Upload
vishalini-thevar
View
172
Download
9
Embed Size (px)
DESCRIPTION
stenosis
Citation preview
I. Pendahuluan
Atresia Ani merupakan salah satu kelainan bawaan, dimana anus tampak
normal, tetapi pada pemeriksaan colok dubur jari tidak dapat masuk lebih
dari 1-2 cm. Insidens : 1 : 3.000-5.000 kelahiran hidup.
Sinonim Atresiaa Ani = Imperforated Anal = Malformasi Anorektal = Anorektal
Anomali.
Kelainan bawaan anus disebabkan oleh gangguan pertumbuhan, fusi, dan
pembentukan anus dari tonjolan ambriogenik.
Pada kelainan bawaan anus umumnya tidak ada kelainan rektum, sfingter, dan
otot dasar panggul. Namun demikian pada agenesis anus, sfingter intern
mungkin tidak memadai.
II. Anatomi dan Fisiologi Anorektum
Sebelum lebih lanjut, kita akan membahas terlebih dahulu mengenai anatomi
dan fisiologi anorektum.
Kanalis analis berasal dari proktoderm yang merupakan invaginasi ektoderm.
Sedangkan rektum berasal dari entoderm. Kanalis analis dan kulit luar
disekitarnya kaya akan persarafan sensoris somatik dan peka terhadap
rangsangan nyeri.
Kanalis analis berukuran panjang + 3 cm sumbunya mengarah ke
ventrokranial, yaitu ke arah umbilikus dan membentuk sudut yang nyata ke
dorsal dengan rektum dalam keadaan istirahat pada saat defekasi sudut ini
menjadi lebih besar.
Batas atas kanalis anus disebut garis anorektum, garis mukokutan, linea
pektinata, atau linea dentata. Di daerah ini terdapat kripta anus dan muara
kelenjar anus antara kolumna rektum. Cincin sfingter anus melingkari kanalis
analis dan terdiri dari sfingter intern dan sfingter ekstern. Sisi posterior dan
lateral cincin ini terbentuk dari fusi sfingter intern, otot longitudinal, bagian
tengah dari otot levator (fuborektalis), dan komponen m. sfingter eksternus.
M. Sfingter internus terdiri dari serabut otot polos, sedangkan m. sfingter
eksternus terdiri atas serabut otot lurik.
2.1. Perdarahan Arteri
1. Arteri hemoroidalis superior adalah kelanjutan a. mesenterika inferior è
membagi diir menjadi dua cabang utama, yaitu kiri dan kanan è yang kanan
bercabang lagi.
2. Arteri hemoroidalis medialis è percabangan anterior a. iliaka interna.
3. Arteri hemoroidalis inferior è cabang dari arteri pudenda interna.
2.2. Perdarahan Vena
1. Vena hemoroidalis superior berasal dari pleksus hemoroidalis internus è
berjalan ke arah kranial ke dalam v. mesenterika inferior, dan melalui v.
lienalis ke vena forta.
2. Vena hemoroidalis inferior, mengalirkan darah ke dalam vena pudenda interna
dan ke dalam v. illiaka interna dan sistem kava.
2.3. Penyaliran Limf
Pembuluh limf dari kanalis membentuk pleksus halus yang menyalirkan isinya
menuju ke kelenjar limf inguinal è ke kelenjar limf. iliaka.
2.4. Persarafan
Persarafan rektum, terdiri atas :
1. Sistem simpatik = berasal dari pleksus mesentrikus inferior dan dari sistem
parasakral yang terbentuk dari ganglion simpatis L2, L3, dan L4. Unsur simpatis
fleksus ini menuju ke arah struktur genital dan serabut otot polos yang
mengendalikan emisi air mani dan ejakulasi.
2. Sistem parasimpatik (nervi erigentes) : berasal dari saraf S2, S3 dan S4[BAK dan
BAB].
2.5. Defekasi
Syarat untuk defekasi normal ialah persarafan sensibel untuk sensasi ini
rektum dan persarafan. Sfingter anus untuk kontraksi dan relaksasi yang utuh,
peristaltis kolon dan rektum tidak terganggu, dan dengan struktur anatomi
organ panggul yang utuh.
