Upload
others
View
12
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
STRATEGI DAKWAH MUHAMMADIYAH DALAM MENINGKATKAN
UKHUWAH ISLAMIYAH DI KECAMATAN PITU RIAWA
KABUPATEN SIDRAP PROVINSI
SULAWESI SELATAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
(S.Sos) Pada Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas
Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh :
HERMA HAIDI
NIM : 105270000615
PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
1442 H / 2020 M
ABSTRAK
Nama : Herma Haidi
NIM : 105270000615
Judul Skripsi : Strategi Dakwah Muhammadiyah Dalam
Meningkatkan Ukhuwah Islamiyah Di Kecamatan
Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Provinsi Sulawesi
Selatan
Penelitian ini berjudul Strategi Dakwah Muhammadiyah Dalam Meningkatkan Ukhuwah Islamiyah Di Kecamatan Pitu Riawa,Kabupaten Sidrap. Adapun pembimbing dalam skripsi ini ialah Dahlan Lama Bawa dan Hasan Bin Juhanis.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran umum ukhuwah islamiyah di Kecamatan Pitu Riawa, untuk mengetahui bagaimana strategi dakwah Muhammadiyah dalam meningkatkan Ukhuwah Islamiyah di Kec. Pitu Riawa serta apa saja kendala dalam memelihara ukhuwah Islamiyah di Kec. Pituriawa.
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yaitu suatu penelitian yang dimaksudkan untuk mengungkapkan sebuah fakta empiris secara objektif ilmiah dengan berlandaskan pada logika keilmuan, prosedur dan didukung oleh metodologi dan teoritis yang kuat sesuai disiplin keilmuan yang ditekuni pada strategi dakwah dalam menjaga dan meningkatkan ukhuwah islamiyah di kec. Pitu Riawa kabupaten Sidenreng Rappang Provinsi Sulawesi Selatan.
Adapun hasil penelitian yang didapatkan oleh peneliti ialah ukhuwah islamiyah di kec. Pitu Riawa masih memiliki kesenjangan ukhuwah dari berbagai bentuk sehingga strategi dakwah Muhammadiyah dalam meningkatkan ukhuwah islamiyah yaitu bergerak dalam bidang pendidikan, pengajian rutin, pengelolaan amal usaha dan lain-lain. Kendala-kendala dalam pengembangan dan peningkatan dakwah dalam memelihara Ukhuwah islamiyah ialah kurangnya muballig, fanatisme masyarajat serta kondisi lingkungan yang kurang kondusif.
KATA PENGANTAR
بغ الله اىشح اىشح
Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan
taufik dan hidayah kepada setiap ciptaan-Nya. Shalawat serta salam tetap
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, serta sahabat-
sahabatnya, karena merupakan inspiratory kebaikan yang tidak pernah
kering untuk digali ajarannya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi
ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari kedua orangtua tercinta
ayahanda M. Tahir dan ibunda Nurbaeti yang telah mendo’akan dan
memberikan support moral dan material dengan tulus dan ikhlas, penulis
juga mengucapkan terima kasih kepada kakak tersayang Waidy Masyam
dan adik Muh. Ridha Serta seluruh keluarga yang senantiasa selalu
mendo’akan dan memberi semangat kepada penulis sehingga penulis
bisa menyelesaikan studi di perguruan tinggi swasta yaitu Universitas
Muhammadiyah Makassar.
Secara khusus ucapan terima kasih kepada pihak yang terkait dan
berperan serta dalam penyusunan skripsi serta penghargaan setinggi-
tingginya penulis ucapkan kepada :
1. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar.
vi
2. Syaikh Dr. (H). Muhammad Muhammad Thoyyib Khoory,
keluarganya, teman dan karib kerabatnya yang menjadi donator
bagi kami, jazaakumullahu khairan.
3. Drs. H. Mawardi Pawangi, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Agama
Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.
4. Dr. Abbas Baco Miro, Lc. MA. selaku Ketua Prodi Komunikasi
Penyiaran Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Dr. Dahlan Lama Bawa, M.Ag selaku Pembimbing I dan Hasan bin
Juhanis, Lc., M.S. selaku pembimbing II yang selalu siap untuk
berdiskusi, memberikan arahan, dan bimbingan sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan.
6. Para dosen dan staf pegawai dalam lingkungan Fakultas Agama
Islam Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Universitas
Muhammadiyah Makassar atas kerjasamanya.
7. Almamaterku Fakultas Agama Islam Jurusan Dakwah dan
Komunikasi Penyiaran Islam Universitas Muhammadiyah
Makassar. Penulis hanya dapat mendo’akan semoga bantuan,
arahan, bimbingan, dorongan, kebaikan dan keikhlasan dari semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini,
mendapat balasan amal baik dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa karya ini jauh dari sempurna dan masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih
atas saran dan kritik yang diberikan dalam rangka perbaikan dan
penyempurnaan skripsi ini. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat
vii
bagi semua pihak dan dicatat sebagai amal kebajikan di hadapan Allah
SWT. Aamiin yaRabal Alamiin..…
Makassar, 10 Rabi’ul Awal 1442 H
27 Oktober 2020 M
Penulis
HERMA HAIDI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i PENGESAHAN SKRIPSI ...................................................................... ii BERITA ACARA MUNAQASYAH ......................................................... iii SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ...................................... iv ABSTRAK .............................................................................................. v KATA PENGANTAR .............................................................................. vi DAFTAR ISI ........................................................................................... ix DAFTAR TABEL .................................................................................... xi BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ......................................................................... 4
D. Manfaat Penelitian ....................................................................... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA .................................................................... 6
A. Pengertian Strategi Dakwah ......................................................... 6
B. Pengertian Ukhuwah Islamiyah .................................................... 8
C. Strategi Mewujudkan Ukhuwah Islamiyah .................................... 18
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 24
A. Jenis Penelitian ............................................................................ 24
B. Lokasi Dan Objek Penelitian ........................................................ 24
C. Fokus Penelitian .......................................................................... 25
D. Deskripsi Fokus Penelitian ........................................................... 25
E. Sumber Data ................................................................................ 26
F. Instrumen Penelitian .................................................................... 27
G. Teknik Pengumpulan Data ........................................................... 29
H. Teknik Analisis Data ..................................................................... 29
BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................. 31
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................. 31
B. Gambaran Umum Ukhuwah Islamiyah di Kecamatan
Pitu Riawa .................................................................................... 40
C. Strategi Dakwah Muhammadiyah dalam Meningkatkan Ukhuwah
Islamiyah di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap ................ 44
D. Kendala dalam Memelihara Ukhuwah Islamiyah di Kecamatan
Pitu Riawa Kabupaten Sidrap ..................................................... 53
BAB V PENUTUP ................................................................................. 57
A. Kesimpulan .................................................................................. 57
B. Saran .......................................................................................... 58
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 59
LAMPIRAN ............................................................................................ 61
RIWAYAT HIDUP .................................................................................. 76
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam merupakan agama dakwah, mengajak manusia untuk
menyebarkan dan menyiarkan islam kepada seluruh ummat manusia,
dimanapun ummat islam itu berada baik dalam keadaan senang maupun
susah, kegiatan ini merupakan kewajiban bagi setiap muslim,
sebagaimana dalam firman Allah swt. di dalam Qs. Al-Imran/3: 104
إى ٱىخ ت ذع أ ن ىخن ئل ى أ نش ٱى ع عشف بٱى ش أ ش
فيح ٤٠١ٱى
Terjemahnya: Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada (berbuat) yang makruf, dan mencega dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (Qs. Al-Imran: 104).1 Agama islam ini adalah agama risalah yang dikembangkan oleh
nabi Muhammad SAW. lalu diteruskan oleh para pengikutnya yang setia
sampai dakwah dari generasi ke genarasi secara sambung menyambung
bagaikan rantai yang tak putus, dapat kita temukan bagaimana para
pendahulu kita sangat gigih dalam menuntut ilmu dan dalam penyampain
dakwah, semangat yang membuat mereka merasa tidak puas sebelum
berhasil menanamkan nilai-nilai kebenaran itu kedalam jiwa setiap orang,
sehingga apa yang di yakini sebagai kebenaran itu di terima oleh seluruh
ummat manusia.
1 Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah, (cet IV ; Bandung : Cordoba, 2016), hal. 63
Setiap orang. Namun perwujudannya memerlukan proses yang
panjang, kesungguhan, kerja keras dan do’a kepada Allah swt.. Semua
kompenen masyarakat harus saling bekerjasama dalam upaya mencapai
cita-cita yang mulia ini. Masyarakat islam yang sebenar-sebenarnya
adalah masyarakat yang dapat menyeimbankan antara kewajiban dan
haknya, termasuk kewajiban dan hak kepada Allah swt. kepada sesama
manusia dan sesama makhluk lainnya. Ada banyak hal yang harus
dilakukan untuk mencapai terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-
benarnya. Islam mengajarkan agar setiap muslim menjalin persaudaraan
dan kebaikan kepada sesama, seperti dengan tetangga maupun anggota
masyarakat yang lainnya. Masing-masing unsur masyarakat hendaknya
dapat memelihara hak dan kehormatan, baik dengan sesama muslim
maupun dengan non muslim.2
Sebagaimana firman Allah swt. bagaimana orang mukmin itu
bersaudara dan saling memperbaiki di dalam masalah ukhuwah
حشح ىعين ٱحقا ٱلل ن أخ ة فأصيحا ب إخ ؤ ب ٱى ٤٠إ
Terjemahnya:
Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertawakalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat. (QS. Al-Hujurat/49:10).3 Masalah ukhuwah merupakan hal yang patut kita perhatikan karena
mengingat bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk terdiri
dari berbagai macam suku dan bangsa, adat istiadat, bahasa dan agama
2 Muhammad Nasri Dini, Tabligh Menyatukan visi dan Misi Umat.( Jakarta:
Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 2016) hal.29 3 Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahan, hal. 516
yang tersebar pada berbagai pulau di Indonesia. Kemajemukan ini
merupakan sumber potensi kekayaan budaya bangsa yang sangat
berharga, tetapi disisi lain kemajemukan tersebut juga dapat menjadi
sumber potensi ketegangan dan konflik sosial.
Dengan adanya sebuah lembaga atau persyarikatan di Indonesia
ini patutlah kita syukuri. Namun dengan adanya faksi-faksi gerakan Islam
tersebut, bagaimana bisa bersatu demi membawa misi Izzatul Islam Wal
Muslimin dan menghindari berbagai hal-hal yang dapat memecahkan dan
menghancurkan tujuan islam itu sendiri, pembinaan ukhuwah islamiyah
adalah sangat penting bagi terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa
karena Islam sendiri adalah agama toleransi dan menghargai pemikiran
agama lain dalam konteks bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dengan meneliti realita kehidupan masyarakat islam di kabupaten
Sidrap Sulawesi Selatan yang dimana di daerah tersebut banyak yang
terlibat dalam persyarikatan Muhammadiyah maka penulis termotifasi
mengkaji “Strategi Dakwah Muhammadiyah Dalam Meningkatkan
Ukhuwah Islamiyah Di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Provinsi
Sulawesi Selatan”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran umum ukhuwah islamiyah di Kecamatan
Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Provinsi Sulawesi Selatan ?
2. Bagaimana strategi dakwah Muhammadiyah dalam
meningkatkan ukhuwah islamiyah di Kecamatan Pitu Riawa
Kabupaten Sidrap Provinsi Sulawesi Selatan ?
3. Bagaimana kendala dalam memelihara ukhuwah islamiyah di
Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Provinsi Sulawesi
Selatan ?
C. Tujuan Penelitian
1. Dapat mengetahui gambaran umum ukhuwah islamiyah di
Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Provinsi Sulawesi
Selatan.
2. Dapat mengetahui kendala dalam memelihara ukhuwah
islamiyah di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Provinsi
Sulawesi Selatan.
3. Dapat mengetahui strategi dakwah Muhammadiyah dalam
meningkatkan ukhuwah islamiyah di Kecamatan Pitu Riawa
Kabupaten Sidrap Provinsi Sulawesi Selatan.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat atau kegunaan dari penelitian ini dapat dibagi
menjadi dua yaitu :
1. Dapat memberi suatu pemahaman tentang strategi dalam
berdakwah yang dilakukan para aktifis dakwah Muhammadiyah
dalam memperkuat ukhuwah islamiyah.
2. Dapat digunakan sebagai suatu referensi dalam menentukan
sikap bagi seorang da’i terhadap strategi Muhammadiyah dalam
meningkatkan dan menjaga ukhuwah islamiyah.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Strategi Dakwah
1. Pengertian Strategi
Strategi Berasal dari Istilah Bahasa Yunani, yang aslinya berarti
“seni sang jenderal” atau “kapal sang jenderal.” Pengertian tersebut di
perluas mencakup seni para laksamana dan komandan Angkatan Udara
(Sills, 1972: 281). Dengan demikian, dalam istilah tersebut terkandung
makna yang mencakup sejumlah situasi kompetitif dalam hal pengauran
dan permainan. Bahkan kini dikenal adanya Istilah “Strategi bermain”
untuk menunjukkan pengaturan cara-cara bermain dalam rangka
menghadapi dan mengalahkan lawan bermain.4
Strategi atau sebuah cara di dalam sebuah pergerakan sangatlah
diperlukan untuk menentukan sebuah arah di dalam melakukan sesuatu
baik itu dalam dunia bisnis terlebih lagi dalam pergerakan dakwah.
