Upload
andhia-dhiya
View
65
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kita sering melihat benda-benda bercahaya seperti matahari atau
benda lainnya atau bola lampu listrik yang dapat memancarkan spektrum
luas yang terdiri dari banyak panjang gelombang. Panjang-panjang
gelombang itu yang berhubungan dengan cahaya tampak adalah mampu
untuk mempengaruhi retina mata manusia dan karenanya menyebabkan
kesan-kesan subyektif dari penglihatan. Tetapi banyak dari radiasi yang
dipancarkan oleh benda-benda panas terletak di luar daerah di mana
mata peka, dan kita mengatakan tentang daerah-daerah ultranya (ultra
ungu) dan spektrum yang terletak di kedua sisi sinar tampak.
Salah satu alat yang digunakan dalam analisis instrumen pada
prakteknya antara lain spektrofotometer. Sesuai dengan namanya,
spektrofotometer terdiri dari spektrometer dan fotometer. Metode analisis
dengan alat ini disebut juga spektrofotometri karena menggunakan
bantuan cahaya dalam pelaksanaannya.
I.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
I.2.1 Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara penentuan kadar senyawa obat
dengan menggunakan alat spektrofotometri UV-Vis.
I.2.2 Tujuan Percobaan
Menentukan kadar Paracetamol dan Vitamin C berdasarkan
absorbs atau penyerapan cahaya gelombang UV-Vis dengan
menggunakan alat spektrofotometer.
I.3 Prinsip Percobaan
1. Penentuan kadar vitamin C dengan menggunakan spektrofotometer
UV-Vis yang disinari dengan cahaya tampak pada panjang gelombang
tertentu. Sinar polikromatik yang ditangkap oleh alat kromator diubah
menjadi sinar monokromatik yang diteruskan ke sel yang berisi larutan
yang diuji kemudian diterima oleh detektor lalu amplifier dan hasilnya
dibaca oleh recorder.
2. qwerty
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Teori Umum
Untuk dapat mengerti dasar-dasar dan prinsip spektrofotometri
penting sekali untuk meninjau kembali secara singkat fisis dari energi
radiasi dan definisi serta simbol yang umum dipakai dalam analisis ini
(1:212).
Apabila suatu energi radiasi misalnya cahaya lampu melalui suatu
larutan tembaga sulfat yang diketahui kadarnya, maka sebagian dari
energi cahaya akan diabsorbsi oleh ion tembaga dalam larutan dan
sisanya diteruskan. Cahaya yang diteruskan inilah menstimulir mata
manusia dan terlihat warna biru. Warna biru seperti yang digunakan diatas
seperti diketahui terdiri dari bermacam-macam warna yaitu violet, ungu,
biru, hijau, kuning jingga dan merah membentuk suatu spektrum
elektromagnetik (1:212).
Spektrofotometer absorbsi adalah sebuah instrumen untuk mengukur
absorpsi/penyerapan cahaya dengan energi (panjang gelombang) tertentu
dari atom/molekul. (2:52).
Semua molekul mempunyai energi yang dapat digambarkan menjadi
beberapa fenomena yaitu : (2:52)
1. Molekul secara keseluruhan dapat bergerak yang kejadian ini disebut
dengan translasi. Energi yang berhubungan dengan translasi disebut
energi traslasional Etrans.
2. Bagian molekul dapat bergerak karena berkenaan satu sama lain.
Gerakan ini disebut dengan vibrasi dan energinya dinamakan energi
vibrasional Evibr.
3. Molekul dapat berotasi pada sumbunya dan rotasi ini dikarakterisasi
dengan energi rotasional, Erot.
4. Disamping bentuk gerakan-gerakan tersebut, suatu molekul memiliki
konfigurasi elektronik dan energinya tergantung pada keadaan
elektronik molekul.
