10
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu adalah cairan berwarna putih yang disekresi oleh kelenjar mammae (ambing)pada binatang mamalia betina, untuk bahan makanan dan sumber gizi bagi anaknya (Winarno, 1993). Susu terdiri atas komponen air, protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin. Sedangkan komponen lainnya yang terkandung dalam susu yang jumlahnya sedikit tetapi penting antara lain lesitin, kolesterol dan asam-asam organik. Susu merupakan sumber kalsium paling baik, karena disamping kadar kalsiumnya tinggi, laktosa dalam susu membantu absorpsi susu dalam saluran cerna (Almatsier, 2002). Untuk mengetahui karakteristik dan kualitas susu, maka pada praktikum kali ini akan dilakukan beberapa pengujian yang meliputi: uji warna, bau, rasa, kekentalan (viskositas), uji pH dan keasaman, uji berat jenis serta uji alkohol untuk mengetahui apakah susu tersebut sudah rusak atau belum. Selain itu akan dilakukan pengujian untuk mengetahui pengaruh enzim terhadap susu. Telur merupakan salah satu sumber protein hewani yang memiliki rasa yang lezat, mudah dicerna dan harganya ekonomis. Telur juga memiliki nilai gizi yang sangat tinggi, hampir seluruh putih telurnya merupakan protein yang dapat digunakan sebagai zat pembangun. Hasil metabolisme lemak dapat berupa energi dua kali lipat energi yang dihasilkan dari metabolisme karbohidrat. Telur terdiri dari protein 13%, lemak 12% serta vitamin dan mineral. Kualitas telur dibedakan menjadi 2 yaitu kualitas internal yang berupa warna kuning telur, diameter kuning telur,tinggi kuning telur, lebar putih telur, lebar kuning telur dan lain-lain. Sedangkan kualitas eksternalnya berupa ukuran (berat), warna cangkang, kebersihan cangkang, ketebalan cangkang, ukuran rongga udara. Sehingga untuk mempertahankan kualitas telur perlu dilakukan pengawetan. Proses pengawetan yang umumnya dilakukan adalah pengawetan dengan cangkang (contoh: cool storage, shell sealing) atau pengawetan tanpa cangkang (contoh telur bubuk). Pada praktikum kali ini akan dilakukan pengamatan karakteristik telur dari berbagai

(st)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

st

Citation preview

  • BAB 1 PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Susu adalah cairan berwarna putih yang disekresi oleh kelenjar mammae

    (ambing)pada binatang mamalia betina, untuk bahan makanan dan sumber gizi

    bagi anaknya (Winarno, 1993). Susu terdiri atas komponen air, protein, lemak,

    karbohidrat, mineral dan vitamin. Sedangkan komponen lainnya yang terkandung

    dalam susu yang jumlahnya sedikit tetapi penting antara lain lesitin, kolesterol dan

    asam-asam organik. Susu merupakan sumber kalsium paling baik, karena

    disamping kadar kalsiumnya tinggi, laktosa dalam susu membantu absorpsi susu

    dalam saluran cerna (Almatsier, 2002). Untuk mengetahui karakteristik dan

    kualitas susu, maka pada praktikum kali ini akan dilakukan beberapa pengujian

    yang meliputi: uji warna, bau, rasa, kekentalan (viskositas), uji pH dan keasaman,

    uji berat jenis serta uji alkohol untuk mengetahui apakah susu tersebut sudah

    rusak atau belum. Selain itu akan dilakukan pengujian untuk mengetahui pengaruh

    enzim terhadap susu.

    Telur merupakan salah satu sumber protein hewani yang memiliki rasa yang

    lezat, mudah dicerna dan harganya ekonomis. Telur juga memiliki nilai gizi yang

    sangat tinggi, hampir seluruh putih telurnya merupakan protein yang dapat

    digunakan sebagai zat pembangun. Hasil metabolisme lemak dapat berupa energi

    dua kali lipat energi yang dihasilkan dari metabolisme karbohidrat. Telur terdiri

    dari protein 13%, lemak 12% serta vitamin dan mineral. Kualitas telur dibedakan

    menjadi 2 yaitu kualitas internal yang berupa warna kuning telur, diameter

    kuning telur,tinggi kuning telur, lebar putih telur, lebar kuning telur dan lain-lain.

    Sedangkan kualitas eksternalnya berupa ukuran (berat), warna cangkang,

    kebersihan cangkang, ketebalan cangkang, ukuran rongga udara. Sehingga untuk

    mempertahankan kualitas telur perlu dilakukan pengawetan. Proses pengawetan

    yang umumnya dilakukan adalah pengawetan dengan cangkang (contoh: cool

    storage, shell sealing) atau pengawetan tanpa cangkang (contoh telur bubuk). Pada

    praktikum kali ini akan dilakukan pengamatan karakteristik telur dari berbagai

  • spesies ternak, kualitas eksternal dan kualitas internal telur serta sifat fungsional

    telur.