Supaya tujuan di dalam pergerakan dapat tercapai dengan baik.
Strategi komunikasi dapat dikatakan sebagai suatu pola pikir dalam
merencanakan suatu kegiatan mengubah sikap, sifat, pendapat, dan
perilaku khalayak (komunikan, hadirin, atau mad’u) atas dasar skala yang
luas melalui penyampaian gagasan-gagasan orientasinya terpusat pada
4 Kustadi Suhandang, Strategi Dakwah (cet.I; Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2014), hal: 80
tujuan pada akhir yang ingin dicapai, dan merupakan kerangka sistematis
pemikiran untuk bertindak dalam melakukan komunikasi.5
Dari penjelasan diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa
pengertian dari strategi ialah suatu cara atau metode yang dilakukan baik
perseorangan maupun kelompok untuk mewujudkan suatu bentuk usaha
atau kegiatan yang efektif dan efisien.
2. Pengertian Dakwah
Jika ditilik dari segi bahasa (etimologi), maka dakwah dapat berarti
memanggil, mengundang, mengajak, menyeru, mendorong ataupun
memohon. Dalam ilmu tata bahasa Arab, kata dakwah merupakan bentuk
masdhar dari kata kerja da’a yad’u, da’watan, yang berarti memanggil,
menyeru, atau mengajak. 6
Sedangkan dari segi Istilah, banyak pendapat tentang defenisi dakwah.
Di antara pendapat itu adalah sebagai berikut :
a. Syeikh Ali Makhfuz, dalam kitabnya “Hidayatul Mursyidin”
memberikan defenisi dakwah sebagai berikut :
حث اىبط عي اىخش اىذ الأش ببىعشف اى ع اىنش ىفصا بغعبدة
اىعبجو االأ جو
“Mendorong manusia agar memperbuat kebaikan dan menurut petunjuk, menyeru mereka berbuat kebajikan dan melarang mereka dari perbuatan mungkar agar mereka berbuat kebajikan dan melarang mereka dari perbuatan munkar agar mereka mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat”.7
5 Kustadi Suhandang, Strategi Dakwah, hal.84
6 Fathul Bahri An-Nabiry, Meniti Jalan Dakwah Bekal Perjuangan Para Da’i (Cet.I;
Jakarta: Amzah, 2008), hal. 17 7 Syeikh Ali Makhfuz, Hidayatul Mursyidin Terjemahan Chaddijah Nasution,
(Usaha Penerbitan Tiga A, 1970), hal. 17
b. Dalam Bukunya teori dan praktek dakwah Islamiyah H.S.M.
Nasaruddin Latif mendefenisikan dakwah sebagai:
“ Setiap usaha atau aktifitas dengn lisan atau tulisan dan lainnya, yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan mentaati Allah SWT., sesuai dengan garis-garis akidah dan syariat serta akhaq Islamiyah.”8
c. Letjen H Sudirman, dalam tulisannya yang berjudul problematika
dakwah Islam di Indonesia memberikan definisi dakwah sebagai
berikut:
“Usaha untuk merealisasikan ajaran Islam di dalam kenyataan hidup sehari-hari, baik bagi kehidupan seseorang maupun kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan tata hidup bersama, dalam rangka pembangunan bangsa dan ummat manusia untuk memperoleh keridhaan Allah swt..”9
Dari beberapa pengertian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa
dakwah ialah mengajak manusia untuk berbuat kebaikan agar kehidupan
manusia dapat sesuai syariat Islam dengan menciptakan manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Allah swt.
B. Pengertian Ukhuwah Islamiyah
Ukhuwah islamiyah adalah “persaudaraan’ antara sesama muslim
di seluruh dunia tanpa melihat perbedaan kulit, bahasa, suku, bangsa,
status dan kewarganegaraan. Pengikat persaudaraan itu adalah
kesamaan keyakinan, yaitu iman kepada Allah dan Rasul-nya. Mereka
sama-sama bersaksi bahwa tiada tuhan melainkan Allah swt. dan
Muhammad itu adalah Nabi dan utusan Allah. Ikatan keimanan dalam
8 HSM. Nasaruddin Latif, Teori & Praktek Da’wah Islamiyah, (Jakarta: Firma
Dara), hal. 11 9 H. Sudirman, Problematika Dakwah Islam di Indonesia Forum Da’wah, (Jakarta:
Pusat Da’wah Islam Indonesia, 1972), hal. 47
ukhuwah Islamiyah ini jauh lebih kokoh dan abadi dibandingkan dengan
ikatan darah sekalipun.10
Menurut tata bahasa Arab, kemitraan atau persaudaraan adalah
“ukhuwah’ terambil dari akar kata “akh” yang pada mulanya berarti
memperhatikan. Makna ini memberi kesan agar persaudaraan
mengharuskan adanya perhatian semua pihak yang bersaudara. Dalam
kehidupan masyarakat Islam dikenal adanya ukhuwah Islamiyah yang
terjemahnya persaudaraan antar sesama muslim, yang terjemahnya juga
persaudaraan yang bersifat Islami atau sesuai ajaran Islam.11
Menurut penulis sendiri pengertian dari ukhuwah islamiyah itu
sendiri ialah persaudaraan sesama manusia dengan tidak membeda-
bedakan baik itu antara muslim dengan muslim lainnya maupun antara
muslim dengan non muslim dan dapat diwujudkan dengan cara
pesaudaraan yang baik seperti tolong menolong dalam kebaikan.
1. Landasan Ukhuwah Islamiyah
Di dalam Islam ukhuwah Islamiyah di landaskan pada Al-Qur’an
dan Hadist, sebagaimana firman Allah swt. :
حشح ىعين ٱحقا ٱلل ن أخ ة فأصيحا ب إخ ؤ ب ٱى ٤٠إ
Terjemahnya:
Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan
10
Direktorat Urusan Agama Islam Ditjen Bimas Islam Dan Penyelenggaraan Haji Departemen AGAMA RI, Pedoman Pembinaan Ukhuwah Islamiyah, (Jakarta: 2004) hal. 11
11 Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji Direktorat Urusan Agama Islam Buku Tanya Jawab Seputar Kemitraan umat (Jakarta: 2003) hal. 7.
bertawakallah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat. (QS. Al-Hujurat/49:10).12 Dan juga bagaimana Allah menegaskan dengan kata perintah
untuk berpegang pada tali agama Allah swt..
أعذاء إر مخ ن عي ج ٱلل ٱرمشا ع قا ل حفش عب ج ا بحبو ٱلل ٱعخص ف فأى
ٱىبس فأقزم شفب حفشة عي مخ ب خۦ إخ فأصبحخ بع قيبن ىل ب ب مز
خذ ح خۦ ىعين ءا ىن ٱلل ٤٠١بTerjemahnya:
Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sehingga dengan karunia-Nya kamu maenjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkn ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.(Al-Imran/3: 103).13
اى ، ع ع الله أظ سض قخبدة، ع شعبت، ع ثب ح، ع د، قبه: حذ غذ ثب حذ ب
صي الله عي صي الله عي اىب أظ ع ثب قخبدة، ع ، قبه: حذ عي اى حغ ع عي
قبه: عي « ب حب ىفغ ، حخ حب لأخ أحذم «ل ؤ
Artinya:
Musaddad telah meceritakan kepada kami, dia berkata Yahya telah menceritakan kepada kami dari Syu’bah dari Qotadah dari Anas r.a dari Nabi saw dan dari husain mungallim berkata Qotadah telah menceritakan kepada kami dari Anas dari Nabi saw berkata: Tidak sempurna keimanan salah seorang diantara kalian hingga ia mencintai untuk saudaranya seperti dia mencintai untuk dirinya sendiri.14 (HR Bukhari)
Di dalam catatan sejarah, Rasulullah SAW. dapat membentuk dan
mempersatukan kaum Muhajirin dan Anshar dalam hal ukhuwah yang
begitu luar biasa, sebelumnya tidak mengenal satu sama lain. Tentunya
12
Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahan, hal. 516 13
Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahan, hal. 63 14
Muhammad bin Ismail Abu Abdillah Al-Bukhori Al-Ja’fi, Shahih Bukhari. Tahqiq Muhammad Zuhair Nashir An-Naashir ( Cet I; Daru Thuq An-Najaah, 1422H) jilid I, No.13, hal: 12
ini semua atas kehendak Allah swt. yang menyatukan hati-hati mereka,
Allah swt. berfirman Qs.Al-Anfal/8: 63 :
ٱلل نى قيب فج ب ب أى عب ب ف ٱلأسض ج أفقج ى قيب أىف ب أىف ب
ۥ عضض حن ٣١إTerjemahnya :
Dan dia (Allah) yang mempersatukan hati mereka (orang yang beriman). Walaupun kamu menginfakkan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka. Sunggunh, Dia maha perkasa lagi maha bijaksana. (QS. Al-Anfal: 63).15
Dalam Al-Qur’an, kata yang mengandung arti “saudara” dalam
bentuk tunggal ditemukan sebanyak 52 kali. Kata tersebut memiliki
makna:
a. Saudara kandung atau
saudara seketurunan, seperti pada ayat yang berbicara tentang
kewarisan, atau keharaman mengawini orang-orang tertentu, misalnya:
QS An-Nisa’/4: 23 yang Terjemahnya: Diharamkan kepadamu
(mengawini) ibu-ibumu, anak-anak perempuan, saudara-saudara
perempuan ibumu, (dan) anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu
yang laki-laki.
b. Saudara yang dijalin
oleh ikatan keluarga, seperti bunyi doa Nabi Musa a.s. yang di abadikan
dalam Al-Qu’ran. QS. Thaha/20: 29-30 yang Terjemahnya: dan jadikanlah
untukku seorang pembantu dari keluargaku, (yaitu) Harun, saudaraku.
c. Saudara dalam arti
sebangsa, walaupun tidak seagama, seperti dalam firman Allah SWT. QS.
Al-A’raf/7: 65 yang Terjemahnya: dan kepada suku Ad, (kami terhadap
15
Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahan, hal. 185
ajaran yang dibawa ) saudara mereka Hud. Seperti telah diketahui kaum
Ad membangkan oleh Nabi Hud, sehingga Allah memusnahkan mereka.
antara lain QS. Al-Haqqah/69: 6-7.
d. Saudara se masyarakat,
walaupun berselisi paham QS Shad/38: 23 yang Terjemahnya,
sesungguhnya suadaraku ini mempunnyai 99 ekor kambing betina, dan
aku mempunyai seekor saja, maka dia berkata kepadaku, “Serahkan
kambingmu itu kepadaku”; dan dia mengalahkan aku di dalam
perbedebatan. Dalam sebuah hadist, Nabi SAW bersabda :
: عي صي الله عي ، قبه: قبه سعه الله ع الله أظ سض »ع ب أ صش أخبك ظبى ا
ب ظي ب؟ قبه:« صش ظبى ف ب، فن ظي صش ، زا ق » ، قبىا: ب سعه الله حأخز ف
«ذ
Artinya: Diriwayatkan dari Anas r.a berkata: Rasulullah saw bersabda: Tolonglah saudaramu, baik ia berlaku aniaya, maupun teraniaya. Para sahabat bertanya Bagaimana cara menolong orang yang menganiaya, beliau menjawab. Engkau halangi dia agar tidak berbuat aniaya yang demikian itulah pembelaan baginya.16(HR Bukhari).
e. Persaudaraan Seagama
Ini ditunjukan oleh firman Allah dalam surah Al-Hujurat/49: 10 yang
Terjemahnya : “ Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara.”
f. Saudara kemanusiaan (Ukhuwah Insaniyah)
Al-Qur’an menyatakan yang Terjemahnya “Bahwa Semua Manusia
Diciptakan Oleh Allah Dari seorang lelaki dan seorang perempuan (Adam
16
Muhammad bin Ismail Abu Abdillah Al-Bukhori Al-Ja’fi, Shahih Bukhari, jilid I, No. 2443, hal. 129
dan Hawa)” QS. Al-Hujurat/49: 13. Ini berarti bahwa semua manusia
adalah sekeluruhan dan dengan demikian bersaudara.
g. Saudara semakhluk dan
seketundukan kepada Allah.
Tadi telah dijelaskan bahwa dari segi bahasa kata akh (saudara)
digunakan pada berbagai bentuk persamaan. Dari sini lahir persaudaraan
kemanusian. Al-Qur’an secara tegas menyatakan bahwa QS. Al-An’am/6:
38, yang terjemahnya : “ dan tidaklah (jenis binatang yang ada dibumi dan
burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya) kecuali umat-umat
juga seperti kamu.17
2. Tujuan Ukhuwah Islamiyah
a. Menghadirkan perasaan tenang dan nyaman.
