14
STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KARST PADA OBYEK WISATA AIR TERJUN SRI GETUK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL Karst Ecotourism Development Strategy of Tourism Object of Sri Getuk Water Fall in Gunungkidul 1 Wasidi, 2 Amran Achmad, 3 M. Hatta Jamil 1 Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Gunungkidul 2 Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin 3 Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Alamat Korespondensi: Wonosari, Jalan Veteran No. 30 Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Gunungkidul – Daerah Istimewa Yogyakarta Email: [email protected] Hp. 08175412491

STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KARST …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/3e94d7471f060005acbe283d63f9f954.pdf · pengelolaan unsur pariwisata pada obyek wisata Air Terjun Sri Getuk

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KARST …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/3e94d7471f060005acbe283d63f9f954.pdf · pengelolaan unsur pariwisata pada obyek wisata Air Terjun Sri Getuk

STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KARST PADA OBYEK WISATA AIR TERJUN SRI GETUK

DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

Karst Ecotourism Development Strategy of Tourism Object of Sri Getuk Water Fall in Gunungkidul

1Wasidi, 2 Amran Achmad, 3M. Hatta Jamil

1 Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Gunungkidul 2 Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin 3 Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin

Alamat Korespondensi: Wonosari, Jalan Veteran No. 30 Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Gunungkidul – Daerah Istimewa Yogyakarta Email: [email protected] Hp. 08175412491

Page 2: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KARST …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/3e94d7471f060005acbe283d63f9f954.pdf · pengelolaan unsur pariwisata pada obyek wisata Air Terjun Sri Getuk

Abstrak

Obyek wisata Air Terjun Sri Getuk terletak pada bentang alam karst Gunungsewu memiliki potensi ekonomi yang luar biasa, maka pengembangannya harus berdasarkan prinsip ekowisata karst, agar memberikan kemanfaatan yang berkelanjutan. Penelitian ini bertujuan; menganalisis pengelolaan unsur pariwisata dan peran pemerintah, menganalisis faktor pendukung dan faktor penghambat, serta merumuskan strategi pengembangan. Penelitian ini dilakukan di Desa Bleberan Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul. Pendekatan penelitian ini kualitatif dengan teknik analisis data yang digunakan diskriptif kualitatif dan SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam pengelolaan unsur pariwisata masih terdapat beberapa kekurangan. Peran pemerintah dalam bentuk pembinaan, penyuluhan, sosialisasi, serta bantuan dana pengembangan sarana dan prasarana. Ditinjau dari prinsip pengembangan ekowisata karst, dari aspek pendidikan menunjukkan adanya upaya memberikan penyadaran dan pemahaman kepada masyarakat dan wisatawan. Dari aspek konservasi, sudah ada program pelestarian alam maupun budaya, dan dari aspek ekonomi, menguntungkan masyarakat lokal. Faktor pendukung terdiri dari kekuatan dan peluang, yaitu; adanya potensi wisata, kemudahan aksesibilitas, kebijakan, SDM lokal, meningkatnya perekonomian, lokasi berdekatan dengan obyek wisata unggulan, adanya peran dan dukungan berbagai pihak. Faktor penghambat terdiri dari kelemahan dan ancaman, yaitu; kurangnya sarana prasarana dan fasilitas pendukung wisata, pengelolaan kurang profesional, faktor alam, minimnya dana APBD dan perilaku buruk masyarakat dan wisatawan. Hasil penghitungan matrik IFAS dan EFAS menghasilkan nilai sumbu X sebesar 1,266 dan Y sebesar 0,569. Hal ini menunjukan posisi strategis berada pada kuadran I, dengan rumusan strategi S-O, yaitu; mengoptimalkan pemasaran, mempertahankan daya tarik obyek wisata, mewujudkan masterplan, meningkatkan peran dan komitmen pemerintah desa, serta memanfaatkan dan meningkatkan kualitas SDM lokal.

Kata Kunci : ekowisata, karst, unsur pariwisata, strategi Abstract

Tourism object of Sri Getuk Water Fall located in the karst landscape Gunungsewu has tremendous economic potential, it must be based on the principles of ecotourism development of karst, in order to provide sustainable benefit. The aims of the research to analyze elements of tourism management and the role of government, to analyze supporting and inhibiting factors, to formulate tourism development strategy of Sri Getuk Water Fall in Bleberan, Playen, Gunungkidul. This research approach is qualitative. Data analysis technique was descriptive qualitative and SWOT. Data were collected form observation, interviews, and documentation. The results of the research indicated that the management of tourism elements still have some drawbacks. The role of the government in the form of coaching, counseling, socialization, as well as help fund infrastructure development. Based on the principles of ecotourism development of karst, in education aspect are the awareness and socialization of the program to community and tourists; in conservation aspect, the preservation of natural and cultural programs; in economic aspect, the benefit of local communities. Supporting factors interms of strength and opportunities are the existence of tourism potential, ease of access, policy, local human resource, economic increase, situated near a famous tourist attraction, and support from many stakeholders. The Inhibiting factors, in terms of weaknesses and threats are the lack of infrastructure and tourist support facilities, lack of professional management, natural factors, lack of budget and poor public and tourists conducts. The results IFAS and EFAS matrix calculation are: the X-axis value of Y are 1.266 and 0.569. These figures indicated that the strategic position is in quadrant I, the S-O strategy formulation are optimized marketing, maintenance of tourist attraction, masterplan realization, increase of government role and village commitment, and improvement of human resources quality. Keywords: ecotourism, karst, tourism element, strategy

