Upload
doanthuan
View
233
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
STRATEGI MUSEUM PERJUANGAN KOTA YOGYAKARTADALAM MENINGKATKAN MINAT PENGUNJUNG
RINGKASAN SKRIPSI
Disusun oleh:RISMA AMBARI UMAH
NIM. 10417141001
JURUSAN ILMU ADMINISTRSI NEGARAFAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA2014
1
STRATEGI MUSEUM PERJUANGAN KOTA YOGYAKARTA DALAMMENINGKATKAN MINAT PENGUNJUNG
OlehRisma Ambari Umah dan Sugi Rahayu, M.Pd M.Si
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam strategi yangdilakukan Museum Perjuangan untuk menarik minat wisatawan agar berkunjungke museum dan faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan strategi tersebut.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Subjek penelitian iniyaitu Kepala kelompok kerja Museum Benteng Vredeburg sebagai pengelolaMuseum Perjuangan, Koordinator Museum Perjuangan, dan wisatawan yangberkunjung ke Museum Perjuangan.Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri.Teknik pengumpulan data yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknikanalisis data menggunakan teknik analisis interaktif. Pengujian keabsahan datamenggunakan teknik triangulasi sumber dan metode.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : (1) MuseumPerjuangan mempunyai beberapa strategi untuk menarik minat pengunjung, yaitu:(a) promosi lewat media masa, (b) Field Study, (c) Travel Dialog, (d) kemahbudaya, (e) Museum Masuk Sekolah, (f) Lomba untuk anak sekolah, (g) pamerankeliling, (h) pameran temporer, (i) piket harian petugas teknis, (j) penambahanfasilitas penunjang dan (k) Museum Perjuangan Expo, (2) faktor pendukung danpenghambat strategi meliputi: Strengths: (a) Anggaran berasal dari APBN, (b)Tiket masuk relatif murah dan terjangkau semua kalangan masyarakat, (c)Merupakan museum yang memiliki koleksi tentang perjuangan, (d) Berpotensisebagai tempat untuk penelitian dan wisata edukatif, (e) Mempunyai program-program kegiatan yang melibatkan masyarakat umum, (f) budaya organisasi.Weaknesess: (a) Lokasi yang tidak strategis, (b) Pengelolaan dibawah MuseumBenteng Vredeburg, (c) Kurangnya fasilitas yang ditawarkan, (d) SDM yangkurang, (e) Status tanah masih dimiliki oleh Kesultanan. Opportunities: (a)Kemajuan IPTEK, (b) Kondisi adat dan istiadat masyarakat yang sopan santundan ramah, (c) Kondisi sosial ekonomi yang didukung oleh penghasilan yangbaik. Threats: (a) Kondisi sosial budaya masyarakat yang menilai wisata museumtidak menarik, (b) Banyak objek wisata yang lebih menarik.
Kata Kunci : Strategi, Minat Pengunjung, Museum Perjuangan KotaYogyakarta
2
I. PENDAHULUAN
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah salah satu daerah yang
mempunyai keistimewaan tersendiri. DIY dipimpin oleh seorang sultan dan
tanpa melalui pemilihan langsung dari masyarakat. Pada zaman dulu
berdirilah sebuah kerajaan di Daerah Istimewa Yogyakarta dan sampai
sekarang nilai sejarahnya masih terlihat dari banyaknya peninggalan
kerajaan di lingkungan istana raja dan di daerah-daerah sekitarnya.
Peninggalan tersebut dapat disaksikan terpahat di monumen-monumen atau
museum peninggalan sejarah. Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai
beberapa predikat yang sangat melekat. Hal itu ditandai dengan terkenalnya
Yogyakarta sebagai Kota Perjuangan, Kota Pelajar, Kota Budaya, dan Kota
Pariwisata.
Predikat sebagai kota perjuangan adalah salah satu yang menjadi
image Yogyakarta. Hal ini ditandai dengan terjadinya Serangan Umum Satu
Maret untuk melawan Belanda yang pada akhirnya menjadikan Yogyakarta
sebagai Ibu Kota Negara Republik Indonesia selama enam jam. Kejadian
tersebut membawa dampak yang baik karena keberadaan Indonesia masih
diakui di dunia internasional. Bukti perjuangan para pahlawan di
Yogyakarta ini masih tersimpan di dalam museum atau monumen yang
tersebar di wilayah Yogyakarta. Dengan sejarah yang dimiliki Yogyakarta,
maka hal tersebut dapat dijadikan suatu peluang pariwisata edukatif yang
sangat menarik minat wisatawan. Banyaknya wisatawan yang berkunjung
akan menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD), karena salah satu
penyumbang PAD adalah dari sektor pariwisata.
Pariwisata di Yogyakarta sangatlah beragam. Daerah Istimewa
Yogyakarta memiliki empat kabupaten dan satu kota, yaitu Kabupaten
Bantul, Sleman, Kulonprogo, Gunungkidul dan Kota Yogyakarta. Masing-
masing kabupaten dan kota tersebut memiliki potensi pariwisata yang
berdeba-beda. Kemegahan Candi Prambanan dan Ratu Boko, Keraton
Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, Kota Tua Kota Gedhe, Makam
Raja-raja Mataram Kota Gedhe, museum, dan adat-istiadat serta kesenian
3
tradisionalnya sampai sekarang masih terjaga. Begitu juga dengan potensi
keindahan alam yang selalu menarik para wisatawan seperti kawasan
Kaliurang dan Gunung Merapi, puncak Suroloyo/Bukit Menoreh, Gunung
Gambar, Pegunungan Karst, Gumuk Pasir, Desa Wisata, maupun keindahan
pantai selatan.
