek penelitian.
Sebagai pendukung indentifikasi faktor internal maupun eksternal,
diperlukan data sekunder yang diperoleh dari data analisa dokumen yang
bersumber dari lembaga terkait seperti dinas pertanian, kantor ketahanan pangan
dan lain sebagainya.
3.4 Teknik Pengumpulan data
1. Pengamatan ( Observasi ), dilakukan dilapangan untuk lebih mengetahui
kondisi pertanaman maupun permasalahan yang ada di Desa Marayoka
Kecamatan Bangkala.
2. Wawancara dilakukan kepada petani responden yang menjadi sampel.
3. Dokumentasi,Mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis dengan
cara membaca literatur, tulisan,maupun dokumen yang dianggap peneliti
berkenan dengan penelitinya yang sedang diteliti
3.5 Teknik Analisa Data
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini mengggunakan analisis
situasi model analisis SWOT. Dimana analisis SWOT digunakan untuk
mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi
perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan
kekuatan (strengh), dan peluang (opportunity), namun secara bersamaan dapat
meminimalkan kelemahan dan ancaman. Menurut Nugroho, ( 2001 ), bahwa
tahapan analisis SWOT adalah:
1. Mengidentifikasi masalah Visi dan Misi dari institusi
2. Mengidentifikasi peluang ( Opportunities ) dan ancaman ( Threats )
3. Mendeterminasi faktor kunci keberhasilan ( Key succes factor) untuk
memanfaatkan peluang dan menghadapi ancaman.
4. Mengevaluasi kondisi internal ( Kekuatan dan kelemahan ) yang ada di
dalam perusahaan atau organisasi.
Alat yang digunakan untuk menyusun faktor – faktor strategi adalah
matrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang
dan ancaman eksternal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan
kelemahan internal yang dimiliki. Dikatkan oleh Rangkuti ( 2001 ), bahwa
sebelum membuat matrik faktor strategi eksternal terkebih dahulu perlu
menentukan External Strategie Analysis Summary ( EFAS ) dan Internal Strategi
Analysis Summary (IFAS) dengan cara sebagai berikut
3.6 Definisi Operasional
Untuk menghindari salah pengertian dalam kepentingan penelitian maka
digunakan batasan operasional dan pengukuran variabel sebagai berikut:
a. Strategi adalah perencanaan induk yang komprehensip yang menjelaskan
bagaimana perusahaan akan mencapai tujuan yang telah ditetapkan
berdasarkan misi yang telah ditentukan sebelumnya.
b. Jagung adalah komoditas tanaman pangan, yaitu jagung kuning dari varietas
hibrida yang khusus ditanam untuk dijual oleh petani.
c. Usahatani adalah suatu kegiatan bercocok tanam yang meliputi mulai dari
pengolahan lahan hingga panen.
d. Perencanaan Strategis adalah rencana yang difokuskan pada keputusan
strategis dan alokasi sumber daya dalam kaitannya dengan pencapaian jangka
panjang perusahaan dan biasanya memiliki periode perencanaan lebih dari 1
tahun.
e. Pengembangan adalah upaya yang dilaksanakan untuk menambah luas areal
jagung dari luasan yang telah ada.
f. Agribisnis adalah suatu bentuk usaha khusus komoditas pertanian dalam
artiluas (tanaman, ternak, ikan, dan hasil olahannya) yang meliputi berbagai
sub sistem.
g. Kinerja usahatani adalah diukur berdasarkan tingkat hambatan yang dihadapi
parap rodusen dalam menghasilkan produksi.
h. Tingkat hambatan adalah tingkat kesulitan yang dihadapi pengusaha pada
berbagai variasi factor yang yang mengakibatkan tidak tercapainya tujuan
yang diinginkan.
i. Produksi adalah hasil panen yang dicapai oleh petani dari hasil usahatani.
IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1 Kondisi Geografis
Luas wilayah didesa Marayoka Kecamatan bangkala Kabupaten Jeneponto
2,384,16 Ha yang terdapat 6 Dusun yaitu Dusun Bonto lebang, Bonto kanayya
selatan dan Utara,Bonto tinggi,Batu menteng selatan dan Utara batas desa
marayoka kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto yaitu sebagai berikut:
- Sebelah Timur perbatasan dengan desa Bonto Ramba
- Sebelah Selatan perbatasan dengan desa Kapita
- Sebelah Utara Perbatasan dengan desa Pappalluang
- Sebelah Barat perbatasan dengan Gunung Silanu
4.2 Keadaan Tanah dan Iklim
Berdasarakan catatan dari Subdin Pengairan Dinas PU Pemukiman dan
Perasarana Wilayah Kabupaten Jeneponto, bahwa didesa Marayoka, Kecamatan
Bangkla, Kabupaten Jeneponto 2008 memiliki curah hujan 1503 mm / tahun,
dengan suhu udara rata-rata 19 ⁰c ( Maksimal 20 ⁰c dan Minimum 14 ⁰ c ) pada
ketinggian di atas permukaan Laut 1.500 meter, musim hujan dengan angin barat
jatuh pada bulan Oktober sampai Maret, musim hujan dan barat pada bulan
Oktober sampai Maret, sedangkan musim hujan dengan angin timur jatuh pada
bulan April sampai September. Dengan adanya kedua musim tersebut sangat
menggatung dengan sektor Pertanian.
4.3 Kondisi Pertanian
Pertanian dalam arti luas mencakup semua kegiatan yang melibatkan
pemanfaatan makhluk hidup untuk kepentingan manusia, dalam arti sempit
pertanian juga diartikan sebagai kegiatan pemanfaatan sebidang lahan untuk
membudidayakan jenis tanaman tertentu.
Semua kegiatan pertanian pada dasarnya adalah kegiatan ekonomi
sehingga memerlukan dasar-dasar yang sama akan pengelolaan tempat usaha. Dua
ciri pertanian selalu melibatkan barang dan volume besar dan proses produksi
memiliki resiko yang cukup tinggi, ciri khas ini muncul karena melibatkan
makhluk hidup dalam satu atau beberapa tahapan serta memerlukan ruang untuk
kegiatan produksi tersebut.