Energi suatu molekul adalah : (2:52)
E = Etrans + Evibr + Erot + Eelek
A. Radiasi Elektromagnetik (REM)
Radiasi elektromagnetik yang mana sinar ultraviolet (UV) dan
sinar tampak (Vis) merupakan salah satunya dapat dianggap sebagai
energi yang merambat dalam bentuk gelombang. Beberapa istilah dan
hubungan digunakan untuk menggambarkan gelombang ini. Panjang
gelombang (nm) ketitik yang bersebelahan pada panjang gelombang
yang berdekatan. Diensi panjang gelombang adalah panjang (L) yang
dapat dinyatakan dalam centimeter (cm) atau angstrom (A0). (3:196)
Satu panjang gelombang
Satu panjang gelombang
B. Aspek kualitatif dan kuantitatif spektrofotometri UV-Vis
Spektra Uv-Vis dapat digunakan untuk informasi kualitatif dan
sekaligus digunakan untuk analisis kuantitatif. (4:204-205)
1. Aspek Kualitatif
Data spektra UV-Vis secara tersendiri tidak dapat digunakan
untuk identifikasi kualitas obat atau metabolitnya. Akan tetapi jika
digabung dengan cara lain seperti spektroskopi inframerah,
resonansi magnet inti dan spektroskopi massa, maka dapat
digunakan untuk maksud identifikasi/analisis kuantitatif suatu
senyawa tersebut. Dari spektra yang diperoleh dapat dilihat
misalnya :
a. Serapan (absorbansi) berubah atau tidak karena erubahan
PH. Jika berubah bagaiana perubahannya apakah dari
batokromik ke hipsokromik dan sebaliknya
b. Obat-obat yang netral misalnya kafein, kloramfenikol, atau
obat-obat yang berisi ausokrom yang tidak terkonjugasi
seperti amfetamin, siklizin, dan pensiklidin.
2. Dalam aspek kuantitatif suatu berkas radiasi dikarenakan pada
cuplikan an intensitas sinar radiasi yang diteruskan diukur
besarnya. Radiasi yag diserap oleh cuplikan ditentukan dengan
membandingkan intensitas sinar yang diteruskan dengan
intensitas sinar yang diserap jika tidak ada spesies penyerap
lainnnya. Internsitas atau kekuatan radiasi cahaya sebanding
dengan jumlah foton yang melalui satu satuan luas penampang
perdetik.
Keuntungan utama metode spektrofotometri adalah bahwa metode ini
memberikan cara sederhana untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat
kecil. Contoh-contoh spektrofotometer yang biasa digunakan. (5)
1. Spektrofotometer ultraviolet Unicamp SP 600. Spektrofotometer ini
meliputi jangka 220-1000 nm yakni ultraviolet, nampak dan merah
dekat.
2. Spektrofotometer Unicamp SP500 Series 2. Ini merupakan
spektrofotometer dengan jangka penerapan yang luas mencakup
mengalurkan kurva absorpsi cairan lewat daerah nampak dan
ultraviolet, menetapkan absorpsi ataupun transmisi pada. panjang
gelombang yang telah dipilih sebelumnya.
Spektrofotometer Ultraviolet dan nampak Beckman DV.
Spektrofotometer ini meliputi jangka pengukuran 320 nm untuk yang
pertama dan yang kedua untuk pengukuran dalam daerah ultraviolet
dibawah 360 nm.
II.2 Uraian bahan
1. Paracetamol (6:37)
Nama resmi : Acetaminophenum
Nama lain : Asetaminofon/Paracetamol
RM/BM : C8H9NO2/151,16
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih, tidak bau,
rasa pahit
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian
etanol (95%) P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari
cahaya matahari
Kegunaan : Sebagai sampel
Persyaratan Kadar : Mengandung tidak kurang dari 98,0% dan
tidak lebih dari 101,06%
2. Vitamin C (6:47)
Nama resmi : Acidum Ascorbium
Nama lain : Asam Askorbat, Vitamin C
RM/BM : C6H8O6/176,13
Pemerian : Serbuk hablur; putih atau agak kuning; tidak
berbau; rasa asam.