Agama Islam sebagai agama yang haq bagi seluruh ummat
manusia yang memperhatikan masalah persaudaraan karena manusia
sebagai makhluk sosial, perasaan tenang dan nyaman pada saat berada
diantara sesamanya, Islam menekankan hal-hal tersebut dan
menganjurkan kesamaan dan menyinggung dalam persaudaraan.
Bahkan bukan hanya terhadap sesama Muslim, terhadap non- Muslim pun
demikian Allah swt. berfirman Qs..Al-Imran/3 : 64 :
أل ن ب ب اء ب ت ع مي ا إى ب حعبىو ٱىنخ أ ل ششك بۦ ش قو ب عبذ إل ٱلل
غي ا فقىا ٱشذا بأب ى فئ ح ٱلل د ل خخز بعضب بعضب أسبببب ٣١ Terjemahnya :
Katakanlah (Muhammad) wahai Ahli kitab! Marilah (kita) menuju kepada satu kalimat (Pegangan) yang sama antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah selain Allah, “ jika mereka berpaling
17
Direktorat Urusan Agama Islam Ditjen Bimas Islam Dan Penyelenggaraan Haji Departemen AGAMA RI Pedoman Pembinaan Ukhuwah Islamiyah, hal:13-14
maka katakanlah (kepada mereka), “Saksikanlah bahwa kami adalah orang muslim.” (QS.Imran : 64).18 Demikian Allah swt. juga berfirman dalam Qs. Saba’/34 : 24-25
و ف ضي ذ أ ىعي إبم إب أ ٱلأسض قو ٱلل ث ٱىغ شصقن قو ب ٤١
Terjemahnya : Katakanlah (Muhammad), siapakah memberi rezeki kepadamu dari langit dan dari bumi ? katakanlah “Allah”, dan sesungguhnya kami atau kamu (orang-orang musyrik) pasti berada dalam kebenaran atau dalam kesesatan nyata”.24. katakanlah,. Kamu “Tidak akan dimintai tanggung jawab atas apa yang kami kejakan dan kami juga tidak akan dimintai tanggung jawab atas apa yang kamu kerjakan.” (QS. Saba’ : 24-25).19 Ini menunjukkan bahwa rasa persaudaraan atau ukhuwah
mencakup pada semua manusia bukan hanya pada ummat Islam, inilah
yang kita harapkan diatas permukaan bumi ini perdamaian, ketenangan.
Kitab suci Al-Qur’an memperkenalkan empat macam persaudaraan :
1) Ukhuwah Ubudiyah atau saudara kesemakhlukan dan
kesetundukan kepada Allah SWT..
2) Ukhuwah Insaniyah (basyariyah) dalam arti seluruh umat manusia
adalah bersaudara, karena mereka semua berasal dari seorang
ayah dan ibu. Rosulullah saw, juga menekankan lewat sabda
beliau, “ jadikanlah kalian hamba Allah yang bersaudara.”
3) Ukhuwah Wathaniyyah wa an-nasab, yaitu persaudaraan dalam
keturunan dan kebangsaan.
4) Ukhuwah fi din Al-Islam, persaudaraan antar sesama Muslim
Rosulullah saw. Bersabda yang artinya : kalian adalah sahabat-
18
Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahan, hal. 58 19
Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahan, hal.431
sahabatku, saudara-saudara kita adalah yang datang sesudah
(wafat) ku.
Hubungan sesama manusia dalam konteks kerukunan hidup umat
beragama dapat menjadi dua bagian:
a) Yang Bersifat Ritual :
Adalah menyangkut soal aqidah atu keimanan. Atau dalam agama
Islam di sebut ibadah mahdah, yang bersifat ritual ini hanya dilakukan oleh
masing-masing penganut agama yang bersangkutan saja, (Islam, Kristen,
Hindu, Budha) tidak di perkenangkan bagi penganut gama lain karena
akan merusak Aqidah. Hal ritual dalam agama Islam Misalnya sholat,
syahadat, puasa, zakat, Haji, Munakahat mengurus kematian, baik
sumpah dan lain-lain. Hal tersebut apabila oleh non Islam melakukan
sholat misalnya maka sholatnya tidak syah. Sedangkan dalam agama
kristen Protestan dan katolik yang disebut ritual antara lain: crido, misa,
kebaktian, natal. Untuk agama hindu dan budha antara lain ngaben.
Galungan , nyepi, waisak, dan upacara yang dilakukan di tempat
peribadaan pura, wihara dan lain-lain.
b) Yang bersifat ceremonial
Adalah suasana kerukunan yang harmonis dalam rangka
melakukan kegiatan yang bersifat ceremonial antara sesama pemeluk
agama yang berbeda, yang tidak merusak aqidah keimanan seorang
muslim antara lain; bersama-sama mengadakan kerja bakti, bersama-
sama mengadakan perayaan hari besar nasional, menengok yang sakit,
datang saat meninggal, sama-sama membela negara dan falsafah
negara, datang saat perkawinan, acara peresmian, menolong ketika dapat
bencana musibah, pesta olah raga, perdagangan dan lain-lain.20
b. Membangun kebersamaan
Lahirnya suatu hubungan ukhuwah Islamiyah baik dipandang
secara luas dan sempit yaitu dilihat dari banyaknya persamaan yang
dibangun. Semakin banyak persaudaraan maka semakin kokoh pula rasa
cinta dan persaudaraan, maka hubungan yang baik akan terjalin dengan
baik, dia lebih dulu mengulurkan tangannya, merasa tidak nyaman ketika
tetangganya tidak mempunyai apa-apa untuk makan. Inilah yang kita
harapkan.Allah SWT. berfirman Qs. Al-Hasyr/59: 9
ءٱ حب ٱىز ٱل اس ٱىذ ف صذس ل جذ بجش إى حب قبي
ق شح فغۦ خصبصت ب مب ى أفغ عي ؤثش ب أحا حبجت
فيح ٱى ئل ى ٩فأ
Terjemahnya :
Dan orang-orang (Ansar) yang telah menempati kota madinah dan telah beriman sebelum (kedatangan) mereka (muhajirin), mereka mencintai orang-orang yang berhijrah ketempat mereka. Dan mereka tidak menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (Muhajirin) atas dirinya sendiri meskipun mereka juga memerlukan. Dan siap yang dijaga dirinya dari kekiran, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Al-Hasyr : 9).21 Dan ketika Rasulullah saw. melakukan Hijrah bersama sahabatnya
yang mulia Abu bakar As-siddiq r.a dimana beliau memberikan contoh
tentang bagaimana kebersamaan di dalam sebuah sebuah kesulitan dan
ketegangan. Dalam firman Allah swt. :
20
Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji Direktorat Urusan Agama Islam Buku Tanya Jawab Seputar Kemitraan umat, hal. 69-70.
21
Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahan, hal.546.
ب ف ٱىغبس إر إر ٱث مفشا ثب إر أخشج ٱىز قه إل حصش فقذ صش ٱلل
حش أذۥ بجد ى عنخۥ عي عب فأضه ٱلل ٱلل إ حبۦ ل ححض ت ىص جعو مي ب
عضض حن ٱلل ٱىعيب ت ٱلل مي في مفشا ٱىغ ١٠ٱىز
Terjemahnya: Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya (dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita". Maka Allah menurunkan keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, (QS: At-Taubah/9: 40).22 Al-Qur’an telah memberikan banyak pengertian dan pandangan
dalam hal perbedaan tetapi tujuan itu semua tidak terlepas dari ketetapan
Allah SWT. Rabbul Izzati Waljalala, yang mengatur dan menetapkan
setiap apa yang terjadi kepada tiap-tiap mahklukNya. Allah SWT.
Berfirman QS. Al-Maidah/5 : 48 dan QS. Yunus/10 : 99.
ب ء ف م بي ن ىى حذة ت أ ىجعين شبء ٱلل ى ث إى ٱلل ش فٱعخبقا ٱىخ ن احى
حخخيف ف ب مخ عب فبئن ب ج شجعن ١٤ Terjemahnya :
...Kalau Allah menghendaki, nicaya kamu dijadika-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak Menguji kamu terhadap karunia yang telah diberikan kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap apa yang dulu kamu perselisihkan. (QS. Al-Maidah/5 : 48).23
ي ع ا ءا ٱىز ش ف إ ٱلأ ححخ حجش سب بئ ذ ج يح ا ٱىص
ج ٱىع ٩ج
Terjemahnya :
Dan jika tuhanmu Menghendaki, tentulah beriman semua orang dibumi seluruhnya. Tetapi apakah kamu hendak memaksa manusia agar mereka menjadi orang-orang yang beriman ? QS. Yunus/10 : 99.24
22
Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahan, hal. 193 23
Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahan, hal. 116 24
Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahan, hal. 20
Jalinan persaudaraan yang di lakukan oleh ummat muslim dan non
muslim sama sekali tidak dilarang dalam agama Islam. Selama dalam
menghargai dimana menghormati hak-hak bagi kaum Muslimin. Seperti
dalam Firman Allah SWT.. QS Al-Mumtahanah/60 : 8
أ حبش شم د خشجم ى ف ٱىذ خيم ق ى ٱىز ع ٱلل ن ى ل
قغط حب ٱى ٱلل إ ا إى حقغط ٤ Terjemahnya :
Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil”.25
C. Strategi Mewujudkan Ukhuwah Islamiyah
Islam yang memiliki peran untuk menyebarkan kedamaian, memberikan
hak setiap pemiliknya, membasmi perbudakan dan mengajarkan nilai-nilai
persaudaraan.
Awal masuknya Islam ke Madinah dimulai dengan mendamaikan dua
kaum yang bertikai yaitu Kaum bani Khasraj dan Aus. Bani Khazraj (Arab:
) adalah salah satu kabilah Arab yang tinggal di Madinah padaبنو خزرج
masa awal penyebaran agama Islam. Nenek moyang Bani Khazraj
berasal dari daerah Yaman, yang hijrah ke Yathrib (nama lama Madinah)
setelah terjadi bencana pecahnya bendungan Ma'rib.
Sebelum dipersatukan melalui Piagam Madinah, Banu Khazraj bersekutu
dengan suku Yahudi Bani Qaynuqa untuk menghadapi Bani Aus dan
sekutunya. Setelah masuk Islam, Bani Khazraj dan Bani Aus disebut
secara bersama-sama sebagai kaum Anshar. Kaum Anshar dan kaum
Muhajirin selanjutnya bersatu dalam mendukung kepemimpinan
Muhammad dan para khalifah penerusnya dalam menegakkan
25
Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahan, hal. 20
pemerintahan serta menyebarkan agama Islam, terutama di Madinah
serta Jazirah Arabia pada umumnya.26
Sifat-sifat munafik terdapat dalam surat-surat yang di turunkan di
adinah, karena di Mekkah tidak ada kemunafikan. Sebaliknya, di antara
manusia ada orang yang menonjolkan kekafiran karena kebencian,
padahal hati kecilnya beriman. Tatkala Nabi SAW. hijrah ke Madinah, di
sana terdapai kaum Anshar yang terdiri atas kabilah Aus dan Khasraj
yang pada masa jahiliah mereka menyembah berhala seperti yang
dilakukan kaum musyrik Arab. Terdapat juga kaum Yahudi dari kalangan
Ahli kitab yang masih mengikuti pola hidup para pendahulunya, dan
mereka terdiri atas tiga kabilah: Bani Qainuqa’ yang merupakan sekutu
kaum hasraj, Bani Nadhir dan Bani Quraizhah sekutu kaum Aus. Setelah
menjadi peristiwa badar al-Uzhma (hebat) dan Allah menampakkan
kalimah-Nya serta memuliakan Islam dan pemeluknya, maka masuk
Islamlah dari kabilah khazraj. Ia adalah pemimpin kabilah Aus dan Khasraj
pada masa jahiliah yang dahulunya mereka pernah akan menjadikannya
sebagai raja mereka. Akan tetapi, datanglah kepada mereka kebaikan,
lalu mereka masuk Islam sehingga hasrat mereka terlupakan27
Pada perjalanan dakwah Islam, Allah swt. dan rasul-Nya saw.
menanamkan persaudaraan yang kokoh dengan firmannya Qs. Al-
Hujurat/49: 10
26
https://id.wikipedia.org/wiki/Bani_Khazraj di akses Tgl: 6 Maret 2018 27
Muhammad Nasib Ar-Rifa’i Taisiru l- Aliyyul Qadir li Ikhtisari Tafsir Inu Katsir (Cet. Baru; Jakarta: Maktabah Ma’arid Riyadh,, 1989 M) hal: 80
حشح ىعين ٱحقا ٱلل ن أخ ة فأصيحا ب إخ ؤ ب ٱى ٤٠إ
Terjemahnya:
Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertawakalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat. (QS. Al-Hujurat:10).28
Sesungguhnya kaum mu’minin itu adalah saudara seagama,
sebagaimana Rasulullah SAW. bersabda dalam hadits Ibnu Umar r.a:
قبه: عي صي الله عي سعه الله »أ مب ، ل غي ل ظي غي أخ اى غي اى
فش ، ف حبجخ الله مب مشببث ف حبجت أخ مشبت ع ج الله مشبت، فش غي ج ع
ت اىقب ب عخش الله غي عخش ت، اىقب »
Artinya:
Rasulullah saw. Bersabda : Seorang muslim saudara terhadap sesama muslim, tidak menganiayanya dan tidak akan dibiarkan dianiaya orang lain. Dan siapa yang menyampaikan hajat saudaranya, maka Allah akan menyampaikan hajatnya. Dan siapa yang melapangkan kesusahan seorang muslim, maka Allah akan melapangkan kesukarannya di hari qiyamat, dan siapa yang menutupi aurat seorang muslim maka Allah akan menutupinya di hari qiyamat.(HR. Bukhori).29
Adapun strategi dalam mewujudkan ukhuwah Islamiyah dapat kita
uraikan menjadi dua bagian, yang pertama ialah menghargai keragaman
dan yang kedua ialah kebijakan pemerintah dan peran masyarakat:
a. Menghargai Keragaman
Islam mengajarkan srtategi membina keutuhan umat dibawah panji
ukhuwah Islamiyah, yaitu dalam perspektif pluralitas atau keagamaan asa
keyakinan beragama yang ada di masyarakat.
