31
i Soedirman Science Competition 2013 Moyang (Monopoli Wayang) Media Alternatif Pembelajaran Wayang Kulit dan Pendidikan Karekter bagi Anak (Pendidikan) Oleh: Anafi Nur Aini (K2312006) Dwi Nur Rahmat (I0110033) Luthfiyah Dyaka Rose (K2312039) UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

Soedirman Science Competition 2013

  • Upload
    anafi

  • View
    228

  • Download
    1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Karya Tulis perdana kami. berhasil menjadi juara 3

Citation preview

Page 1: Soedirman Science Competition 2013

i

Soedirman Science Competition 2013

Moyang (Monopoli Wayang)

Media Alternatif Pembelajaran Wayang Kulit dan Pendidikan Karekter bagi Anak

(Pendidikan)

Oleh:

Anafi Nur Aini (K2312006)

Dwi Nur Rahmat (I0110033)

Luthfiyah Dyaka Rose (K2312039)

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2013

Page 2: Soedirman Science Competition 2013

ii

Page 3: Soedirman Science Competition 2013

iii

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS

Kami yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Anafi Nur ‘Aini

Tempat /Tanggal lahir : Wonogiri, 2 Januari 1995

NIM : K2312006

Fakultas/Universitas : FKIP/Universitas Sebelas Maret

Alamat Rumahv : Ngulu Wetan RT 03 RW 10 Pracimantoro,

Wonogiri

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah dengan judul Moyang (Monopoli

Wayang) : Media Alternatif Pembelajaran Wayang Kulit dan Pendidikan

Karekter bagi Anak belum pernah dipublikasikan, diikutsertakan maupun

menjuarai lomba karya tulis ilmiah tingkat nasional/internasional sebelumnya dan

tidak mengandung unsur plagiat.

Demikianlah pernyataan ini dibuat dalam keadaan sadar dan tanpa ada unsur

paksaan dari siapapun untuk keperluan pengajuan Karya ilmiah SSC (Soedirman

Science Competition UKMPR Universitas Jenderal Soedirman.

27 Mei 2013

Yang membuat pernyataan

ANAFI NUR ‘AINI

NIM.K2312006

Page 4: Soedirman Science Competition 2013

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karuniat-Nya, kami

dapat menyelesaikan karya tulis yang berjudul Moyang (Monopoli Wayang)

sebagai Media Pembelajaran Wayang Kulit sekaligus Alternatif Pendidikan

Karekter bagi Anak dalam rangka lomba karya tulis ilmiah, the 2nd Soedirman

Science Competition.

Kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyusunan karya tulis ini, yaitu :

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S., selaku Rektor Universitas Sebelas Maret

2. Drs. Amir Fuady, M. Hum, selaku Pembantu Dekan III Bidang

kemahasiswaan FKIP UNS.

3. Bapak Sukarmin, M.Si., Ph.D yang telah membimbing penyusunan

karya tulis ini hingga selesai

4. Orang tua kami yang senantiasa memberikan dukungan dan doa

5. Saudara dan teman – teman yang telah memberikan dukungan moral

maupun material serta pihak – pihak lain yang tidak dapat kami

sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan Bapak / Ibu / Saudara. Berbagai upaya telah kami lakukan guna menyajikan karya tulis ini dengan

baik. Tetapi kami menyadari masih terdapat kekurangan didalamnya. Untuk itu

kami mengharap kritik dan saran yang membangun guna perbaikan di masa

mendatang. Akhir kata, semoga karya tulis ini berguna bagi pembaca khususnya,

bagi masyarakat pada umumnya, dan sebagai sumbangsih untuk bangsa . Amien.

Surakarta, 20 Mei 2013

Penulis

Page 5: Soedirman Science Competition 2013

v

DAFTAR ISI

JUDUL .............................................................................................. i LEMBAR PENGESAHAN ................................................................ ii SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS ....................................... iii KATA PENGANTAR ....................................................................... iv DAFTAR ISI ..................................................................................... v DAFTAR GAMBAR ......................................................................... vi ABSTRAK ........................................................................................ vii BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................... 1 B. Rumusan Masalah. .............................................................. 3 C. Tujuan Penulisan .................................................................. 3 D. Manfaat Penulisan ................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Wayang Kulit ....................................................................... 5 B. Media Pembelajaran ............................................................. 6 C. Permainan Monopoli ............................................................ 8 D. Pentingnya Pendidikan Karakter .......................................... 8

BAB III METODE PENULISAN A. Tahap Penulisan ..........................................................................10 B. Sumber Data ...............................................................................10 C. Teknik Pengumpulan Data. .........................................................10 D. Analisis Data ..............................................................................11

BAB IV PEMBAHASAN A. Wayang kulit sebagai kesenian budaya lokal yang

bernilai luhur .......................................................................... 12 B. Monopoli sebagai media pembelajaran

wayang kulit ........................................................................... 13 C. Teknik Implementasi ......................................................................15 D. Model Permainan Monopoli ................................................... 16 E. Implikasi Penggunaan Permainan Monopoli ........................... 17

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ......................................................................... 18 B. Saran ................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................ 19 LAMPIRAN ...................................................................................... 20

Page 6: Soedirman Science Competition 2013

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Bagan teknik implementasi wayang kulit dalam permainan

monopoli............................................................................................................15

Page 7: Soedirman Science Competition 2013

vii

ABSTRAK

Wayang kulit merupakan salah satu potensi lokal sebagai hasil kebudayaan Jawa yang mengandung nilai-nilai luhur bangsa ini. Berbagai keunikan menyertai penciptaan wayang kulit di tanah Jawa. Kesenian wayang tidak hanyamenampilkan tontonan, tetapi juga tuntunan bagi penikmatnya. Namun sungguh ironis ketika wayang kulit tidak lagi diminati oleh generasi muda. Berbagai alasan mereka kemukakan, antara lain: membosankan, kuno, dan rumit. Disisi lain, dengan adanya globalisasi, banyak kebudayaan asing mulai membanjiri Indonesia. Alhasil, generasi muda beralih kepada hasil kebudayaan barat yang lebih modern dan menarik bagi mereka.