Page 3: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KARST …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/3e94d7471f060005acbe283d63f9f954.pdf · pengelolaan unsur pariwisata pada obyek wisata Air Terjun Sri Getuk

PENDAHULUAN

Kawasan karst di Kabupaten Gunungkidul merupakan bagian dari kawasan karst

Gunungsewu yang membentang melalui tiga provinsi, yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, dan

Daerah Istimewa Yogyakarta. Luas wilayah karst Gunungkidul kurang lebih 798,38 km2 atau

sekitar 53,70% dari total luas Kabupaten Gunungkidul. Kawasan karst Gunungsewu

memiliki keunikan yang diakui secara nasional maupun internasional. Pada tahun 1994,

International Union of Speleology secara aklamasi mengusulkan kawasan karst Gunungsewu

sebagai bentukan alam warisan dunia “World Nartural Heritage”. Pada tahun 2004 Presiden

Susilo Bambang Yudhoyono mencanangkan wilayah geologi Karst Gunungsewu sebagai

kawasan ekokarst, dan pada bulan Mei 2013 dikukuhkan sebagai Geopark Nasional

Gunungsewu, serta diusulkan menjadi anggota Global Geoparks Network (GGN)-UNESCO.

Keunikan ekosistem karst ini terancam rusak oleh kegiatan penambangan yang

dilakukan masyarakat. Kebijakan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul untuk melarang

kegiatan penambangan sangat dilematis, disatu sisi warga tetap melakukan penambangan

untuk mencukupi kebutuhan hidup, sementara pemerintah belum mampu memberikan

kompensasi untuk kesejahteraan mereka. Salah satu solusi untuk mengatasi problematika

tersebut yakni, daya tarik kawasan ini dikemas dan dikembangkan menjadi obyek ekowisata

yang memiliki arti ekonomi, dan diharapkan akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat

sekitar. Pengertian ekowisata menurut The International Ecotourism Society atau TIES dalam

Dong H. (2010) adalah wisata bertanggung jawab ke daerah yang masih alami dalam rangka

melestarikan lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Pada

beberapa tahun terakhir pertumbuhan ekowisata sangat pesat, sebagaimana laporan World

Travel Tourism Council (WWTC) tahun 2000, pertumbuhan rata-rata ekowisata sebesar 10

persen pertahun. Angka tersebut lebih tinggi dibanding pertumbuhan rata-rata per tahun

untuk pariwisata pada umumnya yaitu sebesar 4,6 persen pertahun (Nugroho, 2011).

Keanekaragaman obyek wisata pada bentang karst di Kabupaten Gunungkidul

meliputi pantai-pantai yang dikelilingi tebing karst, goa-goa dan aliran sungai di dalamnya,

air terjun, bukit-bukit dan lembah karst. Obyek wisata tersebut selain dikelola oleh

pemerintah daerah, ada beberapa yang dikelola masyarakat. Salah satu dari obyek wisata karst

yang dikelola oleh masyarakat setempat yaitu, Air Terjun Sri Getuk yang terletak di Kawasan

Desa Wisata Desa Bleberan, Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul. Obyek wisata Air

Terjun Sri Getuk ini baru di launching bulan Juli tahun 2010 dan pada tahun 2012

memperoleh pendapatan diatas satu milyar. Obyek wisata ini juga memberikan kontribusi

Page 4: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KARST …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/3e94d7471f060005acbe283d63f9f954.pdf · pengelolaan unsur pariwisata pada obyek wisata Air Terjun Sri Getuk

pembangunan pada desa dengan mengalokasikan 20% dari pendapatannya ke dalam

pendapatan desa, serta andil dalam mengantarkan Desa Bleberan meraih juara II sebagai Desa

Wisata pada tingkat Daerah Istimewa Yogyakarta pada Tahun 2012. Pada kawasan wisata ini

terdapat dua obyek, yaitu Air Terjun Sri Getuk dan Goa Rancang Kencono. Kedua obyek

tersebut merupakan tempat wisata terpadu atau satu paket wisata.

Obyek wisata yang tergolong baru ini memiliki potensi ekonomi bagi masyarakat

sekitar, namun dalam pengelolaan dan pengembangannya dihadapkan pada beberapa

permasalahan penting. Diantara permasalahan tersebut yaitu, belum dimilikinya ijin

pengelolaan tertulis dari Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY, belum memiliki ijin

pemanfaatan sungai, aksesibilitas yang belum mendukung, serta kurangnya penyediaan dan

penataan sarana prasarana. Selain itu, pengembangan obyek ekowisata karst tidak sama

dengan pariwisata umumnya, harus memperhatikan aspek konservasi, aspek pendidikan, dan

aspek ekonomi. Beberapa permasalahan tersebut harus segera di cari solusinya agar

pengembangan obyek wisata ini bisa memberikan kemanfaatan ekonomi secara berkelanjutan,

tanpa harus mengorbankan lingkungan.