1) Kalimatun sawa’
28
Al-Qur’an Tajwid dan Terjemahan, hal. 516 29
Muhammad bin Isma’il Abu Abdillah Al-Buhkhory Al-Ja’fy. Sohiihul Bhukory jilid.III No. 2442, hal. 128
Islam sangat menekankan pada para penganutnya untuk
mengembangkan common platform, yang didalam istilah Al-qur’an (3) : 64
disebut “kalimatun sawa” dengan penganut agama-agama lain. Common
platform itu hendaklah dibangun atas dasar keimanan yang benar yakni
tauhid, keesahan tuhan.
2) Rahmatan Lil Alamin
Sejarah manusia telah membuktikan, bahwa hampir tidak ada
kedamaian di dunia ini, kecuali ketika umat Islam menjadi super power
serta mampu menjalankan peranan mereka sebagai yang di kehendaki
Allah swt., yaitu sebagai wasit ditengah-tengah kemanusiaan
Peranan umat Islam dengan wasit ini di pertegas oleh Allah dengan
pernyataan, bahwa Dia tiada mengutus rasul Muhammad saw, kecuali
sebagai “ pembawa rahmat bagi seluruh alam.” Qs. Al-anbiya’/21: 107
لمين ك إلا رحمة للع ٧٠١وما أرسلن
Terjemahnya:
Tiada kami utus engkau ya Muhammmad kecuali pembawa rahmat bagi seluruh alam.
3) Ihktilafu Umati rahma
Perbedaan pendapat diantara fikih-fikih Islam tidak berarti saling
membenci dan saling tidak menyakiti. Dapat diketahui bahwa perbedaan
pendapat diantara mazhab-mazhab dan fikih-fikih Islam dalam cabang-
cabang masalah merupakan sesuatu yang terpaksa atau sesutau yang
wajar seandainya pengungkapan ini benar, sesuai dengan ini dapat
dimaklumi bahwa perbedaan itu bukan berarti saling membenci, saling iri
tidak menyukai, apalagi saling mencaci dan saling memerangi
b. Kebijakan Pemerintah dan peran serta masyarakat.
Pada dasarnya setiap muslim adalah penggerak ukhuwah
Islamiyah dan setiap muslim berkewajiban untuk menyampaikan dakwah
Islam. Balligu Anni Walau ayah- kesadaran akan hal itu sudah saatnya di
tanamkan pada jiwa setiap insan yang muslim. Menggerakkan ukhuwah
harus dimulai dari individu-individu yang mengaku dirinya muslim.
Menggerakkan ukhuwah bukan hanya kewajiban para ulama, tokoh
masyarakat, dan para penghulu atau aparatur departemen agama saja.
Individu dengan individu lainnya harus saling mengingatkan pentingnya
menjalin ukhuwah. Begitu pula kelompok individu dengan tokoh
masyarakat / agama / ulama / aparatur departemen agama dipusat
maupun di dearah secara terus menerus harus saling mengingatkan.
Menebar salam adalah langkah awal berukhuwah islamiyah.
Kewajiban ulama, tokoh masyarakat, penghulu, dan aparatur departemen
agama adalah memberikan teladan dalam sedekah senyum dan menebar
salam. Impilementasinya sangat gampang dan sederhana. Tersenyum
kepada sesama atau setiap yang dijumpai, bersalaman dan mengucapkan
salam. Siapa saja bisa melakukan.
Dari menebar salam di harapkan dapat terjadi transformasi saling
bersatu, saling memahami, saling memberi perhatian akhirnya saling
membantu dan saling tolong menolong mentransformasikan kesadaran
akan hal tersebut adalah keawajiban para ulama, tokoh masyarakat,
penghulu dan aparatur departemen agama baik dipusat ataupun di
daerah.30
30
Direktorat Urusan Agama Islam Ditjen Bimas Islam Dan Penyelenggaraan Haji Departemen AGAMA RI Pedoman Pembinaan Ukhuwah Islamiyah, hal. 135
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yaitu jenis penelitian yang
temuan-temuannya tidak di peroleh melalui prosedur statistik atau
hitungan lainnya,31 dimana data yang dikumpulkan berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari objek yang di teliti sehingga penelitian ini bertujuan
untuk mengungkapkan kejadian atau fakta, keadaan, fenomena, variabel
dan keadaan yang terjadi saat penelitian berlangsung dengan
menyuguhkan apa yang sebenarnya terjadi. Adapun penelitian ini bersifat
deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang bersifat noneksperimen, karena
pada penelitian ini peneliti tidak melakukan kontrol dan manipulasi
variabel penelitian.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti menggunakan penelitian
lapangan yaitu melakukan penelitian ke lokasi untuk mendapat dan
mengumpulkan data mengenai bagaimana Strategi Dakwah
Muhammadiyah dalam Meningkatkan Ukhuwah Islamiyah di Kecamatan
Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Provinsi Sulawesi Selatan.
B. Lokasi dan Objek Penelitian
Lokasi penelitian merupakan tempat dimana suatu penelitian
dilaksanakan. Adapun lokasi penelitian yang peneliti lakukan yaitu
mengambil lokasi di Kec. Pitu Riawa Kab. Sidrap Provinsi Sulawasi
31
Afrizal, Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung Pengguaan Penelitian Kualitatif Dalam Berbagai Disiplin Ilmu, (Cet I; Jakarta: Rajawali Pres, 2016), hal. 12
Selatan. Sebuah penelitian yang utuh harus memiliki objek penelitian yang
konkrit. Adapun objek penelitian ini yaitu tokoh Persyarikatan
Muhammadiyah, tokoh masyarakat, tokoh agama serta masyarakat
setempat yang masing-masing akan di mintai keterangan untuk
mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini.
C. Fokus Penelitian
Fokus penelitian bertujuan untuk membatasi peneliti sehingga tidak
mengalami kesulitan dalam pengumpulan data pada bidang yang sangat
umum dan luas atau kurang relevan dengan perumusan masalah dan
tujuan penelitian. Fokus penelitian ini sangat penting di jadikan sarana
untuk mengarahkan jalannya suatu penelitian. Maka peneliti membatasi
bidang-bidang temuan dengan arahan fokus penelitian. Sehingga peneliti
dapat mengetahui data mana yang perlu di masukkan kedalam data yang
di kumpulkan. Dengan demikian peneliti memfokuskan penelitian pada:
1. Strategi dakwah Muhammadiyah sebagai variabel indefendent atau
variabel bebas.
2. Meningkatkan ukhuwah islamiyah sebagai variabel defendant atau
variabel terikat.
D. Deskripsi Fokus Penelitian
Untuk memperjelas pemahaman tentang apa yang dimaksudkan
dalam fokus penelitian ini yang berjudul “Strategi Dakwah Muhammdiyah
dalam Meningkatkan Ukhuwwah Islamiyah di Kec. Pitu Riawa Kab. Sidrap
Prov. Sulawesi Selatan”, maka peneliti akan memaparkan deskripsi fokus
penelitian.
Adapun definisi fokus penetian dari judul yang akan diteliti adalah:
1. Strategi dakwah Muhammadiyah yaitu bentuk aplikasi dan
penerapan Persyarikatan Muhammadiyah dalam kerukunan umat
beragama
2. Meningkatkan ukhuwah islamiyah yang penulis maksud adalah
bentuk bimbingan dan arahan dalam meningkatkan dan
memelihara ukhuwah islamiyah.
E. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi dua
sumber data yaitu data primer dan data sekunder :
1. Data Primer, yaitu data
yang diperoleh langsung dari sumber asalnya, data primer penelitian ini
diperoleh dari :
a. Observasi yaitu pengumpulan data dalam kegiatan penelitian yang
dilakukan dengan mengamati langsung kondisi masyarakat di Kec.
Pitu Riawa Kab. Sidrap Prov. Sulawesi Selatan.
b. Interview atau wawancara mendalam (in dept intervew) yaitu
mengadakan wawancara dengan masyarakat setempat yang
bertujuan untuk menggali informasi yang lebih mendalam tentang
berbagai aspek yang berhubungan dengan permasalahan penelitian.
2. Data Sekunder, yaitu
data yang telah diolah sebelumnya yang diperoleh dari segi kepustakaan,
maupun studi dokumentasi yang mendukung statemen data primer.
Adapun data sekunder penelitian ini diperoleh melalui :
a. Studi pustaka yaitu bersumber dari hasil bacaan literatur atau buku-
buku atau data terkait dengan topik penelitian. Di tambah penelusuran
data online, dengan pencarian data melalui fasilitas internet.
b. Dokumentasi yaitu foto, arsip-arsip, laporan tertulis atau daftar
inventaris yang diperoleh terkait dengan penelitian yang dilakukan.
F. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen dan alat
penelitian adalah peneliti itu sendiri (human instrumen). Oleh karena itu
peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh seorang
peneliti siapkah melakukan penelitian yang selanjutnya terjun kelapangan,
serta memilih informasi sebagai sumber data, melakukan, mengumpulkan
data, menilai kualitas data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan
atas temunya.32
Adapun pedoman instrumen penelitian yang digunakan peneliti
adalah:
1. Pedoman Observasi
Pedoman adalah panduan, petunjuk dan acuan. Sedangkan
observasi dalam sebuah penelitian diartikan sebagai pemusatan perhatian
terhadap suatu objek dengan melibatkan seluruh indera untuk
mendapatkan data. Jadi observasi
merupakan pengamatan langsung dengan menggunakan penglihatan,
penciuman, pendengaran, perabaan, atau kalau perlu dengan
pengecapan. Instrumen yang digunakan dalam observasi dapat berupa
32
Sugiyono, Metode Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2001 ). Hal 222
pedoman pengamatan, tes, kuesioner, rekaman gambar, dan rekaman
suara. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pedoman observasi yakni
panduan dalam melakukan kegiatan observasi yang terstruktur dengan
pengamatan langsung dalam mengumpulkan data.
2. Pedoman Wawancara
Pedoman adalah panduan, petunjuk dan acuan. Sedangkan wawancara
adalah percakapan yang berupa tanya jawab yang dilakukan oleh
narasumber dan pewawancara yang terdiri dari dua orang bahkan lebih
dalam waktu yang telah ditentukan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pedoman wawancara yakni panduan dalam melakukan kegiatan
wawancara yang terstruktur dan telah ditetapkan oleh pewawancara
dalam mengumpulkan data-data penelitian.
3. Pedoman Dokumentasi
Pedoman adalah panduan, petunjuk dan acuan. Sedangkan dokumentasi
adalah sebuah cara yang dilakukan untuk menyediaan dokumen-dokumen
dengan menggunakan bukti yang akurat dari pencatatan sumber-sumber
informasi khusus dari karangan tulisan, wasiat, buku, undang-undang, dan
sebagainya. Dokumentasi ini digunakan untuk mendapatkan keterangan
dan penerangan pengetahuan dan bukti. Dalam hal ini termasuk
kegunaan dari arsip perpustakaan dan kepustakaan. Dokumentasi
biasanya juga digunakan dalam sebuah laporan pertanggung jawaban
dari sebuah acara. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pedoman
dokumentasi yakni panduan dalam melakukan kegiatan dokumentasi yang
terstruktur dalam mengumpulkan data-data penelitian.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah metode atau cara yang dapat
digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkaan data, adapun teknik
pengumpulan data adalah:
1. Observasi merupakan alat pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara mengamati dan mencatat, menganalisa secara
sisteematis terhadap gejala/fenomena obyek yang diteliti.33
2. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dimana peneliti secara
langsung mengadakan tanya-jawab dengan narasumber.