Salah satu hasil dari kebudayaan barat yang merebak dikalangan anak-anak yakni permaianan monopoli. Permainan ini termasuk permainan papan yang menarik karena menggunakan banyak instrumen tetapi cara memainkannya mudah.

Kegemaran anak-anak akan permainan monopoli menjadi satu sarana untuk mengintegrasikan wayang kulit kedalamnya sehingga menjadi sebuah inovasi permainan monopoli wayang yang edukatif.

Permainan monopoli wayang sangat cocok untuk digunakan sebagai media pembelajaran wayang kulit, karena melalui permainan ini, anak dapat mengenal dan mengetahui banyak tokoh wayang dengan berbagai watak dan riwayatnya. Selain itu, materi wayang kulit disampaikan secara santai, menyenangkan, lebih modern, tetapi tetap mengena. Mengena maksudnya permainan ini akan mempengaruhi karakter anak. Hal tersebut dikarenakan setiap tokoh dalam pewayangan pasti memiliki watak yang khas, yaitu baik dan buruk. Ketika bermain monopoli wayang ini, anak diajak untuk mengerti dan membedakan antara watak yang baik dan buruk serta meneladani sifat-sifat baik wayang. Manfaat lain yang diperoleh melalui permainan ini yaitu tumbuhnya rasa memiliki wayang kulit, sehingga timbullah sikap untuk peduli dan melestarikannya.

Kata Kunci: Monopoli, wayang kulit, pendidikan karakter.

Page 8: Soedirman Science Competition 2013

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Suku Jawa merupakan salah satu dari ribuan suku yang ada di

Indonesia. Masyarakat Jawa tidak terlepas dari satu karya luhur yang sarat

akan makna, yakni wayang kulit. Wayang merupakan satu kesenian warisan

budaya yang penting untuk dipelajari karena selain sebagai tontonan,

wayang juga memberikan tuntunan dan nilai-nilai luhur kepada

penontonnya. Di setiap tokoh pasti memiliki karakter yang berbeda dan

mengandung makna yang ingin disampaikan. Watak maupun setiap jalan

cerita dalam pewayangan menjadi teladan bagi kehidupan serta menjadi

contoh tentang bagaimana bersikap. Wayang kulit menjadi satu potensi

lokal yang menjadi identitas bagi masyarakat Jawa. Bahkan, wayang kulit

sendiri telah mendapat pengakuan dari UNESCO telah memberikan

penghargaan kepada wayang sebagai Karya Agung Budaya Dunia pada

tanggal 21 April 2004 di Paris, Perancis. (Cawidu, 2011)

Namun, seiring perkembagan zaman, arus informasi semakin deras

serta lalu lintas budaya semakin padat. Hal tersebut berdampak pada

generasi muda saat ini yang mulai dari bangun hingga tidur kembali sudah

dijejali dengan tontonan kesenian budaya barat atau modern. Sebagai contoh

budaya barat yang menyajikan berbagai tontonan menarik sebagai hiburan

yang lebih modern dan beragam, seperti kartun, serial drama, dan maupun

film anak yang biasa ditayangkan melalui televisi. Secara tidak langsung

kebudayaan itu telah mempengaruhi moral dan karakter anak.

Berbagai dalih muncul sebagai aksi penolakan seperti; wayang kulit

itu kuno, bentuknya rumit, ketinggalan zaman, membuat mengantuk, jalan

cerita dan bahasanya membuat pusing. Kegemaran akan budaya barat atau

modern pun semakin didukung oleh mainan anak yang dirancang modern

seperti ular tangga, domino, halma, dan monopoli. Semua hal tersebut dirasa

semakin mengalihkan perhatian anak-anak terhadap kebudayaan wayang

kulit. Semakin maju zaman, semakin terpojok pula posisi wayang.

Page 9: Soedirman Science Competition 2013

2

Meskipun wayang kulit sendiri sudah didesain semenarik mungkin,

penuh kreativitas, dan makna, tetap saja menjadikan wayang kulit kurang

mampu menarik perhatian generasi muda. Apabila hal ini dibiarkan, wayang

kulit tersebut akan mati atau punah. Sayang sekali ketika generasi sekarang

tidak mengetahui wayang kulit. Bagaimana akan melestarikan ketika

mereka tidak mengerti bahkan mengenal wayang itu sendiri. Selain itu rasa

memiliki dan tanggung jawab atas kelestarian kesenian wayang kulit

semakin terkikis dalam sanubari generasi muda. Dari survey sederhana yang

dilakukan oleh penulis di sebuah sekolah dasar dan kelompok belajar yang

ada di Wonogiri dan di Surakarta, penulis mendapati bahwa dari 40 orang

anak, sedikit sekali yang mengenal wayang. Sebagian besar dari mereka

kesulitan mengenali tokoh-tokoh dalam pewayangan.

Untunglah ditengah kondisi yang demikian, masih ada beberapa cara

yang ditempuh untuk mengenalkan wayang pada generasi muda. Sebagai

langkah yang dilakukan pemerintah yaitu dengan memasukkan materi

mengenai wayang kulit ke dalam ranah pendidikan melalui pelajaran

muatan lokal atau bahasa Jawa. Mengapa demikian, karena pendidikan

merupakan aset berharga yang dapat mendorong kemajuan suatu negara,

serta pendidikan sangat berpengaruh pada kualitas sumber daya manusia

negara tersebut. Kebutuhan akan pendidikan yang dapat melahirkan

manusia berkarakter sangat diperlukan mengingat degradasi moral yang

terus menerus melanda generasi bangsa.