    1.2 Tujuan

    Adapun tujuan dari praktikum ini antara lain:

    1. Mengamati perbedaan berbagai karakteristik susu dan produk olahan susu

    2. Mengetahui nilai pH susu

    3. Untuk mengetahui apakah kondisi susu masih bagus atau sudah rusak

    4. Untuk mengetahui berat jenis berbagai sampel susu dengan menggunakan alat

    laktometer

    5. Untuk mengetahui pengaruh penambahan enzim protease terhadap susu,

    dimana pada praktikum ini digunakan ekstrak kasar enzim bromelin (nanas)

    6. Mengamati perbedaan karakteristik telur yang meliputi kualitas eksternal dan

    internal beberapa spesies ternak

    7. Mengamati sifat fungsional telur sebagai emulsifier, sebagai clarifiying agent

    dan pembentuk busa

    8. Mengetahui beberapa cara pengawetan telur

  • BAB 3 METODOLOGI PRAKTIKUM

    3.1 Alat dan Bahan

    3.1.1 alat

    1. Piring plastik

    2. Jangka sorong

    3. Sperometer/penggaris

    4. Tabung reaksi

    5. Kompor

    6. Panci

    7. Gelas ukur

    8. Wadah

    9. Spatula

    10. Refrigerator

    11. pH meter

    12. Laktometer

    3.1.2 Bahan

    1. Susu

    2. Alkohol

    3. Nanas

    4. Telur

    5. Air

    6. Minyak goreng

  • 3.2 Skema Kerja

    3.2.1 Susu

    a. Pengamatan Karakteristik Susu

    Gambar 3.1 diagram alir pengamatan karakteristik susu

    b. Pengukuran pH

    \

    Gambar 3.2 diagram alir pengukuran pH

    c Pengamatan Uji Alkohol

    Beberapa sampel susu

    Pengamatan

    Pembandingan warna, kekentalan, aroma dan cita rasa

    susu

    Pengambilan 5 ml

    Pengukuran nilai pH

    Susu 5 ml

    dimasukkan dalam tabung reaksi

    Penambahan 5 ml alcohol 70%

  • Gambar 3.3 diagram alir pengujian alkohol

    d Pengamatan Berat Jenis Susu

    Gambar 3.4 diagram alir pengamatan berat jenis susu

    e Pengamatan Pengaruh Enzim Terhadap Susu

    digoyangkan hingga homogen

    Pengamatan perubahan yang terjadi

    Susu 50 ml

    Masukkan ke dalam gelas ukur

    penghitungan massa jenis susu

    Pencatatan skala

    susu sebanyak 100 ml

    (dibagi menjadi 2 )

    5 ml tabung A 5 ml tabung B

  • Gambar 3.5 diagram alir pengamatan pengaruh enzim terhadap susu

    3.1.2 Telur

    a. Prosedur Pengamatan Karakteristik Telur

    Gambar 3.6 diagram alir prosedur pengamatan karakteristik telur

    10 ml ekstrak nanas

    dengan pemanasan

    10 ml ekstrak nanas

    tanpa pemanasan

    Homogenkan biarkan 5 menit

    Pengamatan perubahan

    Beberapa Sampel Telur

    Pengamatan

    Dibandingkan kualitas eksternal

    Dibandingkan kualitas internal

  • b. Pengukuran Diameter dan Tinggi Putih Telur dan Kuning Telur

    Gambar 3.7 diagram alir Pengukuran diameter dan tinggi putih telur dan kuning telur

    c. Prosedur pengamatan telur sebagai emulsifier

    Gambar 3.8 diagram alir Prosedur pengamatan telur sebagai emulsifier

    Telur

    Pengukuran Diameter Putih Telur

    Pengukuran Diameter Kuning Telur

    3 Tabung Reaksi

    Pemberian 5 ml air

    Pemberian 1 ml minyak

    Tabung 1 Tabung 2 Tabung 3

    1 ml kuning telur 1 ml putih telur 1 ml telur yang

    sudah tercampur

    Pengamatan

  • d Prosedur Pengamatan Telur Sebagai Clarifiying Agent

    Gambar 3.9 diagram alir Prosedur pengamatan telur sebagai clarifiying agent

    e Prosedur Pengamatan Telur sebagai Pembentuk Busa

    Air 100 ml + teh

    Didihkan

    wadah 1 wadah 2

    wadah 3

    5 ml putih telur 5 ml kuning

    telur

    5 ml telur

    dicampur

    Pengamatan

    2 butir telur

    Diambil putih telur (sampel A) Diambil putih dan kuning telur

    (sampel B)

    Pengukuran volume (Va1) Pengukuran volume (Vb1)

    Pengocokan selama 5 menit

  • Gambar 3.10 diagram alir Prosedur pengamatan telur sebagai pembentuk busa

    f. Pengawetan Telur dengan Pelapisan Minyak Goreng

    Gambar 3.11 diagram alir Pengawetan Telur Dengan Pelapisan Minyak Goreng

    4 butir telur

    1 butir sebagai control 3 butir sebagai pengawetan

    pengujian kualitas eksternal

    Pencelupan,pengangkatan,pengeringan

    Pengujian kualitas internal

    Penyimpanan pada suhu ruang

    masing-masing (5,10, dan 15 hari)

    Pengujian kualitas eksternal dan

    internal

    Pengamatan perbedaan

    Pemanasan Minyak

    goreng

    Pemindahan pada gelas ukur

    pencatatan volume (Va2 dan Vb2)

    Penghitungan kemampuan

    pembentukan busa

  • g. Pengawetan Telur dengan Penyimpanan Referigerator

    Gambar 3.12 diagram alir Pengawetan Telur Dengan Penyimpanan

    Referigerator

    4 butir telur

    1 butir sebagai control 3 butir sebagai pengawetan

    pengujian kualitas eksternal

    Pengujian kualitas internal

    Penyimpanan pada refrigator

    masing-masing (5,10, dan 15

    hari)

    Pengujian kualitas eksternal dan

    internal

    Pengamatan