3. Dokumentasi adalah pengumpulan data dengan cara melakukan
analisis terhadap dokumen-dokumen yang berisi data yang
menunjang analisis penelitian.34
H. Teknik Analisis Data
Data yang terkumpul akan dianalisa secara deskriptif kualitatif, yaitu
dengan menguraikan dan menjelaskan hasil-hasil penelitian dalam bentuk
kata-kata lisan maupun tertulis dari sejumlah data kualitatif. Dimana data
yang diperoleh dalam penelitian ini dinyatakan dalam bentuk pertanyaan-
pertanyaan, tanggapan-tanggapan, serta tafsiran yang diperoleh dari hasil
observasi, wawancara dan studi kepustakaan, untuk memperjelas
gambaran hasil penelitian.
Data yang bersifat kualitatif dianalisis dengan metode analisis, yaitu:
33
Abu Achmadi dan Narbuko Cholid, Metode Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hal. 70
34
Rosadi Ruslan, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2018), hal. 23
1. Deduktif, yaitu bertolak dari data yang bersifat umum dan membuat
analisis untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan yang bersifat khusus.
2. Induktif, yaitu bertolak dari data yang bersifat khusus dalam membuat
analisis untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan yang bersifat umum.
3. Komparatif, yaitu mengadakan perbandingan antara data yang ada
untuk selanjutnya tiba pada suatu kesimpulan berdasarkan analogi.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) adalah sebuah kabupaten
yang terletak di Provinsi Sulawesi Selatan. Berdasarkan Lontara (asal-
usul)’ Mula Ri Timpakenna(terbukanya) Tana’e Ri Sidenreng, dikisahkan
tentang seorang raja bernama Sangalla. Ia adalah seorang raja di Tana
Toraja. Konon, Sangalla memiliki sembilan orang anak. Sebagai saudara
sulung, La Maddaremmeng selalu menekan dan mengintimidasi
kedelapan adik-adiknya, bahkan daerah kerajaan adik-adiknya ia rampas
semua. Karena semua adiknya tidak tahan lagi dengan perlakuan
kakaknya, mereka pun sepakat meninggalkan Tana Toraja.35
Mereka melakukan perjalanan yang amat panjang dan melelahkan,
seingga mereka kehausan lalu mencari jalan ke tepi genangan air di
pinggir danau. Namun, danau itu ternyata berada di hutan yang lebat,
sehingga sulit bagi mereka untuk mencapainya. Karena harus menembus
semak belukar yang lebat, mereka pun sirenreng-renreng (saling
berpegangan tangan).Sesampainya di sana, mereka minum sepuas-
puasnya dan duduk beristirahat kemudian mandi. Setelah itu, mereka
berdiskusi bertukar pikiran tentang nasib yang mereka jalani. Akhirnya,
mereka sepakat untuk bermukim di tempat itu. Di sanalah mereka
memulai kehidupan baru untuk bertani, berkebun, menangkap ikan, dan
beternak. Semakin hari, pengikut-pengikutnya pun semakin banyak.
35 Tokoh adat kepercayaan Tolotan (67 tahun), wawancara tanggal 15 juli 2018
Tempat itulah yang kemudian dikenal “Sidenreng“, yang berasal dari kata
sirenreng-renreng mencari jalan ke tepi danau, dan danau itulah yang
sekarang dikenal dengan danau Sidenreng. Dari situ, terbentuk kerajaan
Sidenreng.
Menurut sejarah, Sidenreng Rappang awalnya terdiri dari dua
kerajaan, masing-masing Kerajan Sidenreng dan Kerajaan Rappang.
Kedua kerajaan ini sangat akrab. Begitu akrabnya, sehingga sulit
ditemukan batas pemisah. Bahkan dalam urusan pergantian kursi
kerajaan, keduanya dapat saling mengisi. Seringkali pemangku adat
Sidenreng justru mengisi kursi kerajaan dengan memilih dari komunitas
orang Rappang. Begitu pula sebaliknya, bila kursi kerajan Rappang
kosong, mereka dapat memilih dari kerajaan Sidenreng. Itu pula
sebabnya, sulit untuk mencari garis pembeda dari dua kerajaan tersebut.
Dialek bahasanya sama, bentuk fisiknya tidak beda, bahasa sehari-
harinya juga mirip. Kalaupun ada perbedaan yang menonjol, hanya dari
posisi geografisnya saja. Wilayah Rappang menempati posisi sebelah
Utara, sedangkan kerajaan Sidenreng berada di bagian Selatan.
Kedua kerajaan tersebut masing-masing memiliki sistem
pemerintahan sendiri. Di kerajaan Sidenreng kepala pemerintahannya
bergelar Addatuang. Pada pemerintahan Addatuang, keputusan berasal
dari tiga sumber yaitu, raja, pemangku adat dan rakyat. Sedangkan di
Kerajaan Rappang rajanya bergelar Arung Rappang dan menyandarkan
sendi pemerintahanya pada aspirasi rakyat. Demokrasi sudah terlaksana
pada setiap pengambilan kebijakan. Demokrasi bagi kerajaan Rappang
adalah sesuatu yang sangat penting, salah satu bentuk demokrasinya
adalah penolakan diskriminasi gender. Perbedaan gender tidak menjadi
masalah, khususnya bagi kaum wanita untuk meniti karier sebagaimana
layaknya kaum pria. Buktinya, adalah emansipasi wanita sudah
ditunjukkan dengan seorang perempuan yang menjadi rajanya, yaitu Raja
Dangku, raja kesembilan yang terkenal cerdas, jujur, dan pemberani.
Wanita yang kemudian dikenal sukses menjalankan roda pemerintahan di
zamannya.
Pada saat pengakuan kedaulatan republik Indonesia oleh Belanda
tanggal 27 Desember 1949, berakhirlah dinasti Kerajaan Sidenreng dan
Kerajaan Rappang. Setelah kemerdekaan, kerajaan Sidenreng lebih awal
menunjukkan watak nasionalismenya dengan bersedia melepaskan
sistem kerajaan mereka meskipun sistem itu sudah berlangsung lama,
sampai 21 kali pergantian pemimpin. Mereka memilih berubah dan
menyatu dengan pola ketatanegaraan Indonesia. Kerajaan akhirnya
melebur menjadi Kabupaten Sidenreng Rappang, dengan bupati
pertamanya H. Andi Sapada Mapangile dan untuk pertama kalinya dalam
sejarah pemerintahan Sidenreng Rappang dilakukan pemilihan umum
untuk memilih bupati secara langsung pada tanggal 29 Oktober 2008.
Maka hari jadi yang di sepakati ialah 18 Februari 1344, diresmikan 18
februari 1960. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 2.506,19 km dan
berpenduduk sebanyak kurang lebih 264.955 jiwa, Jumlah kecamatan 11,
dan Jumlah Kelurahan 105. Dengan batasan-batasan wilayah sebagai
berikut :
Sebelah Utara : Kab. Enrekang dan Pinrang
Sebelah Selatan : Kab. Soppeng dan Kabupaten Barru
Sebelah Barat : Kota Pare-Pare dan kab. Pinrang
Sebelah Timur : Kabupaten Luwu dan Kabuten Wajo
TABEL 1 : Daftar Kecamatan
Daftar Kecamatan di Kabupaten Sidenreng Rappang
Nama Kecamatan Luas Wilayah
Kecamatan Baranti 5.389 km2
Kecamatan Duapitue 6.999 km2
Kecamatan Kulo 7.500 km2
Kecamatan Maritengngae 6.590 km2
Kecamatan Pancal Lautang 15.393 km2
Kecamatan Panca Rijang 3.402 km2
Kecamatan Pitu Riase 84.477 km2
Kecamatan Pitu Riawa 21.043 km2
Kecamatan Tellu Limpoe 10.320 km2
Kecamatan Watang Sidenreng 12.081 km2
TABEL 2 : Jumlah Penduduk Kabupaten Sidrap
Jumlah Penduduk di Kabupaten Sidenreng Rappang
Nama Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah
Kecamatan Baranti 13.988 15.009 28.997 Jiwa
Kecamatan Duapitue 13.886 14.366 28.252 Jiwa
Kecamatan Kulo 5.762 6.069 11.831 Jiwa
Kecamatan Maritengngae 23.400 24.797 48.197 Jiwa
Kecamatan Pancal Lautang 8.726 9.387 18.113 Jiwa
Kecamatan Panca Rijang 13.591 14.604 28.195 Jiwa
Kecamatan Pitu Riase 10.451 10.294 20.745 Jiwa
Kecamatan Pitu Riawa 12.858 13.352 26.210 Jiwa
Kecamatan Tellu Limpoe 11.167 12.248 23.415 Jiwa
Kecamatan Watang Pulu 15.577 16.013 31.590 Jiwa
Kecamatan Watang
Sidenreng
8.720 9.042 17.762 Jiwa
Sumber Data : Kantor Bupati Sidrap. Data 2017.
1. Keadaan Geografis dan Demografis kecamatan Pituriawa
Kabupaten Sidrap Sulawesi Selatan
Kecamatan Pituriawa merupakan salah satu kecamatan yang terletak
di Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) Provonsi Sulawesi Selatan.
Kecamatan ini merupakan hasil dari pemekaran kec. Duapitue. Yang
pertama kali menjabat sebagai kepala camat ialah bapak Drs. Hindar Jaya
Mahmud pada tahun 1996.
Batasan wilayah kecamatan Pitu Riawa
a) Sebelah timur : Kecamatan Talloe Limpoe
b) Sebelah barat : Kecamatan Watang Pulu
c) Sebelah utara : Kecamatan Pituriase
d) Sebelah selatan : Kecamatan Dua Pitue
Masyarakat di kecamatan ini pada umumnya bekerja seperti petani
sawah yang mencakup sekitar 70 % dari jumlah penduduk. Potensi yang
dimiliki yakni sumber daya alam dan potensi sumber daya manusia.
Jumlah penduduk berjumlah 26.210 jiwa. Mata pencaharian penduduk di
kecamatan ini ialah PNS, Bidan, Perawat, Pensiunan PNS, Wiraswasta,
Pedagang dan Petani.
Adapun secara demografi penduduk kecamatan Pitu Riawa
dikelompokkan menjadi :
TABEL 3 : Jumlah Penduduk ditinjau dari Tingkat Pendidikan
NO Tingkat Pendidikan Jumlah
2016 2017
1 Lulusan Sarjana S1 20 28
2 Tamat Sekolah Tingkat SLTA 80 108
3 Tamat Sekolah Tingkat SLTP 15 19
4 Tamat Sekolah Tingkat SD 89 65
5 Tidak Tamat Tingkat SD 123 111
6 Buta Huruf / Buta Aksara 10 5
Jumlah Keseluruhan 434 467
Sumber data : Laporan tingkat pendidikan penduduk kecamatan Pitu
Riawa
Dari hasil data diatas maka dapat disimpulkan bahwa tingkatan
pendidikan yang ada di kecamatan ini meliputi SD, SMP, SMA, dan
Perguruan tinggi. Tamatan pendidikan penduduk tiap tahunnya selalu
bertambah dan tingkat terputusnya pendidikan di tiap tahunnya selalu
berkurang. Hal ini menandakan mayoritas penduduk dikecamatan Pitu
Riawa merupakan penduduk yang mengutamakan pendidikan.
2. Gambaran Umum Penduduk Kecamatan Pitu Riawa
Agama penduduk di kecamatan ini mayoritas menganut agama
Islam, ada juga sebagian yang menganut agama kepercayaan yang
dinamakan Tolotan yang dimana agama ini merupakan kepercayaan
nenek moyang mereka dan masyarakat yang menganut agama ini
mayoritas berjumlah 95% penduduk yang terletak di desa Otting.36
Kepercayaan animisme tolotan ini sudah ada sejak lama dan banyak di
anut oleh masyarakat Sidrap. Sejarah tolotan berasal dari salah satu
daerah di Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), Kelurahan Amparita,
Kecamatan Tellu Limpoe, Sulawesi Selatan. Awal mulanya terbentuk dari
sebuah komunitas yang menganut agama lokal bernama Towani Tolotang
atau yang disebut sebagai agama Tolotan yang bermukim sejak ratusan
tahun lalu. Komunitas ini terjaga secara turun-temurun dan terus
berkembang hingga sekarang ini.
Menurut tokoh adat Tolotang, komunitas ini sebenarnya penganut aliran
kepercayaan yang menyembah sesuatu yang tak nampak, mereka biasa
menyebutnya Dewata Sewae dan disebut juga patotoe. Namun pada
36 Mustari Kadir (50 tahun) Camat Pitu Riawa, wawancara tanggal 11 juli 2018
tahun 1966, pemerintah tidak menerima hal itu karena hanya mengakui
lima agama, yakni Islam, Katolik, Prostestan, Hindu dan Budha. Pada
akhirnya, pemerintah memberikan gelar Hindu untuk agam tolotan ini dan
pihak mereka sepakat tentang keputusan pemerintah sehingga mereka
terpaksa beragama Hindu di ktp mereka. Meski kegiatan keagamaan
mereka jauh berbeda dengan agama Hindu.