Penelitian tentang ekowisata karst dilakukan Indarwati (2004) dengan judul “Kajian

Potensi dan Pengembangan Ekowisata Goa pada Kawasan Karst Kabupaten Gunungkidul.”

Dari hasil kajiannya disimpulkan bahwa pada dasarnya kawasan karst merupakan bentang

lahan yang mudah terdegradasi maka harus dilindungi dari ancaman kerusakan ekosistemnya.

Dalam rangka menjaga kelestarian ekosistem karst di Kabupaten Gunungkidul yang

menyimpan potensi ekonomi, langkah yang bijaksana adalah tidak ditambang, tetapi

dikembangkan menjadi obyek ekowisata.

Berdasarkan permasalahan diatas, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis

pengelolaan unsur pariwisata pada obyek wisata Air Terjun Sri Getuk dan peran pemerintah

di dalamnya, menganalisis faktor penghambat dan faktor pendukung, serta merumuskan

strategi pengembangan kedepan.

METODE

Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Dalam

penelitian ini dideskripsikan kondisi eksisting pengelolaan obyek wisata Air Terjun Sri Getuk

di Desa Bleberan Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul. Kemudian menganalisis

pengelolaan unsur pariwisata dan peran pemerintah menurut prinsip pengembangan ekowisata

karst yang mendasarkan pada aspek konservasi, aspek pendidikan, dan aspek ekonomi.

Page 5: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KARST …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/3e94d7471f060005acbe283d63f9f954.pdf · pengelolaan unsur pariwisata pada obyek wisata Air Terjun Sri Getuk

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan, yaitu dari bulan Oktober sampai Nopember

2013 dengan lokasi penelitian di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, yakni data primer dan data sekunder,

dengan teknik pengumpulan data : a) Observasi lapangan: dengan observasi diharapkan

memperoleh data mengenai kondisi obyek wisata, aksesibilitas, ketersediaan sarana dan

prasarana, infrastruktur pendukung lainnya, b) Wawancara (interview): dilakukan wawancara

kepada unsur pemerintah yang meliputi dinas/instansi terkait dan desa, unsur masyarakat yang

terdiri dari pengelola, pedagang, dan penduduk sekitar, serta pengunjung/wisatawan, c) Studi

dokumentasi: meliputi peraturan-peraturan, perencanaan dinas/instansi dan desa, serta

dokumen lain yang dibutuhkan. Instansi yang terlibat terdiri dari Dinas Kebudayaan dan

Kepariwisataan, Bappeda, Dishubkominfo, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perindagkop

ESDM, Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan, dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan

DIY.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan tujuan penelitian, yaitu:

1) untuk tujuan menganalisis pengelolaan unsur pariwisata dan peran pemerintah, digunakan

analisis diskriptif kualitatif. Analisis ini mendiskripsikan dan menganalisis unsur pariwisata

yang terdiri dari aksesibilitas, fasilitas, dan atraksi wisata, serta peran dan keterlibatan

pemerintah. Dianalisis pula konsep pengembangan ekowisata karst yang terdiri atas aspek

konservasi, aspek pendidikan, dan aspek ekonomi. 2) untuk tujuan menganalisis faktor

pendukung dan penghambat dilakukan dengan menganalisis faktor-faktor tersebut, kemudian

perumusan strategi menggunakan analisis SWOT. Langkah-langkah dalam perumusan

strategi sebagai berikut: menyusun matrik IFAS dan EFAS, mengidentifikasi posisi strategi

pengembangan melalui diagram SWOT, dan merumuskan strategi pengembangan melalui

matrik SWOT.

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan atau kontribusi

pemikiran bagi penentu kebijakan, dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dan

pengelola obyek wisata Air Terjun Sri Getuk dalam rangka pengembangan kedepan, serta

dapat dijadikan sebagai salah satu referensi untuk pengembangan obyek wisata lain pada

kawasan karst di Kabupaten Gunungkidul.

Page 6: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KARST …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/3e94d7471f060005acbe283d63f9f954.pdf · pengelolaan unsur pariwisata pada obyek wisata Air Terjun Sri Getuk

HASIL PENELITIAN

Pengelolaan Unsur-Unsur Pariwisata

Secara umum akses bagi wisatawan menuju lokasi obyek wisata mudah. Aksesibilitas

tersebut mencakup ketersediaan jaringan jalan, moda transportasi, dan Rambu Pendahulu

Penunjuk Jalan (RPPJ) menuju obyek wisata. Kondisi jalan Desa Bleberan menuju obyek

wisata Air Terjun Sri Getuk telah beraspal, sedangkan kondisi jalan lingkar dalam kawasan

wisata belum beraspal sepanjang 2,2 km. Untuk menuju ke obyek wisata dapat ditempuh

melalui empat koridor yaitu: koridor pertama, untuk wisatawan dari arah barat yang melewati

Yogyakarta; koridor kedua, dari arah barat melalui Kabupaten Bantul; koridor ketiga, dari

arah utara melalui Solo/Sukoharjo (Jawa Tengah); koridor empat, untuk wisatawan dari arah

timur melalui Wonogiri. Angkutan umum belum tersedia untuk mencapai ke obyek wisata.