Pertanian tanaman holtikultura merupakan salah satu sektor dimana
produk yang dihasilkan menjadi kebutuhan hidup masyarakat Kabupaten
Bulukumba sebagian tanahnya merupakan tanah pertanian yang memiliki potensi
yang cukup baik bagi perkembangan tanaman holtikultura dan agroindustri. Petani
dengan luas pemilikan tanah garapan yang sempit, lemah dalam permodalan,
lemah dalam pengetahuan juga kerap kali lemah di dalam semangat dan
keinginannya untuk maju. Dalam hal ini, petani yang mempunyai lahan sempit
akan sulit meneraapkan setiap teknologi baru yang dianjurkan penyuluh biasanya
petani yang mempunyai lahan yang luas akan semakin cepat mengadopsi inovasi
karena kemampuan ekonominya lebih baik.
4.4 Kondisi Demografis
4.5 Keadaan Penduduk
Penduduk merupakan subjek sekaligus objek pembangunan apabila di
manfaatkan secara maksimal akan menjadi potensi sangat strategi untuk
memajukan Bangsa ,dan Negara. Penduduk modal dasar bagi perkembangan
dalam skala nasional. Untuk mengetahui keadaan di Desa Marayoka dapat dilihat
dari segi umur, jenis kelamin,pendidikan, an jenis matah pencaharian.
Desa Marayoka, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto memiliki
jumlah penduduk 3.631 jiwa, yang terdiri atas Laki-Laki 1.766 jiwa dn perempuan
1.865 jiwa. Untuk mengetahui penyebaran penduduk menurut jenis kelamin dapat
dilihat pada dibawah ini :
Tabel 3 : Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Marayoka
Kecamatan Bangkala,Kabupaten Jeneponto Tahun 2019.
Jenis
Kelamin
Jumlah
( Jiwa )
Persentase
( % )
Laki – laki
Perempuan
1.766
1.865
48,64
51,36
Jumlah 3,631 100,00
3.2 Sumber; Monografi Desa Marayoka, 2019.
4.6 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Umur
Penyebaran penduduk menurut tingkat umur yang mendominasi umur
antara 26-30 dengan jumlah 976 jiwa,dari usia tersebut masih termasuk produktif
atau masih kuat bekerja ,lalu di ikuti anara umur 31-35 dengan jumlah 519 jiwa,
usia ini juga masih produktif atau usia yang masih sangat mudah dan umur yang
paling rendah adalah umur 0-5 tahun dengan jumlah 152 jiwa, umur tesabut masih
belum produktif lagi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel dibawah ini
yaitu;
Tabel 4 : Komposisi Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Umur Desa Marayoka
Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto Tahun 2019.
Umur
( Tahun)
Penyebaran Penduduk ( Jiwa )
Jumlah
( Jiwa )
Persenta
se
( % )
Batu
Menteng
selatang
dan
Utara
Kanayya
Selatan
Batu dan
Utara
Bonto
Lebang
Bonto
Tinggi
0 – 4
5 – 14
15 – 19
20 – 24
25 – 29
30 – 39
31 – 35
36 – 40
41 - 45
Keatas
30
55
60
65
70
180
102
88
90
67
88
103
111
252
555
230
150
120
25
50
70
85
90
95
85
30
20
30
65
73
82
99
146
102
45
23
152
258
306
343
511
976
519
313
253
4,19
7,10
8,43
9,45
14,07
26,88
14,29
8,62
6,97
Jumlah 740 1.675 550 665 3.631 100,00
Sumber; Monografi Desa Marayoka, 2019.
4.7 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Penduduk yang ada di Desa Marayoka dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya mereka melakukan berbagai bidan usaha ,mulai dari pertanian,
perdaganngan, pegawai negri sipil sampai penyediaan jasa angkutan. Tetapi
sebagian besar Desa Marayoka, Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto rata-
rata bekerja di sektor pertanian, karena mereka menganggap bahwa berusaha tani
jagun dapat memberikan keuntungan, selai sebagai petani responden juga
menjadikan sebagai makanan pokok, hal ini dapa dilihat pada Tabel berikut :
Tabel 5: Komposisi Jumlah Penduduk Menurut Bidang Usaha di Desa
Marayoka,Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto Tahun 2019.
Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%)
Pertanian 1819 19,74
PNS 38 1,98
Perdagangan 16 0,80
Jasa Angkutan 13 0.64
Jumlah 1.886 100,00
Sumber: Monografi Desa Marayoka,2019
4.8 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Berdasarkan registrasi penduduk Desa marayoka,Kecamatan Bangkala
Kabupten Jeneponto, bahwa jumlah pendidikan berdasarakan data yang tercatat
pada tahun 2008, menunjukan yang paling banyak tingkat pendidikan SD dengan
jumlah 980 jiwa, dan juga masih banyak penduduk yang sama sekali tidak pernah
sekolah dengan jumlah 250 jiwa, hal tersebut dapat di artikan Desa Marayoka asih
tergolong tingkat pendidikan masih sangat rendah.untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 6 yaitu:
Tabel 6 : Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikaan Masyarakat Desa
Maraoka, Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto Tahun 2019.
Pendidikan Jumla ( Jiwa ) Persentase ( % )
Belum sekolah
Tidak pernah sekolah
Tidak tamat SD
SLTP
SMA
Diploma
S1
152
250
670
890
530
150
56
5,60
9,21
24,69
32,07
19,53
5,53
2,06
Jumlah 2.714 100,00
Sumber; Monografi Desa Marayoka, 2019.
4.9 Kondisi Lokasi Penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Desa Marayoka bahwa dengan
luas tanah memcapai 2294,50 ha,dengan kondisi wilayah daratan tinggi dengan
pH tana 5-6, berpotensi untukdilakukan usaha pertanian, perkebunan, hutan
lindung. Untuk usaha prtanian biasanya ditanam jagung, padi, kacang, cabe dan
ubi jalar untuk usaha perkebuan ditanam jambu mete. Dari sekian banyak
komoditi diatas adalah yang paling dutamakan adalah jagung. Hirida dengan
Varietas Bisi 2 dengn alasan bahwa varietas tersebut mempunyai kelebihan ( berat
dan besar ) dan angat cocok daeah tersebut. Masyarakat Desa Marayoka msih
banyak yang tidak mengikuti teknologi budidaya jagung yang diterapkan oleh
pemerintah, sebagian dari mereka hanya memakai kebiasaannya sendiri karena
SDM nya yang masih rendah (pendidikan rendah).
