Upload
suryansyah-s-ade
View
56
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
GEOGRAFI PARIWISATA
Syukur Nikmat Melalui Perjalanan Wisata Alam di Tangkuban Parahu dan
Wisata Buatan di Kampung Gajah
Makalah
Oleh :
Ade Suryansyah S (1005435)
Fifi Fikriyah (1001781)
Hana Fairuz (1006294)
Ineu Handayani (1005434)
JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGATAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2012
DAFTAR ISI
ABSTRAK..............................................................................................................3
ABSTRACT...............................................................................................................4
TUJUAN..................................................................................................................4
METODE................................................................................................................4
PEMBAHASAN.....................................................................................................4
KESIMPULAN.....................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................16
GEOGRAFI PARIWISATA
Syukur Nikmat Melalui Perjalanan Wisata Alam di Tangkuban Parahu dan
Wisata Buatan di Kampung Gajah
Oleh :
Ade Suryansyah S (1005435)
Fifi Fikriyah (1001781)
Hana Fairuz (1006294)
Ineu Handayani (1005434)
E-mail :
ABSTRAK
Indonesia merupakan Negara yang memiliki potensi pariwisata yang
sangat bagus. Terdapat beberapa jenis potensi wisata, diantaranya wisata alam dan
wisata buatan. Tujuan dari kajian ini adalah untuk menumbuhkan rasa syukur atas
apa yang telah Allah SWT berikan kepada kita, serta mengetahui manfaat dari
berwisata menurut Al-Qur’an. Kami mengambil contoh pariwisata di daerah
Bandung seperti potensi wisata alam Gunung Tangkuban Parahu dan wisata
buatan, wisata Kampung Gajah. Kedua lokasi wisata ini memiliki keunikan
tersendiri yang sangat bermanfaat bagi kita untuk meningkatkan rasa syukur atas
Ke-Besaran dan Ke-Agungan Allah SWT, yang telah menciptakan alam dengan
sedemikian rupa dan menciptakan akal manusia yang cerdas, sehingga dapat
mengolah karunia-Nya secara bijaksana dan menjadi sesuatu yang lebih
bermanfaat.
Kata Kunci: wisatadan syukur.
ABSTRACT
Indonesia is a country that has a very good potential for tourism. There
are several types of tourism potential, including natural and artificial type. The
purpose of this study is to develop a sense of gratitude for what Allah has given
us, and to know the benefits of traveled according to the Qur'an. We took a
sample of Bandung tourism area, such as Tangkuban Parahu for nature and
Kampung Gajah for artificial tour. Both tourist location has its own uniqueness
that is very helpful for us to improve gratitude for All The magnitude and
greatness of Allah SWT, which has created a natural way and create an intelligent
human mind, so as to cultivate his gift wisely and into something more useful.
Keywords: tour and thankfulness
TUJUAN
Adapun tujuan dari penelahaan pada tulisan ini adalah untuk
menumbuhkan rasa syukur terhadap kebesaran Yang Maha Kuasa, serta
mengetahui manfaat dari berwisata dari sudut pandang Al-Qur’an dan Islam.
METODE
Metode penulisan kajian ini digunakan studi literature, observasi, dan
dokumentasi untuk melengkapi data-data yang diperukan.
PEMBAHASAN
Geografi merupakan ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan
fenomena geosfer yang meliputi litosfer, atmosfer, hidrosfer, antroposfer, dan
biosfer dalam sudut pandang kelingkungan, kewilayahan, dan keruangan. Di
dalam geografi dipelajari sumberdaya yang merupakan potensi yang dapat
dimanfaatkan untuk memenuhi dan meningkatkan kesejahteraan manusia.
Sumberdaya adalah segala sesuatu yang bernilai apabila diproduksi, diolah
dan digunakan. Salah satu pemanfaatan sumberdaya dalam geografi adalah
sebagai objek wisata. Objek wisata dari sudut pandang geografi dipelajari dalam
konsep geografi pariwisata.
Objek kajian geografi yang umumnya menjadi daya tarik bagi wisatawan
adalah dari segi iklim, flora dan fauna, keindahan alam, adat istiadat, budaya
penduduk, transportasi baik itu darat, laut atau udara, dan sebagainya.