Kota Yogyakarta merupakan salah satu daerah tujuan wisata yang
terkenal di Indonesia dan Mancanegara. Daerah yang penuh dengan nuansa
kebudayaan dan ramah tamah masyarakatnya ini menjadikan Kota
Yogyakarta banyak diminati wisatawan nusantara dan mancanegara. Setiap
tahun jumlah kunjungan wisatawan baik dari dalam negeri maupun
Mancanegara yang datang ke Kota Gudeg ini terus meningkat.
Tabel 1. Perkembangan Jumlah Pengunjung Daya Tarik Wisata di KotaYogyakarta Tahun 2008-2012
No.
Daya Tarik WisataTahun
Rata-rata2008 2009 2010 2011 2012
1 Keraton Yogyakarta 416.755 470.194 517.416 561.285 686.857 530. 5012 Tamansari 91.245 124.918 172.397 175.885 231.483 159.1853 Gembira Loka 669.607 944.810 889.219 1.018.690 1.445.148 993.4944 Purawisata 148.602 123.502 194.227 41.222 36.960 108.9025 Kebun Plasma Nutfah 959.405 7.574 8.031 7.333 10.265 198.5216 Pegelaran Keraton 28.506 318.543 262.489 247.869 272.659 226.0137 Taman Pintar 6.012 1.085.538 1.127.864 1.128.058 932.705 856.0358 Museum Sonobudoyo I 17.501 142.217 19.639 24.887 82.733 57.395
9Museum SasmitalokaPangsar Soedirwisman
9.729 10.198 11.877 11.476 10.364 10.728
10Museum Taman SiswaDewantara Kirti Griya
2.446 4.449 23.750 7.985 11.010 9.928
11Museum Sasana WiratamaP.Diponegoro
2.164 2.078 2.078 1.997 2.589 2.181
12Museum Pusat DharmaWiratama
4.769 232 3.444 4.902 5.641 3.797
13 Museum Perjuangan 1.945 2.839 4.834 6.038 13.958 5.92214 Museum Kereta Keraton 26.397 25.237 27.840 27.871 30.670 27.60315 Museum Sonobudoyo II - - - - 384 -16 Museum Mata dr.Yap - - - - 658 -17 Wayang Kulit Sasonohinggil 2.783 4.892 - - - -18 Museum Benteng Vredeburg 59.729 103.762 200.210 128.301 240.794 146.55919 Museum Biologi UGM 19.788 19.994 20.286 21.013 18.728 19.80920 Museum Puro Pakualaman - 1.408 724 497 320 -21 Museum Batik Sulaman - 876 1.091 1.117 2.109 -22 Istana Gedung Agung - 11.076 17.337 12.118 13.339 -23 Makan Raja Mataram - 18.709 19.147 20.925 26.931 -24 Museum Bahari - 5.278 5.602 6.066 7.300 -
25Kampung WisataDipowinatan
- - - 61 - -
Jumlah 2.467.383 3.428.324 3.529.502 3.456.153 4.083.605 3.392.993
Sumber: Buku Statistik Kepariwisataan tahun 2012
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa minat wisatawan di Kota
Yogyakarta terbilang tinggi. Dari tahun ke tahun cenderung meningkat.
Apalagi di tahun 2012 rata-rata jumlah kunjungan wisatawan meningkat
4
drastis. Hal ini menunjukkan bahwa wisatawan mancanegara dan lokal
sangat tertarik untuk berkunjung ke Kota Yogyakarta, dan juga
menunjukkan semakin meningkatnya kepercayaan wisatawan terhadap
situasi dan kondisi Kota Yogyakarta.
Salah satu jenis wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah wisata
Museum. Museum merupakan salah satu sektor pariwisata yang tersebar di
wilayah Yogyakarta. Di Kota Yogyakarta saja, dari 25 objek wisata yang
tersebar terdapat 15 museum. Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 19
Tahun 1995 tentang Museum, Museum adalah lembaga, tempat
penyimpanan, perawatan, pengamanan dan pemanfaatan benda-benda bukti
materiil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna
menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa.
Museum di Yogyakarta sangat beragam, salah satu museum yang
berada di kota Yogyakarta adalah Museum Perjuangan. Museum Perjuangan
adalah museum yang memiliki koleksi mengenai perjuangan bangsa
Indonesia. Museum ini didirikan untuk mengenang sejarah perjuangan
Bangsa Indonesia dan mengenang setengah abad masa Kebangkitan
Nasional. Koleksi museum tersebut antara lain Patung Kepala Pahlawan
Nasional, Relief, Replika, Lukisan, dan benda-benda bersejarah yang
digunakan para pahlawan Nasional dalam memperjuangkan kemerdekaan
Indonesia. Pada saat ini Museum Perjuangan berada di bawah pengelolaan
Museum Benteng Vredeburg.
Sebagai museum yang menyimpan koleksi bukti perjuangan bangsa
Indonesia, Museum Perjuangan berperan sangat penting bagi edukasi para
pengunjung yang ingin mengetahui bagaimana sejarah perjuangan bangsa
Indonesia. Akan tetapi, banyaknya museum yang terdapat di Yogyakarta
tidak diimbangi dengan minat masyarakat untuk berkunjung. Seperti halnya
Museum Perjuangan yang kurang diminati oleh para pengunjung. Dari data
yang diperoleh di tabel 1 di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
pengunjung Museum Perjuangan sangat sedikit. Walaupun jumlah
pengunjung setiap tahun meningkat akan tetapi jika dilihat dari jumlahnya
5
maka pengunjung di museum tersebut sangatlah sedikit jika dibanding
dengan museum-museum yang lain seperti Museum Sonobudoyo, Museum
Benteng Vredeburg dan Museum Sasmitaloka.
Pada umumnya permasalahan yang terjadi pada permuseuman di
Indonesia yakni sulitnya untuk menarik pengunjung. Sedikitnya jumlah
pengunjung yang datang ke museum mengindikasikan bahwa museum
adalah tempat wisata yang kurang menarik. Ada dua masalah utama yang
menyebabkan kurang diminatinya museum di Kota Yogyakarta. Terutama
ketika museum diletakkan dalam konteks ramai-tidaknya kunjungan pada
musim liburan. Pertama, pada aspek internal museum itu sendiri. Aspek
internal museum yang dimaksud ialah pada wilayah estetika visual museum.