RPPJ terpasang hampir pada setiap persimpangan jalan besar.

Fasilitas sarana dan prasarana pendukung wisata yang tersedia diantaranya: home stay,

rumah makan dan toko, air bersih dan sanitasi, listrik dan telekomunikasi, fasilitas informasi

dan promosi, mushola tempat parkir. Pengelola belum menyiapkan home stay yang

berstandar internasional, karena konsep home stay yang dikembangkan yaitu wisatawan yang

tinggal sementara menyatu dengan rumah warga. Rumah makan yang tersedia masih minim

dengan menu kuliner sangat terbatas. Penataan pedagang dan pertokoan di sepanjang jalan

setapak kurang teratur, bahkan ada yang berjualan dengan mendirikan tenda dibibir sungai

Oya. Keberadaan air bersih tidak menjadi masalah, namun fasilitas sanitasi yang berkaitan

dengan kamar mandi, ruang ganti, dan toilet masih kurang. Tempat sampah yang disediakan

masih kurang memadai dan belum ada pemilahan jenis sampah. Kebutuhan listrik dan

komunikasi bagi wisatawan tidak menjadi masalah karena telephone seluler/handphone bisa

digunakan di kawasan ini. Pengelola menyebarkan informasi dan promosi wisata melalui

website dan jejaring sosial, menyebarkan leaflet ke hotel-hotel di wilayah Yogyakarta, dan

mengikuti promosi dan pemasaran yang difasilitasi Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan.

Keberadaan mushola masih kurang representatif, karena sering terjadi antrian dan berada

diantara warung makan. Area parkir yang tersedia masih kurang representatif. Pada kedua

obyek wisata belum dibangun gazebo. Wisatawan yang beristirahat hanya duduk-duduk pada

bebatuan di pinggir sungai dengan memanfaatkan pohon-pohon yang tidak terlalu rindang

untuk berteduh.

Atraksi terdiri dari obyek dan daya tarik wisata, yaitu: Goa Rancang Kencono, Air

Terjun Sri Getuk, paket wisata budaya, camping ground, body rafting, tubing, dan flying fox.

Goa Rancang Kencono adalah goa horisontal yang memiliki dua ruangan, ditengah mulut goa

Page 7: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KARST …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/3e94d7471f060005acbe283d63f9f954.pdf · pengelolaan unsur pariwisata pada obyek wisata Air Terjun Sri Getuk

tumbuh pohon klumpit (Terminalia Edulis) yang diperkirakan berumur lebih dari 200 tahun.

Air Terjun Sri Getuk memiliki panorama yang indah dalam nuansa pedesaan dengan keunikan

tersendiri, yaitu air terjunnya menyembur bercabang tiga, serta muncul dari sela-sela tebing

karst yang gersang. Paket wisata budaya adalah daya tarik seni dan budaya yang dikemas

untuk lebih menjual potensi seni dan budaya kepada wisatawan. Body rafting dan tubing

adalah atraksi wisata yang berbasiskan air dalam bentuk renang dan susur sungai Oya.

Atraksi di sungai ini kurang diminati bila musim penghujan, air keruh, dan banjir. Untuk

pengembangan atraksi, pengelola sedang menyusun masterplan. Dalam masterplan tersebut

akan dibangun taman anak, danau buatan, kereta gantung dan taman buah/agrowisata. Konsep

peta siteplan disajikan dalam Gambar 1.

Peran Pemerintah

Walaupun obyek wisata ini dikelola oleh masyarakat, namun pengembangannya

melibatkan peran dari pemerintah melalui dinas/instansi terkait. Peran Dinas Kebudayaan dan

Kepariwisataan diantaranya adalah: menyusun RIPPDA Kabupaten, mengajukan dana

bantuan melalui PNPM Pariwisata, pendampingan, pembinaan kelembagaan dan peningkatan

SDM, promosi dan pemasaran pariwisata Gunungkidul. Dinas Pekerjaan Umum berperan

dengan membangun dam/bendungan dan talud, serta membangun jalan desa menuju kawasan

wisata. Kantor Pengendalian Dampak Lingkungan melakukan pengujian kualitas air sungai,

pemasangan papan informasi, pembinaan dan penyuluhan kepada pengelola dan masyarakat

berkaitan dengan konservasi daerah tangkapan air, serta peningkatan peran serta masyarakat

dalam perlindungan alam. Disperindagkop ESDM melakukan penelitian dan pemetaan

geologi, pertambangan, air tanah, dan energi, sosialisasi kawasan alam karst, mengusulkan

pemasangan jaringan listrik. Dishubkominfo berperan melalui pengaturan trayek angkutan

umum dan pemasangan rambu-rambu jalan. Peran Bappeda diantaranya melakukan

monitoring dan evaluasi penggunaan dana hibah dari Provinsi DIY, mengajukan dana bantuan

untuk penanganan lahan kritis, dan pendampingan penggunaan dananya, Dishutbun Provinsi

DIY berperan dalam pemberian ijin pemanfaatan lahan, menyusun bentuk kerjasama, dan

program konservasi sumber mata air berbasis budaya.