Sebagaimana diungkapkan oleh (Maryani, 2000) pengembangan
pariwisata dengan memanfaatkan potensi sumberdaya alam dapat didasarkan pada
konsep geografi yang meliputi:
a. Lokasi
Lokasi adalah posisi suatu tempat, benda, peristiwa, atau gejala di permukaan
bumi dalam hubungannya dengan tempat, benda, gejala atau peristiwa lain.
Ada dua komponen lokasi yaitu arah dan jarak.
b. Tempat
Tempat dimana mencerminkan karakter fisik (iklim, jenis tanah, tata air,
morfologi, flora dan fauna) dan sosial di suatu tempat.
c. Hubungan timbal balik
Hubungan antara tempat dalam kepariwisataan mutlak adanya, wisatawan
datang ke tempat wisata dengan dasar ingin menikmati suasana alam dan
budaya yang menarik. Dalam berinteraksi dapat menguntungkan wisatawan
itu sendiri, maupun penduduk setempat.
d. Gerakan
Setiap gejala di permukaan bumi ini mengalami gerakan. Dalam pariwisata
gerakan menunjukkan daerah minuda dan surplus akan sumberdaya wisata,
sehingga wisatawan mengadakan mobilitas spasial berupa perjalanan wisata
yang tidak di dapatkan di daerahnya, sehingga wisatawan ingin mengunjungi
tempat wisata yang ingin dikunjunginya.
e. Perwilayahan
Perwilayahan pada dasarnya adalah pengumpulan, pengklasifikasian atau
pengelompokkan data ke dalam data sejenis, dari pengelompokkan tersebut
akan tampak daerah yang menunjukkan persamaan dan perbedaan.
Karakteristik atau ciri suatu daerah itu dapat berupa karakteristik aspek fisik,
manusia, atau hubungan keduanya.
Penggabungan potensi sumberdaya berdasarkan konsep-konsep geografi
tersebut dapat dikembangkan sebagai daerah pariwisata. Menurut (Gelgel, 2009)
pariwisata adalah suatu kegiatan yang menyediakan jasa akomodasi, transportasi,
makanan, rekreasi serta jasa-jasa lainnya yang terkait. Perdagangan jasa
pariwisata melibatkan berbagai aspek. Aspek-aspek tersebut antara lain aspek
ekonomi, budaya, sosial, agama, lingkungan, keamanan dan aspek lainnya.
Menurut UU RI Nomor 9 Tahun 1990, pariwisata adalah sesuatu yang
berhubungan dengan wisata termasuk perusahaan objek dan daya tarik wisata,
serta usaha-usaha terkait. Sedangkan wisata adalah kegiatan perjalanan atau
sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela, serta bersifat
sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata.
Objek dan daya tarik wisata diatur dalam Pasal 4 Undang-undang Nomor 9
Tahun 1990, tentang kepariwisataan. Dalam pasal tersebut dinyatakan bahwa
objek dan daya tarik wisata terdiri atas hal-hal berikut:
1. Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, berupa
keadaan alam serta flora dan fauna
2. Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia, berupa museum,
peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni dan budaya, wisata argo,
wisata tirta, wisata buru, wisata petualangan alam, taman rekreasi, dan
tempat hiburan.
Pariwisata meupakan sektor usaha yang penting bagi beberapa negara di
dunia. Hal itu dikarenakan karakteristik sumber daya alam yang unik dan diolah
dengan sumber daya manusia yang memadai. Kondisi alam yang diberikan secara
cuma-cuma oleh Allah SWT membantu manusia untuk mengembangkannya
menjadi lebih baik, jadi manusia tidak perlu lagi memunculkan potensi alam tetapi
tinggal mengembangkan dan melestarikannya.
Salah satu negara yang memiliki potensi pariwisata yang beragam adalah
Indonesia. Tidak hanya keragaman flora dan fauna saja, Indonesia juga memiliki
keragaman budaya serta peninggalan buda dan sejarah yang menjadi kekayaan
yang sangat berharga. Semua potensi pariwisata yang dimiliki Indonesia itu
menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan untuk melakukan perjalanan dalam
rangka mengunjungi daerah wisata tersebut.