Komponen otot-otot yang terlibat dalam proses defekasi :
- M. Levator ani.
- M. Sphincter externa Subcutanus
- M. Puborectalis Superfisial
Semua ini disebut “Musele Complex”
III. Defenisi
Atresia berasal dari kata : a = tidak, tresis = rongga. Jadi Atresia adalah tidak
memiliki rongga/lumen/lubang normal pada tubuh.
Atresiaa Ani adalah suatu kelainan bawaan pada bayi dimana tidak memiliki
lubang anus, dan salah satu acute abdomen pada bayi yang memerlukan
tindakan operasi.
IV. Etiologi
1. Tidak jelas (idiopatik).
2. Oleh karena gangguan pertumbuhan, penggabungan / fusi daripada “hind gut”,
dan pembentukan dari anus, oleh sebab genetik, kurang gizi dan karena
adanya gangguan kromosom.
V. Patofisiologi
Terjadinya Atresia Ani, karena terganggunya “embrio-genesis” dari hind gut
yang menyebabkan terjadi gangguan pemisahan uregenital dengan anorektum.
Kelainan ini terjadi oleh karena adanya gangguan perkembangan pertumbuhan
dari :
- Septum rectal.
- Struktur Mesoderm Lateral.
- Struktur Eksoderm.
Membentuk rektum yang normal dari bagian bawah saluran kemih.
VI. Klasifikasi
Atresia Ani dibagi menjadi :
1. Supralevator = high = letak tinggi (proximal)o Tidak mencapai tingkat m. levator anus, dengan jarak antara ujung buntu
rektum sampai kulit premium > 1 cm.o Biasanya disertai dengan fistel ke saluran kencing (fistel rectovesical) atau ke
saluran genital (fistel rectovaginal).o Rektum di atas Pubococcygeal line.
o Dengan fistel 90 %, tidak ada fiskel 10 %.
o Fiskel secara klinis adekuat = tidak ada tanda-tanda ileus
tidak adekuat = ada tanda-tanda ileus, distensi, tidak BAB
♂ fistelnya rectovesical / rectourinary fistel.
♀ fistelnya rectovaginal
1. Translevator = low = letak rendah (distal)o Rektum menembus m. levator anus, sehingga jarak antara kulit dan ujung
rektum paling jauh 1 cm.o Rectum terletak di bawah garis yang melalui ischium point (Pubococcygeal
line).o Dapat merupakan stenosis anus yang hanya membutuhkan dilatasi membran
atau merupakan membran anus tipis yang mudah dibuka segera setelah anak
lahir.o Translevator 80 % tidak ada fistel
20 % dengan fistel >> ♀
dengan fistel (ectopic anus)
- Perempuan = – anoperineal
- anovalvular
- Laki-laki = – anoperineal
- anocutaneus
- anourethral
o Pada letak rendah bisa dijumpai fistel pada rectovestibular, karena rectum
lebih ke depan mendekati vestibulum.
Tipe Atresia Ani berdasarkan letak menurut Stephens dan Smith (1984) yaitu :
1. High / tinggi (Supra levator).
2. Intermediate / sedang (sebagian translevator).
3. Low / rendah (fully translevator).
VII. Diagnosa
1. Anamnese :o Meconium tidak dijumpai dalam 24 jam.
o Perut kembung dijumpai.
o Muntah dijumpai.
1. Rectal Toucher :o Anus tidak ada, hanya lengkungan saja (Anal dumple).
o Lihat apakah anus di tempat normal.
o Apakah kalibernya normal.
o Apakah ditemukan fistel
Kalau anak-anak : RT dengan termometer yang diberi gel ujungnya.