Kemudian yang kedua, lebih pada persoalan relasi museum dengan publik,
yaitu sejauh mana strategi museum sebagai institusi edukatif dan seni
membangun interaksi dengan publik secara positif/mutualisme.
(Iidmarsanto. (2010). Perjuangan dan Problem Museum Kita.
http://iidmarsanto.wordpress.com/2010/07/10/menilik-problem-strategi-
museum-kita/ diakses pada tanggal 12 sepetember 2013 pukul 14.05)
Museum Perjuangan juga memiliki permasalahan dari segi intern
museum. Hal ini di buktikan dengan kalimat yang dilontarkan oleh anggota
gerakan Sahabat Museum Kota Yogyakarta, Suryadin Laoddang pada koran
Tribun. “Pengelolaan, SDM (sumber daya manusia, Red) pemandu harus
dibenahi. Dengan begitu, meskipun harga tiket masuk agak mahal, tapi
pengunjung tertarik dan bisa mempelajari apa yang ada di museum lebih
detail”.
(Rina Eviana. (2011). Pengunjung Museum Perjuangan Yogya Hanya
Satu Orang Per Hari. http://jogja.tribunnews.com/2011/05/19/pengunjung-
museum-perjuangan-yogya-hanya-satu-orang-per-hari/ diakses pada tanggal
7 Desember 2013 pukul 20.24)
Fasilitas yang dimiliki Museum Perjuangan juga belum begitu
lengkap. Fasilitas yang ditawarkan hanya meliputi perpustakaan, parkir dan
toilet. Fasilitas pendukung yang dapat menarik pengunjung seperti cafetaria,
6
taman, dll juga belum tersedia di museum ini. Padahal Museum Perjuangan
berada di bawah pengelolaan yang sama dengan Museum Benteng
Vredeburg yang pengunjungnya bisa mencapai ratusan ribu.
Jika museum dianggap sebagai media pembelajaran, maka
pengelolaan museum yang profesional menjadi sangat penting. Untuk
itulah, para pengelola museum diharapkan mampu membenahi museum
agar bisa menjadikan museum sebagai tempat yang menarik bagi
pengunjung. Museum Perjuangan termasuk salah satu museum yang
mempunyai tugas untuk mengangkat wisata museum yang berada di
Yogyakarta agar wisatawan tertarik untuk berkunjung ke museum. Museum
Perjuangan juga harus mempunyai pengelolaan yang baik agar bisa
mengelola museum secara baik. Untuk itu diperlukan suatu manajemen
yang bisa memperbaiki citra museum dan menarik para wistawan untuk
berkunjung ke museum tersebut. Dengan latar belakang tersebut maka
peneliti ingin meneliti tentang Strategi Museum Perjuangan Kota
Yogyakarta dalam Meningkatkan Minat Pengunjung Museum. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui strategi yang dilakukan oleh manajemen
Museum Perjuangan agar bisa menarik wisatawan untuk berkunjung ke
Museum Perjuangan.
Penelitian yang dilakukan oleh I Wayan Wiwin (2011) berjudul
“Strategi Pengelolaan Museum Gunungapi Batur Sebagai Daya Tarik
Wisata di Kabupaten Bangli” menyimpulkan bahwa dalam operasional
pengelolaannya, Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur telah
melaksanakan berbagai program kerja sesuai dengan fungsi dan wewenang
yang diamanatkan dalam Pasal 5 Peraturan Bupati Bangli Nomor 13 Tahun
2007. Program kerja yang telah dirumuskan dan dilaksanakan oleh pihak
Badan Pengelola Museum Gunungapi Batur selama ini sesuai dengan fungsi
dan wewenangnya dalam operasional pengelolaan Museum Gunungapi
Batur sebagai tempat reservasi, konservasi, koleksi dan edukasi tentang
kegunungapian, serta sebagai salah satu daya tarik wisata di Kabupaten
Bangli.
7
Penelitian tersebut dapat menjadi acuan peneliti terkait dengan
strategi Museum Perjuangan dalam menarik minat pengunjung Museum.
Dari penelitian tersebut bisa diketahui bagaimana cara pengelolaan
Museum, faktor-faktor pendorong dan penghambat upaya meningkatkan
pengelolaan Museum Perjuangan sebagai daya tarik wisata dan strategi apa
yang dapat dilaksanakan untuk meningkatkan pengelolaan Museum
melalui analisis SWOT.
Permasalahn yang terjadi pada wisata museum sekarang ini adalah
kurang menariknya tampilan museum secara fisik, image museum yang
sering dipandang sebagai tempat yang membosankan, anggapan masyarakat
bahwa museum bukan sebagai tempat wisata yang menyenangkan, peran
museum yang belum bisa dioptimalkan secara baik, minimnya fasilitas yang
diberikan dari museum dan rendahnya minat pengunjung Museum
Perjuangan dibandingkan dengan Museum Benteng Vredeburg yang
merupakan museum peninggalan perjuangan bangsa Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam strategi
yang dilakukan Museum Perjuangan untuk menarik minat wisatawan agar
berkunjung ke museum dan faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan
strategi tersebut.
II. KAJIAN PUSTAKA
Strategi
Strategi, menurut Chandler dalam Rangkuti (2005: 4), adalah tujuan
jangka panjang dari suatu perusahaan, serta pendayagunaan dan alokasi
semua sumber daya yang penting untuk mencapai tujuan tersebut.
Sedangkan menurut Reksohadiprodjo (2003: 1) strategi adalah pola tindak
manajemen untuk mencapai tujuan badan usaha.