Perjalanan seseorang dari suatu tempat ke tempat lain di pengaruhi oleh
berbagai motivasi. Motivasi itu meliputi perasaan ingin tahu, tujuan berdagang,
tujuan istirahat atau bersenang-senang dan motivasi keagamaan. (Gelgel, 2009)
Dalam kehidupan beragama khususnya agama Islam, motivasi keagamaan
merupakan motif yang paling kuat bagi seseorang untuk melakukan perjalanan
wisata. Dalam kitab suci Al-Quran, Allah memerintahkan manusia agar
mengorbankan sebagian dari masa hidupnya untuk melakukan perjalanan wisata
agar ia dapat menemukan peninggalan-peninggalan lama, mengetahui kabar berita
umat-umat terdahulu, agar kesemua itu dapat menjadi pelajaran yang dapat
mengetuk otak-otak yang beku.
Sebagaimana firman Allah dalam QS.Al-An’am ayat 11-12, yaitu:
qul siiruu fii al-ardhi tsumma unzhuruu kayfa kaana 'aaqibatu almukadzdzibiina.
Qul liman maa fii alssamaawaati waal-ardhi qul lillaahi kataba 'alaa nafsihi
alrrahmata layajma'annakum ilaa yawmi alqiyaamati laa rayba fiihi alladziina
khasiruu anfusahum fahum laa yu/minuuna.
yang artinya, katakanlah: “berjalanlah di muka bumi, kemudian perhatikanlah
bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu”. Katakanlah:
“kepunyaan siapakah apa yang ada di langit dan di bumi?” katakanlah:
“kepunyaan Allah”. Dia telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang Dia
sungguh-sungguh akan menghimpun kamu pada hari kiamat yang tidak ada
keraguan terhadapnya. Orang-orang yang merugikan dirinya, maka itu tidak
beriman.
Ayat tersebut menjelaskan bahwa manusia diperintahkan untuk melakukan
perjalanan di muka bumi dan melihat ciptaan Allah yang ada di langit dan di
bumi. Segala ciptaan Allah yang ada di langit dan di bumi merupakan potensi
sumberdaya yang dapat dimanfaatkan oleh manusia karena Allah menciptakan
segala sesuatunya tidak sia-sia, salah satunya adalah dengan memanfaatkan alam
sebagai tempat kunjungan wisata baik yang bersifat alami maupun buatan.
Perjalanan manusia di atas permukaan bumi tersebut dapat diartikan
sebagai perjalanan wisata. Selain diperintahkan untuk berwisata, manusia juga
diperintahkan untuk memperhatikan kesudahan orang-orang yang mendustakan
ciptaan Allah yang ada di langit dan di bumi (sumberdaya). Hal itu bertujuan
untuk mentadaburi alam sebagai ciptaan Allah dan meningkatkan rasa syukur
karena dapat menyaksikannya di dunia dan menjadikan bahan renungan agar
manusia tidak mendustakan nikmat Allah tersebut serta dapat meningkatkan
keimanan seseorang.
Ayat lainnya (QS. Al-Mu’minun:21) menunjukkan bahwa Allah
mengharapkan dari perjalanan wisata agar manusia mendapatkan manfaat dari
sejarah pribadi atau tempat-tempat. Ayat tersebut berbunyi, seperti berikut:
wa-inna lakum fii al-an'aami la'ibratan nusqiikum mimmaa fii buthuunihaa
walakum fiihaa manaafi'u katsiiratun waminhaa ta/kuluuna.
Artinya: Dan sesungguhnya pada binatang-binatang ternak, benar-benar terdapat
pelajaran yang penting bagi kamu, Kami memberi minum kamu dari air susu yang
ada dalam perutnya, dan (juga) pada binatang-binatang ternak itu terdapat faedah
yang banyak untuk kamu, dan sebagian daripadanya kamu makan,
Perjalanan wisata memiliki dampak yang sangat besar dalam rangka
menyempurnakan jiwa manusia. Dengan melakukan perjalanan, ia mungkin
mendapat kesulitan dan dalam kondisi itu ia dapat mendidik jiwanya untuk
bersabar. Mungkin juga ia menemui orang-orang terkemuka, sehingga ia
mendapatkan sesuatu yang tidak dimilikinya dari mereka. Selain itu ia juga dapat
menyaksikan aneka ragam perbedaan ciptaan Allah. Maka perjalanan wisata
memiliki dampak yang kuat dalam kehidupan beragama seseorang. (Prayogo,
2011).