4.10 Sarana Dan Prasarana
Salah satu faktor pelancaran pendukung kegiatan sosial ekonomi
msyarakat Desa Marayoka Kecamatan Bangkala yaitu tersedianya sarana dan
parasarana, nmun sarana dan parasarana tersaeut masih kurang yaitu jlan desa dan
irigasi yang belum ada tetapi kegiatan pertanian masyarakat Desa Marayoka tetap
berjalan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel dibawah ini :
Tabel 7 : Sarana dan Prasarana Desa Marayoka, Kecamatan Bangkala, Kabupaten
Jeneponto Tahun 2019.
No Uraian Jumlah Persentase ( % )
1
2
3
4
5
6
7
8
Sarna pendidikan
A. Sekolah Dasar
B. Sekolah SMP/Sederajat (
Paket B)
Sarana ibadah
A. Mesjid
Sarana kesehatan
A. Pustu
B. Posyandu
Sarana Perekonomian
A. Kios kecil
B. Pasar
Kantor Desa
Prasarana / Angkutan
A. Jalan desa
B. Jalan tani
C. Jembatan
D. Sepeda Motor
E. Mobil
Prasarana air bersih
A. Mata air
B. Perpiaan
C. Irigasi
D. Sungai
Prasarana komunikasi
A. TV
B. Parabola
4
1
4
1
2
45
1
1
1
1
12
105
12
4
4
2
1
50
35
1,42
0,35
1,42
0,35
0,71
15,96
0,35
0,35
0,35
1
4,26
37,24
4,26
1,42
1,42
2
0,35
17,73
12,41
Sumber; Monografi Desa Marayoka,2019
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Identitas Responden
Dalam pengembangan usaha tani jagung sumber daya manusia sangat
berperan penting, karena berfungsi sebagai tenaga kerja, memimpin, mengatur,
mengurus, dan mengendalikan pengembangan usaha tani jagung. Dalam
menjalankan fungsinya sebagai sumber daya manusia yang meliputi sebagai
berikut;
5.1.1 Umur Responden
Dari banyaknya responden petani dalam Gapoktan, paling banyak berumur
antara 23 - 30 tahun sebanyak 16 dengan presentase ( 45 % ) jiwa dan yang paling
berumur sedikit adalah umur 61 – 70 tahun dengan jumlah 3 dengan presentase (
2,00 % ) jiwa, namun mereka lebih banyak mengetahui dan berpengalaman
tentang pertanian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada dibawah ini ;
Tabel 8 : Identitas responden berdasarkan Umur di desa Marayoka, Kecamatan
Bangkala, Kabupaten Jeneponto Tahun 2019.
Umur ( Tahun ) Jumlah ( Jiwa ) Persentase ( % )
23 – 32
33 – 42
43 – 52
53 – 61
62 – 70
16
13
5
3
2
45,00
35,00
12,05
5,05
2,00
Jumlah 40 100,00
Sumber; Data Primer Setelah Diolah, 2019
.
5.1.2 Tingkat Pendidikan
Dalam mengelolah usahatani tingkat pendidikan petani akan berpengaruh.
Jumlah petani di lapangan yang tidak pernah sekolah sebanyak 6 jiwa dan tingkat
pendidikan yang paling dominan adalah SD sebanyak 10 jiwa dengan presentase
( 27,5 % ), kemudian tingkat pendidikan paling sedikit adalah S1 sebanyak 3 jiwa.
Hal tersebut sulit untuk mengembangkan usaha tani jagung karena tingkat
pendidikan yang sangat rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada dibawah
ini ;
Tabel 9 : Identitas responden berdasarkan tingkat Pendidikan di Desa Marayoka
Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto 2019.
Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
Tidak Pernah Sekolah
Sekolah Dasar (SD)
Tamat SMP
Tamat SMA/SMK
S1
6
17
8
6
3
19
42
20
19
10
Jumlah 40 100
Sumber : Data Setelah Diolah, 2019.
5.1.3 Jumlah tanggungan keluaraga
Jumlah tanggungan keluarga petani bertujuan untuk melihat seberapa besar
tangguangan keluarga tersebut. Dalam penelitian ini jumlah tanggungan keluarga
yang terdiri dari kepala keluarga, istri, anak dan tanggungan lainnya yang
berstatus tinggal bersama dalam satu keluarga. Jumlah tanggungan keluarga dapat
dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 10. Jumlah tanggungan keluarga di Desa Marayoka Kecamatan Bangkala
Kabupaten Jeneponto
No. Anggota Keluarga Jumlah (org) Persentase (%)
1.
2.
3.
1-2
3-4
5-6
17
15
8
46
44
10
Jumlah 40 100
Sumber: Data Primer Setelah diolah, 2019
Tabel 10. menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga responden
terbesar adalah antara 1-2 orang yaitu 17 orang responden disusul 3-4 sebanyak
15 responden, Kemudian anggota keluarga yang memiliki jumlah tanggungan 5-6
yaitu 8 responden. Banyaknya jumlah anggota keluarga akan berpengaruh
terhadap peningkatan produksi usahatani. Oleh karena itu, seorang petani dengan
beban tanggungan keluarga yang cukup besar, akan selalu berupaya
memaksimalkan kegiatan usahataninya untuk mendapatkan produksi tinggi yang
berdampak pada tingkat pendapatan dan kesejahteraan keluarga. Hal ini sesuai
dengan pendapat Mubyanto (2005), bahwa berusahatani sebagian besar tenaga
kerja berasal dari keluarga petani itu sendiri atas ayah sebagai kepala keluarga,
istri dan anak. Tenaga kerja yang berasal dari keluarga petani sendiri memegang
peranan penting dan merupakan sumbangan keluarga pada produksi secara
keseluruhan.
5.1.4 Pengalaman Usaha Tani
Pengalaman Usaha tani erat kaitannya dengan tingkat keterampilan
seseorang petani dalam berusaha tani karena biasanya petani yang berpengalaman
ditunjang oleh pendidikan yang cukup, akan lebih terampil dalam mengelola usaha
taninya. Adapun pengalaman usahatani responden dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 11. Pengalaman Usaha Tani responden di Desa Marayoka Kecamatan
Bangkala Kabupaten Jeneponto
No. Pengalaman (thn) Jumlah (org) Persentase (%)
1.
2.
3.
10-14
15-20
21-25
9
16
15
20
44
36
Jumlah 40 100
Sumber: Data Primer yang telah diolah 2019.