1. Klinis :o Jika wanita jangan lupa melihat genitalia eksternanya (98-99% wanita dengan
Atresiaa Ani mempunyai fistel ke vestibulum è akan keluar mekonium)
Pada wanita juga dapat terbentuk fistel pada perineum.
o Pada wanita Arteria Ani supralevator, bila :
1. Urin bercampur mekonium.
2. hematuriao Disebut translevator, bila :
1. Dari uretra keluar mekonium.
2. Kencingnya jernih.
3. Ada fistel ke perineum.o Pada laki-laki :
1. Jika anus kasar, banyak pigmen (hitam), è translevator
Jika licin, tipis, pigmen sedikit è supralevator
1. Jika waktu anak menangis/ngedan, anus menonjol è translevator
Jika tidak ada yang menonjol è supralevator.
o Pemeriksaan abdomen :
Inspeksi = perut kembung/distensi.
Palpasi = distensi, nyeri tekan tidak dijumpai.
Perkusi = hipertimpani
Auscultasi = Peristaltik me↑ è metalic sound.
1. Foto Polos Abdomen :
Gambaran air fluid level dijumpai.
1. Foto invertogram (Wangensteen-Rice) dari pelvis = untuk menentukan jenis
Atresia Ani letak rendah, menengah, atau tinggi.
Syarat pembuatannya adalah :
- Setelah usia > 24 jam.
(paling cepat 18 jam, karena udara sudah sampai ke anus).
- Hip. Joint flexi maximal.
- Arah cahaya dari lateral.
- Kepala di bawah, kaki ke atas.
è agar udara naik ke atas dan mekanium akan ke bawah.
Pada invertogram :
- Bila letak udara paling distal.
> 1 Cm = letak tinggi / high
< 1 cm = letak rendah / low
= 1 cm = letak intermediate / sedang
- Dibuat garis imajiner antara Pubo/Putis (tumpang tindih dengan
trochanter mayor) dengan os coccyseal, bila :
1. Ujung buntu di atas PC Line = letak rendah
2. Ujung buntu di bawah PC Line = letak tinggi
Pemeriksaan rutin dilakukan untuk mencari kelainan-kelainan yang menyertai
Atresia Ani yaitu :
1. Vertebral defect, contoh : spina bifida, scoliosis.
2. Atresia = Ani, duodenum, oesophagus.
3. Cardiac anomali = VSD, ASD, MI/MS, dextrocardi.
4. Tracheo fistel.
5. Oesophageal fistel.
6. Ren. Anomali.
7. Lymph. Deformites.
VIII. Penatalaksanaan
1. NIDAR = Nuchter, Infus (Cairan 4 : 1), Decompressi, Antibiotik, rujuk.
2. Kalau letak rendah = anoplasty dengan local anastesi, colok duburnya,
kemudian dibouginage periodik (latih).
3. Letak rendah dengan sub cut aneal fistel = anoplasty.
4. Letak sedang dan tinggi kita lakukan :o Colostomy = left transversal colostomy
1. Sebagai proteksi è di kiri tidak ada organ-organ penting.
2. Lebih mobite.
3. Lebih mudah.
- Pada Atresia Ani letak tinggi dengan tanpa fistel, dan Atresia Ani
dengan fistel yang tidak adekuat è emergancy.
- Pada Atresia Ani dengan fistel yang adekuat dan anterior anus è
elektif.
Colostomy dilakukan pada colon transversum di flexura lienalis oleh karena
colonnya mobile, sehingga mudah dioperasi dan pada daerah ini tidak terjadi
dehidrasi (oleh karena absorbsi elektrolit maximal disini) dan konsistensi feces
tidak keras.
o Operasi defenitif, PSA (Postero – Sagittal Anorectoplasty)
- Setelah 1 tahun kita lakukan, supaya identifikasi otot-otot daerah
anal tidak sulit.
- Bokong dikangkangkan dan anal dimple, dicari usus yang dibawah è
lubangi è ditarik keluar è baru dilakukan Businasi setelah operasi hari ke 11,
dimulai dengan businasi no. 9 tunggu 15 menit è buka è masuk no. 10.
Jadi dirawat selama 2 minggu.
S/d No. 14
2 X 1 minggu busi
1. 1 X 2 minggu busi
2. 1 X 1 bulan busi
+ 6 bulan – 1 tahun.
o Closure Colostomy
- Pos colostomy masa 5 hari dilakukan bila pasase usus bagian distal
lancar, sudah adekuat untuk BAB (6 bulan).