Namun demikian, dalam perjalanannya tetap saja ada kendala yang

menghambat, antara lain; porsi materi wayang kulit hanya sedikit sekali,

waktu yang dialokasikan untuk mengajarkan wayang hanya beberapa

pertemuan saja. Dua hal tersebut semakin diperparah dengan kondisi guru

yang kesulitan mengajarkan materi wayang kulit kepada peserta didik.

Tokoh dalam wayang kulit yang jumlahnya banyak dan bentuknya yang

hampir mirip antara satu dengan yang lainnya, tidak memungkinkan guru

untuk membawa banyak wayang kulit ke dalam kelas sebagai media

pembelajaran. Ditambah lagi dengan harga wayang kulit yang begitu mahal.

Oleh karena itu, diperlukan sebuah media pembelajaran sebagai alternatif

Page 10: Soedirman Science Competition 2013

3

untuk mengenalkan wayang kulit kepada anak-anak dengan cara yang

menyenangkan.

Salah satu inovasi yang dapat dilakukan yaitu dengan mendekatkan

tokoh pewayangan kepada anak-anak melalui sebuah permainan anak tanpa

melupakan makna yang ingin disampaikan. Permainan yang dipilih pun

tidak sembarang mainan karena permainan yang dipilih harus dapat memuat

banyak gambar wayang, mudah dimainkan, familiar, diminati dikalangan

anak–anak, serta dapat menyampaikan pesan moral kepada anak-anak.

Permainan yang dapat memenuhi syarat-syarat tersebut yakni monopoli.

Penggunaan monopoli sebagai media pembelajaran wayang kulit dapat

mempermudah anak-anak untuk mengenal wayang dengan cara yang santai

dan menyenangkan, tetapi mengena. Rasa memiliki terhadap wayang itu

sendiri dimulai diharapkan mulai tumbuh dari kalangan anak-anak.

Kemudian, permainan monopoli ini juga dapat menjadi alat bantu bagi para

guru dalam membelajarkan wayang kapada anak-anak. Tetapi dibalik itu

semua, permainan monopoli ini menjadi satu langkah awal solusi

pendidikan karakter bagi anak-anak.

B. Rumusan Masalah

Rumusan permasalahan pada karya tulis ini adalah:

1. Bagaimana cara mengenalkan tokoh-tokoh wayang kepada anak-anak?

2. Bagaimana implementasi permainan monopoli sebagai media pembelajaran

wayang kulit dan pendidikan karakteruntuk anak?

3. Bagaimana implikasi penggunaan media pembelajaran monopoli wayang

terhadap anak-anak?

C. Tujuan Penulisan

1. Memaparkan cara-cara yang ditempuh untuk mengenalkan dan

membelajarkan wayang kepada anak-anak.

2. Memaparkan implementasi permainan monopoli sebagai media

pembelajaran wayang kulit dan pendidikan karakter untuk anak-anak.

3. Memaparkan implikasi penggunaan media pembelajaran monopoli wayang

terhadap anak-anak.

Page 11: Soedirman Science Competition 2013

4

D. Manfaat Penulisan

1. Meningkatkan pengetahuan dan daya tarik anak-anak terhadapwayang kulit.

2. Menciptakan inovasi media pembelajaran sebagai solusi pembelajaran

wayang kulit yang menyenangkan bagi anak-anak.

3. Menjadi salah satu alternatif pendidikan karakter terhadap anak-anak.

4. Meningkatkan kreatifitas mahasiswa untuk senantiasa melakukan inovasi

dalam bidang pendidikan.

Page 12: Soedirman Science Competition 2013

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Wayang Kulit

Wayang adalah salah satu seni pertunjukan rakyat yang masih

banyak penggemarnya hingga saat ini. Wayang Kulit Purwa adalah salah

satu jenis wayang kulit yang paling tua atau paling awal (purwa) yang

dimainkan oleh seorang dalang dan didukung oleh sindhen dan niyaga.

Wayang Kulit Purwa termasuk salah satu hasil peninggalan kebudayaan

yang mampu bertahan hidup hingga hari ini, khususnya di lingkungan

masyarakat Jawa, Sunda, dan Bali. Cerita-cerita pokoknya (babon)

bersumber dari kitab Mahabarata dan Ramayana yang bernafaskan

kebudayaan dan filsafat Hindu India, akan tetapi dalam perkembangannya

telah diserap ke dalam kebudayaan Indonesia. Dalam perjalanan sejarahnya,

kebudayaan Indonesia memang banyak mengalami asimilasi atau akulturasi

dengan berbagai kebudayaan asing yang berpegaruh di Indonesia.

Sebagai hasil kebudayaan, wayang mempunyai nilai hiburan dan

mengandung cerita baku baik untuk tontonan maupun tuntunan.

Penyampaian ceritanya diselingi pesan-pesan yang menyentuh berbagai

aspek kehidupan, sehingga juga mempunyai nilai pendidikan. Variasinya

dapat meliputi segi kepribadian, kepemimpinan, kebijaksanaan, dan kearifan

dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, dan bernegara. Nilai-nilai

yang terkandung dalam wayang seperti kejujuran, keadilan, empati,

tanggugjawab, saling menghargai, dan lainnya sangat penting dalam

membangun karakter bangsa Indonesia.

Cerita-cerita wayang dapat mengajarkan manusia untuk mencapai

hidup yang selaras, harmonis, dan bahagia. Dalam wayang ditampilkan

contoh-contoh perilaku baik dan jahat, namun pada akhirnya perilaku jahat

akan kalah oleh kebaikan. Wayang membentuk ide-ide, kepercayaan,

moralitas dan tingkah-laku dari semua budaya, dari generasi ke generasi.