Aspek Pengembangan Ekowisata Karst

Pengembangan yang selama ini dilakukan bila ditinjau dari aspek pengembangan

ekowisata karst dapat dianalisis sebagai berikut: 1) Aspek Konservasi: pemanfaatan lahan

tidak mengganggu dan mematikan fungsi lahan; tidak ada tekanan terhadap hutan; adanya

program pelestarian daerah sekitar mata air; adanya program konservasi dan pelestarian seni

dan budaya; penambangan yang dilakukan warga dalam skala kecil dan area parkir di lokasi

Page 8: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KARST …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/3e94d7471f060005acbe283d63f9f954.pdf · pengelolaan unsur pariwisata pada obyek wisata Air Terjun Sri Getuk

goa mengancam keselamatan goa. 2) Aspek Pendidikan: adanya kegiatan pembinaan, diklat

peningkatan SDM oleh Disbudpar; sosialisasi tentang kawasan karst; adanya alokasi anggaran

untuk peningkatan kapasitas SDM; pemasangan papan informasi; penyuluhan kepada warga

masyarakat; pemanduan wisata; namun masih ada juga ulah wisatawan yang merusak

keindahan alam. 3) Aspek Ekonomi: bertambahnya Pendapatan Asli Desa (PADes);

memberikan lapangan pekerjaan bagi warga setempat; dan membuka peluang usaha/dagang

bagi warga setempat.

Hasil perhitungan matrik IFAS dan EFAS, nilai sumbu X sebesar 1,266 dan nilai

sumbu Y sebesar 0,569. Skoring matrik IFAS disajikan dalam Tabel 1, dan matrik EFAS

disajikan dalam Tabel 2. Pemetaan lingkungan strategis berada pada kuadran pertama (I),

pada posisi strategi S-O. Posisi strategi pengembangan disajikan dalam Gambar 2. Rumusan

strategi pengembangan S-O, yaitu memaksimalkan kekuatan yang dimiliki dengan

memanfaatkan peluang yang ada.

PEMBAHASAN

Penelitian ini menunjukan bahwa peluang strategi pengembangan obyek wisata Air

Terjun Sri Getuk yang berada pada posisi strategi S-O sangat menguntungkan. Dimana

selain memiliki kekuatan yang lebih besar dari kelemahan juga memiliki peluang yang lebih

besar dari pada ancaman yang ada (Azhari M.H. et al., 2013). Rumusan strategi S-O adalah:

(1) mengoptimalkan pemasaran obyek dan daya tarik wisata dengan memanfaatkan

kemudahan penyebaran informasi dan promosi, (2) mempertahankan keindahan dan keunikan

daya tarik obyek wisata dengan memanfaatkan program konservasi, (3) mewujudkan

masterplan dengan memanfaatkan dana bantuan dari berbagai sumber dan dukungan dari

instansi pemerintah, (4) meningkatkan peran dan komitmen pemerintah desa untuk menjalin

kerjasama dengan pemerintah dan pengelola obyek wisata lain sesuai regulasi yang ada, (5)

memanfaatkan dan meningkatkan kualitas SDM masyarakat lokal melalui dukungan

pemerintah.

Rumusan strategi pertama yaitu, mengoptimalkan pemasaran obyek dan daya tarik

wisata dengan memanfaatkan kemudahan penyebaran informasi dan promosi. Dewasa ini

wisatawan lebih tertarik pada obyek wisata alam yang dikemas dalam ekowisata. Nugroho P.

et al. (2013) mengemukakan, bahwa di era globalisasi, wisata mulai mengarah pada

pelestarian lingkungan dan ekologis yang sering disebut ekowisata. Untuk menjaring

wisatawan, maka keunikan dan keindahan Air Terjun Sri Getuk harus dipromosikan lebih

gencar lagi, utamanya kemudahan promosi melalui media internet. Perkembangan teknologi

Page 9: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KARST …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/3e94d7471f060005acbe283d63f9f954.pdf · pengelolaan unsur pariwisata pada obyek wisata Air Terjun Sri Getuk

internet, menjadi kebutuhan untuk menyampaikan informasi yang cepat, tepat, akurat dan

lebih signifikan (Nurdianto K., et al., 2008). Pengelola juga harus lebih aktif melibatkan

dalam kegiatan promosi yang difasilitasi Disbudpar.

Strategi yang kedua yaitu, mempertahankan keindahan dan keunikan daya tarik obyek

wisata dengan memanfaatkan program konservasi. Sejalan dengan konsep pengembangan

ekowisata berkelanjutan, pengembangan industri pariwisata yang dilakukan harus dalam visi

jangka panjang yang berkelanjutan tanpa mengorbankan lingkungan ekologi (Dong H., 2010).