Kelarutan : Mudah larut dalam air; agak sukar larut
dalam kloroform P, dalam eter P, dalam
benzen P
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari
cahaya
Kegunaan : Sebagai sampel
3. Air Suling (6:96)
Nama resmi : Aqua Destillata
Nama lain : Aquades/Air suling
RM/BM : H2O / 18,02
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berasa,
tidak berbau
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Sebagai pelarut
II.3 Prosedur Kerja
1. Paracetamol
a. Pengembangan metode
Berbagai sistem pelarut air suling, 0,1 N HCl, dapar fosfat pH
6,8 dan pH 7,4, metanol, air suling:metanol (1:1), 0,1 N
HCl:metanol (1:1), buffer fosfat pH 6,8:metanol (1:1) dan dapar
fosfat pH 7,4:metanol (1:1) yang mencoba untuk memilih
pelarutyang sesuai dengan kesesuaian yang baik dan stabilitas.
Sebuah sistem pelarut, 0,1 N HCl:metanol (1:1) dipilih untuk
penentuan aspirin dan paracetamol dipindai di kisaran 200 nm
hingga 400 nm terhadap air kosong untuk mendapatkan spektrum
dilapisi. Absorbansi dan absorbtivitas larutan standar serial aspirin
dan paracetamol dilakukan pada panjang gelombang 265 nm dan
panjang gelombang kedua 257 nm. Absorbtivitas (a) adalah
koefisian yang dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai
berikut:
a= Ac
Dimana A adalah absorbansi dan c adalah konsentrasi.
b. Dua panjang gelombang yang dipilih untuk metode ini adalah
245,5 nm dan 299,5 nm maksimal penyerapan paracetamol
dengan nm dalam air (50:50) solusi metanol-air suling masing-
masing stok larutan yang terelusi secara terpisah dengan
metanol : air suling (50:50) untuk mendapatkan serangkaian
standar solusi dari 1-11 µg/ml konsentrasi paracetamol dan 5-30
µg/ml konsentrasi nimesulide. Absorbansi diukur pada panjang
gelombang yang dipilih dan absorbtivitas (A1cm1% ). Konsentrasi
sampel diperoleh dengan mengikuti persamaan.
c. Akurat 200 mg murni sampel otentik paracetamol ditimbang dan
direduksi dengan 20 ml HCl 4 M denga 30 ml air suling selamat 30
menit untuk membuat larutan standar kofein itu tepat diencerkan
diperlukan diambil untuk persiapan kurva kalibrasi. Larutan yang
mengandung 210 kg/ml. Paracetamol setara diambil pada 25 ml
labu ukur, untuk diambil 0,5 ml HCl 4 M dan 1 ml 0,1% b/v.
2. Vitamin C
a. Ukur 1 ml dari cairan Vitamin C (yang akan dianalisis ke dalam
sentrifus). Tamabha 1 ml phosphotungstate reagent (PR). Biarkan
30 menit pada suhu kamar. Aktifkan sentrifus selama 10 menit
dan ambil sampel dengan pipet penyiapan sampel selesai. Untuk
penyiapan sampel selesai. Untuk penyiapan pembanding, lakukan
hal yang sama namun tidak dikocok dengan sentrifus. Kemudian
dihitung absorbansi sampel (Ax) dan pembaning (As) pada λ =
700 nm. Menggunakan campuran PR asam oksalat 50 nm (1:17).
Kemudian hitung konsentrasi Vitamin C (µm).
Dalam cairan menggunakan rumus:
Cμ= AxAs×Cs
Keterangan: Cs = konsentrasi pembanding
b. Larutan standar asam askorbat (5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm,
dan 25 ppm) dibuat dari larutan stok 500 ppm asam askorbat
dengan pengenceran tepat. Kemudian 1 ml larutan 2,4. DPNH
ditmabahkan secara menyeluruh dengan standarisasi dan juga
dengan asam askorbat teroksidasi. Untuk menyelesaikan reaksi
semua standar, sampel dan larutan blanko disimpan pada suhu
37oC selama 3 jam dalam bak air (termostatik). Setelah inkubasi
ini semua larutan didinginkan di atas penangas es dan
diperlakukan 5 ml 85% H2SO4 dengan pengadukan konstan.