Tolotan atau To Wani merupakan istilah yang pertama kali diucapkan oleh
La Patiroi, Addatuang Sidenreng VII untuk menyebut pendatang yang
berasal dari arah Selatan, yaitu Wajo. Dimana tolotan ini terdiri dari dua
kata yaitu kata To (orang), dan kata lotan (lautan yang berasal dari
selatan). Salah seorang tokoh tolotan, mengatakan komunitas tolotan
masuk disidrap berasal dari wajo, kata towani berasal dari sebuah desa di
wajo. Dan yang membawanya adalah Ipabere seorang perempuan. Ia
meninngal ratusan tahun lalu dan dimakamkan di Perinyame, sebuah
daerah disebelah barat Amparita, dimakam inilah yang kemudian selalu
dikunjungi dan ditempati untuk acara tahunan komunitas ini yang selalu
ramai.
Acara adat tahunan yang dilaksanakan setiap bulan Januari itu juga
merupakan pesan dari Ipabbere. Seperti yang dikemukakan oleh salah
satu tokoh adat tolotan
“Kami selalu membuat acara tahunan di Perinyameng. Sebab
orangtua yang dikuburkan di situ, memang berpesan ke anak
cucunya bahwa jika kelak ia meninggal, kuburnya harus diziarahi
sekali setahun. Makanya, seluruh warga komunitas berdatangan
dari segala penjuru, mulai dari Jakarta, Kalimantan, hingga Papua.
Bahkan keluarga yang cacat dan anak-anak saja harus hadir setiap
Januari itu," 37
Beliau menambahkan karena sebuah proses sejarah yang panjang
akhirnya Tolotan kemudian harus berpindah ke Wajo. Masuknya Islam di
Wajo rupanya tidak bisa memberi ruang yang bebas untuk
berkembangnya agama Tolotan, sehingga beralilah ke Amparita. Bukan di
Amparita saja, komunitas Tolotan juga ada di Maritengngae, Tellu Limpoe,
Wattangpulu, Sidenreng, Pitu Riawa, Dua Pitue, serta Dua Pitue Lama.
Hanya saja, basis utamanya memang di Tellu Limpoe. Tokoh adatnya
juga banyak dan menyebar di seluruh kecamatan.
Adapun gambaran umum persyarikatan Muhammadiyah yang ada di
Sidenreng Rappang (Sidrap) merupakan sebuah kesuksesan besar bagi
Persyarikatan Muhammadiyah diwilayah ini, karena Muhammadiyah pada
umumnya di kabupaten Sidrap sangatlah berkembang dilihat dari
perguruan tinggi yang dimiliki yang terletak di Rappang Kab Sidrap. Selain
itu, yang memiliki keaktifan dan pengikut persyarikatan terbanyak setelah
Makassar yaitu persyarikan di Sidrap. Tahun berdirinya persyarikatan ini
sejak 1926 dan Pendiri pertama yaitu Hijaz Tahir, kemudian Akhya
Hairuddin Hakim.38
Persyarikatan Muhammadiyah Sidrap terbentuk sejak tahun 2000 dan
memiliki 9 pimpinan cabang dan 7 pimpinan ranting yang dulunya
bergabung dengan kec. Pituriawa. Yang menjadi pimpinan
Muhammadiyah di kecamatan ini ialah Ya’kub, beliau menjabat selama
37
Tokoh adat agama Tolotan (67 tahun), wawancara tanggal 15 juli 2018
38 Muh. Rohady Ramadhan (47 tahun) Ketua PDM Sidrap, wawancara tanggal
23 agustus 2018
tahun 2015 sampai tahun 2020.39 Persyarikatan ini memiliki amal usaha
yang ada di kecamatan Pitu Riawa yaitu dua unit SD (sekolah dasar) dan
satu unit Tsanawiyah akan tetapi tsanawiyah sudah tidak berjalan lagi
karena banyaknya saingan di sekitar sekolah tersebut yang
berkembang.40
B. Gambaran Umum Ukhuwah Islamiyah di Kecamatan Pitu Riawa
Ukhuwah islamiyah yang terbangun di kecamatan ini sangatlah baik
meskipun berbagai corak keragaman pemahaman masyarakat biasa
menjadi kendala, akan tetapi menjaga dan meningkatkan ukhuwah
islamiyah ini selalu diutamakan dalam segala aspek. Ukhuwah islamiyah
dapat terjalin baik apabila masyarakat memahami makna sesungguhnya
dari makna ukhuwah dan juga perlunya pemahaman agama yang
diberikan untuk masyarakat. Peningkatan pemahaman agama yang baik
terhadap masyarakat bertujuan untuk memberi ketentraman dan
kedamaian sehingga tidak adanya konflik.
Pada tahun 2014 terjadi konflik antara penganut agama Islam dan
kepercayaan Towani Tolotan (Agama Animisme) yang berakibat
kekerasan dan permusuhan sesama umat Islam. Konflik tersebut bermula
dari hal-hal yang dianggap sepele yaitu mulai dari lempar rumah sampai
berujung kepada saling serang antara kaum muslimin dan warga Tolotan.
Hingga pada akhirnya ukhuwah islamiyah kaum muslimin menjadi
39 M. Yakub (44 tahun) Ketua Cabang Muhammadiyah Pitu Riawa, wawancara
tanggal 24 Juni 2018
40 Hasan P. (52 tahun) Kepala sekolah SD Muhammadiyah Aju Bissue,
wawancara tanggal 13 Juni 2018
menguat dengan terbntuknya tim FPI (forum pembela Islam) di
Kecamatan Pituriawa ini sebagai bentuk pembentengan bagi kaum
muslimin, peristiwa seperti inilah yang mengawali tumbuhnya kekuatan
islamiyah di tengah masyarakat.
Dengan berlalunya konflik tersebut, masyarakat mengharapkan
bantuan yang seperti ini terus di tingkatkan, baik dari ormas Islam ataupun
dari pemerintah itu sendiri. Adapun bantuan itu juga diberikan dalam
bentuk melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan kepada masyarakat,
tercatat bahwa Pemerintah Sidrap ini sangat memperhatikan yang
namanya perkara ukhuwah ini sehingga di bentuklah BKMT (Badan
Kontak Majelis Taklim) di setiap kecamatan. Apabila mereka melakukan
kegiatan keagaman, mereka bisa saling mengundang masyarakat dari
Kecamatan lain yaitu baik dari BKMT atau masyarakat umum. Hal ini
bertujuan agar ukhuwah Islamiyah yang sudah terjalin dapat terjalin lebih
baik lagi karena telah memiliki pondasi yang kuat sehingga tidak adanya
alasan bagi masyarakat untuk menimbulkan kerusakan ukhuwah.
Pada dua tahun terakhir ini, konflik sudah jarang dijumpai lagi
tentunya hal ini tidak lepas dari bantuan Persyarikatan Muhammadiyah
dan FPI, masyarakat masih membutuhkan yang namanya pergerakan
dakwah baik dari ormas Muhammadiyah, FPI maupun ormas Islam
lainnya seperti. Dengan adanya ormas Islam ini dapat memberikan
pencerahan dan pengajaran kepada masyarakat agar dapat membentengi
diri saat terjadi konflik kembali dan kemudian mewujudkan kerukunan
antara masyarakat.
Diantara kegitan yang dilakukan oleh masyarakat dalam
membangun dan meningkatkan ukhuwah islamiyah ialah:
a. Gotong Royong
“Masyarakat biasanya melakukan gotong royong pada
pembenahan sarana-sarana umum seperti pembangunan sekolah,
kanal Air (Pengaliran Air kesawa) dan lain-lain. Hal ini bertujuan
untuk memelihara kemaslahatan bersama sekaligus menjaga
ukhuwah”41
Hal inilah yang mengawali dan mendasari ukhuwah Islamyah di
dalam kerukunan bermasyarakat, Rosulullah s.a.w bersabda :
عليه وسلام قال المؤمن بي صلاى اللا ...للمؤمن كالبنيان يشد بعضه بعضاعن النا
Artinya:
“Rosulullah s.a.w. bersabda : Orang yang beriman seperti
bangunan saling menguatkan satu sama lain”...(HR.Bukhari)42
b. Pesta Panen
Masyarakat pada umumnya sering melakukan pesta panen ketika
selesai memanen hasil sawahnya, mereka berbondong-bondong
melakukan syukuran. Dengan adanya pesta panen ini, semakin
memperat tali ukhuwah islamiyah dalam masyarakat pada
umumnya.
c. Bahu Membahu
Menjadi pribadi yang bermanfaat adalah karakter yang harus dimiliki oleh
setiap muslim dimana memberikan manfaat bagi muslim lainnya. Seperti
inilah yang dilakukan oleh masyarakat muslim di Kec. Pitu Riawa, ketika
41 Hasan SP.d (52 Tahun) Kepsek Muhammadiyah Aji Bissue wawancara tanggal
13 agustus 2018
42 Muhammad Bin Ismail Bin Ibrahim Al-Mughirah Al-Bukhori Al-ja’fi, shahih
Bukhari, jilid ,No ,hal.
masyarakat membutuhkan bantuan saudaranya maka bersegera mereka
membantu dalam kebaikan.
Allah s.w.t berfirman :
إنا ٱللا .... قوا ٱللا ن وٱتا ول تعاونوا على ٱلثم وٱلعدو قوى شديد وتعاونوا على ٱلبر وٱلتا
٢ٱلعقاب
Terjemahnya: Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.43 Penelitian untuk mengungkapkan bagaimana strategi dakwah
Muhammadiyah dalam meningktakan ukhuwah islamiyah di kecamata Pitu
Riawa.
1. Strategi Dakwah Muhammadiyah dalam Meningkatkan
Ukhuwah Islamiyah di Kecamatan Pitu Riawa Kabupaten
Sidrap
Setiap ormas tentunya memiliki strategi dakwah yang berbeda di dalam
menyampaikan dakwahnya agar setiap apa yang disampaikan dapat
diterima dengan mudah dan baik oleh mad’unya. Menjaga kerukunan
didalam sebuah pergerakan itu penting selama tidak melanggar syariat
yang telah di tetapkan oleh Allah s.w.t. Adapun strategi dakwah yang
dimiliki oleh persyarikatan Muhammadiyah yang ada di kec. Pituriawa
ialah sebagai berikut :
a. Strategi Dakwah dalam Bidang Pendidikan
43
Amal usaha Muhammadiyah yang dimiliki kecamatan Pituriawa yang
bergerak dalam bidang pendidikan yaitu SD Muhammadiyah Aju Bissue.
SD Muhammadiyah Aju Bissue didirikan sejak tahun 1968 oleh
Persyarikatan Muhammadiyah Sidrap. Sejak berdirinya sekolah ini, sudah
7 (tujuh) orang yang telah menjabat sebagai kepala sekolah dan yang
menjabat sebagai kepala sekolah saat ini ialah bapak HASAN P, S.Pd.
Jumlah siswa yang dimiliki berjumlah 54 siswa dan jumlah siswa tersebut
terbagi 2 lagi yaitu 49 orang yang beragama Islam dan selebihnya ialah
non muslim. Kurikulum yang digunakan yaitu dari dinas pendidikan dan
digabungkan dengan kurikulum Persyarikatan Muhammadiyah seperti
pelajaran-pelajaran yang berkaitan tentang Muhammadiyah.
Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam meningkatkan
ukhuwah Islamiyah ialah memberikan pemahaman agama kepada siswa-
siswa ketika berada disekolah dan juga memberikan pemahaman kepada
orangtua siswa. Memberikan pemahaman kepada siswa seperti dengan
tidak melakukan perkelahian, berteman dengan rukun, dan saling tolong
menolong. Adapun pemahaman untuk orangtuanya dilakukan alam bentuk
mengumpulkan mereka di sekolah untuk membahas masalah siswa dan
dengan tujuan menyatukan dalam hal persaudaraan. Sebagaimana yang
telah dikemukakan oleh bapak Hasan;
“Sekolah ini sering mengadakan pertemuan orangtua siswa yang
tujuannya untuk menyambung silaturrahmi sesama orangtua siswa.
Adanya pertemuan ini maka Ukhuwwah Islamiyah pun terbangun
dengan sendirinya dimana setelah diadakannya pertemuan ini,
hubungan sesama orang tua siswa semakin erat ketika berada
diluar sekolah, mereka sering membantu dan melakukan gotong
royong bersama.44
Peneliti juga melakukan penelitian observasi kepada siswa-siswa
SD Muhammadiyah Aju Bissue ketika pulang sekolah dan menemukan
hasil bahwa kegiatan keagaman yang biasa mereka lakukan di luar
sekolah ialah seperti belajar baca qur’an dan menghafal bacaan shalat
serta surat-surat pendek.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti baik dari
wawancara maupun observasi maka dapat disimpulkan bahwa strategi
dakwah Muhammadiyah dalam bidang pendidikan bisa dikatakan cukup
baik dimana bisa dilihat dari dampak yang dirasakan oleh orangtua siswa
dengan adanya sekolah ini.