Tidak semua tujuan wisata dibenarkan oleh agama. Perjalanan yang tidak
mengakibatkan dosa adalah perjalanan yang dibenarkan oleh agama. Bahkan,
mereka yang melakuka perjalanan mendapat keringanan-keringanan dalam
kewajiban agama, seperti kebolehan menunda puasa dan menggabung atau
meringkas rakaat sholat. Namun, sifat terpuji dari suatu perjalanan adalah yang
seperti dalam Al-Qur’an mengenai perintah melakukan perjalanan: (Prayogo,
2011).
afalam yasiiruu fii al-ardhi fatakuuna lahum quluubun ya'qiluuna bihaa aw
aatsaanun yasma'uuna bihaa fa-innahaa laa ta'maa al-abshaaru walaakin ta'maa
alquluubu allatii fii alshshuduuri
Artinya: Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka memiliki
hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau memiliki telinga yang dengan
itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta,
tetapi yang buta ialah hati yang didalam dada. (Q.S : Al-Hajj : 46).
Seperti yang di katakana oleh (ASM, 2010) selain syukur atas nikmat yang
diberikan Allah melalui pariwisata, fungsi wisata berdasarkan beberapa ayat Al-
Qur’an antara lain sebagai berikut:
1. Meningkatkan dzikir dan tafakur
Sikap muslim ketika melihat ciptaan Allah baik berupa langit
maupun bumi, pergantian siang dan malam maka akan meningkatkan
tafakur. Tafakur dalam arti sederhana adalah menganalisis segala yang
didapatkannya sambil mencari jalan bagaimana memanfaatkan alam
semesta. Seperti yang tercantum dalam Al-Qur’an Surat Ali-Imran Ayat
190, yang artinya “sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan
silih bergantinya siang dan malan terdapat tanda-tanda bagi orang-orang
yang berakal.”
2. Memperluas ta’aruf Allah SWT menciptakan manusia itu beraneka ragam
bahasa dan bangsa
Dalam hal ini Allah SWT mengharapkan agar manusia saling
mengenal sehingga terjalin satu kesatuan dalam menjalankan ibadah dan
bersatu padu dalam menegakkan agama Allah SWT. Perbedaan ras dan
suku bangsa tidak menggambarkan kemuliaan seseorang. Yang paling
mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa. Seperti yang
tercantum dalam Al-Qur’an Surat Al-Hujarat Ayat 13, yaitu:
yaa ayyuhaa alnnaasu innaa khalaqnaakum min dzakarin wauntsaa
waja'alnaakum syu'uuban waqabaa-ila lita'aarafuu inna akramakum 'inda
allaahi atqaakum inna allaaha 'aliimun khabiirun.
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan engkau dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kamu saling kenal mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah
orang yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah maha
mengetahui lagi maha mengenal.”
3. Mengkaji masa silam
Dalam Al-Quran Surat 16 ayat 36 sebagai berikut:
walaqad ba'atsnaa fii kulli ummatin rasuulan ani u'buduu allaaha
waijtanibuu alththaaghuuta faminhum man hadaa allaahu waminhum
man haqqat 'alayhi aldhdhalaalatu fasiiruu fii al-ardhi faunzhuruu kayfa
kaana 'aaqibatu almukadzdzibiina.
Artinya: dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat
(untuk menyerukan): “sembahlah Allah (saja), dan jauhilan thogut itu”,
maka diantara umat itu ada seseorang yang diberi petunjuk oleh Allah dan
ada pula diantaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya.
Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah kesudahan orang-
orang yangmendustakan (rasul-rasul).”
4. Menjadikan objek wisata sebagai ibrah
Penjelan mengenai objek wisata yang seharusnya dijadikan ibrah
bagi manusia terdapat dalam Al-Qur’an surat 30 ayat 41-42:
zhahara alfasaadu fii albarri waalbahri bimaa kasabat aydii alnnaasi
liyudziiqahum ba'dha alladzii 'amiluu la'allahum yarji'uuna. qul siiruu fii
al-ardhi faunzhuruu kayfa kaana 'aaqibatu alladziina min qablu kaana
aktsaruhum musyrikiina.
Artinya: adakah perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana
kesudahan orang-orang yang dahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah
orang-orang yang mempersekutukan (Allah).