Strategi dapat berjalan apabila terdapat sesuatu yang mengatur strategi
tersebut, yang biasanya disebut dengan manajemen strategi. Menurut
Nawawi (2005: 148) manajemen strategik adalah usaha manajerial
menumbuhkembangkan kekuatan organisasi untuk mengeksploitasi peluang
8
yang muncul guna mencapai tujuannya yang telah ditetapkan sesuai dengan
misi yang telah ditentukan.
Dalam Hunger dan Wheelen (2004: 9-11) proses manajemen strategis
meliputi empat elemen dasar : (1) pengamatan lingkungan, (2) perumusan
strategi, (3) implementasi strategi, dan (4) evaluasi dan pengendalian.
Gambar. 1 Elemen-elemen Dasar dari Proses Manajemen Strategis
Dalam menganalisis manajemen strategi terlebih dahulu diperlukan
adanya analisis faktor lingkungan, yang terdiri dari analisis faktor
lingkungan internal dan analisis faktor lingkungan eksternal. Dimensi
internal dalam manajemen strategi adalah kondisi organisasi pada saat
sekarang berupa kekuatan dan kelemahan yang harus diketahui secara tepat
untuk merumuskan rencana strategi yang berjangka panjang. Kondisi
internal tersebut perlu dianalisis untuk diketahui keadaannya secara tepat.
Faktor lingkungan internal antara lain tentang Sumber Daya Manusia
(SDM) dari segi kuantitatif dan kualitatif, teknologi termasuk sarana dan
prasarana, sistem penganggaran dan prediksi anggaran yang tersedia, sikap
dan komitmen manajemen puncak dan lain-lain. Sedangkan dimensi
lingkungan eksternal pada dasarnya merupakan analisis terhadap lingkungan
sekitar organisasi yang mencakup lingkungan operasional, lingkungan
nasional dan lingkungan global (internasional), yang mencakup berbagai
aspek atau kondisi seperti kondisi sosial politik, sosial ekonomi, sosial
budaya, kependukukan, kemajuan dan perkembangan ilmu dan teknologi,
adat istiadat, agama dan lain-lain (Nawawi, 2005: 157-158).
Pengamatanlingkungan
PerumusanStrategi
Implementasistrategi
Evaluasi danpengendalian
9
Museum
Museum menurut International Council of Museums (ICOM) adalah
sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani
masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, memperoleh,
merawat, menghubungkan, dan memamerkan artefak-artefak perihal jati diri
manusia dan lingkungannya untuk tujuan-tujuan studi, pendidikan dan
rekreasi. Sedangkan Museum menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun
1995 Pasal 1 ayat (1) adalah lembaga, tempat penyimpanan, perawatan,
pengamanan, dan pemanfaatan benda-benda bukti materiil hasil budaya
manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan
dan pelestarian kekayaan budaya bangsa (Rahardjo, 2011: 161).
Pembangunan Museum mempunyai beberapa tujuan. Tujuan museum
menurut Kotler & Kotler dalam Rahardjo (2011: 161) adalah sebagai
berikut:
1. Meningkatkan jumlah pengunjung2. Membangun keanggotaan3. Memperbanyak koleksi yang relevan4. Merancang pameran dan program yang dapat menarik
pengunjung dari berbagai kelompok masyarakat.5. Memperluas jangkauan fungsi pendidikan6. Mengembangkan fasilitas7. Meningkatkan pelayanan kepada pengunjung8. Menignkatkan bantuan dana9. Menghilangkan defisit operasional
Dewasa ini terjadi permasalahan-permasalahan dalam dunia
permuseuman. Beberapa permasalahan museum menurut Rahardjo (2011:
159-160) antara lain:
1. Museum terancam ditinggalkan oleh pengunjungnya karenapusat-pusat kegiatan untuk mengisi waktu luang semakinbervariasi, sementara itu museum yang ada tidak dapatmengikuti perkembangan tuntutan komsumen.
2. Apresiasi pengunjung terhadap koleksi museum yag dipamerkantidak menunjukkan tanda-tanda yang menggembirakan.Penataan koleksi dianggap membosankan karena bersifat statis.
3. Pengelola museum terkesan kurang antusias dalam menjalankanprofesinya sehingga pengunjung tidak dapat memperoleh kesan
10
yang mendalam atau mendapat pengetahuan baru ketikamengunjungi museum.
Bangunan untuk museum kurang terawat, fasilitas umum kurang
diperhatikan dan koleksi kurang ditampilkan dengan menarik sehingga
museum terkesan seperti gudang yang justru membuat calon pengunjung
enggan untuk mendatangi museum.
Pariwiasata
Pengertian Pariwisata menurut Profesor K Krapt dalam Yoeti (1996:
112) adalah keseluruhan dari gejala-gejala yang ditimbulkan dari perjalanan
dan pendiaman orang-orang asing serta penyediaan tempat tinggal
sementara, asalkan orang asing itu tidak tinggal menetap dan tidak
memperoleh penghasilan dari aktivitas yang bersifat sementara.
Spillane (1987: 29-31) membedakan jenis pariwisata menjadi sebagai
berikut :
1. Pariwisata untuk Menikmati Perjalanan (Pleasure Tourism)Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yangmeninggalkan tempat tinggalnya untuk berlibur, untuk mencariudara segar yang baru, untuk memenuhi kehendak ingintahunya, untuk mengendorkan ketegangan sarafnya, untukmelihat sesuatu yang baru, untuk menikmati keindahan alam,atau bahkan untuk mendapatkan ketenangan dan kedamaian didaerah luar kota.
2. Pariwisata untuk Rekreasi (Recreation Tourism)Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yangmenghendaki pemanfaatan hari-hari liburnya untuk beristirahat,untuk memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohaninya,yang ingin menyegarkan keletihan dan kelelahannya.