Wayang merupakan bentuk seni pertunjukan berupa drama yang

khas. Seni pertunjukan ini meliputi pula seni suara, seni sastra, seni musik,

Page 13: Soedirman Science Competition 2013

6

seni tutur, seni lukis, seni tutur, seni lukis dan lain sebagainya. Wayang kulit

Jawa sering dipertontonkan di ratusan kota dan pedesaan. Brandon (1970)

menyatakan bahwa wayang adalah bentuk drama dan teater yang paling

rumit dan halus, yang dikembangkan dari satu generasi ke generasi yang

lain. Kebanyakan tokoh wayang berasal dari epic India, namun wayang

sendiri dianggap sebagai budaya asli Jawa. Menurut Hazeu (Sri Mulyono

dalam Widodo Muktiyo 2011: 68) perlengkapan wayang kulit dan teknik

pementasan wayang bersifat Jawa kuno dan memakai bahasa Jawa kuno dan

tidak dipinjam dari bahasa India. Oleh karena itu, wayang dianggap bukan

berasal dari kebudayaan India.

Menurut Sonja Balaga, wayang mengandung beberapa pengertian.

Pengertian pertama adalah ‘gambaran tentang suatu tokoh’, ‘boneka’, yaitu

boneka yang dimainkan dalam sebuah pertunjukan wayang. Pengertian ini

kemudian diperluas sehingga meliputi juga pertunjukan yang dimainkan

dengan boneka-boneka tersebut, dan lebih luas lagi adalah bentuk-bentuk

seni drama tertentu. Wayang kulit dimaksudkan sebuah boneka yang dibuat

dari kulit kerbau dan bayangan boneka-boneka kulit diproyeksikan di atas

kelir dengan bantuan sebuah lampu. Cerita-cerita wayang purwa mengambil

seluruh atau sebagian bahannya dari wira cerita India Ramayana dan

Mahabarata dalam versi Jawa. Lakon purwa itu juga bertalian dengan

cerita-cerita mengenai asal-usul orang Jawa, dan riwayat nenek moyang

mereka yang telah didewakan itu.

B. Media Pembelajaran

Penggunaan suatu media dalam pelaksanaan pengajaran

bagaimanapun akan membantu kelancaran, efektivitas, dan efisiensi

pencapaian tujuan. Bahan pelajaran yang dimanipulasi dalam bentuk media

pengajaran menjadikan si anak seolah-olah bermain, asyik dan bekerja

dengan suatu media itu akan lebih menyenangkan bagi mereka, dan sudah

tentu pengajaran akan menjadi benar-benar bermakna (meaningful). Media

merupakan salah satu komponen yang tidak bisa diabaikan dalam

pengembangan sistem pengajaran yang sukses.

Page 14: Soedirman Science Competition 2013

7

Alat pengajaran didefinisikan sebagai alat yang digunakan secara

langsung dalam pengajaran, sedangkan alat peraga merupakan alat

pembantu pengajaran yang mudah memberikan pengertian kepada peserta

didik. Media pengajaran merupakan bagian dari sumber pengajaran yang

digunakan sebagai perantara dalam proses belajar mengajar untuk lebih

mempertinggi efektivitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pendidikan.

Media berasal dari bahasa latin, merupakan bentuk jamak dari

medium yang berarti perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke

penerima pesan. Media menurut Bringgs (1970) dalam Mulyani dan Johar

(2001:152) adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta

perangsang peserta didik untuk belajar. Buku, film, kaset, film bingkai

adalah contohnya.

Media pendidikan atau pengajaran didefinisikan Gagne dan Reiser

(1983) dalam Mulyani dan Johar (2001:152) sebagai alat-alat fisik dimana

pesan-pesan instruksional dikomunikasikan. Jadi, seorang instruktur, buku

cetak, pertunjukan film atau tape recorder dan lain-lain peralatan fisik yang

mengkomunikasikan pesan instruksional dianggap sebagai media.

Selanjutnya Dinje Borman Rumumpuk (1988) mendefinisikan media

pengajaran sebagai setiap alat, baik hardware maupun software yang

dipergunakan sebagai media komunikasi dan yang tujuannya untuk

meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar.

Dari dua definisi diatas, dapat dipelajari bahwa media pengajaran

adalah segala alat pengajaran yang digunakan guru sebagai perantara untuk

menyampaikan bahan-bahan instruksional dalam proses belajar mengajar

sehingga memudahkan pencapaian tujuan pengajaran tersebut.

Banyak potensi disuatu daerah disekitar sekolah atau di lokasi lain

atau di masyarakat yang dapat dimanfaatkan sebagai media pengajaran.

Selain media visual, audio, maupun audio visual, terdapat juga media yang

lain, seperti media tiga dimensi, teknik dramatisasi, sumber belajar pada

masyarakat, simulator, dan komputer. Media yang sederhana yakni media

visual. Macam-macam media visual antara lain gambar datar, seperti foto,

gambar ilustrasi, flash card, gambar pilihan dan potongan gambar. Di

Page 15: Soedirman Science Competition 2013

8

samping mudah didapat dan murah harganya, media ini juga mudah

dimengerti dan dapat dinikmati di mana-mana.

C. Permainan (games) Monopoli

Menurut Dodo Suwanda (2009:1) permainan monopoli adalah satu

permainan papan yang paling laris penjualannya didunia. Prinsip

permainan ini adalah pemain berlomba untuk mengumpulkan kekayaan

melalui satu pelaksanaan satu sistem ekonomi mainan yang melibatkan

pembelian, penyewaan, dan pertukaran tanah dengan menggunakan uang

mainan. Pemain mengambil giliran untuk melemparkan dadu dan bergerak

disekeliling papan permainan mengikuti bilangan yang diperoleh dari

lemparan dadu tadi.

D. Pentingnya Pendidikan Karakter

UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

(Sisdiknas) Pasal 3 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga Negara yang demokratis, serta bertanggung jawab.

Pendidikan karakter bersifat universal sebab mencoba menanamkan

nikai-nilai moral yang berlaku universal. Pendidikan karakter menghargai

tradisi kultural setempat dikarenakan pendidikan karakter yang utuh

berakar pada tradisi setempat, sekaligus juga terbuka pada pembaharuan,

informasi, dan pengetahuan baru yang datang dari luar. Menurut Friedman

pendidikan karakter itu mesti bersifat glokal (global dan lokal).