Ukhuwah Islamiyah yang terbentuk melalui sarana pendidikan ini
merupakan konsep yang paling dasar dalam meningkatkan Ukhuwah
Islamiyah di tengah masyarakat dimana sedari kecil anak-anak sudah
diajarkan untuk berteman dengan siapa saja tanpa melihat status atau
latar belakang agama, ras dan budaya temannya. Sehingga nantinya
mereka sudah terbiasa dalam hal perbedaan dan tidak mengedepankan
ego dalam hal persaudaraan, mereka justru mengedepankan rasa
persaudaraan yang rukun dan damai.
b. Strategi Dakwah Menggunakan Media Pengobatan
Strategi dakwah yang dilakukan di kecamatan Pitu Riawa dalam bentuk
pengobatan yaitu seperti ruqyah syar’iyyah, thibbun nabawi dan
44
Hasan P. (52 tahun) Kepala sekolah SD Muhammadiyah Aju Bissue, wawancara tanggal 10 juni 2018
pengobatan Islami lainnya. Pengobatan-pengobatan ini merupakan
strategi Persyarikatan Muhammadiyah di dalam berdakwah secara
individu yaitu dari rumah ke rumah. Dengan melihat kondisi masyarakat
pada umumnya di kecamatan ini masih susah untuk menerima dakwah
dari mimbar ke mimbar, maka biasanya masyarakat yang membutuhkan
pengobatan Islami mereka akan memanggil warga Muhammdiyah ke
rumahnya. Sehingga kegiatan ini juga dijadikan sebagai strategi dakwah
Muhammadiyah dalam meningkatkan Ukhuwwah Islamiyah secara
dakwah individu, seperti yang diungkapkan oleh Ustadz Ambo’ Dalle’
“Dakwah yang paling efektif dilakukan dikalangan masyarakat disini
ialah thibbun nabawi seperti ruqyah, bekam, akupuntur. Hal ini
dikarenakan mayoritas masyarakat lebih tertarik pada pengobatan
melalui dukun atau yang berbau kesyirikan sehingga saya
mengambil kesimpulan bahwa keefektifan didalam berdakwah
melalui thibbun nabawi sangat bagus untuk menjelaskan kepada
masyarakat tentang pengobatan yang dibolehkan dalam Islam.”45
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu pengurus Majelis
Tabligh Muhammadiyah tersebut, maka dapat penulis simpulkan bahwa
ukhuwah islamiyah di kecamatan ini dapat terbentuk melalui pengobatan
yang dilakukan oleh warga Muhammadiyah dimana hasil yang dirasakan
oleh masyarakat setelah melakukan pengobatan islami ini ialah sangat
memuaskan, bisa dihat dari berkurangnya jumlah masyarakat yang
melakukan kesyirikan.
Pengobatan ini juga menjadi media dalam peningkatan ukhwah
islamiyah yakni semakin bertambahnya rasa percaya dan persaudaraan
terhadap sesama umat Muslim. Hal ini bisa dilihat dari bentuk simpati
45
Abdol (45 tahun) Pengurus Tabligh Muhammadiyah Pitu Riawa,dai AMCF, wawancara tanggal 15 juni 2018
warga Muhammadiyah kepada masyarakat yang masih rendah tingkat
keimanannya dengan cara memberi pengobatan Islami dan memebrikan
kepada masyarakat untuk selalu mendo’akan serta menjenguk
masyarakat yang sedang sakit atau terkena musibah. Do’a dan bantuan
yang kita berikan itu juga akan bernilai pahala untuk kita.
c. Strategi Dakwah melalui Pengajian Rutin
Amal usaha Muhammadiyah yang lain yang dimiliki oleh kecamatan
Pitu Riawa selain sekolah ialah Masjid Muhammadiyah yaitu Masjid
Fastabiqul Khaerat. Masjid ini biasanya dijadikan sebagai tempat untuk
menyelenggarakan pengajian rutin yang dilakukan setiap sebulan sekali
dengan tujuan meningkatkan ukhuwah Islamiyah dan menyiarkan Islam
kepada masyarakat. Sebagaimana yang diungkapkan oleh sekertaris
Muhammadiyah ketika diwawancarai
“Biasanya di dalam pengajian pengurus mendatangkan seorang
penceramah. Pengajian rutin ini merupakan pengajian khusus para
pengurus pimpinan cabang saja. Adapun untuk pengajian
umumnya, pengurus belum merealisasikannya namun ketika
pimpinan cabang mengadakan pengajian biasanya masyarakat
sekitar juga diundang sebagai simpatisan. Dari pegajian ini,
hubungan ukhuwwah Islamiyah antara warga Muhammadiyah
dengan pengurus dapat terjalin baik”46
Dari hasil wawancara tersebut, penulis menyimpulkan bahwa
pengajian rutin ini merupakan strategi dakwah yang paling mudah dan
efektif untuk meningkatkan ukhuwah islamiyah. Hal ini bisa dilihat dari
tujuan diadakannya pengajian rutin ini serta dampak yang didapatkan
masyarakat setelah mengikuti pengajian rutin.
46
Iskandar (47 tahun) Sekertaris Cabang Muhammadiyah Pitu Riawa, wawancara tanggal 10 juli 2018
Pengajian rutin ini merupakan media yang berdiri sudah lama sejak
dibentuknya cabang Muhammadiyah Pitu Riawa, masyarakat yang
mengikuti kegiatan ini merasakan banyak manfaatnya. Diantara
manfaatnya ialah bertambahnya jamaah shalat di Masjid dimana hal ini
juga merupakan peningkatan ukhuwah Islamiyah dalam hal ibadah
dimana ketika saudara muslim berada dimasjid mereka saling berbagi
informasi dlam berbagai hal dan saling mengingatkan dalam kebaikan.
d. Strategi Dakwah dengan Pengkaderan Generasi Muda
Pengkaderan yang dilakukan di kecamatan ini dilaksanakan setiap
tahun pada tingkatan remaja, disinilah para generasi diajarkan nilai-nilai
agama. Sehingga terwujud sebuah tujuan dakwah bahwa Islam adalah
rahmat bagi seluruh alam bukan agama paksaan dan tidak
mengedepankan kekerasan atau konflik yang biasanya terjadi di
masyarakat. Selain itu, pengakaderan ini juga selalu dibarengi dengan
mengenalkan kepada para remaja tentang Persyarikatan Muhammadiyah
serta memberi pemahaman dengan menghargai keragaman yang ada.
Sehingga terwujud generasi-generasi yang peduli terhadap kerukunan
kepada masyarakat.47
Sebagian dari pemuda-pemuda Islam belum mengenal dan
memahami dengan baik makna dan hakikat dari Ukhuwah Islamiyah.
Ukhuwah Islamiyah merupakan perkara yang mudah diucapkan dan sulit
untuk diterapkan dan di aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Namun
mewujudkan perkara ukhuwah Islamiyah dengan arti yang sebenarnya
47 Iskandar (47 tahun) Sekertaris Cabang Muhammadiyah Pitu Riawa,
wawancara tanggal 10 juli 2018
merupakan kewajiban bagi setiap muslim khususnya bagi para generasi-
generasi muda.
e. Strategi Dakwah dengan Melakukan Target Capaian Dakwah ke
Ranting-ranting Muhammadiyah
Tentunya didalam menyiarkan dakwah dan meningkatkan
ukhuwwah islamiyah, cabang Muhammadiyah tidak bergerak sendiri.
Dalam hal ini, cabang melakukan target capaian dakwah ke ranting-
ranting yang dimilikinya. Sebelum melakukan target capaian tersebut
cabang melakukan musyawarah cabang terlebih dulu. Pembahasan
musyawarah cabang ini yaitu membicarakan berbagai macam tujuan
target dakwah, metode yang akan dilakukan serta hasil apa yang akan
didapatkan sehingga terwujud capaian dakwah yang maksimal. Dalam hal
ini, peneliti melakukan wawancara dengan Ketua Cabang Muhammadiyah
Pitu Riawa,
“Target atau capain dakwah ini dilakukan setiap sebulan sekali.
Tujuan diadakannya ialah mengevaluasi dan mengontrol ranting
serta menyarankan agar setiap ranting menjaga kerukunan
warganya. Menjaga kerukunan warga ini dilakukan dengan bentuk
gotong royong, saling membantu dll. 48
Berdasarkan wawancara dengan pak Ya’kub maka penulis
menyimpulkan target atau capaian dakwah ke ranting ini merupakan
strategi dakwah cabang yang harus dipertahankan. Melihat masyarakat
dapat meningkatkan ukhuwwah Islamiyahnya setelah adanya kegiatan
48
M. Yakub (44 tahun) Ketua Cabang Muhammadiyah Pitu Riawa, wawanvara tanggal 9 juli 2018
yang dilakukan dengan tujuan menjaga kesatuan dan kerukunan dari
keragaman yang berbeda.
Hasil yang didapatkan dari melakukan target dan pecapaian
dakwah ke ranting-tanting ini ialah masyarakat kecamatan Pitu Riawa bisa
lebih menerima keberadaan Persyarikatan Muhammadiyah yang ingin
menyebarkan dakwahnya yang bertujuan mempersatukan perbedaan di
tengah masyarakat.
Selain itu, ranting juga lebih sering mengadakan kegiatan
keagamaan dan dalam setiap kegiatannya pengurus selalu mengingatkan
masyarakat agar menjaga persaudaraan muslim dengan selalu
menasehati dalam kebaikan, memaafkan saudara yang berbuat salah,
serta meringankan kesulitan saudara muslim.
f. Strategi Dakwah dengan Membangun Jaringan Dan Kerja Sama
Jaringan kerjasama merupakan jalinan yang dibangun oleh Majelis
Tabligh dengan berbagai pihak baik di lingkungan Muhammadiyah
maupun pihak-pihak lain diluar persyarikatan. Pihak di lingkungan
Muhammadiyah seperti majelis taklim, lembaga organisasi, dan amal
usaha Muhammadiyah. Adapun pihak-pihak lain diluar persyarikatan
seperti polres, RT/RW, dan masyarakat sekitar.
Tujuan diadakannya jaringan kerjasama ini guna untuk membangun
kerjasama dalam perencanaan dan pelaksanaan program kerja majelis
tabligh. Seperti yang telah diungkapkan oleh mantan sekertaris majelis
tabligh Muhammadiyah Pitu Riawa
“Didalam melaksanakan program kerja majelis tabligh kami harus
melakukan kerjasama dengan pihak lain, sehingga program kerja
yang akan dilakukan dapat berjalan. Dari program kerja majelis
tabligh salah satunya yaitu meningkatkan ukhuwwah Islamiyah
sesama masyarakat di kecamatan Pitu Riawa.”49
Dari hasil wawancara tersebut, dapat penulis simpulkan bahwa
strategi dakwah yang dilakukan majelis tabligh ini dapat meningkatkan
ukhuwwah Islamiyah antara warga Muhammadiyah dengan pihak-pihak
lain. Bisa dilihat dari bentuk kerjasama yang dilakukan untuk
mensukseskan program kerja majelis tabligh. Allah s.w.t. berfirman :
إخ ؤ ب ٱى إ حشح ىعين ٱحقا ٱلل ن أخ ة فأصيحا ب ٤٠
Terjemahnya:
Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu
damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu
dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat50
Dengan adanya konsep ukhuwah islamiyah kita akan merasakan
kehidupan bermasyarakat yang harmonis dan tentram. Tanpa adanya
perbedaan yang sering menimbulkan permasalahan dan pertentangan
maka hidup bermasyarakat akan indah.
Selain itu, tingkat kesenjangan sosial yang ada ditengah
masyarakat juga akan terkikis dengan sendirinya. Hal ini karena adanya
semangat ber-ukhuwah islamiyah yang menyatukan segala perbedaan
yang ada.
Persatuan ukhuwah Islamiyah tidak sebatas teori di atas kertas
yang disampaikan dalam bentuk tulisan maupun ceramah. Persatuan itu
harus di hadirkan dan di wujudkan dalam bentuk membela serta
menghormati saudara-saudara kita.
49
Dollah (71 tahun) warga Muhammadiyah, wawancara tanggal 11 juli 2018
50
2. Kendala dalam Memelihara Ukhuwah Islamiyah di Kecamatan
Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Provinsi Sulawesi Selatan
Memelihara sebuah ukhuwah pada perkumpulan masyarakat yang
dilakukan oleh sebuah persyarikatan pastinya mempunyai kendala-
kendala yang menghambat kerukunan ukhuwah tersebut. Kendala yang
dihadapi oleh cabang persyarikatan Muhammadiyah di Pituriawa ialah :
a. Kurangnya Muballigh dalam Melaksanakan Dakwah
Muballigh merupakan sosok yang diharapkan masyarakat di dalam
memelihara persaudaraan berbangsa dan bernegara. Sehingga tanpa
adanya sosok muballigh ini persatuan ukhuwwah umat Muslim bisa
terpecah belah. Kekurangan muballig menjadi masalah besar di dalam
setiap persyarikatan sehingga kehadiran Muballig yang betul-betuk ahli
didalam Ilmu agama Islam merupakan tolak ukur sebuah pergerakan
dapat dipandang dengan baik oleh masyarakat pada umumnya.