- Sebelumnya dilakukan laparatomy.
- Cara : – anoplasty è busi no. 6-8 hari ke 11 è 2 x 1 minggu è bila
sudah busi no. 14 è 1×1 minggu sampai 3 kali berturut-turut dapat masuk è
datang 2 x 1 minggu untuk persiapan coloctomy closure.
IX. Prognosis
Penggolongan anatomis untuk terapi dan prognosis (3) :
Laki-laki :Golongan I
1. Fistel urine
2. Atresia rekti
1. Perineum datar2. Tanpa fistel udara > 1 cm dari kulit pada
invertogram3. Membran anal meconeum tract4. Stenosis Ani5. Bucket Handle6. Tanpa fistel udara < 1 cm dari kulit pada
invertogramGolongan II
1. Fistel perineum
TindakanKolostomi neonatus operasi defenitis usia 4-6 bulan
Tindakan
Operasi defenitif pada neonatus, tanpa kolostomi
Wanita :Golongan I
1. Kloaka
1. Fistel vagina2. Fistel vestibulum ano atau rekto vestibuler3. Atresia rekti4. Tanpa fistel udara > 1 cm dari kulit pada
invertogram1. Stenosis2. Tanpa fistel udara > 1 cm dari kulit pada
invertogramGolongan II
1. Fistel perineum
Tindakan
Kolostomi neonatus usia 4-6 bulan
Tindakan
Operasi defenitif pada neonatus.
- Dengan menggunakan klasifikasi di atas dapat dilakukan evaluasi
fungsi klinis :
1. Kontrol feses dan kebiasaan BAB
2. Sensasi rektal dan soiling
3. Kontraksi otot yang baik pada colok dubur
- Evaluasi psikologis
Fungsi kontinensi tidak hannya tergantung integritas atau kekuatan sfingter
atau sensasi saja, tetapi tergantung juga pada bantuan orang tua dan kooperasi
serta keadaan mental penderita.
ATRESIA ANI
Atresia ani atau anus imperforata disebut sebagai malformasi anorektal, adalah suatu kelainan
kongenital tanpa anus atau dengan anus tidak sempurna, termasuk Agenesis ani, Agenesis rekti
dan Atresia rekti. Insiden 1:5000 kelahiran yang dapat muncul sebagai penyakit tersering yang
merupakan syndrom VACTRERL ( Vertebra, Anal, Cardial, Esofageal, Renal, Limb).
Soper 1975 memberikan terminologi untuk atresia anorektal meliputi sebagian besar malformasi
kongenital dari daerah anorektal. Kanalis anal adalah merupakan bagian yang paling sempit
tetapi normal dari ampula rekti. Menurut definisi ini maka sambungan anorektal terletak pada
permukaan atas dasar pelvis yang dikelilingi muskulus sfingter ani eksternus. 2/3 bagian atas
kanal ini derivat hindgut, sedang 1/3 bawah berkembang dari anal pit. Penggabungan dari
epitilium disini adalah derivat ectoderm dari anal pit dan endoderm dari hindgut dan disinilah
letak linea dentate. Garis ini adalah tempat anal membrana dan disini terjadi perubahan
epitelium columner ke stratified squamous cell. Pada bayi normal, susunan otot serang lintang
yang berfungsi membentuk bangunan seperti cerobong yang melekat pada os pubis, bagian
bawah sacrum dan bagian tengah pelvis. Kearah medial otot-otot ini membentuk diafragma yang
melingkari rectum, menyusun kebawah sampai kulit perineum. Bagian atas bangunan cerobong
ini dikenal sebagai m levator dan bagian terbawah adalah m sfingter externus. Pembagian secara
lebih rinci, dari struktur cerobong ini adalah: m. ischiococcygeus, illeococcygeus, pubococcygeus,
puborectalis, deep external spincter externus dan superficial external sfingter. M sfingter
externus merupakan serabut otot para sagital yang saling bertemu didepan dan dibelakang anus.