Setelah Allah menegaskan pada ayat 41 bahwa banyak kerusakan
di daratan dan di laut sebagai akibat tangan manusia maka pada ayat 41
memerintahkan agar kaum muslimin berpergian di muka bumi. Dalam
perjalanan tersebut ditegaskan pula seharusnya kaum muslimin mengambil
pelajaran dari peristiwa sejarah masa silam. Dengan demikian pelajaran
dari peninggalan sejarah untuk menghadapi masa depan, jangan sampai
berbuat kerusakan.
5. Menggunakan penglihatan untuk mempelajari ayat Allah untuk
meningkatkan tadzkirah
Dalam berwisata tentu saja akan dapat melihat berbagai
pemandangan, baik peninggalan sejarah masa silam maupun kejadian
masa kini. Apa yang dapat dilihat tersebut hendaknya dapat mendorong
untuk meningkatkan iman dan amal soleh.
Sebagaimana dalam Al-Qur’an surat 40 ayat 58:
wamaa yastawii al-a'maa waalbashiiru waalladziina aamanuu wa'amiluu
alshshaalihaati walaa almusii-u qaliilan maa tatadzakkaruuna.
Artinya: Dan tidakkah sama orang yang buta dengan orang yang melihat,
dan tidaklah (sama pula) orang-orang yang beriman serta mengerjakan
amal soleh dengan orang-orang yang durhaka. Sedikit sekali kamu
mengambil pelajaran.
Berikut ini bentuk-bentuk wisata alam Tangkuban Parahu yang merupakan
potensi alam yang terbentuk dari proses alam di masa lalu yang dalam sejarah
Geografi diberitakan bahwa Tangkuban Parahu merupakan sisa dari letusan
Gunung di masa lalu.
Gambar 1. Kawah Tangkuban Parahu
Gambar 2. Kondisi Gunung Tangkuban Parahu
Selain dari wisata alam, lingkungan hiduo juga bisa dirubah dan
dimodifikasi menjadi daerah wisata yang selanjutnya disebut sebagai wisata
buatan. Wisata buatan yang salah satunya adalah taman rekreasi merupakan
tempat dengan berbagai wahana permainan yang memanfaatkan alam, contohnya
adalah taman wisata Kampung Gajah.
Berikut ini dokumentasi dari wisata Kampung Gajah:
Gambar 3. Gerbang Utama Kampung Gajah
Gambar 4. Kondisi Wisata Kampung Gajah
Gambar 5. HTM Kampung Gajah
Baik melalui wisata alam maupun buatan yang berbasis potensi alam yang
dipelajari dalam Geografi Pariwisata sangat berhubungan erat dengan kekuasaan
Allah yang sudah semestinya menjadi bahan bagi manusia untuk meningkatkan
keimananan.
KESIMPULAN
Allah SWT menciptakan sesuatu pasti didalamnya memiliki kegunaan dan
manfaatnya tersendiri bagi kita, khususnya bagi kehidupan manusia. Potensi alam
yang ada di langit dan di bumi dapat dimanfaatkan untuk memenuhi dan
mensejahterakan kehidupan manusia salah satunya adalah melalui pariwisata.
Dalam kehidupan beragama khususnya agama Islam, manusia diperintahkan
untuk melakukan perjalanan wisata sebagaimana yang tercantum dalam beberapa
ayat-ayat Al-Qur’an agar manusia bersyukur dan semakin meningkatkan
keimanannya.
DAFTAR PUSTAKA
ASM, H. S. (2010, 07 28). ATTAMAM Foundation. Retrieved 09 13, 2012, from
attamamgarut.blogspot.com: attamamgarut.blogspot.com/2010/07/fungsi-
wisata-berdasar-beberapa-ayat-al.html?m=1
Gelgel, I. P. (2009). Industri Pariwisata Indonesia. Bandung: PT Revika Aditama.
Maryani, E. (2000). Pengantar Geografi Pariwisata. Bandung: IKIP Bandung.
Prayogo, R. D. (2011, 01 26). .rizaldwiprayogo. Retrieved 09 13, 2012, from
rizaldp.wordpress.com: rizaldp.wordpress.com/2011/01/26/urgensi-
melakukan-perjalanan-menurut-al-quran/