Tabel 10. menunjukkan bahwa persentase responden yang mempunyai
pengalaman berusahatani terbesar adalah antara 21-25 tahun dan 15-20 yaitu 31
responden. Sedangkan yang terendah 10-14 tahun yaitu 9 responden. Hal ini tentu
berpengaruh dalam pengelolaan usahatani masing-masing responden khususnya
dalam pencapaian hasil produksi yang lebih baik. Sesuai dengan pendapat
Soekartawi (2006), bahwa pengalaman usaha tani yang cukup lama menjadikan
petani lebih matang dan lebih berhati-hati, dalam mengambil keputusan terhadap
usahataninya. Kegagalan dimasa lalu dapat dijadikan pelajaran sehingga ia lebih
berhati-hati dalam bertindak. Sedangkan petani yang kurang berpengalaman
umumnya lebih cepat dalam mengambil keputusan karena lebih berani
menanggung berisiko
5.2 Faktor Internal dan Eksternal
Pengembangan usahatani jagung merupakan suatu kegiatan yang
berorientasi pada peningkatan hasil produksi, kinerja usahanya sangat ditentukan
oleh cara budidaya yang dilakukan petani, pedagang sebagai pelaku utama dalam
membantu pengembangan usahatani petani di Desa Marayoka. Peranan yang
optimal dipengaruhi oleh lingkungan internal dan eksternal dimana petani,
pedagang dan penyuluh tersebut berada, dengan hal tersebut pengembangan
usahatani juga ditentukan oleh faktor – faktor tersebut.
Berikut data yang telah di identifikasi faktor internal dan eksternal
berdasarkan hasil wawancara dari petani responden antara lain
Tabel 12: Hasil identifikasi Data Internal dan Eksternal di Desa Marayoka
Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto 2019.
Faktor Internal Faktor Eksternal
1. Tersedianya dukungan tenaga
kerja terampil
2. Modal petani masih lemah
3. Agroklimat lahan yang cukup
baik untuk budidaya jagung
4. Jauhnya lokasi penanaman dari
pemukiman petani
5. Rendahnya kuantitas dan
kualitas produksi
6. Terbatasnya tenaga kerja
terampil
7. Tersedianya areal
pengembangan jagung yang
luas
8. Penguasaan teknik budidaya
oleh petani
1. Permintaan pasar yang cukup
yang besar
2. Adanya gangguan OPT.
3. Rendahnya kuantitas dan
kualitas produksi
4. Semakin tingginya harga
sarana produksi
5. Dukungan Modal petani yang
cukup besar dari pemilik
modal
6. Sarana transportasi yang
memadai
7. Banyaknya pesaing
8. Semakin tingginya volume
permintaan jagung di pasaran
9. Meningkatnya harga jagung
dari tahun ke tahun
Sumber: Data Primer setelah diolah, 2019
Setelah faktor-faktor internal dan eksternal diidentifikasi maka selanjutnya
faktor tersebut diklasifikasi lagi berdasarkan faktor-faktornya antara lain faktor
internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman). Dari
hasil identifikasi maka dapat dilihat pada tabel 15 berikut :
Tabel 13: Faktor-faktor yang Menjadi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan
Ancaman Terhadap Pengembangan Usahatani Jagung di Desa
Marayoka Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto, 2019
Kekuatan (Strenghts)
1. Tersedianya areal
pengembangan jagung yang
luas
2. Tersedianya dukungan tenaga
kerja terampil
3. Penguasaan teknik budidaya
oleh petani
4. Dukungan modal petani yang
cukup besar dari pemilik usaha
5. sarana transportasi yang
memadai
Peluang (Oportunities)
1. Permintaan pasar yang cukup
besar
2. Agroklimat lahan yang baik
untuk budidaya jagung
3. Usahatani dapat memberikan
keuntungan
4. Semakin tingginya permintaan
volume jagung di Pasaran
5. Meningkatnya harga jagung
dari tahun ke tahun
Kelemahan (Weaknesses)
1. Jauhnya lokasi usahatani dari
pemukiman petani
2. Modal petani masih lemah
3. Terbatasnya tenaga kerja terampil
4. Saluran pemasaran belum efektif
5. Sulitnya mendapat benih varietas
hibrida
Ancaman (Threts)
1. Adanya gangguan OPT
2. Rendahnya kuantitas dan
kualitas produksi
3. Semakin Tingginya harga
sarana produksi
4. Iklim yang tidak terkendali
5. Banyaknya pesaing
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019
5.3 Strategi
Strategi pengembangan usahatani jagung di Desa Marayoka perlu didasarkan
pada dukungan teknologi dan pendekatan partisipatif. Dukungan teknologi
dibutuhkan untuk membuat sistem usaha tani menjadi lebih efektif dan efisien
serta berdaya hasil tinggi, sedangkan pendekatan partisipatif ditujukan agar
masyarakat dapat ambil bagian dalam proses pengambilan keputusan atau secara
aktif melakukan pemahaman tentang kondisi kehidupan mereka sehingga tercipta
rencana dan tindakan yang berhasil guna, Saragih (2002). Berdasarkan
karakteristik wilayah dan kondisi sosial masyarakat di Desa Marayoka, seperti
kebutuhan bahan makanan pokok, status kepemilikan lahan, curahan tenaga kerja,
kebiasaan dan pengalaman petani.
Strategi pengembangan jagung meliputi ekstensifikasi lahan pertanian,
penggunaan inovasi teknologi budi daya, dan mitra usaha tani. Ekstensifikasi
lahan pertanian masih sangat dimungkinkan karena potensi lahan yang tersedia
cukup luas. Kendala utama ekstensifikasi adalah minimnya jumlah tenaga kerja
keluarga. Oleh karena itu, selain mengoptimalkan sumber daya manusia,
diperlukan alat dan mesin pertanian. Pembukaan lahan yang dimotori oleh
organisasi keagamaan dan lembaga swadaya masyarakat terbukti mampu
meningkatkan luas panen secara nyata. Introduksi alsintan perlu didukung dengan
sarana prasarana lain, seperti perbengkelan, kios penjual suku cadang, dan jalan.
Inovasi teknologi diarahkan untuk memperbaiki teknologi budi daya yang
diterapkan petani. Teknologi yang perlu diintroduksikan kepada petani adalah
pemupukan organik dan anorganik sesuai takaran anjuran dan pengendalian OPT
secara terpadu. Pengairan dengan memompa air permukaan atau air tanah dapat
dikaji sebagai upaya mengatasi kekurangan air pada musim kemarau. Mitra usaha
diperlukan untuk menampung produksi jagung dengan harga yang layak serta
menyediakan saprodi dengan harga terjangkau. Mitra difasilitasi oleh pemerintah
daerah agar pelaksanaannya saling menguntungkan.