Keterampilan untuk mempertemukan nilai-nilai kebijaksanaan dan

kearifal yang bersifat glokal tersebut diperlukan. Hal itu dimaksudkan agar

pendidikan karakter berakar kokoh pada tradisi budaya sendiri, sekaligus

tetap terbuka dan dinamis menerima masukan dari dunia luar, pada

Page 16: Soedirman Science Competition 2013

9

dimensi universal nilai-nilai yang dikembangkan. Mengembangkan

pendidikan karekter yang berakar kuat pada budaya setempat sekaligus

serentak terbuka pada kekayaan kebudayaan lain yang bersifat universal

merupakan salah satu strategi praktis bagi pendidikan karakter anak-anak.

Page 17: Soedirman Science Competition 2013

10

BAB III

METODE PENULISAN

A. Tahap penulisan

Dalam menyusun karya tulis ini, penulis melewati berberapa tahapan

karena bermaksud ingin menafsirkan dan membuat gambaran mengenai

manfaat yang diperoleh dari permanian monopoli sebagai media

pembelajaran wayang kulit di sekolah dasar. Tahapan tersebut sebanyak

enam tahap, antara lain:

1. Memilih masalah mengenai potensi lokal yang berdaya saing global yang

dapat diberdayakan karena mempunyai nilai-nilai moral yang luhur.

2. Merumuskan dan mengadakan pembatasan masalah mengenai solusi yang

diambil.

3. Menetapkan teknik pengumpulan pustaka yang akan digunakan

4. Mengadakan analisis pustaka

5. Menarik kesimpulan

6. Menyusun saran atau rekomendasi

B. Sumber Data

Penulis menggunakan sumber data sekunder, yaitu data yang

diperoleh dari perpustakaan atau laporan penelitian terdahulu. Pengambilan

data dilakukan dengan membaca buku – buku, jurnal – jurnal dan literatur

yang tersedia dalam bentuk pustaka cetak maupun elektronik serta studi dari

penelitian terdahulu yang memiliki kaitan dengan tujuan dan objek

penulisan.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan ini

adalah teknik analisis dokumen. Penulis mengumpulkan data dari berbagai

sumber baik buku, jurnal, maupun internet guna mendukung karya tulis

ilmiah ini. Selain itu, penulis juga menggunakan model mainan monopoli

asli untuk mendukung data tertulis. Setelah itu, penulis menganalisis

Page 18: Soedirman Science Competition 2013

11

dokumen-dokumen dan data-data dari sumber yang relevan tersebut untuk

menyimpulkan hasil, saran, dan kesimpulan karya tulis ilmiah ini.

D. Analisis Data

Analisis data dilakukan melalui beberapa cara. Pertama dengan cara

kualitatif, yakni dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan

setelah selesai pengumpulan dalam periode tertentu. Kedua, penulis

menggunakan model analisis interaktif yang meliputi empat komponen

yaitu pengumpulan data, reduksi data (reduction), sajian data (display) dan

verifikasi data/penarikan kesimpulan (conclusion drawing).

Pada karya tulis ini, dilakukan proses reduksi data melalui proses

pemilihan dan pemusatan bahasan mengenai wayang kulit,pemanfaatan

permaianan monopoli sebagai media pembelajaran wayang kulit dan

pendidikan karakter. Kemudian dilakukan analisis data dari sajian data yang

diperoleh saat proses pengumpulan data hingga diperoleh satu penarikan

kesimpulan mengenai pemanfaatan permainan monopoli tersebut.

Page 19: Soedirman Science Competition 2013

12

BAB IV

PEMBAHASAN

A. Wayang kulit sebagai kesenian budaya lokal yang bernilai luhur

Wayang seringkali dianggap kuno dan ketinggalan zaman. Para

generasi muda sekarang ini lebih cenderung menyukai budaya asing

dibandingkan budayanya sendiri. Salah satu kesenian budaya lokal Jawa

yang masih belum terlalu dimengerti generasi muda masa kini adalah

wayang kulit. Seperti yang kita ketahui, setiap penciptaan tokoh dalam

jagad pewayangan tidak serta merta sesuai keinginan pembuatnya, tetapi

setiap bentuk bahkan lekuk tubuh mempunyai patokan tersendiri. Patokan

tersebut tentu menggambarkan watak dari tokoh tersebut.

Misalkan saja tokoh punakawan, antara lain semar, gareng, petruk,

bagong. Pandam Guritno (1976) menyatakan bahwa punakawan dalam

pewayangan merupakan pengejawantahan sifat, watak, manusia dengan

lambangnya masing-masing, yaitu:

Semar lambang karsa (kehendak atau niat)

Gareng lambang rasa (pikiran, rasio, dan nalar)

Petruk lambang rasa (perasaan)

Bagong lambang karya (usaha, perilaku, perbuatan)

Dengan kata lain bahwa punakawan yang berjumlah empat itu

melambangkan cipta-rasa-karsa dan karya manusia. Empat hal tersebut bila

diurutkan berdasarkan kepentingannya adalah karsa, cipta, rasa, dan karya.

Bagian budi manusia meliputi karsa, cipta, rasa dan bila budi pekerti

disertai karya atau daya akan menjadi budidaya; dan bersatunya budaya

masyarakat dinamakan kebudayaan.

Nilai-nilai yang tercermin dari punakawan hanyalah sebagian kecil

dari nilai-nilai yang dibawa para tokoh pewayangan. Disamping punakawan

masih banyak unsur pewayangan lain yang diambil dari kitab Mahabarata

maupun kitab Ramayana yang mewakili nilai-nilai luhur budaya Jawa.