3. Pariwisata untuk Kebudayaan (Cultural Tourism)Jenis pariwisata ini dilakukan karena adanya keinginan untukmempelajari adat istiadat, kelembagaan, dan cara hidup rakyatdaerah lain, selain itu untuk mengunjungi monumen bersejarah,peninggalan peradaban masa lalu, pusat-pusat kesenian, pusat-pusat keagamaan, atau untuk ikut serta dalam festival-festivalseni musik, teater, tarian rakyat, dan lain-lain.
4. Pariwisata untuk Olahraga (Sports Tourism)Jenis ini dapat dibagi dalam dua kategori :
11
a. Big Sports Event, pariwisata yang dilakukan karena adanyaperistiwa-peristiwa olahraga besar seperti Olympiade Games,World Cup, dan lain-lain.
b. Sporting Tourism of the Practitioner, yaitu pariwisataolahraga bagi mereka yang ingin berlatih dan mempraktekansendiri, seperti pendakian gunung, olahraga naik kuda, danlain-lain.
5. Pariwisata untuk Urusan Usaha Dagang (Business Tourism)Perjalanan usaha ini adalah bentuk professional travel atauperjalanan karena ada kaitannya dengan pekerjaan atau jabatanyang tidak memberikan kepada pelakunya baik pilihan daerahtujuan maupun pilihan waktu perjalanan.
6. Pariwisata untuk Berkonvensi (Convention Tourism)Konvensi sering dihadiri oleh ratusan dan bahkan ribuan pesertayang biasanya tinggal beberapa hari di kota atau negarapenyelenggara.
III. METODOLOGI PENELITIAN
Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif.
Lexy J. Moleong (2010: 6) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai
penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang
dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
tindakan, secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan
berbagai metode ilmiah. Penggunaan metode penelitian kualitatif ini
membantu peneliti dalam mengumpulkan berbagai informasi yang terkait
dengan strategi yang dilakukan Museum Perjuangan kota Yogyakarta dalam
menarik minat wisatawan agar berkunjung ke museum.
Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Museum Perjuangan kota
Yogyakarta yang berlokasi di Jl. Kolonel Sugiyono 24 Kota Yogyakarta.
Pemilihan lokasi tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa museum
tersebut termasuk Museum Negeri yang sepi dari pengunjung dan
12
merupakan museum yang memiliki nilai sejarah yang tinggi. Waktu
penelitian telah dilaksanakan pada 9 Januari - 22 Januari 2014.
Subjek Penelitian
Subyek penelitian merupakan orang-orang yang dianggap mampu
memberikan informasi mengenai latar belakang dan keadaan yang
sebenarnya dari obyek yang diteliti sehingga data yang dihasilkan dapat
akurat. Pihak-pihak yang telah dipilih menjadi subyek penelitian antara
lain:
1. Bapak Drs. Gubawah Haji Kepala kelompok kerja Museum Benteng
Vredeburg, yang merupakan unit 1 dan pengelola dari Museum
Perjuangan
2. Ibu Bekti Istiwayah Koordinator Museum Perjuangan Yogyakarta
3. 20 Wisatawan yang berkunjung ke Museum Perjuangan
Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan sebagai
instrumen aktif dalam upaya mengumpulkan data di lapangan, maka peneliti
sebagai instrumen melakukan validasi terkait persiapan melakukan
penelitian sebelum terjun ke lapangan penelitian. Validasi terhadap peneliti
meliputi pemahaman metode penelitian kualitatif dan penguasaan mengenai
objek yang diteliti, yaitu strategi museum perjuangan Kota Yogyakarta
dalam meningkatkan minat pengunjung.
Sumber Data
1. Data Primer
Lofland dalam Moleong (2010: 157) mengemukakan bahwa
sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan
tindakan. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber data yang diperoleh
dari lapangan dengan mengamati atau mewawancarai. Sebelum
dilakukannya wawancara peneliti melakukan observasi dilokasi untuk
13
mendapat informasi tentang kondisi lokasi penelitian. Peneliti
menggunakan data ini untuk mendapatkan informasi langsung tentang
Strategi Museum Perjuangan Kota Yogyakarta dalam meningkatkan
minat pengunjung museum yaitu dengan wawancara dengan Kepala
kelompok kerja Museum Benteng Vredeburg, Koordinator Museum
Perjuangan Yogyakarta, dan wisatawan yang berkunjung ke Museum
Perjuangan.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat dari sumber bacaan dan
berbagai macam sumber lainnya yang terdiri dari surat-surat pribadi,
buku harian, notula rapat perkumpulan, sampai dokumen-dokumen resmi
dari berbagai instansi pemerintah. Data sekunder juga dapat berupa
majalah, buletin, publikasi dari berbagai organisasi, lampiran-lampiran
dari badan-badan resmi seperti kementrian-kementrian, hasil-hasil studi,
tesis, hasil survei, studi historis, dan sebagainya. Peneliti menggunakan
data sekunder ini untuk memperkuat penemuan dan melengkapi
informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara dengan dengan
Kepala kelompok kerja Museum Benteng Vredeburg, Koordinator
Museum Perjuangan Yogyakarta, dan wisatawan yang berkunjung ke
Museum Perjuangan.
Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi langsung adalah cara pengambilan data dengan
menggunakan indera tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk
keperluan tersebut. Dalam kegiatan sehari-hari, kita selalu menggunakan
mata untuk mengamati sesuatu. Observasi atau pengamatan merupakan
salah satu teknik penelitian yang sangat penting. Pengamatan itu
14
digunakan karena berbagai alasan. Ternyata ada beberapa tipologi
pengamatan. Terlepas dari jenis pengamatan, dapat dikatakan bahwa
pengamatan terbatas dan tergantung pada jenis dan variasi pendekatan
(Moleong, 2009: 242). Observasi ini digunakan untuk penelitian yang
telah direncanakan secara sistematik mengenai bagaimana strategi
Museum Perjuangan Kota Yogyakarta dalam menarik minat pengunjung
Museum dengan cara mengamati bagaimana pelayanan yang diberikan
oleh petugas Museum Perjuangan kepada pengunjung, apa saja fasilitas
yang ditawarkan dan bagaimana keadaan lingkkungan di Museum
Perjuangan.