Bagian diantara m. levator dan sfingter externus disebut muscle complex atau vertikal fiber.
Kanal anal dan rectum mendapat vaskularisasi dari arteria hemoroidalis superior, a hemoroidalis
media dan a hemoroidalis inferior. Arteri hemoroidalis superior merupakan akhir dari arteria
mesenterika inferior dan melalui dinding posterior dari rectum dan mensuplai dinding posterior,
juga ke kanan dan ke kiri dinding pada bagian tengah rectum, kemudian turun ke pectinate line.
Arteria hemoroidalis media merupakan cabang dari arteria illiaca interna. Arteria hemoroidalis
inferior cabang dari arteri pudenda interna, ia berjalan di medial dan vertical untuk mensuplai
kanalis anal di bagian distal dari pectinate line. Inervasi para simpatis berasal dari nervus sacralis
III, V yang kemudian membentuk N Epiganti, memberikan cabang ke rectum dan berhubungan
dengan pleksus Auerbach. Saraf ini berfungsi sebagai motor dinding usus dan inhibitor sfingter
serta sensor distensi rectum. Persarafan simpatis berasal dari ganglion Lumbalis II, III, V dan
pleksus para aurticus, kemudian membentuk pleksus hipogastricus kemudian turun sebagai N
pre sacralis. Saraf ini berfungsi sebagai inhibitor dinding usus dan motor spingter internus.
Inervasi somatic dari m levator ani dan muscle complex berasal dari radix anterior N sacralis III,
V. 1
Embriologi
Secara embriologis, saluran pencernaan berasal dari Foregut, Midgut dan Hindgut. Forgut akan
membentuk faring, sistem pernafasan bagian bawah, esofagus, lambung sebagian duodenum,
hati dan sistem bilier serta pancreas. Mid gut membentuk usus halus, sebagian duodenum,
sekum, appendik, kolon ascenden sampai pertengahan kolon transversum. Hindgut meluas dari
midgut hingga ke membrana kloaka, membrana ini tersusun dari endoderm kloaka, dan
ectoderm dari protoderm / analpit . Usus terbentuk mulai minggu keempat disebut sebagai
primitif gut. Kegagalan perkembangan yang lengkap dari septum urorektalis menghasilkan
anomali letak tinggi atau supra levator. Sedangkan anomali letak rendah atau infra levator
berasal dari defek perkembangan proktoderm dan lipatan genital. Pada anomali letak tinggi, otot
levator ani perkembangannya tidak normal. Sedangkan otot sfingter eksternus dan internus
dapat tidak ada atau rudimenter .1
Patofisiologi
Atresia ani atau anus imperforate dapat disebabkan karena :
1. Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit karena
gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik
2. Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur, sehingga bayi lahir tanpa lubang
dubur
3. Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani, karena ada kegagalan
pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau tiga bulan
4. Berkaitan dengan sindrom down
5. Atresia ani adalah suatu kelainan bawaan
Atresia ani yang terjadi akibat kegagalan penurunan septum anorektal pada kehidupan
embrional. Manifestasi klinis diakibatkan adanya obstruksi dan adanya fistula. Obstruksi ini
mengakibatkan distensi abdomen, sekuestrasi cairan, muntah dengan segala akibatnya. Apabila
urin mengalir melalui fistel menuju rektum, maka urin akan diabsorbsi sehingga terjadi asidosis
hiperchloremia, sebaliknya fese mengalir kearah traktus urinarius menyebabkan infeksi berulang.
Pada keadaan ini biasanya akan terbentuk fistula antara rectum dengan organ sekitarnya.
Atresia Ani ini mempunyai 3 macam letak, yaitu :
Tinggi (supralevator) yaitu, rektum berakhir di atas M.Levator ani (m.puborektalis) dengan jarak
antara ujung buntu rectum dengan kulit perineum >1 cm. letak supralevator biasanya disertai
dengan fistel ke saluran kencing atau saluran genital
Intermediate. Dimana kelainan ini mempunyai ciri rectum terletak pada m.levator ani tapi tidak
menembusnya
Rendah yaitu, rectum berakhir di bawah m.levator ani sehingga jarak antara kulit dan ujung
rectum paling jauh 1 cm.