Berkaitan dalam kegiatan pengembangan ekowisata karst, sebagaimana diamanatkan dalam

Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 17 Tahun 2012 bahwa bentang

alam karst perlu dilestarikan dan dilindungi. Maka dalam rangka pengembangan obyek

wisata Air Terjun Sri Getuk tetap memperhatikan aspek konservasi. Kegiatan pengembangan

yang dilakukan tidak mengganggu atau bahkan mematikan fungsi hutan sebagai pengendali

dan penyeimbang sistem tata air. Lahan milik Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY

dimanfaatkan untuk kolam ikan dan warung makan adalah lahan kosong, dulu digunakan

sebagai tempat penimbunan kayu (TPK). Penebangan dan pejarahan kayu di wilayah Desa

Bleberan yang pernah terjadi setelah meletus reformasi, kini tidak lagi, setelah kawasan air

terjun dan goa dikembangkan menjadi obyek wisata. Dinas Kehutanan dan Perkebunan DIY

menfasilitasi program konservasi sekitar daerah mata air dengan konsep pelestarian lumbung

air berbasis budaya lokal. Penting untuk menghargai dan mengangkat budaya lokal, agar tidak

luntur tergerus jaman, sekaligus memberikan peran masyarakat lokal lebih besar sehingga

diharapkan mampu menjamin kontinuitas sebuah konservasi. Sebagaimana dikemukakan

Steger dalam Soeroso A. et al. (2008) bahwa dalam proses globalisasi, berbagai budaya lokal

lenyap ternafikan oleh kekuatan homogenisasi barat, akibat gerakan partikularitas

keberagaman, budaya lokal berkembang ke dalam konstelasi kultur yang baru. Salah satu

upaya pelestarian budaya dan kesenian tradisional dengan menggiatkan latihan “kerawitan”

anak-anak, reog, doger, dan hadrah.

Upaya konservasi dalam pengembangan ekowisata juga diharapkan memberi

kemanfaatan ekonomi secara berkelanjutan tanpa harus mengorbankan alam. Berkaitan

dengan nilai ekonomi, Achmad dalam Achmad et al. (2012) dalam penelitiannya di

laboratorium Lapangan KSDH dan Ekowisata Hutan Pendidikan Unhas mengemukakan, jika

potensi flora fauna bersama-sama dengan objek fisiknya dikembangkan menjadi objek wisata,

maka akan mendatangkan keuntungan nilai ekonomi yang besar tanpa harus melakukan

pengrusakan ekosistem. Dari aspek ekonomi, penyelenggaraan ekowisata di obyek wisata Air

Terjun Sri Getuk mampu menambah Pendapatan Asli Desa (PADes) sebesar 20% setiap tahun

Page 10: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KARST …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/3e94d7471f060005acbe283d63f9f954.pdf · pengelolaan unsur pariwisata pada obyek wisata Air Terjun Sri Getuk

dari SHU, memberikan lapangan pekerjaan bagi warga setempat, dan membuka peluang

usaha/dagang bagi masyarakat lokal. Penyelenggaraan ekowisata memberikan manfaat untuk

masyarakat setempat dan menjadi penggerak pembangunan ekonomi di wilayahnya.

Ekowisata dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan bagi pembangunan ekonomi secara

berkesinambungan Erwin et al., (2013). Selain usaha dagang, masyarakat sekitar juga

mendapat kemanfaatan ekonomi dari penyediaan home stay. Konsep home stay yang

dikembangkan yaitu wisatawan yang tinggal sementara menyatu dengan rumah milik warga.

Konsep ini mirip dengan pengelolaan Tanam Nasional Wasur, dimana rumah masyarakat

yang telah ada dijadikan sebagai home stay di zona pemanfaatan (Palma, A.S.M. et al., 2012).

Strategi ketiga yaitu, mewujudkan masterplan dengan memanfaatkan dana bantuan

dari berbagai sumber dan dukungan dari instansi pemerintah. Untuk membuat masterplan

membutuhkan dana yang tidak sedikit, maka pengelola dapat memanfaatkan dana bantuan

dari pihak lain yang peduli akan pengembangan wisata. Pembuatan masterplan juga harus

dikonsultasikan dengan dinas/instansi terkait maupun para ahli, mengingat obyek wisata Air

Terjun Sri Getuk berada pada bentang alam karst. Sehingga pengembangan kedepan tidak

menyebabkan kerusakan ekologi, sebagai akibat dari perencanaan yang salah. Dalam hal ini

instansi pemerintah daerah yang dilibatkan diantaranya Disbudpar, Disperindagkop ESDM,

Kapedal, dan Dishutbun Provinsi DIY.

Strategi keempat, meningkatkan peran dan komitmen pemerintah desa untuk menjalin

kerjasama dengan pemerintah dan pengelola obyek wisata lain sesuai regulasi yang ada.

keterlibatan pemerintah desa berkaitan dengan menjalin kerjasama dalam hal: membuat MOU

dengan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi DIY berkaitan dengan pemanfaatan lahan

kehutanan, membuat MOU dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Serayu Opak

Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dalam hal pemanfaatan

sungai untuk kegiatan pariwisata, membuat MOU dalam bentuk pengembangan paket wisata

bersama dengan obyek wisata lain yang berdekatan.