2. Wawancara
Menurut Moleong (2010: 187) wawancara adalah percakapan
dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu
pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Teknik wawancara yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan petunjuk
umum. Jenis wawancara ini mengharuskan pewawancara membuat
kerangka dan garis besar pokok-pokok yang dirumuskan tidak perlu
ditanyakan secara berurutan (semi struktur). Penggunaan teknik
wawancara dengan menggunakan petunjuk umum wawancara
dikarenakan agar garis besar hal-hal yang akan ditanyakan kepada
narasumber terkait dengan strategi Museum Perjuangan kota Yogyakarta
dalam menarik minat pengunjung Museum dapat tercakup dan dapat
semua terjawab. Wawancara dilakukan dengan membawa pedoman
wawancara (interview guide) dengan tujuan agar wawancara tidak
menyimpang dari permasalahan. Wawancara ini ditujukan kepada Kepala
kelompok kerja Museum Benteng Vredeburg dan Koordinator Museum
Perjuangan Yogyakarta. Sedangkan untuk wisatawan yang berkunjung
ke Museum Perjuangan menggunakan wawancara terstrukrut dengan cara
wisatawan mengisisi daftar pertanyaan yang telah disediakan.
Wawancara pada penelitian ini berlangsung selama 10 hari.
15
3. Dokumentasi
Studi dokumen yaitu cara pengumpulan data dan telaah pustaka,
dimana dokumen-dokumen yang dianggap menunjang dan relevan
dengan permasalahan yang akan diteliti baik berupa literatur, laporan
tahunan, majalah, jurnal, tabel, karya tulis ilmiah dokumen peraturan
pemerintah dan Undang-Undang yang telah tersedia pada lembaga yang
terkait dipelajari, dikaji dan disusun/dikategorikan sedemikian rupa
sehingga dapat diperoleh data guna memberikan informasi berkenaan
dengan penelitian yang akan dilakukan.
Teknik Keabsahan Data
Dalam pengecekan data peneliti menggunakan teknik pemeriksaan
keabsahan data yaitu triangulasi. Langkah yang digunakan dalam teknik
triangulasi data ini adalah dengan menggunakan sumber dan metode. Patton
(dalam Lexy J. Moleong, 2010:330-331) mengatakan bahwa “triangulasi
dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
berbeda. Dengan menggunakan teknik ini peneliti dapat membandingkan
data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara, membandingkan apa
yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara
pribadi, membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi
penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, membandingkan
keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan
orang seperti rakyat biasa, orang berada, orang pemerintahan, dan
membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan”. Sedangkan menurut Patton (dalam Lexi J. Moleong, 2010:331)
mengemukakan “triangulasi dengan metode terdapat dua sttategi, yaitu
pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik
pengumpulan data dan pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber
data dengan metode yang sama”.
16
Teknik Analisis Data
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan kegiatan merangkum catatan–catatan
lapangan dengan memilah hal-hal yang pokok yang berhubungan dengan
permasalahan penelitian, rangkuman catatan-catatan lapangan itu
kemudian disusun secara sistematis agar memberikan gambaran yang
lebih tajam serta mempermudah pelacakan kembali apabila sewaktu-
waktu data diperlukan kembali. Peneliti menggunakan reduksi data
dengan tujuan memudahkan dalam pengumpulan data di lapangan.
2. Display data
Display data berguna untuk melihat gambaran keseluruhan hasil
penelitian, baik yang berbentuk matrik atau pengkodean, dari hasil
reduksi data dan display data itulah selanjutnya peneliti dapat menarik
kesimpulan data memverifikasikan sehingga menjadi kebermaknaan data.
Peneliti menggunakan display data ini untuk melihat gambaran
penelitian.
3. Kesimpulan dan Verifikasi
Untuk menetapkan kesimpulan yang lebih beralasan dan tidak lagi
berbentuk kesimpulan yang coba-coba, maka verifikasi dilakukan
sepanjang penelitian berlangsung sejalan dengan memberchek,
trianggulasi dan audit trail, sehingga menjamin signifikansi atau
kebermaknaan hasil penelitian. Peneliti menggunakan metode ini untuk
memverifikasi kesimpulan yang jelas dan pasti.
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Strategi Museum Perjuangan kota Yogyakarta dalam menarik minat
wisatawan diawali dengan analisis lingkungan yang terdiri dari kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman. Kekuatan yang dimiliki oleh Museum
Perjuangan adalah (a) Anggaran berasal dari APBN, (b) Tiket masuk relatif
murah dan terjangkau semua kalangan masyarakat, (c) Merupakan museum
yang memiliki koleksi tentang perjuangan, (d) Berpotensi sebagai tempat
17
untuk penelitian dan wisata edukatif, (e) Mempunyai program-program
kegiatan yang melibatkan masyarakat umum. (f) budaya organisasi.
Kelemahan yang dimilik oleh Museum Perjuangan adalah (a) Lokasi yang
tidak strategis, (b) Pengelolaan dibawah Museum Benteng Vredeburg, (c)
Kurangnya fasilitas yang ditawarkan, (d) SDM yang kurang, (e) Status
tanah masih dimiliki oleh Kesultanan. Peluang yang dimiliki oleh Museum
Perjuangan adalah (a) Kemajuan IPTEK, (b) Kondisi adat dan istiadat
masyarakat yang sopan santun dan ramah, (c) Kondisi sosial ekonomi yang
didukung oleh penghasilan yang baik. Sedangkan ancaman yang dimiliki
oleh Museum Perjuangan adalah (a) Kondisi sosial budaya masyarakat
yang menilai wisata museum tidak menarik, (b) Banyak objek wisata yang
lebih menarik.