Proses pengambilan keputusan strategi selalu berkaitan dengan misi dan
tujuan. Dengan demikian perencanaan strategi harus menganalisa faktor-faktor
strategis dan menyesuaikan dengan kondisi saat ini. Hal ini disebut dengan
analisis situasi. Model paling populer untuk menganalisa situasi adalah analisa
SWOT. Berdasarkan analisa SWOT, dapat dilakukan penentuan Grand Strategy
atau strategi utama dalam usahatani. Cara mengetahui kinerja perusahaan apakah
pada kuadran I, II, III, atau IV adalah dengan mengkombinasikan pertemuan antar
garis absis ( kekuatan - kelemahan) dengan ordinat ( peluang - ancaman) pada
diagram analisis SWOT
Strategi Turnaround III I Strategi Agresif
Kelemahan
Strategi Defensif IV II Strategi Diversifikas
Gambar 4. Diagram Analisis SWOT
Peluang
Kekuatan
Ancaman
Kuadran 1: Merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan
memiliki peluang dan kekuatan sehingga strategi yang diterapkan
adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif.
Kuadran II: Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan masih
memiliki kekuatan dari internal. Strategi yang diterapkan adalah
menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman dengan strategi
diversifikasi.
Kuadran III: Perusahaan menghadapi peluang besar, tetapi dilain pihak
memiliki kelemahan internal. Fokus strategi adalah
meminimalkan masalah sehingga dapat merebut peluang pasar
yang lebih baik dengan strategi turnaround.
Kuadran IV: Perusahaan pada situasi yang tidak menguntungkan karena
menghadapi bebagai ancaman dari luar dan kelemahan internal.
Strategi yang tepat untuk menghadapi keadaan ini adalah strategi
defensif.
Matrik eksternal dan internal menurut Rangkuti (1999), merupakan alat yang
dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategi perusahaan. Matrik SWOT ini
dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal
yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan
internal yang dimiliki. Matrik ini dapat menghasilakn empat kemungkinan
alternatif strategi antara lain:
a. Strategi SO, Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu
dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan
peluang sebesar-besarnya.
b. Strategi ST, adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki
perusahaan untuk mengatasi ancaman.
c. Strategi WO, Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang
yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
d. Strategi WT, Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif
dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari
ancaman.
5.4 Analisis SWOT
Rangkuti (1999), mengartikan analisis SWOT adalah identifikasi berbagai
faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini
didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengh) dan
peluang (opportunuties), namun secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Analisa SWOT merupakan suatu
analisa yang akan membantu dalam menentukan perencanaan strategi dan
membantu klasifikasi pilihan kebijaksanaan yang dihadapi perusahaan.
5.5 Tahapan Analisis
Setelah mengumpulkan semua informasi yang berpengaruh terhadap
kelangsungan perusahaan, tahap selanjutnya adalah memanfaatkan semua
informasi tersebut dalam model-model kuantitatif perumusan strategi. Dalam hal
ini digunakan model matrik SWOT dan matrik internal-eksternal.
Setelah tahapan analisis tersebut selesai maka, faktor-faktor internal dan
eksternal tersebut diberi bobot. Hasil pemberian bobot dan skala rating faktor
internal dapat dilihat tabel berikut :
Tabel 15: Faktor Strategi Internal
Faktor Strategi Internal Bobot Rating B x R Komentar
Kekuatan (Strengh)
1. Tersedianya areal
pengembangan jagung
yang luas.
2. Keadaan lahan yang
mendukung dalam
budidaya jagung
3. Tersedianya tenaga kerja
terampil
4. Sarana transportasi yang
memadai
5. Tidak membutuhkan
keahlian khusus dalam
budidaya
0,83
0,75
0,73
0,66
0,63
4
4
3
3
3
3,32
3
2,19
1,98
1,89
1. Kekuatan Utama :
Tersedianya areal
2.pengembangan
jagung yang luas
3.Tersedianya
dukungan tenaga
kerja terampil
Nilai rata – rata 2,47
Kelemahan (Weaknesses)
1 Jauhnya lokasi usahatani
dari permukiman petani
2 Modal petani masih
lemah
4. Saluran pemasaran yang
belum efektif
5. Tekhnik budidaya yang
masih belum efektif
6. Kurangnnya pemahaman
petani terhadap
informasi harga
0,64
0,55
0,52
0,48
0,43
3
3
2
1
1
1,92
1,65
1,04
0,48
0,43
1.Kelemahan
UtamaJauhnya
lokasi2.
2.usahatani dari
pemukiman petani
2.Terbatasnya tenaga
kerja terampil
Nilai rata – rata 1,1
Sumber : Data Setelah Diolah, 2019.
Keterangan ;
Bobot : 0,0 (tidak penting) sampai dengan 1,0 (sangat penting)
Rating : Keterangan :
4 Sangat besar
3 Besar
2 Sedang
1 Kecil
Dari faktor strategi internal di atas menunjukkan bahwa nilai kumulatif
rata – rata faktor kekuatan sebesar 2,47, lebih besa daripada faktor kelemahan
yang sebesar 1,11 jadi sudah jelas bahwa faktor kekuatan lebih besar dari faktor
kelemahan.
Kekuatan utama dalam pengembangan usahatani jagung adalah; a),
tersedianya areal pengembangan jagung yang luas,b),dukungan tenaga kerja
terampil. Sedangkan yang menjadi kelemahan utamanya adalah; a), jauhnya
lokasi usahatani dari pemukiman petani, b), terbatasnya tenaga kerja terampil.