Peneliti melakukan wawancara dengan Ketua umum PDM Sidrap terkait
masalah ini, beliau mengatakan
“Kendala yang sangat mendasar adalah kekurangan Muballig yang
ahli di bidangya”51
Penulis menyimpulkan bahwa beliau sangat berharap kepada
segenap pengurus persyarikatan Muhammadiyah memperhatikan para
generasi-generasi selanjutnya di dalam mengembangkan sebuah
persyarikatan ini agar supaya lahir ulama-ulama ahli di bidangnnya.
b. Fanatisme
51
Muh. Rohady Ramadhan (47 tahun) Ketua PDM Sidrap, wawancara tanggal
23 agustus 2018
Kendala semacam ini kerap kali dijumpai di dalam masyarakat, sehingga
dakwah yang dilakukan mempunyai tantangan tersendiri. Kendala ini
seperti masyarakat pada umumnya percaya dan fanatik kepada ajaran
nenek moyangnya, meskipun menentang ajaran syariat, atau biasa kita
jumpai semacam fanatik terhadap kelompok pergerakan Islam itu sendiri,
sehingga enggan menerima bahkan menolak dakwah dari para Muballig-
muballig persyarikatan Muhammdiyah di Pitu Riawa.52
c. Kondisi Lingkungan yang Kurang Kondusif
Kepribadian seseorang seringkali dibentuk dan dipengaruhi oleh
lingkungannya, sehingga dengan mudah ia dipengaruhi lingkungan
dimana ia harus berinteraksi. Suasana dan lingkungan yang tidak baik
merupakan salah satu faktor utama keretakan Ukhuwah. Sebagaimana
yang dikatan oleh Rohady Romadhon;
“Lingkungan yang kurang kondusif ini seperti terdapat saling hasad,
sikap riya’, materialistis dan penyakit masyarakat lainnya. Semua
itu adalah penyakit-penyakit lingkungan yang merusak dan
mematikan keharmonisan dalam hubungan ukhuwah pada
masyarakat”.53
Sehingga penulis berpendapat bahwasanya permasalahan ini
merupakan sesuatu yang sering terjadi dalam masyarakat dan ukhuwah
islamiyahpun akan memiliki kesenjangan dan kerusakan olehnya itu telah
di sebutkan di dalam hadist rosulullah s.a.w di dalam sunan Abi Daud :
52
Madaling (54 tahun) Sekertaris PDM Sidrap, wawancara tanggal 23 agustus
2018 53
Muh. Rohady Ramadhan (47 tahun) Ketua PDM Sidrap, wawancara tanggal 23 agustus 2018
بيا أنا هريرة أبي عن صلاى النا اكم قال وسلام عليه اللا الحسنات يأكل الحسد فإنا والحسد إيا
ار تأكل كما الحطب النا
Artinya :
“Jauhilah Olehmu sifat hasad, karena sesungguhnya hasa itu dapat
menghilangkan segala kebaikan sebagaimana api yang membakar
kayu yang kering.”(HR. Abu Daud)54
قبه بب ث ب حذاع :ع م ن حذاع عي أ شل الأ عي عي صي الله قبه سعه الله
ىن ئز مثش خ ئز قبه بو أ قيت ح ثثبء م الأميت إى قصعخب فقبه قبئو غثبء ن
اى ف قيبن الله ىقزف ن ببت اى م صذس عذ الله ضع ى و فقبه قبئو ب اىغ
قبه حب ب اى ث سعه الله ت اى مشا ب اىذ
Artinya :
“ Dari Tsauban, ia berkata bahwa rosulullah s.a.w bersabda, hampir
saja para umat (yang kafir dan sesat) mengerumuni kalian dari
berbagai penjuru, sebagaimana makanan dalam piring”. Kemudian
seseorang bertanya, katakanlah wahai rosulullah apakah kami pada
saaat itu sedikit? Rosulullah berkata. Bahkan kalian pada saat itu
banyak. Akan tetapi kalian bagaikan buih dilautan. Allah akan
menghilangkan akan menghilangkan ketakutan pada hati musuh
kalian dan akan menimpakan dalam hati kalian “wahn”. Kemudian
seseorang bertanya wamal wahan ya rosulullah?, rosulullah
bersabda. Cinta dunia dan takut mati.” (HR. Abu Daud)55
ىبذ د ب ح ع ن ب أخبف عي ف أخ قبه إ عي عي صي الله سعه الله أ
شك الأصغش قبى قبه اىش شك الأصغش ب سعه الله ب اىش بء ا ... اىش
Artinya :
54 Abu Daud sulaiman bin Al-asyngats bin ishaq bin busyair bin Syidad bin amr
Al-azdiy alasy histany, Sunan Abu Daud (Cet I ; Darul Risalah al-aliyah, 1430 H) jilid 7, hal 56
55 Abu Daud sulaiman bin Al-asyngats bin ishaq bin busyair bin Syidad bin amr
Al-azdiy alasy histany, Sunan Abu Daud, jilid 7, hal 355
“Dari mahmud bin labid, rosulullah s.a.w bersabda: sesungguhnya
yang paling kukhawatirkan akan menimpa kalian adalah syirik
asghor. Apa itu syirik asghor wahai rosulullah? Beliau bersabda:
Syirik asghor adalah Riya’...56
Hal semacam ini harus diluruskan ditengah masyarakat, tentunya semua
itu diperlukan ijtihad di dalam berdakwah dan mengasah kembali
kemampuan para muballig yang telah berlebur bersama masyarakat
mudah-mudahan ini semua bisa teratasi dan kembali mempersatukan
ummat di dalam beragama, berbangsa dan bertanah air.
Dari beberapa kendala yang telah penulis paparkan diatas maka penulis
dapat memberikan masukan untuk Persyarikatan Muhammadiyah dan
masyarakat kecamatan Pitu Riawa agar tetap mempertahankan ukhuwah
islamiyah yang sudah ada dan sudah berjalan sejak lama. Cara
meningkatkan ukhuwah islamiyah ini bisa dengan menaruh perhatian
khusus dari warga Muhammadiyah terhadap generasi muda dan
menjadikan kader-kadernya sebagai calon muballigh yang dibutuhkan
masyarakat.
Ukhuwah islamiyah dapat terjaga dengan baik apabila adanya kesadaran
dari diri masyarakat untuk tidak terpengaruh oleh ajaran budaya asing dan
lingkungan yang dapat merusak kekuatan persaudaraan. Cara
membentengi diri dari hal-hal seperti ini ialah dengan terus mengingat
pentingnya pesaudaraan sesama muslim yang dilandaskan dengan iman
dan taqwa kepada Allah SWT.
56
Abu Abdillah Ahmad bin Muhammad bin Hambal bin Halaal bin Asad asy-Syaibany, Musnad al-Imam Ahmad bin Haml (Cet I; Muassassa Risalah, 1421H), jilid 48, hal: 123
Selain itu, meningkatan ukhuwah Islamiyah juga dapat dilakukan dengan
cara mendo’akan saudara seiman, menjaga silaturrahim, selalu berkata
baik dan sopan, menutub aib atau kekurangan saudara kita, dan saling
tolong menolong dalam kebaikan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil oleh peneliti dari hasil
penelitian diatas adalah sebagai berikut :
1. Ukhuwah Islamiyah di kecamatan Pitu Riawa masih mengalami
kesenjangan dari berbagai bentuk seperti konflik, Fanatik
kelompok/ormas, sampai kepada pengaruh-pengaruh kelompok
tertentu.
2. Adapun strategi dakwah Muhammadiyah di dalam meningkatkan
Ukhuwah Islamiyah di kecamatan Pitu Riawa yaitu :
a. Strategi Dakwah dalam Bidang Pendidikan
b. Strategi Dakwah menggunakan Media Pengobatan
c. Strategi Dakwah melalui Pengajian Rutin
d. Strategi Dakwah dengan Pengkaderan Generasi Muda
e. Strategi Dakwah dengan Melakukan Target Capaian Dakwah
ke Ranting-ranting Muhammadiyah
f. Strategi Dakwah dengan Membangun Jaringan Dan Kerja
Sama
3. Kendala dalam memelihara ukhuwah Islamiyah di Kecamatan Pitu
Riawa Kabupaten Sidrap Provinsi Sulawesi Selatan ialah sebagai
berikut :
a. Kurangnya Muballigh
b. Kondisi Lingkungan yang Kurang Kondusif
c. Fanatisme
B. Saran
Dengan melihat pentingnya strategi dakwah dalam meningkatkan
Ukhuwah Islamiyah, maka penulis berharap agar Persayarikatan
Muhammadiyah memperhatikan target pencapaian strategi dakwah di
dalam penerapan kepada masyarakat.
1. Kepada cabang Muhammadiyah kecamatan Pitu riawa yaitu perlu
berupaya semaksimal mungkin di dalam mengarahkan ranting-
ranting yang ada sehingga target dakwah maksimal.
2. Kepada para asatidzah Muballigh-Muballigh dan guru-guru
pengajar di sekolah agar tetap berjuang menegakkan Islam
semangat dalam menyampaikan dakwah pengajaran kepada para
masyarakat dan generasi sehingga terwujud masyrakat Islam yang
sebenar-benarnya.
3. Kepada semua kalangan jajaran PDM Sidrap, agar tetap
memperhatikan generasi-genearsi penerus sehingga tercipta
ulama-ulama yang memberikan wawasan kepada masyarakat
sehingga tercipta masyarakat yang rukun tentram dan damai
dibawah syariat Allah swt.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Tajwid dan Terjemah. 2016. Bandung : Cordoba.
Achmadi, Abu dan Narbuko Cholid. 2007. Metode Penelitian, Jakarta: Bumi
Aksara
Afrizal. 2016. Metode Penelitian Kualitatif: Sebuah Upaya Mendukung
Pengguaan Penelitian Kualitatif Dalam Berbagai Disiplin Ilmu, Jakarta:
Rajawali Pres
Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan
Penyelenggaraan Haji Direktorat Urusan Agama Islam. 2003. Buku Tanya
Jawab Seputar Kemitraan umat, Jakarta
Direktorat Urusan Agama Islam Ditjen Bimas Islam Dan Penyelenggaraan Haji
Departemen AGAMA RI. 2004. Pedoman Pembinaan Ukhuwah
Islamiyah, Jakarta
Fathul Bahri An-Nabiry. 2008. Meniti Jalan Dakwah Bekal Perjuangan Para
Da’I, Jakarta: Amzah
HSM. Nasaruddin Latif. Teori & Praktek Da’wah Islamiyah, Jakarta: Firma Dara
Muhammad bin Ismail Abu Abdillah Al-Bukhori Al-Ja’fi, Shahih Bukhari.
Tahqiq Muhammad Zuhair Nashir An-Naashir. 1422 H. Daru Thuq An-
Najaah
Muhammad Nasri Dini. 2016. Tabligh Menyatukan visi dan Misi Umat, Jakarta :
Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Muhammad Nasib Ar-Rifa’i. 1989 M. Taisiru l- Aliyyul Qadir li Ikhtisari Tafsir
Inu Katsir, Jakarta: Maktabah Ma’arid Riyadh
Ruslan, Rosadi. 2018. Metode penelitian public Relation dan Komunikasi,
Jakarta:PT Raja Grafindo
Sudirman. 1972. Problematika Dakwah Islam di Indonesia, Forum Da’wah,
Jakarta. Pusat Da’wah Islam Indonesia
Sugiyono. 2001. Metode Penelitian, Bandung: Alfabeta
Suhandang, Kustadi. 2014. Strategi Dakwah, Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Syeikh Ali Makhfuz. 1970. Hidayatul Mursyidin, Terjemahan Chaddijah
Nasution, PT. Usaha Penerbitan Tiga A
RIWAYAT HIDUP
HERMA HAIDI. Dilahirkan di kabupaten Mamuju Provinsi
Sulawesi Barat, tepatnya di Kecamatan Kalukku Kelurahan
Sinyonyoi pada hari Senin 28 Agustus 1996. Anak kedua dari tiga
bersaudara pasangan dari bapak Muhammad Tahir dan Ibu
Nurbaeti. Peneliti menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di sekolah SD Inpres
Tampa Padang pada tahun 2008 kemudian melanjutkan pendidikan menengah
pertama di SMP Negeri 6 Kalukku dan tamat pada Tahun 2011 kemudian
melanjutkan sekolah menengah atas di MAS DDI Lombang-Lombang dan lululs
pada tahun 2014 kemudian melanjutkan pendidikan Diploma II (I’dad Lugowi)
Pendidikan Bahasa Arab dan Studi Islam di Ma’had Al-Birr Universitas
Muhammadiyah Makassar, selesai pada tahun 2017, dan melanjutkan pendidikan
Strata satu (S1) di Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Agama Islam Di
Universitas Muhammadiyah Makassar selesai pada tahun 2020.
Selama berstatus sebagai mahasiswa, penulis aktif sebagai
anggota Himpunan Mahasiswa Program Studi Komunikasi Penyiaran
Islam (HIMAPRODI KPI). Untuk memperoleh gelar sarjana sosial (S.Sos)
maka penulis penyusun skripsi dengan judul “Strategi Dakwah
Muhammadiyah Dalam Meningkatkan Ukhuwah Islamiyah Di Kecamatan
Pitu Riawa Kabupaten Sidrap Provnsi Sulawesi Selatan”.