Perumusan strategi yang di lakukan oleh Museum Perjuangan adalah
dengan cara melihat kekuatan dan peluang yang dimiliki serta
meminimalisir kelemahan dan ancaman dengan mengacu pada visi dan misi
yaang sudah ada. Dari perumusan tersebut didapat beberapa strategi yang
dilakukan oleh Museum Perjuangan untuk menarik pengunjung yaitu
dengan cara membuat program-program kegiatan yang direncanakan dalam
rencana strategis lima tahunan dengan memanfaatkan dana APBN.
Program-program tersebut antara lain promosi lewat media masa, Field
Study, Travel Dialog, kemah budaya, Museum Masuk Sekolah, Lomba
untuk anak sekolah, pameran keliling, pameran temporer, piket harian
petugas teknis, penambahan fasilitas penunjang dan Museum Perjuangan
Expo.
Ketepatan strategi yang dilakukan oleh Museum Perjuangan untuk
menarik pengunjung ini dirasa kurang efektif. Ada yang sudah efektif dan
ada yang belum efektif. Contohnya untuk promosi yang dilakukan oleh
Museum Perjuangan sangat lemah. Tidak ada promosi melaui web site yang
juga berpengaruh sangat besar bagi wisatawan yang akan berkungjung.
Karena dari wawancara dengan pengunjung didapat sebagian besar
mengetahui keberadaan Museum Perjuangan dari internet. Untuk program
18
yang lain adalah mempromosikan Museum Perjuangan ke luar daerah
seperti travel dialog dan pameran keliling. Hal tersebut memang
mengenalkan Museum Perjuangan ke luar daerah akan tetapi jika dilihat dari
masyarakat sekitar saja sedikit sekali yang mengetahui keberadaan Museum
Perjuangan. Akan tetapi program yang lain seperti Museum Perjuangan
Ekspo, Museum Masuk Sekolah, dan lomba anak sekolah sangat efektif
dilakukan karena untuk mengenalkan Museum Perjuangan pada anak
sekolah sejak dini dan bisa menanamkan rasa cinta terhadap museum. Untuk
penambahan fasilitas juga sangat berpengaruh dalam strategi untuk menarik
pengunjung karena pengunjung akan lebih tertarik untuk berkunjung ke
Museum Perjuangan jika fasilitas yang ditawarkan membuat pengunjung
nyaman.
Akan tetapi dalam melakukan program kegiatan tersebut terdapat
beberapa kendala yang di hadapi. Belum adanya fasilitas yang memadai
akan menghambat beberapa program yang telah disediakan untuk menarik
pengunjung di Museum Perjuangan. Seperti panggung hiburan yang bisa
digunakan untuk lomba-lomba di kalangan masyarakat, auditorium untuk
seminar dan sebagainya. Kendala lain adalah Museum Perjuangan
merupakan akses jalan keluar masuk penduduk kampung. Sehingga sangat
sulit untuk mengatur masyarakat yang ada disekitar.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Museum Perjuangan merupakan Museum Benteng Vredeburg unit 2
yang sama-sama dibawah pengelolaan Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud). Kedua museum tersebut sama-sama memiliki
koleksi tentang perjuangan bangsa Indonesia. Museum Perjuangan memiliki
beberapa strategi yang dilakukan untuk menarik minat pengunjung agar
berkunjung ke Museum Perjuangan. Strategi dilakuakn dengan cara
mencocokan peluang dan ancaman yang dihadapi dengan kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki. Strategi tersebut adalah menyusun program-
19
program kegiatan yang sekiranya bisa menarik minat para pengunjung, yaitu
antara lain promosi lewat media masa, Field Study, Travel Dialog, kemah
budaya, Museum Masuk Sekolah, Lomba untuk anak sekolah, Pameran
keliling, Pamrean temporer, piket harian petugas teknis, penambahan
fasilitas penunjang dan Museum Perjuangan Expo yang merupakan kegiatan
unggulan di Museum Perjuangan.
Dalam melaksanakan strateginya, Museum Perjuangan memiliki
beberapa faktor pendukung dan penghambat. Museum Perjuangan memiliki
beberapa kekuatan yang mendukung dalam pelaksanaan proses strategi
menarik minat pengunjung. Kekuatan tersebut antara lain anggaran berasal
dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), tiket masuk relatif
murah dan terjangkau semua kalangan masyarakat, merupakan museum
yang memiliki koleksi tentang perjuangan, berpotensi sebagai tempat untuk
penelitian dan wisata edukatif, dan mempunyai program-program kegiatan
yang melibatkan masyarakat umum. Peluang yang dimiliki oleh Museum
Perjuangan antara lain kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK),
kondisi adat dan istiadat masyarakat yang sopan santun dan ramah dan
kondisi sosial ekonomi yang didukung oleh penghasilan yang baik.
Kekuatan dan peluang yang dimiliki oleh Museum Perjuangan merupakan
faktor pendukung dan dapat membantu untuk melakukan strategi dalam
menarik minat pengunjung.
Kelemahan yang dimiliki oleh Museum Perjuangan antara lain lokasi
yang tidak strategis, pengelolaan dibawah Museum Benteng Vredeburg,
kurangnya fasilitas yang ditawarkan, sumber Daya Manusia (SDM) yang
kurang, dan status tanah masih dimiliki oleh Kesultanan Yogyakarta. Dan
ancaman yang dimiliki oleh Museum Perjuangan adalah kondisi sosial
politik yang masih di bawah Kesultanan Yogyakarta, kondisi sosial budaya
masyarakat yang menilai wisata museum tidak menarik, dan banyak objek
wisata yang lebih menarik. Kelemahan dan ancaman yang dimiliki oleh
Museum Perjuangan merupakan faktor penghambat pelaksanaan proses
20
strategi untuk menarik minat pengunjung museum. Sehingga faktor
penghambat akan mempersulit Museum Perjuangan dalam melaksanakan
strategi tersebut.