Kisah pewayangan mengandung dua unsur watak yang utama yaitu baik dan

buruk, seringkali terdapat pertentangan diantara keduanya, namun pada

Page 20: Soedirman Science Competition 2013

13

akhirnya kebaikanlah yang lebih banyak menang dibandingkan dengan

kejahatan. Melalui tokoh-tokoh pewayangan ini, mereka yang

mempelajarinya tentu akan menjadikan watak yang baik tersebut sebagai

karakter. Disamping itu, mereka juga dapat mengambil banyak hikmah yang

nantinya akan banyak membantu dalam menjalani kehidupan di dunia.

B. Monopoli sebagai media pembelajaran wayang kulit

Monopoli merupakan permainan papan yang populer dikalangan

anak-anak sekolah dasar. Cara bermaian monopoli cukup mudah dipahami

meskipun menggunakan banyak instrumen seperti kocokan dadu, pion,

kartu, papan, dan uang mainan. Papan monopoli biasanya berisi nama

negara didunia atau nama daerah pada suatu negara. Dalam satu papan

monopoli terdapat 40 kotak yang terdiri dari 22 negara yang terbagi menjadi

delapan blok atau kompleks, 3 kotak dana umum, 3 kotak kesempatan, satu

kotak start, dua kotak penjara, satu kotak parkir bebas, pelabuhan, pajak

jalan, pajak istimewa, perusahaan air, perusahaan listrik, stasiun, dan

airport.

Berkebalikan dengan permainan monopoli yang familiar, wayang

justru menjadi bagian yang dikesampingkan oleh anak-anak. Jarang sekali

anak yang menyukai wayang kulit, terkecuali dengan anak yang orang

tuanya dalang atau keluarganya termasuk pecinta kebudayaan jawa. Selain

itu, wayang kulit tidaklah terlalu dimengerti oleh anak-anak. Sebagian dari

mereka beralasan bahwa tokoh wayang kulit sangatlah banyak dan banyak

bentuknya yang hampir mirip. Alhasil, mereka semakin tidak akrab dengan

wayang, padahal wayang merupakan kesenian hasil budaya luhur bangsa.

Melihat kondisi demikian, kegemaran anak-anak terhadap

permainan monopoli dapat dimanfaatkan sebagai sebuah sarana

untukmengintegrasikan kesenian wayang kulit kedalamnya. Dengan adanya

permainan monopoli wayang ini penulis berusaha membuat media baru

yang sangat cocok diterapkan untuk membelajarkan wayang kulit kepada

generasi muda dengan cara yang menyenangkan, tetapi bermakna.

Page 21: Soedirman Science Competition 2013

14

Dalam permainan monopoli ini, ada tiga penggambaran konsep

yang ingin diterapkan, yakni:

a. Tokoh

Tokoh yang ada dalam permaianan wayang ini di gambarkan dalam

kotak papan permaianan. Pengelompokan tokoh berdasarkan

keluarga beserta watak baik buruknya yang dimasukkan ke dalam

satu kompleks. Sebagai contoh tokoh Arjuna dan Werkudara yang

dikelompokkan ke dalam kompleks pandawa, ataupun Jayadrata

dan Dursasana yang dimasukkan ke dalam keluarga Kurawa yang

berwatak buruk.

b. Profil dari setiap tokoh

Profil dari setiap tokoh dijabarkan pada kartu kepemilikan wayang.

Dalam kartu tersebut termuat beberapa informasi penting, seperti

keturunannya, wilayah kekuasaan, watak yang menonjol, dan ciri

khas yang membedakan tokoh tersebut dengan tokoh yang lain.

c. Pengetahuan seputar wayang kulit

Beberapa kartu dana umum dan kesempatan berisi pertanyaan

seputar wayang kulit. Pertanyaan tersebut dimaksudkan untuk

menambah pengetahuan anak-anak terhadap wayang serta

menumbuhkan rasa keingintahuan mengenai wayang kulit.

Page 22: Soedirman Science Competition 2013

15

C. Teknik Implementasi

korelasi korelasi

Gambar 3.1 Bagan teknik implementasi wayang kulit dalam permainan monopoli.

Berdasarkan bagan tersebut, teknik implementasi yang dapat

dilakukan antara lain:

1. Permainan monopoli dapat dimainkan langsung oleh anak-anak ataupun

sebagai media bantu guru dalam mata pelajaran muatan lokal atau bahasa

jawa.

2. Apabila digunakan sebagai media oleh guru, maka guru dapat

menggunakan permaianan ini untuk menarik perhatian siswa. Antusias

dari siswa akan memacu siswa untuk memahami materi yang

disampaikan.

3. Guru dapat menyisipkan materi atau keterangan lanjut pada saat

permainanan berlangsung.

4. Semangat untuk meraup keuntungan dapat membangun semangat untuk

belajar lebih banyak tentang wayang kulit.

5. Dalam permainan, tentu ada interaksi antar pemain. Dalam interaksi

tersebut anak mulai mendiskusikan tentang tokoh wayang tersebut. Degan

Permaian Monopoli

Wayang Kulit yang bernilai luhur

Monopoli seri wayang kulit

Guru Anak-anak

Pembelajaran wayang kulit

Playing the game

Pendidikan karakter anak

Page 23: Soedirman Science Competition 2013

16

demikian anak mengerti mana watak yang baik dan yang buruk. Setelah

bermain diharapkan anak meneladani watak yang baik dan tidak

mencontoh watak yang buruk.

Dengan teknik implementasi tersebut, materi tentang wayang kulit dapat

disampaikan kepada anak-anak dengan mudah namun cukup untuk

mempengaruhi karakter anak. Selain itu gambar-gambar yang disajikan akan

memancing daya imajianasi mereka sehingga lebih mudah dalam mengingat

wujud tokoh wayang.