Sebagai hasilnya, absorbansi larutan akan berwarna pada
panjang gelombang 521 nm.
c. Asam askorbat dalam larutan air netral menunjukkan absorbansi
maksimum pada 264 nm dan dengan nilai E1cm1 % =579. Panjang
gelombang maksimum ini akan bergeser oleh adanya asam
mineral. Asam askorbat dalam asam sulfat 0,01 mempunyai
panjang gelombang maksimal 245 nm dengan nilai E1cm1 % =960.
d.
BAB III
METODE KERJA
III.1 Alat dan Bahan
III.1.1 Alat
Alat alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah labu tentu
ukur (5,0 ml; 10,0 ml; 25,0 ml dan 50,0 ml), kertas timbang, kuvet, pipet
volume (1,0 ml; 2,0 ml; 3,0 ml; 4,0 ml dan 5,0 ml) pipet tetes, sendok
tanduk, spektofotometer, dan timbangan analitik.
III.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah air
irigasi, aluminium foil, asam askorbat, kertas saring, dan paracetamol.
III.2 Cara Kerja
A. Pengenceran Sampel
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dilarutkan 50 mg vitamin C yang ditimbang saksama dalam 50 ml
air dalam labu ukur.
3. Diencerkan dengan air hingga batas volume dan air
dihomogenkan.
4. Dipipet 1 ml, kemudian dicukupkan hingga 10 ml lalu
dihomogenkan.
5. Dipipet lagi 1 ml, kemudian dicukupkan hingga 10 ml lalu
dihomogenkan.
6. Dipipet 5 ml, kemudian dicukupkan hingga 50 ml lalu dihogenkan.
7. Dipipet 2 ml kemudian dicukupkan hingga 5 ml untuk
mendapatkan konsentrasi 4 ppm.
8. Untuk mendapatkan konsentrasi 2 ppm, dipipet 1 ml dari larutan
10 ppm dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 5 ml dan
dicukupkan sampai 5 ml.
9. Untuk mendapatkan konsentrasi 3 ppm, diambil 3 ml dari larutan
10 ppm dan dicukupkan sampai 10 ml.
10. Untuk mendapatkan konsentrasi 5 ppm, diambil 5 ml dari larutan
10 ppm dan dicukupkan sampai 10 ml.
11. Untuk mendapatkan konsentrasi 6 ppm, diambil 3 ml dari larutan
10 ppm dan dicukupkan hingga 5 ml.
B. Pembuatan Larutan Sampel
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Dipipet 4 ml dari larutan 10 ppm. Dicukupkan volumenya hingga
10 ml dengan air irigasi dibuat 3 replikasi.
3. Dimasukkan sampel 2 ppm ke kuvet. Sebelum dimasukkan, kuvet
harus dibersihkan sebelum dan setelah pemakaian. Diukur
panjang gelombang maksimal menggunakan spektrofotometer
UV-vis.
4. Dilakukan pengamatan nilai absorbansi pada spektrofotometer
dengan panjang gelombang maksimal 256 nm.
5. Lakukan langkah 3 dan 4 untuk konsentrasi 3 ppm, 4 ppm, 5 ppm,
6 ppm dan 8 ppm.