Setelah pemberian bobot dan menentukan faktor strategi internal, maka
selanjutnya untuk pemberian bobot untuk strategi eksternal untuk menentukan
faktor utamanya dari faktor eksternal tersebut pada tabel sebaga berikut
Tabel 16 : Faktor Strategi Eksternal
Faktor
Strategi Eksternal
Bobot Ratin
g
B x R Komentar
Peluang (Opportunuty)
1.Permintaan pasar yang cukup
besar
2.Agroklimat lahan yang cukup
baik untuk budidaya jagung
3.Usaha tani yang bisa
memberikan keuntungan
4.Semakin tingginya
permintaan volume jagung
yang cukup besar
5.Semakin tingginya harga
jagung dari tahun ke tahun
0,74
0,70
0,66
0,63
0,58
4
4
3
2
2
2,96
2,8
1,98
1,89
1,16
Peluang Utama:
1.Permintaan pasar
yang cukup besar
2.Agroklimat lahan
yang cukup baik
untuk budidaya
jagung
nilai rata – rata 2,1
Ancaman (Threats)
1.Gangguan OPT
2.Rendahnya kuantitas dan
kualitas produksi
3Semakin tingginya harga
sarana produksi
4.Iklim yang tidak terkendali
5.Banyaknya pesaing
0,73
0,58
0,54
0,49
0,43
3
3
2
1
1
2,19
1,74
1,08
1,49
0,43
- Ancaman Utam:
1.Gangguan OPT
2.Rendahnya
kuantitas dan
kualitas produksi
Nilai rata 1,3
Sumber: Data Setelah Diolah, 2019.
Keterangan ;
Bobot : 0,0 (tidak penting) sampai dengan 1,0 (sangat penting)
Rating : Keterangan :
4 Sangat besar
3 Besar
2 Sedang
1 Kecil
Dari faktor strategi eksternal di atas menunjukkan bahwa nilai kumulatif
rata – rata untuk faktor peluang besarnya 2,15 lebih besar daripada nilai rata – rata
faktor ancaman yang hanya sebesar 1,3 .
Peluang yang paling besa pada faktor strategi eksternal adalah; a),
permintaan pasar yang cukup besar, b), agroklimat lahan yang cukup baik untuk
budidaya jagung. Sedangkan untuk ancaman yang paling besar adalah; a),
gangguan OPT, b), rendahnya kuantitas dan kualitas produksi.
Setelah pemberian bobot pada faktor strategi internal dan eksternal maka
faktor – faktor tersebut dituangkan ke dalam strategi SWOT dan menentukan
faktor strategi yang dilakukan untuk menghadapi kelemahan dan ancaman dengan
kekuatan serta peluang yang ada sebagai berikut :
Tabel 14 : Matrik IFAS/EFAS SWOT
IFAS
(Situasi Internal)
EFAS
(SituasiEksternal)
Kekuatan (Strhengts)
1.Tersedianya areal
pengembangan jagung
yang luas
2.Tersedianya dukungan
tenaga kerja terampil
3.Penguasaan teknik
budidaya oleh petani
4.Dukungan modal petani
yang cukup besar dari
pemilik modal
5.Sarana transportasi yang
memadai
Kelemahan
(Weaknesses)
1.Jauhnya lokasi usahatani
dari pemukiman petani
2.Terbatasnya tenaga kerja
terampil
3.modal petani masih
lemah
4.Saluran pemasaran
belum efektif
5.Sulitnya untuk mendapat
benih varietas hibrida
Peluang
(Opportunities)
1.Permintaan pasar yang
cukup besar
2.Agroklimat lahan yang
cukup baik untuk
budidaya jagung
3.Usahatani dapat
jagung memberikan
keuntungan
4.Semakin tingginya
volume permintaan
jagung di pasaran
5.Semakin tingginya
harga jagung dari
Strategi S – O (Agresif)
1.Mengoptimalkan
penggunaan lahan dengan
tenaga kerja terampil
yang ada
2.Menjalin komunikasi yang
baik antara petani,
pemerintah dengan
pedagang untuk
informasi pemasaran
3. Modal dari pedagang
memberikan kemudahan
petani untuk mendapat
keuntungan dalam
usahataninya
Strategi W–O (Turn
Around)
1.Perlu adanya jalan tani
yang mempermudah
akses transportasi
2.Meningkatkan
pengembangan SDM
melalui pelatihan baik
petani maupun petugas
3.Perlunya dukungan
pemerintah maupun
pedagang dengan
bantuan pengangkutan
hasil produksi ke
perusahaan terkait
tahun ke tahun
Ancaman (Threts)
1.Adanya gangguan OPT
2.Rendahnya kuantitas
dan kuantitas produksi
3.Saluran pemasaran
belum efektif
4.semakin tingginya
harga sarana produksi
5.banyaknya pesaing
Strategi S–T
(Diversifikasi)
1.Pengendalian OPT dengan
pestisida dengan
memanfaatkan modal
dari pedagang
2. Mengektifkan saluran
pemasaran dengan alat
transportasi yang
memadai
Strategi W - T (Defenisi)
1.Meningkatkan dukungan
infrastruktur yang
dibarengi dengan
peningkatan pembinaan
petani baik budidaya
maupun teknologi
pengolahan hasil
2.Penguatan modal petani
untuk budidaya
pemeliharaan
3.Bantuan modal akan
mempermudah
pengadaan benih varietas
hibrida
Sumber: Data Primer Setelah Diolah, 2019.
5.6 Faktor yang mempengaruhi pengembangan usahatani jagung di Desa
Marayoka Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto yaitu:
1. Faktor Internal
a. Tersdedianya areal pengembangan jagung yang luas
b. Keadaan lahan yang mendukung dalam budidaya jagung
c. Tersedianya tenaga kerja terampil
d. Tidak dimembutuhkan keahlian khusus dalam budiday
e. Lokasi usahatani terlalu jauh
f. Modal petani masih lemah
2. Faktor eksternal
a. Permintaan pasar yang cukup besar
b. Agroklimat lahan yang cukup baik untuk budidaya jagung yang cukup
besar
c. Usahatani jagung yang bisa memberikan keuntungan
d. Gangguan OPT
e. Kualitas dan kuantitas produksi
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian terhadap Strategi pengembangan usahatani
jagung di Desa Marayoka Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto dengan
menggunakan metode analisa SWOT, maka disimpulkan sebagai berikut
1. Strategi pengembangan usahatani di Desa Marayoka Kecamatan Bangkala
Kabupaten Jeneponto menggunakan strategi SO, dimana strategi ini
digunakan untuk memanfaatkan kekuatan dan peluang yang ada untuk
meminimalkan kelemahan dan ancaman dengan Mengoptimalkan
penggunaan lahan dengan tenaga kerja terampil yang ada dan Menjalin
komunikasi baik antara petani,pemerintah dengan pedagang untuk informasi
pemasaran
2. Faktor yang mempengaruhi pengembangan usahatani jagung di Desa
Marayoka Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto adalah faktor internal
yang meliputi: Tersedianya areal pengembangan jagung yang luas, keadaan
lahan yang mendukung dalam budidaya jagung, tersedianya tenaga kerja
terampil, sarana transportasi yang memadai, tidak membutuhkan keahlian
khusus dalam budidaya, lokasi usahatani jauh, modal petani masi lemah, dan
faktor eksternal, diantaranya :Permintaan pasar yang cukup besar, agroklimat
lahan yang cukup baik untuk budidaya jagung, usahatani jagung yang bisa
memberikan keuntungan, gangguan OPT, kualitas dan kuantitas produksi.
6.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai optimalisasi pendapatan
melalui diversifikasi usaha dan diversifikasi produk jagung.
Diharapkan kepada petani didaerah penelitian untuk menanam jenis tanaman
kakao,dan jenis tanaman yang bernilai ekonomi lain,mengolah komoditi jagung
menjadi tepung terigu,mengikuti kelompok tani di daerah penelitian untuk
mengaktifkan kelompok tani.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2019. Profil Desa Marayoka 2019 “Sensus Penduduk Desa 2019”. Desa
Marayoka Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto
Purwanto, 2007a. Pedoman Umum Pengembangan Agribisnis Tanaman Pangan
Departemen Pertanian, Jakarta.
Anonim, 2005. Gerakan Optimalisasi Jagung (GONG 2005) Sulawesi Selatan.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan Dan Hortikultura Propinsi Sulawesi
Selatan.
Anonim, 2010. Departemen Pertanian, Data Tahunan Sub Sektor Tanaman
Pangan dan Hortikultura dan Departemen Pertanian. Sulawesi Selatan.
Anwar Adiwilaga, 1982, Ilmu Usahatani, Penerbit Alumni, Bandung.
Badan Litbang Pertanian, 2014. Prospek dan Arah Pengembangan Jagung. Badan
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.
BPS Kabupaten Jeneponto, 2018. Kabupaten Jeneponto dalam Angka Tahun 2012
dan 2017. BPS Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan.
Prawiokusum. 2007, Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya: Jakarta
Mubyarto. 2000. Pengantar Ekonomi Pertanian Edisi III. LP3ES: Jakarta.
Rangkuti, Freddy, 2016. Analisa SWOT – Teknik Membedah Kasus Bisnis.
PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Saragih Bungaran, 2004. Kuliah Tamu Perkembangan Mutakhir Pertanian Indonesia dan Agenda
Pembangunan Ke Depan. Universitas Brawijaya. Malang.
Soekartawi, 2005, Ilmu Usahatani dan Penelitian untuk pengembangan petani
kecil, UI-Press- Jakarta
Warisno, 2000. Jagung Prospek Agribisnis dan Teknik Usahatani.
Penerbit Kasinius, Jakarta.
Vincent, 2012. Analisis SWOT, Teknik pengembangan usaha, Jakarta
Lampiran 1. Kusioner Penelitian
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHATANI JAGUNG
Nomor Responden
Tanggal Wawancara
1. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama Usaha
2. Alamat
3. Nama Pemilik
4. Jenis Usaha
5. Bagaimana tentang status kepemilikan modal ?
a.Modal sendiri b. Keluarga c. Pinjaman
6. Berapa jumlah tenga kerja ?
Faktor Internal dan Eksternal
1. Bagaimana pengalaman bertani jagung ?
.............................................................................................................................
2. Bagaimana ketersediaan tenaga kerja ?
.............................................................................................................................
3. Bagaiman kondisi lahan sebagai basis penyediaan bahan masih tersedia ?
.............................................................................................................................
4. Bagaiamana kemudahan dalam pemasaran jagung ?
.............................................................................................................................
5. Bagaiamana ketersediaan limbah pertanian yang perlu ditangani ?
.............................................................................................................................
6. Bagaimana pendidikan petani jagung ?
.............................................................................................................................
7. Bagaimana status kepemilikan jagung ?
.............................................................................................................................
8. Bagaimana prroduk substitusi dan fluktuasi jagung ?
.............................................................................................................................
9. Bagaimana keterbatasan modal dalam usaha jagung ?
.............................................................................................................................
Lampiran 2 : Identitas Petani Usahatani Jagung Kuning (Zea Mays.L) di Desa
Marayoka Kecamatan Bangkala Kabupaten Jeneponto,2019
No Nama
pemilik
Alamat Jenis
Usaha
Status
Kepemilikan
Modal
Jumlah
Tenaga
kerja
(0rang)
1 Dg sitaba Batu Menteng Jagung Modal Sendiri 5
2 Dg Ngajang Batu Menteng Jagung Pinjaman 4
3 Dg sila Marayoka Jagung Modal Sendiri 7
4 Dg Kulle Marayoka Jagung Modal Sendiri 5
5 Dg leha Cengkong Jagung Pinjaman 4
6 Dg Baji Cengkong Jagung Pinjaman 4
7 Dg Bau Batu Kanayya Jagung Pinjaman 4
8 Dg Sona Batu Kanayya Jagung Modal Sendiri 6
9 Dg Liang Batu Menteng Jagung Modal Sendiri 6
10 Dg Lalang Marayoka Jagung Modal sendiri 7
11 Dg Nai Marayoka Jagung Pinjaman 4
12 Dg Ngai Marayoka Jagung Modal sendiri 6