Pada wanita 90% dengan fistula ke vagina (rektovagina) atau perineum (rektovestibuler). Pada
laki2 biasanya letak tinggi , umumnya fistula menuju ke vesika urinaria atau ke prostate.
(rektovesika) . pada letak rendah fistula menuju ke urethra (rektourethralis).2
Tanda dan gejala
Tanda dan gejala dari Atrsia Ani ini antara lain adalah : Mekonium tidak keluar dalam waktu 24 -
48 jam setelah lahir; Tinja keluar dari vagina atau uretra; Perut menggembung; Muntah; Tidak
bisa buang air besar; Tidak adanya anus, dengan ada/tidak adanya fistula; Pada atresia ani letak
rendah mengakibatkan distensi perut, muntah, gangguan cairan elektrolit dan asam basa.2
Diagnosis
Anamnesis perjalanan penyakit yang khas dan gambaran klinis perut membuncit seluruhnya
merupakan kunci diagnosis pemeriksaan penunjang yang dapat membantu menegakkan
diagnosis ialah pemeriksaan radiologik dengan enema barium. disini akan terlihat gambaran
klasik seperti daerah transisi dari lumen sempit kedaerah yang melebar. pada foto 24 jam
kemudian terlihat retensi barium dan gambaran makrokolon pada hirschsprung segmen panjang.
Pemeriksaan biopsi hisap rektum dapat digunakan untuk mencari tanda histologik yang khas
yaitu tidak adanya sel ganglion parasimpatik dilapisan muskularis mukosa dan adanya serabut
syaraf yang menebal pada pemeriksaan histokimia, aktifitas kolinaterase meningkat.
Atresia ani biasanya jelas sehingga diagnosis sering dapat ditegakkan segera setelah bayi lahir
dengan melakukan inspeksi secara tepat dan cermat pada daerah perineum. Diagnosis kelainan
anurektum tipe pertama dan keempat dapat terlewatkan sampai diketahui bayi mengalami
distensi perut dan tidak mengalami kesulitan mengeluarkan mekonium.
PENA menggunakan cara sebagai berikut:
1. Bayi LAKI-LAKI dilakukan pemeriksaan perineum dan urine bila :
a. Fistel perianal (+) , bucket handle, anal stenosis atau anal membran berarti atresia letak
rendah maka dapat dilakukan Minimal PSARP tanpa kolostomi.
b. Mekoneum (+), ini merupakan tanda daripada atresia letak tinggi, oleh karena itu dilakukan
kolostomi terlebih dahulu dan 8 minggu kemudian dilakukan tindakan definitive.
Apabila pemeriksaan diatas meragukan dilakukan invertrogram. Bila :
a. Akhiran rectum < 1 cm dari kulit maka disebut dengan atresia letak rendah.
b. Akhiran rektum > 1 cm disebut letak tinggi.
Pada laki-laki fistel dapat berupa rectovesikalis, rektourethralis dan rektoperinealis.
2. Pada bayi perempuan 90 % atresia ani disertai dengan fistel. Bila ditemukan :
a. Fistel perineal (+) minimal, dilakukan PSARP tanpa kolostomi.
b. Jika terdapat Fistel rektovaginal atau rektovestibuler maka dilakukan kolostomi terlebih
dahulu.
Apabila pemeriksaan diatas meragukan, dilakukan invertrogram. Bila :
a. Akhiran < 1 cm dari kulit dilakukan postero sagital anorektoplasti.
b. Akhiran > 1 cm dari kulit dilakukan kolostomi terlebih dahulu.
LEAPE (1987) menyatakan :
a) Bila mekonium di dapatkan pada perineum, vestibulum atau fistel perianal maka mungkin
terdapat kelainan letak rendah .
b) Bila Pada pemeriksaan tidak ditemukan adanya fistel, maka mungkin terdapat kelainan letak
tinggi atau rendah.