D. Model Permainan monopoli

Model permaianan monopoli pada pembelajaran ini pada dasarnya

sama dengan bentuk permainan monopoli biasa yaitu untuk menguasai,

tetapi dalam konteks permaianan monopoli ini dimaksudkan untuk

menguasai pengetahuan akan wayang kulit. Kekayaan akan pengetahuan

mengenai wayang dapat diketahui melalui jawaban pemain dari pertanyaan-

pertanyaan dalam kartu dana umum dan kesempatan. Jika jawaban benar

maka akan mendapatkan penghargaan berupa sejumlah uang yang telah

ditentukan. Sehingga, semakin banyak jawaban yang benar maka pemain

akan semakin kaya. Kekayaan di sini juga menunjukkan tingkat penguasaan

pengetahuan tentang wayang kulit.

Petunjuk Permainan :

Dana umum dan kesempatan berisi pertanyaan. Uang akan diberikan

kepada peserta yang menjawab dengan benar. Yang menjawab salah tidak

mendapatkan uang. Harga dari setiap wayang tertulis dalam kartu profil.

Masuk penjara berarti menjadi tawanan perang. Ia masuk penjara,

maka ia harus menjawab pertanyaan yang diberikan oleh pemain lain,

pertanyaan tidak ditentukan atau bebas, sesuai dengan yang diinginkan

pemain lainnya. Tawanan perang diberi 3 kali kesempatan untuk menjawab

dengan benar. Bila tidak bisa menjawab, maka dia harus membayar

sejumlah Rp5.000,00 kepada bank.

Pejabat bank akan disebut sebagai Dewa Uang/ Kekayaan yang

bernama Bethara Guru. Siapa yang lewat di negara yang sudah dimiliki

Page 24: Soedirman Science Competition 2013

17

oleh pemain lain wajib membayar sejumlah uang yang sudah ditentukan.

Selain ketentuan di atas, ketentuan yang lain sama dengan ketentuan-

ketentuan yang ada di standar permainan monopoli pada umumnya.

E. Implikasi Penggunaan Permainan Monopoli

Implikasi penggunaan permainan ini antara lain:

1. Anak dapat mengenal wayang kulit dengan cara yang lebih santai dan

menyenangkan.

2. Anak menjadi lebih mengenal wayang kulit sebagai kesenian budaya

jawa.

3. Tumbuh semangat untuk mengetahui lebih jauh tentang wayang.

4. Timbul kepedulian untuk melestarikan wayang kulit sebagai warisan

budaya.

5. Membantu guru dalam menyampaikan materi wayang kulit kepada

siswa sehingga pembelajaran lebih menarik, mengena, dan bermakna.

6. Secara tidak langsung nilai moral yang tercermin dalam watak setiap

tokoh wayang mempengaruhi karakter anak.

Page 25: Soedirman Science Competition 2013

18

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Wayang adalah salah satu seni pertunjukan rakyat yang masih

banyak penggemarnya hingga saat ini. Wayang Kulit Purwa adalah salah

satu jenis wayang kulit yang paling tua atau paling awal (purwa) yang

dimainkan oleh seorang dalang dan didukung oleh sindhen dan niyaga.

Namun, mayoritas dari penggemarnya adalah para orang tua. Sedikit sekali

kaum muda dan anak-anak yang menggemari wayang.

Permainan monopoli adalah satu permainan papan yang paling laris

penjualannya didunia. Prinsip permainan ini adalah pemain berlomba untuk

mengumpulkan kekayaan melalui satu pelaksanaan satu sistem ekonomi.

Mayoritas yang memainkan permainan ini adalah anak-anak karena

permainan monopoli menarik bagi mereka.

Permainan monopoli yang menarik minat anak-anak ini bisa

dijadikan media belajar dalam pengenalan budaya wayang. Nilai-nilai dan

tokoh-tokoh yang terdapat di dunia pewayangan diintegrasikan ke dalam

permaianan. Sehingga, anak-anak serta kaum muda tidak merasa bosan

untuk mengenal lebih dalam mengenai wayang.

Selain itu, permainan monopoli wayang jawa ini juga bisa menjadi

media alternatif untuk pembelajaran pendidikan karakter kepada anak-anak

melalui watak dari tokoh pewayangan. Belajar dengan menggunakan

monopoli sebagai media pembelajaran wayang, mampu menumbuhkan

minat belajar terhadap wayang yang merupakan warisan budaya lokal.

Sehingga nilai-nilai budaya wayang tetap lestari dan tersampaikan kepada

generasi muda.

B. Saran

Pembelajaran wayang kulit dan pendidikan karakter dengan

menggunakan media permainan monopoli wayang ini perlu mulai

dikembangkan di sekolah dasar. Selain itu juga dapat dimainkan di rumah

sebagai permainan yang edukatif. Hal tersebut dimaksudkan agar sedini

mungkin anak-anak mulai mengenal dan mencintai kesenian budaya Jawa ini.

Page 26: Soedirman Science Competition 2013

19

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal. 2011. Pendidikan Karakter Membangun Perilaku Positif Anak Bangsa. Bandung: CV. Yrama Widya.

Cawidu, Ismail, dkk. 2011.Wayang Sebagai Media Komunikasi Tradisional Dalam Diseminasi Informasi.Jakarta: Kementrian Komunikasi dan Informasi RI.

Guritno, Pandam. 1976. “Wayang mengejawantahkan Falsafah Jawa”dalam Warta wayang No 2. Jakarta: Sena Wangi.

Guritno, Sri., Purnomo., dan Soimun Hp.2002.Karakter Tokoh Pewayangan Mahabarata (Seri V).Jakarta: Badan Pengembangan Kebudayaan dan Pariwisata. Koesoema, Doni A. 2012. Pendidikan Karakter Utuh dan Menyeluruh. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Koesoema, Doni A. 2012. Pendidikan Karakter Utuh dan Menyeluruh. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.

Muktiyo, Widodo.2011.Dinamika Media Lokal Dalam Mengkonstruksi Realitas Budaya Lokal Sebagai Sebuah Komoditas.Surakarta: UNS Press & LPP UNS.