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dirumuskan, maka dapat
disampaikan saran sebagai berikut:
1. Museum Perjuangan merupakan salah satu wisata museum yang ada di
Kota Yogyakarta hendaknya lebih memperhatikan usahanya dalam
menarik pengunjung agar wisatawan berminat untuk berkunjung di
Museum Perjuangan karena museum tersebut merupakan museum yang
memiliki koleksi benda perjuangan bangsa Indonesia, sehingga
masyarakat atau pengunjung seharusnya tertarik untuk berkunjung agar
bisa menghayati bagaimana dahulu para pejuang bangsa
memperjuangkan negara.
2. Museum Perjuangan hendaknya menambah fasilitas yang diberikan
kepada pangunjung museum agar pengunjung merasa lebih nyaman dan
tertarik untuk mengunjungi Museum Perjuangan. Memaksimalkan
fasilitas yang sudah ada juga merupakan salah satu usaha untuk lebih bisa
menarik minat pengunjung. Selain fasilitas, Museum Perjuangan juga
harus menggencarkan promosi agar semakin dikenal secara luas. Salah
satunya bbisa dengan cara menyebar leaflet, sticker, dan yang pasti
membuat website khusus Museum Perjuangan karena sebagian besar
pengunjung yang berasal dari luar daerah mengetahui keberadaan
Museum Perjuangan melalui internet.
3. Museum Perjuangan yang merupakan bagian unit 2 dari Museum
Benteng Vredeburg hendaknya disamakan pelayanan yang diberikan
kepada pengunjung museum agar pengunjung Museum Perjuangan lebih
tertarik untuk berkunjung. Walaupun strategi yang dilakukan sama akan
tetapi Museum Benteng Vredeburg seharusnya berupaya lebih untuk
mempromosikan Museum Perjuangan karena jika dibandingkan dengan
21
Museum Benteng Vredeburg sendiri, Museum Perjuangan memiliki lebih
banyak kekurangan.
4. Masyarakat sebagai sasaran wisata Museum Perjuangan hendaknya
menghilangkan budaya yang memandang museum sebagai tempat yang
kurang menarik dan membosankan. Masyarakat harus menyadarkan diri
agar wisata museum tersebut merupakan wisata yang bisa membawa
banyak manfaat karena selain sebagai tempat untuk berwisata, museum
juga bisa mempunyai fungsi untuk belajar. Sebagai museum yang
memiliki koleksi perjuangan Indonesia, masyarakat seharusnya lebih bisa
menghayati bagaimana pada jaman dahulu dalam memperjuangakan
negara Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Freddy Rangkuti. (2005). Analisis Swot Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama
Gamal Suwantoro. (2004). Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta: andi
Hadari Nawawi. (2005). Manajemen Strategik Organisasi Non Profit BidangPemerintahan. Yogyakarta: Gajah Mada University Press
Hunger, J. David dan Thomas L. Wheelen. (2004). Manajemen Strategis.Yogyakarta: ANDI
Husein Umar. (2010). Desain penelitian manajemen strategik. Jakarta: Rajawalipers.
Moleong, Lexy J. (2010). Metode Penelitian kualitataif. Bandung: RemajaRosdakarya.
Oka A. Yoeti. (1985). Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa.
___________. (1996). Pemasaran Pariwisata. Bandung: Angkasa.
___________. (2005). Perencanaan Strategis Pemasaran daerah Tujuan Wisata.Jakarta: Pradya Paramita.
Siagian, Sondang P. (2005). Manajemen stratejik. Jakarta: Bumi Aksara
22
Sukanto Reksohadiprodjo. (2003). Manajemen Strategi. Yogyakarta: BPFE
Supratikno Rahardjo. (2011). Pengelolaan Warisan Budaya di Indonesia.Bandung: Lubuk Asung.
Administrator. (2007). Profil Kota Yogyakarta.http://www.jogjakota.go.id/about/sejarah-kota-yogyakarta#sthash.AGPMpyDO.dpuf diakses pada tanggal 13 Januari2014 pukul 13.30
Administrator. (2013). Museum Perjuangan Yogyakarta.http://id.wikipedia.org/wiki/Museum_Perjuangan_Yogyakarta diaksespada tanggal 13 Januari 2014 pukul 15.15
Administrator. (2013). Museum Perjuangan Yogyakarta.http://gudeg.net/id/directory/12/1652/Museum-Perjuangan-Yogyakarta.html#.UtNw-tIW26M diakses pada tanggal 13 Januari 2014pukul 15.03
Administrator. (2010). Museum Perjuangan-Museum Vredeburg Unit II.http://museum-perjuangan.blogspot.com/ diakses pada tanggal 13 Januari2014 pukul 14.55
Iidmarsanto. (2010). Perjuangan dan Problem Museum Kita.http://iidmarsanto.wordpress.com/2010/07/10/menilik-problem-strategi-museum-kita/ diakses pada tanggal 12 sepetember 2013 pukul 14.05
Rina Eviana. (2011). Pengunjung Museum Perjuangan Yogya Hanya Satu OrangPer Hari http://jogja.tribunnews.com/2011/05/19/pengunjung-museum-perjuangan-yogya-hanya-satu-orang-per-hari/ diakses pada tanggal 7Desember 2013 pukul 20.24
Mohammad Zakaria. (2011). Pengertian, Fungsi dan Jenis-Jenis Museum.http://belajaritutiadaakhir.blogspot.com/2011/08/museum-di-indonesia.html diakses pada tanggal 28 oktober pukul 23.50
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 1995 TentangPemeliharaan Dan Pemanfaatan Benda Cagar Budaya Di Museum
I Wayan Wiwin. (2012). Strategi Pengelolaan Museum Gunungapi Batur SebagaiDaya Tarik Wisata di Kabupaten Bangli. Laporan Penelitian. UniversitasUdayana.