6. Dicatat hasilnya.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
IV.1 Tabel Pengamatan
Tabel Kurva Baku
Konsentrasi Absorbansi
2 0,18123
3 0,28847
4 0,36633
5 0,45522
6 0,53397
IV.2 Pengenceran
50 mg 50 ml (1000 ppm)
1 ml 10 ml (100 ppm)
5 ml 50 ml (10 ppm)
1 ml 5 ml (2 ppm)
3 ml 10 ml (3 ppm)
2 ml 5 ml (4 ppm)
5 ml 10 ml (5 ppm)
3 ml 5 ml (6 ppm)
IV.3 Perhitungan
Nilai hasil regresi
a = 0,014952
b = 0,087225
Absorbansi Vitamin C (y) pada 5 ppm sebesar 0,66373
Persamaan y = a + bx
y = a+bx
0,6373 = 0,14952+0,887223x
0,648778 = 0,087223x
x = 0,6487780,087223
x = 7,43815
%kadar = bobot praktekbobot materi
×100%
%kadar = xkonsentrasi acuan
×100%
=7,438155
×100%
=148,763%
BAB V
PEMBAHASAN
Spektrofotometri merupakan pengukuran berapa jauh energy radiasi
diserap oleh suatu system sebagai fungsi panjang gelombang dari suatu
radiasi, maupun pengukuran absorbs terisolasi pada suatu panjang
gelombang tertentu.
Instrument yang digunakan untuk percobaan ini adalah
spektrofotometer. Instrument ini sebenarnya terdiri dari dua instrument
dalam suatu kotak yaitu sebuah spektrofotometer dan fotometer.
Spektrofotometer adalah alat untuk mengatur transmitten dan absorbansi.
Mekanisme kerja dari spektrofotometer adalah mula-mula sumber radiasi
dari berbagai macam sinar yang berbeda-beda masuk ke dalam
monokromator. Dimonokromator ini cahaya diubah dari cahaya
polikromatik menjadi monokromatik. Kemudian dimonokromator sinar
menembus kuvet berisi sampel, di mana sampel telah dilarutkan dengan
air irigasi. Dikuvet ini ada cahaya yang diserap oleh sampel dan ada yang
diteruskan disebut transmitten.
Pengukuran absorbansi atau transmitten dalam spektroskopi
ultraviolet, daerah tampak digunakan untu analisa kuantitatif dan kualitatif
untuk beberapa senyawa kimia. Keuntungan utama metode
spektrofotometri adalah bahwa metode ini memberikan contoh sederhana
untuk menetapkan kuantitas zat yang sangat kecil setelah itu, hasil yang
diperoleh cukup akurat, dimana angka yang terbaca lagsung dicatat oleh
detector akan tercetak dalam bentuk angka digital maupun grafik yang
sudah diregresikan.
Dalam percobaan ini dilakukan penentuan kadar sampel vitamin C
terlebih dahulu dibuat larutan standar dengan berbagai konsentrasi yaitu
2, 3, 4, 5 dan 6 ppm. Setelah itu diukur absorban masing-masing larutan
dengan menggunnakan spektrofotometer. Dari larutan standar ini
diperoleh kurva baku yaitu kurva yang diperoleh dengan mengkorelasikan
nilai absorbans dengan konsentrasi larutan standar yang bervariasi
menggunakan panjang gelombang maksimum.
Dari hasil percobaan diperoleh nilai absorban (A) dengan panjang
gelombang maksimum 216 nm. Pada konsentrasi 2 ppm, absorbannya
0,18123, pada konsentrasi 3 ppm, absorbannya 0,28847, pada
konsentrasi 4 ppm absorbannya 0,36033, pada konsentrasi 5 ppm
absorbannya 0,45522, dan pada konsentrasi 6 ppm absorbannya
0,53397.
Penetapan kadar vitamin C didapatkan % kadar sebesar 148,763%
sedangkan dalam Farmakope Indonesia Edisi III, kadar vitamin C
seharusnya mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari
101,1%.
BAB VI
PENUTUP
VI.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa konsentrasi Vitamin
C yang terkandung dalam sampel sebesar 7,43815 dan kadarnya sebesar
148,763%. % kadar ini tidak sesuai dengan literatur yang menyatakan
bahwa Vitamin C mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih
dari 101,1%.
VI.2 Saran
Sebaiknya alat-alat seperti spektrofotometer dapat disediakan di
dalam laboratorium agar semua praktikan dapat mengamati.