Nuraini. 2012. Pepak Basa Jawa Lengkap. Yogyakarta: Lingkar Media

Rumumpuk, Dienje Borman. 1988. Media Instruksional IPS. Jakarta: Depdikbud

Soegiyanto. 2000. Kisah Dinasti Bharata. Surakarta : CV. Widya Duta

Sumantri, Mulyani dan Permana, Johan. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV. MaulanaSutardjo. 2011. Sejarah Wayang Purwo. Yogyakarta : Panji Pusaka

Sutardjo, Imam. 2006. Serpihan Mutiara Pertunjukan Wayang. Surakarta : Penerbit Jurusan Sastra Seni Rupa Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret

Suwanda, Dodo. 2009. Pembelajaran dengan Model Permaianan Monopoly PAKEM. (Online). Tersedia: http://dosswanda.worpress.com/artikel/pembelajaran-dengan-model-permaianan-monopoly-pakem.

Wibawa, Basuki dan Farida Mukti. 2001. Media Pengajaran. Bandung: CV. Maulana

Page 27: Soedirman Science Competition 2013

20

LAMPIRAN

Model Papan Monopoli

Page 28: Soedirman Science Competition 2013

21

Kartu Profil

Tampak depan

Tampak belakang

Rp 8000,-

BLOK A ARJUNA

ARJUNA Raden Arjuna adalah putra ketiga dari pasangan Dewi Kunti dan Prabu Pandu atau sering disebut dengan ksatria Panengah Pandawa. Arjuna memiliki dasanama sebagai berikut : Janaka, Permadi Sejak muda, Arjuna sudah gemar menuntut ilmu. Ia menuntut ilmu pada siapapun. Menurutnya lingkungan masyarakat adalah gudang dari ilmu. Gurunya antara lain adalah Resi Drona. Arjuna merupakan raja dari wilayah Madukara. Harga Kepemilikan : Rp 8000,- Harga prajurit : @ Rp 2000,-

Page 29: Soedirman Science Competition 2013

22

BIODATA KETUA KELOMPOK

Nama Lengkap : Anafi Nur ‘Aini (P)

Tempat Tanggal Lahir : Wonogiri, 2 Januari 1995

Alamat asal : Ngulu Wetan RT 03 RW 10 Pracimantoro, WNG

Alamat Kos : Jl.Kabut RT 03 RW 23 Panggungrejo, Jebres,SKA

No Telp/HP : 08995225753

E-mail/FB : [email protected]/ Anafi Nur ‘aini

Universitas/ Jurusan : Universitas Sebelas Maret/ Pendidikan Fisika

Angkatan : 2012

Riwayat Organisasi :

1. Anggota Studi Ilmiah Mahasiswa (2012-2013)

2. Staff Humas Shorinji Kempo Dojo UNS (2012-2013)

Prestasi : -

Surakarta, 21 Mei 2013

(Anafi Nur ‘Aini)

BIODATA ANGGOTA TIM

ANGGOTA 1:

Nama Lengkap : Dwi Nur Rahmat (L)

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 9 Maret 1992

Alamat asal : Jl.Kepodang A.17 No.23 Rt 009/007, Tangerang

Alamat Kos : Jl.Cimanuk II No.40 Rt 001/004 , Surakarta

No Telp/HP : 085722968330

E-mail/FB : [email protected] / Dwi Nur Rahmat

Universitas/ Jurusan : Universitas Sebelas Maret/ Teknik Sipil

Angkatan : 2010

Riwayat Organisasi :

1. Staff Humas SKI Fakultas Teknik (2011)

Page 30: Soedirman Science Competition 2013

23

2. Koord. Humas SKI Fakultas Teknik (2012)

3. Staff DPPA Biro AAI Fakultas Teknik (Januari-Juni 2011)

4. Koord. DLK Biro AAI Fakultas Teknik (Juli-Desember 2011)

5. Koord. DPPA Biro AAI Fakultas Teknik (2012)

6. Koord. Fakultas Biro AAI Fakultas Teknik (2013)

7. Staff Dept. PPI SIM UNS (2012)

8. Staff Community Development (2013)

Surakarta, 21 Mei 2013

( Dwi Nur Rahmat )

ANGGOTA 2

Nama Lengkap : Luthfiyah Dyaka Rose (P)

Tempat Tanggal Lahir : Wonogiri, 10November 1994

Alamat asal : Nangger RT 04 RW 05 Nambangan, Selogiri,

Kabupaten Wonogiri

Alamat Kos : Belik, RT 04 RW 06 Jagalan, Jebres, Surakarta

No Telp/HP : 081393017432

E-mail/FB :[email protected]/ Luthfiyah Dyaka

Universitas/ Jurusan : Universitas Sebelas Maret/ FKIP Fisika

Angkatan : 2012

Riwayat Organisasi :

1. Anggota FOSMA Solo (2012-2013)

2. Anggota SIM UNS (2012-2013)

Prestasi : -

Surakarta, 21 Mei 2013

(Luthfiyah Dyaka Rose)

Page 31: Soedirman Science Competition 2013

24

BIODATA DOSEN PEMBIMBING

Nama : Sukarmin, S.Pd., M.Si., Ph.D.

NIP : 19670802 200012 1 001

Tempat / tgl lahir : Sragen, 2 Agustus 1967

Jenis kelamin : Laki-laki

Pangkat/Gol : Penata / IIIc

Jabatan : Lektor

Alamat kantor : Fisika P.MIPA FKIP UNS

Jl. Ir. Sutami No 36 A

Kentingan Surakarta Telp. 0271. 46994

Alamat Rumah : Krasiyan Baru, RT.03, RW.VI, Purbayan, Kec.

Baki, SUKOHARJO (02717652190 ;

08122608267)

Riwayat Pendidikan :

1993 S1 Pendidikan Fisika FKIP UNS Surakarta

2000 S2 Ilmu Fisika Pasca Sarjana ITB Bandung

2009 S3 Manajemen Pendidikan UUM Malaysia

Surakarta, 28 Mei 2013

Sukarmin, S.Pd., M.Si., Ph.D

19670802 200012 1 001