Strategi kelima, memanfaatkan dan meningkatkan kualitas SDM masyarakat lokal

melalui dukungan pemerintah. Ketersediaan sumber daya manusia dari masyarakat lokal baik

sebagai pengurus maupun karyawan pengelola obyek wisata menjadi faktor yang

menguntungkan dalam rangka pengembangan obyek wisata. Kebutuhan SDM termasuk

didalamnya pedagang/penjual tidak perlu dipenuhi dari luar daerah. SDM lokal akan lebih

bertanggungjawab terhadap kelestarian kawasan wisata, karena rasa memiliki yang besar

terhadap obyek wisata sebagai sumber penghidupan mereka. Namun untuk penyelenggaraan

ekowisata dibutuhkan personil pengelola yang profesional, sehingga SDM lokal harus

Page 11: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KARST …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/3e94d7471f060005acbe283d63f9f954.pdf · pengelolaan unsur pariwisata pada obyek wisata Air Terjun Sri Getuk

ditingkatkan dalam hal kapasitasnya sebagai insan wisata. Pengelolaan ekowisata perlu

memperkuat konstruksi tim personil yang terlibat dalam eco-tourism dengan memberikan

pemahaman baru (You Z. et al, 2011). Sehingga kegiatan pemanduan bukan sekedar

mengantarkan wisatawan, tapi lebih memberikan pemahaman kepada wisatawan untuk

melestarikan alam. Peningkatan kapasitas SDM ini dilakukan melalui pembinaan dan

pelatihan, baik secara aktif menyelenggarakan sendiri atau terlibat dalam kegiatan diklat yang

difasilitasi pemerintah.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana diuraikan sebelumnya,

dapat disimpulkan bahwa pengelolaan unsur-unsur pariwisata yang berkaitan dengan

aksesibilitas, fasilitas, dan atraksi wisata, masih terdapat beberapa kekurangan. Peran dan

dukungan pemerintah dalam bentuk pembinaan, penyuluhan, sosialisasi, dan bantuan dana

untuk pengembangan sarana dan prasarana. Berdasarkan prinsip pengembangan ekowisata

karst, ditinjau dari aspek pendidikan menunjukkan bahwa Pemerintah Daerah maupun

pengelola telah berupaya untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat maupun

wisatawan tentang pentingnya menjaga kelestarian alam. Berkaitan dengan aspek konservasi,

sudah ada program-program yang mengarah pada pelestarian alam dan budaya. Dari aspek

ekonomi, pengelolaan obyek wisata Air Terjun Sri Getuk sangat menguntungkan masyarakat

lokal. Berdasarkan analisis faktor pendukung dan penghambat, diperoleh nilai IFAS sebesar

1,266 dan nilai EFAS sebesar 0,569. Kondisi seperti ini menunjukkan bahwa posisi strategi

pengembangan obyek wisata Air Terjun Sri Getuk di Kabupaten Gunungkidul berada pada

kuadran pertama (I) atau pada posisi strategi S-O. Hal ini mengindikasikan bahwa peluang

strategi pengembangannya dalam keadaan sangat menguntungkan, dimana selain memiliki

kekuatan yang lebih besar dari pada kelemahan, juga memiliki peluang yang lebih besar

daripada ancaman yang ada. Saran: penyusunan masterplan dan usaha pengembangan

fasilitas (sarana dan prasarana), hendaknya memperhatikan regulasi dan berkonsultasi dengan

para ahli ilmiah maupun dinas/instansi yang berkompeten; dalam rangka peningkatan

pengetahuan ekologi, pengelola perlu membuat petunjuk bagi wisatawan; diperlukan

pemandu yang berpendidikan dan atau peningkatan kapasitas pemandu, agar lebih mampu

memberikan pendidikan kepada wisatawan; untuk menjamin sustainibilitas pengelolaan

wisata, perlu penguatan kelembagaan dengan segera menetapkan Perdes tentang BUMDes

yang mewadahi kegiatan pengelolaan wisata; serta diperlukan pembinaan dan penyuluhan

kepada pedagang yang berada di lokasi obyek wisata.

Page 12: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KARST …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/3e94d7471f060005acbe283d63f9f954.pdf · pengelolaan unsur pariwisata pada obyek wisata Air Terjun Sri Getuk

DAFTAR PUSTAKA

Achmad A., Ngakan P.O., Umar A. & Asrianny. 2012. Identifikasi Tutupan Vegetasi dan Potensi Fisik Lahan untuk Pengembangan Ekowisata di Laboratorium Lapangan Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Hutan Pendidikan UNHAS. Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, Vol.1 No.2,87-102.

Azhari M.H., Yantu M.R. & Asih D.W. 2013. Pengembangan Strategi Pemasaran Produk Gula Tapo (Studi Kasus di Desa Ambesia Kecamatan Tomini Kabupaten Parigi Moutong), e-Journal Agrotekbis 1 (1): 81-92. ISSN: 2338-3011.

Dong, H. 2010, Study on Sustainable Development of Ecotourism in the Northern Piedmont in the Qinling Mountains, Journal of Sustainable Development Vol. 3, www.ccsenet.org/jsd.