13 Dg Tinggi Marayoka Jagung Modal Sendiri 6
14 Dg Kombong Cengkong Jagung Pinjaman 4
15 Dg Jai Cengkong Jagung Pinjaman 3
16 Dg Lolo Batu Menteng Jagung Pinjaman 5
17 Dg Bola Batu Menteng Jagung Modal sendiri 6
18 Dg Sayu Batu Menteng Jagung Modal sendiri 6
19 Dg Bone Batu Menteng Jagung Pinjaman 3
20 Dg Rimang Marayoka Jagung Modal sendiri 5
21 Dg ngalli Marayoka Jagung Modal sendiri 5
22 Dg Maya Cengkong Jagung Modal Sendiri 6
23 Dg Kanan Cengkong Jagung Pinjaman 3
24 Dg Raja Cengkong Jagung Pinjaman 3
25 Dg Cia Cengkong Jagng Modal Sendiri 5
26 Dg Romba Cengkong Jagung Modal sendiri 5
27 Dg Rani Marayoka Jagung Pinjaman 3
28 Dg Satu Marayoka Jagung Pinjaman 3
29 Dg Ngandi Marayoka Jagung Modal Sendiri 5
30 Dg Jaya Batu Menteng Jagung Modal Sendiri 6
31 Dg Bia Cengkong Jagung Pinjaman 3
32 Dg Caya Cengkong Jagung Modal sendiri 6
33 Dg sunggu Cengkong Jagung Modal sendiri 5
34 Dg Lia Marayoka Jagung Pinjaman 4
35 Dg Ngika Marayoka Jagung Pinjman 3
36 Dg Ridu Marayoka Jagung Modal sendiri 4
37 Dg Tallu Marayoka Jagung Pinjaman 3
38 Dg Sere Marayoka Jagung Modal sendiri 3
39 Dg Beru Marayoka Jagung Pinjaman 3
40 Dg kilo Marayoka jagung Pinjaman 3
Lampiran 3`
Identitas Responden Didesa Marayoka cinna Kecamatan Bangakal Kabupaten
Jeneponto
No. Nama Umur
(thn)
Pendidikan Jumlah
Tanggu.Kekuarga
Pengalaman
Usaha Tani
1 Dg sitaba 23 SMK 5 12
2 Dg Ngajang 45 SD 3 21
3 Dg sila 37 S1 2 14
4 Dg Kulle 61 Tidak Sekolah 1 25
5 Dg leha 50 SD 4 19
6 Dg Baji 70 SD 2 22
7 Dg Bau 23 SMA 1 10
8 Dg Sona 51 SD 2 20
9 Dg Liang 30 S1 3 23
10 Dg Lalang 25 SMK 2 10
11 Dg Nai 28 SMK 4 14
12 Dg Ngai 37 TidakSekolah 3 17
13 Dg Tinggi 28 SMK 5 20
14 DgKombon 25 SD 3 20
15 Dg Jai 32 SD 2 10
16 Dg Lolo 45 SD 3 13
17 Dg Bola 29 SMA 6 22
18 Dg Sayu 27 SD 4 20
19 Dg Bone 35 SMP 4 18
20 Dg Rimang 50 SD 2 19
21 Dg ngalli 35 S1 1 10
22 Dg Maya 30 SMP 3 20
23 Dg Kanan 62 SD 4 18
24 Dg Raja 53 SMP 2 20
25 Dg Cia 24 SMP 1 13
26 Dg Romba 40 SD 2 15
27 Dg Rani 38 Tidak sekolah 2 25
28 Dg Satu 35 SMP 1 15
29 Dg Ngandi 28 SD 5 25
30 Dg Jaya 28 SMP 2 20
31 Dg mia 41 SD 2 21
32 Dg loe 27 SD 4 20
33 Dg Fido 30 SMP 3 23
34 Dg Lia 40 SD 4 25
35 Dg Ngika 35 SD 3 20
36 Dg Ridu 36 SMP 2 21
37 Dg Tallu 41 Tidak sekolah 5 22
38 Dg Sere 40 Tidak sekolah 6 25
39 Dg Beru 51 SD 5 21
40 Dg kilo 60 Tidak sekolah 6 24
Lampiran 4. Pembobotan Nilai Rating
Faktor Internal
No. Faktor kekuatan (strengths) Jawaban skor
1
Tersedianya areal pengembangan jagung pulut
yang luas 1 2 3 4
2
Keadaan lahan yang mendukung dalam budidaya
jagung pulut 1 2 3 4
3 Tersedianya tenaga kerja yang terampil 1 2 3 4
4 Saarana transportasi yang memadai 1 2 3 4
5
Tidak membutuhkan keahlian khusus dalam
memadainya 1 2 3 4
Faktor Kelemahan (weaknesses) Jawaban skor
1 Jauhnya lokasi petani dari permukiman 1 2 3 4
2 Modal petani masih lemah 1 2 3 4
3 Saluran pemasaran belum efektif 1 2 3 4
4 Tekhnik budidaya yang masih belum efektif 1 2 3 4
5
Kurangnya pemahaman petani terhadap
informasi harga 1 2 3 4
Faktor Eksternal
No. Faktor peluang (Opportunitiess) Jawaban Skor
1
Permintaan pasar yang cukup
besar 1 2 3 4
2
Tersedianya lembaga
permodalan usaha 1 2 3 4
3
Meningkatnya tenaga jagung
dari tahun ketahun 1 2 3 4
4
Agroklimat lahan yang baik
untuk budidaya jagung 1 2 3 4
5
Semakin tingginya permintaan
jagung pulut dipasaran 1 2 3 4
No. Faktor Ancaman (threaths) Jawaban Skor
1 Adanya gangguan OPT 1 2 3 4
2
semakin tingginya harga sarana
produksi 1 2 3 4
3
Ketersediaan sarana produksi
yang tidak menentu 1 2 3 4
4 iklim yang tidak menentu 1 2 3 4
5 Banyaknya pesaing 1 2 3 4
Wawancara responde
Pemeliharaan jagung
RIWAYAT HIDUP
SUDARMIN lahir di BATU MENTENG pada tanggal
07 APRIL 1996, anak pertama dan satu satunya dari
pasangan Ayahanda Tinaro dan Ibunda Bandang.
Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN 61 Batu
menteng Kec.Bangkala Kabupaten Jeneponto,
melanjutkan pendidikan menengah pertama di SMP
NEGERI 2 BANGKALA dan tamat pada tahun 2012, kemudian melanjutkan
pendidikan menengah atas di SMK NEGERI 4 JENEPONTO NEGERI di
Kabupaten Jeneponto dan tamat pada tahun 2014. Penulis kemudian melanjutkan
pendidikan di perguruan tinggi, Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas
Muhammadiyah Makassar pada tahun 2015. Selama kuliah beliau tidak pernah
aktif di organisasi. Berkat rahmat dan pertolongan Allah SWT, Kerja keras,
dukungan moril di sertai Doa yang tulus oleh orang tua dan keluarga, Sehingga
perjuangan dalam menuntut ilmu di perguruan tinggi tersebut dapat diselesaikan
pada tahun 2019 dengan terpenuhnya syarat akhir untuk memperoleh gelar sarjana
pertanian dengan menyusun skripsi dengan judul: “Strategi ’’Pengembangan
Usaha Tani Jagung di Desa Marayoka Kecamatan Bangakala Kabupaten
Jeneponto”.