Pemeriksaan foto abdomen setelah 18-24 jam setelah lahir agar ususterisis udara, dengan cara
Wangenstein Reis (kedua kaki dipegang posisi badan vertical dengan kepala dibawah) atau knee
chest position (sujud), cara ini bertujuan agar udara berkumpul didaerah paling distal. Bila
terdapat fistula lakukan fistulografi.2
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan atresia ani tergantung klasifikasinya. Pada atresia ani letak tinggi harus
dilakukan kolostomi terlebih dahulu. Pada beberapa waktu lalu penanganan atresia ani
menggunakan prosedur Abdomino Perineal Poli Through (APPT), tapi metode ini banyak
menimbulkan inkontinen feses dan prolaps mukosa usus yang lebih tinggi. Pena dan Defries
(1982) memperkenalkan metode operasi yang baru, yaitu PSARP (Postero Sagital Ano Recto
Plasty). Yaitu dengan cara membelah muskulus sfingter eksternus dan muskulus levator ani
untuk memudahkan mobilisasi kantong rectum dan pemotongan fistel. Tekhnik dari PSARP ini
mempunyai akurasi yang sangat tinggi dibandingkan dengan APPT yang mempunyai tingkat
kegagalan yang tinggi.
Keberhasilan penatalaksanaan atresia ani dinilai dari fungsinya secara jangka panjang, meliputi
anatomisnya, fungsi fisiologisnya, bentuk kosmetik serta antisipasi trauma psikis. Sebagai
Goalnya adalah defekasi secara teratur dan konsistensinya baik.
Untuk menangani secara tepat, harus ditentukankan ketinggian akhiran rectum yang dapat
ditentukan dengan berbagai cara antara lain dengan pemeriksaan fisik, radiologis dan USG.
Komplikasi yang terjadi pasca operasi banyak disebabkan oleh karena kegagalan menentukan
letak kolostomi, persiapan operasi yang tidak adekuat, keterbatasan pengetahuan anatomi, serta
ketrampilan operator yang kurang serta perawatan post operasi yang buruk. Dari berbagai
klasifikasi penatalaksanaannya berbeda tergantung pada letak ketinggian akhiran rectum dan
ada tidaknya fistula.
Leape (1987) menganjurkan pada :
a) Atresia letak tinggi & intermediet sebaiknya dilakukan sigmoid kolostomi atau TCD dahulu,
setelah 6 –12 bulan baru dikerjakan tindakan definitive (PSARP).
b) Atresia letak rendah sebaiknya dilakukan perineal anoplasti, dimana sebelumnya dilakukan tes
provokasi dengan stimulator otot untukidentifikasi batas otot sfingter ani ekternus,
c) Bila terdapat fistula sebaiknya dilakukan cut back incicion.
d) Stenosis ani cukup dilakukan dilatasi rutin , berbeda dengan Pena dimana dikerjakan minimal
PSARP tanpa kolostomi.
Pena secara tegas menjelaskan bahwa, atresia ani letak tinggi dan intermediet sebaiknya
dilakukan kolostomi terlebih dahulu untuk dekompresi dan diversi. Operasi definitive setelah 4 –
8 minggu. Saat ini tehnik yang paling banyak dipakai adalah posterosagital anorectoplasti, baik
minimal, limited atau full postero sagital anorektoplasti
Adapun dalam penatalaksanaan aterisa ani ini bisa dilakukan juga secara preventif, yaitu dengan
cara antara lain :
a. Memberikan nasihat kepada ibu hamil hingga kandungan menginjak usia tiga bulan untuk
berhati-hati terhadap obat-obatan, makanan awetan dan alkohol yang dapat menyebabkan
atresia ani.
b. Memeriksa lubang dubur bayi saat baru lahir karena jiwanya terancam jika sampai tiga hari
tidak diketahui mengidap atresia ani karena hal ini dapat berdampak feses atau tinja akan
tertimbun hingga mendesak paru-parunya.
c. Pengaturan diet yang baik dan pemberian laktulosa untuk menghindari konstipasi.