Erwin, Gautama I., Mujetahid A., 2013, Pengembangan Ekowisata Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus di Malili Propinsi Sulawesi Selatan. E-Journal. Published by Program Pascasarjana UNHAS-2013.

Indarwati, A. 2004. Kajian Potensi dan Pengembangan Ekowisata Goa pada Kawasan Karst Kabupaten Gunungkidul. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Nugroho, I. 2011, Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Nugroho, P. dan Suryono, M.Y. 2013, Strategi Pengembangan Ekowisata di Pantai

Pangandaran Kabupaten Ciamis Pasca Tsunami. Journal Of Marine Research, Vol. 2 No. 2, Hal 11-21.

Nurdianto, K., Syukur, A., Soeleman, M.A. 2008, Sistem Pemetaan Potensi Wisata Berbasis WEB dalam Rangka Mendukung Promosi Daerah Pemerintah Daerah Kabupaten Batang. Jurnal Teknologi Informasi, Vol. 4 No. 2, ISSN 1414-9999.

Palma A.S.M., Achmad A. & Dasir M. 2012, Model Kolaborasi Pengelolaan Taman Nasional Wasur. E-Journal, Vol. 12 No.1. Published by Program Pascasarjana UNHAS.

Soeroso, S. dan Susilo, Y.S. 2008. Strategi Konservasi Kebudayaan Lokal Yogyakarta. Jurnal Manajemen Teori dan Terapan, Tahun 1, No.2, 144-161.

You Z., Chen W. & Song L. 2011. Evaluating Ecological Tourism under Sustainable Development in Krast Area. Journal of Sustainable Development Vol.4, No. 2. www.ccsenet.org/jsd

Page 13: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KARST …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/3e94d7471f060005acbe283d63f9f954.pdf · pengelolaan unsur pariwisata pada obyek wisata Air Terjun Sri Getuk

LAMPIRAN. Gambar 1. Konsep Peta Siteplan Kawasan Obyek Wisata Air Terjun Sri Getuk.

Sumber : Dokumen pengelola (2013)

Tabel 1. Matrik IFAS

Faktor strategis internal Bobot Rating Bobot x Rating

Kekuatan (Strengths) 1. Mempunyai daya tarik obyek wisata yang indah dan

unik. 0,102 4 0,408

2. Adanya atraksi wisata yang cukup beragam. 0,102 4 0,408 3. Adanya kemudahan aksesibilitas 0,061 2 0,122 4. Adanya konsep rencana pengembangan obyek wisata

(masterplan). 0,082 3 0,246

5. Adanya regulasi dan komitmen Pemerintah Desa 0,102 4 0,408 6. Adanya penetapan Desa Wisata 0,102 4 0,408 7. Tersedianya SDM dari masyarakat lokal. 0,061 2 0,122

Sub Total 0,612 23 2,122 Kelemahan (Weakness)

1. Kurang layaknya kondisi jalan lingkar dalam kawasan wisata.

0,061 2 0,122

2. Keberadaan pedagang yang belum tertata. 0,061 2 0,122 3. Pengelolaan obyek wisata kurang profesional. 0,061 2 0,122 4. Tempat parkir kurang representatif. 0,061 2 0,122 5. Keterbatasan warung makan dan menu kuliner. 0,061 2 0,122 6. Kurangnya fasilitas pendukung obyek wisata. 0,082 3 0,246

Sub Total 0,387 13 0,856 Total 1 36 2,978

Page 14: STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA KARST …pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/3e94d7471f060005acbe283d63f9f954.pdf · pengelolaan unsur pariwisata pada obyek wisata Air Terjun Sri Getuk

Tabel 2. Matrik EFAS

Faktor strategis eksternal Bobot Rating Bobot x Rating

Peluang (Opportunities) 1. Semakin meningkatnya kondisi perekonomian. 0,109 4 0,436 2. Adanya program konservasi. 0,087 3 0,261 3. Tersedianya dana bantuan pengembangan dari

berbagai sumber. 0,065 2 0,13

4. Adanya kemudahan penyebaran informasi dan promosi wisata.

0,087 3 0,261

5. Lokasi berdekatan dengan beberapa obyek wisata andalan Gunungkidul.

0,087 3 0,261

6. Adanya peran dan dukungan dari instansi pemerintah. 0,087 3 0,261 Sub Total 0,522 18 1,61

Ancaman (Threats) 1. Masih adanya kegiatan penggalian/penambangan batu. 0,065 2 0,13 2. Menurunnya daya dukung lingkungan alam. 0,065 2 0,13 3. Dibukanya akses jalan dari Kabupaten Bantul. 0,065 2 0,13 4. Kurangnya kesadaran masyarakat dan wisatawan. 0,087 3 0,261 5. Minimnya dana bantuan dari APBD Kabupaten. 0,065 2 0,13 6. Keterbatasan lahan untuk pengembangan. 0,065 2 0,13 7. Datangnya musim penghujan 0,065 2 0,13

Sub Total 0,477 15 1,041 Total 1 33 2,651

Gambar 2. Posisi Strategi Pengembangan Obyek Wisata Air Terjun Sri Getuk di Desa

Bleberan Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul.